• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM INTEGRASI TOL LAUT DAN TOL UDARA

9 AGUSTUS 2017 PT. PELNI (PERSERO)

(2)

1. KONDISI

DAN

PERMASALAHAN

DALAM

PELAKSANAAN

ANGKUTAN

BARANG (TOL LAUT) DI DAERAH PERBATASAN, TERISOLASI, TERPENCIL

DAN TERLUAR

2. PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI LAUT UNTUK MENDUKUNG

KEGIATAN

PEREKONOMIAN

DI

DAERAH

PERBATASAN,

TERPENCIL,

TERISOLASI DAN TERLUAR

3. PEMBANGUNAN TRANSPORTASI LAUT UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN

KONEKTIVITAS DAN TERCAPAINYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

4. PROGRAM RUMAH KITA

(3)

KONDISI DAN PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN ANGKUTAN

BARANG (TOL LAUT) DI DAERAH PERBATASAN, TERISOLASI, TERPENCIL

(4)

Keterangan:

1. Jumlah pulau terluar

→ 92 pulau (Perpres

78 Tahun 2005)

2. Di daerah tertinggal

→ 66 Pulau terluar

(71,7%),

25

pulau

berpenghuni.

3. Pulau

terluar

di

daerah

tertinggi

tersebar

di

23

kabupaten pada 14

provinsi.

(5)

Pelabuhan Waingapu

Pelabuhan Sabu

Pelabuhan Rote

Pelabuhan Lewoleba

GAMBARAN LAYOUT PELABUHAN

(6)

Pelabuhan Larantuka

Pelabuhan Wasior

Pelabuhan Tahuna

Pelabuhan Morotai

GAMBARAN LAYOUT PELABUHAN

(7)

DOKUMENTASI PROGRAM TOL LAUT (BONGKAR MUAT)

Pelabuhan Lewoleba

Pelabuhan Tg. Perak

(8)

PERMASALAHAN ANGKUTAN BARANG (TOL LAUT) DARI KOTA-KOTA DI PULAU JAWA MENUJU

PELABUHAN-PELABUHAN DI DAERAH PERBATASAN, TERISOLASI, TERPENCIL DAN TERLUAR

I. Awal dimulainya angkutan barang (tol laut) pada akhir tahun 2015, tipe kemasan yang diangkut adalah kontainer

ukuran 20 feet dengan berat maksimal 20 ton (termasuk berat kontainer) dan general cargo. Jenis komoditi yang dapat diangkut oleh kapal angkutan barang (tol laut) yang disubsidi oleh Pemerintah terdiri dari 11 jenis bahan pokok dan 7 jenis bahan penting (Perpres 71 Tahun 2015 Tentang Penetapan Dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.

II. Pada tahun 2016 diperbolehkan angkutan muatan balik dari daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan ke Pulau

Jawa.

III. Di beberapa pelabuhan tujuan belum tersedia alat bongkar muat seperti forklif, reachstacker, crane, dll yang menyebabkan pembongkaran kontainer dan general cargo membutuhkan waktu relatif lama sehingga berpengaruh kepada voyage kapal yang telah ditentukan.

IV. Permintaan masyarakat kota-kota lain selain Kota Pesisir tempat pelabuhan tujuan berlokasi, untuk ikut merasakan dampak muatan angkutan barang yang disubsidi terhadap kota-kota pedalaman maupun kota-kota yang ada di pulau-pulau kecil yang berada di sekitar pelabuhan singgah.

V. Tahun 2016, inisiatif dari Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN mulai diperkenalkan Ru ah Kita yang

berfungsi sebagai sentra logistik untuk penyediaan barang kebutuhan masyarakat serta mendekatkan pasar komoditi dari daerah tujuan untuk dipasarkan di Pulau Jawa.

VI. Mulai tahun 2017, terbit Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Publik Untuk Angkutan

Barang dari dan ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan yang antara lain tidak membatasi jenis

(9)

VII. Beberapa permasalahan di pelabuhan antara lain :

1. Saumlaki, Dobo, Namrole, Kisar, Wasior, Sabu, Rote, Lewoleba dan sebagainya memerlukan alat angkut lanjutan

darat dan laut untuk pelayanan door to door service” (logistik) karena kontainer 20 feet hanya bisa sampai

container yard di pelabuhan dan tidak bisa keluar pelabuhan karena jalan akses belum memadai. Selain itu, perlu

dipertimbangkan penggunaan alat angkut yang efisien dengan penggunaan bahan bakar karena semakin menuju daerah yang terisolasi, terpencil dan perbatasan permasalahan lain yang muncul adalah keterbatasan ketersediaan bahan bakar.

2. Untuk Pelabuhan Timika perlu lanjutan angkutan darat dan udara menghubungkan Pelabuhan Timika ke bandara dan dari Bandara Timika ke Wamena. Dan dari Wamena untuk didistribusikan ke beberapa kabupaten yang ada di pegunungan tengah.

3. Perlu dipertimbangkan penggunaan kemasan lain disamping kontainer yang lebih kecil dari ukuran 20 feet agar barang turun dari kapal dapat diangkut oleh kendaraan kecil sesuai dengan kapasitas jalan yang tersedia di kota dimana pelabuhan tersebut berada.

VIII. PT. PELNI (Persero) telah mengoperasikan 6 (enam) rute angkutan barang (tol laut) bersubsidi sejak tahun 2015 dan di tahun 2017 akan di tambah 1 (satu) rute dari Surabaya menuju Kisar dan Namrole. Selain itu, PT. PELNI (Persero)

ditugaskan untuk mengelola Ru ah Kita di Saumlaki, Timika, Manokwari dan Morotai.

