• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN EMISI KARBON (CARBON TRADING) DILIHAT DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN EMISI KARBON (CARBON TRADING) DILIHAT DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL SKRIPSI"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN EMISI KARBON (CARBON TRADING) DILIHAT DARI PERSPEKTIF HUKUM

INTERNASIONAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

AMANDA HUMAIRA NIM: 170200177

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya:

NAMA : AMANDA HUMAIRA

NIM : 170200177

DEPARTEMEN : HUKUM INTERNASIONAL

JUDUL SKRIPSI : PERAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN EMISI KARBON (CARBON TRADING) DILIHAT DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya tulis adalah benar dan tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, Maret 2021

AMANDA HUMAIRA

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi ini berjudul: “PERAN INDONESIA DALAM PERDAGANGAN EMISI KARBON (CARBON TRADING) DILIHAT DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL”.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta tidak lupa untuk kedua orangtua penulis, Papa Muhammad Subhan Wadjo dan Mama Tetty Pasaribu, yang telah memberikan semangat, kasih sayang, selalu mendoakan tanpa henti serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian, bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Alm. Opung Uji Oloan Pasaribu yang selalu ada untuk penulis sejak penulis kecil, menemani penulis melewati masa hidup penulis sampai penulis menginjak umur 21 tahun, thank you for staying with me all this time opung, I am so sorry that i couldn’t finish my degree sooner but i know that you’re always watching me from above so I hope I make you proud this time.

Dalam penulisan skripsi ini penulis juga mendapat dukungan dan bantuan

dari banyak pihak. Sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih pada kesempatan

yang berbahagia ini dengan kerendahan hati, Penulis ingin menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang banyak

membantu, membimbing, dan memberikan motivasi:

(5)

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M. Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan merupakan Dosen Pembimbing I penulis, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu, arahan, dan bimbingan yang diberikan kepada saya sehingga penelitian ini tercipta dengan baik.

6. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH. M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Dr. Sutiarnoto, S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M. Hum, selaku Dosen Pembimbing I1 penulis. Terima kasih banyak kepada bapak atas arahan, bimbingan dan waktu yang diberikan pada penulis demi terciptanya penelitian yang baik oleh penulis.

9. Bapak Dr. Faisal Akbar Nasution, SH., M. Hum ., selaku Dosen Pembimbing

akademik penulis.

(6)

10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama saya menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11. Teristimewakan kepada orang tua tersayang Mama Tetty Pasaribu Papa Muhammad Subhan Wadjo . Mama, Papa terima kasih untuk semua kasih sayang dan cinta kalian selama ini, terutama mama, you will always be my number one in everything and please don’t ever doubt that, i will always love you both more than i ever love myself.

12. Keluarga yang selalu memberikan perhatian dan semangat dalam mendukung tidak hanya dalam menyelesaikan skripsi tetapi juga untuk banyak hal dalam hidup saya, terutama untuk tante Dede Loanni, om Edo, Naldia, dan yang paling spesial untuk mba Istiatun Khalifah yang selalu ada di sisi penulis sejak penulis masih dalam perut mama.

13. Terima kasih sahabat - sahabat Pop yang penulis sangat sayangi Astrid Astari Wiloyakti, Arini Fadilla Hartono, Shafira Dalfiana, Gusti Rifky Setiawan, dan Hanna Tasya Zahrani yang selalu memberi dukungan dan ada di sisi penulis dari penulis masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

14. Terima kasih untuk sahabat-sahabat Mewemewe ,Kiara Asia Candrakanti, Diandra Rufidya Juztifira, Viendra Salsabila Harahap, Yasmin Dwinadine, Aulia Dwi Lestari, dan Syarifah Naurah Alattas yang selalu ada untuk penulis sejak penulis duduk di bangku sekolah menengah atas sampai sekarang dan tidak pernah henti memberi dukungan selama penulisan skripsi ini.

15. Terima kasih untuk teman-teman bebek peking Adela damika, adel putricia,

Afina, Cavell, Yasmin, dan Phonna yang selalu memberikan dukungan untuk

penulis selama penulisan skripsi ini.

(7)

16. Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan dari semester satu yang sangat penulis sayangi, selalu ada dalam suka maupun duka dalam menjalani perkuliahan yaitu Ketzia Stephanie, Mutia Salsabila, Medioni Putri Sani, dan Dinda Naisha.

17. Terima kasih untuk teman-teman BPH ILSA, Lucky, Cota, Jafan, Ara, dan Melly. Dan juga teman-teman ILSA 2017 lainnya, our meeting was pretty short because of covid but it was absolutely memorable, and it was nice knowing you all.

18. Terima kasih untuk segenap anggota NCT 2020, karena no matter what they say no matter what they do, we gon resonate, untuk Blackpink. Thank you for always reminding me that i’m the baddest, untuk Christian Yu, thank you for always telling your fans that you can always achieve your dreams.

19. Dan segenap pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungan semangat yang dibagikan bersama.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata penulis bersyukur atas rahmat serta karuniaNya, semoga skripsi ini juga bermanfaat baik bagi khalayak banyak. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2021 Hormat Penulis,

Amanda Humaira

NIM. 170200177

(8)

ABSTRAK Amanda Humaira*

Jelly Leviza**

Mahmul Siregar***

Perubahan iklim ekstrim atau pemanasan global yang terus meningkat mengakibatkan banyak hal buruk untuk manusia di muka bumi. Pemanasan global semakin memburuk jika dilihat dari kadar emisi CO2 di udara, dan meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer bumi.

Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi pemanasan global ini adalah Carbon Trading atau Perdagangan Karbon yang merupakan salah satu bentuk mitigasi yang muncul di Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio De Janeiro tahun 1992. Seiring berkembangnya zaman, masih banyak masyarakat yang asing dengan perdagangan karbon, terutama masyarakat di Indonesia.

Penelitian ini akan mengkaji bagaimana perkembangan sejarah dan peraturan mengenai Carbon Trading atau Perdagangan Karbon dan juga meneliti bagaimana peran Indonesia dalam Perdagangan Karbon pada masa ini, bagaimana akibat timbal baliknya baik itu menguntungkan atau merugikan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang sumber datanya merupakan bahan hukum primer, sekunder, dan tersier dan metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Library Research atau Penelitian kepustakaan.

Kata Kunci : Carbon Trading (Perdagangan Karbon), Protokol Kyoto, Hukum Internasional, Hukum Nasional

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... v

DAFTAR SINGKATAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G. Metode Penelitian ... 16

1. Jenis penelitian ... 17

2. Sumber data ... 17

3. Teknik pengumpulan data ... 19

4. Analisis data ... 20

H. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II PERKEMBANGAN PENGATURAN PERDAGANGAN EMISI KARBON (CARBON TRADING) DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL ... 23

A. Perjanjian Internasional Terkait Pemanasan Global (Global Warming) ... 23

1. Urgensi kerjasama internasional dalam mengatasi pemanasan global . 23 2. Fase Awal kesadaran lingkungan internasional dalam Konferensi Stockholm 1972 ... 26

3. United Nations Framework Convention on Climate Change 1992 ... 31

4. Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention On Climate Change ... 35

