Deskripsi Peran Gembala Sidang dalam Efesus 4:16 dan Implikasinya bagi Pelayanan Masa Kini
Yosua Budi Ristiono1, Yonatan Alex Arifianto2
1Sekolah Tinggi Teologi Kadesi, Yogyakarta
2Sekolah Tinggi Teologi Sangkakala, Salatiga
1[email protected], 2[email protected]
Abstract: God wants His church to experience growth towards spiritual maturity. In order for the congregation to grow, after Christ ascended to heaven, God gave five gifts of ministry to His Church, one of which is the pastor. In carrying out its duties to bring the congregation to spiritual maturity, one of the important tasks that must be carried out is to lead the church, which is the body of Christ, with its various members to live in unity towards spiritual maturity. Using qualitative descriptive. This research was conducted to determine the role of a congregation pastor in leading the congregation to spiritual maturity and its implications for the ministry of pastors today. Based on the exegesis process carried out by the author, in Ephesians 4:16 there are three roles that are still relevant for contemporary service, namely: first, the role as an organizer to organize church organization and place congregations with different potentials in a neat organizational chart for achieve common goals to be achieved; second, the role as administrator to optimize all the different potentials of the congregation effectively and efficiently; Third, the role as a facilitator will help a congregation pastor to facilitate the existence of groups that naturally exist in the midst of the congregation towards spiritual maturity.
Keywords: Church ministry; Ephesians 4; organization; pastor
Abstrak: Allah menginginkan jemaat-Nya mengalami pertumbuhan menuju kedewasaan Rohani.
Agar jemaat bertumbuh, setelah Kristus naik ke sorga, Tuhan memberikan lima karunia jabatan pelayanan kepada Gereja-Nya yang salah satunya adalah gembala. Dalam menjalankan tugasnya membawa jemaat menuju kedewasaan rohani salah satu tugas penting yang harus dilakukan adalah memimpin jemaat yang adalah tubuh Kristus dengan berbacam-macam anggotanya dapat hidup dalam kesatuan menuju kedewasaan rohani. Menggunakan kualitatif deskriptif Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran seorang gembala Sidang dalam memimpin jemaat menuju kedewasaan rohani dan implikasinya bagi pelayanan gembala sidang masa kini. Berdasarkan proses eksegesa yang dilakukan oleh penulis, dalam Efesus 4:16 ada tiga peran yang masih relevan untuk pelaynan masa kini yaitu: pertama, peran sebagai organisator untuk menata organisasi gereja dan menempatkan jemaat dengan potensi yang berbeda-beda dalam sebuah bagan organisasi yang rapi untuk mencapai tujuan bersama yang akan dicapai; kedua, peran sebagai administratpr untuk mengoptimalkan semua potensi jemaat yang berbeda secara efektif dan efisien; ketiga, peran sebagai fasilitator akan menolong seorang Gembala Sidang untuk memfasilitasi keberadaan kelompok yang secara alamiah exist ditengah-tengah jemaat menuju kedewasaan rohani.
Kata kunci: Efesus; gembala; organisasi; pelayanan gereja
PENDAHULUAN
Gereja adalah tubuh Kristus yang diharapkan terus bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Agar jemaat dapat bertumbuh secara rohani Tuhan memberikan lima karunia
Available at: http://sttse.ac.id/e-journal/index.php/stella Volume 1, No 1, April 2021 (57-72)
jabatan pelayanan kepada gereja-Nya. lima jabatan pelayanan tersebut bertujuan untuk mendewasakan rohani jemaat Tuhan dalam sebuah gereja. Ini merupakan alat-Nya untuk menyempurnakan jemaat di bumi.1 lima jabatan pelayanan tersebut menurut Efesus 4:11 adalah rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita injil, gembala-gembala dan pengajar- pengajar.
Istilah rasul dipakai dalam PB secara umum bagi wakil yang ditugaskan sebuah jemaat, seperti para misionaris Kristen yang pertama. Kata Yunani yang sering dipakai
“Apostolos” berasal dari kata “Apostle” yang secara harafiah berarti “seseorang yang dikirim keluar”.2 Tuhan Yesus memilih dua belas orang untuk mengadakan perjalanan bersama Dia dan dimuridkan secara langsung oleh-Nya. Orang-orang ini memiliki tanggung jawab yang penting. Mereka akan terus mewakili Dia setelah Ia kembali ke Surga.3 Nabi adalah orang percaya yang berbicara di bawah dorongan langsung dari Roh Kudus atas nama Allah dan yang beban utamanya adalah kehidupan rohani dan kemurnian gereja.
Pemberita Injil adalah orang milik Allah yang berbakat dan ditugaskan untuk memberitakan Injil (yaitu kabar baik) keselamatan kepada yang belum selamat dan membantu membuka gereja yang baru di sebuah kota. Kata penginjil berasal dari kata Yunani “Euaggelizo” yang berarti mengumumkan berita atau kabar baik.4 Gembala adalah mereka yang mengawasi dan memelihara kebutuhan rohani jemaat lokal. Mereka juga disebutkan penatua (Kis 20:17; Tit 1:5) dan penilik jemaat (1Tim 3:1; Tit 1:7). Para pengajar adalah mereka yang memiliki karunia yang diberikan Allah secara khusus untuk menjelaskan, menguraikan secara terinci, dan memberitakan Firman Allah agar membangun tubuh Kristus (Ef 4:12).
Para pengajar mendidik generasi penerus, dengan demikian mereka harus menjadi pribadi yang rela menyangkal diri, bekerja bukan untuk mengejar nama atau posisi bagi diri sendiri, namun sebaliknya bersedia mewariskan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki demi kerajaan-Nya 5.
Dari lima karunia pelayanan yang disampaikan oleh rasul Paulus dalam Efesus 4:11 gembala memiliki peran yang sangat penting dalam maksud Allah bagi gereja-Nya. Kristus yang adalah sang Rasul, Nabi, Penginjil dan Pengajar. Semua jabatan pelayanan ada di dalam Dia. Akan tetapi Dia memiliki satu detak jantung dalam semuanya, yaitu hati seorang gembala. Oleh karenanya semua pelayanan tanpa mempedulikan panggilan dan penempatan dalam tubuh, seharusnya memiliki dan dimotivasi oleh hati seorang gembala.6 Sebab tanggung jawab gembala adalah memelihara jemaat Tuhan dalam hal kerohanian, 7 dan juga peran seorang gembala dalam pengembalaan adalah memimpin dan memelihara
1 Kevin J Conner, “Jemaat Dalam Perjanjian Baru,” Malang: Gandum Mas (2004): 296.
2 Conner, “Jemaat Dalam Perjanjian Baru.”
3 William White Packer, J.I., Tenney, Merril c., jr., Ensiklopedi Fakta Alkitab, Bible Almanac-2 (Malang: Gandum Mas, 2014), 1019.
