• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk. CABANG DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk. CABANG DENPASAR."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT

DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk

CABANG DENPASAR

OLEH:

NI LUH PUTU CITRA OLIVIANI

NIM. 1116051016

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT

DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk

CABANG DENPASAR

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

NI LUH PUTU CITRA OLIVIANI

NIM. 1116051016

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

Pembimbing I

I Gusti Ayu Puspawati, SH., MH

NIP. 19510624 197903 2 001

Pembimbing II

Dr. Dewa Gede Rudy, SH., M.Hum

(4)

iii

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Nomor :0014/UN14.4E/IV/PP/2016, Tanggal 05 Januari 2016

Ketua :

I Gusti Ayu Puspawati, SH.,MH NIP. 19510624 197903 2 001

Sekretaris :

Dr. Dewa Gede Rudy, SH., M.Hum NIP. 19590114 198601 1 001

Anggota : 1. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum.,LLM

NIP.19611101198601 2 001

2. Ida Bagus Putra Atmaja, SH.,MH

NIP. 19541231198303 1 018

3. Ida Bagus Putu Sutama, SH.,M.si

(5)

iv

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang HyangWidhiWasa Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat anugerah-NYA penulis dapat menyelesaikan

skrispsi yang berjudul “PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk CABANG DENPASAR”. Adapun

penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sekaligus

merupakan prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa apa yang tersusun dalam skripsi ini jauh dari apa

yang diharapkan secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan

kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Maka dari itu

kritik, saran, serta bimbingan dari semua pihak sangat diharapkan guna

kelengkapan dan penyempurnaan skripsi ini.

Penulis skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala hormat penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H.,M.H, Dekan

(6)

v

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, S.H.,M.H, Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, S.H.,M.H, Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, S.H.,M.H, Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak A.A Gede Oka Parwata, S.H.,Msi, Ketua Program Ekstensi

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

7. Ibu I Gusti Ayu Puspawati, S.H., M.H, Dosen Pembimbing I yang

dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan serta bersedia

meluangkan waktu dan tenaganya agar terselesaikannya skripsi ini.

8. Bapak Dr. Dewa Gede Rudy, S.H., M.Hum, Dosen Pembimbing II

yang dengan sabar membimbing dan memotivasi agar

terselesaikannya skripsi ini.

9. Ibu Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, S.H, M.H., Dosen Pembimbing

Akademik yang telah begitu banyak memberikan saran dan

pengarahan kepada penulis dalam penyusunan mata kuliah selama

berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang

telah mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di

(7)

vi perkuliahan.

12. Bapak dan Ibu Pegawai Perpustakaan Universitas Udayana dan

Perpustakaan Fakulltas Hukum Universitas Udayana yang telah

membantu penulis dalam memperoleh literatur yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini.

13. Para Informan dan responden yang telah banyak membantu

memberikan data dalam pengumpulan bahan hukum.

14. Untuk Orang Tua tercinta I Ketut Suasana Nirasaputra, S.H, dan Ni

Nyoman Sulastri, serta adik I Made Darma Putra Wijaya, beserta

Kakak-Kakak dan keluarga besar yang sangat penulis sayangi, yang

selalu memberikan doa, dorongan, semangat, dan masukan, dalam

penyusunan skripsi ini.

15. Untuk Kadek Widya Yogi Suara, terima kasih selalu mendukung dan

memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

16. Untuk sahabat-sahabat penulis Gustiari Febriani Wibawa, Dwik

Wahyuni, Anak Agung Istri Dwipayani, I Gusti Ayu Parianthi,

Laraswati Janitra, Epita Eridani, Yuli Astuti, Trisniari, Candra Dewi

Maharani, yang selalu mengingatkan, memberikan motivasi dan

(8)

vii skripsi ini.

Akhir kata penulis harapkan skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

semua pihak pada umumnya dan bagi perkembangan ilmu hukum pada

khususnya.

Denpasar, 17 Desember 2015

(9)

viii

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah / Penulisan Hukum /

Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun,

dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan

duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya tulis lain dan / atau dengan sengaja

mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil penulis lain, maka penulis

bersedia menerima sanksi akademik dan / atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban

ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 17 Desember 2015

Yang Menyatakan

(10)

ix

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 8

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan Umum ... 10

1.5.2 Tujuan Khusus ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 11

1.6.2 Manfaat Praktis ... 11

1.7 Landasan Teoritis ... 12

(11)

x

1.8.3 Sumber Data ... 20

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data ... 21

1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 22

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT,WANPRESTASI, DAN HAK TANGGUNGAN 2.1. Perjanjian Kredit ... 23

