• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PERANAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TERHADAP NETRALISASI HARGA BERAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PERANAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TERHADAP NETRALISASI HARGA BERAS"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PERANAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TERHADAP NETRALISASI HARGA BERAS

The Evaluation of The Role of Community Food Distribution Institution to The Neutrality of The Rice Price

Rahmi Al Maqfirah1, Faisal Hamzah2, dan Arman Wahab2

1Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan, Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

2Jurusan Pertanian, Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa

Received: 29 Agustus 2019; Accepted: 30 September 2019; Published: 25 Desember 2019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) dalam mengatasi rendahnya nilai tawar gabah atau beras anggota Gapoktan, peranan LDPM dalam meningkatkan nilai tambah gabah atau beras anggota Gapoktan, dan Keterbatas modal usaha yang dimiliki Gapoktan.

Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi lapangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa peranan LDPM dalam mengatasi rendahnya nilai tawar gabah atau beras anggota Gapoktan dengan cara memberikan harga pembelian yang tetap hingga akhir panen, peranan LDPM dalam mengatasi nilai tambah gabah atau beras anggota Gapoktan yaitu dengan cara memberikan fasilitas berupa sarana penyimpanan (Gudang) pada saat panen raya dan masa paceklik, keterbatasan modal usaha Gapoktan difasilitasi dengan penguatan modal usaha melalui kegiatan LDPM.

Kata kunci: LDPM, gapoktan, harga beras

ABSTRACT

The aims of the study were to find out the role of Community Food Distribution Institution (LDPM) in its effort to solve the low price of rice from Gapoktan members; 2). the role of LDPM in its effort to improve the price/value of rice from Gapoktan members; and 3). the find solution of the limited amount of capital owned by Gapoktan. The study applied interview and field observation as data collection methods. The result of the study showed that: the role of Community Food Distribution Institution (LDPM) in its effort to solve the low price of rice from Gapoktan members was by giving the stable price from the beginning to the end of harvest; the role of LDPM in its effort to improve the price/value of rice from Gapoktan members was by giving them storage facility (rice warehouse) in the great harvest as well as famine period; the limited amount of capital owned by Gapoktan was solved by capital affirmation through LDPM.

Keywords: LDPM, gapoktan, Rice Price

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian merupakan komponen strategis dalam upaya pembangunan nasional karena sifatnya yang multidimensi.

Pembangunan pertanian harus memadukan secara optimal pemanfataan sumberdaya alam dan lingkungan, sumberdaya manusia dan sumberdaya teknologi untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan dalam

meningkatkan nilai tambah, kemandirian pangan dan kesejahteraan petani.

Kemandirian pangan tidak bisa terlepas dari perkembangan upaya pemenuhan bahan pangan terutama beras. Beras merupakan bahan pokok utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sehingga dituntut tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas dan terjangkau.

Dengan melihat data trend produksi beras Badan Pusat Statistik (BPS) dalam sepuluh tahun trakhir terus meningkat, produksi padi pada tahun

(2)

2007 sebesar 57,15 juta ton mencapai 81,38 juta ton pada tahun 2008.

Ketersediaan pangan yang cukup dan terjangkau dibutuhkan pengelolaan pertanian yang baik untuk meningkatkan produksi dan pengelolaan usaha pendistribusian bahan pangan yang seimbang pada sentra yang kurang produksinya dan tetap menjamin kesejahteraan petani. Permasalahan yang timbul dalam menjamin kesejahteraan petani, terjadinya harga beras yang rendah dan lemahnya posisi tawar petani pada saat panen raya sehingga kurang diuntungkan, akibatnya harga yang diterima pada pemasok mengalami kecenderungan penurunan harga jual di bawah harga yang telah ditetapkan pemerintah. Rendahnya harga yang diterima petani juga berpengaruh terhadap rendahnya nilai tambah produksi pertanian akibat ketidakmampuan petani untuk mengolah hasil panennya karena berbagai keterbatasan yang dimiliki, baik pada petani itu sendiri maupun pada Gapoktan dalam hal keterbatasan sarana penyimpanan, pengolahan, pengeringan, serta keterbatasan modal usaha dan manajemen (Arman, 2014).

