• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KABUPATEN PINRANG TUGAS AKHIR. Oleh: FRIANTI KETTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KABUPATEN PINRANG TUGAS AKHIR. Oleh: FRIANTI KETTI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KABUPATEN PINRANG

TUGAS AKHIR

Oleh:

FRIANTI KETTI 1722040030

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2020

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) DI KABUPATEN PINRANG

TUGAS AKHIR

Oleh:

FRIANTI KETTI 1722040030

Tugas Akhir ini sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Syatrawati, S.P., M.P. Dr. Muhammad Kadir, S.P., M.P.

NIP. 197304302003122001 NIP. 197210102005011003

Mengetahui:

Direktur, Ketua Jurusan,

Dr. Ir. H. Darmawan, M.P. Abdul Mutalib, S.P., M.P.

NIP. 196702021998031002 NIP. 197003311997031002

Tanggal Lulus : 8 Juli 2020

(3)

iii

PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) Di Kabupaten Pinrang

Nama : Frianti Ketti

Nim : 1722040030

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan

Menyetujui, Tim Penguji :

1. Syatrawati, S.P., M.P. (...)

2. Dr. Muhammad Kadir, S.P., M.P. (...)

3. Nildayanti, S.P., M.Si. (...)

4. Junyah Leli Isnaini, S.P., M.P. ( )

Mengetahui Ketua Program Studi

Muhammad Yusuf, S.P., M.P.

NIP. 197006271998121006

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang telah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Mandalle, 8 Mei 2020 Yang menyatakan,

Frianti Ketti

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini yang berjudul “ Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L) Di Kabupaten Pinrang”. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kabupaten Pinrang.

Penulis menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, jadi dalam menyusun laporan tugas akhir ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak yang tentunya bantuan itu sangat berarti bagi penulis sehingga laporan dapat diselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan limpah terimakasih terutama kepada orang tua segenap keluarga yang telah memberi doa, dorongan, serta bimbingan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Melalui kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Syatrawati, S.P., M.P selaku pembimbing I dan Dr. Muhammad Kadir, S.P., M.P selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini.

2. Dr. Ir. H. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

(6)

vi 3. Abdul Mutalib, S.P., M.P selaku ketua jurusan Budidaya Tanaman

Perkebunan.

4. Para Dosen dan segenap PLP Budidaya Tanaman Perkebunan yang selama ini telah mendidik kami.

5. Teman-teman mahasiswa yang telah memberikan bantuan baik berupa material maupun spritual dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan didalamnya, oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membantu demi perbaikan laporan ini.

Akhirnya, semoga laporan tugas akhir ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang tertarik untuk mengkaji dan mengembangkannya.

Mandalle, 7 Mei 2020

Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... ... 3

1.3 Kegunaan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kopi Arabika... 4

2.2 Morfologi Kopi Arabika ... 4

2.3 Syarat Tumbuh Kopi Arabika ... 7

2.4 Gulma Pada Kopi Arabika ... 9

BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 19

3.2 Bahan dan Alat ... 19

(8)

viii

3.3 Metode Pelaksanaan ... 19

3.4 Analisis Data dan Parameter ... 20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 21

4.2 Pembahasan ... 24

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 33

RIWAYAT HIDUP ... 36

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil analisis vegetasi gulma di pertanaman kopi arabika di lahan 1 .. 23 Tabel 2. Hasil analisis vegetasi gulma di pertanaman kopi arabika di lahan 2 .. 24 Tabel 3 Perbandingan jumlah gulma pada 2 lahan dan penggolongan gulma . .. 25

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jumlah dan Jenis gulma yang ditemukan pada lahan I ... 35

Lampiran 2. Jumlah dan Jenis gulma yang ditemukan pada lahan II ... 36 Lampiran 3. Jenis-jenis gulma yang ditemukan pada 2 lahan ... 37

(11)

xi

RINGKASAN

Frianti Ketti. 1722040030. Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Kopi Arabika

