• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA. IV.1. Analisa Manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA. IV.1. Analisa Manusia"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV ANALISA

IV.1. Analisa Manusia

IV.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan a). Penghuni Apartemen

yaitu orang yang tinggal di unit-unit apartemen dan menggunakan fasilitas- fasilitas yang tersedia di apartemen.

b). Pengunjung Mal

yaitu orang yang berkunjung ke mal dan menggunakan fasilitas-fasilitas yang disediakan di dalam mal.

c). Pengelola

yaitu pengelola mal dan apartemen yang bertugas untuk mengatur dan mengawasi keadaan mal dan apartemen serta maintenancenya.

IV.1.2. Analisa Daya Tampung

KDB 60% x 7.700 m

2

= 4.620 m

2

Luas mal 3 lantai = 4.000 m

2

x 3 = 12.000 m

2

Parkir mal = 60 m

2

/ mobil

Total parkir mobil untuk mal = 12.000 m

2

= 200 mobil 60 m

2

/ mobil

Parkir apartemen = 1 unit apartemen = 1 parkir mobil = 250 unit apartemen = 250 parkir mobil

Total kebutuhan parkir = 200 + 250 parkir mobil = 450 parkir mobil

Luas area parkir per mobil + sirkulasi = 35 m

2

/ mobil

(2)

IV.1.3. Analisa Jenis Kegiatan

Kegiatan yang terjadi dalam mal dan apartemen dibagi berdasarkan pengelompokkan jenis kegiatan yang dilakukan oleh penghuni apartemen dan pengunjung mal, yaitu :

a) Kelompok kegiatan pribadi

Kelompok kegiatan ini dilakukan oleh penghuni apartemen secara individual dan kegiatan ini berhubungan dengan kegiatan sehari-hari seperti : tidur, nonton tv, mandi, dll. Sedangkan kegiatan ini dilakukan pengunjung mal dalam aktivitas dalam kamar mandi.

b) Kelompok kegiatan bersama

Kelompok kegiatan ini dilakukan secara bersama, dalam hal ini berkaitan dengan penggunaan fasilitas yang tersedia di apartemen, kegiatan bersama dapat berupa : olah raga, makan, berbelanja, dll. Untuk mewadahi kegiatan ini diperlukan fasilitas yang dapat memenuhi kegiatan tersebut, yaitu dalam hal ini ruang duduk. Sedangkan kegiatan ini dilakukan semua orang dalam mal, karena mal adalah tempat umum yang bersifat komersil.

c) Kelompok kegiatan service

Kelompok kegiatan ini meliputi kegiatan yang dilakukan oleh pengelola mal dan apartemen dalam rangka maintenance dan pengawasan terhadap mal dan apartemen tersebut. Serta pada mal kegiatan ini dapat berupa : memasak untuk restoran, pembuangan sampah, dll.

IV.1.4. Analisa Pola Kegiatan Penghuni Apartemen

Fasilitas

Apartemen

Apartemen

(3)

IV.1.5. Analisa Pola Kegiatan Pengunjung Mal

IV.1.6. Analisa Kebutuhan ruang

• Apartemen

Kebutuhan Unit Hunian

Aktifitas Ruang Karakteristik Zoning

Tidur/istirahat Kamar tidur

- Private - Tenang

- Pencahayaan yang baik - Sirkulasi udara yang baik

Private

Duduk Ruang duduk - Nyaman Public

Mandi Kamar mandi - Sirkulasi udara yang baik

- Bersih Service

Masak Dapur - Sirkulasi udara yang baik Service Lobby

Main Entrance Retail

dalam mal

Fasilitas dalam mal

(food court, dsb)

Toilet

(4)

Kebutuhan Apartemen

Aktifitas Ruang Karakteristik Zoning

Mengelola Mengatur Mengawasi

Kantor pengelola

- Public

- Mudah dijangkau Public

Berolahraga Fasilitas Olah Raga

- Public

- Mudah dijangkau Private Makan dan

minum

Fasilitas Tempat

Makan - Public Public

Lain-lain Fasilitas lain - Public Public

Buang air Toilet - Private

- Sirkulasi udara yang baik Service Menyimpan

barang Gudang - Private

- Tertutup Service

Parkir Areal Parkir - Mudah dijangkau Service Pemasangan

dan perbaikan mesin

Ruang mesin - Private

- Aman Service

y Mal

Kebutuhan Pengunjung Mal

Aktifitas Ruang Karakteristik Zoning

Berbelanja Retail - Public - Nyaman

- Pencahayaan yang baik Public

(5)

Buang air Toilet - Sirkulasi udara yang baik

- Bersih Service

Parkir Areal parkir - Mudah dijangkau Service

Kebutuhan Mal

Aktifitas Kebutuhan

Ruang Karakteristik Zoning

Mengelola, Mengatur dan

mengawasi

Kantor pengelola

- Private Private

Disewakan/

dijual

Retail - Public - Nyaman

- Pencahayaan yang baik - Sirkulasi udara yang baik

Private

Duduk Tempat duduk - Nyaman Public

Buang air Toilet - Sirkulasi udara yang baik - Bersih

Service

Masak Dapur restoran - Sirkulasi udara yang baik Service Menyimpan

barang

Gudang - Private Service

Parkir Areal parkir Service

Pemasangan dan Perbaikan

mesin

Ruang mesin Service

Bongkar muat Areal service Service

(6)

IV.1.7. Analisa Progam Ruang Hasil Studi Banding

Dimensi tipe-tipe apartemen

Tipe Apartemen

Kebagusan City

Royal Mediterania

Garden

Season City

Serpong Town

Square StarCity Studio 18,56 m

2

- 27,25 m

2

22,5-27,00 m

2

-

1 Bedroom 23,30 m

2

33,00 m

2

- - 47 m

2

2 Bedroom 30,45/37,12 m

2

42 /53,5 m

2

41,50 m

2

44,50-47 m

2

55,00 m

2

3 Bedroom - 100/110 m

2

74,00 m

2

67,75 m

2

97,00 m

2

Persentase jumlah tipe unit apartemen

Tipe Apartemen

Kebagusan City

Royal Mediterania

Garden

Season City Serpong

Town Square StarCity

Studio 37 % - 10 % 25 % -

1 Bedroom 28 % 10 % - - 67 %

2 Bedroom 35 % 50 % 80 % 69 % 22 %

3 Bedroom - 40 % 10 % 6 % 11 %

Kesimpulan

Dari hasil studi banding, setiap apartemen hanya mempunyai 3 tipe unit apartemen dilihat dari jumlah ruang tidurnya. Sedangkan daerah yang paling menyerupai Bendungan hilir dan Sudirman adalah apartemen Star City yang berada di daerah Hayam Wuruk yang cukup padat, sehingga dari luasan dan jumlah unitnya digunakan yang paling mendekati

