• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA

Makalah D

I S U S U N

Oleh : SWANDI, SE NIP: 196210271989021001

PERPUSTAKAAN DAN SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(2)

ABSTRAK

Keberadaan pustakawan sebagai pengelola perpustakaan adalah merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dan menjadi sesuatu yang padu dengan pelayanan lainnya. Pentingnya pustakawan begitu terasa keberadaannya, ketika lembaga pengelola informasi ini dihadapakan dengan berbagai macam tugas dan tanggung jawab serta masalah yang diharus diselasaikan, kondisi ini kemudian menitik beratkan pustakawan sebagai yang bertanggung jawab atas penyelesaiaanya. Pustakawan harus bisa

menumbuhkam minat baca pada masyarakat pengguna. Pustakawan harus berperan proaktif dalam menyiapkan masyarakat pengguna atau anak-anak sejak dini dengan mengenalkan, melatih dan

membimbing mereka akan pentingnya membaca sehingga mereka akan terbiasa membaca secara teratur dan membuat catatan yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini merupakan budaya yang baik di masyarakat yang dapat dilakukan oleh pustakawan dalam kehidupan generasi penerus dan masyarakat.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga bisa berhasil menyelesaikan tulisan ini yang berjudul “Peran Pustakawan Dalam Menumbuhkan Minat Baca”.

Makalah ini merupakan hasil karya tulis saya untuk melengkapi persyaratan mengajukan Jabatan Fungsional Pustakawan Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap agar kiranya makalah ini dapat berguna bagi orang yang membacanya.

Wassalam,

Swandi, SE

NIP 196210271989021001

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

I. PENDAHULUAN... 1

II.

PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA

2.1 Pengertian Pustakawan..……... 4

2.2 Pengertian Minat Baca... 8

2.3 Tujuan Membaca.……... 8

2.4 Manfaat Membaca…………..…………... 9

2.5 Strategi Meningkatkan Minat Baca……... 10

2.6. Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan Minat Baca………... 11

III. PENUTUP... 3.1. Kesimpulan... 13

3.2. Saran... 13

DAFTAR PUSTAKA... 14

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Kebiasaan membaca merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.

Membaca merupakan keterampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan keterampilan bawaan yang dapat dikembangkan, dibina dan dipupuk melalui kegiatan belajar mengajar.

Lingkungan pendidikan merupakan basis yang sangat strategis untuk mengembangkan kebiasaan membaca, kegiatan membaca sudah semestinya merupakan aktivitas rutin sehari-hari bagi masyarakat ilmiah dan pendidikan untuk memperoleh pengetahuan atau informasi.

Dalam dunia pendidikan, membaca mempunyai fungsi sosial untuk memperoleh kualifikasi tertentu sehingga seseorang dapat mencapai prestasi achievement reading, seseorang peserta didik agar memperoleh kelulusan dengan baik, harus mempelajari atau membaca sejumlah bahan bacaan yang direkomendasikan oleh pendidik, begitu sebaliknya seorang pendidik untuk meraih kualifikasi tertentu dalam mengajar atau menulis ilmiah juga harus didukung dengan kegiatan membaca berbagai bahan bacaan untuk selalu memperbaharui pengetahuannya secara kontinyu, sesuai dengan perkembangan yang ada.

Pesatnya perkembangan arus informasi yang terjadi di tengah kehidupan kita adalah merupakan sebuah wujud nyata dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan oleh umat manusia.

Perkembangan ini membawa pengaruh yang signifikan disegala aspek kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan dan pengajaran hingga di tingkat perguruan tinggi. Untuk itu lembaga pendidikan dan pengajaran dituntut dapat mengembangkan anak didiknya secara dinamis agar mampu mengikuti perkembangan arus ilmu pengetahuan yang terus berubah. Serta menghasilkan lulusan yang memiliki intelektual dan kompentensi kompleks dalam menghadapi persaingan bersaing di dunia kerja, serta mampu menerjemahkan relitas sosial yang terjadi ditengah masyarakat guna menghasilkan solusi pemecahan masalah yang mengharah kepada kemaslahatan bersama. Pencapaian tersebut harus didukung

(6)

dengan penyediaan sumber daya manusia yang memadai serta sarana perustakaan yang relavan dengan kebutuhan dari pengguna.