PERMASALAHAN ANGKUTAN BARANG (TOL LAUT) DARI KOTA-KOTA DI PULAU JAWA MENUJU

PELABUHAN-PELABUHAN DI DAERAH PERBATASAN, TERISOLASI, TERPENCIL DAN TERLUAR

(10)

PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI LAUT UNTUK

MENDUKUNG KEGIATAN PEREKONOMIAN DI DAERAH

(11)

8 feet 6 feet

Spesifikasi Kontainer

No. Kontainer Berat Kosong

(kg)

Max. Berat Kotor (kg) Dimensi Keterangan Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m) 1 6 ft 730 2.000 1,83 1,55 1,9 2 8 ft 950 6.000 2,44 2,2 2,26 3 10 ft 1.300 10.160 2,99 2,44 2,59 4 20 ft 2.330 24.000 6 2,43 2,6 5 40 ft 4.000 30.480 12,2 2,43 2,60 10 feet 40 feet 20 feet

(12)

Jenis Kendaraan Max. Cargo (ton) Tare Weight (ton)

Internal (m)

L W H

Truk Cold Diesel 3,5 2,1 4 2 2

Truk Engkel 15 3,5 6-7 3 3

Cold Diesel

Spesifikasi Truk

(13)

Potensi Penggunaan Sarana Lanjutan Angkutan Darat Dari Dan Ke Pelabuhan Antarmoda Intermoda Darat Udara Kerata Api Jenis Angkutan Laut Penngumpan (feeder) lanjutan Truk Kontainer Mobil Barang Motor Barang Sepeda/ Becak baranag Kapal Kargo Kereta Barang

Rute Pelabuhan Utama - Utama Rute Pelabuhan Utama - Pengumpul

Rute Pelabuhan Pengumpul – feeder Rute Pelabuhan feeder – feeder

Rute Pelabuhan feeder Regional – feeder regional

POTENSI PENGGUNAAN SARANA LANJUTAN ANGKUTAN DARAT DARI DAN KE PELABUHAN DI

DAERAH TERPENCIL, TERISOLASI DAN PERBATASAN YANG DISINGGAHI ANGKUTAN

BARANG TOL LAUT

Rute Pelabuhan Pengumpul - Pengumpul

Rute Pelabuhan feeder – feeder regional

Rute Pelabuhan feeder Regional – feeder lokal Rute Pelabuhan feeder lokal– feeder lokal

(14)

Wadah Pengiriman Kontainer Intermodal Wadah curah menengah / intermediate bulk container (FIBC) Wadah (kemasan) general cargo Wadah pengiriman dgn kekuatan yg sesuai utk menahan pengiriman,

penyimpanan dan penanganan

Wadah pengiriman hasil industri yg dirancang utk dpt digunakan kembali,

pengangkutan penyimpanan barang curah cair dan kering. Wadah ini dpt ditumpuk dan dipasang palet. Dapat

dipindahkan oleh forklif atau soket palet

Tenunan karung plastik Tas tenun polyphropylene

Tas Tenun Leno

Terbuat dari kotak baja dpt digunakan kembali (reuseable), ukuran besar utk pelayaran perdagangan

internasional sama dgn wadah pe giri a i ter odal yg dira ca g utk dipindahkan dari satu

moda dari/ke moda transportasi lainnya

Dirancang utk penyimpanan, pengangkutan cairan Dirancang utk penyimpanan,

pengangkutan bahan curah kering 20 – 50 Kg 5 – 25 Kg 50 – 70 Kg dry reefer Ukuran 95 ft 40 ft 20 ft 10 ft 8 ft 6 ft Ukuran 1040 ltr 1250 ltr

Yg paling umum berupa wadah plastik/tembus pandang (polietilena) dgn kandang besi

galvanis yg dilekukan di palet Jenis Flexi Intermediate

Bulk Container (FIBC) 2 ton

High Density Polyethylene

(HDPE) Kardus bergelombang Fibre Drum Multiwall Paper 1 – 30 Kg 5 – 60 Kg 430 – 1360 Kg 10 – 250 ltr

POTENSI JENIS WADAH / KEMASAN UNTUK PENGIRIMAN BARANG

(15)

JENIS ALAT ANGKUT BARANG KEMASAN UNTUK DOOR TO DOOR SERVICE”

(16)

JENIS ALAT ANGKUT BARANG KEMASAN TENAGA MATAHARI

UNTUK DOOR TO DOOR SERVICE”

(17)

SALAH SATU ALAT ANGKUT KARGO DAN KEMASAN UNTUK DAERAH TERPENCIL, TERISOLASI DAN PERBATASAN

(18)

CONTOH KAPAL/PERAHU YANG BERTENAGA SURYA

Sudah dapat beroperasi 1(satu) kapal

Sudah uji coba di perairan Batam

Desain untuk Electronic

hybrid boat untuk

penggunaan

pengangkutan orang sakit

Desain untuk Electronic

hybrid boat untuk Fishing

yg dilengkapi dengan Lemari Pendingin

(19)

LANDING CRAFT TANK (LCT)

LCT dibangun oleh Kemenhub

dapat dimanfaatkan untuk

angkutan lanjutan (feedering)

ke pulau-pulau kecil disekitar

pelabuhan singgah angkutan

barang (tol laut) sebanyak 20

unit dan akan digunakan tahun

(20)

TIPE KAPAL STERNLOADER/SEATRUCK DESIGN YANG MERUPAKAN PENYEMPURNAAN KAPAL LCT

YANG LEBIH EFISIEN BIAYA OPERASIONALNYA YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK ANGKUTAN LANJUTAN FEEDERING KE PULAU-PULAU KECIL DI SEKITAR PELABUHAN YANG MERUPAKAN PELABUHAN SINGGAH YANG DILAYANI RUTE ANGKUTAN BARANG (TOL LAUT)

(21)

Pinisi

Lete

Nade

Lambo

TIPE DAN JENIS ARMADA PELAYARAN RAKYAT YANG DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK ANGKUTAN FEEDERING (LANJUTAN) KE PULAU-PULAU KECIL LAINNYA DARI PELABUHAN SINGGAH YANG DILAYANI

(22)

PEMBANGUNAN TRANSPORTASI LAUT UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN

KONEKTIVITAS DAN TERCAPAINYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

(23)

Jumlah Kapal Jumlah Pelabuhan Jumlah Pangkalan 26 KAPAL 89 PELABUHAN 7 PANGKALAN

KAPAL PENUMPANG , PERINTIS, TOL LAUT, & KAPAL TERNAK YANG DIOPERASIKAN

PT.PELNI TAHUN 2017

) 46 KAPAL 305 PELABUHAN 22 PANGKALAN 6 KAPAL 44 PELABUHAN 3 PANGKALAN 1 KAPAL 8 PELABUHAN 1 PANGKALAN PENUMPANG Jumlah Voyage 643 VOYAGE 1228 VOYAGE 60 VOYAGE 24 VOYAGE PERINTIS TOL LAUT TERNAK

(24)

JENIS PELAYANAN KAPAL, JARAK TEMPUH DAN FREKUENSI PELAYANAN

KAPAL YANG DIOPERASIKAN OLEH PT. PELNI (PERSERO)

No.