Pemerintah dalam mengatasi hal tersebut telah melakukan berbagai upaya pada tingkat petani sebagai bentuk perlindungan petani dengan membuat kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) pada komoditi beras melalui instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan beras dan penyaluran beras oleh pemerintah sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompok tani atau gapoktan terhadap jatuhnya harga beras disaat panen raya dan masalah aksesibilitas. Pemerintah melalui Kementrian Pertanian bersama Badan Ketahanan Pangan melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan LDPM) yang dilaksanakan sejak tahun 2009 sampai 2015 dengan menyalurkan

Dana Bantuan Sosial dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada gapoktan agar mampu dan berdaya dalam melakukan aktifitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan. Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan dalam tiga tahap dengan memberikan fasilitas penguatan modal dan pemberdayaan gapoktan pada setiap tahapnya yaitu: a) Tahap penumbuhan difasilitasi pembangunan atau perbaikan sarana atau penyimpanan (gudang); pembelian beras untuk

usaha unit distribusi, pengolahan, pemasaran, dan pengadaan beras untuk cadangan pangan; b) Tahap pengambangan difasilitasi tambaham modal untuk pembelian beras oleh unit distribusi, pengolahan, pemasaran; c) Tahap kemandirian.

Gapoktan melalui unit usaha LDPM diharapkan mampu menggerakkan kegiatan agribisinis terutama pada unit usaha distribusi atau pemasaran, unit pengolahan hasil dan menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga diluarnya. Melalui kegiatan Penguatan LDPM, Gapoktan juga didorong agar mampu menyisihkan hasil produknya untuk dapat disimpan sebagai cadangan pangan yang dapat diakses oleh anggotanya disaat musim paceklik atau tidak ada panen.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Minasatene, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep di Gapoktan Bajiminasa, pada bulan April – Juli 2019.

Materi

Alat yang digunakan yaitu LCD, laptop kertas karton, spidol, dan lakban. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kuesioner dan leaflet.

Metode Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan LDPM dengan Gapoktan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu data sekunder diperoleh dari monografi desa, kecamatan, BPP. Data primer yang diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung dengan melihat masalah yang dikaji. Data primer yang dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain :

1) Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan.

2) Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.

(3)

Analisis Data

Uji statistik yang digunakan dalam kajiwidya ini adalah regresi linier untuk melihat hubungan antara dua variable yaitu x1 = Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat dan y1 = Gapoktan. Data diolah dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Science).

Evaluasi desain penyuluhan

Metode evaluasi digunakan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan petani tentang peran LDPM terhadap netralisasi harga beras. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui respon petani terhadap materi yang telah disampaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan evaluasi penyuluhan terhadap anggota gapoktan dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman petani, baik sebelum maupun sesudah melaksanakan penyuluhan. Adapun aspekaspek yang dievaluasi yaitu aspek pengetahuan dan aspek sikap. Data

yang telah ditabulasi sebelum dan sesudah penyuluhan sebagai berikut:

Aspek Pengetahuan Evaluasi Awal

Tujuan dilakukan evaluasi awal untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan petani terkait materi penyuluhan sebelum disampaikan. Nilai skor awal yang diperoleh 331, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terkait peran LDPM cukup baik.

Berdasarkan data hasil evaluasi awal yang diperoleh dari responden sebagai berikut:

Total yang diperoleh = 331

Skor tertinggi yang diperoleh = 30 x 3 x 5 = 450 Skor terendah yang diperoleh = 30 x 1 x 5 = 150 Pengukuran tingkat pengetahuan responden diperoleh

331

450𝑥 100% = 73.5%

Gambar 1. Garis continuum pengetahuan evaluasi awal Gambar 3 menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan petani sebelum melakukan penyuluhan tentang peran LDPM terhadap netralisasi harga beras 73,5% cukup baik dan termasuk dalam kategori selalu sesuai pertanyaan di kuisioner.

Evaluasi Akhir

Tujuan melakukan evaluasi akhir untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani terhadap materi penyuluhan yang telah disampaikan. Nilai skor akhir evaluasi setelah dilakukan penyuluhan

yaitu 378. Hasil evaluasi akhir untuk tingkat pengetahuan responden adalah sebagai berikut:

Total yang diperoleh = 378

Skor tertinggi yang diperoleh = 30 x 3 x 5 = 450 Skor terendah yang diperoleh = 30 x 1 x 5 = 150 Pengukuran tingkat pengetahuan responden diperoleh

378

450𝑥 100% = 84%

(4)

Gambar 2. Garis continuum pengetahuan evaluasi akhir Gambar 4 menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan petani meningkat sebesar 84% dan termasuk dalam kategori selalu sesuai pertanyaan di kuisioner.

