• Tidak ada hasil yang ditemukan

STIKES NGUDI WALUYO HUBUNGAN SUAMI SIAGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS SUMOWONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STIKES NGUDI WALUYO HUBUNGAN SUAMI SIAGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS SUMOWONO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES NGUDI WALUYO

HUBUNGAN SUAMI SIAGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS SUMOWONO

KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Diploma IV Kebidanan

Oleh : YULIANA NIM 030214a052

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN

2015

(2)
(3)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi DIV Kebidanan

Skripsi, Agustus 2015 Yuliana

030214a052

“Hubungan Suami Siaga dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang”

ABSTRAK

Reaksi psikologis dan emosional primigravida ditunjukkan dengan adanya rasa kecemasan. Rasa cemas, panik dan takut yang melanda ibu dapat mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah ibu primigravida yang melakukan ANC di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, dengan sampel sebanyak 56 responden menggunakan teknik total sampling. serta alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami ibu primigravida yang menghadapi persalinan yang siaga masing-masing sebanyak 28 orang (50,0%), tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan sebagian besar cemas sedang yaitu sebanyak 33 orang (58,9%). Ada hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, dengan p value 0,030 (α = 0,05).

Sebaiknya ibu hamil meningkatkan pemahaman dirinya dan suaminya tentang persalinan dan suami siaga dengan aktif mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh pihak terkait sehingga dapat mengurangi kecemasan yang dialami dan meningkatkan kesiagaan suami yang mempunyai istri hamil.

Kata Kunci : suami siaga, tingkat kecemasan, ibu primigravida

Kepustakaan : 35 (2005-2015)

(4)

HUBUNGAN SUAMI SIAGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS SUMOWONO

KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Yuliana*)

Gipta Galih Widodo, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB **) Indri Mulyasari, S.Gz., M.Gizi **)

*) Mahasiswa Prodi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo

**) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo

***) Dosen Prodi Gizi STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRACT

Psychological and emotional reactions primigravid indicated by the flavor of anxiety.

Anxiety, panic and fear that swept the mother can interfere with labor and the resulting length of the delivery process. The purpose of this study was to determine the relationship of husband and standby with the level of anxiety in the face of labor primigravida at PHC Sumowono Sumowono District of Semarang District. This type of design in the form of descriptive correlational study with cross sectional approach. The study population was primigravida who did the ANC in PHC Sumowono Sumowono District of Semarang District, with a sample of 56 respondents using total sampling technique. as well as data retrieval tool using a questionnaire. Data analysis used frequency distribution and chi square test.

The results showed that the mother's husband were facing labor primigravid mostly less idle as many as 28 people (50,0%). the level of anxiety in the face of labor primigravida mostly concerned were as many as 33 people (58,9%). There is a marital relationship with the level of anxiety standby primigravida in the face of labor in sub-district Puskesmas Sumowono Sumowono Semarang District, with p value 0,030 (α = 0,05).

Pregnant women should increase understanding of herself and her husband about labor and idle husband actively following the extension granted by the parties concerned so as to reduce the anxiety experienced and increase alertness husband who has a pregnant wife.

Keywords : husband standby, the level of anxiety, primigravida Bibliography: 35 (2005-2015)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Peristiwa penting bagi seorang wanita diantaranya adalah kehamilan, dimana seorang wanita akan mengalami perubahan dirinya baik fisiologis maupun psikologis. Setiap wanita akan membayangkan tentang kehamilan, seperti apa proses persalinan dan bagaimana menjadi seorang ibu. Persepsi ini mempengaruhi bagaimana ia merespon

terhadap kehamilan (Bobak, Jensen &

Lowdermilk, 2005).

Setiap wanita memiliki

pengalaman yang berbeda dalam

menjalani kehamilannya, antara

primigravida dan multigravidapun

terjadi perbedaan suasana emosional,

fisik maupun psikologis (Solihah,

2010). Umumnya, reaksi psikologis

dan emosional primigravida

ditunjukkan dengan adanya rasa

kecemasan, kegusaran, ketakutan dan

(5)

kepanikan akan kehamilannya. Selain itu dukungan suami, umur, tingkat pendidikan, status ekonomi, keadaan fisik dan kesiapan kehamilan mempengaruhi kondisi psikologisnya (Taufik, 2010).

Persalinan merupakan masa yang cukup berat bagi ibu, dimana proses melahirkan layaknya sebuah pertaruhan hidup dan mati seorang ibu, terutama pada ibu primipara, dimana mereka belum memiliki pengalaman melahirkan. Rasa cemas, panik dan takut yang melanda ibu dengan semua ketidakpastian serta rasa sakit yang luar biasa yang dirasakan ibu dapat mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan (Kurniasih, 2004). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan bayinya.