Jenis Pelayanan

Pelabuhan

Singgah

(buah)

Mil

Laut

(NM)

Frekuensi Pelayanan

(voyage/hari)

1

Penumpang

98

106.690

14

– 21

2

Perintis

310

56.257

7

– 21

3

Barang

30

18.090

14

– 28

4

Ternak

7

2.366

14

(25)

PONTIANAK TAMBELAN TANJUNG PINANG SINAKAK SUSOH MEULABOH CALANG SINABANG P.BANYAK SINGKIL TAPAK TUAN PAINAN/PANASAHAN TELUK BAYUR TUA PEJAT

PEI PEI/ TLK KATURAI SIKABALUAN/ POKAI LABUAN BAJAU PASAPUAT/ SIMANGAYAK LINAU PANJANG MESUJI SUNDA KELAPA ENGGANO BENGKULU TOBOALI SENAYANG P. BERHALA P. PEKAJANG BLINYU SINTETE TAREMPA

KUALA MARAS MIDAI

SEDANAU RANAI / PENAGI SERASAN SUBI PULAU LAUT P. PRAMUKA P. KELAPA KOTABARU BATULICIN MARABATUAN MATASIRI MARADAPAN MAJENE SURABAYA KALIANGET MASALEMBO TANJUNG WANGI KERAMAIAN PAGERUNGAN BESAR MBORONG MAUMBAWA ENDE WAINGAPU WAIKELO RAIJUA SABU NDAO KUPANG KISAR ROMANG WINI NAIKLIU LIRANG SAUMLAKI LEWOLEBAKALABAHI ATAPUPU MIANGAS MARAMPIT MELONGUANE MANGARANG TAHUNA BITUNG MARORE TAGULANDANG LIPANG SANANA BOBONG KENDARI KWANDANG BADAS BIMA SELAYAR MAKASSAR REO GESER GORAM/ONDOR P. TIOR P. KUR TUAL AMBON BANDA AMAHAI LARAT MOLU SEIRA FAKFAK SORONG JAYAPURA SERUI NABIRE WASIOR SARMI MANOKWARI TEBA AGATS MERAUKE Dobo Kaimana Belawan Kijang SEMARANG Kumai Sampit Balikpapan Tarakan Bim a Ambon Biak TG.PRIOK Tg.Balai Tenate Kalabahi Benoa Lemba r Namrol e Tg.Pandan Kolaka Letung Amurang Pos o Palu Kendar i Bau2 Namlea Banda Pare2 Gorontlo Luwuk Bangai Dobo Keterangan :

: Kapal Penumpang Pelni : Kapal Perintis

: Kapal Barang

JARINGAN ANGKUTAN LAUT YANG DIOPERASIKAN OLEH

PT. PELNI (PERSERO) DI INDONESIA

(26)

PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DAN

JARINGAN KAPAL BARANG (TOL LAUT)

Tarempa Tobelo Manokwari KaimanaNabire Merauke Biak Serui Rote Dobo Timika Surabaya Fak - Fak Babang Ternate Tg.Priok Wasior Natuna Saumlaki Sabu Waingapu Makassar Tahuna Lirung Morotai Wanci Namlea Larantua Kisar Loweleba T - 3 = T – 5 = T - 6 = T – 11 = T – 12 = T – 13 = T – 9 = KM. CJN III-32 KM. LOGISTIK NUSANTARA I KM. CJN III-4 KM. MENTARI PERDANA KM. MERATUS ULTIMA I KM. FREEDOM KM. CJN III-22 Calabai (Dompu) Maumere

(27)

UU No 7 Th 2014 ttg Perdagangan Perdagangan antarpulau Pemerintah mengatur kegiatan antarpulau untuk integrasi pasar dalam negeri Pengaturan diarahkan untuk

Pemerintah dan Pemda mengendalikan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting di seluruh wilayah NKRI dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik dan harga

yg terjangkau

Dalam rangka pengendalian ketersediaan, stabilitas harga dan distribusi barang kebutuhan pokok dan barang penting,

pemerintah dapat menunjuk BUMN

Menjaga keseimbangan antardaerah yg surplus dan daerah yg minus

Memperkecil kesenjangan harga antardaerah

Mengamankan distribusi barang yg dibatasi perdagangannya Mengembangkan pemasaran produk unggulan setiap daerah

Menyediakan sarana dan prasarana antarpulau

Mencegah masuk dan beredarnya barang selundupan di dalam negeri

Mencegah penyelundupan ke luar negeri Meniadakan hambatan perdagangan antarpulau

Barang kebutuhan pokok beras, gula, minyak goreng, mentega, daging sapi, daging ayam, telur ayam, susu, jagung, kedelai dan garam beryodium Barang penting seperti pupuk, semen, BBM dan gas Penjelasan Psl 25 (1) Psl 27 Psl 23 (1) (2)

(28)

Distribusi Pangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya bertanggungjawab terhadap distribusi pangan Dilakukan melalui pengembangan sistem Distribusi Pangan yang menjangkau seluruh wilayah NKRI secara efektif dan efisien

Pengelolaan sistem distribusi pangan yang dapat meningkatkan keterjangkauan

keamanan mutu, gizi

dan tidak

bertentangan dgn agama keyakinan, & budaya masyarakat Perwujudan kelancaran dan keamanan distribusi pangan Infrastruktur distribusi pangan Sarana Distribusi Pangan Kelembagaan Distribusi Pangan Pengembangan

lembaga penyedia jasa angkutan, bongkar muat, asuransi angkutan dan lembaga jasa perdagangan

Pengembangan lembaga pemasaran

Pengaturan distribusi pangan yang dapat memperlancar pasokan pangan a. Jalan; b. Prasarana perkeretaapian; c. Jembatan; d. Pelabuhan Laut; e. Bandar Udara; f. Terminal Barang; g. Pergudangan yg sesuai untuk Distribusi Pangan; h. Infrastruktur Bongkar Muat

Sarana Transportasi jalan, perkeretaapian, laut dan udara Sarana Transportasi khusus untuk distribusi pangan yg dapat mempertahankan keamanan mutu, gizi dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan & budaya masyarakat

Sarana Bongkar Muat

Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian pengembangan sarana distribusi pangan diatur dgn Peraturan Menteri yg menyelenggarakan urusan Pemerintahan dibidang Perhubungan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

Pasal 59 (1) Pasal 59 (2) (a) (b) (c) Pasal 60 (1) (2) (3) (4) (6)

(29)

Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Tujuan

Mempercepat pengurangan

kesenjangan antar daerah dalam

menjamin terwujudnya

pemerataan dan keadilan

pembangunan nasional

Mempercepat terpenuhinya

kebutuhan dasar, serta

sarana dan prasarana dasar

daerah tertinggal

Meningkatkan koordinasi

intergrasi dan sinkronisasi

antara pusat dan daerah dalam perencanaan, pendanaan dan

pembiayaan, pelaksanaan,

pengendalian dan evaluasi

Menjamin terselenggaranya

operasi analisasi kebijakan

percepatan pembangunan daerah tertinggal Dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Daerah, masyarakat dan/atau pelaku usah Kriterian & penetapan daerah tertinggal Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan, pemantauan dan evaluasi Pendanaan Peran serta masyarakat dan pelaku usaha

Kebutuhan dasar antara lain kebutuhan sandang, pangan dan papan

Sarana dan prasarana dasar antara lain layanan kesehatan dan pendidikan

PP No. 78 /2014

Tentang PPDT

Pasal 2

Penjelasan Pasal 2 (1) huruf b

(1)

(2)

Pasal 3

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

(30)

Permenhub No. 152 Thn 2016 ttg Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat (B/M) Barang dari dan ke Kapal

Permenhub No. 152 Thn 2016 ttg Penyelenggaraan

dan Pengusahaan Bongkar Muat (B/M) Barang dari dan ke Kapal

Kegiatan Usaha B/M brg merupakan kegiatan usaha yg bergerak dlm bidang B/M brg dari dan ke kapal di pelabuhan

Kegiatan Usaha B/M dilakukan pelaksana kegiatan B/M yg terdiri dari

Kegiatan Usaha B/M oleh perusahaan Angkutan Laut Nasional (ALN) hanya utk kegiatan B/M brg tertentu utk kpl

yg dioperasikannya

Untuk B/M brg selain disebutkan pd (4) hrs dilakukan oleh Perusahaan B/M (PBM) dan atau Badan Usaha Pelabuhan

(BUP)

Perusahaan ALN dpt melakukan B/M jika di pelabuhan tdk terdapat PBM & BUP Kegiatan B/M brg curah cair dilakukan dgn

pipa milik atau dikuasai oleh perusahaan ALN

Kegiatan B/M brg curah kering yg di B/M melalui conveyor atau sejenisnya yg dilakukan dgn menggunakan conveyor milik

atau dikuasai oleh perusahaan ALN.

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan BUP utk melakukan kegiatan B/M brg diatur dgn Permen

tersendiri Stevedoring Cargodoring Receiving/Delivery Perusahaan B/M Perusahaan ALN

Badan Usaha Pelabuhan yg tlh memperoleh konsesi Untuk jenis brg meliputi

Milik penumpang Curah cair yg dibongkar atau

dimuat melalui pipa

Curah kering yg dibongkar atau dimuat melalui conveyor

atau sejenisnya

Yg diangkut diatas kendaraan melalui kpl Ro-ro (1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9) (4)

(31)

PRODUKSI TOL LAUT 2016

22 85 87 99 102 115 170 171 181 3 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 KM . C JN I II-32 KM . C JN I II-32 KM . C JN I II-32 KM . F re e d o m K M . F re e d om KM . F re e d o m KM . F re e d o m KM . F re e d o m KM . F re e d o m

Voy I Voy II Voy III Voy IV Voy V Voy VI Voy VII Voy VIII Voy IX

TE

US

TRAYEK T-1 KM. FREEDOM

Muatan Awal (Berangkat) Muatan Balik

72 77 83 79 101 96 109 118 97 10 11 31 7 21 25 0 20 40 60 80 100 120 140 KM. CJN III-22 KM. CJN III-22 KM. CJN III-22 KM. CJN III-22 KM. CJN III-22 KM. CJN III-22 KM. CJN III-22 KM. CJN III-22 KM. CJN III-22 Voy I Voy II Voy III Voy IV Voy V Voy VI Voy VII Voy VIII Voy IX

TE

US

TRAYEK T-3

KM. CARAKA JAYA NIAGA III-22

Muatan Awal (Berangkat) Muatan Balik

54 127 175 197 198 45 0 50 100 150 200 250 KM. Nusantara Pelangi 101 KM. Mentari Perdana KM. Mentari Perdana KM. Mentari Perdana KM. Mentari Perdana KM. Mentari Perdana Voy I Voy II Voy III Voy IV Voy V Voy VI

TE

US

TRAYEK T-2 KM. MENTARI PERDANA

Muatan Awal (Berangkat)

159 146 157 133 118 128 142 1 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 KM. Meratus Ultima KM. Meratus Ultima KM. Meratus Ultima KM. Meratus Ultima KM. Meratus Ultima KM. Meratus Ultima KM. Meratus Ultima KM. Meratus Ultima Voy I Voy II Voy III Voy IV Voy V Voy VI Voy VII Voy VIII

TE

US

TRAYEK T-4 KM. MERATUS ULTIMAI Muatan Awal (Berangkat)

(32)

PRODUKSI TOL LAUT 2016

69.4 114.85 171 108 81.679 325 274.048 169 99.37 147.776 166.322 242.355 226.848 262.564 146.459 121.17 4.4 0 50 100 150 200 250 300 350 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 KM. CJN III-4 Voy I Voy II Voy III Voy IV Voy V Voy VI Voy VII Voy VIII Voy IX Voy X Voy XI Voy XII Voy XIII Voy XIV Voy XV Voy XVI

TON/

M

3

TRAYEK T-6

KM. CARAKA JAYA NIAGA III-4

Muatan Awal (Berangkat) Muatan Balik 56 79 72 71 75 54 0 20 40 60 80 100

KM. CJN III-32 KM. CJN III-32 KM. CJN III-32 KM. CJN III-32 KM. CJN III-32 KM. CJN III-32 Voy I Voy II Voy III Voy I V Voy V Voy VI

TE

US

TRAYEK T-5

KM. CARAKA JAYA NIAGA III-32 Muatan Awal (Berangkat)

(33)

JENIS DAN FREKUENSI PELAYANAN KAPAL SERTA POTENSI KEGIATAN PELAYANAN YANG

AKAN DILAKUKAN OLEH PT. PELNI (PERSERO)

No. Jenis Pelayanan Jumlah kapal yang melayani (unit) Pelabuhan Singgah (buah) Ruas (Buah) Mil Laut (NM) Frekuensi Pelayanan (hari) Frekuensi Pelayanan Ideal (hari) 1 Penumpang 26 96 532 106.690 14 ? 2 Perintis 46 732 1484 56.257 14 - 28 ? 3 Barang 6 35 70 18.090 14 - 28 ? 4 Ternak 1 9 8 2.366 30 ? 5 Pariwisata ? ? ? ? ? ? 6 Feeder ? ? ? ? ? ? 7 Coastal Shipping ? ? ? ? ? ?