4 Packer, J.I., Tenney, Merril c., jr., Ensiklopedi Fakta Alkitab, Bible Almanac-2.
5 Darlene Zschech, “The Art of Mentoring,” Malang: Literatur SAAT (2013): 23.
6 Conner, “Jemaat Dalam Perjanjian Baru.”
7 Sara L Sapan and Dicky Dominggus, “Tanggung Jawab Penggembalaan Berdasarkan Perspektif 1 Petrus 5:1-4,” Jurnal Teologi Amreta 3, no. 2 (2020): 124–145.
anggota-anggota gereja dan orang-orang lain, serta memberitakan Injil dan seluruh Firman Allah.8
Menurut Efesus pasal 4 seorang gembala hendaknya memiliki empat kemampuan dalam menjalankan tugas pelayanannya, meliputi: pertama, menasehati (Efesus 4:1);
kedua: memperlengkapi (Efesus 4:12a); ketiga, membangun (Efesus 4:12b); dan keempat, memimpin (Efesus 4:16). Dari empat unsur kemampuan seorang gembala dalam melayani jemaat Tuhan unsur memimpin tentu merupakan hal sangat penting, mengingat tugas seorang gembala yang harus menggembalakan kawanan domba Allah atau jemaat.
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mau melaksanakan suatu pekerjaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Kepemimpinan dapat dikatakan sebagai sebuah kemampuan memerintah serta mempengaruhi orang lain agar tujuan yang telah ditetapkan bisa tercapai. Jahenos Saragih memaparkan “Kepemimpinan (leadership) adalah cara atau teknik pimpinan atau manajer untuk mengarahkan dan me-nyuruh orang lain agar mau mengerjakan apa yang ditugaskan.9 Suhadi dan Arifianto mengungkapkan bahwa pemimpin Kristen diberikan kemampuan oleh Allah untuk membawa perubahan sesuai yang dikehendaki oleh Allah yang membawa perubahan.10 Tomatala berpendapat demikian: Kepemimpian Kristen ialah suatu proses terencana yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen (yang menyangkut faktor waktu, tem-pat, dan situasi khusus) yang di dalamnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil bagi diri-Nya seorang pemimpin (dengan kapasitas pe- nuh) untuk memimpin umat-Nya (dalam penge-lompokan diri sebagai suatu institusi/organisa-si) guna mencapai tujuan Allah (yang mem-bawa keuntungan bagi pemimpin, bawahan, dan lingkungan hidup) bagi dan melalui umat-Nya untuk kejayaan Kerajaan-Nya.11 Juga menjadikan pelayanan yang dipercayakan adalah sebuah kehormatan yang diberikan Tuhan dan dikerjakan dengan kesungguhan sebagai dedikasi.12
Dalam koteks kepemimpinan seorang Gembala yang menggembalakan kawanan domba Allah, maka tujuan pokok yang hendak dicapai adalah seperti yang disampaikan Paulus dalam Efesus 4: 13 yaitu adanya kesatuan Roh, Pengenalan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan Tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Tulisan ini bertujuan menjawab beberapa pertanyaan terkait, bagaimana konsep kepemimpinan seorang gembala yang diajarkan oleh Rasul Paulus dalam Efesus 4:1-16?
Bagaimana peran yang harus dilakukan seorang gembala dalam memimpin jemaat menuju
8 Arozatulo Telaumbanua, “Peran Gembala Sidang Sebagai Pendidik Dalam Pertumbuhan Rohani Jemaat,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 2 (2019): 362–387.
9 Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Kristen (Jakarta: Suara Gereja Kristiani yang Esa, 2009), 148.
10 Suhadi and Yonatan Alex Arifianto, “Pemimpin Kristen Sebagai Agen Perubahan Di Era Milenial,” EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership 1, no. 2 (2020): 129–147.
11 Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis (Malang: Gandum Mas, 1997).
12 Yonatan Alex Arifianto, “Makna Sosio-Teologis Melayani Menurut Roma 12:7,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (2020): 184–197.
kedewasaan rohani? Bagaimana implikasi pengajaran rasul Paulus tentang managemen kepemimpinan bagi para Gembala sidang masa kini?
METODE
Metode penelitian dalam tulisan ini adalah penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif.13 Penulis melakukan kajian terhadap ayat-ayat firman Tuhan yang terkait dan sumber-sumber pustaka serta menguraikannya secara deskriptip untuk menjelaskan tentang peran Gebala Sidang dalam memimpin jemaat menuju kedewasaan rohani berdasarkan Efesus 4:1-16 dan implikasinya bagi para Gembala sidang masa kini.
Penulis juga berusaha menjawab masalah penelitian dengan menggali sumber-sumber literatur yang berkorelasi dengan masalah penelitan. Sumber-sumber tersebut adalah buku- buku teks, pendekatan tematis digunakan untuk menggali makna tentang peran Gembala Sidang dalam memimpin jemaat menuju kedewasaan rohani berdasarkan pengajaran rasul Paulus dalam Efesus 4:1-16 dan implikasinya bagi gembala sidang masa kini.
PEMBAHASAN
Latar Belakang Kitab Efesus
Surat Efesus merupakan salah satu tulisan dari rasul Paulus yang dianggap sebagai puncak dalam penyataan alkitabiah dan memiliki tempat yang cukup unik di antara surat- surat Paulus yang lainnya. Keunikannya membuat surat Efesus menjadi kesenangan bagi Yohanes Calvin, sedangkan W. Barclay menyebut surat Efesus sebagai ratu dari surat-surat rasuli.14 Pandangan lainnya tentang surat Efesus datang dari mantan Presiden Princeton Theological Seminary, Amerika Serikat John Mackay yang merasa berhutang atas kehidupannya terhadap surat Efesus. Dia begitu terpesona dan selalu bersemangat menggali surat Efesus, hal tersebut terlihat dari tulisan John R.W. Stott sebagai berikut: “John Mackay selalu terpesona oleh surat Efesus. Ketika Ia diundang untuk memberikan Croall Lectures DI Universitas Edinburgh pada bulan januari 1948, Ia memilih surat Efesus sebagai pokok bahasannya. Pada saat undangan itu sampai padanya ada pengharapan akan terbentuk dewan gereja-gereja sedunia di Amsterdam. Rencana tema pertemuan pertama dewan itu kekacauan manusia (tema itu kemudian diubah). Berkaitan dengan tema itu Mackay membuat judul kuliah-kuliahnya Gods Order (Tata tertib Ilahi). dalam kuliah itu Ia menyebut surat Efesus sebagai karya Paulus yang paling utama, dewasa dan relevan bagi masa kini.15
Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Efesus merupakan surat yang harus diedarkan ke jemaat
13 Umrati and Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam Penelitian Pendidikan (Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020), 12.
