• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE KOMPLEK PERUMAHAN PESONA CIGANITRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE KOMPLEK PERUMAHAN PESONA CIGANITRI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGUJ IAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE KOMPLEK PERUMAHAN PESONA CIGANITRI

“Analysis Implementation Fiber to the Home (FTTH) Devices with Optisystem on the STO Cijawura to Pesona Ciganitri Regency ”

Aghnia Fatyah Sabika

[1]

Ganang Wicaksono

[email protected]

Andy Audy Oceanto, ST., MT.

[3]

Abstrak

Serat optik merupakan salah satu media transmisi yang memiliki bandwidth yang besar dan dapat menanggulangi masalah bandwidth yang dialami. Dengan adanya fiber optik ini bisa mengatasi kebutuhan manusia yang semakin banyak dengan teknologi yang semakin canggih. Sistem berbasis optik dapat menghantarkan beragam informasi digital, seperti suara, video, data, dan sebagainya secara lebih efektif.

Pesona Ciganitri yang berlokasi di jalan Ciganitri, Bojongsoang, Bandung Selatan, merupakan perumahan yang minimalis dan modern yang memiliki konsep cluster dengan lingkungan yang hijau dan asri. PT.Telkom Bandung mempunyai inisiatif untuk memberikan layanan Fiber To The Home (FTTH) menggunakan teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) kepada seluruh hunian lama maupun hunian baru yang berada di wilayah Bandung untuk dapat memberikan performansi yang baik pada layanan yang diberikan oleh PT. Telkom. Pesona Ciganitri sendiri merupakan salah satu hunian baru yang masih dibangun dan akan dilakukan perancangan FT TH..

Untuk penentuan kelayakan dan performansi sistem perancangan FTTH, dilakukan perhitungan terhadap parameter-parameter kelayakan dan performansi yang ingin diimplementasikan pada perumahan Pesona Ciganitri.

Parameter-parameter dihitung untuk kelayakan sistem permormance yang disimulasikan pada OptySystem. Untuk parameter performansi sistem yaitu BER yang dihasilkan dari simulasi OptiSystem, didapatkan nilai BER downstream sebesar 5.91996x10

-11

dan untuk upstream sebesar 0. Sehingga dapat disimpulkan kedua nilai tersebut memenuhi nilai minimum BER yang ditentukan untuk optik yaitu 10

-9

. Parameter performasi sistem Q-factor pada downstream sebesar 6,44129 dan upstream sebesar 89,3567, Q factor dapat dikatakan memenuhi standar karena baik downstream maupun upstream menunjukan dilai diatas 6 pada Q factor agar dapat dikatakan baik. Dengan sensitifitas perangkat ONT sebesar -23 dBm, hasil perhitungan menggunakan Optisystem untuk pelanggan terjauh Receive Power menunjukan angka sebesar -20,246 dBm sehingga dapat dikatakan pengujian implementasi ini layak. .

Kata Kunci: FTTH, , Bit Error Rate (BER), Q-Factor, Opti System

1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi yang semakin pesat memicu bertambahnya kebutuhan masyarakat akan layanan akses

yang cepat. Hal ini begitu disadari oleh pihak PT.Telkom sebagai operator telekomunikasi untuk mengembangkan

teknologi yang dapat menangani kebutuhan para pelanggannya. Salah satu masalah dalam layanan akses yang cepat

adalah kebutuhan bandwidth yang besar agar kebutuhan akses cepat dapat terpenuhi. Serat optik memiliki kapasitas

bandwidth mencapai 50 GHz, kapasitas ini lebih besar daripada kapasitas kabel coaxial maupun radio. Teknologi serat

optic yang memberikan solusi untuk permasalahan bandwith adalah Gigabit Passive Optical Network (GPON). GPON

merupakan teknologi FTTx yang dapat mengirimkan informasi sampai ke pelanggan menggunakan kabel optik. Salah

satu jenis FTTx ini adalah FTTH (Fiber To The Home). FTTH memungkinkan penggunakaan serat optik secara

keseluruhan mulai dari sentral hingga ke pelanggan . Dengan adanya serat optic bisa memberikan layanan broadband

yang semakin luas dan cepat dibandingakan dengan teknologi akses tembaga maupun radio.