(Coffea arabica L)

di Kabupaten Pinrang. Dibimbing oleh Syatrawati dan Muhammad Kadir

Pengendalian gulma pada pertanaman kopi arabika perlu dilakukan secara hati-hati efektif, dan efisien. Oleh karena itu penting mengetahui komposisi dan penyebaran vegetasi gulma di pertanaman kopi arabika. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jenis-jenis dan dominasi gulma pada lahan pertanaman kopi dengan umur berbeda di Kabupaten Pinrang. Pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan observasi dan pengamatan langsung di lapangan pada 2 lahan kopi berbeda yaitu pada lahan dengan umur kopi 20 tahun dan pada lahan kopi berumur 7 tahun dengan metode sampling secara diagonal pada lahan pertanaman. Masing-masing jumlah petak sampling setiap jenis lahan ada 9 buah dengan ukuran masing-masing 1 m2. Parameter pengamatan meliputi Kerapatan (individu/m2), Kerapatan Relatif (%), Frekuensi, Frekuensi Relatif (%), Indeks Nilai Penting (INP) (%), dan SDR (%) sebagai indeks penilai dominasi gulma.

Hasil analisis menunjukkan paling sedikit ditemukan 10 jenis gulma pada pertanaman kopi dan gulma yang paling dominan yaitu Ageratum conyzoides L dengan nilai SDR (58,22%) dan Synedrella nodiflora dengan nilai SDR 44,16%.

Terdapat perbedaan jenis gulma dominan pada lahan kopi yang berumur lebih tua (lebih rimbun) dengan lahan kopi yang lebih muda dengan tingkat kerimbunan lebih rendah, dimana gulma Ageratum conyzoides L mendominasi pada lahan kopi yang berumur lebih tua, Sedangkan gulma Synedrella nodiflora mendominasi pada lahan kopi lebih muda. Keanekaragaman jenis gulma 7 spesies gulma berdaun lebar, 3 jenis gulma berdaun sempit, 1 gulma tergolong teki yang ditemukan pada lahan pertanaman kopi

Kata Kunci : kopi arabika, gulma, analisis vegetasi, Dominan, SDR

(12)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainya dan berperan penting sebagai devisa negara. Kopi tidak hanya berperan sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi satu juta setengah jiwa petani kopi di Indonesia ( Rahardjo, 2012).

Perkebunan kopi di Indonesia di bedakan menjadi Perkebunan Besar (PB) dan Perkebunan Rakyat (PR). Perkebunan Besar (PB) dari tahun 2016 sampai dengan `2018 mengalami fluktasi. Pada tahun 2016 produksi kopi sebesar 31,87 ribu ton menurun menjadi 30,29 ribu ton pada tahun 2017 atau terjadi penurunan sebesar 4,95 persen. Tahun 2018 produksi kopi turun menjadi 28,14 ribu ton atau turun sebesar 7,1 persen. Untuk perkebunan Rakyat (PR) produksi dari tahun 2016 sampai 2018 cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Produksi pada tahun 2016 sekitar 632,000 ribu ton, pada tahun 2017 menjadi 685,80 ribu ton.

Pada tahun 2018 mencapai 685,79 ribu ton atau turun 0,002 persen di bandingkan dengan tahun 2017 (Badan Pusat Statistik, 2018).

Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang terkait dalam proses produksi pengolah kopi dan pasaran komoditas kopi. Upaya peningkatan produktivitas kopi dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia (Rahardjo, 2012)

Peningkatan produktivitas kopi merupakan upaya untuk memberikan penambahan mutu atau kualitas produk melalui penerapan teknologi sesuai

(13)

2 pedoman pengelolaan tanaman dengan baik dan benar. Bibit tanaman kopi arabika yang bermutu memberikan peranan yang sangat besar bagi produksi. Bahan tanam yang memiliki kualitas yang baik dapat mengurangi serangan terhadap hama penyakit yang berdampak pada perbaikan mutu jenis kopi

( Arwana et al.2010).

Tanaman kopi banyak mengalami gangguan yang sangat merugikan, gangguan tersebut di sebabkan oleh gulma (Kanisius, 1974). Oleh karena itu, agar di peroleh tanaman kopi produksi tinggi sangat di perlukan tindakan pemeliharaan seperti pemangkasan dan pengendalian gulma (Widiyanti, 2013). Pengendalian gulma di lakukan dengan mengetahui jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian, dampak, ekonomi, ekologi dan parasit (Rambe, 2010).