14 John R W Stott, “Seri Umrati and Wijaya, Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam Penelitian Pendidikan, 12.Pemahaman Dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini: Efesus--Mewujudkan Masyarakat Baru Di Dalam Dan Melalui Yesus Kristus” (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Cet, 2003), 11.
15 Stott, “Seri Pemahaman Dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini: Efesus--Mewujudkan Masyarakat Baru Di Dalam Dan Melalui Yesus Kristus.”
di Efesus dan Kolose, yang merupakan komunikasi langsung dengan jemaat di Kolose, ditulis sekitar tahun tahun 60 atau 61.16
Pandangan umum mengenai penerima surat Efesus adalah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud untuk pembaca yang lebih luas daripada jemaat di Efesus saja.
Selain untuk jemaat Tuhan di Efesus juga ditujukan sebagai surat edaran untuk gereja- gereja di seluruh propinsi Asia. Hal tersebut terlihat dari Efesus pasal 1 ayat 1, dimana rasul Paulus menyebutkan bahwa ada 2 tujuan penerima suratnya. Pertama orang-orang kudus di Efesus, dengan ungkapan ini Paulus tidak hanya menujukan suratnya hanya kepada kalangan tertentu dari orang-orang yang ada di Efesus, akan tetapi diarahkan kepada seluruh jemaat Efesus karena pengertian orang-orang kudus menjadi sangat luas merujuk kepada umat Allah yang sudah ditebus dan dikuduskan oleh Kristus; Kedua orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. Kata sifat Yunani pistos dapat berarti “yang percaya” atau “yang dapat dipercaya.17 Ungkapan ini menggambarkan sebuah pengertian yang lebih luas daripada hanya seluruh jemaat yang ada di Efesus, tetapi menjadi lebih luas lagi seluruh orang percaya dalam Kristus, dalam arti jemaat-jemaat di luar Efesus termasuk kepada orang percaya pada jaman sekarang yang sudah dipersatukan dalam Kristus Yesus. Menurut Besa dan Uskup Besar Ussher surat Efesus pada mulanya mungkin adalah surat edaran yang dibacakan di beberapa jemaat di propinsi Asia. Dalam Naskahnya diberikan ruang kosong supaya nama jemaat dapat ditulis sesuai dengan nama kotanya masing-masing. Di kemudian hari, nama Efesus diutamakan karena Efesus adalah kota utama di Asia.18 Tujuan rasul Paulus menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-18 yang berkata demikian: “Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, akupun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.
Dalam doanya rasul Paulus begitu merindukan agar para pembaca surat Efesus bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, pengenalan akan Kristus dan pengharapan dalam Kristus. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus seperti yang disampaikan dalam Efesus 4:1-3 dan Efesus 5:1-2. Dalam bagian-bagian lain rasul Paulus berusaha menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus" (Efesus 1:3- 14; Efesus 3:10-12) untuk gereja (Efesus 1:22-23; 2:11-22; 3:21; 4:11-16; 5:25-27) dan untuk setiap orang (Efesus 1:15-21; 2:1-10; 3:16-20; 4:1-3,17-32; 5:1--6:20).
16 Merrill Chapin Tenney, Survei Perjanjian Baru (Bandung: Gandum Mas, 2017), 393–394.
17 John. R.W Stott, The Message of Ephesians, 1st ed. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2003), 17.
18 Stott, The Message of Ephesians.
Tema utama Efesus 4
Sepanjang pasal 1 sampai pasal 3 rasul Paulus lebih banyak membahas mengenai tujuan abadi Allah yang sedang berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. Citra manusia sebagai gambar Allah yang rusak karena kejatuhan manusia dalam dosa diubahkan menjadi sesuatu yang baru melalui karya pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Hidup baru tersebut tidak hanya diberikan kepada segelintir orang, tetapi kepada semua umat manusia yang harkat kemanusiaannya sudah hilang kini dalam pendamaian dan penyatuan.
Dalam pasal 4 membahas patokan-patokan baru yang menjadi tuntunan masyarakat baru yang sudah mengalami penebusan dalam Kristus. Paulus beralih dari menjelaskan ke mendesak, dari apa yang dilakukan oleh Allah menjadi apa yang seharusnya dilakukan oleh orang percaya.19 Pasal 4 berisi panduan-panduan praktis yang wajib dilakukan, bukan hanya doktrin-doktrin saja tetapi sudah masuk kedalam penerapan kehidupan nyata setiap harinya.
Menurut John R.W. Stott dalam pasal 4:1-16 ada empat kebenaran tentang kesatuan yang Allah inginkan, supaya jemaat-Nya yang baru itu menikmatinya, yaitu: Satu, Kesatuan Kristiani bergantung kepada kemurahan kasih Allah yang diterapkan dalam tabiat dan kelakuan orang percaya, dua, Kesatuan Kristiani timbul dari Allah yang adalah satu. Tiga, Kesatuan Kristiani diperkaya oleh kepelbagaian karunia yang diperoleh umat Tuhan.
Empat, Kesatuan rohani mendorong orang percaya untuk bertumbuh menjadi dewasa.20 Terkait thema utama dalam Efesus 4, penulis berpendapat bahwa yang menjadi thema utamanya adalah bahwa Allah menginginkan kesatuan umat tebusan-Nya dan menginginkan adanya pembaharuan dari kehidupannya yang lama menjadi hidup yang baru dalam Kristus. Dalam melalui proses pertumbuhan tersebut Tuhan mengaruniakan karunia- karunia kepada jemaat dan memberikan 5 karunia jabatan pelayanan untuk melengkapi dan membangun jemaat menuju kedewasaan kerohanian.
