• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE SETRA DUTA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE SETRA DUTA BANDUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE SETRA DUTA BANDUNG

“Analysis Implementation Fiber to the Home (FTTH) Devices with Optisystem on the STO Gegerkalong to Setra Duta Bandung ”

Aghnia Fatyah Sabika

[1]

Intan Permata Sari.Amd

[email protected]

Andy Audy Oceanto, ST., MT.

[3]

Abstrak

Perumahan Setraduta yang terletak di bagian Bandung barat berbatasan dengan kota cimahi merupakan perumahan mewah dan modern. Jaringan akses yang digunakan masih menggunakan kabel tembaga, yang dinilai kurang memadai layanan triple play. PT. Telkom yang ingin meningkatkan kualitas layanannya, telah memiliki wacana bahwa pada tahun 2013 seluruh Bandung dengan merombak jaringan akses tembaga yang ada dengan Fiber Optic To The Home (FTTH). GPON (Gigabit Passive Optical Network ) merupakan teknologi yang dipilih PT.Telkom.

Dalam tugas akhir ini, dilakukan peramalan demand untuk mengetahui jumlah pelanggan pemakai internet dan bandwidth beberapa tahun mendatang. Lalu dirancang jaringan akses FTTH menggunakan teknologi GPON dengan membuat jalur awal lalu penentuan perangkat, spesifikasi, tata letak dan volume yang digunakan.

Hasil dari simulasi perancangan dengan menggunakan Optisystem untuk parameter performansi sistem yaitu BER yang dihasilkan dari simulasi OptiSystem, didapatkan nilai BER downstream sebesar 4,18644x10

-13

dan untuk upstream sebesar 0. Sehingga dapat disimpulkan kedua nilai tersebut memenuhi nilai minimum BER yang ditentukan untuk optik yaitu 10

-9

. Parameter performasi sistem Q-factor pada downstream sebesar 7,15483 dan upstream sebesar 113,824. Q factor dapat dikatakan memenuhi standar karena baik downstream maupun upstream menunjukan dilai diatas 6 pada Q factor agar dapat dikatakan baik. Dengan sensitifitas perangkat ONT sebesar -28 dBm, hasil perhitungan menggunakan Optisystem untuk pelanggan terjauh Receive Power menunjukan angka sebesar -19.789 dBm sehingga dapat dikatakan pengujian implementasi ini layak.

Kata Kunci : Triple play, FTTH, GPON

1. Pendahuluan

Seiring perkembangan teknologi dengan pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, memicu masyarat modern mendapatkan layanan yang praktis, mudah, dan efisien. Kebutuhan layanan masyarakat modern terus meningkat sehingga dibutuhkanlah sarana komunikasi yang mampu melayani semua layanan. Kebutuhan layanan pada masa kini tidak hanya suara, melainkan data dan video. Maka diperlukan jaringan handal yang mampu memberikan performansi yang baik.

Keterbatasan jaringan akses tembaga yang di nilai belum cukup dan belum dapat menampung kapasitas bandwidth yang besar serta kecepatan tinggi, maka PT. Telkom sendiri sesuai visi misi nya meningkatan kualitas layanan untuk membuat infrastruktur menggunnakan fiber optik sebagai media transmisi nya. PT. Telkom untuk kota bandung sudah menargetkan tahun 2013 akan merombak jaringan akses tembaga menjadi jaringan akses fiber optik sampai ke rumah-rumah yang di sebut Fiber optic to the home (FTTH). Dalam pelaksanaan FTTH tersebut, PT.Telkom merekomendasikan dan menggunakan teknologi GPON untuk jaringan FTTH. Gigabit Passive Optical Network (GPON) adalah adalah salah satu teknologi dari beberapa teknologi sistem komunikasi serat optik. GPON bermula dari passive optical network (PON) yang kemudian berevolusi dan berkembang hingga sampai tahap sekarang.

PT.Telkom yang kini menggelar layanan IPTV yang bernama Grovia TV menargetkan perumahan mewah

dan modern yang ada di Indonesia. Daerah yang diambil adalah di perumahan Setra Duta Bandung yang

(2)

2

diperkirakan membutuhkan layanan multimedia yang memiliki kualitas layanan bagus. Dalam tugas akhir ini akan dilakukan penelitian untuk merencanakan jaringan akses FTTH menggunakan teknologi GPON di perumahan Setra Duta.