Perasaan cemas pada ibu primigravida salah satunya terjadi karena mendengar pengalaman-pengalaman yang menakutkan dan tragis dari perempuan lain saat persalinan (Bobak, Jensen &

Lowdermilk, 2005).

Menurut Depkes RI (2008), di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 373.000.000 orang ibu hamil, dan yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan ada sebanyak 107.000.000 orang (28,7%). Perubahan psikologis terutama kecemasan ibu yang menghadapi persalinan sangat bervariasi. Dukungan yang diterima di lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang

mendampinginya, sangat

mempengaruhi aspek psikologisnya, maka dalam hal ini, ibu yang bersalin harus ditemani oleh orang yang ia percaya dan membuatnya merasa nyaman (Rukiyah, 2010Indikator suami siaga secara rinci adalah siap, antar dan jaga. Persiapan yang harus dilakukan diantaranya secara mental dimana ketika ibu sedang menghadapi perslainan, suami mempersiakan

mentalnya untuk memberikan dukungan atau semangat kepada istri.

Secara fisik, suami mempersiapkan untuk menjaga dan melindungi istrinya dan secara materil, suami mempersiapkan dana untuk persalinan istrinya. Indikator berikutnya yaitu antar dimana suami mengantarkan istri ketika ia merasakan adanya tanda- tanda dan gejala persalinan. Indikator terakhir yaitu jaga dimana suami menjaga istri ketika menghadapi persalinan. Seorang suami dengan istri yang sedang hamil dalam konsep suami siaga diharapkan siap mewaspadai setiap risiko kehamilan yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesehatan dan kehamilannya, serta segera mengantar ke rujukan terdekat bila ada tanda-tanda komplikasi kehamilan (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

Menjadi suami siaga merupakan bukti nyata bahwa suami mendukung sepenuhnya kehamilan istri. Dukungan penuh dan peran nyata suamai kepada sang istri yang sedang hamil dapat meningkatkan kesiapan menghadapi kehamilan dan persalinan, meningkatkan produksi ASI ketika masa menyusui dan mengurangi kecemasan saat persalinan (Anggarani dan Subekti, 2013).

Ibu-ibu dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat dan lebih mudah. Kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stres dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik (Musbikin, 2007).

Berdasarkan hasil studi

pendahuluan di Puskesmas Sumowono

Kecamatan Sumowono Kabupaten

Semarang menunjukkan terjadi

(6)

persalinan primipara normal pada bulan Februari 2015 sebanyak 54 kasus. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2013 diperoleh jumlah kematian bayi paling tinggi di Kabupaten Semarang adalah Kecamatan Sumowono yaitu 15 orang dari 190 orang (16,7%), yaitu 8 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 ibu primigravida trimester III yang menunggu saat-saat persalinan primipara di bersalin di Puskesmas Sumowono diperoleh data angka tingkat kecemasan ibu ketika menghadapi persalinan diperoleh 6 orang mengalami cemas kategori sedang dimana 4 ibu menyatakan bahwa suami mereka melaksanakan program suami siaga (menyiapkan biaya persalinan, bersedia mengatar ANC dan menjaga ibu saat menunggu persalinan) dan 2 orang menyatakan bahwa suami mereka tidak melaksanakan program suami siaga (belum menyiapkan biaya persalinan, tidak bersedia mengatar ANC dan tidak menjaga ibu saat menunggu persalinan).

Ibu yang mengalami cemas kategori ringan sebanyak 4 orang dimana 2 ibu menyatakan bahwa suami mereka melaksanakan program suami siaga (menyiapkan biaya persalinan, bersedia mengatar ANC dan menjaga ibu saat menunggu persalinan) dan 2 orang menyatakan bahwa suami mereka tidak melaksanakan program suami siaga (belum menyiapkan biaya persalinan, tidak bersedia mengatar ANC dan tidak menjaga ibu saat menunggu persalinan). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas menunjukkan bahwa sebagian primigravida mengalami cemas sedang meskipun suami mereka sudah melaksanakan program suami siaga setelah mendapat informasi dan dukungan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan khususnya bidan ketika mereka melakukan ANC.

