• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS (08)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS (08)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS

(08)

(2)

2 MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : Maret 2016

KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI

Dr. ANANG ISKANDAR, S.I.K., S.H., M.H. KOMISARIS JENDERAL POLISI

Disahkan di : Jakarta

pada tanggal : Maret 2016

KA LSP POLRI

Drs. FIANDAR

KOMISARIS BESAR POLISI NRP 63050899 Menyetujui,

a.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KALEMDIKLAT

Drs. SYAFRUDDIN, M.Si. KOMISARIS JENDERAL POLISI

Nomor Dokumen : Nomor Salinan :

Status Distribusi : Terkendali Takterkendali

SKEMA SERTIFIKASI

PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU

TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS

Disusun berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi padaTingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memberikan tugas dan wewenang kepada Ka LSP Polri untuk melaksanakan sertifikasi Penyidik dan Penyidik Pembantu Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.Skema ini dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi profesi Penyidik dan Penyidik Pembantu Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.

Konseptor:

1. Kasubbag Sertifikasi: ……… 2. Paurmin LSP Polri : ……….

(3)

3 1. LATAR BELAKANG

Dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 3 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana diatur pengertian Penyidik dan Penyidik Pembantu.Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan, sedangkan Penyidik pembantu adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam Undang-Undang.

Untuk menjadi seorang penyidik atau penyidik pembantu, tidak bisa serta merta berada pada kursi jabatan sebagai penyidik atau penyidik pembantu dan kemudian menangani perkara. Seorang penyidik harus memahami dan mengerti betul tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan penyidikan.Penyidikan yang dimaksud adalah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.Berbagai perkara pidana yang terjadi dan dilaporkan ke Kepolisian, memerlukan penanganan secara proporsional dan professional oleh penyidik.

Seorang penyidik harus memiliki kompetensi di bidang tugas penyidikan yang diembannya.Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang penyidik atau penyidik pembantu meliputi knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), dan attitude (perilaku). Ketiga unsur inilah yang dapat menunjukkan seseorang qualified atau tidak di bidang tugasnya.

Oleh karena itu, perlu disusun Skema Sertifikasi Penyidik atau Penyidik pembantu dengan bidang tugas Penyidik Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.Skema sertifikasi ini akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan sertifikasi kompetensi Penyidik atau Penyidik pembantu.

2. RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI

Ruang lingkup Skema Sertifikasi Penyidik atau penyidik pembantu Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis ini meliputi:

(4)

4 3. TUJUAN SERTIFIKASI

3.1. Untuk organisasi

3.1.1. Membantu organisasi meyakinkan kepada stakeholder bahwa pelaksanaan tugas organisasi dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang kompeten.

3.1.2. Memastikan organisasi mendapatkan personil yang kompeten. 3.1.3. Memastikan dan meningkatkan produktivitas kerja.

3.2. Untuk personel

3.2.1. Membantu personel meyakinkan kepada organisasi/stakeholder bahwa dirinya kompeten dalam bekerja.

3.2.2. Membantu memastikan dan memelihara kompetensi kerja untuk meningkatkan percaya diri personel.

3.2.3. Membantu personel dalam mengukur tingkat pencapaian kompetensi kerja dalam pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.

3.2.4. Membantu personel dalam memenuhi persyaratan regulasi. 3.2.5. Membantu pengakuan kompetensi kerja lintas sektoral.

3.2.6. memberikan justifikasi bagi personel yang ditunjuk dalam pelaksanaan tugas sebagai penyidik dan penyidik pembantu Penyidik Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.

4. ACUAN NORMATIF

4.1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1929 tentang Bendera,Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan

4.2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP)

4.3. Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senpi, Handak, Sajam, Amunisi dan bahan

4.4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi

4.5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

(5)

5 4.6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1994 tentang Pengesahan Perjanjian

Ekstradisi antara Republik Indonesia dan Australia

4.7. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum

4.8. Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih

4.9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Perlindungan Hak Asasi manusia

4.10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

4.11. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

4.12. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Ratifikasi Trans Organized Crime Konvensi

4.13. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

4.14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.

4.15. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri;

4.16. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi;

4.17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP;

4.18. Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP;

4.19. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;

4.20. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri;

4.21. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;

4.22. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan

(6)

6 Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4.23. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyidikan Tindak Pidana;

4.24. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 1 Tahun 2014 tentang SOP Perencanaan Penyidikan Tindak Pidana;

4.25. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 2 Tahun 2014 tentang SOP Pengorganisasian Penyidikan Tindak Pidana;

4.26. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 3 Tahun 2014 tentang SOP Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana;

4.27. Peraturan Kabareskrim Nomor 4 Tahun 2014 tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana;

4.28. Peraturan BNSP Nomor 5 tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi.

5. KEMASAN/PAKET KOMPETENSI KERJA

5.1. Jenis Kemasan: Klaster

5.2. Rincian Unit Kompetensi

Penyidik Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis adalah anggota Polri yang ditugaskan sebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana Keamanan Negara danSeparatis.