B. Pengaturan Carbon Trading berdasarkan Protokol Kyoto 1997 ... 40

1. Tujuan dan ruang lingkup Carbon Trading ... 40

2. Mekanisme Carbon Trading ... 43

3. Hak dan kewajiban negara dalam Carbon Trading ... 48

4. Penyelesaian sengketa Carbon Trading ... 53

C. Perkembangan Pengaturan Perdagangan Emisi Karbon (Carbon Trading) Menurut Hukum Internasional ... 54

BAB III IMPLIKASI PERDAGANGAN EMISI KARBON MENURUT

HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL ... 59

(10)

A. Protokol Kyoto dalam Perspektif Hukum Internasional ... 59

1. Latar Belakang dan tujuan Protokol Kyoto ... 59

2. Kedudukan Protokol Kyoto Sebagai Perjanjian Internasional ... 63

3. Kekuatan Mengikat Protokol Kyoto ... 67

4. Hak dan Kewajiban Negara dalam Protokol Kyoto ... 70

B. Penyebab Terjadinya Perdagangan Emisi Karbon ... 76

C. Pembentukan Skema Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) ... 78

D. Implikasi Peraturan Carbon Trading menurut Hukum Lingkungan Internasional ... 81

BAB IV PERDAGANGAN EMISI KARBON DALAM PERSPEKTIF ... 85

HUKUM NASIONAL ... 85

A. Pentingnya Pengaturan Perdagangan Emisi Karbon bagi Indonesia ... 85

B. Pembentukan Dewan Nasional Perubahan Iklim ... 88

C. Potensi Pendapatan Negara Bukan Pajak dari Carbon Trading ... 91

D. Berbagai Peraturan Perundang-Undangan Terkait Implementasi Protokol Kyoto dan Carbon Trading ... 94

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(11)

DAFTAR SINGKATAN

GDP : Gross Domestic Product GRK : Gas Rumah Kaca

GWP : Global Warming Potential PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa KTT : Konferensi Tingkat Tinggi GNP : Gross National Product

UNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate Change COP : Conference of Parties

JI : Joint Implementation

CDM : Clean Development Mechanism

AWG-LCA : Ad Hoc Working Group on Long-term Cooperative Action GEF : Global Environmental Facility

SBSTA : Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice SBI : Subsidiary Body for Implementation

QELRO : Quantified Emission Limitation and Reduction Obligation CER : Certified Emission Reductions

ERU : Emission Reduction Unit AAU : Assigned Amount Unit

ERPA : Emissions Reduction Purchase Agreement EU : European Union

BIT : Bilateral Investment Treaties

INDC : Intended Nationally Determined Contributions AOSIS: : Alliance on Small Island States

ORNOP : Organisasi Non Pemerintah EIT : Economies In Transition RMU : Removal Unit

UKN : Unit Karbon Nusantara

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam era milenial ini masalah lingkungan bukan lagi hal yang aneh untuk dibahas. Pencemaran lingkungan terjadi dimana-mana tidak mengenal tempat baik di udara, air, dan daratan. Pencemaran lingkungan ini memancing terjadinya pemanasan global yang ditandai dengan semakin tingginya kadar emisi (CO2) di udara, semakin tingginya permukaan laut karena es yang mencair di kutub utara, dan perubahan cuaca yang tak menentu.

Perubahan iklim merupakan fenomena yang bisa dirasakan langsung akibatnya, baik merupakan dampak baik maupun dampak buruk. Contoh dampak baiknya adalah percepatan pertumbuhan hutan, peningkatan hasil pertanian di wilayah yang lebih basah di negara Brazil dan India

1

Penurunan angka kematian oleh cuaca dingin, bantuan keuangan internasional akan bergerak menuju negara berkembang yang diperkirakan akan terdampak signifikan oleh perubahan iklim.

dampak negatifnya bisa berupa berkurangnya keuntungan maupun berupa biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak akibat perubahan iklim. Apabila dikuantifikasi ke dalam satuan moneter, maka besaran kerugian yang ditimbulkan oleh perubahan iklim bernilai signifikan.

2

.

Untuk menghentikan fenomena pemanasan global atau perubahan iklim, tentunya tidak dapat dilakukan sendiri. Tapi pasti membutuhkan pihak lain untuk diajak bekerjasama, tetapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa faktanya masih

1 Robert Mendelsohn, 2008, The Impact of Climate Change on Agriculture in Developing Coun- tries, Taylor & Francis Online, Vol. 1 hal. 5

2 Vardoulakis, S. et al, 2014, Comparative assessment of the effects of climate change on heat and cold related mortality in the United Kingdom and Australia, Environmental Health Perspective, Vol. 122 hal. 1285

(13)

banyak orang yang kurang peduli untuk menghentikan pemanasan global ini. Jika tidak segera ditindak, dampaknya bisa sangat buruk.

3

. Tidak semua negara siap menangani pemanasan global ini karena memerlukan biaya yang cukup besar.

Tapi disaat yang sama hampir semua negara yang tidak menimbulkan pemanasan global ini turut merasakan dampak dari pemanasan global yang dihasilkan oleh negara-negara industri tersebut, yang lebih fatalnya lagi negara berkembang tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan adaptasi terhadap dampak negatif yang ditimbulkan dari perubahan iklim.

Thomson Reuters Foundation (2020) memberikan estimasi kerugian akibat perubahan iklim sebesar 8 milyar USD setiap harinya

4

. Jumlah tersebut berasal dari biaya pengobatan penyakit, ketidakmampuan untuk bekerja, dan kebutuhan akan peralatan medis. Menurut Loh dan Stevenson, kerugian yang ditimbulkan oleh perubahan iklim mencapai 5% dari GDP global per tahun

5

. Lebih lanjut, dampak negatif perubahan iklim bukan hanya tidak dapat dibalik (irreversible) tetapi hanya dapat diminimalkan.

Selanjutnya, terdapat dua istilah yang berkaitan erat dengan perubahan iklim yaitu mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

6

. Fokus dari program mitigasi perubahan iklim yaitu penurunan atau pengurangan emisi karbon, yang menjadi

3 Team SOS, Pemanasan global Solusi dan Peluang Bisnis, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), Hal. 2.

4 “Each day fossil fuel air pollution cost $8 billion”, oleh Matthew Lavietes dimuat dalam https://www.reuters.com/article/idUSL1N2AC1S2 diakses pada tanggal 19 November 2020 pukul 09.57 WIB

5 A road map for Reqional Emissions Trading in Asia” oleh Christine Loh dan Andrew Stevenson dimuat dalam https://link.springer.com/article/10.1057/abm.2008.18 diakses pada tanggal 19 November 2020 pukul 10.03 WIB

6 Permasalahan dan Tantangan dalam Perubahan Iklim, dimuat di http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-lingkungan/701-revitalisasi-peraturan-perundangan- undangan-sebagai-upaya-strategis-penanganan-dampak-perubahan-

ikli.html#:~:text=Dalam%20konteks%20perubahan%20iklim%2FUNFCCC,mitigasi%20dan%20a daptasi%20perubahan%20iklim.&text=Sedangkan%20pengertian%20'mitigasi'%20yang%20difah ami,atau%20dampak%2Fresiko%20perubahan%20iklim. Diakses pada tanggal 19 November 2020 pukul 10.08 WIB

(14)

penyebab utama perubahan iklim, berdasarkan target tertentu pada sektor terpilih.

Semenntara itu, fokus program mitigasi perubahan iklim terletak kepada upaya untuk mengurangi dampak yang mungkin muncul akibat perubahan iklim.