(34)

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI ANTAR WILAYAH

(35)

Amanat Presiden Tol Laut Poros Maritim Dunia Kondisi Geografis

Memanfaatkan lalu lintas kapal melalui NKRI untuk

kesejahteraan bangsa Perpindahan Orientasi pembangunan dari transportasi darat ke laut

Negara Kepulauan terbesar di dunia

Terdiri dari lebih 17.000 pulau

Terletak antara dua benua (Asia &

Australia) Tempat perlintasan transportasi laut antara kawasan industri (Asia Timur) & pusat energi (Timur Tengah) Terletak antara Samudera Hindia & Pasifik 2/3 wilayah merupakan perairan Panjang pantai no dua di dunia setelah Canada P E R M A S A L A H A N Jumlah penduduk no 5 di dunia (250 jt jiwa) Permukiman tersebar

dan tidak merata : • Jawa : 57,5 % • Sumatera 21,3 % • Kalimantan : 5,8 % • Maluku : 1,1 % • Sulawesi : 7,3 % • Papua : 1,5 % • Lainnya : 5,5 % Kepadatan penduduk :  Jawa : 58,8 %  Sumatera : 21,0 %  Kalimantan : 5,5 %  Sulawesi : 2,2 %  Pulau lainnya : 7,5 % Ketimpangan wilayah Transportasi tidak efisien (mahal) SOLUSI ? Posisi Geografis

PEMANFAATAN LAUT SEBAGAI RUANG BAGI PELAYANAN MASYARAKAT UNTUK PENINGKATAN

KESEJAHTERAAN

MARITIME CLUSTER

(36)

Pelabuhan Pengerukan & Reklamasi Offshore (Industri Lepas Pantai) Industri Penunjang Maritim Pertahanan & Keamanan Perikanan Jasa-jasa Terkait Maritim Pembangunan Kapal Wisata Bahari Angkutan Laut

MARITIME

CLUSTER

 Industri & Jasa Terkait Pelabuhan  Keseimbangan Antarpulau  Konstruksi di Bidang Maritim  Kontraktor Maritim  Pertambangan & Migas  Upstream  Supply & Services  Logistik & Transportasi laut  TNI AL  Polair  Bakorkamla  Pembangunan yacht  Jasa-jasa terkait dgn Marina, Yacht & Wisata  Pembangunan Kapal Baru  Industri Perikanan  Teknologi elektronik  Teknologi Mesin  Disparitas Harga  Perawatan & Perbaikan Kapal  Perdagangan  Teknologi Informasi & Komunikasi  R & D

(37)

SKEMATIS PELAYANAN SIMPUL DAN JARINGAN TRANSPORTASI LAUT DIKAITKAN DENGAN DESAIN KAPAL/PERAHU YANG BERFUNGSI UNTUK

MELAYANI ANGKUTAN LINER ANTARA PELABUHAN PENGUMPAN

Kolektor

Pengumpan

Pengumpan Regional

Lokal Jaringan Tetap dan Teratur (liner)

Rute Kapal-kapal Pelni

Jaringan Tetap dan Teratur (liner)

Rute Kapal-kapal Perintis

Jaringan Tetap dan Teratur (liner)

Rute Kapal-kapal?

Jaringan Tetap dan Teratur (liner)

Rute Kapal-kapal?

Pelabuhan Utama

BBM Sulit di Dapat

(38)

PENGUMPAN

, antara lain :

antara lain :

Sabang, Belawan, Dumai, Batam (3 terminal), Palembang, Panjang, Banten, Tanjung Priok, Cilamaya, Cilacap, Semarang, Tanjung Perak, Tanjung Bulu Pandan, Benoa, Socah, Teluk Lamong, Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Tanah Ampo, Kupang, Balikpapan, Bitung, Makassar, Ternate, Pantoloan, Ambon, Sorong, Jayapura, Merauke

Malahayati, Tanjung Balai Asahan, Selat Panjang, Bengkalis, Tanjung Buton, Pekanbaru, Tanjung Batu, Tanjung Pinang, Jambi, Pangkal Balam, Tanjung Pandan, Bojonegara, Sunda Kelapa, Kep. Seribu, Tegal. Batang, Gresik, Sampang, Bima, Kumai, Pelaihari, Garongkong, Luwuk, Tangkiang, Nunukan, Tarakan, Samarinda, Maloy, Manado, Banggai, Bau-bau, Waingapu, Ende, Manado, Pare-Pare, Kendari, Biak, Manokwari, Fak-Fak

Susoh, Idi, Air Bangis, Serasan, Nipah Panjang, Malakoni, Bagan Siapi-Api, Toboali,

Karang Agung, Teluk Betung, Brebes, Jepara, Tuban, Buleleng,

Sape, Reo, Lirung, Lawele, Jailolo, Sanana, Serui

TOTAL : 1240 PORTS

UTAMA

PENGUMPUL

(39)

CONTOH RUTE PELAYARAN YANG MENGHUBUNGKAN

PELABUHAN UTAMA SAMPAI DENGAN PELABUHAN LOKAL

Keterangan:

: Rute Pelabuhan Utama – Utama : Rute Pelabuhan Utama – Pengumpul : Rute Pelabuhan Pengumpul – Pengumpul : Rute Pelabuhan Pengumpul – Pengumpan : Rute Pelabuhan Pengumpang – Pengumpan

: Rute Pelabuhan Pengumpang – Pengumpan Regional

: Rute Pelabuhan Pengumpan Regional – Pengumpan Regional : Rute Pelabuhan Pengumpan Regional – Pengumpan Lokal : Rute Pelabuhan Pengumpan Lokal – Pengumpan Lokal Belawan Tj. Priok Pontianak Kumai Banjarmasin Makassar Bitung Waingapu Lewoleba Kupang Kisar Tepa Saumlaki Dobo Timika Merauke Nabire Serui Biak Wasior Manokwari Fak-fak Sorong Babang Ternate Morotai Kaimana

(40)

UU No. 17 / 2008 Tentang Pelayaran

Pasal 149 (1)

Setiap

petikemas

yg akan

digunakan sebagai bagian

dari

alat angkut

wajib

memenuhi persyaratan

kelaikan

petikemas

Tata cara penanganan

penempatan dan penataan

petikemas serta pengaturan

balas harus memenuhi

persyaratan keselamatan kapal

Pernyataan dari INCAFO

(Indonesian Cabotage Forum)

Alat angkut (kapal)

diperairan Indonesia

mengikuti azas Cabotage

demikian pula dengan

kontainer / peti kemas

ATURAN PENGGUNAAN KONTAINER UNTUK ANGKUTAN BARANG

(41)