Analisa Efesus 4:16
Ayat 16 merupakan ayat penutup dari paragrap Efesus 4:7-16. Beberapa ide menonjol dari eksposisi yang lebih awal diulang dalam bentuk kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya yaitu masalah kesatuan, keragaman dalam tubuh bersama pertumbuhan tubuh dalam kasih.21 Kristus melaksanakan kekuasaan-Nya atas tubuh dengan memimpin-Nya dan mencukupkan kebutuhan-Nya.22 Aktivitas memimpin ini dilakukan dengan cara: pertama, menyusun semua anggota dengan rapi atau dapat disebut dengan melakukan proses pengorganisasian. Hal tersebut terlihat dari frasa “..Dialah yang mengatur supaya semua anggota disusun dan disatukan dengan sempurna..”, dalam Terjemahan Baru dituliskan “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya,..”; kedua, membagikan karunia yang berbeda-beda dan unik agar masing-masing anggota tubuh memiliki kekhususan pekerjaan dalam membangun
19 Ibid.
20 Ibid.
21 Peter T O’Brien, Surat Efesus, Surabaya: Momentum (Surabaya: Momentum Press, 2013), 383.
22 O’Brien, Surat Efesus.
tubuh Kristus. Terlebih juga anggota memprioritaskan hidup bagi Kristus.23 Aktivitas ini dalam organisasi modern merupakan kegiatan administrator yaitu bekerja melalui orang lain dengan potensi yang berbeda-beda. Frasa “..Ketika tiap-tiap anggota berfungsi dengan teratur..” menunjukkan bahwa tiap-tiap anggota tubuh diharapkan dapat berfungsi dengan teratur meskipun masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Tujuan utamanya adalah pertumbuhan tubuh sebagai suatu kesatuan. Meskipun kontribusi berbeda setiap anggota pada kehidupan dan perkembangan seluruh tubuh disorot melalui klausa ”seraya setiap bagian melakukan pekerjaannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota,24 ketiga memperhatikan semua bagian agar mengalami pertumbuhan dalam kehidupan kasih. Sesuai dengan Klausa “..tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih..” masing-masing bagian terlibat dalam proses pembangunan, bukan hanya para pemimpin dan mereka yang memiliki jabatan pelayanan khusus tetapi seluruh jemaat yang ada.
Kata dirinya menekankan bahwa setiap pribadi berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan dan menerima pertumbuhan dalam kasih. Selain secara pribadi adanya kelompok-kelompok pelayanan yang secara kolektif exist ada dalam sebuah jemaat diakomodir dengan cukup jelas dalam terjemahan BIS “..semua anggota tubuh itu tersusun rapih, dan saling dihubungkan oleh sendi-sendinya masing-masing..” klausa ini menggambarkan bahwa masing-masing anggota yang tersusun rapi tersebut dihubungkan dengan sendinya masing-masing, ada kelompok-kelompok yang memiliki kedekatan dalam fungsi yang dihubungkan dengan sendinya masing-masing. Meskipun tentu semuanya tetap menyatu sebagai sebuah tubuh Kristus. Peran ini tdalam bahasa organisasi umum disebut sebagai fasilitator.
Hal lain yang menarik seperti dituliskan agar semua bagian tubuh dapat bergerak disebutkan ada sendi-sendi dan anggota, tanpa sendi-sendi maka anggota-anggota tubuh yang beragam tidak dapat bergerak menjalankan fungsinya masing-masing. Terjemahan versi NIV menuliskan “ Dari Dia seluruh Tubuh, dikaitkan dan diikat bersama oleh setiap ligamen yang menopang, bertumbuh dan membangun dirinya dalam kasih, seraya setiap bagian melakukan pekerjaannya.” Disini juga disebutkan dua hal yaitu ligamen yang menopang dan setiap bagian. Ada dua pendekatan utama mengenai hal tersebut; pertama, penafsiran umum yang memahami bahwa ligamen-ligamen dilihat sebagai perwakilan dari seluruh tubuh dan bukan “para pelayan khusus” atau pemangku jabatan; kedua, pandangan yang melihat ligamen yang menopang merujuk kepada “pelayan firman secara khusus”
daripada anggota jemaat biasa.25 Termasuk disini tentu pejabat-pejabat pelayanan yang secara khusus diberikan Kristus kepada gereja-Nya. Dari dua pandangan tersebut penulis lebih cenderung setuju dengan pandangan yang kedua. Hal ini sejalan dengan alur pikir
23 Sri Lina Betty Lamsihar Simorangkir and Yonatan Alex Arifianto, “Makna Hidup Dalam Kristus Menurut Filipi 1:21 Dan Implikasinya Bagi Orang Percaya,” CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika 1, no. 2 (2020): 228–242.
24 O’Brien, Surat Efesus.
25 Ibid.
paragraf dalam Efesus 4 ini, pertama anugerah diberikan kepada masing-masing orang percaya menurut emberian Kristus, berikutnya fokusnya menyempit pada para pelayan khusus yang diberikan Kristus yang telah naik ke sorga.
Berdasarkan pembahasan tersebut, Kristus menjalankan kuasa-Nya dalam memim- pin jemaat melalui tiga cara yaitu menyusun anggota anggota tubuh dengan rapi dan mengikat dengan pelayanan (peran organisator), membagikan karunia yang berbeda-beda dan unik agar masing-masing anggota tubuh memiliki kekhususan pekerjaan dalam membangun tubuh Kristus (peran administrator), dan memperhatikan semua bagian agar mengalami pertumbuhan dalam kehidupan kasih (peran fasilitator). Ketiga peran tersebut setelah Kristus naik ke sorga dimandatkan kepada para gembala sebagai pelayan khusus yang dipilih untuk menjadi pemimpin kawanan domba-Nya. Para gembala menjalankan kepemimpinan melalui mengasuh dan mengurus jemaat. Mereka mengatur jemaat (1 Tes 5:12; Roma 12:8). Para pemimpin jemaat dinasehatkan untuk menjadi gembala kawanan domba Allah (1 Petrus 5:2; Kisah Rasul 20:28) yang memolakan pelayanan pastoral mereka seperti teladan Kristus.26 Pada pebahasan lebih lanjut tiga peran gembala sidang dalam memimpin jemaat menuju kedewasaan rohani akan dibahas secara lebih mendetil.
