• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBANGUNAN SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF MENURUT KOMPILASI HUKUM

ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

(Studi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn)

TESIS

Oleh

MHD RIZKI PRAWIRA 157011181/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

PEMBANGUNAN SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

(Studi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MHD RIZKI PRAWIRA 157011181/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

TIM PENGUJI TESIS

KETUA : Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum.

ANGGOTA : 1. Dr. Utary Maharany Barus, SH, M.Hum 2. Dr. Yefrizawati, SH, M.Hum

3. Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH, M.Hum

4.Dr. Edy Ikhsan, SH, M.Hum

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : MHD RIZKI PRAWIRA

NIM : 157011181

PROGRAM STUDI : Magister Kenotariatan FH USU

JUDUL TESIS : PEMBANGUNAN SEKOLAH UNTUK

KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat,apabila kemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri,maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat

Medan,

Yang membuat pernyataan,

MHD RIZKI PRAWIRA

(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “PEMBANGUNAN SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG – UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF (Studi Putusan Pengadilan Tinggi medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn)” ini guna penyelesaian studi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada pihak yang telah menjadi bagian penting selama penulis menjalani kehidupan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan, yaitu:

1. Prof .Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Sumatera Utara.

4. Bapak Edy Ikhsan, SH, MA, selaku Sekretaris Program Studi Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(7)

5. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, SH, M.Hum, selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, saran, dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.

6. Ibu Dr. Yefrizawati, SH, M.Hum, selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.

7. Ibu Dr. Idha Aprilyana Sembiring, SH, M.Hum, selaku pembimbing ketiga yang telah meluangkan waktu dan memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, serta arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan perkuliahan.

9. Seluruh Staf/Pegawai Administrasi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk kuliah hingga penulis menyelesaikan tesis ini.

10. Bapak Syariful Mahya Bandar, SH, Sekretaris Badan Wakaf Indonesia Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk memberi motivasi, masukan dan informasi yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.

11.Teristimewa, kedua orang tuaku tercinta, H. Wahyudi Wazar, SH dan Hj.Erma

Idawati, S.Sos Untuk segala doa, dukungan, nasehat, dan bimbingannya kepada

(8)

penulis selama ini. Terima kasih Papa dan Mama untuk kesabaran dan kasih sayangnya yang luar biasa.

12. Kakak dan Abang Ipar, Fenny Pratiwi, SE dan Muhammad Gimor Rambe, SH yang telah memberikan doa dan motivasinya kepada penulis.

13. Kakak dan Abang Ipar, Novita Kartika, SH dan Fuad Dwi Syahputra, SH yang telah memberikan doa dan Motivasinya kepada penulis.

14. Teman dekat, Yuristia Eka Erwanda, SH, M.Kn yang telah memberikan perhatian, semangat, dan doa kepada penulis. Terima kasih dukungannya selama ini karena selalu ada disaat penulis membutuhkan dan terima kasih selalu menghibur penulis.

15. Rekan-rekan seperjuangan stambuk 2015 Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang ikut mewarnai masa perkuliahan penulis. Terkhusus untuk sahabat-sahabat sekelas di group C yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terus memberikan motivasi, semangat, saling membantu, saling memberikan kritik dan saran dari awal masuk perkuliahan sampai saat penulis selesai menyusun tesis ini. Semoga persahabatan kita tetap terjaga sampai kapanpun.

Penulis berharap semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan

kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah. Akhirnya, semoga

(9)

tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua pihak khususnya yang berkaitan dengan bidang perdata khususnya tentang perwakafan.

Medan, Juli 2018 Penulis,

(Mhd Rizki Prawira)

(10)

PERSETUJUAN PUBLIKASI

TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : MHD RIZKI PRAWIRA

NIM : 157011181

PROGRAM STUDI : Magister Kenotariatan FH USU

Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Atas Bebas Royalti Non Ekslusif (Non exclusive, royalty free right) untuk mempublikasikan tesis saya yang berjudul :

“Pembangunan Sekolah Untuk Kepentingan Bisnis Di Atas Tanah Wakaf Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf (Studi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn)”.

Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media / Memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tesis saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian persetujuan publikasi ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, Juli 2018 Yang menyatakan

Mhd Rizki Prawira

(11)

ABSTRAK

Praktik wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien seperti harta benda wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar, beralih ke tangan pihak ketiga atau ke tangan ahli waris dengan cara melawan hukum. Kasus dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/ PT.Mdn adalah nazhir (penggugat) menggugat tergugat dikarenakan tergugat ingin membangun sekolah di atas tanah yang menurut penggugat merupakan tanah wakaf. Permasalahan dalam tesis ini adalah bagaimana status dan kedudukan sekolah untuk kepentingan bisnis di atas tanah wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam dan undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan nazhir atas pembangunan sekolah untuk kepentingan bisnis di atas tanah wakaf dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn, dan bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn.

Permasalahan tersebut akan dijawab menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu dengan meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku, norma-norma dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran). Selain kepustakaan, digunakan juga penelitian lapangan dengan pedoman wawancara sebagai data pendukung. Metode ini bersifat deskriptif analitis dengan analisis data secara kualitatif.

Status dan kedudukan sekolah untuk kepentingan bisnis di atas tanah wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam dan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, maka tanah wakaf yang beralih fungsi yang peralihannya tidak sesuai dengan akta ikrar wakaf sebelumnya pada dasarnya dalam peraturan perundang-undangan adalah tidak diperbolehkan. Namun, peralihan diperbolehkan jika memenuhi syarat-syarat dan alasan-alasan yang ditentukan oleh perundang- undangan. Upaya hukum yang dapat dilakukan nazhir adalah dengan upaya hukum non litigasi yaitu penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan upaya hukum litigasi yaitu penyelesaian melalui pengadilan. Dalam kasus ini nazhir menggunakan upaya hukum melalui pengadilan, yang dimulai dari Pengadilan Negeri Medan kemudian dikuatkan dengan putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn.