Gulma merupakan tumbuhan yang memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan tanaman budidaya, dimana dampak yang di timbulkan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Gulma yang tumbuh pada lahan pertanian dapat mengakibatkan terjadinya persaingan unsur hara dengan tanaman budidaya dalam proses penyerapan unsur hara, penangkapan cahaya dan penyerapan air (Kastanja, 2015). Pengendalian gulma pada pada pertanaman kopi arabika perlu dilakukan secara hati-hati, efektif, dan efisien. Oleh karena itu penting mengetahui komposisi dan penyebaran vegetasi gulma di pertanaman kopi arabika. Percobaan bermaksud untuk mengetahui jenis-jenis gulma dominan yang terdapat pada lahan pertanaman kopi arabika di Kabupaten Pinrang serta dinamikanya. Atas dasar tersebut maka dilakukan analisis vegetasi gulma dan

(14)

3 identifikasi jenis-jenis gulma pada lahan pertanaman kopi arabika di Kabupaten Pinrang.

1.2 Tujuan

Tujuan percobaan adalah untuk mengetahui jenis-jenis gulma dominan pada lahan pertanaman kopi arabika di Kabupaten Pinrang.

1.3 Kegunaan

Kegunaan penelitian ini di harapkan menjadi informasi ilmiah dan sebagai acuan dalam upaya pengendalian gulma dipertanaman kopi khususnya kopi arabika di Kabupaten Pinrang.

(15)

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Kopi Arabika

Klasifikasi tanaman kopi (coffea sp.) menurut Raharjo (2012) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Devisi : Spermatophyta Devisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridea Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea

Spesies : Coffea sp. (Coffea arabica L.) 2.2 Morfologi Kopi Arabika

Karakter morfologi yang khas bagi kopi arabika adalah tajuk yang kecil, ramping, ada yang bersifat ketai dan ukuran daun yang kecil. Biji kopi arabika memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya.

Seperti bentuknya yang agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi, lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan celah tengah dibagian datarnya berlekuk (Panggabean, 2011).

(16)

5 a) Akar

Tanaman kopi termasuk tanaman berkeping dua (dikotil). Perakaran kopi arabika relatif dalam dibandingkan dengan perakaran kopi robusta. Hal tersebut menyebabkan kopi arabika lebih tahan kekeringan dibandingkan dengan kopi robusta (Rahardjo, 2012). Lebih dari 90% berat akar terdapat pada lapisan tanah 0-30 cm, sehingga kopi arabika responsif terhadap kandungan bahan organik, perlakuan tanah dan persaingan gulma. Akar kopi menghendaki banyak oksigen, oleh karena itu struktur fisik tanah yang baik sangat diperlukan untuk pertumbuhan optimum kopi. Tanaman kopi berakar tunggang lurus kebawah dan kuat dengan panjang 45-50 cm. Akar tunggang tersebut terdapat 4-8 akar samping dengan panjang 1-2 m (PTPN XII, 2013).

b) Batang

Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok, beruas-ruas dan tampak jelas pada saat tanaman masih muda. Pada tiap ruas tumbuh sepasang daun yang berhadapan dan tumbuh dua macam cabang yaitu cabang orthotrop dan cabang plagiotrop. Cabang orthotrop merupakan cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertikal dan dapat mengganti kedudukan batang jika patah atau terpotong. Cabang plagiotrop merupakan cabang atau ranting yang tumbuh horizontal, cabang tersebut merupakan tempat tumbuhnya bunga atau buah.

Tidak terdapat banyak perbedaan antara batang kopi arabika dibandingkan dengan batang kopi robusta (PTPN XII, 2013).

c) Daun

Daun merupakan salahsatu organ yang dapat digunakan untuk membedakan jenis tanaman kopi. Daun kopi umumnya membentuk bulat

(17)

6 seperti telur, bergaris kesamping, bergelombang, berwarna hijau pekat dan meruncing di bagian ujungnya. Daun tumbuh dan tersusun secara berdampingan di ketiak batang, cabang, dan ranting. Sepasang daun terletak di bidang yang sama. Daun tanaman kopi arabika bertekstur kurus memanjang, tebal, berwarna hijau kuat pekat, dan bergaris gelombang seperti talang air (PTPN XII, 2013).

d) Bunga

Bunga kopi berbentuk pada akhir musim hujan dan akan menjadi buah hingga siap petik pada awal musim kemarau. Setelah terjadinya penyerbukan, kopi akan menghasilkan kuntum bunga. Setiap ketiak daun menghasilkan 2-4 kelompok bunga, selanjutnya setiap kelompok bunga menghasilkan 4-6 kuntum bunga, sehingga di setiap ketiak daun menghasilkan 8-24 kuntum bunga. Kuntum bunga kopi berukuran kecil yang tersusun dari kelompok bunga berwarna hijau, mahkota bunga terdiri atas 3-8 helai daun, benang sari terdiri atas 5-7 helai, tangkai putik terdiri atas dua sirip berukuran kecil yang panjang dan bakal buah (Panggabean, 2011).

e) Buah

Buah sebagian besar terdapat pada cabang primer dan sekunder. Waktu yang dibutuhkan bunga sampai menjadi buah masak memerlukan 9-10 bulan.