Karunia Gembala di antara Karunia Pelayanan (Efesus 4)
Efesus 4:8 mengatakan bahwa saat Kristus naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan. Kristus memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Dia memberikan kepada gereja-Nya para rasul, para nabi, pemberita injil, gembala-gembala dan para pengajar. Karunia-karunia itu diberikan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai semua mencapai kesatuan iman, pengetahuan yang benar tentang anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Lima karunia pelayanan ini sering disebut sebagai karunia kenaikan yaitu: rasul, nabi, pemberita injil, gembala dan pengajar. Lima karunia tersebut disebut sebagai karunia kenaikan karena setelah pelayanan Kristus di dunia dan naik ke sorga, Kristus memberikan karunia-karunia ini kepada jemaat. Dia turun dari sorga ke bumi untuk menebus umat manusia, kemudian Dia naik ke sorga untuk menyediakan tempat. Kristus tidak memilih nabi, penginjil, gembala dan pengajar sebelum dia naik ke sorga. Dia memilih kedua belas rasul sebagai dasar dari jemaat perjanjian baru. Dengan demikian kelima karunia pelayanan itu adalah jabatan yang diberikan kepada jemaat setelah kenaikan-Nya, karenanya disebut sebagai jabatan pelayanan setelah karunia kenaikan.27
Beberapa penulis menggabungkan gembala dan pengajar menjadi satu, dengan demikian hanya terdapat empat karunia pelayanan. Seorang gembala/Pendeta juga adalah seorang pengajar, tetapi seorang pengajar tidak harus seorang gembala/Pendeta meskipun mengajarkan firman Tuhan.28 Meskipun cukup banyak juga seorang gembala yang juga
26 Ibid.
27 Conner, “Jemaat Dalam Perjanjian Baru.”
28 Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, Penerbit Literatur SAAT, Edisi Revi. (Malang:
Penerbit Literatur SAAT, 2016), 310.
memiliki karunia pelayanan sebagai seorang pengajar. Kevin J. Corner berpegang pada pendapat umum bahwa antara gembala dan pengajar dalam realitas tidaklah selalu satu orang yang sama, sehingga karunia kenaikan bukan hanya empat tetapi lima karunia pelayanan.29 Demikan juga peneliti dalam pembahasan karunia pelayanan berpegang bahwa antara gembala dan pengajar tidaklah selalu satu orang yang sama sehingga berpegang bahwa ada lima karunia kenaikan yaitu rasul, nabi, pemberita injil, gembala dan pengajar.
Pengertian Gembala Sidang
Secara umum istilah gembala menunjuk pada seseorang yang bertugas dan bertanggung jawab untuk memelihara ternak. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan gembala sebagai seorang pembimbing dan pemelihara kawanan domba.30 Douglas mencoba mengartikan kata gembala secara harfiah, yang mengacu pada pada zaman dulu dan sekarang, yaitu sebuah tugas yang mengemban panggilan dengan banyak tuntutan, dan panggilan itu setua panggilan Habel (Kej. 4:2).31 Pribadi yang dipercayakan untuk melakukan tugas sebagai gembala adalah seseorang yang memiliki posisi sebagai pemimpin. Wongso mengatakan bahwa teologia pengembalaan juga disebut ilmu kepemimpinan pengembalaan (Pastoral Leadership).32
Secara teologis, istilah gembala menunjuk pada tindakan perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh seseorang secara intensif yang tidak mengenal waktu maupun situasi dan tidak dapat diwakili oleh pribadi lain. Kamus Alkitab menjelaskan bahwa gembala adalah tugas yang sangat penting di Israel untuk pemeliharaan, ini terletak pada ketergantungan seseorang pada domba (ternak). 33 Penjelasan di atas mau menegaskan bahwa istilah ‘gembala’ dapat dipahami dari dua sisi; yang pertama menunjuk pada tugas untuk merawat dan memelihara ternak, binatang piaraan; dan kedua, dalam pengertian rohani, menunjuk pada tugas yang dipercayakan Allah kepada seseorang untuk menjadi perawat atau pemelihara jiwa umat manusia (umat Allah).
Dalam konteks pengajaran rasul Paulus dalam Efesus Tuhan Yesus adalah kepala dari segala yang ada (Ef. 1:22), seluruh jemaat yang adalah tubuh-Nya harus bertumbuh didalam segala hal ke arah Dia yang adalah kepala. Kristus yang adalah kepala dari gereja dan Gembala Agung seharusnya menjadi teladan dan sumber inspirasi dari semua hamba- hamba Tuhan yang mendapat panggilan menjadi seorang Gembala Sidang. Sebagai Kepala Gereja Kristus memilih para gembala untuk menjalankan tugas penggembalaan kawanan domba Allah yaitu jemaat Tuhan dalam gereja. Dalam sebuah gereja yang merupakan tubuh Kristus, gembala merupakan pemimpin yang harus membimbing dan merawat seluruh bagian tubuh yang berbeda-beda agar semua dapat hidup dalam kesatuan dan bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani tersebut terukur dalam empat tujuan pokok
29 Conner, “Jemaat Dalam Perjanjian Baru.”
30 Suharso and Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux (semarang: CV.
Widya karya, 2005), 153.
31 J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I (Jakarta: YAyasan Bina KAsih/OMF, 2013), 330.
32 Peter Wongso, Theologia Penggembalaan (Malang: Literatur SAAT, 2009), 1.
33 W. R. F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019).
yang tertulis dalam Efesus 4:12 yaitu adanya kesatuan iman, pengenalan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Gembala Sidang sebagai Organisator
Peran pertama seorang Gembala Sidang dalam memimpin jemaat menuju kedewasaan rohani adalah peran sebagai organisator. Peran ini dapat ditemukan dalam Efesus 4:16a “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya..”. Bagian ini menggambarkan salah satu peran yang sangat penting dari seorang pemimpin yaitu mengkoordinasi yang menentukan bentuk grafik, rencana pendekatan rumusan prinsip-prinsip kerja dan integrasi dari semua kelompok kerja.34 Rasul Paulus menasehatkan kepada para pemimpin termasuk Gembala Sidang dalam pelayanannya agar memandang Kristus sebagai kepala, yaitu pusat komando dari seluruh bagian tubuh jemaat. Para Gembala sebagai penerima mandat penggembalaan harus mengikuti tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan oleh Kristus “ Dari pada-Nyalah seluruh Tubuh...”, apa yang dikerjakan oleh Gembala Sidang bersumber dari Kristus yang adalah kepala gereja. Rasul Paulus menggunakan kata “tubuh” 10 kali dalam surat Efesus, dan semuanya mengacu kepada penggambaran tentang tubuh Kristus yaitu jemaatnya.
