• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN ADMINISTRASI PERKARA DI TENGAH ERA PERADILAN MODERN Oleh: Rio Satria (Hakim PA Sukadana)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN ADMINISTRASI PERKARA DI TENGAH ERA PERADILAN MODERN Oleh: Rio Satria (Hakim PA Sukadana)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

ADMINISTRASI PERKARA DI TENGAH ERA PERADILAN MODERN Oleh: Rio Satria

(Hakim PA Sukadana) A. PENDAHULUAN

Setiap perkara yang diajukan ke pengadilan diproses dengan mengikuti tahapan-tahapan yang seharusnya, pada setiap tahapan tersebut diperlukan adanya pembinaan dan pengendalian administrasi secara tertib dan teratur. Administrasi yang tertib dan teratur dicerminkan oleh pola pengadministrasian yang benar dan berurut sesuai dengan tahapan-tahapan yang seharusnya.

Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian administrasi perkara secara tertib dan teratur sangat penting dilakukan agar setiap pengadilan di Indonesia mempunyai kesamaan pola tindak dan pola fikir (legal frame

work and unified legal opinion) dalam penangan administrasi perkara.

Ketua Mahkamah Agung RI berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/001/SK/I/1991, telah menetapkan pola pembinaan dan pengendalian administrasi kepaniteraan, khususnya di lingkungan Peradilan Agama, yakni untuk Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama. Pola tersebut meliputi lima bidang, yaitu:

1. Pola prosedur penyelenggaraan administrasi perkara pada tingkat pertama, banding, kasasi, dan Peninjaauan Kembali (PK);

2. Pola tentang register perkara; 3. Pola tentang keuangan perkara; 4. Pola tentang laporan perkara; 5. Pola tentang kearsipan perkara.

(2)

Kelima pola tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan jika tidak dilaksanakan secara tertib dan teratur, maka tertib administrasi yang diharapkan tidak akan terlaksana.1

Tertib administrasi perkara merupakan bagian dari Court of Law yang mutlak harus dilaksanakan oleh semua aparat peradilan dalam rangka mewujudkan peradilan yang mandiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Administrasi perkara merupakan proses2

penyelengggaraan administrasi oleh seorang administratur (aparatur peradilan), melingkupi perencanaan, pelaksanaan, dan dan pengawasan guna mencapai tujuan pokok yang telah ditetapkan semula, yakni pembinaan dan pengawasan administrasi perkara secara tertib dan teratur.3

Selain diatur di dalam Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI, sebagaimana disebutkan di atas, penjelasan tentang Pola Pembinaan dan Pengawasan Administrasi Perkara di lingkungan Peradilan Agama yang lazim disebut Pola Bindalmin, juga ditulis oleh perorangan di lingkungan Peradilan Agama, seperti buku yang ditulis oleh dua orang tokoh Peradilan Agama, Prof. Dr. Abdul Manan, S.H., S.Ip., M.Hum., dan Dr. H. Ahmad Kamil, S.H., M.Hum, yang berjudul Penerapan dan Pelaksanaan

Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Perkara di Lingkunan Peradilan Agama. Buku tersebut pertama kali diterbitkan oleh

Yayasan al-Hikmah, namun kemudian buku tersebut diterbitkan langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI dan dijadikan sebagai rujukan di dalam berbagai pelatihan-pelatihan

1 Abdul Manan dan Ahmad Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan

dan Pengendalian Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Agama, Cet. ke-3

(Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, t.t.), hal. 11-12.

2 Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara beruntun, sejak dari awal

sampai titik akhir, melingkupi menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, dan menyimpan. Ibid., hal. 14.

(3)

teknis yustisial yang diselenggaran oleh Mahkamah Agung RI, maupun dahulunya oleh Departemen Agama RI.4

Pada tahun 2007, Ketua Mahkamah Agung RI menerbitkan Surat Keputusan Nomor KMA/032/SK/IV/2007 Tentang Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan. Buku tersebut terbagi menjadi dua bagian, bagian satu menjelaskan tentang teknis administrasi dan bagian dua tentang teknis peradilan.