Apartemen

Apartemen

Tabel 2. Studi Banding Dimensi Apartemen

Tabel 3. Studi Banding Jumlah Unit Apartemen

(7)

y Apartemen Kebutuhan Hunian

A. Apartemen Tipe 1 kamar tidur

C. Tipe Apartemen 2 kamar tidur

No. Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Luas

1. Kamar tidur Tempat tidur, lemari 12 m

2

2. Ruang tamu Sofa, meja 9 m

2

3. Ruang makan Meja, kursi 4,5 m

2

3. Dapur Kompor, bak cuci, kulkas 4,5 m

2

4. Kamar mandi Kloset, wastafel, shower, mesin cuci 4 m

2

5. Balkon 3 m

2

Total luas unit 37 m

2

No. Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Luas

1. Kamar tidur 1 Tempat tidur, lemari 12 m

2

2. Kamar tidur 2 Tempat tidur, lemari 9 m

2

3. Ruang tamu Sofa, meja 12 m

2

4. Ruang makan Meja, kursi 6 m

2

5. Dapur Kompor, bak cuci, kulkas 4,5 m

2

(8)

D. Tipe Apartemen 3 kamar tidur

Fasilitas Penunjang

No Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas 1. Lobby 0,65 m

2

/org NAD 50 org 0,65 x 50 32,5 m

2

2. Laundry 12 m

2

/org SB 10 org 12 x 5 60 m

2

3. Toilet 2,5 m

2

/org NAD 5 org 2,5 x 5 12,5 m

2

4. sirkulasi 20 % 20 % x 105 21 m

2

Total 126 m

2

No. Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Luas

1. Kamar tidur utama

+ kamar mandi Tempat tidur, lemari 16 m

2

2. Kamar tidur 2 Tempat tidur, lemari 9 m

2

3. Kamar tidur 3 Tempat tidur, lemari 9 m

2

4. Ruang tamu Sofa, meja 12 m

2

5. Ruang makan Meja, kursi 9 m

2

6. Dapur Kompor, bak cuci, kulkas 6 m

2

7. Kamar mandi Kloset, wastafel, shower, mesin cuci 6 m

2

8. Balkon 3 m

2

Total luas unit 70 m

2

(9)

Ruang Utilitas

No Ruang Standar Sumber Luas

1. R. Genset 9 m

2

SB 9 m

2

2. R. Pompa 20 m

2

SB 20 m

2

3. R. Reservoir 40 m

2

TSS 40 m

2

4. R. STP 75 m

2

/300 unit SB 75 m

2

5. R. Panel 10 m

2

TSS 10 m

2

6. R. Sampah 1,5 x 1,5 m SB 2,25 m

2

7. sirkulasi 20 % 31,25 m

2

Total 187,5 m

2

• Mal

No Ruang Standar Sumber Kapasitas Perhitungan Luas

1. Retail kecil 30 m

2

SB 30 unit 30 x 30 900 m

2

2. Retail besar 60 m

2

SB 40 unit 60 x 40 2400 m

2

3. Supermarket 200 m

2

SB 12 x 5 200 m

2

4. Food Court 500 m

2

SB 500 m

2

5. R. Fitness 75 m

2

/30 org NAD 90 org 75 x 3 225 m

2

6.

Tempat bermain

300 m

2

SB 300 m

2

(10)

8. Toilet pria 2,5 m

2

/org NAD 10 org

(2,5 x 10)x 6 unit

150 m

2

9. Toilet wanita 2,5 m

2

/org NAD 10 org

(2,5 x 10)x 6 unit

150 m

2

10. Nursery room 60 m

2

SB 60 m

2

11. Kantor pengelola

60 m

2

SB 60 m

2

12. AHU 20 m

2

3 unit 20 x 3 60 m

2

13. Sirkulasi 20 % 1181 m

2

Total 7086 m

2

Kebutuhan total apartemen

1 lantai apartemen = 9 unit apartemen

• Tipe 1 bedroom = 37 m

2

x 5 unit = 185 m

2

• Tipe 2 bedroom = 50,5 m

2

x 2 unit = 101 m

2

• Tipe 3 bedroom = 70 m

2

x 2 unit = 140 m

2

Total unit apartemen per lantai = 426 m

2

+ sirkulasi 10 % = 468,6 m

2

Total luas tipikal 1 tower apartemen = 468,6 m

2

x 9 lantai = 4217,4 m

2

Total luas tipikal 3 tower apartemen = 4217,4 m

2

x 3 = 12.652,2 m

2

Fasilitas penunjang = 126 m

2

Tabel 4. Progam Ruang

(11)

IV.1.8. Skema Hubungan Ruang Makro

IV.1.9. Skema Hubungan Ruang Mikro Apartemen

Lobby Apartemen

mal Pengelola

Pengelola

Service

Main Entrance

Main Entrance

Lobby Service

Lobby Unit Apartemen

Kantor Pengelola

Service

Main Entrance

Parkir Fasilitas

Apartemen

Parkir

Entrance

(12)

Mal

Lobby Retail

Kantor Pengelola

Toilet

Main Entrance

Parkir Tempat

makan

Parkir Entrance

Service

(13)

IV.2. Analisa Aspek Lingkungan IV.2.1. Kondisi Fisik Tapak

Kondisi tapak berada di area perkantoran di Jalan Sudirman dan berdekatan dengan Universitas Atma Jaya serta London School Public Relation, yang terletak di sudut jalan Bendungan Hilir dan Jalan Jendral Sudirman. Lingkungan di sekitar tapak merupakan daerah pertokoan dan perkantoran dan kampus. Tapak berada di wisma Benhil yang mempunyai ciri khas sebagai pertokoan yang menjual alat tulis dan elektronik, sehingga tapak dan lingkungan sekitarnya adalah area yang sangat ramai ditambah lagi di seberang lokasi tapak terdapat pasar bendungan hilir.