Sebuah tubuh yang terdiri dari banyak anggota dengan Kristus sebagai kepala-Nya. Semua harus disusun dengan rapi agar potensinya menjadi optimal karena berada pada posisi yang tepat. Frasa “ rapih tersusun..” diterjemahkan dari kata Yunani “sunarmologeo” yang dapat diartikan: untuk bergabung bersama; untuk membingkai bersama, bagian dari sebuah bangunan, anggota tubuh.35
Berdasarkan arti tersebut rasul Paulus ingin mengingatkan bahwa bagian-bagian yang berbeda fungsi dan perannya disusun dengan rapi untuk bergabung bersama membentuk sebuah bangunan yang baik. Masing-masing ditempatnya sendiri-sendiri menjadi bagian dari sebuah bangunan tubuh Kristus. Penjelassan berikutnya mengenai peran organisatoris dapat ditemukan dalam frasa “..diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya,..”. Bagian ini menggambarkan adanya perekat dari semua bagian bangunan yang telah tersusun rapi yaitu pelayanan. Kata pelayanan diterjemahkan dari kata Yunani “epichoregia” yang dapat didefiniskan sebagai persediaan, penyediaan,, peralatan, dukungan. 36 Dalam New King James Version dipakai kata “supplies”, secara bebas dapat diartikan persediaan atau perbekalan. Sangat menarik persediaan atau perbekalan seperti apa yang dapat menjadi perekat dari sebuah bangunan tubuh Kristus. Gangel (1981) menjelaskan” Sebagaimana organisasi bukan merupakan tujuan, demikian pula kegiatan- kegiatannya tidak berjalan dalam kekosongan. Sama seperti guru harus mempunyai tujuan- tujuan khusus yang harus dicapai sebagai hasil dari situasi belajar mengajar di kelas, demikian juga organisator memilih sendiri atas nama dirinya dan organisasinya tujuan yang
34 Kenneth O Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen (Malang: Gandum Mas, 2001), 151.
35 SABDA, “ALKITAB SABDA,” Yayasan Lembaga Alkitab Sabda, last modified 2020, https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=2Kor 5:18-21&tab=text.
36 Ibid.
pasti yang akan ia capai. 37 Sebuah organisasi tanpa tujuan maka gol yang akan dicapai menjadi tidak jelas.
Semua bagian hanya akan bekerja secara sendiri-sendiri tanpa ada arah yang jelas dan target yang akan dicapai menjadi kabur. Dalam konteks pelayanan yang menjadi perekat bagian-bagian tubuh Kristus, maka menjadi sangat penting untuk menetapkan tujuan yang jelas dari arah pembangunan tubuh Kristus. Tujuan ini yang akan menjadi arah, gol dan target yang akan dicapai dari pergerakan masing-masing bagian yang telah disusun dengan rapi sesuai dengan tempat dan bagiannya. Kata lain dari tujuan tersebut adalah visi dari semua ini yang disampaikan oleh rasul Paulus dalam Efesus 4:13, yaitu adanya kesatuan iman, pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, Kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yag sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Kristus yang telah naik ke surga memberikan karunia gembala untuk gerejanya bertugas melanjutkan karya-Nya untuk menggembalakan umat Allah menuju rencana agung yang sudah ditetapkan-Nya. Implikasinya bagi seorang yang terpanggil menjadi Gembala Sidang, bahwa dirinya menerima tugas dari Kristus untuk menyusun organisasi gereja dalam sebuah susunan organisasi yang rapi. Semua bagian tubuh yang berbeda bentuk dan fungsinya perlu disusun dalam bagan organisasi yang baik agar masing-masing bagian dapat berperan secara optimal. Bagian-bagian yang sudah tersusun rapi tersebut harus diikat dengan sebuah tujuan yang jelas agar masing-masing bagian tidak bekerja sendiri-sendiri tanpa arah yang jelas. Karenanya empat tjuan pokok pelayanan seperti tercatat dalam Efesus 4:13 seharusnya menjadi perekat yang yang menyatukan bagian- bagian yang berbeda dari tubuh Kristus.
Gembala Sidang sebagai Administrator
Pengertian administrasi adalah menyelesaikan berbagai hal melalui orang lain.38 Tead berpendapat, bahwa administrasi adalah pengaturan orang-orang dalam perkumpulan untuk meraih tujuan yang untuk sementara merupakan tujuan bersama dan lagi, administrasi adalah proses menggabungkan usaha manusia supaya hasil yang diinginkan tercapai. 39 Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disampaikan bahwa administrasi adalah bagian dari tugas kepemimpinan untuk mengatur dan menggabungkan usaha-usaha yang dilakukan untuk meraih tujuan bersama yang ingin dicapai.
Rasul Paulus dalam bagian Efesus 4:16 mengatakan ”..sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota...” Kata kadar pekerjaan dalam bahasa Yunani dipakai
“energeia” yang dapat diterjemahkan dengan pengertian bekerja secara efektif, dapat juga diartikan bekerja dengan efisien. 40 Kata efektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan).41 Seorang
37 Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen.
38 Ibid.
39 Ibid.
40 SABDA, “ALKITAB SABDA.”
41 KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
pemimpin tidak akan dapat melakukan semua tugas sendirian. Konsep tentang tubuh Kristus sebagai gambaran jemaat Allah yang disampaikan rasul Paulus sangat jelas memberitahukan bahwa tubuh hanya akan berfungsi dengan baik ketika semua bagian menjalankan fungsinya dengan baik. Ayat 7 memberitahukan “Tetapi kepada kita masing- masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus”. Jadi Kristus sendiri memiliki ukuran yang pas untuk setiap orang yang percaya kepada-Nya agar menerima kasih karunia untuk turut berperan membangun tubuh Kristus. Kasih karunia memakai kata Yunani “charis” dapat diartikan sebagai: Niat baik, cinta kasih, bantuan dari kebaikan yang penuh belas kasih yang dengannya Tuhan mengerahkan kesuciannya mempengaruhi jiwa-jiwa, mengubahnya kepada Kristus, memelihara, memperkuat, meningkatkan mereka dalam iman Kristen, pengetahuan, kasih sayang, dan menyalakan mereka untuk melaksanakan kebajikan Kristen.42
Kasih karunia yang diberikan Tuhan murni adalah niat baik, cinta kasih dan bantuan Tuhan bagi setiap orang percaya. Kasih Karunia tersebut akan membawa dampak secara pribadi, membuat setiap orang yang percaya kepadanya mengalami perubahan seperti yang Kristus inginkan. Perubahan-perubahan tersebut pada gilirannya harus digunakan untuk melaksanakan apa yang disebut kebajikan Kristen yang salah satunya adalah turut membangun tubuh Kristus atau jemaat Allah. Kata “ masing-masing” menegaskan bahwa kasih karunia tersebut dianugerahkan oleh Kristus kepada pribadi lepas pribadi orang percaya yang dapat saja berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pada saat bagian-bagian yang berbeda berjalan sendiri-sendiri maka tubuh tidak akan berfungsi dengan efektif secara keseluruhan. Komando atas setiap tindakan yang akan dilakukan setiap bagian tubuh haruslah bersumber dari kepala sebagai pusat pengaturannya. Peran sebagai administrator yang dilakukan seorang pemimpin akan membuat pekerjaan yang dilakukan oleh orang berbeda-beda dalam fungsinya menjadi efektif, artinya pekerjaan tersebut membawa dampak positif dan membawa keberhasilan proses menuju kedewasaan rohani jemaat.