Program pendampingan orang kedua (khususnya suami) di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dalam proses persalinan sudah berjalan dan terlaksana dimana ruang bersalin cukup luas dan banyaknya tenaga kesehatan yang bertugas ditambah mahasiswa praktek yang ikut dalam persalinan, sertan upaya pendampingan orang kedua (khususnya suami) diprioritaskan untuk tetap dilaksanakan.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul,

“Hubungan Suami Siaga dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah adakah hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum : Mengetahui

hubungan suami siaga dengan tingkat

kecemasan ibu primigravida dalam

menghadapi persalinan di Puskesmas

Sumowono Kecamatan Sumowono

Kabupaten Semarang. Tujuan Khusus :

Mengetahui gambaran suami siaga ibu

primigravida dalam menghadapi

persalinan di Puskesmas Sumowono

Kecamatan Sumowono Kabupaten

Semarang. Mengetahui gambaran tingkat

kecemasan ibu primigravida dalam

menghadapi persalinan di Puskesmas

Sumowono Kecamatan Sumowono

Kabupaten Semarang. Mengetahui

hubungan suami siaga dengan tingkat

kecemasan ibu primigravida dalam

(7)

menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

4. Manfaat Penelitian

Bagi Puskemas Sumowono : sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan untuk memfasilitasi keikutsertaan suami mendampingi istri dalam masa kehamilan dan persalinan. Bagi peneliti : dapat meningkatkan pemahaman tentang adanya hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida pada trimester tiga dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono. Bagi Ibu Hamil : dapat membantu ibu hamil mengurangi tingkat kecemasan pada trimester tiga dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono. Bagi Suami : dapat memberikan gambaran bagi suami tentang pentingnya keterlibatan suami khususnya suami siaga dalam mengatasi kecemasan dalam menghadapi persalinan.

BAHAN DAN CARA 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primigravida trimester III yang melakukan ANC di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, yaitu sebanyak 56 orang (Data bulan Juli 2015).

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu primigravida yang melakukan ANC di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, yaitu sebanyak 56 orang (Data bulan Februari 2015).

3. Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).

HASIL

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Suami Siaga dalam Menghadapi Persalinan Ibu Primigravida di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Suami Siaga dalam Menghadapi Persalinan Ibu Primigravida di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Suami siaga (f) (%)

Kurang 28 50,0

Siaga 28 50,0

Jumlah 56 100,0

Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa suami ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang kurang dan siaga berjumlah sama yaitu 28 orang (50,0%).

2. Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Persalinan Di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tingkat Kecemasan (f) (%)

Cemas sedang 33 58,9

Cemas ringan 23 41,1

Total 56 100,0

Tabel 4.9 di atas menunjukkan

bahwa tingkat kecemasan ibu

primigravida dalam menghadapi

persalinan di Puskesmas Sumowono

Kecamatan Sumowono Kabupaten

Semarang lebih banyak yang

mengalami cemas sedang yaitu

(8)

sebanyak 33 orang (58,9%) sisanya 23 orang (41,1%) mengalami cemas ringan.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

Tabel 10 Hubungan Suami Siaga dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Suami siaga

Tingkat kecemasan Sedang Ringan Total

f % f % f % Kurang 21 75,0 7 25,0 28 100,0 Siaga 12 42,9 26 57,1 28 100,0

Jumlah 33 58,9 23 41,1 56 100,0

OR = 4,000 p value = 0,030

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh didapatkan p value 0,030 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Kemudian dari hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh OR sebesar 4,000 artinya responden yang mempunyai suami siaga cederung 4,000 mengalami cemas ringan dalam menghadapi persalinan dibandingkan yang mempunyai suami yang kurang siaga.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Suami Siaga dalam Menghadapi Persalinan Ibu Primigravida di Puskesmas

Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang kurang siaga sebanyak 28 orang (50,0%). Hal tersebut dimungkinkan karena pendapatan yang rendah dari keluarga tersebut. Pendapatan yang rendah menyebabkan suami tidak mempunyai banyak pilihan dalam membelanjakan uangnya. Suami responden mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan pokok dari pada menglokasikannya untuk biaya persalinan karena mereka menangharapkan biaya persalinan dari asuransi yang diberikan oleh pemerintah.

Salah satu hal yang harus dilakukan oleh suami siaga, diantaranya segera mengambil langkah sigap dan siaga (siap, antar, jaga).

Jangan sampai istri mendapatkan penanganan terlambat. Sebab, selain menyakitkan, keterlambatan penanganan juga dapat membahayakan dan mempersulit persalinan. Jadi, supaya sigap menangani istri yang hendak melahirkan, kenali ciri-ciri ibu hamil yang menjalani kehamilan dan yang akan melahirkan (Andrianto, 2014:93).

Responden menyatakan bahwa suami tidak segera ke tempat pelayanan persalinan untuk memperoleh pertolongan medis ketika mereka membutuhkan perawatan.