A. Luas Tapak : 7.700 m

2

Gbr 24. Lokasi Tapak

(14)

Sebelah Selatan : Jalan Jendral Sudirman

Sebelah Barat : Bank Swasta dan pasar Bendungan Hilir C. Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta :

Lokasi Proyek : Jl. Bendungan Hilir kav. 36, Jakarta Pusat KDB : 60 %

KLB : 4,5 Ketinggian maksimum : 12 lantai Peruntukan Lahan : Pertokoan

KDB (Koefisien Dasar Bangunan) pada proyek ini adalah 60 %, yang berarti 40 % adalah lahan yang berupa ruang terbuka dengan dimanfaatkan sebagai sirkulasi kendaraan ataupun pejalan kaki, ruang gerak untuk kegiatan outdoor, dan juga sebagai ruang transisi antar kegiatan dan antar bangunan dalam tapak. Bentuk fisik dari penataan ruang terbuka adalah taman – taman dan plaza terbuka, ornamen outdoor, jalur – jalur pendestrian, dan sebagainya.

Lahan parkir yang disediakan untuk penghuni apartemen dan pengunjung

mal adalah berdasarkan pertimbangan jumlah unit apartemen dimana 1 unit

apartemen harus tersedia 1 unit parkir mobil dan luas mal dimana setiap 100 m

2

harus tersedia 1 unit parkir mobil, sehingga dengan lahan yang sempit ini

diperlukan gedung parkir untuk memenuhi kebutuhan parkir tersebut.

(15)

IV.2.2. Kondisi Lingkungan Sekitar Tapak

Gbr 25. Lingkungan di Sekitar Tapak

Foto 35. (A) Pertokoan berada di lokasi tapak

Foto 36. (B) Pasar Bendungan Hilir B A

C

D E

F

Keterangan

A. Pertokoan di lokasi tapak dan sekitarnya

B. Pasar Bendungan Hilir C. Jalan Sudirman yang berada

tepat di depan tapak D. Kali Krukut yang berada di

sebelah timur tapak

E . Wisma Sudirman dan London

School Public Relation

F. Universitas Atma Jaya

(16)

Lokasi tapak ini sebelumnya merupakan wisma Benhil yang terdiri dari perkantoran dan pertokoan yang mayoritasnya menjual alat tulis dan elektronik. Di sebelah barat tapak ini terdapat pasar bendungan hilir sehingga daerah sekitar tapak yang berada di jalan bendungan hilir ini memang merupakan daerah yang sangat ramai, tetapi justru hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan dari lokasi tapak ini selain berada di jalan Jendral Sudirman. Sedangkan di sebelah timur tapak terdapat Kali Krukut yang menjadi view yang kurang baik bagi proyek, karena itu nantinya area ini akan diberi vegetasi guna mengurangi pemandangan yang kurang bagus.

Foto 38. (D) Kali Krukut yang berada di sebelah timur tapak

Foto 37. (C) Jalan Sudirman yang

berada tepat di depan tapak

(17)

Kelebihan lain dari tapak ini juga terletak pada lokasinya yang berdekatan dengan dua Universitas kenamaan yaitu, Universitas Atma Jaya dan London School Public Relation yang berada di Wisma Dharmala, sehingga mahasiswa merupakan salah satu target dari proyek mal dan apartemen, dimana diharapkan apartemen ini dapat menjadi salah satu alternatif mahasiswa yang datang dari luar kota dalam mencari tempat tinggal dan mal disini menjadi salah satu pilihan mahasiswa untuk makan, dan berkumpul.

Studi lingkungan di sekitar tapak

Di sekitar tapak juga terdapat sebuah mal yang jaraknya cukup dekat dengan tapak yaitu plaza semanggi, karena itu perlu diadakan survei pada mal tersebut untuk membantu proses perancangan supaya proyek mal ini dapat mengambil konsep yang berbeda dengan mal yang sudah ada.

Foto 40. (F) Universitas Atma Jaya Foto 39. (E) Wisma Sudirman dan

Wisma Dharmala

(18)

Plaza Semanggi

Lokasi: Jl. Jendral Sudirman Kav. 50 Kawasan bisnis Granadha Jakarta Selatan Total luas lantai: 65.000 m

2

Harga sewa: 2.400.000 – 3.600.000,-/m

2

/tahun Service charge: 75.000,- /m

2

/bulan

Foto 41. Fasad Plaza Semanggi yang didominasi papan iklan.

Foto 42. Interior Plaza Semanggi yang pada bagian atasnya terdapat celah untuk memasukkan cahaya alami.

Foto 43. Salah satu retail di Plaza Foto 44. Atrium Plaza Semanggi.

(19)

Plaza Semanggi adalah mal yang targetnya kebanyakan adalah mahasiswa yang berkuliah dan bekerja di sekitarnya, sehingga dalam yang paling banyak terdapat disini adalah tempat belanja dan tempat makan. Plaza semanggi dikenal sebagai lifesyle shopping center yang dikekelilingi oleh kawasan niaga dan bisnis, bukan lagi sekedar tempat berbelanja, melainkan menjadi tempat berkumpul dan bersosialisasi serta melepas lelah setelah seharian bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pemilik retail di Plaza Semanggi, harga sewa retailnya 60 juta/tahun dengan luas 7m

2

.

Fasilitas:

• ATM Centre

• Baby stroller

• Disabled toilet

• Driving waiting room

• Nursery room

• Shuttle bus

• Smooking area

(20)

IV.2.3. Analisa Pencapaian Menuju Tapak Alternatif 1

Kelebihan :

• Berdasarkan arah jalan disekitar tapak, akan memudahkan pengguna bangunan karena tidak perlu berputar jauh dari sekitar tapak jika ingin masuk ke dalam dan keluar tapak.