Aspek Sikap Evaluasi Awal

Tujuan dilakukan evaluasi awal untuk mengetahui sikap petani dalam menerima peran LDPM dalam menetralisasi harga beras sebelum melakukan penyuluhan dengan skor awal diperoleh yaitu 345. Berdasarkan data hasil

evaluasi awal yang diperoleh dari responden adalah sebagai berikut:

Total yang diperoleh = 345

Skor tertinggi yang diperoleh = 30 x 3 x 5 = 450 Skor terendah yang diperoleh = 30 x 1 x 5 = 150 Pengukuran tingkat pengetahuan responden diperoleh

345

450𝑥 100% = 76.6%

Gambar 3. Garis continuum sikap evaluasi awal Gambar 3 menunjukkan bahwa tingkat

sikap petani sebelum melakukan penyuluhan terkait peran LDPM terhadap netralisasi harga beras cukup tinggi yaitu 76,6% dan termasuk dalam kategori setuju.

Evaluasi Akhir

Tujuan melakukan evaluasi akhir untuk mengetahui sikap petani terhadap materi penyuluhan yang telah disampaikan dengan nilai skor akhir evaluasi adalah 400. Hasil evaluasi akhir untuk tingkat sikap responden adalah sebagai berikut:

Total yang diperoleh = 400

Skor tertinggi yang diperoleh = 30 x 3 x 5 = 450 Skor terendah yang diperoleh = 30 x 1 x 5 = 150 Pengukuran tingkat pengetahuan responden diperoleh

400

450𝑥 100% = 88.8%

Gambar 4 menunjukkan bahwa tingkat sikap petani meningkat sebesar 88,8% dan termasuk dalam kategori setuju. Untuk mengetahui efektifitas penyuluhan yang dilakukan melalui perubahan pengetahuan dan sikap petani setelah dilakukan penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

Gambar 4. Garis continuum sikap evaluasi akhir Tabel 1. Rata-rata Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden

Deskripsi Nilai Max Nilai Yang Diperoleh Nilai Peningkatan

Nilai Perubahan Tes Awal Tes Akhir (%)

Pengetahuan Sikap

Total

450 450

378 345 676

378 400 778

47 55 102

39.49 52.38

Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat perubahan responden meningkat dengan melihat skor penilaian yaitu aspek pengetahuan 39,49% dan aspek sikap 52,38%. Tingkat pemahaman responden tentang aspek sikap cenderung meningkat lebih banyak, artinya responden lebih menerima materi yang disampaikan. Untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dengan rumus sebagai berikut:

𝐸𝑇𝑃 = 𝑝𝑠 − 𝑝𝑟

(𝑛. 3. 𝑄) − 𝑝𝑟𝑥 100%

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

0-33,33% = Kurang efektif 33,33-66,66% = Cukup efektif 66,66-100% = Efektif

𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛 = 378 − 331

(30.3.5) − 331𝑥 100%

= 39.49% (𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓)

𝑆𝑖𝑘𝑎𝑝 = 400 − 345

(30.3.5) − 345𝑥 100%

= 52.38% (𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓) Berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan, efektifitas penyuluhan pada aspek pengetahuan mencapai 39,49% dan aspek sikap mencapai 52,38%, ini berarti penyuluhan tentang peran LDPM terhadap netralisasi harga beras termasuk dalam kategori cukup efektif.

KESIMPULAN

1. Peranan LDPM dalam mengatasi nilai tawar gabah atau beras yaitu dengan cara memberikan harga standar pembelian hingga akhir panen.

2. Peranan LDPM dalam mengatasi nilai tambah gabah atau beras yaitu dengan cara memberikan fasilitas berupa sarana penyimpanan (Gudang) pada saat panen raya dan masa paceklik.

3. Keterbatasan modal usaha Gapoktan difasilitasi dengan penguatan modal usaha dari Pemerintah melalui Kementrian Pertanian.

SARAN

1. Perlu adanya kajian lebih lanjut tentang peranan LDPM dalam masyarakat khususnya pada anggota Gapoktan agar mereka lebih memahami.

2. Untuk lebih mengembangkan usahatani anggota Gapoktan, maka perlu ditingkatkan lagi peran penyuluh, Tim Teknis dan Tim Pembina dalam melakukan bimbingan melalui pertemuan atau pelatihan pada Gapoktan.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Indah. 2013. Agribisnis: Penyuluh Pertanian [Diakses 04 Maret 2019 pada situs Indaharitonang-fakultaspertanian unpad. blogspot. com/ 2013/ 06/

pengertian-penyuluhan. html?m=1]

(6)

Arman, 2014. Tingkat Toleransi Mutan Padi Pada Beberapa Taraf Cekaman Kekeingan.

Studi Kasus: Disertai tidak diterbitkan.

Makasaar. Program Pascasarjana Universitas Islam Makassar.

Badan Ketahanan Pangan, 2019. Penguatan- LDPM. [Diakses 4 Februari 2019, dari situshttp://bkp.pertanian.go.idpenguatan -lembaga distribusi-pangan-masyarakat- ldpm]

Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura, 2017. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan P-LDPM.Provinsi Sulawesi Selatan. [Hal: 6-7]

Eka, Debby. 2017. Tujuan Penyuluhan Pertanian.