Analisis pertimbangan hukum hakim dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn adalah penggugat dalam mengajukan gugatannnya tidak disertai dengan alasan yang cukup dan terbukti bahwa Tergugat tidak melanggar ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, sehingga hakim menolak gugatan penggugat dan menjatuhkan sanksi kepada penggugat dan Tergugat tidak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum sehingga tergugat tidak dihukum untuk membayar ganti rugi baik materiil maupun moril kepada penggugat.

Kata Kunci : Sekolah, Bisnis, Wakaf

(12)

ABSTRACT

Practically, society has not yet carried out benefaction orderly and efficiently as the endowed properties are frequently neglected from they should have been, abandoned, transferred to a third party or to a heir by violating law. The case in the ruling of Medan High Court No. 393/Pdt/2014/PT.Mdn is nazhir (plaintiff) sued the defendant because the defendant wanted to build a school on land which the plaintiff claimed to be a endowed land.The research problems are how the status and position of a school constructed for business sake on endowed land according to Islamic Law Compilation and Law No. 41/2004 on Benefaction is, what legal efforts can be done by a Nazhir (a caretaker of an endowed property) for the school constructed for business sake on endowed land in the Ruling of Medan High Court No.

393/Pdt/2014/PT.Mdn, and how the judges‟ point of consideration in the Ruling of Medan High Court No. 393/Pdt/2014/PT.Mdn is.

These problems are answered by employing normative research method with library study or secondary data analysis including books, norms from the laws and regulations, court ruling, agreement and doctrine. Besides library research, field research is also conducted such as guided interviews as the supporting data. The data are analyzed by applying the descriptive analytical method which analyzes qualitatively.

The status and position of a school constructed for business sake on a piece of endowed land according to Islamic Law and Article 44 of Law No. 41/2004 on Benefaction, the endowed land that switches function that its transition is not in accordance with the previous certificate of benefaction is basically in the laws and regulations is not allowed. Changes or transitions are allowed as long as they meet the terms and reasons prescribed by the law. The legal effort that can be done by the Nazhir are by non-litigation legal effort that is the settlement of disputes outside the court and the legal litigation effort is the legal effort through the court. In this case nadzir used the settlement through the courts, starting with the Medan District Court and then reinforced by the ruling of Medan High Court No. 393 / Pdt / 2014 / PT.Mdn. The analysis of judges‟ points of consideration in the Ruling of Medan High Court No. 393/Pdt/2014/PT.Mdn shows that the plaintiff filed the lawsuit without enclosing sufficient argument and it is proven that the Defendant did not violate the provisions stipulated in Law No. 41/2004 on Benefaction, so that the judge objected the lawsuit, imposed sanction on the Plaintiff and declared that the Defendant was not proven to have violated the law. Therefore, the Defendant was not punished to indemnify any material or moral loss to the Plaintiff.

Keywords: School, Business, Benefaction

(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Mhd. Rizki Prawira

Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 03 Desember 1990 Alamat : Jl. Kedondong No.59 Binjai Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 27 Tahun

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Ayah : H. Wahyudi Wazar, SH

Nama Ibu : Hj. Erma Idawati Pulungan, S.Sos

II. PENDIDIKAN

1. SD Swasta Taman Siswa Kota Binjai (1997-2003) 2. SMP Negeri 10 Kota Binjai (2003-2006)

3. SMA Negeri 2 Kota Binjai (2006-2009)

4. Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara (2009-2013)

5. Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2015-2018)

(14)

Halaman

PENGESAHAN TANGGAL UJIAN………... i

PERNYATAAN ORISINALITAS PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR ISTILAH………... iii

DAFTAR SINGKATAN………... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11

1. Kerangka Teori ... 11

2. Konsepsi ... 18

G. Metode Penelitian ... 20

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 20

2. Sumber Data ... 21

(15)

3. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4. Analisis Data ... 23

BAB II : STATUS DAN KEDUDUKAN SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF ... 25

A. Hukum Wakaf di Indonesia ... 25

1. Pengertian Wakaf ... 25

2. Tujuan dan Fungsi Wakaf ... 37

3. Syarat Wakaf ... 42

B. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf ... 51

1. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Menurut Pandangan Ulama ... 51

2. Alasan Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf ... 54

3. Pelaksanaan Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf .... 57

4. Akibat Hukum Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf 61

C. Status dan Kedudukan Sekolah Untuk Kepentingan Bisnis di atas Tanah Wakaf Menurut Kompilasi Hukum Islam dan undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ... 63 BAB III : UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN

NAZHIR ATAS PEMBANGUNAN SEKOLAH UNTUK

KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF

DALAM PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN

(16)

NOMOR : 393/PDT/2014/PT.MDN ... 76

A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Sengketa Tanah Wakaf ... 76

B. Penyelesaian Sengketa atas Tanah Wakaf ... 89

C. Upaya Hukum yang Dapat Dilakukan Nazhir dalam Sengketa Perubahan Fungsi Tanah Wakaf ... 94

BAB IV : ANALISIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR 393/PDT/2014/PT.MDN ... 108

A. Posisi Kasus ... 108

B. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn ... 113

C. Analisis Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/ PT.Mdn ... 122

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

A. Kesimpulan ... 130

B. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(17)

DAFTAR ISTILAH

Afdal : Lebih baik

Al-habsu‟ : Wakaf

Al-Istibdal : Mengeluarkan suatu barang dari status wakaf

Al-Ibdal : Penggantian barang wakaf dengan barang wakaf lainnya

Al-maslahat al-mursalah : Perbuatan-perbuatan yang mendorong kebaikan pada manusia

Concept of fault : Konsep kesalahan.