Buah kopi mentah berwarna hijau muda, kuning setelah masak dan berwarna merah tua setelah matang. Ukuran kurang lebih 1.5 cm x 1.0 cm dan bertangkai pendek. Buah kopi memiliki dua keping biji. Biji tersebut memiliki dua bidang yaitu, bidang datar (perut) dan bidang cembung (punggung). Tidak semua bakal buah bisa menjadi buah sampai masak melainkan ada yang gugur setelah

(18)

7 berumur 8-10 minggu (masa kritis) karena kelembaban tinggi atau buah mengering karena kekurangan air (PTPN XII, 2013).

f) Biji

Bentuk biji kopi arabika agak memanjang, bidang cembung tidak terlalu tinggi. Bagian ujung lebih mengkilap, tetapi apabila di keringkan berlebihan akan terlihat retak atau pecah. Biji yang sudah dipanggang (rousting) pada bagian celah tengah terlihat putih (Panggabean, 2011).

2.3 Syarat Tumbuh Kopi Arabika

Kopi arabika tumbuh baik dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 mdpl. Curah hujan yang sesuai untuk kopi adalah 1500-2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat celsius dan pH tanah 5,3-6,0 Prastowo, Karmawati, Rubiyo, Siswanto, indrawanto, dan Munarso, (2010) dalam Sobari, dkk. (2017).

a) Ketinggian Tempat

Kopi arabika tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran tinggi tropis. Pertumbuhan produktivitas dan kualitas kopi arabika dipengaruhi oleh ketinggian tempat, distribusi hujan dan suhu udara (Sihaloho, 2009). Tempat yang sesuai bagi pertumbuhan kopi arabika berkisar antara 1.000-1.700 mdpl.

Pada lokasi dengan ketinggian <1000 mdpl tanaman kopi arabika muda terjangkit penyakit karat daun, sedangkan pada ketinggian tempat >1.700 mdpl produksinya tidak optimal karena pertumbuhan vegetatif lebih cepat dari generatif

(19)

8 Menurut de Abreu, dkk (2012) dalam Randriani E, dkk (2018) Pertanaman kopi arabika pada lokasi dengan suhu rata-rata lebih rendah, ketinggian tempat semakin tinggi pada umumnya menjalani masa pematangan buah secara sempurna. Kondisi seperti ini dapat mendukung terhadap proses biosintesa subtansi-subtansi yang berhubungan dengan karakteristik aroma dan flavour. Mutu fisik biji kopi ( densitas dan rendemen) juga lebih baik apabila di tanam pada ketinggian tempat di atas 1.000 m diatas permukaan air laut.

b) Iklim

Perubahan iklim dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap tanaman kopi. Perubahan iklim secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kopi, dan secara tidak langsung mendorong berkembangnya hama dan penyakit tanaman kopi, ketidakteraturan pembungaan, tidak sempurnanya pematangan buah, dan sering terjadi gugur buah. Seperti yang di jelaskan Marsh dan Neilson (2007); Neilson, et al( 2013) yang dikutip oleh Syakir M dan Surmaini E (2017) Kualitas kopi sangat sensitif terhadap suhu dan curah hujan. Peningkatan suhu dan penurunan curah hujan yang diproyeksikan terjadi di selatan wilayah khatulistiwa berdampak terhadap penurunan produksi kopi. Sebagai contoh, produktivitas kopi yang hanya 150 kg/ha di Sulawesi antara lain di sebabkan oleh kurangnya periode kering.