Suami cenderung menenangkan ibu

yang mengalami kecemasan karena

rasa nyeri dengan banyak membaca

doa, kecuali jika keluhan tersebut

terjadi pada pagi sampai siang hari

mereka bersedia membawa ibu ke

puskesmas terdekat. Suami juga belum

dapat mengambil keputusan tenaga

penolong persalinan yang akan

digunakan. Mereka cenderung

(9)

menunggu keputusan dari orang tua ibu hamil untuk memutuskan tenaga persalinan yang akan digunakan.

responden juga menyatakan bahwa suami kurang dalam menjaga istri dalam menjalani kehamilan dikarenakan mereka harus bekerja keras mengumpulkan biaya untuk persiapan persalinan anak mereka.

Suami ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang kurang siaga dimungkinkan karena faktor pendapatan yang rendah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa suami ibu primigravida di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang kurang siaga selama istrinya menghadapi persalinan sebanyak 28 orang dimana sebagian besar berpendapatan dibawah upah minimum regional (Rp 1.419.000) yaitu sebanyak 25 orang (69,4%) lebih banyak dari pada yang berpendapatan sebesar upah minimum regional yaitu sebanyak 3 orang (15,0%). Pendapatan suami ibu primigravida di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang rendah menyebabkan seorang mereka cenderung mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan pokok dari pada menglokasikannya untuk biaya persalinan. Sebagian dari mereka mengharapkan biaya persalinan dari asuransi yang diberikan oleh pemerintah. Selain itu, mereka juga bekerja dengan keras sehingga waktu untuk memperhatikan istrinya yang menghadapi persalinan menjadi berkurang.

Sebagian besar masyarakat (75%-100%) penghasilannya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga yang setiap bulan bersaldo rendah. Sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan

kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan untuk membayar. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya karena permasalahan keuangan (Andrianto, 2014:113).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rachmawati (2014) tentang kondisi sosio demografi pasangan usia subur (PUS) dan peran suami siaga terhadap kesehatan maternal di Desa Sumokali, Kecamatan Candi, Sidoarjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar suami sudah cukup siaga (43,8%), namun masih ada suami yang tidak siaga terhadap kesehatan maternal istri (27,4%) dan sisanya sebesar 28,8% suami sudah siaga.

Suami yang tidak siaga sebagian besar berusia 26-35 tahun (31,1%), berpendidikan SD (62,5%), pekerjaan buruh pabrik/petani (31,6%) dan berpendapatan rendah yaitu ≤ Rp1.700.000,00 (36,7%)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang siaga sebanyak 28 orang (50,0%). Hal tersebut didukung oleh pendidikan suami responden yang baik dimana pendidikan tersebut akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengakses informasi terrutama yang berkaitan dengan kehamilan.

Semakin banyak informasi yang dimiliki maka pengetahuan mereka semakin baik sehingga mereka semakin siap mereka mendukung istri dalam menghadapi persalinan.

Salah satu indikator suami

siaga diantaranya adalah menyiapkan

mental. Secara mental, ketika ibu

sedang menghadapi persalinan, suami

(10)

mempersiapkan mentalnya untuk memberikan dukungan atau semangat kepada istri (Syafrudin dan Hamidah, 2009:192).

Suami siap mengantarkan istri ketika melakukan pemeriksaan kehamilan (85,7%). Partisipasi suami yang diperlukan oleh istri pada saat hamil antara lain suami harus dapat menghindari 3 T (terlambat) yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat pelayanan dan terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat pelayanan dan terlambat memperoleh pertolongan medis. Sehingga suami hendaknya waspada dan bertindak jika melihat tanda-tanda bahaya kehamilan. Suami siaga merupakan suami yang selalu siap jika sang istri membutuhkannya, selalu mengantar istri kemanapun pergi khususnya jika istri memeriksakan kandungannya ke dokter atau bidan serta menajga kesehatan istri dan calon bayinya (Anggarani dan Subakti, 2013:51).