(2)

Tujuan dilakukannya simulasi ini adalah untuk mendapatkan rancangan suatu jaringan layanan akses yang diharapkan dapat diimplementasikan secara nyata untuk layanan triple play (voice, data, video).. Selain itu dengan melakukan penelitian ini dapat diketahui apa saja perangkat yang digunakan d alam penerapan teknologi GPON sesuai dengan kebutuhan lapangan.

Dalam simulasi ini akan dirancang jaringan FTTH di Pesona Ciganitri serta dilakukan evaluasi dan analisa terhadap jaringan yang telah dirancang. Pesona Ciganitri sendiri merupakan hunian minimalis dan modern yang memili ki konsep cluster dengan lingkungan yang hijau dan asri terdiri dari rumah tipe 36 sampai 55 dan beberapa tipe khusus dengan jumlah 418 rumah yang sangat jelas membutuhkan layanan akses yang cepat untuk mendukung fasilitas yang disediakan. Penentuan pengaruh nilai parameter-parameter yang terkait terhadap kelayakan dan performansi perancangan, seperti Bit Eror Rate (BER), Q Factor dan Receive Power.

2. Dasar Teori

2.1 Arsitektur Jaringan Lokal Akses Fiber.

[1]

Sistem jarlokaf paling sedikit memiliki dua buah perangkat opto-elektronik yaitu satu perangkat opto- elektronik di sisi sentral dan satu perangkat di sisi pelanggan selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO).

Perbedaan letak TKO menimbulkan modus aplikasi atau arsitektur jarlokaf yang berbeda pula yaitu:

1. Fiber To The Building (FTTB)

TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi basement. Termin a l pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB dapat dianalogikan dengan Daerah Catu Langsung (DCL) pada jaringan akses tembaga.

Gambar 2.1 Modus Aplikasi FTTB 2. Fiber To The Zone (FTTZ)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet maupun manhole. Termin a l pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ dapat dianalogikan sebagai pengganti RK.

Gambar 2.2 Modus Aplikasi FTTZ 3. Fiber To The Curb (FTTC)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet, di atas tiang maupun manhole.

Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meter. FTTC dapat dianalogikan sebagai pengganti KP.

Gambar 2.3 Modus Aplikasi FTTC 4. Fiber To The Home (FTTH)

TKO terletak di rumah pelanggan. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel

tembaga indoor atau IKR hingga beberapa puluh meter. FTTH dapat dianalogikan sebagai pengganti

Terminal Blok (TB).

(3)

Gambar 2.4 Modus Aplikasi FTTH

2.2 Gigabit Passive Optical Network (GPON)

GPON adalah teknologi jaringan akses lokalfiber optik berbasis PON yang distandardisasi oleh ITU-T (ITU- T G.984 series). Pada GPON, sebuah atau beberapa OLT, interface sentral dengan jaringan fiber optik, dihubungkan dengan beberapa ONU, interface pelanggan dengan jaringan serat optik, menggu nakan pasif optical distribution network (ODN), seperti splitter, filter, atau perangkat pasif optik lainnya. GPON mampu memberika n layanan dengan kecepatan 2.4 Gbps secara simetris (upstream dan downstream) atau 1.2 Gbps untuk downstream dan 1.2 Gbps untuk upstream.

Gambar 2.5 Arsitektur GPON

Prinsip kerja dari GPON yaitu ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT, maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan serat optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT. Untuk ONT sendiri akan memberikan data-data dan sinyal yang diinginkan oleh user. Pada prinsipnya, Passive Optical Network adalah sistem point-to-multipoint, dari fiber ke arsitektur premise network dimana unpowered optical splitter (splitter fiber) serat optik tunggal.