Syarat iklim untuk pertumbuhan kopi arabika yang baik yaitu sebagai berikut :

1. Tinggi tempat 1.000 sampai dengan 2.000 mdpl 2. Curah hujan 1.250 sampai dengan 2.500 mm/th

(20)

9 3. Bulan kering (Curah hujan <60 mm/bulan) 1-3 bulan

4. Suhu udara rata-rata 15-25 0C c) Tanah

Menurut suwahyono (2011) penggunan bahan organik yang semakin banyak dapat menggemburkan tanah, membantu transportasi unsur hara tanah ke dalam akar tanaman dan dapat mengembalikan kondisi lahan yang terdegradasi. Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan kopi arabika yaitu

1. Kemiringan tanah kurang dari 30%.

2. Kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm.

3. Tekstur tanah berlempung (loamy) dengan struktur tanah lapisan atas remah.

4. Sifat kimia tanah (Terutama pada lapisan 0-30 cm).

a. Kadar bahan organik >3,5% atau kadar C>2%.

b. Nisbah C/N antara 10-12

c. Kapasitas pertukaran kation >15 me/100 g tanah d. Kejenuhan basa >35%

e. pH tanah 5,5-6,5.

f. Kadar unsur hara N, P, K, Ca, Mg cukup tinggi.

(Kementrian Pertanian, 2014) 2.4 Gulma Pada Pertanaman Kopi

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan kepentingan manusia baik dari segi ekonomi, ekologis, kesehatan maupun estetika. Kehadiran gulma selama proses budidaya tidak selalu berkonotasi dengan kemampuan gulma berkompetisi dengan tanaman dalam memperebutkan sarana tumbuh, seperti hara, air, cahaya, maupun ruang tumbuh, tetapi gulma juga dapat merugikan petani atau perusahaan

(21)

10 agribisnis dengan cara menurunkan kualitas produk pertanian dan mengganggu proses produksi (Pujisiswanto, 2012).

Gulma yang dominan pada tanaman kopi antara lain alang-alang (Imperata cylindrica), grinting (Cynodon dactylon), Ottochloa nodusa dari golongan rumput-rumputan, Cyperus rotundus, Cyperus kyllingia dari golongan teki, dan Mikania micrantha dari golongan berdaun lebar. Gulma penting pada pertanaman kopi menurut Tim Dosen IPB (2011) antara lain Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Chromolaena odorata, Mimosa pudica, Borreria alata, Setaria plicata, Ageratum conyzoides.

Berbagai jenis gulma yang tumbuh pada pertanaman kopi arabika.

Menurut penelitian yussa, dkk (2015) terdapat gulma disekitar tanaman kopi yaitu Ageratum conyzoides L, Bidens pilosa L, Clibadium surinamensis L, Emilia sonchhifolia, Sonchus oleraceus L, Tridax procumbens L, Drymaria cordata, Aneilema nudiflorum, Cyperus cyperoides, Cyperus kilingia, Cyperus rotundus, Digitaria cognata, Digitaria sanguinalis, Digitaria violascens, Eluisine indica, Melastoma malabathricum L, Belsivia sp, Borreria laevis. Dengan adanya gulma disekitar tanaman kopi dapat menurunkan produksi. Oleh karena itu, agar diperoleh tanaman kopi produksi tinggi di perlukan tindakan pengendalian gulma.

A. Golongan Gulma

Menurut sembodo (2010) klasifikasi atau penggolongan gulma di perlukan untuk mengenali atau mengidentifikasi gulma. Berikut ini di uraikam tentang penggolongan gulma berdasarkan aspek tertentu.

(22)

11 1. Gulma Berdasarkan Morfologi

Menurut Thirso (1994) berdasarkan morfologinya gulma dapat dibedakan atas golongan rerumputan (Grassses), golonga teki (Sedges), golongan berdaun lebar (Broad-Leaved) dan golongan pakis/pakuan (fem).

a. Golongan Rerumputan

Rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk ke dalam famili Granmine. Selain merupakan komponen terbesar dari seluruh populasi gulma, famili ini memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, distribusinya amat luas dan mampu tumbuh pada lahan kering maupun tergenang. Gulma yang tergolong rerumputan diantaranya ilalang (Imperata cylindrica), pahit/pahitan (Axonupus compresus), belulang (Eluisine indica), jajagoan (Echinochloa crusgall), lempuyangan atau jajahean ( Panicum repens),dan lain-lain.

b. Golongan Teki-tekian

Gulma teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk ke dalam famili Cypereceae. Golongan teki terdiri atas ± 4000 spesies. Contoh gulma yang termasuk dalam golongan ini adalah : Teki (cyperus rotundus), wingi (Scripus grossus), jekeng (Cyperus iria), babawangan (Eriocaulancinerum), rumput knop (Cyperus kylingia), dan lain-lain.