Responden menyatakan bahwa suami memberikan dukungan atau semangat kepada istri ketika menjalani kehamilan sampai persalinan. Suami memberikan semangat bahwa kehamilan adalah buah dari pernikahan dan amanah dari Tuhan sehingga harus dijalani dengan sabar dan baik. Ibu juga menyatakan bahwa suami siap mengantarkan istri ketika melakukan pemeriksaan kehamilan. Mereka mau melonggarkan waktu untuk mengantar ibu melakukan pemeriksaan baik pagi, sore ataupun malam hari. Suami juga melarang istri melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kehamilannya misalnya mengangkat benda-benda yang berat di luar batas kemampuan ibu. Suami ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang kurang siaga dimungkinkan karena faktor pendidikan yang tinggi.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya semakin berkurang sehingga suami akan kesulitan mengambil keputusan secara efektif. Akhirnya, pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan lebih dispesialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum suami mendasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan peranan yang sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi pasangannya, suami sangat berkepentingan terhadap kesehatan reproduksi pasangannya, saling pengertian serta kesetimbangan peranan antara kedua pasangan dapat membantu meningkatkan perilaku yang kondusif terhadap peningkatan kesehatan reproduksi, pasangan yang selalu berkomunikasi tentang perencanaan keluarga maupun kesehatan reproduksi yang satu dengan yang lainnya akan mendapatkan keputusan yang lebih efektif dan lebih baik. begitu pentingnya partisipasi suami dalam asuhan kehamilan, namun keadaan ini masih merupakan keadaan kecil di masyarakat indonesia (Cholill et.,all, 2008).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rachmawati (2014) tentang kondisi sosio demografi pasangan usia subur (PUS) dan peran suami siaga terhadap kesehatan maternal di Desa Sumokali, Kecamatan Candi, Sidoarjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar suami sudah cukup siaga (43,8%), namun masih ada suami yang tidak siaga terhadap kesehatan maternal istri (27,4%) dan sisanya sebesar 28,8% suami sudah siaga.

Suami yang tidak siaga sebagian besar

berusia 26-35 tahun (31,1%),

berpendidikan SD (62,5%), pekerjaan

(11)

buruh pabrik/petani (31,6%) dan berpendapatan rendah yaitu ≤ Rp1.700.000,00 (36,7%)

2. Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Hasil penelitan menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang mengalami cemas sedang sebanyak 33 orang (58,9%).

Ibu primigravida yang menghadapi persalinan mengalami cemas sedang dimana ditunjukkan dengan mereka merasa tegang bila memikirkan akan menghadapi persalinan, merasa takut ditinggal sendiri dan memikirkan akan menghadapi persalinan serta merasa mual bila memikirkan akan menghadapi persalinan.

Ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang mengalami cemas sedang diantaranya disebabkan oleh faktor umur.

Ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang mengalami cemas sedang sebanyak 33 orang dimana sebagian besar berumur kurang dari 20 tahun yaitu sebanyak 18 orang (54,5%) lebih banyak dari pada yang berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 15 orang (45,5%). Responden yang berusia kurang dari 20 tahun lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan usia diatasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka belum mempunyai pengalaman yang cukup berkaitan dengan persalinan.

Mereka juga lebih cepat mengalami kecemasan jika mendapatkan informasi yang negatif terkait dengan persalinan.

Menurut WHO usia dan fisik dianggap paling aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20- 30 tahun. Wanita berusia 20-35 tahun secara fisik sudah siap hamil karena organ reproduksinya sudah terbentuk sempurna, dibandingkan wanita yang usianya kurang dari 20 tahun organ reproduksinya masih dalam tahap perkembangan, sehingga tingkat kecemasan lebih berat (panik), sedangkan wanita yang usianya lebih dari 35 sebagian digolongkan pada kehamilan beresiko tinggi terhadap kelainan bawaan dan penyulit pada persalinan (Badudu, 2012).

Hasil penelitan menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang mengalami cemas ringan sebanyak 23 orang (41,1%).

Ibu primigravida yang menghadapi persalinan mengalami cemas ringan dimana ditunjukkan dengan mereka merasa takut akan pikiran sendiri bila memikirkan akan menghadapi persalinan, mengalami gangguan tidur seperti tidur tidak nyenyak bila memikirkan akan menghadapi persalinan dan merasa berdebar-debar bila memikirkan akan menghadapi persalinan.

Ansietas berat dialami ketika

individu yakin bahwa ada sesuatu yang

berbeda dan ada ancaman, ia

memperlihatkan respons takut dan

distres. Ketika individu mencapai

tingkat tertinggi ansietas, panic berat,

semua pemikiran rasional berhenti dan

individu tersebut mengalami respons

fight, flight, atau freeze yakni,

kebutuhan untuk pergi secepatnya,

tetap di tempat dan berjuang, atau

menjadi beku dan tidak dapat

melakukan sesuatu (Videbeck,

2008:307). Ibu primigravida yang

menghadapi persalinan di Puskesmas

Sumowono Kecamatan Sumowono

(12)

Kabupaten Semarang yang mengalami cemas ringan diantaranya disebabkan oleh faktor pendidikan.

Ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang mengalami cemas ringan sebanyak 23 orang dimana sebagian besar mempunyai pendidikan menengah (SMA) yaitu sebanyak 21 orang (91,3%) lebih banyak dari pada yang berpendidikan dasar (SMP) yaitu sebanyak 2 orang (8,7%). Responden yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat kedewasaan yang lebih baik dibandingkan yang bependidikan dibawahnya. Mereka akan menyikapi semua informasi yang diterima dengan positif dan bersemangat dalam menggali informasi yang berkaitan dengan persalinan, sehingga mereka mengalami cemas yang ringan.