Sesuai dengan visi Mahkamah Agung RI, terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang agung, maka kebijakan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung RI mengarah kepada usaha untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap badan peradilan di Indonesia. Di antara upaya tersebut adalah mewujudkan pelayanan di pengadilan secara modern berbasis teknologi informasi, agar pengadilan dapat memberikan pelayanan yang cepat kepada para pencari keadilan ataupun pihak lain yang membutuhkan informasi dari pengadilan.

Narasi peradilan yang modern pertama kali di-launching sebagai tema besar sidang istimewa laporan tahunan Mahkamah Agung RI tahun 2018 yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 Februari 2019 di Jakarta Convention Center. Dalam acara tersebut diusung tema besar, yakni Era

Baru Peradilan Modern Berbasis Teknologi. Pada kegiatan tersebut,

Mahkamah Agung RI secara resmi meluncurkan aplikasi E-Court di bidang perkara perdata yang dinaungi oleh Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.

Ide besar tersebut tentu telah merubah pola pembinaan dan pengawasan administrasi perkara di Pengadilan Agama, sebagai salah satu pengadilan yang berada di bawah Mahkamah Agung RI. Pola Bindalmin yang diatur dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/001/SK/I/1991 dan Surat Keputusan Nomor

(4)

KMA/032/SK/IV/2007, tentunya selama ini, secara praktis lebih banyak diterjemahkan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi administrasi secara manual.

Administrasi sebagai sebuah proses tidak terikat dengan batasan-batasan, termasuk pertentangan antara sistem manual dengan modern. Sebagai sebuah pola prosedur penangan administrasi perkara di Pengadilan Agama, Pola Bindalmin perlu diselaraskan dengan ide besar Mahkamah Agung RI dalam mewujudkan peradilan modern. Oleh karena penulis merasa tema tersebut menarik untuk dibahas, maka penulis merumuskannya dalam sebuah tulisan ilmiah yang berjudul, Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Perkara di Tengah Era Peradilan Modern.

Agar pembahasan ini tidak melebar dengan kedangkalan ilmiah yang tidak memadai, maka batasan pembahasan dalam tulisan ini disesuaikan dengan batasan cakupan Pola Bindalmin selama ini. Tulisan ini membahas tentang pola prosedur penyelenggaraan administrasi perkara, pola register perkara, pola keuangan perkara, pola laporan perkara, dan pola kearsipan perkara di era peradilan modern.

B. PEMBAHASAN

1. Administrasi pendaftaran dan register perkara

Sebagai pelaksana administrasi perkara, panitera menerima perkara yang diajukan ke pengadilan untuk diproses lebih lanjut. Prosedur penerimaan perkara di Pengadilan Agama melalui beberapa meja, yaitu meja I, meja II, dan meja III. Meja dalam hal ini merupakan kelompok pelaksana teknis yang harus dilalui oleh suatu perkara di Pengadilan Agama, mulai dari penerimaan sampai perkara tersebut diselesaikan.5

5 Ibid., hal. 14-16; Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung

RI, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II), Revisi 2013 (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, 2013), hal. 9.

(5)

Petugas meja I pada pokoknya bertugas menerima gugatan, permohonan, verzet, permohonan eksekusi, dan perlawanan pihak ketiga (derden verzet). Petugas meja I menerima dan memeriksa kelengkapan berkas yang diserahkan oleh para pihak dengan menggunakan daftar kelengkapan berkas perkara (check list). Setelah memeriksa kelengkapan berkas perkara, petugas meja I menaksir panjar biaya perkara dengan berpedoman kepada surat keputusan ketua Pengadilan Agama tentang panjar biaya perkara, taksiran biaya tersebut dibubuhkan di dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) untuk dilakukan pembayaran ke bank, sebelum diproses lebih lanjut di kasir. Setelah pihak melakukan pembayaran di bank, pihak berperkara mendatangi kasir, berdasarkan bukti slip setoran yang telah divalidasi oleh pihak bank yang ditunjuk, kasir membubuhkan nomor perkara dan tanda lunas pada SKUM yang telah disediakan sebelumnya. Setelah tahapan tersebut selesai, maka kasir menyerahkan satu rangkap salinan gugatan yang telah diberi nomor perkara beserta SKUM asli kepada pihak yang mendaftarkan perkara untuk didaftarkan pada meja II. Hingga tahapan ini, proses administrasi perkara pada meja I telah selesai.6