[4]

2.3 Parameter Kelayakan Hasil Penelitian 2.3.1 Bit Error Rate (BER)

Bit error rate merupakan laju kesalahan bit yang terjadi dalam mentransmisikan sinyal digital. Sensitivitas merupakan daya optik minimum dari sinyal yang datang pada bit error rate yang dibutuhkan. Kebutuhan akan BER berbeda-beda pada setiap aplikasi, sebagai contoh pada aplikasi komunikasi membutuhkan BER bernilai 10

-

10

atau lebih baik, pada beberapa komunikasi data membutuhkan BER bernilai sama atau lebih baik dari 10

-12

. BER untuk system komunikasi optik sebesar 10

-9

. Faktor-faktor yang mempengaruhi BER antara lain noise, interferensi, distorsi, sinkronisasi bit, redaman, multipath fading, dll.

[1]

2.3.2 Q-Factor

Q-Factor adalah faktor kualitas yang akan menentukan bagus atau tidaknya kualitas suatu link atau jaringan DWDM. Dalam sistem komunikasi serat optik khususnya GPON, minimal ukuran Q-Factor yang bagus adalah 6, atau 10-9 dalam Bit Error Rate (BER)

[3]

.

3. Perancangan Jaringan dan Simulasi 3.1.1 Diagram Alir Perancangan

Langkah pertama dalam penelitian dan simulasi ini dalah dengan menentukan lokasi perancangan FFTH.

Lokasi yang dipilih adalah Perumahan Pesona Ciganitri. Setelah didapatkan lokasi perancangan mak langkah

selanjutnya yaitu pengumpulan data – data yang dierlukan seperti jumlah homepass (HP) dan fasilitas yang

ditawarkan oleh pihak penyedia. Perancangan jaringan FFTH ini disesuaikan oleh jumlah homepass (HP) dan

fasilitas yang ditawarkan oleh pihak penyedia. Setelah data dikumpulkan langkah s elanjutnya yaitu melakuka n

perancangan system dengan melakukan simulasi di optisystem sesuai dengan lokasi dan data yang telah

dikumpulkan. Setelah langkah perancangan maka analisis dan evaluasi hasil perancangan bisa didapatkan. Apabila

hasil perancangan tidak sesuai dengan parameter yang diinginkan maka dilakukan perancangan ulang sam pai

(4)

hasil sesuai dengan parameter perancangan. Jika hasil analisis dan evaluasi sudah sesuai dengan standar kelayakan parameter perancangan maka simulasi dan perancangan ini dikatakan selesai.

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan 3.2 Perancangan Jaringan

3.2.1 Perancangan Jaringan FTTH di Cluster Permai, Batunungal

Dalam perancangan ini akan dirancang jaringan dari STO Cijawura hinnga kerumah pelanggan. Jumlah ONT yang akan dipasang sesuai dengan pelanggan atau jumlah rumah pada perumahan Pesona Ciganitri yaitu 418 rumah yang teridiri dari kelas menengah atas dan menengah. Jadi jumlah ONT yang dirancang yaitu 418 ONT.

JAringan FFTH dengan teknologi GPON pada perumahan Pesona Ciganitri dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.2 Jaringan FTTH Menggunakan Teknologi GPON Di Pesona Ciganitri.

Berdasarkan gambar tersebut, OLT Berdasarkan gambar 3.13, dari OLT menuju ke ODC dengan kapasitas 288 core yang diletakkan di depan perumahan. Total core feeder yang masuk ke ODC sejumlah 48 core, dan yang digunakan untuk distribusi adalah 13 core. Kemudian dari ODC disebar ke ODP 1:8 yang berjumlah 8 dan ODP 1:16 yang berjumlah 22 diteruskan ke pelanggan dengan kabel optik G.657 den gan jumlah ONT sebanyak 358 ONT.