Kebiasaan membaca merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.

Upaya pembinaan minat baca telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan, tetapi bagaimana hasil yang diperoleh di Indonesia bila dibanding dengan negara lain seperti Malaysia, Singapura, apalagi India. masih jauh di bawah negara-negara tersebut.

Masalah minat baca di Indonesia telah banyak dibahas melalui tulisan, seminar, workshop dan berbagai media. Namun masalah ini masih sangat menarik untuk kita pelajari bersama. Mengapa ? Kenyataan di lapangan, walaupun telah banyak kalangan mengupas, bahkan Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai cara, yang salah satunya pada bulan mencanangkan bulan Buku, namun bagaimana hasilnya kita belum memuaskan.

Dalam hal ini dibutuhkan peran pustakawan, untuk bersikap aktif, kreatif, progresif dalam menjalankan misi perpustakaan secara nasional bahkan internasional. Jikalau para mahasiswa/pengguna telah tertarik untuk menggunakan jasa-jasa perpustakaan, maka pustakawan sebagai pemberi jasa harus berusaha memberikan pelayanan sebaik-baiknya dengan sikap ramah dan sopan santun agar menimbulkan kesan bahwa perpustakaan adalah suatu tempat pemberi jasa yang bersifat edukatif. Kebutuhan pemakai/pengguna akan bahan-bahan pustaka harus mendapat perhatian sesuai dengan keinginan pemakai/pengguna sehingga menimbulkan kepercayaan bahwa perpustakaan betul-betul merupakan sumber ilmu dan sumber informasi.

Menyadari akan tujuan dan fungsi perpustakaan yang cukup berat, maka Pustakawan sebagai pengelola perpustakaan harus memiliki kompentensi yang jelas. Ada suatu pendapat mengatakan bahwa

“Library is Librarian” (Perpustakaan adalah Pustakawan). Pendapat ini menurut Labovitz dalam Masruri (2002:4) mengandung arti bahwa perpustakaan bukan lagi hanya merupakan tempat atau aspek fisik saja, tetapi lebih merupakan segenap aktifitas yang dimotori oleh pustakawannya. Maju mundurnya

(7)

perpustakaan tidak lagi bergantung pada besar kecilnya gedung dan koleksi yang dimilikinya, akan tetapi bergantung pada kualitas sumber daya manusia atau pegawai perpustakaan Dengan demikian, menurut Perpusnas (2002:1) pustakawan merupakan salah satu sumber daya yang menjadi penentu jalannya fungsi perpustakaan. Sejalan dengan itu semua Prabandari dalam Rimbarawa (2006:283) mengemukakan bahwa pustakawan diharapakan senantiasa terus mencari terobosan-terobosan baru dalam upaya peningkatan minat baca dan tetap konsisten untuk menganjurkan kepada mahasiswa untuk membudayakan membaca, karena dengan begitu fungsi dari keberadaan perpustakaan akan terwujud Keberadaan Pustakawan yang memiliki kualitas yang memadai dalam dunia perpustakaan dan informasi, serta cara pandang yang jauh lebih maju, tentu menjadi jawaban atas kegelisahan dari pengguna dalam mencari sumber referensi yang berkualitas guna memenuhi kebutuhan informasinya.

(8)

BAB II

PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA

2.1. Pengertian Pustakawan

Pustakawan Tentunya bertautan erat dengan kata pustaka. Bila akan didefinisikan , maka

pustakawan adalah orang yang berhubungan dengan pustaka. Sedangkan pustaka adalah sinonim dari kata buku. Oleh karena itu pustakawan selalu berhubungan dengan buku. Definisi Pustakawan menurut Organisasi Pustakawan Indonesia (IPI) dalam Iskandar (2011: 34) adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha untuk memberikan layanan /jasa kepada masyarakat sesuai dengan misi yang diemban oleh badan induknnya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diperlukannya melalui pendidikan.