• Jalan di depan pintu masuk dan keluar merupakan jalur 1 arah sehingga jalur keluar hanya mempunyai 1 alternatif.

• Untuk pengendara yang datang benhil hanya sedikit melewati area 3 in 1 dan dapat keluar kea rah Benhil jika terbentur masalah 3 in 1.

Kekurangan :

• Jalur masuk harus sedikit melewati area 3 in 1.

• Fasad yang terlihat lebih sempit dibanding fasad yang terlihat di sisi lainnya.

SERVICE

OUT

IN

(21)

Alternatif 2

Alternatif 3

Kelebihan :

• Saat masuk pengguna bangunan dapat melihat fasad yang lebih luas dibanding fasad yang di sisi lainnya.

• Mudah dijangkau dari jalan Benhil tanpa harus melewati area 3 in 1.

Kekurangan :

• Jika datang dari jalan Jendral Sudirman belokan menuju pintu masuk terlewat maka untuk menuju kembali ke pintu masuk perlu memutar jauh.

• Saat keluar dari tapak langsung berada di jalan Sudirman yang merupakan jalur 1 arah dan 3 in 1.

Kelebihan :

• Jalur keluar dan masuk ditempat yang sama memudahkan pengunjung dalam mencari pintu keluar mudah terlihat karena berada di jalan raya.

Kekurangan :

• Jalan di depan pintu masuk dan keluar merupakan jalur 1 arah sehingga jalur keluar hanya mempunyai

SERVICE

SERVICE OUT IN

(22)

Alternatif 4

Kesimpulan

Alternatif 1 dikombinasikan dengan alternatif 4

Mengingat ramainya lalu lintas disekitar tapak maka lebih efektif jika terdapat dua pintu masuk pada tapak hal ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan yang berpusat pada satu area, serta memberikan jalur alternatif bagi pengguna kendaraan yang menghadapi

Kelebihan :

• Jalur keluar dan masuk ditempat yang sama memudahkan pengunjung dalam mencari pintu keluar mudah terlihat karena berada di jalan raya.

• Saat masuk pengguna bangunan dapat melihat fasad yang lebih luas dibanding fasad yang di sisi lainnya.

• Mudah dijangkau dari jalan Benhil tanpa harus melewati area 3 in 1.

Kekurangan :

• Jika datang dari jalan Jendral Sudirman belokan menuju pintu masuk terlewat maka untuk menuju kembali ke pintu masuk perlu memutar jauh.

SERVICE

OUT IN

OUT SERVICE

IN

(23)

IV.2.4. Analisa Sirkulasi Dalam Tapak Alternatif 1

Alternatif 2

• Privasi berkurang karena jalur ini memutari seluruh tapak, sehingga semua area bisa dilewati pengendara mobil dan motor.

• Semua jalur satu arah kecuali area service.

• Salah satu jalur merupakan jalur dua arah, sehingga pada jalur tersebut akan lebih padat

• Sebagian area menjadi lebih private

• Penghuni apartemen dan pengunjung mal tidak akan melewati area service.

IN OUT

SERVICE SERVICE

OUT

(24)

Alternatif 3

Kesimpulan Alternatif 3

Sirkulasi ini dianggap paling tepat karena dengan disatukannya jalur apartemen dan mal maka akan mengurangi pemakaian lahan dan menghindari jalur service serta pada jalur ini orang hanya mempunyai dua pilihan yaitu keluar dari mal atau parkir di basement.

Perencanaan sirkulasi dalam tapak dapat dibedakan menjadi :

1. Sirkulasi kendaraan, yaitu pergerakan kendaraan dalam tapak yang dibawa oleh penghuni maupun pengunjung, dalam hal ini kendaraan bermotor. Perencanaan

• Jalur kendaraan hanya satu sehingga area lain lebih private sehingga bisa dimanfaatkan untuk hal-hal lain.

• Penghuni apartemen dan pengunjung mal tidak akan melewati area service.

• Jalur sirkulasi sangat pendek sehingga dapat menyebabkan kemacetan di jam-jam tertentu.

SERVICE

OUT

IN

(25)

• Akses keluar masuk kendaraan yang terpisah dengan jelas.

• Jumlah area pakir yang memadai, minimal harus sesuai dengan ratio parkir yang ditetapkan.

2. Sirkulasi manusia, yaitu gerak pencapaian manusia dari dan menuju ke apartemen dan mal yang dilakukan oleh penghuni, pengelola atau pengunjung dengan mempertimbangkan kriteria:

• Sistem sirkulasi yang jelas antara pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor dengan memberikan jalur pedestrian yang jelas dan nyaman untuk sirkulasi manusia.

• Faktor kenyamanan dan keselamatan pengunjung mal dan penghuni apartemen dengan adanya lampu-lampu untuk penerangan pedestrian, pengerasan pedestrian yang baik, aman dan nyaman untuk sirkulasi manusia.

• Jalan untuk sirkulasi manusia harus direncanakan untuk penanaman vegetasi yang

melindungi dari panas sinar matahari sepanjang pedestrian.

(26)

IV.2.5. Analisa Matahari

IV.2.6. Analisa Kebisingan

Pergerakan matahari diagonal pada tapak, sehingga bangunan tidak secara langsung menghadap ke arah barat.

Pada bangunan mal radiasi panas dikurangi dengan mengkombinasikan tampak yang transparan dengan dinding masif. Sedangkan bangunan apartemen, dibuat berbentuk tower yang tidak beraturan sehingga tidak ada bagian apartemen yang benar-benar menghadap ke arah barat.

Daerah yang mempunyai tingkat kebisingan

tinggi seperti jalan raya Sudirman dan pasar

Benhil diberi vegetasi untuk mengurangi

kebisingan tersebut. Bangunan apartemen juga

dibuat menjauhi area pasar untuk mengurangi

kebisingan dari arah tersebut.

(27)

IV.2.7. Analisa Orientasi Bangunan

Bangunan apartemen berbentuk tower sehingga

bangunan berorientasi ke segala arah sehingga

setiap unit apartemen mendapat view yang

maksimal. Hal ini juga bertujuan untuk

memasukkan cahaya matahari semaksimal

mungkin ke dalam apartemen supaya dapat

menghemat penggunaan energi pada siang hari,

karena cahaya lampu dapat digantikan oleh

cahaya matahari alami.