PERGERAKAN PETIKEMAS DI PELABUHAN INDONESIA

NO TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN DEPO ASDEKI KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 BICT , BELAWAN DUMAI, RIAU BATAM, KEPRI

TELUK BAYUR, SUMBAR PALEMBANG, SULSEL PANJANG, LAMPUNG JICT , TANJUNG PRIOK TPK KOJA, TANJUNG PRIOK TO III , TANJUNG PRIOK PONTIANAK, KALBAR TPKS TG. EMAS, JATENG TPS TANJUNG PERAK, JATIM BANJARMASIN, KALSEL

KARIANGAU, KALTIM MAKASSAR, SULSEL BITUNG , SULUT

SORONG & JAYAPURA, PAPUA

TEUS 400.000 150.000 100.000 150.000 250.000 200.000 4.700.000 980.000 250.000 200.000 300.000 2.000.000 200.000 150.000 400.000 250.000 150.000 TEUS 160.000 0 0 0 120.000 110.000 1.450.000 370.000 100.000 0 200.000 1.300.000 0 0 150.000 0 0

OCEAN & DOM OCEAN & DOM OCEAN & DOM NO ASDEKI OCEAN & DOM OCEAN OCEAN OCEAN OCEAN DOM OCEAN OCEAN

OCEAN & DOM OCEAN & DOM OCEAN & DOM OCEAN & DOM DOM

TOTAL 10.130.000 3.940.000

(42)

KONSEKUENSI AKIBAT TIDAK MEMPERHATIKAN BERAT KONTAINER

YANG AKAN MUAT KE ATAS KAPAL

Kelebihan berat kontainer

Tipped container handler.

(43)
(44)

PERATURAN WAJIB VERIFIKASI BERAT KONTAINER BERDASARKAN

WORLD SHIPPING COUNCIL/WSC

International Maritime Organisation (IMO) Maritime Safety Commite (MSC) pd session ke 93 May 2014 Perubahan Safety of Lite at Sea Convention (SOLAS) utk persyaratan pemuatan kontainer yg dikemas di atas kapal utk

diekspor kontainer harus memiliki berat yg diverifikasi Berlaku terhitung 1 Juli 2016 Freight Forwarder (Jasa pengurusan transport/JPT) Pengirim (Shipper) Operator Terminal Operator Kapal Pengirim (Shipper) bertanggungja wab utk memverifikasi berat kontainer Diverifikasi oleh Operator Terminal Operator Kapal Kebijakan & Prosedur

?

Pergerakan kontainer Dalam Negeri

(45)

Prinsip Dasar Persyaratan

Verifikasi Berat kontainer

Sebelum kontainer yg telah dikemas dimuat keatas kapal berat harus ditimbang

Metode penimbangan kontainer

Memperkirakan berat tidak diizinkan, pengiriman (Shipper) memiliki

tanggungjawab utk menimbang kontainer yg sudah dikemas (menimbang isinya)

A carrier (pembawa) dapat mengandalkan verifikasi berat dari pengirim (shipper). Pengirim memberikan berat yg diverifikasi menurut & metode yg telah disertifikasi dan disetujui oleh pejabat yang berwenang sesuai yuridiksi pd kemasan & penyegelan kontainer selesai verifikasi berat dari pengirim (shipper) hrs sesuai dengan persyaratan SOLAS dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang

Kurangnya verifikasi berat dari pengirim yg ditandatangani dapat diatasi dgn menimbang kontainer yg telah dikemas di pelabuhan

Ketika Otoritas Terminal menerima kontainer ekspor yg telah dikemas dgn tidak memiliki verifikasi berat oleh pengirim yang ditandatangani maka kegiatan tsb harus diproses di terminal utk rencana penumpukan diatas kapal. Terminal dan pembawa perlu menyepakati situasi ini

Jika kontainer yg dikemas ditimbang di pelabuhan muat maka data tsb digunakan utk rencana penumpukan dikapal

Rencana penumpukan diatas kapal harus menggunakan berat yang diverifikasi utk semua kontainer yg dikemas diatas kapal

Setelah kontainer dikemas

Semua kargo dan isi kontainer ditimbang di tambah bobot kontainer sesuai yg tertera pd ujung pintu kontainer

Peralatan berat yg

digunakan hrs memenuhi

sertifikasi nasional &

(46)

Penyampaian Kebijakan Tol Laut Membangun Persepsi Mengubah Prilaku Humas Marketing Permasalahan Tol Laut blm termanfaatkan scr optimal

Belum banyak shipper dan konsumen utk memanfaatkan brg yg

diangkut oleh angkutan brg tol laut

baik dr daerah asalh dan tujuan Rata-rata muatan balik (return cargo)

masih kosong Beberapa pelabuhan

yg disandari trayek blm dilengkapi peralatan B/M antara

lain pelabuhan Dobo dan Timika Kecepatan kapal tol

laut perlu ditingkatkan Kebutuhan brg diluar Perpres 71/2015 dibutuhkan oleh Pemda Optimalisasi kapasitas muat

kapal tol laut who where

what

Shipper di daerah

asal dan tujuan Lokasi pelabuhan-pelabuhan terpilih Merupakan tujuan kegiatan komunikasi marketing Target Audience Pilihan kegiatan yg disukai utk dijadikan alternatif event

(47)

Key messeges

Tarif pesaing Kepastian jadwal

(rute tetap & teratur) Rute pelayaran Jenis & Kapasitas

kapal Terhubung dgn Rumah Kita yg berfungsi sbg Distribution Centre utk mendekatkan pasar ke konsumen Jenis brg yg dapat diangkut Strategi penyampaian Strategi kreatif konten Keberhasilan Strategi kreatif visual Target audience menengah ke atas Traget audience menengah ke bawah Rute Rute Rute Rute Rute Rute

Bentuk bentuk Infografis Tol laut dan Rumah Kita mendekatkan shipper ke

pasar sbg key messege Penyampaian visual kapal laut, pelabuhan,

rute dan Rumah Kita

Above the line Below the line Media masa mainstream Media sosial Event Flyer, poster, dll Action plan & Timeline

(48)

48

RUMAH KITA

Berdasarkan Surat dari Menteri Perhubungan No. AL. 005/4/17 Phb-2017 Perihal Penetapan Penanggung Jawab Program Rumah Kita / Sentra Logistik Untuk Mendukung Tol Laut

(49)
(50)

INFRASTRUKTUR PENDUKUNG RUMAH KITA TIMIKA BERUPA GUDANG INDUK

Uk. 12 x 17 meter

Peruntukan:

• Gudang Semen/Bahan Bangunan

• Gudang Sembako dll

(51)

Kapasitas:

Unit 1 = ± 40 Ton Unit 2 = ± 25 Ton

1 unit Reefer Container = 12 Ton

Total Kapasitas = ± 77 Ton

INFRASTRUKTUR PENDUKUNG RUMAH KITA TIMIKA BERUPA COLD STORAGE

No

Jenis barang

qty

satuan

1 Ayam Beku 16 ton

2 Semen Tonasa 7.200 sak

3 Barang Campuran (sembako) 3 Teus

PENGIRIMAN BARANG KE TIMIKA MULAI DARI MARET 2017

Keterangan:

1. Harga beras cap tawon @25 kg sebesar Rp. 310.000, sedangkan dengan ada tol laut menjadi sebesar Rp. 299.000, turun 4%.