Petugas meja II mencatat perkara yang baru didaftar pada register induk perkara, gugatan atau permohonan, sesuai dengan nomor perkara yang tercantum pada SKUM. Petugas meja II memasukkan surat gugatan/permohonan yang dilengkapi dengan formulir PMH, Penunjukan Panitera Pengganti, Penunjukan Jurusita Pengganti, PHS, dan instrumen lainnya. Berkas perkara tersebut diserahkan kepada panitera untuk diteruskan kepada ketua pengadilan. Petugas meja II menerima kembali berkas perkara yang telah dilengkpi dengan PMH, Penunjukan Panitera Pengganti serta Jurusita Pengganti yang telah ditandatangani untuk

6 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II), hal. 9-11; Manan dan

Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi

Perkara di Lingkungan Peradilan Agama, hal. 16-22; Purwosusilo, “Pola Bindalmin,” t.t., hal. 1-3.

(6)

dicatat di dalam register perkara. Selanjutnya petugas meja II menyerahkan berkas perkara kepada Majelis Hakim untuk penerbitan PHS. Petugas meja II bertugas mencatat seluruh kegiatan penyelesaian perkara, termasuk mencatat putusan pengadilan dalam register yang bersangkutan.7

Petugas meja III bertugas menyerahkan salinan putusan/penetapan pengadilan kepada pihak yang berkepentingan, menerima memori/kontra memori banding dan kasasi, serta jawaban/tanggapan peninjauan kembali, dan lain-lain, menyusun, menjahit, serta mempersiapkan berkas banding, kasasi, dan PK, menerima berkas perkara yang telah diminutasi hari itu dan menyerahkan pada meja II untuk dicatat di dalam register induk perkara, menyimpan arsip berkas perkara berjalan, dan menyiapkan serta memproses permohonan eksekusi.8

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI Nomor 1403.b/DjA/SK/OT.01.3/8/2018, Tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Lingkungan Peradilan Agama, konsep pelayanan di Peradilan Agama dilakukan secara terintegrasi, bukan hanya lingkup pelayanan keperkaraan secara khusus, namun juga termasuk pelayanan informasi (SK KMA Nomor

1-144/KMA/SK/I/2011) dan pengaduan (SK KMA Nomor

076/KMA/SK/VI/2009).9 Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di

7 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II), hal. 11-12; Manan dan

Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi

Perkara di Lingkungan Peradilan Agama, hal. 22-23; Purwosusilo, “Pola Bindalmin,” hal. 3.

8 Manan dan Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan

Pengendalian Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Agama, hal. 28-29;

Purwosusilo, “Pola Bindalmin,” hal. 4.

9 Lihat: Mahkamah Agung RI, “Rurat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI

Nomor Nomor 076/KMA/SK/VI/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pengaduan di Lingkungan Lembaga Peradilan” (2009); Mahkamah Agung RI, “Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011 Tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan” (2011).

(7)

Lingkungan Peradilan Agama melayani secara terintegrasi 5 (lima) jenis layanan, yakni:

1. Permohonan informasi; 2. Pendaftaran perkara; 3. Pembayaran biaya;

4. Penyerahan produk pengadilan; dan 5. Pengajuan keluhan/pengaduan.

PTSP di pengadilan diselenggarakan oleh tim PTSP yang terdiri dari, pengarah PTSP yang dijabat oleh ketua Pengadilan Agama, penanggung jawab PTSP dijabat oleh panitera dan sekretaris, pelaksana PTSP dijabat oleh para panitera muda dan kepada bagian/kepala sub bagian, dan petugas PTSP dijabat oleh pegawai pengadilan yang dinilai cakap dan mapu.10

Mekanisme pelayanan dengan sitem meja sudah beralih menjadi sistem pelayanan yang terintegrasi melalui program PTSP. Penulis melihat bahwa perubahan ini mesti disikapi dengan melakukan revisi dan penyempurnaan Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II) yang sebelumnya menggunakan sistem meja dalam menjalankan administrasi perkara.