2. Dasar Teori 2.1 Serat Optik

[1]

Serat optik adalah saluran transmisiatau sejenis kabel yang terbuat darikacaatau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakanuntuk mentransmisikan sinyalcahayadari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalahlaser atauLED.Kabel ini berdiameter lebihkurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalamseratoptik tidak keluar karenaindeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangattinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

2.2 Arsitektur Jaringan Fiber Optik

[2]

Secara Umum Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf) memiliki 2 (dua) buah perangkat opto elektronik, yaitu perangkat opto elektronik di sisi sentral dan perangkat opto elektronik di sisi pelanggan atau disebut dengan Titik Konversi Optik (TKO). Peletakan TKO akan menimbulkan modus arsitektur JARLOKAF yang berbeda pula, yakni:

a. Fiber To The Zone (FTTZ) TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan. FTTZ umumnya diterapkan pada daerah perumahan yang letaknya jauh dari sentral atau infrastruktur duct pada arah yang bersangkutan, sudah tidak memenuhi lagi untuk ditambahkan dengan kabel tembaga.

b. Fiber To The Curb (FTTC) dapat diterapkan bagi pelanggan bisnis yang letaknya berkumpul di suatu area terbatas namun tidak berbentuk gedung-gedung bertingkat atau bagi pelanggan perumahan yang pada waktu dekat akan menjadi pelanggan jasa hiburan.

c. Fiber To The Building (FTTB) TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi di basement namun dapat pula diletakkan pada beberapa lantai di gedung tersebut.

d. Fiber To The Home (FTTH) Fiber To The Home (FTTH) merupakan arsitektur jaringan kabel fiber optik yang dibuat hingga sampai ke rumahrumah atau ruangan dimana terminal berada.

Gambar 2.1. Jaringan Fiber To The Home 2.3 Gigabit Passive Optical Network (GPON)

[3]

2.3.1 GPON Secara Umum

GPON adalah salah salah satu teknologi akses dengan menggunakan fiber optic sebagai media transport ke pelanggan.

2.3.2 Keunggulan GPON

Adapun keunggulan yang dimiliki oleh teknologi GPON sebagai berikut:

1. Transmisi yang lebih efisien dari IP/Ethernet cell.

2. Dapat menyediakan layanan triple play (video, data, voice) pada arsitektur FTTx yang dilakukan melalui core fiber optik.

2.4 Parameter Kelayakan Hasil Penelitian 2.4.1 Bit Error Rate (BER)

Bit error rate merupakan laju kesalahan bit yang terjadi dalam mentransmisikan sinyal digital. Sensitivitas

merupakan daya optik minimum dari sinyal yang datang pada bit error rate yang dibutuhkan. Kebutuhan akan BER

berbeda-beda pada setiap aplikasi, sebagai contoh pada aplikasi komunikasi membutuhkan BER bernilai 10

-10

atau

lebih baik, pada beberapa komunikasi data membutuhkan BER bernilai sama atau lebih baik dari 10

-12

. BER untuk

system komunikasi optik sebesar 10

-9

. Faktor-faktor yang mempengaruhi BER antara lain noise, interferensi, distorsi,

sinkronisasi bit, redaman, multipath fading, dll.

[3]

(3)

3

2.4.2 Q-Factor

Q-Factor adalah faktor kualitas yang akan menentukan bagus atau tidaknya kualitas suatu link atau jaringan DWDM. Dalam sistem komunikasi serat optik khususnya GPON, minimal ukuran Q-Factor yang bagus adalah 6, atau 10-9 dalam Bit Error Rate (BER)

[3]

.

3. Perancangan Jaringan dan Simulasi 3.1. Diagram Alir Perancangan

Proses penelitian dimulai dengan penentuan lokasi kemudian dilakukan perumusan masalah, dilanjutkan dengan studi litelatur bersamaan pencarian data. Setelah pencarian data dilanjutkan dengan peramalan demand kemudian dilakukan perancangan awal yaitu pembuatan jalur dan pembagian wilayah pada perumahan setra duta bandung. Kemudian dilakukan perancangan teknologi GPON dengan menentukan perangkat, spesifikasi, dan volume.