Program penyelamatan bumi ini sebenarnya sudah ada dari diadakannya Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm tahun 1972, dalam konferensi itu dibahas bahwa cara menyelesaikan masalah lingkungan ini memerlukan kerjasama banyak negara-negara di dunia entah itu negara maju atau negara negara berkembang. Permasalahan lingkungan ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh negara-negara maju saja, meskipun negara maju yang melakukan mitigasi

7

.

Tahun 1992, KTT Bumi Pertama yang dilaksanakan di Rio De Jenairo, Brazil merupakan salah satu upaya penyelesaian persoalan lingkungan dunia.

Istilah perdagangan karbon (carbon trading) muncul karena adanya isu pemanasan global (global warming) yang merupakan proses peningkatan suhu rata-rata di atmosfer, laut dan dataran bumi sebagai akibat dari naiknya konsentrasi gas-gas rumah kaca yang salah satunya adalah CO2, kenaikan konsentrasi tersebut itu disebabkan oleh aktivitas manusia yang memberikan dampak naiknya suhu global dan membuat es di kutub mencair dan menyebabkan peningkatan suhu air laut.

Untuk mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah lagi, beberapa negara sepakat untuk menurunkan jumlah emisi gas rumah kaca di negara masing-masing.

Kesepakatan ini kemudian diwujudkan dalam UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate Change) tahun 1992. Tujuan utama dari konvensi ini adalah untuk membuat stabil konsentrasi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitroksida (N2O), sulfur heksafluorida

7 “Apa itu Mitigasi?” dimuat dalam http://rumahiklim.org/masyarakat-adat-dan-perubahan- iklim/mitigasi/, diakses pada tanggal 9 November 2020

(15)

(SF6), hidroflouorokarbon (HFC) dan perfluorocarbon (PFC) pada tingkat yang aman sehingga tidak membahayakan iklim global. Dalam Konvensi ini juga dilakukan pembagian negara-negara peserta kedalam kelompok negara Annex I dan kelompok negara non-annex I. Kelompok Annex I adalah negara negara yang terlebih dahulu melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer sejak revolusi industri tahun 1850an.

Beberapa tahun setelah UNFCCC ditandatangani dan diratifikasi, negara- negara peserta konvensi melakukan kesepakatan untuk memperkuat komitmen pelaksanaan UNFCCC. Oleh karena itu, pada tahun 1997 diadakanlah COP ke-3 yang menghasilkan Protokol Kyoto yang merupakan perjanjian internasional yang bertujuan agar negara-negara menurunkan emisi gas rumah kaca mereka masing- masing yang dihasilkan oleh industri dunia dan menekan emisi CO2 rata-rata 5,2%

selama 2008 sampai 2012 melalui mekanisme perdagangan karbon.

8

Protokol ini wajib dilakukan untuk negara-negara Annex I.

Perdagangan karbon sering diistilahkan cap and trade didemonstrasikan pertama kali antara 1967 dan 1970 dengan simulasi komputer ekonomi mikro.

National Air Pollution Control Administration (sekarang United States Environmental Protection Agency’s Office Of Air and Radiation) menggunakan model matematika untuk menghitung sumber emisi di beberapa kota, pada intinya mereka berusaha membandingkan mana yang lebih efektif, industri berubah ke teknologi rendah karbon atau mengatasi masalah emisi lewat jual beli di pasar karbon, dan hasilnya dalam perhitungan itu didapat bahwa reduksi dengan perdagangan karbon lebih efektif dan murah, dan dari situlah awal konsep cap and

8 “Diadakannya Perdagangan Karbon (Carbon Trade) Secara Global, Menguntungkan atau Me- rugikan?” dimuat dalam http://fmsc.lk.ipb.ac.id/2016/05/06/diadakanya-perdagangan-karbon-car- bon-trade-secara-global-menguntungkan-atau-merugikan/, diakses pada tanggal 9 November 2020

(16)

trade muncul.

Membahas tentang efek gas rumah kaca, itu merupakan hal yang pasti akan terjadi, karena tanpa efek gas rumah kaca suhu bumi otomatis akan jatuh turun bisa sampai -33 derajat celcius, jadi tidak sepenuhnya efek gas rumah kaca itu buruk

9

. Tetapi, mengapa manusia tetap takut pada efek gas rumah kaca? Karena terjadinya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang sangat besar sejak awal revolusi industri, konsentrasi CO2 meningkat sampai 30%, konsentrasi metan melebihi dua kali lipat, karena penambahan ini lah kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi, para pakar percaya bahwa penyebab dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca ini adalah pembakaran bahan bakar fosil dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya. Sumber emisi karbon dioksida secara menyeluruh persenan terbesarnya dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) : 36%

dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll), 27% dari sektor transportasi, 21% dari sektor industri, 15% dari sektor rumah tangga & jasa, 1%

dari sektor-sektor lain

10

.

Sumber utama penghasil emisi karbondioksida secara global ada 2 macam.

Pertama, pembangkit listrik bertenaga batubara. Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Kedua, pembakaran kendaraan bermotor dan bermobil. Kendaraan yang mengkonsumsi bahan bakar sebanyak 10 liter per 100 km dan menempuh jarak 20000 km

11

.

Secara umum program mitigasi di Indonesia, perubahan iklim mempunyai hubungan erat dengan sektor kehutanan dan energi, walaupun tidak menutup

9 Riza Pratama, Efek Rumah Kaca terhadap Bumi, Buletin Utama Teknik Vol. 14, No. 2, Januari 2019 , hal. 120

10 “Perdagangan Karbon ; sudah siapkah kita?” dimuat di https://bunghatta.ac.id/artikel-294- perdagangan-karbon-sudah-siapkah-kita.html diakses pada 10 November 2020

11 Ibid, diakses pada 10 November 2020

(17)

kemungkinan juga terkait dengan sektor yang lain seperti pertanian, transportasi dan industri. Contoh program mitigasi perubahan iklim yaitu rehabilitasi hutan sehingga dapat membantu penyerapan karbon oleh alam. Salah satu upaya yang dilakukan Indonesia adalah melalui perdagangan karbon (carbon trading) berskala internasional, salah satunya adalah mekanisme pengurangan emisi dan deforestasi dan degradasi hutan, dalam bahasa Inggris disebut Reduction Emission from Deforestation and Forest Degradation atau bisa disingkat REDD.

Peran Indonesia dalam bisnis emisi karbon berawal dari Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto

12

, adalah perubahan iklim yang menyebabkan gangguang air dan pangan karena Indonesia termasuk negara agraria. Indonesia berada pada peringkat 9 dari 10 negara paling rentan dari ancaman terhadap keamanan pangan akibat dampak perubahan iklim pada sektor pertanian maupun perikanan.

13

.

Jika dilihat dari aspek bisnis, perdagangan karbon sudah pasti terjadi antara 2 pihak, yaitu penjual dan pembeli. Pembayaran harga berupa jasa lingkungan untuk karbon sebagai ganti atas upaya meningkatkan cadangan karbon dan usaha pengurangan tingkat deforestasi dan degradasi hutan.

Perdagangan emisi karbon muncul sebagai salah satu respon terhadap ancaman perubahan iklim dan Gas Rumah Kaca (GRK). Perusahaan harus memaksimalkan pengurangan GRK dan bisa memasukan dalam akutansi dan kemampuan manajemen dalam rangka penganggaran pembelian (atau penjualan) kredit emisi dimasa yang akan datang.