3. Hubungan Suami Siaga dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Persalinan

Berdasarkan hasil analisis hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, diperoleh hasil suami yang kurang siaga sebanyak 28 orang dimana ibu primigravida yang menghadapi persalinan yang mengalami cemas sedang sebanyak 21 orang (75,0%). Responden menyatakan bahwa suami mereka lambat dalam mengambil keputusan terkait dengan tenaga yang membantu persalinan saat ibu akan melahirkan dan kurang dalam menjaga istri ketika menjalani masa kehamilan sehingga ibu merasa tegang bila memikirkan akan menghadapi persalinan, merasa takut ditinggal sendiri.

Responden menyatakan bahwa suami mereka lambat dalam menentukan tenaga yang membantu

persalinan. Suami masih bingung akan meminta pertolongan kepada dukun bayi, bidan desa atau puskesmas terdekat. Suami mereka juga kurang dalam menjaga istri saat menjalani kehamilan dikarenakan suami harus bekerja mencari nafkah setiap harinya untuk mempersiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi. Suami yang kurang siaga menyebabkan ibu primigravida yang menghadapi persalinan mengalami cemas sedang salah satunya karena faktor paritas.

Responden dalam penelitian ini adalah ibu primigravida dimana mereka baru pertama kali akan mengahadapi persalinan, kehamilan yang dialami merupakan pengalaman pertama kali, sehingga trimester III dirasakan semakin mencemaskan karena semakin dekat dengan proses persalinan. Responden akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, yang ditunjukkan dengan rasa gelisah dan takut menghadapi persalinan.

Bagi primigravida, kehamilan yang dialami merupakan pengalaman pertama kali, sehingga trimester III dirasakan semakin mencemaskan karena semakin dekat dengan proses persalinan. Ibu akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, merasa gelisah dan takut menghadapi persalinan, mengingat ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan (Astria, 2009). Beberapa stressor yang dapat diduga dan yang tidak dapat diduga atau tidak teranstisipasi sehingga menimbulkan konflik persalinan (Bahiyatun, 2008).

Suami yang kurang siaga

sebanyak 28 orang dimana ibu

primigravida yang menghadapi

persalinan yang mengalami cemas

ringan yaitu sebanyak 7 orang

(25,0%). Responden menyatakan

bahwa suami mereka lambat dalam

mengambil keputusan terkait dengan

(13)

tenaga yang membantu persalinan saat ibu akan melahirkan dan kurang dalam menjaga istri ketika menjalani masa kehamilan meskipun merasa masih mengalami gangguan tidur seperti tidur tidak nyenyak bila memikirkan akan menghadapi persalinan dan merasa berdebar-debar bila memikirkan akan menghadapi persalinan.

Responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa suami mereka tidak tegas dalam mengambil keputusan terkait dengan tenaga yang membantu persalinan saat ibu akan melahirkan. Suami yang baru pertama kali akan mempunyai anak merasa bingung tempat bersalin yang nyaman bagi istri. satu sisi mereka mendengarkan apa saran dari orang- orang terdekat, akan tetapi disisi lain istri lebih nyaman dengan tenaga penoling lainnya. Akibatnya mereka merasa tidak tidak dapat nyenyak apabila memikirkan akan menghadapi persalinan. Suami yang kurang siaga sehingga menyebabkan ibu primigravida yang menghadapi persalinan yang mengalami cemas ringan salah satunya karena faktor pengetahuan tentang persalinan yang baik.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi yang dapat meningkatkan pemahaman seseorang sehingga dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi permasalahan ataupun bertindak dalam kehidupan sehari hari. Pemahaman seorang ibu hamil untuk mengetahui proses dalam persalinan sangat penting karena ibu hamil tidak jarang memiliki pikiran yang mengganggu, sebagai pengembangan reaksi kecemasan terhadap cerita yang diperolehnya.

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Ibu hamil akan merasakan cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir secara normal. Oleh karena itu, muncul ketakutan-ketakutan pada ibu hamil adanya pikiran-pikiran seperti melahirkan yang akan selalu diikuti dengan nyeri kemudian akan menyebabkan suatu respon melawan atau menghindar. Peranan emosi ibu bersalin sangat mempengaruhi dalam persalinannya, bahkan dapat memperlambat dan mempersulit proses persalinan.

Berdasarkan hasil analisis hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, diperoleh hasil suami yang siaga sebanyak 28 orang dimana ibu primigravida yang menghadapi persalinan yang mengalami cemas ringan sebanyak 16 orang (57,1%). Responden menyatakan bahwa suami siap mengantarkan istri ketika melakukan pemeriksaan kehamilan sehingga memikirkan akan menghadapi persalinan serta merasa mual bila memikirkan akan menghadapi persalinan.