(28)

IV.2.8. Analisa Zoning

Pertimbangan dalam melakukan analisa zoning pada tapak adalah:

• Bentuk tapak

• Sirkulasi di dalam tapak

• Hubungan kegiatan dalam tapak

• Kondisi tapak

• Tata ruang luar dalam perencanaan

• Jalanan utama di depan tapak

• Karakter lingkungan di sekitar tapak P

R I V A T E P

U B L

I C

PUBLIC SERVICE

APARTEMEN

APARTEMEN MAL

(29)

IV.2.9. Analisa Tata Ruang Luar

Tata ruang luar pada tapak dibagi menjadi : 1. Ruang luar aktif

Merupakan ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan didalamnya, dalam perancangan, ruang luar aktif

dapat digunakan untuk :

• Jalur pedestarian untuk aktifitas sirkulasi manusia

• Fasilitas penunjang seperti kolam renang, olahraga

• Jalur akses sirkulasi kendaraan bermotor 2. Ruang luar pasif

Merupakan ruang luar terbuka yang tidak mengandung kegiatan manusia, dalam perencanaan ruang luar pasif dimanfaatkan untuk :

• Ruang penerima

• Penyaring kebisingan kendaraan dengan penanaman vegetasi

• Tempat penyerapan air hujan

• Pendukung penampilan bangunan dipandang dari skala manusia

• Area penghijauan/taman

AKTIF

P A S I F

M A S S A

A K T

I F

AKTIF

(30)

IV.3. Analisa Bangunan

IV.3.1. Analisa Jenis Massa Bangunan

Penerapan pola massa bangunan dapat di bagi menjadi 2, yakni :

ƒ Pola Massa Tunggal

o Kebutuhan lahan sempit.

o Pencapaian sirkulasi menjadi cepat dan efisien.

o Pengawasan dan Pemeliharaan lebih mudah.

o Sifat bangunan terpusat.

ƒ Pola Massa Majemuk

o Pola Perletakan massa dinamis o Memerlukan lahan yang luas

o Pemisahan beberapa kelompok aktivitas

o Sifat bangunan menyebar dan memusat pada suatu titik aktivitas.

Perancangan Apartemen dan Mal ini memilih jenis pola massa bangunan tunggal melalui pertimbangan dalam berbagai hal, sebagai berikut :

ƒ Memenuhi fungsinya sebagai bangunan Mixed Use Building.

ƒ Adanya penggabungan aktivitas.

ƒ Pengawasan dan pemeliharaan lebih mudah.

(31)

Dalam buku Architecture Form, Space and Order oleh Francis D.K. Ching, disebutkan bahwa bentuk dasar bangunan secara umum ada tiga, yaitu:

Bentuk Keuntungan Kerugian

1. Segitiga ƒ Bentuk stabil dan berkarakter kuat

ƒ Mudah digabungkan menjadi bentuk-bentuk geometris lain (misalnya segienam, segidelapan, dsb.)

ƒ Orientasi ruang pada tiap- tiap sudutnya

ƒ Pengembangan ruang pada ketiga sisinya

ƒ Kurang efisien

ƒ Fleksibilitas ruang kurang

ƒ Layout ruang sulit

(32)

2. Segiempat ƒ Bentuk statis

ƒ Mudah dikembangkan ke segala arah

ƒ Orientasi ruang pada keempat sisi pembatasnya

ƒ Layout ruang baik dan mudah

ƒ Ruang memiliki efisiensi yang tinggi, mudah digabungkan dengan bentuk lain

ƒ Orientasi ruang cenderung statis

3. Lingkaran ƒ Bentuk halus

ƒ Orientasi ruang memusat dan statis

ƒ Indah dilihat dari luar

ƒ Sulit dikembangkan

ƒ Fleksibilitas ruang rendah

ƒ Sulit digabungkan dengan bentuk lain

ƒ Layout ruang sulit

Kesimpulan

Tabel 5. Bentuk Dasar Bangunan

(33)

IV.3.2. Analisa Bentuk Massa Bangunan

Massa bangunan ini berbentuk huruf F, dimana di setiap celah bangunan terdapat fasilitas di ruang terbuka seperti fasilitas olah raga, tempat bermain anak, dsb. Unit-unit apartemennya sendiri tersusun memanjang sehingga penggunaan lahan lebih efektif.

Gbr 26. Kebagusan City, Jakarta Selatan

Bentuk massa bangunan ini bersifat

memusat, sehingga inti banguna

terdapat di tengah tetapi kelebihannya

adalah dengan bentuk setiap unit

apartemen yang tidak beraturan

memungkinkan view yang lebih

maksimal pada setiap unit apartemen

dan pencahayaan alami yang masuk

(34)

Kesimpulan

Bentuk massa bangunan mal memanjang sesuai dengan bentuk tapaknya. Selanjutnya bentuk memanjang ini dimodifikasi dengan fungsi-fungsinya, seperti bentuk lengkung pada main entrance mal dengan permainan keluar masuk pada sisi panjang bangunan. Sedangkan bentuk dasar apartemennya adalah persegi, karena dari hasil studi banding bentuk Gbr 28. Serpong Town Square, Jakarta Barat

Konfigurasi Open “V”, dengan sudut setiap Wing extra lebar, (+135

0

) sehingga

sudut pandang dari masing-masing unit tidak terhalang secara langsung oleh

sisi tower/unit lainnya, menciptakan efek open window yang memberi kesan

lapang (spacious) pada setiap unit apartemen.

(35)

IV.3.3. Analisa Gubahan Massa dan Fasad Bangunan

Gbr 29 . Serpong Town Square, Jakarta Barat

Bangunan ini juga menerapkan pola massa tunggal, tetapi bagian bawah bukan hanya mal saja, tetapi tower apartemen juga dapat diakses dari bawah, sehingga terkesan bangunan mal berada di bagian depan, sedangkan bangunan apartemen berada di belakang. Fasad bangunan terlihat sangat modern dari segi bentuk dan materialnya.

tersebut memungkinkan adanya fasilitas apartemen seperti fasilitas olahraga, dsb. Fasad mal cukup atraktif dengan permainan warna cerah dan bentuk bulat pada pintu utama mal, sedangkan fasad apartemen lebih sederhana karena lebih mengutamakan fungsinya.