12 Meria Utama, “Kebijakan Pasca Ratifikasi Protokol Kyoto Pengurangan Dampak Emisi Rumah Kaca Dalam Mengatasi Global Warming”, Jurnal Unsri No. 11 Vol. 19, (2014), Hal. 1 13 Huelsenbeck M, 2012, Ocean Based Food Security Threatened in a high CO2 World diakses https://oceana.org/sites/default/files/reports/OceanBased_Food_Security_Threatened_in_a_High_

CO2_World.pdf hal. 8

(18)

Adapun penelitian ini menjadi penting di zaman sekarang karena, tidak banyak orang tahu apalagi mengerti tentang carbon trading. Penelitian ini akan sangat penting bagi masyarakat karena sekarang carbon trading merupakan salah satu upaya untuk mengatasi pencemaran udara yang dewasa ini sangat mengkhawatirkan, seperti yang sudah dijelaskan diatas pencemaran udara ini disebabkan oleh kendaraan bermotor yang menyebabkan efek rumah kaca. Untuk mengurangi efek dari Gas Rumah kaca (GRK) itulah salah satu alasan untuk melakukan Carbon Trading. Manfaat dari pasar karbon ini diharapkan dapat mendukung pencapaian komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi Gas Rumah kaca. Carbon Trading juga memiliki manfaat yang besar dan memiliki dampak yang baik untuk lingkungan.

Sesuai dengan penjelasan diatas, penelitian berjudul peran Indonesia dalam perdagangan emisi karbon (Carbon Trading) dilihat dari perspektif hukum internasional penting untuk diteliti karena :

1. Masih banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui apa bisnis emisi karbon itu.

2. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peran cukup penting dalam perdagangan emisi karbon mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki lahan hutan hujan tropis yang cukup luas.

3. Indonesia sangat diuntungkan dari adanya perdagangan emisi karbon ini

karena, perdagangan emisi karbon diperkirakan menyumbang PNBP

sebesar 7,5-26,1% atau sekitar Rp 350.000.000.000

(19)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan pengaturan perdagangan emisi karbon (carbon trading) dilihat dari Hukum Internasional?

2. Bagaimana implikasi dari perdagangan emisi karbon menurut Hukum Lingkungan Internasional?

3. Bagaimana regulasi hukum nasional Indonesia terkait kesepakatan Internasional tentang perdagangan emisi karbon?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pembahasan atau pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang perkembangan pengaturan perdagangan emisi karbon (carbon trading) berdasarkan hukum internasional

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan regulasi aturan tentang bisnis emisi karbon (carbon trading) di Indonesia dilihat dari sisi hukum lingkungan internasional

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana regulasi hukum nasional terkait bisnis emisi karbon (carbon trading).

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang bisa didapat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan menambah

wawasan yang lebih mendalam tentang peran Indonesia dalam bisnis emisi

karbon (Carbon Trading) . Selain itu penulis juga berharap agar penelitian

(20)

ini bisa dijadikan dasar untuk penelitian penelitian selanjutnya dalam topik atau bidang yang sama.

2. Secara Praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan sumber pengetahuan menyangkut peran Indonesia dalam bisnis emisi karbon (Carbon Trading) yang dilihat dari perspektif Hukum Internasional.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pencarian kepustakaan yang penulis lakukan, hasilnya menunjukkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Akan tetapi , ditemukan beberapa judul yang berhubungan dengan topik yang terdapat dalam skripsi ini, antara lain :

1. Laurentia A. Kartika, tahun 2014, Mahasiswi Universitas Sumatera Utara dengan judul “ Tinjauan Yuridis Terhadap Konsep Perdagangan Karbon Sebagai International Collaborative Dalam Upaya Penyelamatan Dunia dari Pemanasan Global”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pengaturan tentang carbon trading digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi pemanasan global, dan upaya-upaya lainnya untuk menanggulangi permasalahan pemanasan global.

2. Shinta Wahyu Purnama Sari, tahun 2016, Mahasiswi Universitas

Lampung dengan judul “Perdagangan Karbon Menurut Hukum

Internasional Dan Implementasinya di Indonesia”. Penelitian tersebut

membahas tentang bagaimana sistem perdagangan karbon itu jika diliat

dari segi hukum internasional saja. Sedangkan penelitian ini membahas

(21)

bagaimana peran Indonesia dalam bisnis emisi karbon (Carbon Trading) dilihat dari segi hukum internasional.

Dengan demikian, judul penelitian ini merupakan karya tulis asli sebagai refleksi dan hasil pemahaman yang didapatkan dan pelajari selama menempuk jenjang Pendidikan Sarjana di perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara di Fakultas Hukum dan lebih spesifiknya di Departemen Hukum Internasional.

F. Tinjauan Pustaka

Isi dari penelitian ini diperoleh atau didapatkan dari buku-buku, jurnal- jurnal lokal maupun jurnal internasional, berita-berita dan informasi lainnya dari internet. Untuk menghindari terjadinya multitafsir. Pengertian dari judul penelitian yang diambil dari aspek ilmu hukum, penafsiran secara etimologis, maupun pendapat-pendapat dari para sarjana atau para ahli terhadap pokok pembahasan yang akan dipaparkan dalam skripsi ini.

1. Perdagangan Karbon (Carbon Trading)

Istilah perdagangan karbon masih asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, perdagangan karbon merupakan salah satu kegiatan konkret dalam mitigasi perubahan iklim atau usaha untuk mencegah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan akibat kegiatan manusia. Perdagangan karbon sendiri adalah suatu instrument ekonomi yang berfungsi sebagai sarana pelaksanaan kebijakan (policy tool) untuk memberikan insentif bagi kegiatan mitigasi perubahan iklim

14

.

Istilah “perdagangan karbon” atau “pasar karbon” sebetulnya masih sering salah diartikan. Contohnya, masih banyak masyarakat yang mengira kalau karbon yang dibahas dalam penelitian ini dianggap arang (charcoal) dan bukan karbon

14 Dewan Nasional Perubahan Iklim, Mari Berdagang Karbon! Pengantar Pasar Karbon untuk Pengendalian Perubahan Iklim, 2013, hal.11

(22)

dioksida (CO2), pada kenyataannya bukan hanya karbon dioksida saja yang diperdagangkan dalam suatu pasar karbon

15

.

Dalam pasar karbon yang sesungguhnya, yang diperdagangkan itu adalah hak atas emisi gas rumah kaca dalam satuan setara-ton-CO2 (ton CO2 equivalent).

Hak disini dapat berupa hak untuk melepas gas rumah kaca ataupun hak atas penurunan emisi gas rumah kaca. Sedangkan jenis gas rumah kaca yang dapat diperdagangkan dalam pasar karbon pada umumnya ada enam jenis gas yang tercantum dalam Protokol Kyoto

16

, meliputi karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitroksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFCs), perfluorocarbons (PFCs) dan sulfur heksafluorida (SF6). Keenam jenis gas rumah kaca ini mempunyai potensi penyebab pemanasan global yang berbeda-beda. Karbon dioksida, walaupun konsentrasinya paling tinggi di atmosfir, ternyata adalah gas rumah kaca dengan potensi penyebab pemanasan global terendah di antara keenam jenis gas tersebut sehingga menjadi angka acuan untuk indeks daya penyebab pemanasan global yang disebut Global Warming Potential (GWP).