Conflict resolution theory : Penyelesaian konflik Equal Liberty : Kebebasan yang sama

Equal opportunity : Prinsip kesempatan yang sama Exchange value : Nilai jual

Fiqih : Bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya

Foundation, endowment, : Wakaf

Ihya-ulmawat : Membuka tanah baru

Intertional tort liability : Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja

Interminglend : Moral dan hukum yang sudah bercampur baur

Ijtihad : Sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang

sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang

sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu

perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun

hadis dengan syarat menggunakan akal sehat

(18)

Ijtimaiyah : Ibadah sosial

Information : Informasi

Istibdal (ruilslag) : Tukar guling

Jus in rem : Hak atas suatu benda

Jus in personam : Hak yang menuntut orang lain atas suatu perbuatan atau hak atas perbuatan orang lain.

Liberty : kebebasan individual

Legal right : Hak hukum

Linguistik : Ilmu tantang bahasa atau ilmu yang mejadikan bahasa sebagai objek kajiannya

Mauqufalaih nazhir

negligence tort lilability : Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena kelalaian.

Maukuf : Benda yang diwakafkan

Mau‟quf alaih : Bujuan wakaf

Mu'abbad : Mewakafkan hartanya untuk selamanya

Mustahik : Orang atau badan yang berhak menerima zakat atau infak/sedekah

Natural resources : Sumber daya alam

Nazhir : Pengelola wakaf

Profit : Tujuan tertentu

Rajih : Lebih kuat

Rechtsorde : Tertib hukum

Relationship : Menjalin hubungan

Sabilillah : Bentuk kebaikan

Sadaqah : Pemberian seorang muslim kepada orang lain secara

sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan

jumlah tertentu

(19)

Shadaqaat jariyah : Amalan yang menghasilkan pahala yang tak terputus meskipun si pemberi sedekah sudah meninggal

Sighat (lafadz) : Ikrar/pernyataan wakaf

Stirck liability : Melanggar hukum tanpa mempersoalkan kesalahan.

Structure : Pengelompokan

Tasarruf : Hak menggunakan

Tahkim : Penyelesaian secara Islam

The greates happiness for

The greatest number : Kebahagiaan yang terbesar bagi sebagian besar masyarakat

Tort liability : Tanggung jawab dalam perbuatan melanggar hukum.

Unrenewable : Tidak dapat diperbaharui

Wakif : Pihak yang mewakafkan harta benda miliknya Waqafa (fiil madi)-yaqifu

(fiil mudari‟), waqfan

(isim masdar) : Berhenti atau berdiri

Zoning : Tata ruang/wilayah

Zurriy : Keturunan

(20)

DAFTAR SINGKATAN

BASYARNAS : Badan Arbitrase Syariah Nasional

BPN : Badan Pertanahan Nasional

BWI : Badan Wakaf Indonesia

DSN : Dewan Syariah Nasional

HGB : Hak Guna Bangunan

HGU : Hak Guna Usaha

KHI : Kompilasi Hukum Islam

KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

KUA : Kantor Urusan Agama

MUI : Majelis Ulama Indonesia

PPAIW : Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf

PT : Pengadilan Tinggi

RUTR : Rencana Umum Tata Ruang

UU : Undang-Undang

UUPA : Undang-Undang Pokok Agraria

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai jenis hak dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan ketentuan umum memperoleh hak tersebut.

1

Hukum Islam mengenal banyak cara untuk mendapatkan hak atas tanah. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual beli, tukar menukar, hibah, hadiah, infak, sedekah, wakaf, wasiat, dan ihya-ulmawat (membuka tanah baru). Namun salah satu masalah di bidang keagamaan yang menyangkut pelaksanaan tugas keagrariaan yang sering menjadi perhatian adalah perwakafan tanah milik. Hal ini dikarenakan wakaf tanah difungsikan untuk kepentingan umum.

Wakaf merupakan salah satu lembaga Islam yang diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, yaitu sejak Islam masuk ke Indonesia. Dilihat dari keberadaannya, wakaf tanah berasal dari Hukum Islam, yang diberlakukan sebagai hukum nasional. Negara Indonesia menganut asas Pancasila yang memberikan hak kepada rakyatnya untuk melaksanakan kaidah-kaidah sesuai dengan keyakinan agamanya. Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Bagi orang Islam, beribadat menurut Agama Islam termasuk ke dalam melaksanakan hukum-hukum yang diajarkan oleh Islam. Penerapan Hukum Islam

1

Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2002, hal. 2.

(22)

telah diberlakukan sedikit demi sedikit secara bertahap oleh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penerapannya telah dilakukan ijtihad-ijtihad dalam berbagai variasi kelembagaan dan pasang surutnya situasi dan kondisi, dalam bentuk adat istiadat dan dalam hukum adat. Wakaf merupakan salah satu tuntunan ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtimaiyah (ibadah sosial).

2

Wakaf adalah ibadah, maka tujuan utamanya adalah pengabdian kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridha-Nya.

3

Wakaf sebagai perbuatan hukum sudah lama melembaga dan dipraktikkan di Indonesia. Diperkirakan lembaga wakaf ini sudah ada sejak Islam masuk ke Indonesia, kemudian berkembang seiring dan sejalan perkembangan agama Islam di Indonesia. Perkembangan wakaf dari masa ke masa ini tidak didukung oleh peraturan formal yang mengaturnya, praktik perwakafan selama itu hanya berpedoman kepada kitab-kitab fiqih tradisional yang disusun beberapa abad yang lalu, banyak hal sudah tidak memadai lagi. Pengaturan tentang sumber hukum, tata cara, prosedur dan praktik perwakafan baru dimulai sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.

Wakaf yang dilaksanakan di Indonesia masih dilaksanakan secara umum yang memungkinkan rentan terhadap berbagai masalah dan tidak sedikit yang berakhir di pengadilan. Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya penyimpangan terhadap benda-benda wakaf yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, dan

2

Imam Suhadi, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 2002, hal. 2

3

Abdul Ghofur Anshori, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia, Pilar Media,

Yogyakarta, 2005, hal. 1.