3.2.2 Perancangan Letak ODC dan ODP

Dari perancangan jaringan FTTH yang sudah dilakukan, sebelum membuat simulasi konfigurasi Downlik dan

Upstream dengan menggunakan Optisystem dilakukan perancangan letak ODC dan ODP di Perumahan Pesona

(5)

Ciganitri. Perancangan ini berguna untuk mengetahui jarak terjauh perangkat ONT ataupun pelanggan yang akan gunakan sebagai acuan pada simulasi Optisystem.

Gambar 3.3 STO Cijahura – ODC Cluster Permai Batununggal

Gambar 3.4 Perancangan Letak ODC dan ODP pada Google Earth 3.3 Simulasi pada Opti System

3.3.2 Konfigurasi Downstream

Pada simulasi Downstream maka yang harus pertama kali dilakukan adalah mengatur parameter layout

dengan bitrate 2,488 Gbps dan sensitifitas -28 dBm

(6)

Gambar 3.5 Konfigurasi Downstream

3.6 BER Analyzer pada konfigurasi Downstream

3.7 Daya Terima pada konfigurasi Downlik

Berdasarkan hasil simulasi perancangan tersebut didapatkan nilai BER adalah 5.91996x10

-11

. Nilai tersebut

lebih kecil dari nilai BER ideal transmisi serat optik yaitu 10

-9

. Nilai Q-Factor sebesar 6,44129 labih tinggi dari

nilai Q Factor ideal tranmisi serat opyik yaitu 6. Daya terima yang terukur pada Optical Power Meter (OPM )

adalah –20.246 dBm.

(7)

3.7.1 Konfigurasi Upstream

Pada simulasi Upstream maka yang pertama harus dilakukan adalah mengatur layout deng an nominal bit-rate 1,244 Gbps, dan sensitivity -29 dBm.

Gambar 3.7 Konfigurasi Upstream

Gambar 3.7 BER Analyzer pada konfigurasi Upstream

Gambar 3.8 Daya terima pada konfigurasi Upstream

(8)

Berdasarkan hasil simulasi perancangan tersebut didapatkan nilai BER adalah 0 Nilai Q-Factor sebesar 89,3567 labih tinggi dari nilai Q Factor ideal tranmisi serat opyik yaitu 6. Daya terima yang terukur pada Optical Power Meter (OPM) adalah –6,434 dBm.

3.8 Analisis Hasil Perancangan

Berdasarkan simulasi perancangan dengan menggunakan Optisystem untuk parameter performansi sistem yaitu BER yang dihasilkan dari simulasi OptiSystem, didapatkan nilai BER downstream sebesar 5.91996x10

- 1 1

dan untuk upstream sebesar 0. Sehingga dapat disimpulkan kedua nilai tersebut memenuhi nilai minimum BER yang ditentukan untuk optik yaitu 10

-9

. Parameter performasi sistem Q-factor pada downstream sebesar 6,44129 dan upstream sebesar 89,3567, Q factor dapat dikatakan memenuhi standar karena baik downstream maupun upstream menunjukan dilai diatas 6 pada Q factor agar dapat dikatakan baik. Dengan sensitifitas perangkat ONT sebesar -28 dBm, hasil perhitungan menggunakan Optisystem untuk pelanggan terjauh Receive Power menunjukan angka sebesar -20,246 dBm sehingga dapat dikatakan pengujian implementasi ini layak

4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada obyek perencanaan jaringan akses fiber optik di Perumahan Pesona Ciganitri dengan jarak pelanggan terjauh adalah 6.757 km, maka dapat disimpulka n bahwa:

1. Berdasarkan simulasi pada OptiSystem didapatkan nilai BER untuk konfigurasi downstream sebesar 5.91996x10

-11

dan untuk upstream sebesar 0. Sehingga dapat disimpulkan kedua nilai tersebut memenuhi nilai minimum BER yang ditentukan untuk optik yaitu 10

-9

.