2. Hukum Internasional

Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara negara dan subjek subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional

17

.

Definisi hukum internasional menurut pakar hukum terkenal di masa lalu, salah satunya Oppenheim, mengemukakan bahwa hukum internasional adalah

15 Ibid., hal. 15

16 Kyoto Protocol – Targets for the first commitment period, dimuat di https://unfccc.int/process- and-meetings/the-kyoto-protocol/what-is-the-kyoto-protocol/kyoto-protocol-targets-for-the-first- commitment-period , diakses pada 11 November 2020

17 Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, (Bandung: Penerbit PT. Alumni, 2015), hal.1

(23)

hukum yang sesungguhnya (Real Law)

18

. Menurutnya ada tiga syarat yang harus dipenuhi oleh hukum, yaitu adanya aturan hukum, adanya masyarakat, serta adanya jaminan pelaksanaan dari luar atas aturan tersebut.

Hukum internasional dapat di rumuskan sebagai suatu kaidah atau norma- norma yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban pada subjek hukum internasional itu negara lembaga dan organisasi internasional serta individu dalam hal hal tertentu.

Perlu dibedakan antara hukum internasional publik dan hukum internasional privat. Hukum internasional publik mengatur hubungan antara negara dan subjek-subjek hukum lainnya seperti telah disinggung sebelumnya ini sedangkan hukum internasional privat mengatur hubungan antara individu-individu atau badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda

19

.

Seperti dikemukakan oleh Charles Rosseau, pakar hukum internasional Universite de Paris – Sorbonne: alors que le droit interne est un droit de subordination le droit international se presente comme un droit de coordination

20

. Berarti bila hukum nasional merupakan hukum Subordinasi, maka hukum internasional adalah hukum koordinasi.

J.G. Starke menguraikan bahwa sumber sumber material hukum internasional dapat di definisikan sebagai bahan bahan aktual yang digunakan oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tersebut. Pada garis besarnya, bahan bahan tersebut dapat dikategorikan dalam lima bentuk, yaitu:

18 Lina Nur Anisa, “Hukum Internasional: Diskursus Pemetaan Pergumulan Istilah dan Implikasi Serta Sifat Hukumnya”, Jurnal Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi, hal. 6

19 Ibid. Hal. 2

20 Charles Rosseau, Droit International Public, Librarie du Recueil, Sirey, Paris, 1953, hal. 11

(24)

1. Kebiasaan 2. Traktat

3. Keputusan Pengadilan atau badan-badan arbitrasi 4. Karya-karya hukum

5. Keputusan atau ketetapan organ-organ/lembaga internasional.

Sedangkan pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menetapkan bahwa sumber hukum internasional yang dipakai oleh mahkamah dalam mengadili perkara perkara adalah:

1. Perjanjian internasional (international Conventions), baik yang bersifat umum maupun khusus.

2. Kebiasaan internasional (international custom)

3. Prinsip-prinsip umum hukum (general principle of law) yang diakui oleh negara-negara yang beradab.

4. Keputusan pengadilan (judicial decisions) dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly qualified publicists) merupakan sumber tambahan hukum internasional.

Pasal 38 (1) statuta mahkamah internasional tersebut tidak memasukkan keputusan keputusan badan arbitrasi sebagai sumber hukum internasional karena dalam praktiknya penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase hanya merupakan pilihan hukum dan kesepakatan para para pihak dalam perjanjian.

21

3. Hukum Lingkungan Internasional

Boeslaw A. Boczek dalam bukunya yang berjudul International Law A Dictionary memberikan definisi hukum lingkungan internasional sebagai berikut.

21 Ibid, hal. 8

(25)

“International Environmental Law is the branch of public international law which govers the rights and obligations of state with respect to the natural environment, including specially the environment of the other state and areas beyond the limits of national jurisdiction, and thereby the planet’s environment as whole”.

22

Hukum lingkungan internasional adalah cabang dari hukum internasional publik. Hukum lingkungan internasional mengatur hak dan kewajiban negara untuk menghormati lingkungan alam, termasuk secara khusus lingkungan negara lain dan lingkungan diluar batas yurisdiksi nasional dan dengan demikian lingkungan secara keseluruhan.

Hukum lingkungan internasional adalah keseluruhan aturan-aturan hukum dan prinsip-prinsip yang bertujuan untuk melindungi lingkungan secara global dan mengawasi aktivitas atau kegiatan dalam wilayah jurisdiksi nasional yang dapat mempengaruhi lingkungan negara-negara lain atau wilayah di luar yurisdiksi nasional.

Menurut Enrique Alonso Garcia, hukum lingkungan internasional adalah terapan ketika komunitas internasional dan negara-negara, bangsa-bangsa, dan juga pihak lain pada otoritas yang membuat keputusan dalam ruang lingkup internasional, menerapkan hukum internasional untuk mencegah dan menyelesaikan sengketa/konflik yang disebabkan oleh pencemaran lintas batas negara, mengelola milik bersama secara berwawasan lingkungan, seperti laut bebas, antartika atau wilayah luar angkasa; atau ketika negara-negara memutuskan untuk melakukan harmonisasi hukum lingkungan domestik (hukum lingkungan nasional),

22 Boeslaw A. Boczek, International Law A Dictionary (Lanham, Maryland” Scorecrow Press Inc, 2005), hal. 216

(26)

menetapkan ukuran atau norma bersama bagi semua negara-negara yang akan diterima sebagai hukum nasional mereka, yang mana dalam kaitannya dengan alasan ekonomi (untuk menjamin keseimbangan biaya dalam ekonomi global) atau ekologi (karena lingkungan sifatnya tidak mengenal batas-batas wilayah), yang akan membuat tidak berguna apa saja cara penyelesaian jika diterima oleh sebagian besar ataupun oleh semua negara-negara

23

.

Hukum lingkungan global adalah kumpulan prinsip-prinsip hukum yang dikembangkan oleh sistem pengaturan tentang lingkungan, baik nasional, internasional, dan transnasional untuk melindungi lingkungan dan mengatur sumber daya alam. Sebagai kumpulan hukum, hukum lingkungan global dibentuk atas dasar kumpulan prinsip-prinsip substantif dan metode prosedural yang secara khusus mengatur tentang lingkungan di seluruh dunia. Hal itu mencakup sebagai berikut:

1. Hukum lingkungan internasional publik, biasanya digunakan untuk merujuk sekumpulan perjanjian-perjanjian dan prinsip-prinsip kebiasaan internasional yang mengatur hubungan antar negara;

2. Hukum lingkungan nasional yang menguraikan prinsip-prinsip yang digunakan oleh pemerintah nasional untuk mengatur tingkah laku individual-individual pribadi, organisasi, badan-badan pada pemerintahan nasional dalam wilayah negara yang bersangkutan; dan

3. Hukum transnasional yang menguraikan seperangkat prinsip-prinsip hukum yang digunakan untuk mengatur hubungan lintas batas antara individu- individu pribadi dan organisasi-organisasi.

23 Suparto Wijoyo, Hukum Lingkungan Internasional, (Jakarta: Penerbit: PT. Sinar Grafika, 2017), hal. 26

(27)

Berdasarkan berbagai pendapat tentang hukum lingkungan internasional di atas, hukum lingkungan internasional adalah bagian dari hukum internasional (publik). Hukum lingkungan terdiri atas substansi, prosedur dan lembaga-lembaga yang tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan lingkungan secara global.