Bangunan mixed use building

ini menerapkan pola massa

tunggal, dimana mal berada di

bagian bawah, sedangkan

apartemen berada di bagian

atas, dan terbagi atas 2 tower,

sehingga diantara kedua tower

(36)

Gbr 31. Season City, Jakarta Barat

Bangunan mixed use building ini juga menerapkan pola massa tunggal, dimana mal berada di bagian bawah, sedangkan apartemen berada di bagian atas, tetapi karena lahannya yang cukup luas maka apartemen hanya terdiri dari 1 tower yang mengelilingi fasilitas apartemen seperti fasilitas olah raga, tempat bermain anak, dsb. Fasad bangunan terlihat begitu ramai dan padat dikarenakan banyaknya pemasangan iklan dan apartemen yang dilihat dari sisi ini terlihat berada di seluruh bagian atas mal.

Bangunan ini juga menerapkan pola massa tunggal, tetapi bagian bawah bukan hanya mal saja, tetapi tower apartemen juga dapat diakses dari bawah, sehingga terkesan bangunan mal berada di bagian depan, sedangkan bangunan apartemen berada di belakang.

Fasad bangunan mal cukup sederhana tetapi keliatan

menarik karena pintu masuknya yang bentuk dan

warnanya berbeda dengan bagian lainnya, sedangkan

fasad apartemennya hanya terdiri dari jendela unit

(37)

Kesimpulan

Bangunan apartemen yang terdiri dari 3 tower berada diatas mal. Area-area yang berada

diantara tower apartemen dapat dimanfaatkan sebagai area fasilitas apartemen seperti

kolam renang, dsb. Sedangkan bangunan mal seluruhnya berada di bagian bawah dengan

bentuk memanjang sesuai dengan bentuk tapaknya. Pintu masuk mal berbentuk lengkung

untuk menarik perhatian pengguna jalan yang melewati jalan tersebut.

(38)

IV.3.4. Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan Sirkulasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

ƒ Sirkulasi Horizontal dapat dibedakan menjadi 2 tipe, antara lain :

Jenis sirkulasi Keuntungan Kerugian

1. Linier

a. Linier menerus

b. Linier bertekuk

c. Linier berpotongan

d. Linier bercabang

e. Linier berbelok

ƒ Sirkulasi jelas dan terarah

ƒ Mudah disesuaikan dengan tapak yang berkontur

ƒ Mudah dalam pencapaian ke bangunan

ƒ Kurang efisien karena

membutuhkan

banyak ruang

(39)

f. Linier melingkar

2. Radial

Lintasan yang

berkembang dari atau berhenti pada suatu pusat titik yang sama

ƒ Memusatkan kegiatan / orientasi

ƒ Efisiensi tinggi karena hanya membutuhkan ruang minimal

ƒ Langsung dan mudah untuk mencapai titik tertentu

ƒ Penyesuaian terhadap kontur cukup baik

ƒ Arah sirkulasi terpusat pada satu titik sehingga perhatian ke titik- titik lainnya berkurang

Tabel 6. Jenis Sirkulasi Horizontal

(40)

ƒ Sirkulasi vertikal dapat dibedakan menjadi 2 tipe, antara lain :

o Lift / Elevator, berupa jalan penghubung antar lantai. Dimana dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu lift pengunjung ( 20 -30 detik waktu tunggu, ukuran lift untuk kapasitas orang adalah 2.70m x 2.70m), dan lift barang (0.25 – 1 menit/detik, kapasitas barang 1- 5 ton).

Jumlah lift yang dibutuhkan :

T = (2h + 4s) (n - 1) + s (3 m + 4) detik s

= (2.3 + 4.1) (12 – 1) + 1 (3.16 + 4) detik 1

= (6 + 4) (11) + 1 (48 +4) detik = 110 + 52

= 162 detik

N = L. Netto . n . P. T 300. PB. m

= 414,6 m

2

. 12 . 0,03. 162 detik 300 . 3 . 16

Gbr 33. Lift

(41)

o Tangga dibedakan menjadi 2 macam yaitu tangga biasa dan tangga darurat. Tangga biasa merupakan penghubung antar lantai tanpa menggunakan mesin biasanya tangga hanya digunakan maksimal 4 lantai. Sedangkan tangga darurat di butuhkan bilamana lift dan escalator tidak berfungsi pada saat darurat. Letak tangga harus mudah dijangkau dengan jarak maksimum ke setiap titik adalah 30m, juga harus mudah di lihat dan dapat langsung keluar ke area terbuka.

Kesimpulan

Untuk sirkulasi vertikal pada bangunan apartemen direncanakan menggunakan lift sebagai sirkulasi utama, dan untuk bangunan mal menggunakan eskalator dan lift, sedangkan untuk sirkulasi horizontal bangunan mal menggunakan sistem sirkulasi linear menerus, hal ini dimaksudkan agar sirkulasi yang terbentuk dapat lebih terarah dan lebih jelas, serta menyesuaikan bentuk massa bangunan yang berbentuk persegi panjang, sedangkan bangunan apartemen menggunakan sirkulasi radial karena berbentuk persegi sehingga bangunan berpusat di tengah.

Gbr 34. Tangga Kebakaran Gbr 35. Eskalator

(42)

Horizontal

Vertikal

(43)

IV.3.5. Analisa Sistem Massa Bangunan

IV.3.5.1. Analisa Struktur dan Konstruksi Bangunan

Sistem struktur pada perencanaan bangunan mal dan apartemen ini dipilih berdasarkan beberapa kriteria seperti : faktor teknis bangunan meliputi kekakuan, kekuatan, kestabilan, keamanan terhadap kebakaran, penempatan utilitas serta keadaan fisik tanah dan kondisi sekitar. Struktur bangunan terbagi atas 2 bagian yaitu:

1. Sub-structure

Merupakan bagian struktur yang berhubungan langsung dengan tanah dan menyalurkan beban-beban yang bekerja diatasnya ke tanah. Bagian yang termasuk Sub-structure adalah pondasi, karena itu perhitungan pondasi harus dilakukan secara cermat karena menopang seluruh beban bangunan.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan sub-structure :

• Jenis tanah, kedalaman dan daya dukungnya.