Menurut surat keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada tahun 1988 kemudian di susul dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, maka Pustakawan ialah mereka yang memperoleh pendidikan minimal D2 ke atas. Dalam hal ini D2 dalam Ilmu Perpustakaan.

Lebih lanjut dalam UU No.43 Tahun 2007 tetang perpustakaan, di tegaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan tentang kepustakwanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dalam Hermawan & Zen (2006: 46 ) sebagai Organisai yang menghimpun para Pustakawan dalam kode etiknya juga menegaskan bahwa “Pustakawan” adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknnya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang

dimilikinya melalui pendidikan. Pustakawan adalah orang yang berkarya secara professional di bidang perpustakaan dan informasi.

(9)

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Pustakawan adalah Profesi bagi orang yang bekerja di Perpustakaan dan pusat informasi. Profesi Pustakawan tidak membedakan antara Pustakawan Pemerintah (PNS) atau Pustakawan Swasta (Non-PNS)

A. Tugas Pokok Pustakawan

Sejak tahun 2002 pustakawan dikelompokan menjadi 7 ( tujuh ) jenjang jabatan fungsional, yang terdiri dari 2 (Dua) kelompok yaitu : Kelompok Pustakawan Tingkat Terampil (PTT) dan Pustakawan Tingkat Ahli ( PTA). Meskipun peraturan ini berlaku untuk pustakwan PNS, namun dapat pula dijadikan pedoman bagi pustakawan swasta dalam menetapkan jabatannya.

a. Pustakawan Tingkat Terampil (PTT)

Pustakawan Tingkat Terampil adalah Pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnnya diploma II Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi atau Diploma bidang lain yang di setarakan. Pustakawan Tingkat Terampil terdiri dari: pustakawan pelaksana,

pustakawan pelaksana lanjutan, dan pustakawan penyelia. Pustakawan Tingkat Terampil (PTT) memiliki tugas pokok :

 Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi. Dimana kegiatan

ini meliputi:

– Pengembangan Koleksi adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tetap mutahir dan sesuai dengan kebutuhan pemakai.

– Pengolahan bahan pustaka/koleksi adalah kegiatan mendeskripsikan bahan pustaka dan menyiapkan sarana temu kembali informasi.

– Penyimpanan dan melestarikan bahan pustaka adalah kegiataan menjaga penempatan koleksi perpustakaan yang ditujukan untuk memudahkan pertemuan kembali, memperkecil kerusakan dan memperpanjang usia bahan pustaka.

– Pelayanan informasi adalah memberikan bantuan dan jasa informasi kepada pemakai perpustakaan yang terdiri dari layanan sirkulasi, perpustakaan keliling, layanan pandang dengar, penyajian bahan pustaka, layanan rujukan, penelusuran literatur, bimbingan membaca, bimbingan pemakai perpustakaan, membina

(10)

kelompok pembaca, menyebarkan informasi terbaru atau kilat, penyebaran informasi terseleksi, membuat analisa kepustakaan, bercerita kepada anak-anak statistika.

 Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Kegiatannya meliputi :

– Penyuluhan-penyuluhan terdiri dari dua jenis kegiatan yaitu penyuluhan kegunaan-kegunaan dan pemanfaatan perpustakaan. Dokumentasi dan informasi adalah pemberian keterangan atau penjelasan kepada masyarakat pemakai tentang manfaat dan penggunaan perpustakaan, dokumentasi dan informasi sehingga mereka mengenal lebih jauh perpustakaan dan terdorong untuk memanfaatkannya.

– Publisitas adalah menyebarluaskan informasi tentang kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan infomasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik seperti : artikel, brosur, film, slide, situs-web dan lainnya. Melaksanakan publisitas terdiri dari menyusun materi publisitas, melakukan evaluasi pasca publisitas.