(23)

3

juga sudah menjadi rahasia umum ada benda-benda wakaf yang diperjualbelikan, selain itu masih ada keluarga wakif yang menarik kembali benda-benda yang sudah diwakafkan karena wakaf belum terdaftar dan bersertifikat.

4

Keadaan ini tidak hanya berdampak buruk terhadap perkembangan wakaf di Indonesia, tetapi merusak nilai- nilai luhur ajaran Islam yang semestinya harus dijaga kelestariannya sebab ia merupakan bagian dari ibadah kepada Allah swt. Menyadari tentang keadaan ini, para pihak yang berwenang telah memberlakukan beberapa peraturan tentang wakaf untuk dilaksanakan oleh umat Islam di Indonesia.

Hakikatnya penuangan perwakafan tanah milik dalam UUPA secara yuridis merupakan realisasi dari pengakuan terhadap unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.

5

Hal yang demikian itu sesuai dengan Politik Hukum Agraria Nasional maupun Pancasila sebagai asas kerohanian negara yang meliputi seluruh tertib hukum Indonesia. Dengan demikian, dalam menafsirkan dan melaksanakan peraturan agraria (pertanahan) yang berlaku, harus berlandaskan dan bersumber pada Pancasila.

6

Perwakafan tanah milik merupakan perbuatan suci, mulia dan terpuji yang dilakukan oleh seorang (umat Islam) atau badan hukum, dengan memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah hak milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya menjadi tanah wakaf-sosial, yaitu wakaf yang diperuntukkan

4

Ibid. hal.3

5

Boedi Harsono, Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksanaan UUPA, Jambatan, Jakarta, 2003, hal. 220

6

Notonagoro, Politik Hukum dan Pembangunan Agraria di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta,

1984, hal. 69.

(24)

bagi kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya, sesuai dengan ajaran Hukum Islam.

Salah satu alasan pembentukan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf adalah praktik wakaf yang ada di masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, salah satu buktinya adalah di antara harta benda wakaf tidak terpelihara dengan baik, terlantar, bahkan beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara melawan hukum.

7

Di samping itu, karena tidak adanya ketertiban pendataan, banyak benda wakaf yang karena tidak diketahui datanya, jadi tidak terurus bahkan wakaf masuk dalam siklus perdagangan. Keadaan demikian itu tidak selaras dengan maksud dari tujuan wakaf yang sesungguhnya dan juga akan mengakibatkan kesan kurang baik terhadap Islam sebagai ekses penyelewengan wakaf, sebab tidak jarang sengketa wakaf terpaksa harus diselesaikan di pengadilan.

8

Benda yang telah diwakafkan pada dasarnya tidak dapat dilakukan perubahan.

Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik menjelaskan pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan peruntukan atau penggunaan lain dari yang dimaksud dalam ikrar wakaf. Hal ini juga diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf berbunyi :

Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:

1. Dijadikan jaminan;

2. Disita;

3. Dihibahkan;

7

Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, hal. 58.

8

Abdul Ghofur Anshori,Op.Cit., hal. 2.

(25)

5

4. Dijual;

5. Diwariskan;

6. Ditukar;

7. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.

Tindakan-tindakan yang tidak boleh dilakukan, baik atas nama wakif maupun atas nama mauqufalaih karena dapat merusak kelestarian wakaf, yaitu:

9

1. Menjual lepas, artinya transaksi memindahkan hak atas tanah atau barang-barang yang yang telah diwakafkan untuk selama-lamanya.

2. Mewariskan, artinya memindahkan harta wakaf secara turun-temurun kepada anak cucu setelah meninggal dunia.

3. Menghibahkan, artinya menyerahkan harta wakaf kepada pihak lain tanpa imbalan.

Demikian pula, tindakan-tindakan lain yang sengaja atau karena kelalaian menyimpang dari tujuan wakaf, yaitu:

10

1. Menukar atau memindahkan wakaf dari suatu lokasi ke lokasi yang lain, seperti tanah sawah ditukar dengan tanah darat atau dari lingkungan perkotaan ke desa terpencil.

2. Melakukan perubahan peruntukan yang disebabkan oleh wakif dalam ikrar wakafnya seperti wakaf masjid diubah menjadi wakaf pondok pesantren.

3. Menelantarkan wakaf sehingga tidak produktif atau tidak memberi manfaat apa- apa.

9

Siah Khosyi‟ah, Wakaf dan Hibah Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hal. 99.

10

Ibid.

(26)

4. Membongkar atau membongkar barang-barang wakaf hingga punah.

5. Mengambil alih menjadi milik pribadi.

Praktik wakaf yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien sehingga dalam berbagai kasus harta benda wakaf tidak terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar, beralih ke tangan pihak ketiga atau ke tangan ahli waris dengan cara melawan hukum. Keadaan demikian, karena kelalaian atau ketidakmampuan nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf. Hal itu juga karena sikap masyarakat yang kurang peduli atau memahami status harta benda wakaf yang seharusnya dilindungi demi kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.

11

Kasus penguasaan tanah wakaf oleh orang atau pihak yang tidak berhak dapat dikemukakan putusan dari Pengadilan Tinggi Medan, dalam putusan Nomor:

393/PDT/2014/PT.MDN dengan penggugat Drs. Hasan Basri Awria Ritonga (Ketua Nazir Tanah Wakaf Umum Madrasah Islamiyah yang terletak di Jalan Pertahanan Nomor 17 A (dahulu nomor 28) Kelurahan Pulo Brayan Kota, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara) dan tergugat Rosmawarni Tanjung.

Sengketa wakaf terjadi akibat penguasaan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang dilakukan dengan awalnya tergugat meminta izin kepada pengurus wakaf untuk menumpang dan tinggal di sebahagian tanah wakaf tersebut selama Tergugat tinggal di objek perkara, Tergugat membuat usaha sendiri dengan mendirikan Sekolah Dasar

11

Ibid., hal. 215.