Ibu hamil trimester III menyatakan bahwa suami mereka selalu siap mengantar istri ketika akan melakukan pemeriksaan kehamilan.

Mereka akan meluangkan waktu mereka untuk membimbing ibu melakukan pemeriksaan rutin di bidan setempat. Bentuk dukungan dari suami tersebut ternyata belum dapat menekan rasa cemas dari ibu dalam menghadapi persalinan. Suami yang siaga dimana ibu primigravida yang menghadapi persalinan yang mengalami cemas ringan didukung oleh faktor pendampingan suami.

Pendampingan suami pada

(14)

persalinan istri dapat memberikan semangat serta motivasi bagi istri dalam melakukan bersalin. Selain itu, dengan kehadiran suami di samping istri pada saat persalinan akan memberikan rasa aman dan nyaman serta mengurangi perasaan cemas istri pada saat bersalin. Akan tetapi sebagian dari suami tersebut hanya mengantar saja akan tetapi tidak ikut mendampingi saat pemeriksaan, dikarenakan mereka harus membagi waktu dengan pekerjaan mereka, sehingga terkadang istri masih merasa cemas dalam menghadapi persalinan.

Suami yang siaga sebanyak 28 orang dimana ibu primigravida yang menghadapi persalinan yang mengalami cemas sedang yaitu sebanyak 12 orang (42,9%).

Responden menyatakan bahwa suami melarang istri melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kehamilannya namun ibu masih merasa berdebar- debar bila memikirkan akan menghadapi persalinan.

Suami ibu primigravida sangat memperhatikan kondisi dari ibu hamil termasuk yang berkaitan dengan hal- hal yang mengganggu kehamilannya seperti mengangkat benda-benda yang berat di luar batas kemampuannya atau melakukan pekerjaan berat yang lain. Bentuk pertahatian dari suami tersebut ternyata belum dapat menghilangkan rasa cemas yang dialami oleh responden sehingga mereka masih merasa berdebar-debar bila memikirkan persalinan yang akan dijalani. Suami yang siaga dimana ibu primigravida yang menghadapi persalinan yang mengalami cemas sedang disebabkan oleh faktor kurangnya pengalaman ibu tentang persalinan.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh didapatkan p value 0,030 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan suami siaga dengan tingkat

kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Kemudian dari hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh OR sebesar 4,000 artinya responden yang mempunyai suami siaga cederung 4,000 mengalami cemas ringan dalam menghadapi persalinan dibandingkan yang mempunyai suami yang kurang siaga.

Rasa cemas, panik dan takut yang melanda ibu dengan semua ketidakpastian serta rasa sakit yang luar biasa yang dirasakan ibu dapat mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan (Kurniasih, 2011).

Perasaan cemas pada ibu primigravida salah satunya terjadi karena mendengar pengalaman-pengalaman yang menakutkan dan tragis dari perempuan lain saat persalinan (Bobak, Jensen & Lowdermilk, 2005).

Suami siaga dimana suami menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke pemeriksaan dan tempat melahirkan serta siap menjaga dan menunggu istri saat melahirkan (Supriatno, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan

antara pendampingan suami dengan

tingkat kecemasan ibu primigravida

dalam menghadapi proses persalinan

kala I dengan nilai p= 0,007 dengan

Odds Ratio(OR) =6,750, dapat

disimpulkan bahwa ibu primigravida

yang menghadapi proses persalinan

kala I tanpa didampingi oleh suami

mempunyai peluang 6,750 kali untuk

terjadi kecemasan dibanding ibu

primigravida yang menghadapi proses

persalinan kala I dengan didampingi

oleh suami.

(15)

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Suami ibu primigravida yang menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang yang kurang siaga yaitu sebanyak 28 orang (50,0%). Tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagian besar cemas sedang yaitu sebanyak 33 orang (58,9%). Ada hubungan suami siaga dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, dengan p value 0,030 (α = 0,05).

2. Saran

Sebaiknya ibu hamil meningkatkan pemahaman dirinya dan suaminya tentang persalinan dan suami siaga dengan aktif mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh pihak terkait sehingga dapat mengurangi kecemasan yang dialami dan meningkatkan kesiagaan suami yang mempunyai istri hamil. Dan Sebaiknya suami meningkatkan kesiagaanya ketika mempunyai istri yang menghadapi persalinan dengan melakukan koordinasi baik dengan istri yang menghadapi persalinan, keluarga maupun tenaga penolong persalinan sehingga kecemasan ibu yang akan bersalin dapat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, 2006. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta : Pradnya

Andrianto, 2014. Suami Siaga. Tugas- tugas suami ketika istri hamil dan melahirkan. Yogyakarta : Pustaka.