– Pameran; Pameran adalah kegiatan mempertunjukan kepada masyarakat tentang aktivitas, hasil kegiatan, dan kemampuan sumber informasi perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

b. Tugas Pokok Pustakawan Tingkat Ahli

Pustakawan Tingkat Ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk

pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana (S1) perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau diploma bidang lain yang disetarakan. Pustakawan Tingkat Ahli terdiri dari : pustakawan pertama, pustakawan muda, pustakawan madya; dan pustakawan utama. Tugas Pokok Pustakawan Tingkat Ahli (PTA) adalah:

 Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/ sumber informasi. Kegiatannya:

– Pengembangan koleksi, adalah kegiatan yang di tujukan untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tetap mutahir dan susuai dengan kebutuhan pemakai.

– Pengolahan bahan pustaka adalah kegiatan mendeskripsikan bahan pustaka dan menyiapkan sarana temu kembali informasi.

– Penyimpanan dan pelestarian bahan pustaka.

– Pelayanan informasi, adalah memberikan bantuan dan jasa informasi kepada pemakai perpustakaan.

(11)

 Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Kegiatannya meliputi:

– Penyuluhan; Penyuluhan terdiri dari dua jenis kegiatan, yaitu penyuluhan kegunaan dan pemanfaatan perpustakaan adalah pemberian keterangan/penejelasan kepada masyarakat pemakai tetang manfaat penggunaan perpustakaan.

– Publisitas adalah menyebarluaskan infomasi tetang kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik.

– Pameran adalah mempertunjukan kepada masyarakat tetang aktivitas, hasil kegiatan dan kemampuan sumber informasi perpustakaan.

 Pengkajian penyembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi

– Pengkajian perpustakaan, merupakan suatu kesatuan kegiatan utuh, yang dilaksanakan melalui lima sub kegiatan, yaitu penyusunan instrument, pengumpulan, pengolahan, analisis data, serta perumusan,

evaluasi dari penyempurnaan hasil kajian.

– Penyembangan perpustakaan adalah kegiatan untuk memperoleh cara baru guna mencari nilai tambah dari berbagai aspek perpustakaan.

– Menganalisa/kritik karya kepustakawanan adalah kegiatan membaca, menganalisis karya kepustakawanan orang lain baik dalam bentuk maupun informasi terekam lainnya, selanjutnya di laporkan dalam bentuk karya tulisan baru berupa ulasan/kritik saran/tanggapan secara sistimatis dan bersifat penyempurnaan karya tersebut.

– Menelaah pengembangan di bidang perpustakaan adalah kegiatan membaca, menganalisis krtik karya kepustakawanan orang lain baik dalam bentuk maupun informasi terekam lainnya, selanjutnya dilaporkan dalam bentuk karya tulisan baru berupa ulasan/kritik saran/tanggapan secara sistimatis dan bersifat penyempurnaan karya tersebut.

(12)

2.2. Pengertian Minat Baca

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pencerdasan perpustakaan tentu menjadikan masalah minat baca mahasiswa menjadi masalah yang urgen untuk diperhatikan disamping pola pengajaran yang dilakukan para pendidik guna mencapai visi dan misi dari keberadaan perpustakaan.

Menurut Wadaniah dalam Wijayanti (2007:6) “ minat baca adalah merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Seorang yang mempunyai minat baca yang besar ditunjukan oleh kesediaan untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian menjadi membaca atas keinginannya sendiri”.

Berbeda dengan Hartono dalam Wiajayanti (2007:6) “bahwa minat baca adalah perhatiaan dan kesadaran siswa membaca buku-buku pelajaran sebagai media belajar”. Siswa aktif menggunakan sarana perpustakaan sekolah dan meminjam buku pelajaran untuk dibaca, karena mereka ingin membuktikan informasi dan pengetahuan yang telah dipelajari. Dari kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah merupakan suatu keinginan yang tumbuh dalam diri seseorang atas dasar niat untuk

memahami dan menambah khasana keilmuan dalam menunujang proses pembelajaran baik dalam lingkup bidang formal maupun lainnya.