(27)

7

Surya Bahagia dan sekolah yang didirikan oleh Tergugat tersebut sampai sekarang masih terus melakukan pembangunan.

Tergugat tidak bersedia dan tidak mau untuk keluar dari tanah wakaf tersebut dengan alasan bahwa Tergugat adalah pemilik tanah dan bangunan yang dimaksud.

Menurut Tergugat Sekolah Dasar Surya Bahagia adalah sebuah sekolah yang didirikan oleh Obon Sutan Batuah di atas tanah peninggalan nenek Tergugat Hajjah Dawiyah Almarhum yang bangunannya terdiri dari Sekolah Dasar Surya Bahagia dan Maktab telah didirikan sejak tahun 1952 dan 1957, dan akta pendirian yayasannya dibuat pada tanggal 13 Juli 1965 di hadapan Rusli, Notaris di Medan. Perbuatan tergugat yang tidak bersedia dan tidak mau untuk keluar dari tanah wakaf tersebut dengan alasan bahwa tergugat adalah pemilik tanah dan bangunan yang dimaksud dapat diklasifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum, oleh karenanya perbuatan tergugat diklasifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum maka tergugat harus mengembalikan tanah objek perkara dalam keadaan kosong kepada penggugat .

Berdasarkan hal tersebut di atas sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut,

sehingga diperlukan kajian hukum yang utuh, maka melalui serangkaian penelitian,

bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pembangunan Sekolah Untuk

Kepentingan Bisnis Di Atas Tanah Wakaf Menurut Kompilasi Hukum Islam dan

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf (Studi Putusan Pengadilan

Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn)”.

(28)

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana status dan kedudukan sekolah untuk kepentingan bisnis di atas tanah wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam dan undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ?

2. Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan nazhir atas pembangunan sekolah untuk kepentingan bisnis di atas tanah wakaf dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn ?

3. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisa status dan kedudukan sekolah untuk kepentingan bisnis di atas tanah wakaf menurut Kompilasi Hukum Islam dan undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

2. Untuk menganalisa upaya hukum yang dapat dilakukan nazir atas pembangunan sekolah untuk kepentingan bisnis di atas tanah wakaf dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn.

3. Untuk menganalisa pertimbangan hukum hakim dalam putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 393/Pdt/2014/PT.Mdn.

4.

(29)

9

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum untuk melahirkan berbagai konsep kajian yang dapat memberikan masukan bagi pembangunan ilmu hukum khususnya tentang pelaksanaan wakaf menurut hukum Islam dan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini juga dapat digunakan penelitian ini dapat memberi masukan bagi para praktisi peradilan yang terlibat langsung dalam proses pelaksanaan wakaf menurut hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah dilakukan baik di kepustakaan penulisan karya ilmiyah Magister Hukum maupun di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, ditemukan beberapa penelitian mengenai wakaf, tetapi dibahas secara terpisah.

1. Abdul Rahim, dengan judul Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Wakaf Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 di Kota Padang, dengan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang

pendaftaran tanah wakaf di Kota Padang.

(30)

b. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 di Kota Padang.

c. Upaya apa saja yang telah dan akan ditempuh oleh pihak terkait dalam mewujudkan terlaksananya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 di Kota Padang.

2. Abdul Rozak Hasibuan, Tinjauan Yuridis Atas Tanah Wakaf yang Dikuasai Nazhir (Studi Kasus di Kecamatan Lueng Bata Kota Banda Aceh), dengan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana kedudukan nazhir sebagai pengelola tanah wakaf menurut Hukum Islam dan UU No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf ?

b. Apakah yang menjadi kendala-kendala nazhir dalam pengelolaan tanah wakaf

?

c. Bagaimana efektifitas pengelolaan pengawasan tanah wakaf ?

3. Devi Kurnia Sari dengan judul : Tinjauan Perwakafan Tanah Menurut Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, dengan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah perwakafan tanah dilihat menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf ?

b. Bagaimanakah pengelolaan wakaf dalam kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi umat ?

c. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam perwakafan tanah dan

bagaimanakah solusinya ?

(31)

11

Dilihat dari titik permasalahan yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya terdapat adanya perbedaan khususnya pada permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah atau secara akademik.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan teori yang dibuat untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan diteliti. Teori ini masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dengan cara meneliti secara realitas.

Kerangka teoritis lazimnya dipergunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dan juga dapat dipergunakan dalam penelitian hukum, yaitu pada penelitian hukum sosiologis atau empiris.

12

Sedangkan teori hukum merupakan suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan- putusan hukum dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting untuk dipositifkan.

13

Teori juga sangat diperlukan dalam penulisan karya ilmiah dalam tatanan hukum positif konkrit.

14

Prinsip dasar teori yang dikutip dalam penelitian ini berpedoman pada objek penelitian yang diteliti, hal ini dilakukan agar penggunaan teori dalam landasan berfikir akan tetap sesuai dengan judul yang ditentukan. Pengutipan teori dalam penyusunan penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah. Dalam membahas

12

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 127

13

J.J. HAL. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 160

14

Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, Mandar Maju, Bandung,

2002, hal. 43

(32)

rumusan masalah peneleitian ini digunakan beberapa teori sebagaimana dikemukakan berikut ini:

a. Teori Kepastian Hukum

Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.

15

Teori kepastian hukum menegaskan bahwa tugas hukum itu menjamin kepastian hukum dalam hubungan-hubungan pergaulan kemasyarakatan. Terjadi kepastian yang dicapai “oleh karena hukum”. Dalam tugas itu tersimpul dua tugas lain yakni hukum harus menjamin keadilan maupun hukum harus tetap berguna.

Akibatnya kadang-kadang yang adil terpaksa dikorbankan untuk yang berguna.

15

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta,

2008, hlm 158

(33)

13

Kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat karena kepastian hukum (peraturan/ ketentuan umum) mempunyai sifat sebagai berikut :

16

1) Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat- alatnya.