• Beban bangunan yang harus disalurkan ke tanah.

• Bahan bangunan yang dapat digunakan dan tersedia.

• Pertimbangan biaya pelaksanaan (bahan, lokasi dan tenaga kerja)

Jenis pondasi yang digunakan pada bangunan mal dan apartemen ini adalah pondasi tiang pancang, dengan pertimbangan :

• Keuntungan : dapat menahan beban lebih besar, waktu pelaksanaan lebih cepat,

dan bahannya mudah didapat.

(44)

• Kerugian : pemasangan memberi pengaruh getaran pada lingkungan sekitar, menimbulkan suara bising saat pemancangan, serta membutuhkan space yang besar dalam proses pengangkutan tiang pancangnya.

2. Upper Structure

Merupakan struktur utama bangunan yang berfungsi menyalurkan beban hidup maupun

beban mati secara vertikal dan horizontal.

(45)

Sistem Pengkaku Gaya-gaya Horizontal

1. Frame/ Rangka Kaku

• Lebih mudah menggunakan beton bertulang dibandingkan baja

• Hanya cocok untuk bangunan tingkat rendah

2. Shear Wall/ Dinding Geser

• Sebagai pengkaku di selubung bangunan atau pengkaku dalam bangunan di dinding core

• Bisa dikombinasikan dengan struktur rangka

3. Bracing/ Ikatan Silang

• Berada di fasad bangunan atau berada dalam bangunan

• Biasanya menggunakan material baja

(46)

Kesimpulan

Pada bangunan apartemen ini struktur yang dipakai adalah struktur Rangka kaku, yaitu struktur rangka yang terdiri dari kolom dan balok, pada proyek ini pemilihan rangka kaku ini disebabkan karena jarak antar kolom yang dibuat berdasarkan modul sehingga, strukturnya lebih rigid. Modul ini menjadi dasar struktur keseluruhan bangunan termasuk bangunan mal.

Material sistem struktur kaku 1. Baja

• Waktu pelaksanaan relatif cepat

• Pada kondisi tanah yang buruk, baja lebih mudah berkarat karena lapisan tulang besi baja tidak terlindungi oleh lapisan beton.

• Lebih sulit menghasilkan desain yang bentuknya fleksibel karena terdapat ukuran- ukuran tertentu.

2. Beton bertulang

• Waktu pelaksanaan relatif lebih lama dari baja karena dicor di tempat.

• Pada kodisi tanah yang buruk, beton tidak mudah berkarat karena lapisan tulang besi baja terlindung oleh lapisan beton.

• Lebih mudah menghasilkan desain yang bentuknya fleksibel karena dicor di tempat

sesuai bentuk yang diinginkan.

(47)

• Kurang cocok untuk ketahanan gempa karena dalam system pracetak sulit untuk mendapatkan struktur yang monolit atau menerus.

Kesimpulan

Berdasarkan analisa diatas maka bahan struktur yang cocok untuk dipakai adalah konstruksi beton bertulang dengan pertimbangan bahwa perencanaan apartemen dan mal dengan menggunakan bahan beton bertulang akan lebih kuat, tidak berkarat, dan lebih fleksibel terhadap rancangan.

Struktur yang terletak diatas memiliki 2 komponen yaitu : Sistem Pengkaku Gaya Horizontal

• Struktur Rangka

Menggunakan unsur balok bagi unsur horizontal untuk mendistribusikan beban menuju ke kolom. Untuk unsur vertikal digunakan kolom yang berfungsi meneruskan beban ke pondasi, sistem ini mempunyai daya tahan gempa yang baik.

Sistem Pengkaku Gaya Vertikal

• Balok

Merupakan penyalur beban menuju komponen struktur vertikal, disamping

memperkaku struktur, sekaligus mengikat komponen struktur vertikal.

(48)

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung (lantai tingkat) yang didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom bangunan.

Fungsi plat lantai :

Memisahkan ruang bawah dan ruang atas

Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas

Tempat penenmpatan instalasi ME pada rongga dibawahnya.

Menambah kekuatan bangunan pada arah horizontal

Ketebalan plat lantai ditentukan oleh beban yang harus didukung, lebar bentangan, dan bahan konstruksi platnya. Bahan untuk plat lantai terbuat dari beton dan baja, keuntungannya :

• Daya dukung besar dan lebih tahan api

• Merupakan isolasi suara yang baik

• Mempunyai umur yang panjang/lebih awet

IV.3.5.2. Analisa Utilitas Bangunan

Utilitas bangunan merupakan salah satu faktor keamanan dan kenyamanan

dalam kelangsungan kegiatan pada gedung perpustakaan tersebut. Oleh karena itu

dipertimbangkan beberapa hal, yakni adanya kenyamanan pada pengguna atas

temperature suhu, cahaya, kebisingan, dan keamanan akan bahaya kebakaran dan

kriminalitas, serta kemudahan dalam pemasangan dan pemeliharaan peralatan.

(49)

Gbr 37. Kinerja Bangunan Tinggi yang diinginkan

(50)

IV.3.5.3. Sistem Pencahayaan 1. Pencahayaan buatan

Pada seluruh bangunan dilengkapi lampu yang berfungsi untuk menerangi seluruh ruangan. Sumber daya untuk pencahayaan buatan ini berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), genset atau diesel yang dipergunakan apabila listrik dari PLN padam.

Kebutuhan kuat penerangan untuk ruangan :

Hunian 100-250 lux - Ruang makan, ruang tamu, ruang kerja 120-150 lux - Kamar tidur orang tua, kamar mandi, dapur 250 lux - Kamar tidur anak 120 lux

Pusat perbelanjaan 500 lux - Restoran/Toko 200-500 lux - Basemen, gudang, tangga, teras, wc, koridor 100-150 lux

2. Pencahayaan alami

Beberapa bagian bangunan yang bisa diberi bukaan, memanfaatkan cahaya alami

sebagai penerangan pada siang hari, sehingga lampu hanya digunakan saat hari

sudah gelap. Hal ini disesuaikan dengan konsep hemat energi yang ingin

(51)

dan tidak terlalu silau serta harus cukup kuat sehingga tanpa penerangan buatan manusia dapat melihat dengan jelas.