24

Hukum lingkungan internasional menunjuk kepada seperangkat hukum internasional yang diterapkan terhadap persoalan-persoalan lingkungan. Hukum lingkungan internasional tidak hanya mencakup norma-norma substantive tentang lingkungan tetapi juga tentang hukum internasional secara umum yang dapat diterapkan terhadap persoalan-persoalan lingkungan dan juga eksploitasi sumber daya alam dan hubungannya antara lingkungan dengan ekonomi.

25

G. Metode Penelitian

Metode berasal dari kata “methodos” yang terdiri dari kata “metha” yaitu melewati, menempuh atau melalui dan kata “hodos” yang berarti cara atau jalan.

26

Metode artinya cara atau jalan yang akan dilalui atau ditempuh. Sedangkan menurut istilah metode ialah cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan. Penelitian itu merupakan suatu hal yang penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan karena, penelitian itu ditujukan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologi dan konsisten, dari proses penelitian itu lah akan banyak data yang akan dikumpul dan diolah sesuai dengan judul skripsi ini.

27

Adapun metode penelitian yang akan digunakan dalam mencari data-data untuk penelitian ini meliputi:

24 Ibid, Hal. 28 25 Ibid, hal. 27

26 Fuad Hasan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, dalam Koentjaraningrat Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1977) hal.6

27 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Ja- karta:Raja Grafindo Persada, 1985) hal.1

(28)

1. Jenis penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, tentu saja data yang digunakan harus berdasarkan fakta yang dapat dipercaya, begitu juga sama dengan menulis penelitian ini yang merupakan karya tulis ilmiah, Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk mencari jawaban dari rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Adapun metode yang bisa digunakan dalam sebuah penelitian hukum itu dibagi menjadi 2 jenis, yaitu penelitian normatif dan penelitian empiris

28

. Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Dalam buku Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum normatif dijelaskan sebagai “Langkah untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip- prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi”

29

. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian doktrinal yaitu penelitian yang memberikan kejelasan sistematis aturan yang mengatur suatu kategori hukum tertentu, menganalisa hubungan antara peraturan menjelaskan daerah kesulitan dan mungkin memprediksi pembangunan masa depan

30

.

2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini meliputi data primer dan sekunder, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang utama, sebagai bahan

28 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia, 2014) hal 1- 2

29 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 3

30 Ibid,, hal.32

(29)

hukum yang bersifat autoritatif, yaitu bahan hukum yang memiliki otoritas, bahan hukum primer terdiri dari norma, peraturan yang mendasar, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, yurisprudensi dan traktat

31

. Adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Konferensi Stockholm 1972

2. United Nations Framework Convention On Climate Change (UNFCCC)

3. Kyoto Protocol 4. Paris Agreement

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2004 tentang pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention on Climate Change

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2016 tentang pengesahan Paris Agreement to the United Nations Framework Convention On Climate Change)

7. Peraturan Presiden Nomor 46 tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang mendukung dan memperkuat bahan hukum primer, bahan hukum sekunder membuat bahan hukum primer menjadi lebih jelas sehingga dapat dilakukan analisa dan pemahaman yang lebih mendalam

32

sampai adanya penguatan atas dasar hukum menghasilkan analisa hukum yang baik. Adapun bahan hukum sekunder yang digunakan dalam

31 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Ja- karta:Raja Grafindo Persada, 1985)

32 Ibid,, hal. 23

(30)

penelitian ini yaitu:

1. Buku-buku mengenai perubahan iklim, carbon trading, dan hukum internasional

2. Jurnal internasional dan lokal

3. Skripsi, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis

4. Surat kabar,artikel, internet c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang menjadi pelengkap dan bersifat memberikan petunjuk juga penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Adapun bahan hukum tersier yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data atau bahan hukum yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah Library Research atau bisa disebut dengan penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan dan menganalisis sumber data untuk diolah dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian kepustakaan

33

. Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian.

Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap.

34

Ada beberapa definsi mengenai Library Research, menurut Mardalis, Penelitian

33 Penelitian kepustakaan (Library Research), macam, dan cara menulisnya dimuat dalam https://penelitianilmiah.com/penelitian-kepustakaan/ , diakses pada tanggal 14 Desember 2020 pukul 17.39 WIB

34 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2018), hal. 112

(31)

Kepustakaan atau Library Research merupakan suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah atau dokumen-dokumen penting seperti hasil konvensi atau undang-undang. Maka dari itu dapat disimpulkan, Penelitian Kepustakaan atau Library Research adalah kegiatan penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti buku dengan mengamati dan mengkaji Undang-Undang, Hasil Konvensi, Perjanjian yang berkaitan dengan Carbon Trading.

4. Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Karena bahan penelitian ini berupa data kualitatif yaitu berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori/klasifikasi

35

. Data sudah pasti diproses terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam penelitian. Analisis data kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna, metode ini secara signifikan dapat mempengaruhi substansi penelitian.

Sebagaimana dijelaskan oleh Bogdan dan Biklen

36

, penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati.

Dasar teoritis dalam penelitian kualitatif adalah:

35 Ega Fatmawati, Studi Komparatif Kecepatan Temu Kembali Informasi di Depo Arsip Koran Suara Merdeka antara Sistem Simpen Manual dengan Foto Repro, http://eprints.un- dip.ac.id/40650/3/BAB_III.pdf , diakses pada 14 November 2020 pukul 23.37

36 Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif” , EQUILIBRIUM, Vol. 5, nomor 9, (2009), hal. 2

(32)

a. Pendekatan fenomenologis, dalam pandangan ini, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.

b. Pendekatan interaksi simbolik, pendekatan ini diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Penelitian ini mem- berikan pada orang pengalaman dan proses penafsiran yang bersifat esensial serta menentukan.

c. Pendekatan kebudayaan. Untuk menggambarkan pendekatan ini perspektif seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa dimana manusia diharapkan berperilaku secara baik.

d. Pendekatan etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang orang melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup

37

Objek dalam penelitian kualitatif tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam beberapa variabel

38

.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, tiap bab dibagi lagi menjadi beberapa sub-bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari

37 Ibid, hal. 3

38 Nidian Leviana, 2014, Evaluasi kelayakan bisnis restoran kambing bakar Cairo cabang kopo sayati Bandung ditinjau dari aspek pemasaran, http://reposi- tory.upi.edu/7365/6/S_MIK_0906161_Chapter3.pdf diakses pada 19 November 2020 pukul 22.40 WIB

(33)

skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut.

BAB I adalah bab pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Memasuki BAB II , dalam bab ini akan membahas mengenai perkembangan pengaturan perdagangan emisi karbon (carbon trading) dalam perspektif hukum internasional, dalam bab ini dibahas tentang perjanjian internasional terkait pemanasan global seperti Konferensi Stockholm 1972, UNFCCC, dan Protokol Kyoto.

Selanjutnya dalam BAB III akan membahas tentang bagaimana implikasi dari perdagangan emisi karbon menurut hukum lingkungan internasional, dalam bab ini dibahas juga tentang Perpu apa saja yang terkait dengan implementasi Protokol Kyoto. Bagaimana pembentukan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), dan apakah ada ratifikasi Protokol Kyoto terhadap United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).