2) Sifat undang- undang yang berlaku bagi siapa saja.

Kepastian hukum ditujukan pada sikap lahir manusia, ia tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang diperhatikan adalah bagaimana perbuatan lahiriahnya. Kepastian hukum tidak memberi sanksi kepada seseorang yang mempunyai sikap batin yang buruk, akan tetapi yang diberi sanksi adalah perwujudan dari sikap batin yang buruk tersebut atau menjadikannya perbuatan yang nyata atau konkrit.

17

Menurut Satjipto Raharjo, teori kemanfaatan (kegunaan) hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan. Oleh karena itu ia bekerja dengan memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan berupa norma (aturan-aturan hukum).

18

Pada dasarnya peraturan hukum yang mendatangkan kemanfaatan atau kegunaan hukum ialah untuk terciptanya ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, karena adanya hukum tertib (rechtsorde).

16

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2006, hal. 20.

17

Ibid, hal.21

18

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1991, hal.13

(34)

Kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat dilaksanakan. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang sehingga seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat.

b. Teori Tanggung Jawab

Menurut Titik Triwulan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya.

19

Menurut Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam perbuatan melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa teori, yaitu :

20

1) Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja (intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan perbuatan sedemikian rupa sehingga merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa yang dilakukan tergugat akan mengakibatkan kerugian.

2) Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep kesalahan (concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah bercampur baur (interminglend).

3) Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa mempersoalkan kesalahan (stirck liability), didasarkan pada perbuatannya.

19

Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hal. 48

20

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010,

hal. 503

(35)

15

Teori tanggung jawab hukum sebagaimana dikemukakan oleh Hans Kelsen adalah suatu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa ia memikul tanggung jawab hukum, berarti bahwa ia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan hukum yang bertentangan. Biasanya yakni dalam hal sanksi ditujukan kepada pelaku langsung, seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.

21

Tanggung jawab hukum terkait dengan konsep hak dan kewajiban hukum.

Konsep kewajiban biasanya dilawankan dengan konsep hak, istilah hak yang dimaksud di sini adalah hak hukum (legal right). Penggunaan linguistik telah membuat dua perbedaan hak yaitu jus in rem dan jus in personam. Jus in rem adalah hak atas suatu benda, sedang jus in personam adalah hak yang menuntut orang lain atas suatu perbuatan atau hak atas perbuatan orang lain. Pembedaan ini sesungguhnya juga bersifat ideologis berdasarkan kepentingan melindungi kepemilikan privat dalam hukum perdata. Jus in rem tidak lain adalah hak atas perbuatan orang lain untuk tidak melakukan tindakan yang mengganggu kepemilikan.

22

c. Teori keadilan.

Teori keadilan dikemukakan oleh John Rawls sebagai dikutip oleh Mohamad Arifin mensyaratkan dua prinsip keadilan sosial yang sangat mempengaruhi pemikiran abad ke-20 yaitu prinsip-prinsip sebagai berikut :

23

21

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni dengan judul buku asli “General Theory of Law and State” alih bahasa Somardi, Rumidi Pers, Jakarta, 2001, hal.65.

22

Jimly Asshiddiqie, dan M. Ali Safa‟at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, hal.66-67

23

Mohamad Arifin, Teori Dan Filsafat Hukum. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal.23

(36)

1) Paling utama adalah prinsip kebebasan yang sama (Equal Liberty) yakni setiap orang memiliki hak atas kebebasan individual (liberty) yang sama dengan hak orang lainnya.

2) Prinsip kesempatan yang sama (equal oppurtunity). Dalam hal ini, ketidakadilan ekonomi dalam masyarakat harus diatur untuk melindungi pihak yang tidak beruntung dengan jalan memberi kesempatan yang sama bagi semua orang dengan persyaratan yang adil baik secara sengaja maupun tidak sengaja, artinya meskipun bukan kesalahannya tetap bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatannya.

Teori mengenai keadilan menurut Aristoteles ialah perlakuan yang sama bagi mereka yang sederajat di depan hukum, tetap menjadi urusan tatanan politik untuk menentukan siapa yang harus diperlakukan sama atau sebaliknya.

24

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo, dalam pembuatan hukum fungsinya sebagai pengatur kehidupan bersama manusia, oleh karena itu hukum harus melibatkan aktifitas dengan kualitas yang berbeda-beda. Pembuatan hukum merupakan awal dari bergulirnya proses pengaturan tersebut, ia merupakan momentum yang dimiliki keadaan tanpa hukum dengan keadaan yang diatur oleh hukum. Dia juga mengatakan hukum sebagai perwujudan nilai-nilai yang mengandung arti, bahwa kehadirannya adalah untuk melindungi dan memajukan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

25

Teori keadilan melahirkan teori kemanfaatan, teori hukum tentang kemanfaatan yang berasal dari Jeremy Bentham yang menerapkan salah satu prinsip dari aliran utilitarianisme ke dalam lingkungan hukum, yaitu: manusia akan bertindak

24

Lawrence. M. Friedman, American Law an Introduction, Terjemahan Wisma Bhakti, PT.

Tata Nusa, Jakarta, 2001, hal. 4.

25

Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum : Perkembangan, Metode dan Pilihan Hukum,

Universitas Muhamadyah, Surakarta, 2004, hal. 60.

(37)

17

untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.

Bentham selanjutnya berpendapat bahwa pembentuk undang-undang hendaknya dapat melahirkan undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua individu. Dengan berpegang pada prinsip tersebut di atas, perundangan itu hendaknya dapat memberikan kebahagiaan yang terbesar bagi sebagian besar masyarakat (the greates happiness for the greatest number).