Selain perubahan tersebut di atas, sistem administrasi perkara elektronik dengan menggunakan aplikasi E-Court sudah di-launching pada saat sidang istimewa laporan tahunan Mahkamah Agung RI, sebagaimana telah disebutkan di atas. Aplikasi tersebut terintegrasi dengan aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) yang selama ini sudah digunakan untuk mendukung proses administrasi perkara dan pelayanan kepada para pencari keadilan.11

10 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, “Surat

Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI Nomor 1403.b/DjA/SK/OT.01.3/8/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Lingkungan Peradilan Agama” (2018).

11 Mahkamah Agung RI, “Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018

(8)

Pelaksanaan administrasi perkara secara elektronik di lingkungan Peradilan Agama mencakup seluruh jenis perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama. Layanan tersebut melingkupi layanan pendaftaran perkara (e-filling), pembayaran biaya perkara (e-payment), dan pemanggilan para pihak (e-summons) secara daring.

Jenis pelayanan administrasi perkara secara elektronik dirinci lebih lanjut di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik, yakni melingkupi:

1. Pendaftaran;

2. Pembayaran, penambahan, dan pengembalian sisa panjar biaya perkara; 3. Pemanggilan; 4. Jawaban; 5. Replik; 6. Duplik; 7. Kesimpulan; 8. Pemberitahuan;

9. Pengiriman salinan putusan; dan 10. Tata kelola administrasi perkara.

Perkara yang didaftar oleh pengguna terdaftar, untuk saat ini masih terbatas bagi advokad, melalui aplikasi E-Court dan telah dilakukan pembayaran oleh pihak tersebut, selanjutnya diverifikasi oleh Panitera

Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 454 (2018); Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, “Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik” (2018); Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, “Surat Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor 0424/DjA/HM.00/II/2019 Tentang Penerapan Administrasi Register Perkara dan Keuangan Perkara Secara Elektronik Pada Peradilan Agama,” 11 Februari 2019.

(9)

Muda Gugatan/Permohonan melalui SIPP. Apabila perkara tersebut telah diverifikasi, maka secara otomatis perkara itu mendapat nomor register perkara dari SIPP.12

Data perkara, baik yang didaftar secara langsung maupun yang didaftar melalui E-Court, tersimpan secara lengkap di dalam SIPP, mulai dari data umum setiap perkara melingkupi data para pihak, kuasa hukum, posita dan petitim gugatan/permohonan, serta data perkara lainnya yang mengikuti proses penanganan perkara. Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor 0424/DjA/HM.00/II/2019 Tentang Penerapan Administrasi Register Perkara dan Keuangan Perkara Secara Elektronik Pada Peradilan Agama, data perkara yang tersimpan secara elektronik pada SIPP memiliki kekuatan yang sama dengan register perkara manual yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.13

Oleh karena E-Register memiliki kekuatan hukum yang sama dengan register manual, maka sejak tahun 2019 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama tidak lagi mengirim buku register perkara ke seluruh Pengadilan Agama di Indonesia. Berdasarkan ketentuan Buku II Revisi Tahun 2013, terdapat 16 jenis register perkara, dimulai dari Register Induk Perkara Gugatan/Permohonan (R1-PA1G/R1-PA1P) sampai dengan Register Mediator (R1-PA16).14

Ketua pengadilan bertanggung jawab penuh memonitoring dan mengevaluasi data perkara dan keuangan perkara yang diinput pada

12 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Surat

Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik.

13 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, “Surat

Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor 0424/DjA/HM.00/II/2019 Tentang Penerapan Administrasi Register Perkara dan Keuangan Perkara Secara Elektronik Pada Peradilan Agama.”