2.3. Tujuan Membaca

Ada banyak alasan kenapa orang membaca sehingga kalau kita tarik satu persatu maka akan mucul sebuah gambaran umum yang bisa ditarik sebagai suatu kesimpulan. Menurut Supriyanto (2006) dalam artikelnya yang berjudul “Peran Perpustakaan dan Pustakawan dalam Meningkatkan Minat dan Budaya Baca” adalah sebagai berikut:

– Mewujudkan suatu sistem penumbuhan dan pengembangan nilai ilmu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

– Mengembangkan masyarakat baca (reading society), lewat pelayanan masyarakat pelayanan

perpustakaan kepada masyarakat dengan penekanan pada penciptaan lingkuangan baca untuk semua jenis bacaan pada masyarakat.

(13)

– Meningkatkan pengembangan diri. Dengan membaca seseorang tentunya dapat menigkatkan ilmu penyetahuan sehingga daya nalarnya berkembang dan berwawasan luas yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

– Memenuhi tuntutan intelektual. Dengan membaca buku, pengetahuan bertambah dan perbedaharaan kata-kata meningkat, melatih imajinasi dan nalar sehingga terpenuhi kepuasan intelektual.

– Memenuhi kebutuhan hidup. Dengan membaca menambah pengetahuan praksis yang dapat berguna dalam kebutuhan sehari-hari.

– Mengetahui hal-hal yang aktual. Dengan membaca seseorang dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan tanpa harus pergi ke lokasi, misalnya adanya gempa bumi, kebakaran dan peristiwa wayang lainya.

2.4. Manfaat Membaca

Membaca adalah merupakan satu cara yang dapat dilakukan dalam mencari referensi ilmu pengetahuan guna menambah wawasan untuk memenuhi kebutuhan keilmuan baik dengan teks tercetak maupun dalam bentuk elektronik. Tentang manfaat membaca, Gray dan Rogers dalam Mudjito (1994:62) menyebutkan bahwa dengan membaca seseorang antara lain dapat:

– Mengisi waktu luang

– Mengetahui hal-hal aktual yang terjadi dilingkungannya – Memuaskan pribadi yang bersangkutan

– Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hari – Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut – Meningkatkan pengembangan diri sendiri

– Memuaskan tuntutan intelektual

– Memuaskan tuntutan spiritual, dan lain-lain

Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca dapat berpengaruh pada cara berpikir seseorang dalam melakukan segala aktifitas serta daya analisis dalam menyelesaiakan segala

(14)

macam persoalan dalam kehidupan keseharianya. Dengan demikian minat dapat ditingkatkan agar kebiasaan baca terus menjadi aktifitas yang tidak asing dalam kehidupan keseharian kita.

2.5. Strategi Meningkatkan Minat Baca

Sasaran setiap perpustakaan dalam meningkatkan minat baca masyarakat sesuai dengan lingkungan dimana perpustakaan itu berada, dan setiap perpustakaan bertanggungjawab terhadap peningkatan minat baca masyarakat di lingkungan masing-masing, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan pihak-pihak lain.

Ridwan Siregar (2004 : 97) menyatakan bahwa dalam rangka upaya meningkatkan minat baca masyarakat ada beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain :

1. Untuk Perpustakaan Sekolah : memperbaiki sistem pendidikan, fasilitas dan karakteristik pelayanan perpustakaan, dengan membuat kebijakan yang terkait dengan penetapan

persentase jumlah anggaran belanja untuk perpustakaan yang harus dikeluarkan dari anggaran belanja sekolah ( sebesar dua atau tiga persen setiap tahun )

2. Untuk Perguruan Tinggi : memperbaiki fasilitan dan karakteristik pelayanan perpustakaan dan mengubah metode pengajaran dari teaching-based kepada learning-based. Peran perpustakaan harus diubah dari sekedar store house yang pasif menjadi educational house yang aktif. Reformasi perkuliahan akan mempunyai efek timbal balik pada perpustakaan, dan efek timbal balik yang sama akan dihasilkan dari bahan-bahan bacaan dan pelayanan

perpustakaan yang disempurnakan.