c. Golongan Berdaun Lebar

Gulma golongan berdaun lebar meliputi semua jenis gulma selain famili Gramineae dan Cyperaceae. Gulma berdaun lebar umumnya terdiri dari golongan Dycotelodoneae. Ciri umum gulma berdaun lebar ini adalah ukuran daunnya lebar, tulang daun berbentuk jaringan dan terdapat tunas-

(23)

12 tunas tambahan pada setiap ketiak daun. Contoh gulma berdaun lebar antara lain: bayam duri (Amaranthus spinosus), babandotan atau wedusan (Ageratum conyzoides), saliara (Lantana camara), Kremah (Alternanthera philoxeroides), genjer (limnocharis flava), dan sebagainya.

d. Golongan Pakisan/pakuan(Pteridophyta/Fern)

Gulma golongan pakis meliputi semua gulma yang berasal dari keluarga pakis-pakisan, misalnya pakis kadal (Dryopteris aridus), dan pakis kinca (Neprolespsis biserata).

2. Gulma Berdsarkan Siklus Hidupnya

Gulma bersarkan siklus hidupnya dapat di golongkan sebagai berikut.

a. Gulma Semusim

Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumnya, gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi biji sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim memerlukan biaya yang lebih besar. Contoh gulma semusim adalah Amaranthus sp, Digitaria sp, Eleusine indica, Setaria sp (Moenandir, 1993)

b. Gulma Dua Musim

Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun, pada tahun pertama gulma ini, menghasikan bentuk roset, pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan akhirnya mati.

Pada periode roset gulma umumnya sensitif terhadap herbisida. Contoh

(24)

13 gulma dua musim adalah Aretium sp, Circium vulgare, Verbascum thopsus.

c. Gulma Tahunan

Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan tidak terbatas.

Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun ada juga yang berkembang biak secara vegetatif. Gulma tahunan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah mati karena ada bagian yang mengering namun bila ada ketersediaan air cukup, gulma akan bersemi kembali. Contoh gulma tahunan adalah Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Imperata cylindrica (Moenandir 1993).

3. Golongan Gulma Berdasarkan Habitatnya

Berdasarkan habitatnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (Aquatic weeds) dan gulma darat (Terestrial weeds).

a. Gulma Darat

Jenis gulma daratan yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam. Contoh gulma daratan adalah Ageratum conyzoides, Axonopus compressus, Chromolaena odorata, Euphorbia sp, Imperata cylindrica.

b. Gulma Air

Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam, ataupun setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar, ataupun teki-tekian. Contoh gulma air adalah

(25)

14 Cyperus difformis, Cyperusi iria, Echinochloa colonum, Elichomia grassipes, Leersia hexandra.

4. Gulma Berdasarkan Bentuk Daun

Penggolongan berdasarkan bentuk daun berpatokan atas lebar atau sempitnya daun.

a. Gulma Berdaun Lebar

Gulma berdaun lebar mempunyai bentuk daun yang lebar dan luas, mempunyai lintasan C3, nervatio (pertulangan daun) menyirip, dari kelompok dicotyledonae, bentuk helaian membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal. Contoh gulma berdaun lebar yaitu Amaranthusapinosus, Ageratum conyzoides L, Portulaca oleracea, Eupatorim odoratum.

b. Gulma Berdaun Sempit

Gulma berdaun sempit mempunyai daun sempit dan memanjang, mempunyai lintasan C4, nervatio (pertulangan daun) linearis atau garis-garis memanjang, dari kelompok monocotyledonae, bentuk daun memanjang seperti pita. Contoh gulma berdaun sempit yaitu Leersea hexandra, Cyperus rotundus, Imperata cylindrica.

5. Gulma Berdasarkan pengaruhnya

Menurut Disbun Jabar (2015) berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan menjadi :

a. Gulma Kelas A

(26)

15 Gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan oleh karena itu harus diberantas secara tuntas, misalnya : Imperata cylindrica, Mikania sp, Mimosa sp.

b. Gulma Kelas B

Semua jenis gulma yang merugikan bagi tanaman perkebunan oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengendalian atau pemberantasan, misalnya: Brachiria mutica, Gleichenia liniearis, Lantana camara, Scleria sumatrensi.

c. Gulma Kelas C

Gulma yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan seperti ketersedian biaya, misalnya: Axonopus compressus, Boreria latifolia, Cyperus sp, Paspalum conjugatan

d. Gulma Kelas D

Jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian, misalnya: Ageratum conyzoides, Cyrtococcum sp.

e. Gulma Kelas E

Jenis gulma yang bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau, karena itu dapat dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman tapi tetap dikendalikan jika pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman. Misalnya; Colopogonium caereleum, Centrosema pubescens, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides.