2. Harga beras cap sintanola @25 kg sebesar Rp. 280.000, sedangkan dengan ada tol laut menjadi sebesar Rp. 260.000, turun 7%.

3. Harga ayam beku per kilo sebesar Rp. 30.000, sedangkan dengan ada tol laut menjadi sebesar Rp. 28.000/kg, turun 7%.

(52)

52

Catatan:

1. Kegiatan pengiriman semen dari Timika ke

Wamena menggunakan pesawat

komersial.

2. Kapasitas angkut 1 kali flight (@Rp. 112.000) 14,5 ton / 296 sak @50 kg.

3. Pengiriman barang dilakukan 4 kali dalam seminggu (Rabu s/d Sabtu).

4. Harga semen per sak di Wamena sebesar Rp. 510.000 s/d Rp. 520.000/sak, sekarang turun sampai Rp. 465.000/sak, turun 9%.

5. Rute Timika – Wamena menggunakan

pesawat Boing 737 Tri MG.

(53)

53

Outlet Retail

RUMAH KITA DI MANOKWARI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG DI SORONG DAN SERUI

Keterangan:

1. Ayam beku dijual dengan harga Rp.

28.000/kg, sedangkan harga

pasaran sekitar Rp. 32.000/kg, turun 12%.

2. Harga air mineral jenis Aqua dijual dengan harga Rp. 51.000/dus @600 ml, sedangkan harga pasaran sekitar Rp. 60.000/dus @600 ml, turun 17%.

BONGKARAN DI SERUI MANOKWARI MANOKWARI

SERUI COLD STORAGE, SORONG

(54)
(55)

RUMAH KITA DI MOROTAI DAN DUKUNGAN INFRASTRUKTUR DI TIDORE

55

MOROTAI COLD STORAGE, TIDORE

COLD STORAGE, TIDORE

GUDANG KERING, MOROTAI

GUDANG KERING, TIDORE TIDORE

(56)

KOORDINASI DENGAN KUPP MOROTAI

56

1. Koordinasi penggunaan gudang milik KUPP Morotai sebagai sentra distribusi Rumah Kita.

2. Sambil menunggu keputusan, pengiriman barang untuk stok barang akan dikirim ke Tidore (Pelabuhan terdekat yang sudah memiliki infrastruktur pendukung seperti pergudangan dan cold storage). 3. Bekerja sama dengan BUMD Tidore.

4. Penandatanganan MOU antara PELNI Logistik dan PEMDA Tidore sudah dilakukan pada tanggal 24 Juli 2017.

(57)

57

No

Jenis barang

qty

satuan

1 Ayam Beku 16 ton

2 Beras cap tawon 10 kg 100 sak

3 Beras cap tawon 25 kg 150 sak

4 Tepung terigu segitiga biru 25 kg 600 Sak

5 Gula merk SBR 50 kg 575 sak

Keterangan:

1. Rencana berangkat tanggal 5 Agustus 2017 via KM. Mentari Express

2. Harga ayam beku per kilogram di

pasar tidore ± Rp. 40.000 s/d

45.000/kg, dengan adanya kegiatan ini harga ayam beku menjadi sebesar Rp. 30.000/kg s/d 35.000/kg, turun 22% - 25%.

KOORDINASI DENGAN WALIKOTA TIDORE

(58)

RUMAH KITA DI SAUMLAKI DENGAN DUKUNGAN INFRASTRUKTUR DI MERAUKE

SAUMLAKI SAUMLAKI

MERAUKE

Keterangan :

1. Lokasi Rumah Kita di

Saumlaki finishing bulan September.

2. Sambil menunggu

finishing Rumah Kita di

saumlaki, infrastruktur

yang ada di Merauke

berupa cold storage

digunakan sebagai

pendukung.

3. Harga jual ayam di

Merauke sebesar Rp.

38.000/ekor, sedangkan

harga dengan ada tol laut menjadi Rp. 34.000 s/d 35.000/ekor, turun 8% -10%.

PENEMPATAN COLD STORAGE DI MERAUKE

(59)

DUKUNGAN PELNI UNTUK KEGIATAN RUMAH KITA DI NATUNA

59

Pemuatan Semen Milik PT. PELNI ke Selat Lampa

No

Jenis barang

qty

satuan

1 Semen 4400 sak

2 Minyak Goreng 1 ton

3 Gula 1 ton

4 Tepung Terigu @25 kg 500 Sak

5 Beras 5 ton

(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Logistik dan transportasi laut yg efisien dan efektif menjadi tuntutan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan semua daerah di Indonesia. Artinya, harus ada koordinasi antar sektor yang berperan dalam kegiatan logistik termasuk transportasi laut.

2. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia sehingga transportasi laut menjadi tulang punggung untuk distribusi barang yang berdampak langsung terhadap pengurangan disparitas harga bahan pokok dan bahan penting antara Jawa dan luar Jawa serta konektivitas Pulau Jawa sebagai pusat produksi dan konsumsi barang dari/ke Luar Jawa. 3. Muatan balik dari luar jawa ke jawa harus diperbanyak agar efisiensi penggunaan kapal angkutan barang meningkat

(angkutan barang dari jawa ke luar jawa cukup banyak tetapi, muatan balik relatif sedikit). Hal ini menuntut adanya pertembuhan simpul-simpul di luar jawa yang menjadi pusat produksi sehingga menghasilkan barang yagn dapat

dipasarkan di Pulau Jawa atau membawa raw material yang dibutuhkan di pusat produksi Pulau Jawa. Usaha ini harus

dilakukan secara bersinergi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Swasta. 4. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Keberpihakan terhadap transportasi laut dan logistik harus dilakukan secara terus menerus sampai terjadi keseimbangan perkembangan wilayah sehingga angkutan laut dan logistik menjadi relatif seimbang.