3. Di Lingkungan Masyarakat : Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah yang terdapat disetiap Propinsi seharusnya dapat berperan lebih besar dalam mendorong dan menumbuhkan perpustakaan-perpustakaan umum tingkat Kecamatan, Desa dan Perpustakaan Masjid, agar pelayanan perpustakaan dapat menjangkau semua lapiran masyarakat.

Sedangkan Mastini Hardjoprakosa (2005 : 146) mengemukakan beberapa gagasan yang dapat diusahakan untuk meningkatkan minat baca :

1. Membaca harus dipromosikan sebagai kegiatan keluarga dan sekolah, sebaiknya dijadikan tradisi untuk memberi hadiah buku pada setiap ulang tahun, naik kelas dan lainnya, mengajak anak ke toko buku untuk memberi kesempatan anak memilih sendiri buku yang diinginkan.

2. Kegiatan mempromosikan buku sebagai bacaan yang menarik, sebaiknya penerbit bekerjasama dengan mass media seperti surat kabar, radio, TV untuk mempromosikan buku- buku berkualitas dengan harga terjangkau oleh masyarakat luas. Dan penerbit menerbitkan buku anak-anak dengan ilustrasi yang menarik dan harga terjangkau.

3. Peningkatan Fasilitas Perpustakaan dan Program Kegiatan Minat Baca, dengan menambah jumlah berbagai jenis perpustakaan ; Perpustakaan Daerah TK.II, Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Tempat Ibadah ( Masjid, Gereja, Pura, dan Vihara).

(15)

2.6. Peran Pustakawan Dalam Menumbuhkan Minat Baca

Pustakawan dalam upaya menumbuhkan minat baca masyarakat dewasa ini, tidak hanya

bertumpu pada apa yang pernah diterapkan didalam mengelola informasi dan bahan pustaka yang dimiliki saja, kemudian menunggu pengguna yang datang dan tidak melengkapi sarana perpustakaan dengan teknologi informasi yang mutakhir dan pustakawannya tidak proaktif.

Ratnaningsih dalam Engkos Koswara (1998 : 300) menyatakan Peran proaktif pustakawan berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat baca masyarakat sejak dini, memang utamanya dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan yang melayani anak-anak. Pustakawan harus mampu mengajar, membimbing, serta memberi contoh pada anak-anak antara lain :

1. Menata ruang baca anak sedemikian menarik, menyenangkan, dan nyaman, baik untuk kemudahan akses maupun interiornya agar anak tertarik untuk datang dan melihatnya.

2. Mengenalkan buku-buku gambar dan bacaan apa saja yang baik dan sesuai dengan jenjang usia dan pendidikan kelompok anak yang dibimbingnya.

3. Bercerita dari buku-buku yang baik dengan teknik yang menarik, untuk anak yang sudah dapat membaca tidak perlu sampai selesai ceritanya, kelanjutanya cerita tersebut disusruh menbaca sendiri. Sedangakan bagi kelompok yang belum bisa membaca, cerita sebaiknya dibacakan sampai selesai agar mereka benar-benar mengetahui jalan ceritanya dan suatu ketika diminta untuk memerankan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, dengan bimbingan pustakawan.

4. Melatih anak untuk mencatat hal-hal yang menurut mereka menarik.

5. Menginstrusksikan pada anak untuk saling menukar catatan atau cerita antar kelompok kemudian masing-masing kelompok membacakan bagi kelompoknya.