(27)

16 B. Kerugian Akibat Gulma

Kerugian yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung.

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan antara tanaman perkebunan dan gulma antara lain pertumbuhan tanaman terhambat sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama, penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman, produktivitas kerja terganggu, gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit, serta biaya pengendalian gulma yang sangat mahal (Barus, 2003).

C. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada prinsipnya membatasi infestasi tumbuhan pengganggu (gulma) sedemikian rupa sehingga secara ekonomis dan ekologis tidak merugikan. Namun secara pengembangannya di tujukan kepada pengaturan lingkungan sehingga menekan populasi gulma serendah-rendahnya tetapi tidak menimbulkan kerugian ekologi termasuk adanya erosi lahan dan miskinnya hara tanah (sukman dan yakup, 1991).Untuk mengendalikan tumbuhan gulma, maka hendaknya perlu dihindari pemberantasan (eradication) gulma secara total. Gulma seharusnya dikelola secara benar, hanya saja jenis-jenis gulma yang berbahaya dan betul-betul merugikan (noxious weed) yang dibunuh, sedangkan jenis-jenis yang berperan positif (penyubur tanah, inang, predator atau parasitoid hama) sebaiknya juga perlu di lestarikan.Berbagai metode pengendalian gulma dapat di terapkan pada budidaya kopi. Salah satu metode tersebut adalah pengendalian kimiawi. Pengendalian kimiawi dengan menggunakan herbisida merupakan metode yang paling banyak digunakan karena tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Herbisida yang bagus di gunakan yaitu glisofat karena merupakan

(28)

17 herbisida sistematik, Glisofat diabsorbsi lewat daun dan tidak aktif bila di aplikasikan lewat tanah. Translokasi glifosat terjadi keseluruh bagian tumbuhan termasuk bagian tumbuhan yang ada di dalam tanah (Tomlin, 2009).

D. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Gulma

Ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, antara lain.

a. Faktor klimatik, yang menentukan pertumbuhan, reproduksi dan distribusi gulma terdiri dari air, cahaya, temperatur, angin dan aspek lainnya

b. Faktor Edafik, yaitu faktor tanah yang menentukan distribusi gulma antara lain kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, dan unsur-unsur makanan yang ada dalam tanah

c. Faktor Biotik, yaitu tumbuhan dan hewan yang merupakan faktor-faktor biotik yang mempengaruhi pertumbuhan gulma dan membatasi distribusinya.

Adapun faktor-faktor penentu penentu dominansi gulma menurut Yosua et al (2018), diantaranya:

a. Faktor iklim mikro

b. Faktor edafik terkait tingkat kesuburan tanah c. Faktor kultur teknis yang diterapkan di perkebunan

Gulma berdaun lebar dengan siklus hidup tahunan seperti gulma Ageratum conyzoides L dan gulma Synedrella nodiflora. Gulma Ageratum conyzoides L merupakan jenis gulma yang tumbuh dominan dan sangat kompetitif pada lahan kering. Gulma ini sangat merugikan, karena selain merugikan dalam menggunakan ruang hidup juga mempunyai penghambat tumbuh yang dilepas ke lingkungan karena adanya senyawa alelopati yang dihasilkan oleh gulma yang bersifat racun (Suyani et al, 2017). Gulma Ageratum conyzoides L termasuk

(29)

18 dalam golongan gulma berdaun lebar yang banyak tumbuh di lahan pertanian, perkebunan karet, kopi, tembakau dan kelapa sawit. Dapat ditemukan hingga ketinggian 3.000 mdpl, menyukai intensitas cahaya tinggi dan ternaungi. Gulma ini memiliki tekstur biji ringan dengan jumlah biji yang banyak, dapat tersebar dengan bantuan angin dan cukup mengganggu perkebunan. Tumbuhan ini memiliki daya saing yang tinggi sehingga dengan mudah tumbuh dimana-mana dan menjadi gulma yang merugikan bagi petani (Okunade, 2002).

Gulma Synedrella nodiflora dapat menjadi populasi dominan pada suatu wilayah mengalahkan populasi yang lainnya karena Synedrella nodiflora memiliki sifat alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan makhluk lainnya. Menurut Hasanuddinet al (2012) gulma jotang kuda atau Synedrella nodiflora termasuk pada gulma berdaun lebar yang berkembang dengan biji dan dapat berproduksi tinggi, penyebarannya sangat cepat yang dapat melalui angin dan air. Gulma ini memiliki batang yang cukup panjang, keras dan berwarna kuning.