Rihama.

Anggarani dan Subekti, 2013. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.

Yogyakarta : Pustaka. Rihama.

Astria, 2009.Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester III dengan Kecemasan. Dalam Menghadapi Persalinan. Skripsi. Jakarta: UIN Badudu, 2012. Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Jakarta :Pustaka Sinar Harapan

Bahiyatun, 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:

EGC

Bobak, Jensen & Lowdermilk, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed.

4. Alih bahasa : Renata Komalasari. Jakarta : EGC.

Cholifah, 2009. Tingkat Pengetahuan Suami dalam Pendampingan Istri Pada Saat Proses Persalinan di Desa Pasuruan Lor Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. http://isjd.

pdii.lipi.go.id/

admin/jurnal/211176100_2088- 4451.pdf diperoleh pada 27 Maret 2015

Dahlan, 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:

Salemba Medika.

Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta

Depkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta

Ghozali, 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Irmayanti, 2007. MPKT Modul I. Jakarta:

Lembaga Penerbitan. FEUI Janiwarty & Pieter, 2012. Pendidikan

Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan Terapannya, Yogyakarta:

Rapha Publishing

Kartono, 2007. Perkembangan Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga.

Kurniasih, 2004. Persalinan Prematur.

Available at:

http://himapid.com/2009/10/persal

inan-prematur.html [accessed on

Januari 2015]

(16)

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : EGC

Musbikin, 2007. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta:

Mitra Pustaka

Nelisa, 2013. Hubungan pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu pada fase aktif kala I proses persalinan normal di ruang bersalin RSUD Kendal. Skripsi.

PSIK STIKES Widya Husada Semarang

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Rachmawati, 2014. Kondisi sosio demografi pasangan usia subur (PUS) dan peran suami siaga terhadap kesehatan maternal di Desa Sumokali, Kecamatan Candi, Sidoarjo. Skripsi PSIK Universitas Erlangga.

Riwidigdo, 2010. Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta : Mitra Cendikia Press

Rukiyah, 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media

Setiawan dan Saryono, 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Nuha.

Medika. Jakarta

Solihah, 2010. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi, Jakarta : Jakarta : Trans Info Media

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:

Alfabeta.

Supriatno, 2010. Merentang sejarah, memaknai kemandirian: menjadi gereja bagi sesama. Jakarta : BPK Suyanto 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi.

Jogjakarta:Mitra Cendekia

Suyati, 2011. Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan tingkat kecemasan menghadapi persalinan di Desa Sambirejo Jogoroto. KTI. Prodi D-III Kebidanan FIK UNIPDU Syafrudin dan Hamidah, 2009. Kebidanan

Komunitas. Jakarta, EGC

Syafrudin, Karningsih dan Dairi, 2011.

Untaian Materi Penyuluhan KIA Kesehatan Ibu dan Anak). Jakarta:

TIM

Taufik, 2010. Psikologi Untuk Kebidanan dari teori kepraktek. Surakarta:

East View

Videbeck, 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wanda, 2014. Hubungan karakteristik ibu hamil trimester iii dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Zamriati, 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di Poli KIA PKM Tuminting.

ejournal keperawatan (e-Kp)

Volume. 1 Nomor. 1 Agustus

2015

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pelatihan tentang pelatihan penyusunan model pembelajaran renang berbasis nilai-nilai moral religius ini secara nyata mendapatkan apresiasi yang tinggi

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh cerobong asap dengan kejadian ISPA dengan p value 0,033 dan OR 2,682 artinya responden yang memiliki cerobong asap

tan kokain setiap tahun, dalam pada masa yang sama menjadi pembekal kepada pasaran dadah. AS iaitu bernilai lebih daripada $60

Transgender adalah orang yang cara berprilaku atau penampilannya tidak sesuai dengan peran gender pada umumnya, bahkan mereka bisa mengganti jenis kelaminnya, seperti pria

Sedangkan metode yang digunakan untuk melihat pemaknaan dari penonton mengenai transgender adalah Reception Analysis yang dibagi menjadi tiga bentuk yaitu

Disamping itu pelayanan lain yang sangat dibutuhkan olah masyarakat Kepulauan Kangean adalah pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Satuan Administrasi Manunggal

The scientific method as a method of intervention to improve the character education of elementary school students is more directed to the affective domain in the field of

Membedakan teks adalah kegiatan membandingkan dua teks atau lebih untuk mencari perbedaan masing-masing teks. Dua buah teks atau lebih biasanya dapat memiliki perbedaan baik