6. Melatih mereka untuk membuat catatan harian secara rutin tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.

7. Pustakawan dalam melakukan bimbingan dan latihan ini secara teratur, terjadwal, dan waktunya cukup.

Apabila pustakawan telah berperan proaktif dalam menyiapkan anak-anak sejak dini dengan mengenalkan, melatih dan membimbing sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, setidaknya anak akan terbiasa membaca secara teratur dan membuat catatan yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini merupakan budaya yang baik dimasyarakat yang dapat dilakukan oleh pustakawan dalam kehidupan generasi penerus dan masyarakat.

H. Soekarman Kartosedono (1998 : 316) mengemukan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan minat baca pada masyarakat, khususnya pada anak.

1. Tersedianya pilihan yang luas atas bahan bacaan anak

2.Tersedia nya buku-buku anak di rumah, di sekolah, perpustakaan maupun toko buku.

(16)

3. Seleksi yang dilakukan oleh pustakawan untuk atau atas nama kebutuhan anak-anak.

4. Tersedianya waktu dan kesempatan anak-anak untuk membaca.

5. Kebutuhan dan kemampuan pribadi dari anak-anak itu sendiri..

Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pustakawan dalam rangka pengelolaan dan pelayanan informasi terhadap pengguna, karena dengan cara tersebut akan dapat mempengaruhi pertumbuhan minat baca dalam masyarakat khususnya bagi anak-anak.

Mastini Hardjoprakosa (1998 : 306) mengemukakan bahwa pustakawan berperan sebagai pembina dalam hal :

1. Memberi informasi tentang koleksi atau bahan bacaan.

2. Menggunkan koleksi atau bahan bacaan.

3. Minat baca dan penulisan sinopsis

4. Pemilihan buku yang sesuai dengan kebutuhan usia anak.

Dari beberapa hal yang telah dikemukan diatas, menunjukkan adanya peran besar pustakawan dalam rangka menumbuhkan minat baca dalam masyarakat, khususnya bagi anak-anak.

(17)

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarakan dari beberapa uraia sebelumnya penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan terkait peran pustakawan dalam mingkatkan minat baca masyrakat adalah dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemegang kendali roda perpustakaan pustakawan masih banyak mengalami tantangan dan hambatan, baik segi aturan maupun ditingkatan komunikasi dengan lembaga yang memiliki hubungan dengan perpustakaan seperti halnya, kampus, sekolah, dan lembaga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam mewujudkan masyarakat yang memiliki tingkat minat baca yang tinggi.

Hal ini tentu disebakan oleh tingkat pemahaman dari orang-orang yang memegang kendali di lembaga dimana perpustakaan bernaung dalam hal ini adalah pihak kampus, sehingga terjadilah ketidaksingkronan dalam pencapaian visi, misi perpustakaan dan visi, misi lembaga dimana perpustakaan itu beranaung. Hal tentu terjadi kerena disebakan pola komunikasi yang dibangun oleh pustakawan selaku pengelola perpustakan yang tidak maksimal dalam menjelaskan akan tujuan dan manfaat dari keberadaan perpustakaan.

3.2. Saran

Dalam mengupayakan pencapai visi dasar dari pada perpustakaan, sebagai lembaga pencerdasan masyarakat bangsa, maka pustakawan dapat membangun komunikasi yang berkesenambungan dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan perpustakaan , untuk mempermudah dalam menjalankan tugas serta kerjasama dalam pencarian sumber dana dalam meningkatkan minat baca masyarakat.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

FA. Wiranto (editor) 2008. Perpustakaan dalam dinamika pendidikan dan masyarakat. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata.

Hardjoprakoso, Mastini , 2005. Bunga Rampai Kepustakawanan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Hermanwan, Rahman dan Zen Zukfikar. 2006. Etika Kepustakawanan (Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesi). Jakarta: Segung Seto.

Koswara, Engkos (editor) 2005 , Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung : IPI dan Remadja Rosdakarya,

Lasa, HS. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media.

Suherman. 2009. Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah : referensi pengelolaan perpustakaan sekolah. Bandung : MQS Publishing.

Referensi

Dokumen terkait