Gambar 3.1. Jaringan Existing Setra Duta 3.2 Perancangan Jaringan

3.2.1 Perancangan Awal Jaringan

Teknologi GPON telah dipilih untuk dapat memenuhi kebutuhan demand yang telah diramalkan karena dapat melayani bandwidth yang besar dan GPON juga dapat melayani 3 layanan: suara, video, dan data. Jumlah pelanggan yang banyak sangat cocok diterapkan untuk jaringan point to multipoint dengan teknologi FTTH. STO Gegerkalong berada sekitar ±3,1 Km pada perumahan Setra duta, jarak ini memungkinkan untuk pembangunan kabel fiber optik tanpa menggunakan repeater, perumahan setra duta yang luas nya bisa mencapai 100 hektar berdasarkan tata letaknya dibagi menjadi 5 daerah untuk pembuatan jaringan, daerah A,B,C,D dan E. Lalu untuk penarikan kabel dibagi 2 bagian untuk perumahan Setra duta, untuk daerah A,C dijadikan satu group daerah selatan dan daerah B,D,E dijadikan daerah utara. Untuk penarikan kabel fiber optik dari STO gegerkalong ke ODC dibagi 2 pemisahan jalur pada persimpangan jalan sarimanah dan jalan sari asih, jalur pertama masuk ke daerah A kemudian C, dan 1 jalur kabel lg menuju B kemudian D lalu ke daerah E.

3.2.2 Perancangan Letak ODC dan ODP

Perancangan dilakukan mulai dari STO Gegerkalog sampai ke tiap rumah pelanggan di perumahan Setra Duta. Fiber optik G. 652 ditarik dari STO Gegerkalong sampai ke ODC yang berbeda letak, bagian utara dan bagian selatan perumahan. Dari STO Gegerkalong ditarik 60 core untuk perumahan Setra duta. Dan terjadi pemisahan kabel pada persimpangan jalan sarimanah dan sari asih menuju bagian utara perumahan ditarik kabel sebanyak 36 core lalu menuju daerah selatan perumahan sebanyak 24 core. Kemudian dari ODC akan terdistribusi ke ODP dengan menggunakan G.652. Setelah dari ODP kemudian dengan menggunakan G.657 akan terdistribusi lagi ke ONT yang terletak di rumah pelanggan.Tiap ODC maksimal dapat terdistribusi ke 12 splitter 1:4 yang terdistribusi lagi ke splitter 1:8. Pembagian pelanggan didasarkan pada letak rumah pelanggan.

3.2.3 Konfigurasi Jaringan Akses FTTH

Pada bagian ini kita dapat melihat Konfigurasi jaringan FTTH menggunakan teknologi GPON dari STO

Gegerkalong sampe rumah pelanggan. Ditarik kabel berjumlah 96 core lalu dibagi ke 5 ODC, dari ODC beberapa

kabel digunakan untuk menyalurkan ke masing-masing ODP. Sisa dari kabel ODC yang murni tidak terpakai

disimpan sebagai cadangan. Lalu dari ODP disalurkan lagi ke rumah-rumah pelanggan.

(4)

4

3.3 Simulasi pada Opti System 3.3.1 Konfigurasi Downstream

Pada simulasi Downstream maka yang harus pertama kali dilakukan adalah mengatur parameter layout dengan bitrate 2,488 Gbps dan sensitifitas -28 dBm

Gambar 3.2. Konfigurasi Downstream

Gambar 3.3. BER Analyzer pada konfigurasi Downstream

Gambar 3.4. Daya Terima pada konfigurasi Downlik

Berdasarkan hasil simulasi perancangan tersebut didapatkan nilai BER adalah 4,18644x10

-13

. Nilai tersebut

lebih kecil dari nilai BER ideal transmisi serat optik yaitu 10

-9

. Nilai Q-Factor sebesar 7,15483 lebih tinggi dari nilai

(5)

5

Q Factor ideal tranmisi serat optik yaitu 6. Daya terima yang terukur pada Optical Power Meter (OPM) adalah - 19.789 dBm.

3.3.2.Konfigurasi Upstream

Pada simulasi Upstream maka yang pertama harus dilakukan adalah mengatur layout dengan nominal bit- rate 1,244 Gbps, dan sensitivity -29 dBm.

Gambar 3.5 Konfigurasi Upstream

Gambar 3.6 BER Analyzer pada konfigurasi Upstream

Gambar 3.7 Daya terima pada konfigurasi Upstream

Berdasarkan hasil simulasi perancangan tersebut didapatkan nilai BER adalah 0. Nilai Q-Factor sebesar

113,824 labih tinggi dari nilai Q Factor ideal tranmisi serat opyik yaitu 6. Daya terima yang terukur pada Optical

Power Meter (OPM) adalah –5,736 dBm.