b. Pelabuhan yang disinggahi angkutan barang (tol laut) juga harus dikembangkan sebagai pusat pelayanan logistik antara lain seperti penerapan Ru ah Kita di beberapa pelabuhan atau kota yang telah ditunjuk agar mendekatkan pasar dan sub distribusi logistik ke masyarakat.

c. Kelengkapan sarana bongkar muat serta sumber daya manusia yang menangani kegiatan bongkar muat harus tersedia disetiap pelabuhan yang disinggahi oleh angkutan barang (tol laut) agar terjadi efisiensi pelayanan kapal angkutan barang (tol laut) sehingga waktu pelayanan dan pelayaran atau voyage yang ditetapkan tercapai;

(61)

LANJUTAN....

d. Perlu dukungan angkutan lanjutan darat dan laut pada setiap pelabuhan singgah angkutan barang (tol laut) berupa moda angkutan darat yang efisien penggunaan bahan bakar minyak mengingat di daerah terpencil, terluar, terisolasi dan perbatasan ketersediaan bahan bakar minyak relatif langka atau penggunaan moda angkutan darat yang menggunakan bahan bakar tenaga matahari mengingat teknologi ini sudah banyak di terapkan di beberapa negara dengan harga yang relatif terjangkau sekaligus meminimalkan biaya operasional.

e. Untuk dukungan moda angkutan laut hampir sama dengan moda angkutan darat yaitu ketersediaan angkutan lanjutan yang sifatnya liner (tetap dan teratur) terutama yang menghubungkan pelabuhan pelabuhan feeder (pengumpan, pengumpan regional dan pengumpan lokal).

5. Menumbuhkembangkan rute/trayek keperintisan barang oleh pemerintah dari pusat distribusi (pulau jawa) ke

daerah-daerah lain yang terpencil untuk menambah frekuensi waktu pelayaran dari 30 hari menjadi 14 hari atau melakukan

crossing pelayaran dari pusat distribusi Pulau Jawa dan pada saat yang sama kapal lainnya berangkat dari akhir

pelabuhan singgah.

6. Penggunaan kontainer berukuran lebih kecil dari 20 feet patut dipertimbangkan karena keterbatasan jalan akses dari

dan ke pelabuhan singgah rute pelayaran angkutan barang (tol laut) di daerah terpencil, terluar, terisolasi dan perbatasan sekaligus menyiapkan standar tarif baiya untuk penggunaan kontainer dibawah 20 feet.

7. Perlu dilakukan pemisahan secara jelas tarif sea freight dan tarif cargo handling sehingga mempermudah perhitungan

subsidi angkutan barang (tol laut) sekaligus mudah dievaluasi kendala kendala yang dialami pada setiap rute serta penanganan cargo handling disetiap pelabuhan singgah (biaya cargo handling disetip pelabuhan berbeda sedangkan tarif sea freight relatif sama). Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan no. 152 tahun 2016 ttg Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat (B/M) Barang dari dan ke Kapal bahwa perusahaan pelayaran dapat melakukan pelayanan tanpa harus melalui perusahaan bongkar muat dan tenaga kerja bongkar muat untuk jenis jenis barang barang tertentu.

(62)

8. Selain itu juga, diperlukan adanya standar keselamatan penyelenggaraan dan pengoperasian angkutan barang menggunakan kontainer atau bentuk kemasan lainnya termasuk penempatan barang di dalam kontainer, penyusunan barang di dalam kontainer, penimbangan barang untuk dimasukkan ke dalam kontainer, kualitas material dan rangka kontainer yang diperbolehkan untuk digunakan, standar berat kontainer, penyusunan penempatan dan penumpukan kontainer di atas kapal dan di lapangan penumpukan di pelabuhan serta jenis barang termasuk kemasannya yang dapat diangkut oleh kapal barang.

9. Untuk kemudahan Tracking dan Tracing kontainer maupun bentuk kemasan barang lainnya diperlukan labelling yang

diletakkan di kontainer atau kemasan barang lainnya sehingga mudah dilacak dan ditelusuri sesuai dokumen yang ditetapkan oleh Otoritas Pelabuhan dan Penyelenggara Pelayaran.

10. Diperlukan pembuatan sistem perencanaan, penumpukan, penempatan dan penyusunan Kontainer di atas kapal maupun kemasan barang lainnya di dalam kontainer serta di container yard (CY).

11. Diperlukan peralatan timbangan untuk menimbang kontainer yang akan dinaikkan ke atas kapal atau ditumpuk didalam kontainer sehingga dapat direncanakan metode penumpukan kontainer dengan mempertimbangkan titik berat kapal untuk menjamin keselamatan pelayaran.

12. Perlunya diperbanyak kapal/perahu yang menjadi feeder pelayaran tetap dan teratur dari pelayaran yang sudah ada (termasuk pelayaran rakyat), sehingga dapat menjangkau daerah tertinggal, terisolasi dan terluar.

13. Perlunya jembatan udara yang bersubsidi untuk menghubungkan pelabuhan yang berlokasi di daerah pesisir dan telah disinggahi angkutan barang (tol laut) yang terkoneksi dengan moda angkutan darat sampai ke bandara dan terkoneksi lagi dengan moda angkutan udara dari bandara terdekat menuju bandara daerah terpencil atau pegunungan agar harga barang di daerah pegunungan yang terpencil, terilosali dapat lebih murah lagi (menurunkan disparitas harga).

(63)

Referensi

Dokumen terkait

Pemilu untuk memilih Anggota DPR dan DPRD (termasuk didalamnya DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota) dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional)

Aplikasi Analisis AMMI model tetap ini bersumber dari buku Prosiding Seminar dan Ekspose Teknologi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan

Hasil analisis data menunjukkan: (1) bentuk dan persentase miskonsepsi yang paling banyak dimiliki oleh siswa yaitu 85% siswa tidak dapat membedakan contoh dan bukan

Dengan ini peneliti akan melihat bagaimana pengaruh etos kerja terhadap prestasi kerja pegawai pada Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu Zainul Arifin Medan..

Namun, apabila hilal tidak kelihatan pada hari tersebut, para ulama berbeza pendapat terhadap kaedah yang perlu digunakan untuk menetapkan awal bulan Hijrah iaitu sama ada

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Peserta didik melakukan diskusi kelompok untuk menuliskan informasi-informasi penting pada bacaan dalam bentuk peta pikiran1. Peserta didik mempresentasekan hasil kerja

Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja ( purposive ). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Perkembangan