14 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

(10)

SIPP setiap hari, paling lambat 1 (satu) jam menjelang jam kerja berakhir. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa data perkara dan keuangan perkara yang diinput pada hari itu sudah diinput secara lengkap dan benar. Aplikasi E-Register berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk memvalidasi data SIPP dan sarana untuk mencetak buku register perkara yang sesuai dengan Pola Bindalmin.15

2. Keuangan perkara

Asas berperkara perdata pada pengadilan adalah, tidak ada biaya

tidak ada perkara, kecuali dalam perkara prodeo. Panitera bertanggung

jawab atas pengelolaan biaya perkara dan dalam melaksanakan tugas tersebut, panitera dibantu oleh kasir, sebagai pemegang buku induk keuangan perkara dan buku keuangan lainnya. Kasir bertugas untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran uang setiap hari dalam buku jurnal yang bersangkutan dan juga mencatat di dalam buku kas bantu yang dibuat dua rangkap, satu rangkap disimpan oleh kasir dan satu rangkap lagi diserahkan kepada panitera sebagai laporan. Panitera atau petugas yang ditunjuk mencatat penerimaan dan pengeluaran uang perkara di dalam Buku Induk Keuangan Perkara.16

Administrasi keuangan secara elektronik, E-Keuangan, merupakan salah satu cara mengelola administrasi keuangan perkara di pengadilan, guna mempercepat terwujudnya administrasi peradilan secara efektif, efisien, dan modern, sekaligus sebagai bentuk implementasi Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018. Aplikasi keuangan perkara merupakan aplikasi pendukung SIPP, mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran uang perkara sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Agama (Buku II). Aplikasi E-Keuangan dapat difungsikan untuk 15 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

Penerapan 9 Aplikasi Unggulan Ditjen Badilag (Jakarta: Direktorat Jenderal Badan

Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, t.t.), hal. 13.

16 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

(11)

memvaliadasi data keuangan perkara, mencetak buku keuangan perkara mulai dari KI-PA1/G dan KI-PA1/P sampai dengan KI-PA8a serta KI-PA8b, dan sebagai sarana pelaporan keuangan perkara.17

Sebagaimana dengan penerapan Register, penerapan aplikasi E-Keuangan juga mengakibatkan Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama mengambil kebijakan untuk tidak lagi mengirim buku keuangan perkara kepada pengadilan di seluruh Indonesia sejak tahun 2019. Dengan demikian, penginputan keuangan perkara pada SIPP harus dilakukan secara tepat dan benar, tepat waktu dan data yang diinput benar, sesuai dengan jumlah serta jenis transaksi yang terjadi.

3. Laporan perkara

Pengawasan terhadap kinerja lembaga peradilan secara berjenjang dapat dilakukan dengan cara memeriksa pekerjaan, meneliti proses kerja, menilai dan meneliti hasil kerja, pembinaan dan pengawasan, dan juga dengan meneliti laporan-laporan sebagaimana ditetapkan oleh Pola Bindalmin. Laporan perkara memiliki fungsi sebagai berikut:18

1. Alat pemantau segala tingkah laku dan perbuatan hakim dan pejabat kepaniteraan oleh Mahkamah Agung RI dan Pengadilan Tinggi Agama sebagai kawal depan Mahkamah Agug RI;

2. Bahan untuk meneliti kebenaran dari evaluasi yang dibutuhkan oleh Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama;

3. Bahan dan dasar bagi Mahkamah Agung RI untuk mengevaluasi hasil pengawasan yang dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Agama dan bahan serta dasar bagi Pengadilan Tinggi Agama untuk mengevaluasi hasil pengawasan Pengadilan Agama; dan

17 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

Penerapan 9 Aplikasi Unggulan Ditjen Badilag, hal. 14.

18 Manan dan Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan

(12)

4. Bahan untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, sehingga dalam mengambil keputusan dalam rangka pembinaan lebih lanjut dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.