Selanjutnya, BAB IV akan membahas bagaimana regulasi hukum nasional Indonesia terkait kesepakatan internasional tentang perdagangan emisi karbon (carbon trading), dalam bab ini akan dibahas bagaimana perkembangan perdagang emisi karbon di Indonesia, bagaimana penerapan kebijakan perdagangan tersebut, bab ini juga akan membahas bagaimana potensi pendapatan negara bukan pajak yang berasal dari perdagangan karbon yang dilakukan Indonesia.

Terakhir, dalam BAB V akan membahas kesimpulan dan saran atas

rumusan dari masalah yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya serta penulis

akan saran yang merupakan penutup dari penulisan skripsi ini.

(34)

BAB II

PERKEMBANGAN PENGATURAN PERDAGANGAN EMISI KARBON (CARBON TRADING) DALAM PERSPEKTIF HUKUM

INTERNASIONAL

A. Perjanjian Internasional Terkait Pemanasan Global (Global Warming)

1. Urgensi kerjasama internasional dalam mengatasi pemanasan global Isu pemanasan global (global warming) sudah hangat dibicarakan karena memiliki dampak yang serius terhadap peradaban manusia di bumi. Pemanasan global itu terjadi karena adanya efek rumah kaca. Panas dari matahari terperangkap dalam atmosfer bumi karena gas rumah kaca (GRK), seperti CO2 atau istilah yang mungkin lebih familiar bagi orang-orang disebut karbondioksida, karbondioksida dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fossil yang berlebih untuk kendaraan bermotor, dinitroksida (N2O) yang dihasilkan dari pemakaian pupuk buatan, dan gas-gas yang dihasilkan dari proses produksi beberapa industri seperti gas methan (CH4), sulfur-heksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs), hidroflorokarbon (HFCs), dan uap air (H2O)

39

.

Semakin tingginya Gas Rumah Kaca (GRK), semakin cepat terjadinya perubahan iklim. Pembakaran bahan bakar fossil berskala besar yang tejadi terus menerus tentunya akan meningkatkan gas karbondioksida di udara. Penebangan pohon yang diperuntukkan untuk membuka lahan pertanian atau digunakannya .

39 Tuti Suryati, “Pemanasan Global Dan Keanekaragaman Hayati”, Jurnal Teknologi Ling- kungan, No. 1 Vol. 8, (2007), Hal. 61

(35)

Lahan hutan itu untuk usaha yang lain, memberikan efek yang sangat besar terhadap berkurangnya penyerapan karbon yang seharusnya bisa dilakukan oleh hutan. Salah satu contoh penggunaan bahan bakar fosil yang meningkatkan gas karbondioksida di udara adalah pembangkit tenaga listrik bahan bakar fosil.

Pencemaran udara akibat tingginya kadar CO2 di atmosfer ini terjadi demi menghasilkan energi listrik yang digunakan sehari-hari, pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya bisa menghasilkan emisi sekitar 940gram CO2.

perfluorokarbon (PFCs) dan beberapa gas lain yang sudah disebutkan di paragraf sebelumnya juga memberikan dampak yang buruk karena gas-gas tersebut memerangkap panas dalam atmosfer sehingga sistem iklim jadi berantakan.

Temperatur bumi secara keseluruhan diperkirakan dapat meningkat hingga menyentuh angka 1 – 3,5 °C. Perkiraan ini dibuat berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), karena iklim tidak memberikan respon terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK), iklim akan terus menerus secara konstan sampai konsentrasi gas di atmosfer kembali stabil.

40

Salah satu akibat dari pemanasan global ini adalah perubahan iklim global (global climate change). Sejak revolusi industri terjadi, dampak kegiatan manusia terhadap perubahan iklim jauh menjadi lebih besar jika dibandingkan dampak akibat proses-proses ilmiah

41

. Beberapa dampak mungkin tidak terlihat setiap harinya atau tidak bisa diamati setiap hari misalnya seperti mencairnya lapisan es di kutub. Sedangkan dampak yang bisa dirasakan langsung adalah cuaca ekstrim seperti meningkatnya suhu di bumi, musim kemarau yang berkepanjangan, adanya

40 Bernadius Steni, Perubahan Iklim, REDD dan perdebatan hak: dari Bali sampai Copenhagen, (Jakarta: Epistema Institute, 2010), hal. 8

41 Sutamihardja, Perubahan Lingkungan Global: Sebuah Antologi Tentang Bumi Kita, (Bo- gor :Yayasan Pasir Luhur, 2010) hal. 25

(36)

gelombang panas,hujan badai, banjir, dan longsor.

Gelombang panas pernah terjadi di Eropa Selatan pada tahun 2003, negara- negara seperti Italia, Portugal dan Perancis mendapatkan serangan gelombang panas (heatwaves) yang suhunya bahkan menembus 400°C, dan di Perancis, gelombang panas ini bahkan menelan korban jiwa sejumlah 14.802 jiwa. Tak berhenti disitu, gelombang panas ini pun membuat banyak negara-negara di eropa mengalami kekeringan (drought) dan gagal panen merata.

Membahas tentang aktivitas ekonomi manusia yang terus meningkat seiring dengan melesatnya populasi manusia di dunia ini, tentu saja membuat kebutuhan manusia terasa seakan tidak ada habisnya. Karena kebutuhan inilah yang membuat manusia sendiri jadi terdorong untuk terus menerus mengeksploitasi bumi agar bisa meningkatkan produksi. Aktivitas produksi ini kadang dilakukan tanpa memikirkan akibat berkepanjangannya, atau bisa dibilang tidak mempertimbangkan dampak sosial dan dampak lainnya terhadap lingkungan.

Dengan angka populasi yang terus meningkat tapi tidak seimbang dengan sumber daya alam yang ada membuat manusia akan berusaha mencari berbagai macam cara agar kebutuhan mereka terpenuhi. Ekonomi liberal yang merupakan saluran perdagangan lintas negara turut menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya aktivitas produksi industri berlebihan. Permasalahan ini juga dibahas dalam “Rio Plus Five” United Nations (UN) Earth Summit 1997

42

.

Sebelum terjadinya Deklarasi Stockholm 1972, beberapa negara telah mencantumkan klausul tentang pencegahan pencemaran lingkungan dalam perjanjian-perjanjian internasional mereka, tetapi klausul klausul ini masih kurang

42 Adibah Sayyidati, “Isu Pemanasan Global dalam Pergeseran Paradigma Keamanan pada Studi Hubungan Internasional”, Jurnal Hubungan Internasional No. 1 Vol. 6, (2017), hal. 41

(37)

dipatuhi oleh negara negara tersebut sampai akhirnya dibuat Konvensi London tahun 1933 dan Konvensi Washington D.C. tahun 1940

43

. Pengakuan terhadap adanya masalah baru tentang lingkungan ini diakui oleh organisasi internasional seperti “the United Nations Economic Commision for Europe” yang mempelajari tentang pembuangan limbah dan pencemaran perairan pedalaman di Eropa. Pada tahun 1968 “The Council of Europe” membuat langkah penting dengan mengeluarkan dokumen umum tentang lingkungan pertama yang dikeluarkan oleh organisasi internasional yaitu “The Declaration on Air Pollution Control” dan “the European Water Charter” yang diproklamirkan tahun 1968. “The Council of Europe” juga membuat perjanjian regional antara negara-negara di Eropa tentang lingkungan yaitu “the European Agreement on the Restriction of the Use of Certain Detergents in Washing and Cleaning Products”, langkah ini kemudian diikuti oleh negara-negara di Afrika dengan menandatangani “The African Convention on the Conservation of Nature and Natural Resources” di tahun 1968 yang menggantikan

“The 1933 London Convention”.