Pada masing-masing bidang terdapat masing-masing Unit kompetensi:

5.2.1. Tindak pidana Keamanan Negara dan Separatis

NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI

1 RSK.PU01.008.01 Melakukan Kegiatan Penyelidikan Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis

2 RSK.PU01.009.01 Merencanakan Penyidikan Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis

(7)

7 6. PERSYARATAN

6.1. Persyaratan dasar pemohon sertifikasi 6.1.1. Memiliki SK Penyidik.

6.1.2. Telah direkomendasikan kompeten terhadap kompetensi Penyidik Dasar dari Assesor

6.1.3. Memiliki pengalaman dinas yang bertugas sebagai penyidik di fungsi Reskrim.

6.1.4. Telah mengikuti Dikbangspes dan/atau pelatihan di bidang penyidikan sebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak pidana Keamanan Negara dan Separatis.

6.1.5. Sehat jasmani dan rohani.

6.1.6. Direkomendasikan oleh kepala satuan kerja.

6.2. Persyaratan dasar asesor kompetensi

6.2.1. Memiliki sertifikat asesor kompetensi yang masih berlaku. 6.2.2. Anggota Polri atau purnawirawan Polri.

6.2.3. Sehat jasmani dan rohani.

6.2.4. Untuk anggota Polri direkomendasikan oleh Kasatkernya, untuk PurnawirawanPolri direkomendasikan oleh Ka LSP.

6.2.5. Memiliki Surat PerintahTugas melakukan uji kompetensi dari Ka LSP Polri

7. HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT 7.1. Hak peserta sertifikasi

7.1.1. Peserta sertifikasi yang dinyatakan kompeten dalam asesmen pada semua unit kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi. 4 RSK.PU01.011.01 Melakukan Pemeriksaan Saksi, Tersangka dan

Ahli

5 RSK.PU01.012.01 Melakukan Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara

6 RSK.PU01.013.01 Melakukan Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti

7 RSK.PU01.014.01 Melakukan Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis

(8)

8 Sertifikat kompetensi dapat dijadikan dasar penugasan sebagai penyidik/penyidik pembantu bidang Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.

7.1.2 Mempunyai hak banding jika dalam proses uji kompetensi ada yang merasa dirugikan.

7.2. Kewajiban Peserta Sertifikasi

7.2.1. Memenuhi semua persyaratan administrasi asesmen. 7.2.2. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan asesmen. 7.2.3. Mematuhi peraturan dalam proses asesmen.

8. BIAYA SERTIFIKASI

Biaya sertifikasi bersumber dari APBN atau sumber lain yang sah secara hukum dan bersifat tidak mengikat. Biaya sertifikasi mencakup:

8.1. Tahap persiapan

8.1.1. Biaya rapat persiapan.

8.1.2. Biaya ATK termasuk penggandaan soal.

8.1.3. Biaya penggunaan sarana, fasilitas dan peralatan uji kompetensi. 8.2. Tahap pelaksanaan

8.2.1. Biaya akomodasi dan transportasi 8.2.2. Honor panitia dan asesor

8.2.3. Biaya rapat komite 8.2.4. Biaya cetak sertifikat

8.2.5. Biaya pendistribusian sertifikat 8.3. Tahap pembuatan laporan

8.3.1. Biaya penyusunan laporan

8.3.2. Biaya pencetakan dan penggandaan laporan 8.3.3. Biaya pengiriman laporan

9. PROSES SERTIFIKASI 9.1. Proses pendaftaran

9.1.1. Permohonan

Permohonan sertifikasi dilakukan melalui surat permohonan dari kepala satuan kerja dengan melampirkan:

(9)

9 b. Foto copy Keputusan penempatan pada fungsi Reskrim sebagai penyidik atau penyidik pembantu Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.

c. Foto copy ijasah/sertifikat/surat keterangan pendidikan kejuruan dan atau pendidikan dan pelatihan penyidikan Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.

d. Foto copy surat perintah tugas pada fungsi Reskrim sebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis.

e. Daftar riwayat hidup.

f. Surat perintah untuk mengikuti sertifikasi dari kepala satuan kerja.

g. Pas photo berwarna dengan PDH Polri dengan ukuran 3x4 = 2 lembar, 4x6 = 2 lembar.

h. Dokumen portofolio memadai terdiri dari: 1) Skep Penyidik/Penyidik Pembantu

2) SK Penempatan pada fungsi reskrim akumulasi 5 Tahun 3) Sprin Sidik terakhir

4) Dokumen penyelesaian perkara berupa berkas perkara dan P-21

5) Laporan Hasil Penyelidikan (LHP)

6) Dokumen pendukung lain yang terkait dengan fungsi penyidikan.