Gulma Commelina diffusa , Hyptis rhomboidea, Impetiens platypetala.

Gulma Commelina diffusa termasuk dalam gulma berdaun lebar yang tempat hidupnya terlindungi melakukan perbanyakan secara vegetatif dengan stolon.

Gulma Commelina diffusa relatif sulit dikendalikan karena memiliki cara reproduksi menggunakan buku-buku yang terpotong (Isacc et al, 2013) Gulma Hyptis rhomboidea melakukan perbanyakan secara generatif dengan biji dan tumbuh di pinggir jalan, tanah-tanah yang tidak diusahakan, di pekarangan dan di ladang, dan gulma Impetiens platypetala tumbuh di atas tanah 100 meter dari permukaan laut, tanahnya harus lembab di tempat yang teduh dan banyak mengandung humus.

(30)

19

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan di Desa Suppiran, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrangyang berlangsung pada bulan April hingga Mei 2020.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu patok (kayu), tali rapiah, karton, Lup, kamera, computer, aplikasi computer/androiddan alat tulis menulis.Adapun bahan yang digunakan yaitu gulma sebagai sampel pengamatan.

3.3.Metode Pelaksanaan

Pengambilan dan pengumpulan data menggunakan teknik observasi langsung diperkebunan kopi arabika pada 2 tipe lahan sampel yang terkait dengan pertanaman kopi arabika di kabupaten Pinrang. Sampel lahan 1 bercirikan umur tanaman kopi 20 tahun, pengambilan lahan sampel berada di tengah areal pertanaman. Sedangkan pada lahan sampel 2 umur tanaman kopi 7 tahun dengan pengambilan sampel berada di tepi kebun. Pemilihan lahan berukuran 25 m x 25 m dengan membuat 9 plot secara diagonal. Setiap plot berukuran 1 m x 1 m.

Dalam setiap plot dihitung jenis dan jumlah gulma. Kemudian data yang tersedia dilakukan perhitungan analisis vegetasi gulma. Identifikasi jenis gulma dilakukan secara langsung, panduan pustaka, dan aplikasi plantsnap.

(31)

20 3.4 Analisis Data dan Parameter

Data berupa jenis dan jumlah serta sebaran gulma ditabulasi. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis vegetasi untuk memperoleh nilai dari parameter pengamatan yaitu Kerapatan (individu/m2), Kerapatan Relatif (%),Frekuensi, Frekuensi Relatif (%), Indeks Nilai Penting (INP) (%),dan SDR (%) diperoleh dengan persamaan (1) sampai dengan Persamaan (6) sebagai berikut:

( )

... (1) ( )

... (2) ( )

... (3) ( )

... (4) Indeks Nilai penting = KerapatanRelatif + FrekuensiRelatif ... (5) ( )

... (6)

Referensi

Dokumen terkait

Arteri yang lebih besar, meliputi seluruh arteri yang cukup besar untuk dilihat dengan mata tanpa pembesaran, memiliki resistansi yang rendah dan pipa pembuluh dengan kecepatan

a) Keterbukaan di dalam mengungkapkan semua detail kondisi keuangan masing- masing pasangan baik sebelum maupun sesudah pernikahan, dengan merujuk juga kepada beberapa

Meskipun  efisiensi  P  sudah  lebih  tinggi  dari  rata‐rata,  tetapi  pupuk  anorganik  yang  dipakai  masih  tinggi,  sehingga 

Potensi-potensi penyebab bahaya terlihat sekali dari data questioner ini, di mana para awak masih ada yang belum bersertifikat dasar pelaut sehingga tidak mungkin bagi awak

Karena titik (1,31;5,85) tidak berada di daerah fisibel subproblem 4, maka subproblem 4 tidak memiliki solusi fisibel.. Dari subproblem-subproblem di atas terlihat bahwa subproblem

Metode penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap tanda dan gejala serangan hama penggerek batang, penghitungan jumlah bibit di persemaian yang

Dari 287 isolat Actinomycetes yang diisolasi dari 79 sampel tanah yang diambil dari 5 tempat yang berbeda, diketahui bahwa sebanyak 166 isolat mampu menghambat pertumbuhan