Akhirnya di tahun 1972, Majelis Umum atau The General Assembly mempelopori konferensi dunia tentang lingkungan hidup manusia tahun 1972 di Stockholm. Persiapan untuk konferensi ini melibatkan kerjasama antar negara- negara dan organisasi non pemerintah.

2. Fase Awal kesadaran lingkungan internasional dalam Konferensi Stockholm 1972

Masalah lingkungan menjadi agenda yang tentu saja penting dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya alam yang jumlahnya suatu saat nanti pasti akan

43 Melda Kamil A. Aridno, Hukum Internasional Hukum yang Hidup, (Jakarta: Diadit Media, 2007) hal. 109

(38)

habis, gerakan kesadaran akan lingkungan ini merupakan salah satu hal yang meyakinkan para politisi dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan tentang masalah lingkungan. Atensi terhadap masalah lingkungan ini di mulai saat Dewan Ekonomi dan Sosial PBB menetapkan resolusi PBB no. 2849 (XXVI) tanggal 20 Desember 1970 dalam upaya pencegahan pencemaran atau kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan

44

.

Resolusi ini menjadi pembahasan yang utama dalam konferensi PBB Tentang Lingkungan Hidup Manusia (United Nations Conference on the Human Environment) di Stockholm tanggal 5-16 Juni 1972 atau yang dikenal sebagai Konferensi Stockholm 1972. Sejak konferensi Stockholm itulah gerakan-gerakan akan kesadaran terhadap lingkungan hidup secara internasional mulai berkembang

45

. Konferensi Stockholm mulai berupaya melibatkan seluruh pemerintah di dunia dalam proses penilaian dan perencanaan lingkungan hidup, mempersatukan pendapat dan kepedulian negara maju dan berkembang untuk menyelamatkan bumi, menggalakan partisipasi masyarakat serta mengembangkan pembangunan dengan memperhatikan lingkungan hidup

46

. Konferensi ini diikuti oleh 113 negara dan beberapa puluh peninjau. Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur telah memboikot konferensi ini sebagai aksi protes terhadap ketentuan- ketentuan yang menyebabkan beberapa negara tidak diundang dengan kedudukan yang sama dengan peserta lain.

47

44 Rudi Agustian Hassim, “Pengaruh pengetahuan tentang hukum lingkungan dan penilaian atas regulasi pemerintah terhadap partisipasi pelaku industri dalam mengelola Kawasan industri kota Singkawang”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan” No. 02 Vol. 11 , (2010), hal. 57

45 Ibid, hal. 57

46 Agus Sugiyono, Kelembagaan Lingkungan Hidup, diakses melalui https://www.re- searchgate.net/profile/Agus_Sugiyono/publication/264784161_Kelembagaan_Ling-

kungan_Hidup_di_Indonesia/links/53ef4b0c0cf26b9b7dcdeca0.pdf pada tanggal 6 Desember pukul 15.35

47 Risfalman, “Sejarah Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia”, Jurnal Dusturiah, No.02 vol. 8, (2018), hal. 187

(39)

Indonesia adalah negara yang turut berperan serta dalam Konferensi Stockholm 1972 dengan mengajukan pikiran berupa Indonesia’ country report, suatu dokumen resmi yang semula disampaikan oleh forum Komisi Ekonomi PBB untuk Asia dan Timur Jauh, ECAFE Seminar on Development and Environment di Bangkok tanggal 17-23 Agustus 1971. Dari bahan dokumen untuk Konferensi Stockholm itu terlihat bagaimana minimnya usaha pemerintah Indonesia dalam hal pelestarian lingkungan. Awalnya Indonesia menerbitkan Undang-Undang nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai salah satu upaya memperbaiki sistem pengelolaan lingkungan hidup

48

. Tetapi sayangnya meskipun sudah dikeluarkan Undang-Undang nya, itu tetap tidak menghentikan permasalahan lingkungan yang dihadapi Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus di eksploitasi sumber daya alamnya demi kepentingan pembangunan dan pemerintah tidak melakukan upaya apapun untuk menghentikan penggunaan sumber daya yang secara berlebihan. Dengan keterbatasan kemampuan ekonomi dan teknologi dan juga rendahnya kesadaran akan lingkungan, itu juga merupakan beberapa faktor yang membuat Indonesia terkesan tidak terlalu berusaha menjaga lingkungan sekitarnya. Hal ini berdampak terhadap kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

49

di Indonesia semakin memburuk dan memprihatinkan.

Konferensi Stockholm merupakan tonggak kesadaran masyarakat dunia tentang pentingnya kerjasama dalam menangani masalah lingkungan sekaligus menjadi titik awal pertemuan selanjutnya dalam mendiskusikan masalah lingkungan dan pembangunan. Melalui motto nya, “Hanya Satu Bumi”, konferensi

48 Mahinda Arkyasa, “Penerapan Deklarasi Stockholm di Indonesia”, diakses melalui https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl3824/penerapan-deklarasi-stockholm-di-in- donesia/ pada tanggal 25 Februari 2021 pukul 13.33 WIB

49 Muhammad Sood, Hukum Lingkungan Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2019), hal. 37

(40)

ini menghasilkan deklarasi dan rekomendasi yang dapat dikelompokkan menjadi 5 bidang utama, yaitu pemukiman, pengelolaan sumber daya alam, pencemaran, pendidikan, dan pembangunan

50

.

Sehubungan dengan hal tersebut, Konferensi Stockholm mengkaji ulang pola pembangunan konvensional yang selama ini cenderung merusak bumi dan berkaitan erat dengan masalah kemiskinan, tingkat pertumbuhan ekonomi, tekanan kependudukan di negara berkembang, pola konsumsi yang berlebihan di negara maju, serta ketimpangan tata ekonomi internasional. Indonesia hadir sebagai peserta konferensi tersebut dan turut menandatangani kesepakatan untuk memperhatikan segi-segi lingkungan dalam pembangunan.

Sejak penyelenggaraan Konferensi Stockholm 1972, munculah berbagai perjanjian internasional menyangkut lingkungan hidup, yang mengintegrasikan antara persoalan lingkungan dan pembangunn dalam satu instrumen

51

. Selain menghasilkan sebuah dokumen yang dikenal dengan istilah Deklarasi tentang Lingkungan Hidup, dalam Konferensi Stockholm dihasilkan juga beberapa dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Rencana Tindak (Action Plan) untuk kebijakan lingkungan yang terdiri atas 109 rekomendasi;

2. Pembentukan dana Lingkungan Hidup

3. Pembentukan United Nations Environment Programme (UNEP) dengan suatu Dewan Pengurus (Governing Council) dan Sekretariat.

UNEP berkedudukan di Nairobi, Kenya dan mengadopsi beberapa

50 Azis, Iwan J. dkk,, Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi Emil Salim, (Jakarta:

KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2010), hal. 196

51 Andronico O. Adede, “The treaty System from Stockholm (1972) to Rio De Janeiro (1992)”, Pace Environmental Law Review, Vol. 13, Fall 1955, No. 1, hal. 13 (dikutip oleh Suparto Wijoyo, Hukum Lingkungan Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017) hal. 30

Referensi

Dokumen terkait