Kata efisien menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya); mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat; berdaya guna; bertepat guna.43 Nasehat rasul Paulus sangatlah jelas dalam Efesus 4:2-3 agar semua bagian tubuh tersebut saling membantu dan memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera. Semua bagian akan saling membantu dan terpelihara kesatuannya ketika ada pemimpin yang berfungsi sebagai administrator. Setiap bagian diarahkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan unik dan spesifik yang menjadi kekhususannya. Hal tersebut akan menghindarkan over laping pekerjaan sehingga masing-masing dapat fokus pada tugas utama yang menjadi bagiannya, sehingga setiap pekerjaan dapat dilakukan secara efisen. Peran Gembala sidang sebagai administrator akan menghindarkan pemboroson tenaga, waktu dan biaya, sehingga setiap bagian mengerjakan pekerjaan yang berdaya guna dan tepat guna.
42 SABDA, “ALKITAB SABDA.”
43 KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Gembala sebagai Fasilitator
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan sebuah jemaat, secara alami hadir komunitas atau kelompok-kelompok yang merupakan pangejawantahan dari kebebutuhan bersama yang bertemu karena adanya kemiripin-kemiripan pemenuhan kebutuhan. Secara umum keberadaan kelompok pria, kelompok wanita, kelompok pemuda, kelompok remaja, Sekolah Minggu anak-anak atau bahkan kelompok pemusik gereja, kelompok pelayan mimbar dan lain sebagainya sudah terbiasa diterima keberadaannya di sebuah gereja.
Bernard Bass berpendapat bahwa sebuah kelompok adalah kumpulan indivisu- individu yang keberadaan mereka sebagai suatu kumpulan menguntungkan individu- individu itu.44 Cattel mendefinisikan sebuah kelompok sebagai sekumpulan organisme yang keberadaan mereka dimanfaatkan untuk memuaskan kebutuhan masing-masing.45 Sedangkan Gibb memandang kelompok sebagai mekanisme untuk mencapai kepuasan indivisu melalui interaksi.46 Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disampaikan bahwa sebuah kelompok adalah sekumpulan individu yang merupakan organisme yang menyatu dalam sebuah perkumpulan yang saling menguntungkan dalam interaksi yang dilakukan bersama.
Rasul Paulus dalam bagian Efesus 4:16 mengatakan “...tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. Kata tiap-tiap anggota diterjemah- kan dari kata Yunani “me’-ros” yang dapat diartikan sebagai: sebagian; salah satu bagian penyusun dari keseluruhan.47 Hal tersebut menunjuk bahwa setiap orang percaya dalam sebuah jemaat merupakan bagian dari keseluruhan tubuh Kristus. Mereka masing-masing secara alamiah akan bergabung dengan kelompok yang memiliki kecenderungan yang sama. Dalam kelompok-kelompok inilah mereka seharusnya dapat lebih bertumbuh seperti sifat dari kelompok yang dijelaskan diatas, bahwa individu-individu yang berkumpul dalam kelompok biasanya akan saling berinteraksi dan saling memuaskan kebutuhan masing- masing. Sebuah kelompok pria dewasa dalam sebuah jemaat Tuhan idealnya akan bergabung dan membentuk kegiatan kelompok atau membentuk sub organisasi dalam mengelola kegiatannya.
Mereka akan menyusun kegiatan-kegiatan yang temanya menyesuaikan kebutuhan individu-individu yang ada di dalamnya. Waktu yang ditetapkan untuk mereka bertemu tentu juga disesuaikan dengan kegiatan mereka yang umumnya adalah kepala keluarga yang menjalankan usaha ataupun bekerja. Dalam kelompok tersebut seharusnya para pria yang menjadi anggotanya lebih bisa bertumbuh karena mendapatkan teman-teman yang seimbang dan memiliki kemiripan-kemiripan dalam umur, kegiatan, pergumulan keluarga, masalah sosial dan lain-lain. Demikian juga untuk kelompok-kelompok lainnya yang secara umum exist di gereja-gereja Tuhan.
44 Bernard M Bass, “Leadership, Psychology, and Organizational Behavior.” (1960): 39.
45 Bass, “Leadership, Psychology, and Organizational Behavior.”
46 Ibid.
47 SABDA, “ALKITAB SABDA.”
Kata berikutnya adalah “..menerima pertumbuhan..” berasal dari kata “auksesis”
yang artinya: peningkatan; pertumbuhan. Masing-masing bagian yang merupakan sebagian dari keseluruhan tubuh Kristus harus exist, terhubung secara erat dan harus merasa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya. Para anggota juga harus menyadari hubungan mereka dengan anggota lainnya dalam kelompok yang dukungan serta kerjasamanya bisa mereka andalkan.48 Keterikatan hubungan satu dengan yang lain ini yang akan membuat peningkatan dan pertumbuhan bisa didapatkan oleh semua anggota, karena interaksi yang terjadi akan menguatkan satu dengan yang lainnya. Karakter kelompok ini akan lebih dikuatkan dengan bagian terakhir ayat 16, yaitu “membangun dirinya dalam kasih”, kata membangun diterjemahkan dari kata Yunani “oikodome” yang dapat diartikan sebagai: membangun; mendidik, tindakan seseorang yang mendorong pertumbuhan orang lain dalam Kristen. Masing-masing anggota dalam kelompok-kelompok memiliki tanggung jawab mendidik, mendorong pertumbuhan anggota kelompok yang lain agar mengalami kedewasaan rohani.