IV.3.5.4. Sistem Penghawaan 1. Pengudaraan buatan

• Pada seluruh bangunan mal menggunakan pengudaraan buatan yaitu AC Central, karena sistem ini biasanya digunakan untuk ruangan besar

• Pada unit-unit apartemen menggunakan pengudaraan buatan yaitu AC Split, karena sistem ini dapat mengatur temperatur udara yang diinginkan secara

Gbr 38. AC Central

(52)

2. Pengudaraan alami

• Koridor apartemen diberi bukaan sehingga pengudaraannya hanya mengandalkan ventilasi alami.

Daerah nyaman thermal bagi manusia dapat dilihat pada temperatur tertentu : - Rentang temperatur antara ( 24 – 28 ) ° C.

- Kelembaban ( RH ) ( 40 – 60 ) %.

- Aliran uadara ( air velacity ) : 0 – 0, 20 m/dtk.

Tingkat pengkondisian ruangan yang di inginkan dalam menjaga kualitas koleksi adalah sebagai berikut :

- Temperatur 22 – 24 ºC untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan ruang kerja.

Gbr 39. AC Split

(53)

IV.3.5.5. Sistem Penyediaan Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM) yang kemudian ditampung pada reservoir atas lalu di distribusikan ke ruang–ruang yang membutuhkan, instalasi air bersih ini digunakan untuk :

ƒ Instalasi pendingin mesin AC.

ƒ Instalasi untuk toilet, dapur, dan kamar mandi.

ƒ Instalasi untuk keamanan kebakaran seperti fire hydran dan springkler.

IV.3.5.6. Sistem Pembuangan Limbah

Pembuangan limbah ini dibagi menjadi 2 yaitu limbah sampah dan limbah

cairan/padat. Pembuangan limbah sampah berupa sistem pengumpulan pada suatu

(54)

saluran bawah dan di lanjutkan ke riol kota, tiap jarak tertentu mempunyai bak kontrol. Sedangkan limbah padat di salurkan melalui proses penetralan di STP.

IV.3.5.7. Sistem Penanggulan Kebakaran

Kebakaran dapat terjadi akibat dari kelalain atau kesengajaan manusia dalam menyalakan api yang tidak terkendali, sehingga dapat memakan jiwa korban dan harta benda. Oleh karena itu perlu adanya pencegahan melalui beberapa langkah, diantaranya adalah :

• Sistem deteksi, antara lain : Heat Detector untuk mendeteksi panas, Smoke Detector untuk mendeteksi asap, Flame Detector untuk mendeteksi lidah api.

• Titik Panggil Manual (TPM) Ini adalah alat yang dioperasikan secara manual untuk memberikan isyarat adanya kebakaran. TPM yang digunakan adalah tombol yang ditekan secara manual jika terjadi kebakaran.

• Lampu Darurat, Lampu yang akan menyala begitu alarm aktif.

• Sistem Komunikasi Darurat, Sistem ini akan mematikan sarana yang ada secara otomatis jika terjadi kebakaran. Contohnya lift akan tidak berfungsi jika sistem mendeteksi terjadinya kebakaran.

• Pemadaman, Untuk memadamkan kebakaran, digunakan:

• Sprinkler, memadamkan api dengan cara menyemprotkan air atau bahan

pemadam lainnya seperti gas (Dry Portable Extinguishers) untuk area

(55)

• Hidran kebakaran, radius pelayanan adalah 30 m

2

/unit

• Hidran Luar, radius pelayanan adalah 30 m

2

/unit dan area pelayanan adalah 800 m

2

Gbr 41. Kotak Hidran

Gbr 42. Hidran Halaman dan Katup ‘Siamese’

Gbr 40. Sprinkler

(56)

• Alat Bantu evakuasi berupa tangga darurat yang dilengkapi dengan blower untuk menekan asap keluar bangunan, serta pintu dan dinding tahan api.

IV.3.5.8. Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk

menangkal petir yang menyambar dengan menyalurkannya ke dalam tanah. Ada

beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sistem penangkal

petir yaitu faktor ekonomis, memperhatikan keserasian arsitekturnya dengan tetap

menjaga keamanan teknis, serta ketahanan terhadap mekanis dan terhadap korosi.

(57)

IV.3.5.9. Sistem Instalasi Listrik

Instalasi listrik perlu dipersiapkan dalam bangunan ini karena untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada. Sumber listrik utama berasal dari PLN, yang disalurkan melalui gardu utama kemudian di teruskan ke ruang – ruang.

Untuk melayani kebutuhan listrik dalam keadan darurat digunakan genset.

Gbr 43. Skematik Sistem Penangkal Petir Sangkar Faraday

Gambar

Tabel 2. Studi Banding Dimensi Apartemen
Tabel 4. Progam Ruang
Foto 35. (A) Pertokoan berada di  lokasi tapak
Foto 38. (D) Kali Krukut yang berada  di sebelah timur tapak
+5

Referensi

Dokumen terkait

Non Performing Financing (NPF)dari hasil analisis penelitian uji t diketahui bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh tidak signifikan terhap Return On Asset

Nilai-nilai amplitudo temperatur tahunan didaerah sedang, adalah lebih tinggi daripada didaerah Equator, karena daerah sedang mengalami empat macam musim dalam

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah perlakuan dengan lama fermentasi 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

(4) Petugas yang berwenang sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, dalam melaksanakan tugasnya berwenang untuk menahan atau menghentikan peredaran kulit ke

Cendana Blok C2/6, Komplek Pondok Safari Indah, Kel.. Satmoko

SD/SDLB Swasta Muhammadiyah 2

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efek perubahan kebijakan cash dividend pada harga saham dengan meneliti harga saham sebelum dan sesudah ex-dividend

Berdasarkan uraian di atas, kegiatan penyelenggaraan kliring yang terus meningkat sejalan dengan pesatnya pertumbuhan perekonomian bangsa ini, penulis