Berdasarkan Buku II Revisi 2013 terdapat 13 jenis laporan perkara, mulai dari LI-PA1 sampai dengan LI-PA13. Laporan keadaan perkara, keuangan perkara, dan jenis perkara dibuat setiap akhir bulan. Laporan perkara yang dimohonkan banding, kasasi, PK, dan eksekusi dibuat setiap 4 (empat) bulan, yaitu pada akhir bulan April, Agustus, dan Desember. Sedangkan laporan kegiatan hakim dibuat setiap 6 (enam) bulan, yaitu pada akhir bulan Juni dan Desember. Asli laporan dikirim kepada Pengadilan Tinggi Agama dan lembaran kedua dikirim kepada Mahkamah Agung Cq. Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama.19

Terakhir, teknis pelaporan ini juga sudah mengalami perubahan sesuai dengan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama.

Sebagai salah satu wujud implementasi Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018, penulis berpandangan bahwa ke depan penyampai laporan perkara sudah semestinya dilakukan secara elektronik, tidak perlu lagi dicetak dan dikirim secara manual. Hal demikian sangat dimungkinkan karena data perkara yang dilaporkan, secara komprehensif sudah terekam di dalam aplikasi SIPP. Dengan kajian yang matang oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama didukung oleh tim teknologi informasi yang tersedia, maka mekanisme pelaporan perkara ke depan mesti dilakukan secara elektronik dengan mekanisme paperless.

19 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

(13)

4. Arsip perkara

Tugas administrasi arsip perkara bukanlah tugas yang mudah, tugas tersebut memelukan penanganan yang serius, meskipun selama ini sering terkesan diabaikan. Arsip perkara memiliki nilai sebagai berikut:20

a. Administratif value (nilai administrasi; b. Legal value (nilai hukum);

c. Fiskal value (nilai keuangan);

d. Research value (nilai penelitian; dan

e. Educational value (nilai dokumentasi/pendidikan).

Setelah arsip perkara diminutasi, petugas meja III menyimpan berkas perkara untuk keperluan arsip. Secara umum arsip perkara dapat dibedakan menjadi dua, yakni arsip perkara yang sudah tidak aktif, dikelola oleh panitera muda hukum, dan arsip perkara yang masih aktif, belum berkekuatan hukum atau sudah berkekuatan hukum namun belum dieksekusi, termasuk perkara cerai talak yang belum ikrar talak, dikelola oleh panitera muda gugatan/permohonan atau petugas yang ditunjuk untuk menjalankan tugas tersebut.21

Arsip perkara digolongkan berdasarkan nomor perkara dan jenis perkara, perkara gugatan dan permohonan. Arsip dimasukkan ke dalam box dengan diberikan catatan, nomor urut box, tahun perkara, jenis perkara, dan nomor urut perkara.22

Aplikasi SIPP menyediakan menu yang berkaitan dengan arsip, baik berupa menu penyimpanan arsip perkara secara digital maupun penataan pencatatan arsip perkara. Penataan arsip perkara melalui SIPP akan

20 Manan dan Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan

Pengendalian Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Agama, hal. 81-82.

21 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II), hal. 51; Purwosusilo,

“Pola Bindalmin,” hal. 39.

22 Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, Pedoman

Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II), hal. 51; Manan dan

Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi

(14)

mengasilkan administrasi pengarsipan perkara yang tertib dan teratur, sehingga posisi arsip perkara mudah untuk dilacak keberadaannya, di samping itu, dengan tersedianya arsip digital pada SIPP, seperti arsip putusan yang ditekankan melalui program prioritas Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, one day minute one day publish, juga mempermudah penanganan ketika arsip putusan hilang, sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1952.23

Perubahan pola pembinaan dan pengawasan administrasi perkara tersebut di atas, mulai dari adminitrasi penerimaan perkara, register perkara, keuangan perkara, pelaporan, dan pengarsipan perkara, yang dilakukan secara terintegrasi dengan pelibatan teknologi informasi, perlu ditanggapi dengan menyusun Pedoman Tugas dan Administrasi Perkara Pada Peradilan Agama (Pola Bindalmin) yang secara komprehensif mengikuti perubahan dimaksud. Agar setiap aparatur Peradilan Agama, dimanapun bertugas, dapat memberikan pelayanan yang terukur dan terstandar.