9.1.2. Verifikasi

a. Panitia sertifikasi melakukan penelitian terhadap berkas/ persyaratan yang diajukan oleh pemohon meliputi :

- Keaslian - Kecukupan

- Kesesuaian dokumen persyaratan dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan.

b. Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi belum memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan atau tidak sesuai

(10)

10 dengan ruang lingkup uji kompetensi yang diajukan maka yang bersangkutan ditolak sebagai peserta sertifikasi.

c. Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi sesuai dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan maka yang bersangkutan diterima sebagai peserta sertifikasi.

9.1.3. Persiapan uji kompetensi

a. Penentuan Tempat Uji Kompetensi (TUK) berupa TUK Sewaktu atau tempat kerja.

b. Penunjukan asesor kompetensi dan panitia ujikompetensiditunjukolehLSP Polri denganmenugaskan Tim Asesor untuk melakukan uji kompetensi sesuai dengan skema dan rencana uji kompetensi setelah berkoordinasi dengan Pembina Fungsi.

c. Penyiapan Materi Uji Kompetensi (MUK) oleh LSP Polri.

9.2. Proses Asesmen

9.2.1. Proses asesmen dilaksanakan berdasarkan jadwal yang ditetapkan, menerapkan metoda dan prosedur asesmen sesuai yang ditetapkan dalam skema sertifikasi.

9.2.2. Apabila ada perubahan skema sertifikasi yang mengharuskan asesmen tambahan, LSP Polri mendokumentasikan metoda dan prosedur yang diperlukan untuk melakukan verifikasi agar para pemegang sertifikat memenuhi persyaratanyang diubah.

9.2.3. Untuk menjamin verifikasi persyaratan skema sertifikasi, asesmen direncanakan dan disusun secara obyektif dan sistematis dengan bukti terdokumentasi untuk memastikan kompetensi peserta. 9.2.4. Untuk menjamin setiap asesmen sah dan adil, LSP Polri

melakukan verifikasi metoda untuk asesmen peserta sertifikasi. 9.2.5. LSP Polri melakukan verifikasi terhadap kebutuhan peserta

asesmen secara umum dan menyediakan kebutuhan khusus bagipeserta sertifikasi yang berkebutuhan khusus, sepanjang integritas asesmen tidak dilanggar, serta mempertimbangkan aturan yang berlaku di lingkungan Polri.

(11)

11 9.2.6. LSP Polri akan mempertimbangkan hasil penilaian dari badan atau lembaga lain berkaitan dengan portofolio peserta sertifikasi, LSP Polri menjamin ketersediaan laporan, data dan rekaman yang menunjukkan bahwa hasil-hasilnya setara, dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. 9.2.7. Apabila bukti-bukti kompetensi telah memenuhi aturan bukti Valid,

Asli, Terkini dan Memadai (VATM), direkomendasikan kompeten dan apabila bukti-bukti kompetensi belum memenuhi VATM direkomendasikan untuk mengikuti uji kompetensi.

9.3. Proses uji kompetensi

9.3.1. Pengisian formulir asesmen mandiri dan konsultasi pra asesmen. 9.3.2. Penilaian uji kompetensi dapat dilakukan dengan cara: tertulis,

lisan, simulasi/praktek di tempat kerja atau Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang disimulasikan seperti tempat kerja.

9.3.3. Peserta yang memenuhi bukti portofolio memadai akan disertifikasi menggunakan metode verifikasi portofolio dan wawancara, sedangkan bagi peserta yang belum memenuhi bukti portofolio yang memadai atau peserta yang memenuhi bukti memadai tetapi asesor meragukan kompetensi peserta, maka metode yang digunakan observasi demonstrasi, pertanyaan lisan dan atau pertanyaan tulisan.

9.3.4. Uji kompetensi dilaksanakan di TUK tempat kerja atau ditempat lain yang telah diverifikasi sesuai dengan skema sertifikasi.

9.3.5. Uji kompetensi dilaksanakan oleh asesor kompetensi yang kompeten sesuai dengan ruang lingkup skema sertifikasi.

9.3.6. Rekomendasi hasil uji kompetensi diputuskan oleh asesor kompetensi dan dilaporkan ke LSP.

9.3.7. Pembuatan rekomendasi dan laporan

a. Setelah melakukan uji kompetensi maka asesor memberikan rekomendasi terhadap hasil pelaksanaan asesmen.

b. Berdasarkan hasil uji kompetensi yang dilaksanakan oleh asesor kompetensi peserta direkomendasikan atau tidak direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi.