26

Jadi yang diutamakan dalam teori Jeremy Bentham adalah mewujudkan kebahagian yang sebesar-besarnya. Teori kemanfaatan merupakan rasionalisme dari keadilan, bila keadilan telah tercapai otomatis akan memberikan manfaat bagi para pihak.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf harus sejalan dengan tujuan pembangunan hukum, yaitu dapat melindungi tanah wakaf dari gangguan pihak ketiga. Hal tersebut sebagaimana teori etis yang dikemukakan oleh Aristoteles tentang tujuan hukum, yang dikutip dari Van Apeldoorn bahwa hukum semata-mata bertujuan untuk mewujudkan keadilan.

27

Tujuannya adalah memberikan tiap-tiap orang apa yang patut diterimanya. Keadilan tidak boleh dipandang sebagai penyamarataan. Keadilan bukan berarti bahwa tiap- tiap orang memperoleh bagian yang sama.

28

Hukum yang tidak adil dan tidak dapat diterima akal, yang bertentangan dengan norma alam, tidak dapat disebut sebagai hukum, tetapi hukum yang menyimpang.

26

Lili Rasjidi, Ira Tania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, (Mandar Maju, Bandung, 2002, hal. 62.

27

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1999, hal. 53

28

Ibid.

(38)

Keadilan yang demikian ini dinamakan keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada tiap-tiap orang jatah menurut jasanya. Ia tidak menuntut supaya tiap-tiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya, bukan persamaan melainkan sesuai/sebanding. Keadilan tersebut harus memberikan kepastian hukum dan untuk mencapainya harus memiliki itikad baik karena salah satu tujuan hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia, karena meniadakan keadilan berarti menyamakan hukum dengan kekuasaan.

29

2. Konsepsi

Konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus. Sedangkan pola konsep adalah serangkaian konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis.

30

Konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut.

Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.

31

Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu:

a. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

29

Mohamad Arifin, Op.Cit, hal.30.

30

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 2

31

Soerjono Soekanto, Op. Cit, hal. 132

(39)

19

waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

32

b. Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif.

33

c. Tanah wakaf adalah tanah hak milik yang sudah diwakafkan. Perwakafan tanah hak milik merupakan perbuatan hukum yang suci, mulia dan terpuji yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum dengan memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang merupakan tanah hak milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya menjadi wakaf sosial.

34

d. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

35

e. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid di bawah pengawasan guru.

36

f. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.

37

g. Kepentingan adalah keperluan, kebutuhan, mendahulukan umum.

h. Bisnis adalah suatu aktivitas baik dilakukan perseorangan atau kelompok (biasanya kelompok) untuk mencapai sebuah tujuan tertentu (profit).

38

32

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

33

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

34

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Program Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hal. 272.

35

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

36

WJS. Poerdaminta, Op.Cit, hal.571.

37

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

(40)

i. Kompilasi Hukum Islam adalah sekumpulan materi hukum Islam yang ditulis pasal demi pasal, berjumlah 229 pasal, terdiri atas tiga kelompok materi hukum, yaitu Hukum Perkawinan (170 pasal), Hukum Kewarisan termasuk wasiat dan hibah (44 pasal) dan Hukum Perwakafan (14 pasal), ditambah satu pasal ketentuan penutup yang berlaku untuk ketiga kelompok hukum tersebut. Undang- Undang Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 adalah adalah undang-undang yang mengatur tentang wakaf.

39

j. Pembangunan adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu.

40

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan serta menganalisa peraturan perundang- undangan yang berkaitan pada tujuan penelitian ini. Tujuan dalam penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara gejala dan gejala lain dalam masyarakat.

41

Maksud utama analisis terhadap bahan hukum adalah

38

Ibid, hal. 98.

39

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta, 2002, hal.3

40

Ibid, hal. 319..

41

Kontjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1997, hal. 42.

(41)

21

mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam aturan undang-undang secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktik.

42

Jenis penelitian hukum yang digunakan adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah suatu penelitian yang menempatkan norma sebagai obyek penelitian, baik norma hukum dalam peraturan perundang-undangan, norma hukum yang

bersumber dari suatu undang-undang.

43

Disebut juga penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang menggunakan data sekunder. Penelitian hukum normatif dikenal sebagai penelitian hukum yang bersifat kualitatif.

2. Sumber Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian yang sifatnya mutlak untuk dilakukan karena data merupakan sumber yang akan diteliti. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan dalam pembahasannya.

Data yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif yaitu data sekunder. Data sekunder di bidang hukum dipandang dari sudut kekuatan mengikatnya dapat dibedakan menjadi:

a. Bahan hukum primer :

Bahan hukum primer terdiri dari asas dan kaidah hukum.

44

Perwujudan asas dan kaidah hukum ini berupa:

1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

42

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang, 2008, hal. 310

43

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers,Jakarta, 1995, hal. 70

44

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hal.28.

(42)

2) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksana Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

4) Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksana PP No. 28 Tahun 1977.

5) Kompilasi Hukum Islam

6) Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 393/Pdt.G/2014/PT.Mdn)

b. Bahan hukum sekunder terdiri atas buku-buku hukum (text book), jurnal-jurnal hukum, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat dalam media massa, kamus dan ensiklopedia hukum, internet dengan menyebut nama situsnya.

Di dalam penelitian ini, buku-buku hukum yang dipergunakan di antaranya buku tentang wakaf.

c. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia dan lain sebagainya.

45

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian yang sifatnya mutlak untuk dilakukan karena data merupakan sumber yang akan diteliti. Pengumpulan data difokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan dalam pembahasannya.

45

Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum dalam Teori dan Praktek, Bumi Intitama

Sejahtera, Jakarta, 2010, hal.16.

(43)

23

Pengumpulan data dalam penelitian ini mempergunakan data primer dan data sekunder.

Teknik Pengumpulan Data : a. Studi dokumen

b. Studi lapangan yaitu dengan melalui wawancara dengan Hakim Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan identifikasi data.

4. Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengategorikannya hingga kemudian mengorganisasikan dalam suatu bentuk pengelolaan data untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang diangkat menjadi teori substantif.