Implikasinya bagi pelayanan Gembala Sidang masa kini adalah bahwa keberadaan kelompok-kelompok dalam sebuah gereja atau jemaat Tuhan tidak mungkin dihindari. Hal tersebut tentu harus difasilitasi agar jemaat secara keseluruhan mengalami pertumbuhan kedewasaan melalui kelompoknya. Gembala Sidang sebagai pemimpin tentu harus dapat berperan sebagai fasilitator yang baik dari kelompok-kelompok yang ada sehingga hadirnya kelompok-kelompok ini justru dapat menjadi sinergi yang menghasilkan kekuatan besar dalam membangun tubuh Kristus. Karakter-karakter kas dan unik dari setiap kelompok semestinya menjadi kekuatan besar untuk saling melengkapi. Untuk itu perlu arahan yang tepat dari pemimpin yang bertindak sebagai fasilitator agar perbedaan yang ada bukan saling menjatuhkan tetapi justru saling melengkapi. Dan juga dapat menjadi terang bagi sesama.49
KESIMPULAN
Konsep kepemimpinan seorang Gembala Sidang berdasarkan Efesus 4 diumpama- kan sebagai sebuah tubuh dengan berbagai macam anggota yang menyatu sebagai sebuah satu kesatuan dengan Kristus sebagai kepala. Kristus memanggil orang-orang khusus untuk menjadi gembala sidang yang meneruskan tugas penggembalaan jemaat, untuk membawa jemaat yang bermacam-macam menuju kesatuan untuk terus bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Ada tiga peran Gembala Sidang dalam memimpin jemaat menuju kedewasaan rohani yang dapat ditemukan dari teks Efesus 4:16 yaitu Gembala Sidang sebagai Organisator, Gembala Sidang sebagai Administrator, dan peran Gembala Sidang sebagai fasiitator. Ketiga peran tersebut masih sangat relevan untuk diterapkan pada pelayanan masa kini.
48 Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen.
49 Yonatan Alex Arifianto, Reni Triposa, and Daniel Supriyadi, “Menerapkan Matius 5 : 13 Tentang Garam Dunia Di Tengah Era Disrupsi,” Shamayim : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no.
1 (2020): 92–106.
Fungsi organisator memungkinkan seorang Gembala sidang menata organisasi gereja untuk menempatkan potensi jemaat yag berbeda-beda dalam sebuah bagan organisasi yang rapi dan mengikat setiap bagian tersebut dengan sebuah tujuan/visi pelayanan sehingga setiap bekerja dengan jelas mencapai tujuan bersama yag akan dicapai. Peran sebagai Administratpr membuat seorang Gembala Sidang dapat bekerja dan mengoptimalkan semua potensi jemaat yang berbeda secara efektif dan efisien. Sedangkan peran sebagai fasilitator akan menolong seorang Gembala Sidang untuk dapat memfasilitasi keberadaan kelompok yang secara alamiah exist ditengah-tengah jemaat. Kekhususan setiap kelompok dalam jemaat dapat menjadi sebuah sinergi yang merupakan sebuah kekuatan besar untuk mencapai tujuan bersama yaitu menuju empat tolok ukur kedewasaan rohani jemaat yaitu: Kesatuan Roh, pengenalan yang benar tentang Anak Allah, Kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
REFERENSI
Arifianto, Yonatan Alex. “Makna Sosio-Teologis Melayani Menurut Roma 12:7.” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (2020): 184–197.
Arifianto, Yonatan Alex, Reni Triposa, and Daniel Supriyadi. “Menerapkan Matius 5 : 13 Tentang Garam Dunia Di Tengah Era Disrupsi.” Shamayim : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 1, no. 1 (2020): 92–106.
Bass, Bernard M. “Leadership, Psychology, and Organizational Behavior.” (1960).
Browning, W. R. F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.
Conner, Kevin J. “Jemaat Dalam Perjanjian Baru.” Malang: Gandum Mas (2004).
Douglas, J.D. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I. Jakarta: YAyasan Bina KAsih/OMF, 2013.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology. Penerbit Literatur SAAT. Edisi Revi.
Malang: Penerbit Literatur SAAT, 2016.
Gangel, Kenneth O. Membina Pemimpin Pendidikan Kristen. Malang: Gandum Mas, 2001.
KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
O’Brien, Peter T. Surat Efesus. Surabaya: Momentum. Surabaya: Momentum Press, 2013.
Packer, J.I., Tenney, Merril c., jr., William White. Ensiklopedi Fakta Alkitab, Bible Almanac-2. Malang: Gandum Mas, 2014.
SABDA. “ALKITAB SABDA.” Yayasan Lembaga Alkitab Sabda. Last modified 2020.
https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=2Kor 5:18-21&tab=text.
Sapan, Sara L, and Dicky Dominggus. “Tanggung Jawab Penggembalaan Berdasarkan Perspektif 1 Petrus 5:1-4.” Jurnal Teologi Amreta 3, no. 2 (2020): 124–145.
Saragih, Jahenos. Manajemen Kepemimpinan Kristen. Jakarta: Suara Gereja Kristiani yang Esa, 2009.
Simorangkir, Sri Lina Betty Lamsihar, and Yonatan Alex Arifianto. “Makna Hidup Dalam Kristus Menurut Filipi 1:21 Dan Implikasinya Bagi Orang Percaya.” CARAKA:
Jurnal Teologi Biblika dan Praktika 1, no. 2 (2020): 228–242.
Stott, John. R.W. The Message of Ephesians. 1st ed. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2003.
Stott, John R W. “Seri Pemahaman Dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini: Efesus-- Mewujudkan Masyarakat Baru Di Dalam Dan Melalui Yesus Kristus.” Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Cet, 2003.
Suhadi, and Yonatan Alex Arifianto. “Pemimpin Kristen Sebagai Agen Perubahan Di Era Milenial.” EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership 1, no. 2 (2020): 129–147.
Suharso, and Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. semarang:
CV. Widya karya, 2005.
Telaumbanua, Arozatulo. “Peran Gembala Sidang Sebagai Pendidik Dalam Pertumbuhan Rohani Jemaat.” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika 2, no. 2 (2019):
362–387.
Tenney, Merrill Chapin. Survei Perjanjian Baru. Bandung: Gandum Mas, 2017.
Tomatala, Yakob. Kepemimpinan Yang Dinamis. Malang: Gandum Mas, 1997.
Umrati, and Hengki Wijaya. Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam Penelitian Pendidikan. Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020.
Wongso, Peter. Theologia Penggembalaan. Malang: Literatur SAAT, 2009.
Zschech, Darlene. “The Art of Mentoring.” Malang: Literatur SAAT (2013).