(12)

12 c. Asesor kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen

kepada panitia uji kompetensi.

d. Panitia mengecek kelengkapan berkas uji kompetensi.

e. Panitia uji kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen kepada Ka LSP Polri.

9.4. Keputusan Sertifikasi

9.4.1. Keputusan sertifikasi dilakukan oleh LSP Polri melalui rapat komite sertifikasi yang dilaksanakan oleh komite sertifikasi LSP Polri. 9.4.2. LSP Polri melakukan verifikasi dokumen rekaman asesmen

berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama proses asesmen dan menetapkan status kompetensi sesuai skema sertifikasi.

9.4.3. LSP Polri memberikan sertifikat kepada semua peserta yang dinyatakan kompeten sesuai dengan skema sertifikasi.

9.4.4. Sertifikat kompetensi berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal diterbitkannya dan dapat diperpanjang selama pemegang sertifikat masih bertugas di fungsi Reserse.

9.5. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat

9.5.1. Pembekuan dan pencabutan sertifikat dilakukan kepada pemegang sertifikat bilamana:

a. Penggunaan sertifikat kompetensi tidak sesuai dengan tugas pokok.

b. Terbukti melanggar kode etik profesi Polri

c. Apabila pemegang sertifikat kompetensi menjadi status tersangka dalam suatu tindak pidana maka LSP membekukan sementara sertifikat kompetensi.

d. Sudah tidak bertugas lagi pada fungsi Reserse.

9.5.2. Selama pembekuan sertifikat, pemegang sertifikat diwajibkan mengikuti program pembinaan yang ditetapkan oleh satuan kerja pada fungsi Reserse.

9.5.3. Setelah pencabutan sertifikat, pemegang sertifikat tidak berhak menggunakan sertifikat tersebut.

(13)

13 9.6. Pemeliharaan sertifikasi/surveillance

9.6.1. Surveillance minimal dilakukan sekali dalam jangka waktu masa berlaku sertifikat kompetensi.

9.6.2. Surveillance dilaksanakan dengan memonitor kinerja pemegang sertifikat.

9.7. Proses Sertifikasi Ulang/Perpanjangan 9.7.1. Persyaratan sertifikasi ulang.

Sertifikat kompetensi dapat diperpanjang sebelum masa berlakunya berakhir dengan persyaratan:

a. Dua bulan sebelum masa berlaku sertifikat berakhir, kasatker mengajukan surat permohonan perpanjangan sertifikat kompetensi.

b. Melampirkan surat rekomendasi dari kepala satuan kerja pemegang sertifikat kompetensi.

c. Melampirkan sertifikat kompetensi asli yang akan diperpanjang.

d. Melampirkan fotocopy Logbook (catatan penugasan selama memegang sertifikat) dilampiri bukti pendukung.

e. Pas photo berwarna PDH Polri dengan ukuran 3x4 = 2 lembar, 4x6 = 2 lembar.

9.7.2. Persyaratan sertifikasi ulang sama dengan persyaratan awal sertifikasi.

9.7.3. Proses sertifikasi ulang dilaksanakan dengan cara melakukan asesmen yang didasarkan pada laporan kinerja.

9.8. Penggunaan Sertifikat

9.8.1. Sertifikat hanya berlaku di lingkungan Polri.

9.8.2. Sertifikat dapat digunakan sebagai dokumen pendukung usulan promosi ke tingkat jabatan berikutnya.

9.8.3. Penyidik atau Penyidik pembantu pada Klaster Tindak Pidana Keamanan Negara dan Separatis yang disertifikasi harus menandatangani pernyataan untuk:

(14)

14 9.8.3.1. Mematuhi ketentuan yang relevan dalam skema

sertifikasi;

9.8.3.2. Membuat pernyataan bahwa sertifikasi yang diterima hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan; 9.8.3.3. Tidak menyalahgunakan sertifikasi yang dapat

mencemarkan Polri secara umum dan LSP Polri khususnya, dan tidak membuat pernyataan terkait sertifikasi yang dianggap menyesatkan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan;

9.8.3.4. Menghentikan penggunaan semua pengakuan atas sertifikasi apabila sertifikat dibekukan atau dicabut, dan mengembalikan sertifikat ke LSP Polri;

9.9. Banding

9.9.1. LSP Polri menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan kajian, dan membuat keputusan terhadap banding secara konstruktif, tidak berpihak dan diselesaikan selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah banding diterima.

9.9.2. Penjelasan mengenai keputusan hasil penanganan banding dapat diketahui publik.

Referensi

Dokumen terkait