46

Untuk menemukan teori dari data tersebut maka menggunakan metode kualitatif adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

47

Analisis bahan-bahan hukum dalam penelitian ini akan dilakukan secara analisis kualitatif dan komprehensif. Analisis kualitatif artinya menguraikan bahan- bahan hukum secara bermutu dengan bentuk kalimat yang teratur, logis, dan tidak tumpang tindih serta efektif, sehingga memudahkan interpretasi bahan-bahan hukum

46

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 103

47

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 105

(44)

dan pemahaman hasil analisa. Komprehensif artinya dilakukan secara mendalam dan

dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian.

(45)

BAB II

STATUS DAN KEDUDUKAN SEKOLAH UNTUK KEPENTINGAN BISNIS DI ATAS TANAH WAKAF MENURUT KOMPILASI

HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

A. Hukum Wakaf di Indonesia 1. Pengertian Wakaf

Pasal 215 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.

48

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf mendefinisikan wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari„ah.

49

Wakaf menurut bahasa Arab berarti „al-habsu‟ yang berasal dari kata kerja habasa-yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau memenjarakan.

Kemudian kata ini berkembang menjadi habbasa dan berarti mewakafkan harta karena Allah.

50

Kata wakaf sendiri berasal dari kata kerja waqafa (fiil madi)-yaqifu

48

Pasal 215 Kompilasi Hukum Islam

49

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

50

Adijani Al-Alabij., Perwakafan Tanah Di Indonesia Dalam Teori dan Praktek , PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 25.

(46)

(fiil mudari‟), waqfan (isim masdar) yang berarti berhenti atau berdiri.

51

Wakaf menurut istilah syara‟ adalah “menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusak bendanya (ainnya) dan digunakan untuk kebaikan”.

52

Menurut syara‟ wakaf berarti menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan penggunaannya dibolehkan oleh agama dengan maksud mendapatkan keridhaan Allah.

Para pakar Hukum Islam berbeda pendapat dalam memberi definisi wakaf secara istilah (hukum). Mereka mendefinisikan wakaf dengan definisi yang beragam, sesuai dengan paham mazhab yang mereka ikuti, mereka juga berbeda persepsi di dalam menafsirkan tata cara pelaksanaan wakaf di tempat mereka berada. Al-Minawi yang bermazhab Syafi‟i mengemukakan bahwa wakaf adalah menahan benda yang dimiliki dan menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dan keabadiannya yang berasal dari para dermawan atau pihak umum selain dari harta maksiat, semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan Al Kabisi yang bermazhab Hanafi mengemukakan bahwa wakaf adalah menahan benda dalam kepemilikan wakif dan menyedekahkan manfaatnya kepada orang-orang miskin dengan tetap menjaga keutuhan bendanya. Definisi yang terakhir ini merupakan tambahan saja dari definisi yang telah dikemukakan oleh Imam Abu

51

Ibid., hal. 26.

52

Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar

Grafika, Jakarta, 2008, hal. 104

(47)

27

Hanafi yang mengatakan bahwa wakaf itu menahan benda milik si wakif dan yang disedekahkannya adalah manfaatnya saja.

53

Wakaf dalam hukum Islam dimasukkan dalam kategori muamalah dan termasuk ibadah ijtima'iyah. Wakaf sendiri tidak terbatas pada tempat-tempat ibadah saja dan hal-hal yang menjadi sendiri prasarana dan sarananya saja, tetapi diperbolehkannya dalam semua macam sadaqah. Seperti sadaqah kepada kaum kafir dan orang-orang yang membutuhkannya, memerdekakan hamba sahaya dan semua jenis kegiatan yang bermaksud mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Perwakafan dalam agama Islam merupakan peruntukkan hasil atau manfaat yang bersifat keagamaan untuk kepentingan amal yang bersifat abadi, di samping itu perwakafan adalah untuk kepentingan umum dan tidak dibenarkan suatu tanah wakaf jatuh ke tangan atau menjadi milik perseorangan”.

54

Dalil-dalil yang dijadikan sandaran/dasar hukum wakaf dalam Agama Islam adalah :

a. Al Qur‟an surah Al-Hajj ayat (77), artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, ruku dan sujudlah kamu dan sembahlah Tuhanmu serta berbuatlah kebaikan supaya kamu bahagia.”

53

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Prenata Media Group, Jakarta, 2006, hal.238

54

Ibid, hal. 240

Referensi

Dokumen terkait

Dapatan kajian menunjukkan bahawa faktor penyumbang kepada wujudnya masalah membaca dalam kalangan murid darjah enam sekolah rendah kerajaan di Brunei Darussalam disebabkan oleh

Sesuai dengan poin tersebut, maka dalam penelitian ini mencoba untuk membangun sebuah aplikasi yang dapat megenali kualitas air sungai berdasarkan parameter

(3) Daya Pembeda soal menunjukkan 33 butir soal atau 66% memiliki daya pembeda jelek, 11 butir soal atau 22% memiliki daya pembeda cukup, 3 butir soal atau 6% memiliki daya

Peringkat ini juga dikenali juga sebagai zaman tahap kemuncak dalam tamadun China kerana pencapaiannya yang menakjubkan dalam pelbagai bidang seperti, kesusasteraan, sains

Sehubungan dengan bentuk penyajian kesenian Angguk Sripanglaras, penulis mengharap kesenian ini untuk selalu dijaga kelestariannya dan juga dikembangkan, salah satunya

Persentase penguasaan atau ketuntasan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah diajarkan sebesar 60% pada siklus I dan 85% pada siklus II untuk mata

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa perusahaan yang mempunyai nilai BOPO tertinggi adalah Bank MayBank Syariah tahun 2015 triwulan 2 sebesar 212.62% yang

gliserol dari minyak kelapa tradisional bekas yang dilakukan dengan proses. sponifikasi, dengan melakukan pengujian meliputi pengujian berat