(6)

6

3.4 Analisis Hasil Perancangan

Berdasarkan simulasi perancangan dengan menggunakan Optisystem untuk parameter performansi sistem yaitu BER yang dihasilkan dari simulasi OptiSystem, didapatkan nilai BER downstream sebesar 4,18644x10

-13

dan untuk upstream sebesar 0. Sehingga dapat disimpulkan kedua nilai tersebut memenuhi nilai minimum BER yang ditentukan untuk optik yaitu 10

-9

. Parameter performasi sistem Q-factor pada downstream sebesar 7,15483 dan upstream sebesar 113,824, Q factor dapat dikatakan memenuhi standar karena baik downstream maupun upstream menunjukan dilai diatas 6 pada Q factor agar dapat dikatakan baik. Dengan sensitifitas perangkat ONT sebesar -28 dBm, hasil perhitungan menggunakan Optisystem untuk pelanggan terjauh Receive Power menunjukan angka sebesar -19.789 dBm sehingga dapat dikatakan pengujian implementasi ini layak.

4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada obyek perencanaan jaringan akses fiber optik di Perumahan Setra Duta dengan jarak calon pelanggan terjauh adalah 4,52546 km, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sistem dikatakan layak dengan memenuhi syarat kelayakan, karena berdasarkan kalkulasi simulasi Optisystem didapatkan nilai daya -19.789 dBm untuk downstream dan –5,736 dBm untuk upstream, kedua nilai tersebut masih diatas batas minimum daya di penerima yang ditetapkan oleh PT.Telkom, yaitu -23 dBm. Jadi signal yang telah ditransmisikan oleh OLT di STO masih dapat sepenuhnya diterima oleh ONT di sisi pelanggan.

2. Berdasarkan kalkulasi Q-Factor pada simulasi Optysistem untuk downstream 7,15483 dan upstream 113,824 terpenuhi. Dimana faktor kualitas yang akan menentukan bagus atau tidaknya kualitas suatu link dalam sistem komunikasi serat optik khususnya GPON, minimal ukuran Q-Factor yang bagus adalah 6.

3. Berdasarkan simulasi pada Opti System didapatkan nilai BER untuk konfigurasi downstream sebesar 4,18644x10

-13

dan untuk upstream sebesar 0. Sehingga dapat disimpulkan kedua nilai tersebut memenuhi nilai minimum BER yang ditentukan untuk optik yaitu 10

-9

.

4.2 Saran

Disusunnya penelitian ini tentu tidak lepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka untuk kedepannya jika ada yang ingin melanjutkan penelitian ini ada beberapa saran yang dapat dilakukan untuk seterusnya, antara lain:

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur langsung ke lapangan agar mendapatkan hasil yang akurat daripada di Google Earth.

2. Untuk penelitian kedepannya bisa memasukan faktor ekonomi berupa biaya perancangan. Dan perancangan serat optik untuk di gedung-gedung.

Daftar Pustaka:

[1] Fitriyani, Atrika., "Perancangan Jaringan Fiber To The Home (FTTH) Perumahan Nata Endah Kopo", Telkom University

[2] Dwi Safitri.Rinna,” EVALUASI PERANCANGAN JARINGAN FTTH (Fiber To TheHome) DENGAN TEKNOLOGI GPON (Gigabit Passive Optical Network) (Studi Kasus Plaza 1 Pondok Indah Jakarta Selatan)”,Institut Teknologi Telkom, Bandung, 2011.

[3] Fitriani,”ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON UNTUK LAYANAN BROADBAND STUDI

KASUS TELKOM RDC BANDUNG”, IT TELKOM,Bandung, 2008

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi rancang bangun jaringan feeder untuk Fiber To The Home (FTTH) yaitu dengan penentuan perangkat berupa spesifikasi perangkat dan tataletak jaringan feeder

Muhamad Ramadhan M S, “ Perancangan Jaringan Akses Fiber The Home (FTTH) Menggunakan Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) di Perumahan Setraduta Bandung”,

Perhitungan dalam membangun sebuah jaringan Fiber Optik (FO) merupakan suatu hal yang sangat diperlukan agar dapat menentukan kualitas jaringan.Karena perangkat

Pada Proyek Akhir ini dilakukan perancangan Fiber To The Home (FTTH) pada Perumahan Panorama Indah, diharapkan mendapatkan perhitungan dan penentuan jaringan yang

Setelah pengukuran jarak antar perangkat di dapat, jarak tersebut akan menentukan besar redaman dari perancangan jaringan FTTH dengan Teknologi GPON di perumahan

Perancangan Jaringan Akses FTTH pada pengerjaan Proyek Akhir ini adalah dengan menggunakan teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) untuk memenuhi

Berdasarkan perhitungan kelayakan sistem untuk link power budget pada jarak terjauh, didapatkan redaman total untuk downstream adalah 19,415 dB dengan nilai Prx sebesar –21,615 dBm

Untuk itu, perumusan masalah kedua yang dilakukan penulis yaitu melakukan pengukuran performansi jaringan berupa link power budget, rise time budget, signal to noise ratio, BER