Ide besar mewujudkan badan peradilan Indonesia yang modern berbasis teknologi informasi untuk melayani, sebagaimana tema Hari Ulang Tahun (HUT) Mahkamah Agung RI yang ke-74 tahun 2019, tidak menjadikan eksistensi Pola Bindalmin yang ada selama ini menjadi tidak relevan lagi. Pada era digital saat ini yang dibutuhkan adalah pelibatan teknologi informasi dalam mengelola administrasi perkara, namun pengelolaan tersebut tetap harus dilakukan secara tertib dan teratur sesuai dengan ketentuan Pola Bindalmin.

C. PENUTUP 1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa target Mahkamah Agung RI untuk mewujudkan pelayanan berbasis 23 Manan dan Kamil, Penerapan dan Pelaksanaan Pola Pembinaan dan

(15)

teknologi informasi, seperti penggunaan SIPP dan E-Court yang sudah bersip-siap bertransformasi menjadi E-Litigation, tidak menjadikan eksistensi Pola Bindalmin tidak relevan lagi. Pengelolaan administrasi perkara dengan menggunakan teknologi informasi tetap harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan ketentuan Pola Bindalmin, namun ketetentuan tersebut perlu disesuaikan dengan kemajuan Peradilan Agama pada era digital saat ini.

2. Saran

Penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka tentunya penulis sangat mengharapkan adanya tanggapan dari para pembaca sekalian. Semoga tulisan ini memberikan manfaat terhadap pengembangan Pola Bindalmin di lingkungan Peradilan Agama pada era peradilan modern saat ini.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI.

Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama (Buku II). Revisi 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan

Agama Mahkamah Agung RI, 2013.

———. Pedoman Penerapan 9 Aplikasi Unggulan Ditjen Badilag. Jakarta: Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, t.t.

———. “Surat Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor 0424/DjA/HM.00/II/2019 Tentang Penerapan Administrasi Register Perkara dan Keuangan Perkara Secara Elektronik Pada Peradilan Agama,” 11 Februari 2019.

———. Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI Nomor 1403.b/DjA/SK/OT.01.3/8/2018 Tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Lingkungan Peradilan Agama (2018).

———. Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Nomor 1294/DjA/HK.00.6/SK/05/2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik (2018).

Mahkamah Agung RI. Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik, Pub. L. No. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 454 (2018).

———. Rurat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor Nomor 076/KMA/SK/VI/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pengaduan di Lingkungan Lembaga Peradilan (2009).

———. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011 Tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan (2011).

Manan, Abdul, dan Ahmad Kamil. Penerapan dan Pelaksanaan Pola

Pembinaan dan Pengendalian Administrasi Perkara di Lingkungan Peradilan Agama. Cet. ke-3. Jakarta: Direktorat Jenderal Badan

Peradilan Agama Mahkamah Agung RI, t.t. Purwosusilo. “Pola Bindalmin,” t.t.

Referensi

Dokumen terkait

Pada stadium ini ditandai oleh perubahan sel granulosa folikel primordial dari pipih menjadi kuboid menunjukkan mulainya folikel primer. Pada saat yang sama mulai tampak

Berdasarkan kajian dari buku tersebut, artikel ini akan membahas tentang pola kepemimpinan efektif yang mampu dalam menciptakan iklim sekolah yang positif dan aman melalui

Parameter gulma yang diamati meliputi jenis gulma dan berat kering gulma pada lahan sebelum percobaan, jumlah dan berat kering gulma dari setiap kedalaman tanah dan

jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang ditemukan pengawas atau yang dilaporkan oleh masyarakat serta tindaklanjutnya langkah yang tengah dilakukan pengadilan

Pada Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik Indonesia, amanah untuk melakukan pelayanan publik dengan baik ditegaskan dalam Surat Keputusan Direktur Jendral

Direktur Pembinaan Tenaga Teknis dan Administrasi Peradilan Militer, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Militer dan Tata Usaha Negara, Mahkamah Agung RI 11.. Direktur

Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum nomor 3239/DJU/SK/HM02.3/11/2019 tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum nomor

Prosedur pengelolaan aplikasi satuan kerja mengacu pada Prinsip aplikasi sesuai dengan SK KMA Nomor 269/KMA/SK/XII/2018 Tentang Tata Kelola Teknologi Informasi dan