[Diakses 04 Maret 2019 pada situs https://debbyeka.blogspot .com/2017/11/ Tujuan Penyuluhan Pertanian.html?m=1]

Fatin, 2018. Pengertian Peranan dan Teorinya.

[Diakses 15 Maret 2019 pada situs http://seputarpengertian. blogspot.

com/ 2018/ 07/ pengertianperanan-dan- teorinya.html?m=1]

Genting, E. 1991. Metode Kuliah Kerja Lapang.

Universitas Brawijaya. Malang.

Jamie Wilson, 2016. Pengertian Gapoktan.

[Diakses 15 Februari 2019, pada situshttp://www.sampulpertanian.com/m

=1]

Jamie Wilson, 2016. Pengertian Kelompok Tani.

[Diakses 16 Februari 2019, pada situs [http://www.sampulpertanian .com/2016/20/pengertiankelompoktani.h tml?m=1]

Mardikanto, 2010. Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit TS, Surakarta.

Mulyadie, Herry. Materi Penyuluhan Pertanian.

[Diakses 04 Maret 2019 pada situshttps://slideshare.net/mobile/ananda lintang/materi-penyuluhanpertanian]

Mulyana, Yana. 2017. Materi Penyuluhan Pertanian [Diakses 04 Maret 2019 pada situs penyuluhpetanian.net/2017 /02/17/materi-penyuluhanpertanian/

Padjinowihardjo, S. 2002. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pangerang, 2015.Manfaat dan Tujuan Gapoktan.

[Diakses 15 Februari 2019, pada situs http://agronomipertanian.

blogspotcom/2015/12/manfaatdantujuan -gapoktan.html?m=1]

Pujihartono, 2010.Kajian Pengembangan Gabungan Kelompo ktani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan di Pedesaan.

[Diakses 15 Februari 2019, dari situs http://jurnaslnasional.ump.ac.id/index/p hph]

Salamadian, 2018.Lembaga Sosial. [Diakses 20 Maret 2019, dari situs http://salamadian.com]

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Sutoyo, 2011. Hakekat Media Penyuluhan [Diakses 08 Maret 2019 pada situs http://sutoyoagribisnis. blogspot. com/

2011/ 08/ media-penyuluhanpertanian.

html.

Syahyuni, 2007.Gapoktan. [Diakses 15 Februari 2019,darisitushttp://syahyuti.wordpressc om/2007/03/31/strategi-dantantangan da lam-pengembanagn-gabungan kelompok -tani-gapoktansebagai-kelembagaaneko nomi-do-pedesaan]

Werimon, A. 1922.Diklat Monitoring dan Evaluasi APP, Yogyakarta.

Wisnu, dkk.2017. Beras di Indonesia-Produksi dan Konsumsi [Diakses 04 Maret 2009 pada situs https://www.

Indonesia. Investments/ id/ bisnis/

komoditas/ beras/ item183?

Gambar

Gambar 1. Garis continuum pengetahuan evaluasi awal  Gambar  3  menunjukkan  bahwa  tingkat
Gambar 2. Garis continuum pengetahuan evaluasi akhir  Gambar  4  menunjukkan  bahwa  tingkat
Gambar 4. Garis continuum sikap evaluasi akhir  Tabel 1. Rata-rata Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri Yogyakarta Jl... Universitas Negeri

48 ASRM ASURANSI RAMAYANA Tbk BSRE1 - BSR INDONESIA PT... BSRE1 - BSR

Based on the workspace model in [11], the architecture consists of four layers of neurons linked with topographic excitatory connections (to preserve patterns of activation) and

karena itu, radikalisme di media online perlu mendapatkan perhatian serius dari pemangku kebijakan, agar tidak melahirkan implikasi-implikasi negatif yang

Hasan (2012:6) shalat yang kita lakukan lima kali sekali, diyakini memberikan investasi kesehatan yang cukup besar bagi yang melakukannya. Gerakan shalat, mulai

Tetapi terlepas dari itu semua, tidak melulu infotainment Insert siang memberitakan hal buruk, hal tersebut terlihat dari perolehan angka sebesar 82 persen dari

Keenam, bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji penelitian ini lebih lanjut, sebaiknya mendata terlebih dahulu jumlah siswa yang menyukai penggunaan musik saat

Mulsa daun kering yang diletakkan disekitar tanaman akan berfungsi minimal tiga hal yaitu (a) menekan gulma sehingga tanaman pokok tidak bersaing dengan gulma (b) mulsa daun