2. Berdasarkan kalkulasi Q-Factor pada simulasi Optysistem untuk downstream 6,44129 dan upstream 89,3567 terpenuhi. Dimana faktor kualitas yang akan menentukan bagus atau tidaknya kualitas suatu link dalam sistem komunikasi serat optik khususnya GPON, minimal ukuran Q-Factor yang bagus adalah 6.

3. Sistem dikatakan layak dengan memenuhi syarat link power budget, karena berdasarkan kalkulasi simulasi Optisystem didapatkan nilai daya -20,246 dBm untuk downstream dan -6,434 dBm untuk upstream, kedua nilai tersebut masih diatas batas minimum daya di penerima yang ditetapkan oleh PT.Telkom, yaitu -23 dBm.

Jadi signal yang telah ditransmisikan oleh OLT di STO masih dapat sepenuhnya diterima oleh ONT di sisi pelanggan.

4.2 Saran

Disusunnya penelitian ini tentu tidak lepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka untuk kedepannya jika ada yang ingin melanjutkan tugas akhir ini ada beberapa saran yang dapat dilakukan untuk seterusnya, antara lain:

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur langsung ke lapangan agar mendapatkan hasil yang akurat daripada di Google Earth.

2. Pada penelitian berikutnya diguanakan perhitungan secara manual untuk membandingkan keakuratan performa dengan optisystem.

3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan memasukan faktor ekonomi berupa biaya perancangan.

Daftar Pustaka:

[1] Al-Adawiyah, Rabiah. Evaluasi Perancangan Jaringan FTTH Dengan Tek nologi GPON di Komplek Green Mansion Jak arta [Jurnal]. Institut Teknologi Telkom, Bandung, 2010

[2] Teknisi Komputer dan Jaringan 2013. GPON. [Onine] Available at :

http://renzana.blogspot.co.id/2013/01/gpon.html [Accessed 1 Desember 2015]

[3] Legawa, Tri. Penerapan Tek nologi DLC (Digital Loop Carrier) pada Jaringan Lok al Ak ses Fiber [Jurnal].

Universitas Diponegoro, Semarang, 2010.

(9)

Gambar

Gambar  2.1  Modus Aplikasi FTTB  2.  Fiber To The Zone (FTTZ)
Gambar  2.4  Modus Aplikasi FTTH
Gambar  3.1  Diagram  Alir  Perancangan  3.2  Perancangan  Jaringan
Gambar  3.3  STO  Cijahura  – ODC  Cluster Permai  Batununggal
+3

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK PERUMAHAN JINGGA BANDUNG.. NETWORK DESIGN OF FIBER TO THE HOME (FTTH)

Pada Proyek Akhir ini dilakukan perancangan Fiber To The Home (FTTH) pada Perumahan Panorama Indah, diharapkan mendapatkan perhitungan dan penentuan jaringan yang

Untuk perhitungan power link budget menggunakan 3 skenario dimana data power transmit OLT dapat dilihat pada tabel 4.1 akan dihitung dengan persamaan 2 dengan hasil

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada obyek perencanaan jaringan akses fiber optik di Perumahan Dago Asri dan Cisitu indah dengan jarak

Perancangan jaringan Fiber To The Home (FTTH) yaitu disimulasikan menggunakan optysistem .Kemudian dianalisis berdasarkan parameter yang telah ditetapkan berupa BER

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada obyek perencanaan jaringan akses fiber optik di Perumahan Setra Duta dengan jarak calon

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada obyek perencanaan jaringan akses fiber optik di Perumahan Batununggal Cluster Elok dengan jarak

Pada penelitian ini akan dianalisis performansi terhadap teknologi jaringan FTTH pada STO Gegerkalong ke Perumahan Cipaku Indah dengan parameter uji berupa nilai Link