2.1.1 Pengertian Perjanjian Kredit ... 23

2.1.2 Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kredit ... 27

2.1.3 Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Kredit ... 28

2.1.4 Asas-Asas Perjanjian Kredit ... 32

2.1.5 Persetujuan Pemberian Kredit ... 35

2.2. Wanprestasi ... 46

2.2.1. Pengertian Wanprestasi ... 46

2.2.2. Faktor-Faktor Penyebab Wanprestasi ... 50

2.3. Hak Tanggungan ... 52

2.3.1. Pengertian Hak Tanggungan ... 52

2.3.2. Asas-Asas Hak Tanggungan ... 56

2.3.3. Objek Hak Tanggungan ... 58

2.3.4. Subjek Hak Tanggungan ... 59

(12)

xi

3.1 Kriteria DebiturWanprestasi Pada Bank Bukopin ... 65

3.2 Akibat Hukum Debitur Wanprestasi Pada Bank Bukopin .. 67

BAB IV UPAYA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK

TANGGUNGAN PADA BANK BUKOPIN CABANG

DENPASAR

4.1 Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Kredit ... 71

4.2 Proses Pembebanan Hak Tanggungan Pada Bank Bukopin 77

4.3 Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit pada

Bank Bukopin ... 81

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 87

5.2 Saran ... 90

DAFTAR BACAAN

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xii

According to Article 1 paragraph 2 of Law No. 10 of 1998 on changes to Law No. 7 of 1992 concerning Banking stated: "The Bank is an entity that collects funds from the public in the form of deposits, and distribute it to the public in the form of loans and or other forms in order to improve the living standards of many people ". As known, the main source of bank profits from loans. Credit according to Article 1, point 11 of Act No. 10 of 1998 on the "Provision of cash or can Liken with it, based on agreements between bank lending and other parties who require the borrower to repay their debts after a certain period of time by giving flower". To obtain a loan need a guarantee as a condition for determining whether or not to agree loan will be disbursed. Collateral is often used in the form of a guarantee on the ground, because the ground assurance can be evidenced by the certificate of land rights that can be charged to the Mortgage, thus ensuring the position of the creditor if the debtor in default. Then the problem have been discussed in this study is whether the criteria used by the bank to determine the debtor has been in default and effort is taken by the bank to complete the loan with collateral security rights if the debtor defaults, especially in PT. Bank Bukopin, Tbk. Denpasar branch.

The research method used in this thesis is the empirical legal research methods . Empirical legal research is research in the field, in order to examine the implementation of the legislation in practice in the community. This study uses primary data and secondary data. Perimer the data is in the form of data obtained from the results of field research both respondents and informants, while secondary data is data obtained through library research.

The results of this study are the criteria used to determine the bank's debtors in default is through default criteria in terms of credit and fulfillment of obligations in default in fulfilling the criteria of loan repayment obligations. Completion of default by the collateral security rights in Bank Bukopin is to give warning either phone or come to the debtor, if no response will be given a warning letter I get a warning letter to the III, if this way there is no response from the debtor shall be made trial settlement in cash gradually, if not all the way to fruition, it will be confiscation guarantees and collateral execution by the Bank Bukopin.

(14)

xiii

Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan atas perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan menyatakan : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup masyarakat banyak”. Sebagaimana diketahui, sumber utama laba bank berasal dari kredit. Kredit menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 yaitu “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Untuk memperoleh suatu kredit diperlukan suatu jaminan sebagai syarat untuk menentukan setuju atau tidaknya kredit yang akan dicairkan. Jaminan yang biasanya sering digunakan yaitu berupa jaminan atas tanah, karena jaminan tanah dapat dibuktikan dengan adanya Sertifikat hak atas tanah yang dapat dibebankan pada Hak Tanggungan, sehingga menjamin kedudukan kreditur apabila debitur melakukan wanprestasi. Maka permasalahan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Kriteria apakah yang dipakai pihak bank untuk menentukan debiturnya telah melakukan wanprestasi dan upaya apakah yang ditempuh pihak bank untuk menyelesaikan kredit dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur wanprestasi, khususnya pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu dengan metode penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian di lapangan, guna meneliti pelaksanaan undang-undang dalam prakteknya di masyarakat. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data perimer adalah berupa data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan (field research) baik dari responden maupun informan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (library research).

Hasil dari penelitian ini adalah kriteria yang di gunakan Bank Bukopin untuk menentukan debiturnya melakukan wanprestasi yaitu melalui kriteria wanprestasi dalam pemenuhan kewajiban persyaratan kredit dan kriteria wanprestasi dalam pemenuhan kewajiban pembayaran kredit. Penyelesaian wanprestasi dengan jaminan hak tanggungan pada Bank Bukopin adalah dengan memberikan teguran baik telepon maupun mendatangi debitur, jika tidak ada tanggapan akan diberikan surat peringatan I sampai surat peringatan ke III, jika cara tersebut tidak ada respon dari pihak debitur maka akan dilakukan percobaan penyelesaian secara tunai bertahap, apabila semua cara tidak membuahkan hasil, maka akan dilakukan penyitaan jaminan serta eksekusi jaminan oleh pihak Bank Bukopin.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, lembaga perbankan merupakan salah satu sarana yang

mempunyai peran strategis untuk membiayai kepentingan pelaksanaan

pembangunan nasional. Oleh sebab itu demi tercapainya keberhasilan tujuan

pembangunan tersebut, sangat diperlukan lembaga perbankan yang sehat, kuat dan

dipercaya sekaligus dikelola oleh tenaga-tenaga profesional dan berdedikasi

tinggi. Dalam peranannya sebagai salah satu pilar ekonomi, lembaga perbankan

dituntut untuk mampu mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana

terkandung dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 atas perubahan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yaitu menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan

rakyat banyak. Lembaga Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari

setiap negara.

Sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, Perbankan dituntut dapat

bersaing secara global guna melindungi dana yang dititipkan masyarakat dalam

kerangka yang benar sehingga pembangunan ekonomi nasional yang dicanangkan

Pemerintah akan kukuh dan mandiri sebagai kesiapan suatu transformasi

kemampuan usaha nasional yang bermula dari usaha kecil, hingga usaha besar.

(16)

peraturan ekonomi sebagai pembawa misi yang mulia yakni mengelola dana

masyarakat sebagai penghimpun atau penyalur.

Bank adalah sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan

pada era globalisasi sekarang ini, bank telah menjadi bagian sistem keuangan dan

sistem pembayaran dunia. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi

tempat bagi orang-perorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha

milik negara, bahkan lembaga lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang

dimilikinya.1

Dalam Black’s Law Dictionary, bank dirumuskan sebagai :

An institution, usually incopated, whose business to receive money on

deposit, cash, checks, or drafts, discount commercial paper, make loans,

and issue promissory notes payable to bearer known as bank notes. 2

Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

atas perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

menyatakan :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

masyarakat banyak”.3

Dalam konteks perbankan Indonesia saat ini, kepemilikan bank dapat

dibedakan : bank Pemerintah (Bank BUMN), bank swasta nasional, bank

pembangunan daerah (milik pemerintah daerah), dan bank asing, sedangkan untuk

bank campuran sejak Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sudah ditiadakan,

1

Hermansyah,2012, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, KencanaPrenada Media Group, Jakarta, h.7

2

Ibid

3

(17)

karena pada prinsipnya bank swasta nasional dapat dimiliki oleh pihak asing,

sehingga penggunanaan istilah bank campuran sudah tidak relevan lagi.

Penghapusan tersebut sekaligus menghilangkan perlakuan diskriminatif yang

dilakukan otoritas moneter antara bank nasional dan bank campuran selama ini.4

Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia Menurut

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian disempurnakan

menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, jenis bank

meliputi :

a) Bank Umum

Bank Umum menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha

yang dapat dilakukan oleh Bank Umum yaitu:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

2) Menerbitkan surat pengakuan utang.

3) Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga danmelakukan

perhitungan dengan atau antar pihak ketiga

4

(18)

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat menurut Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998, yaitu sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha

konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Tugas dari

Bank Perkreditan Rakyat meliputi:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

2) Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga.

3) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi

hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah.

Sebagaimana dijelaskan salah satu fungsi bank yaitu selain menghimpun

dana dari masyarakat juga menyalurkan dana dalam bentuk kredit. Kredit

merupakan suatu fasilitas yang didapat oleh bank untuk memperoleh pinjaman

dana. Dari pinjaman tersebut kemudian lahirlah hutang, yang mana hutang

tersebut harus dibayar oleh debitur, sesuai kesepakatan atau perjanjian yang telah

dilakukan oleh kedua belah pihak, serta ditandangani oleh debitur dan kreditur

(bank) berdasarkan syarat-syarat yang telah diajukan oleh Bank atau Lembaga

(19)

Menurut pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

menyatakan bahwa pengertian kredit sebagai berikut:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”.

Dalam bukunya yang berjudul Hukum Kredit dan Bank Garansi H.R.

Daeng Naja menyatakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kredit yaitu :

1) Kepercayaan, berarti bahwa setiap pelepasan kredit dilandasi dengan adanya keyakinan oleh bank bahwa kredit tersebut akan dapat dibayar kembali oleh Debiturnya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan.

2) Waktu, disini berarti bahwa antara pelepasan kredit oleh bank dan pembayaran kembali oleh Debitur tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan, tetapi dipisahkan oleh tenggang waktu.

3) Risiko, disini berarti bahwa setiap pelepasan kredit jenis apapun akan terkandung risiko didalamnya, yaitu risiko yang terkandung dalam jangka waktu anatara pelepasan kredit dan pembayaran kembali. Hal ini berarti semakin panjang waktu kredit semakin tinggi pula risiko kredit tersebut. 4) Prestasi, disini berarti bahwa setiap kesepakatan terjadi antara bank dan

Debiturnya mengenai suatu pemeberian kredit, maka pada saat itu pula akanterjadi prestasi dan kontra prestasi. 5

Pengertian kredit telah diartikan secara khusus yang telah meliputi

perjanjian peminjaman uang. Jadi obyeknya adalah berupa uang, tidak dalam

bentuk obyek lain seperti barang atau jasa. Sebagaimana dimaklumi, pembayaran

kredit selalu terjadi di masa yang akan datang, maka bank sebagai pemberi

pinjaman harus menilai apakah harapan debitur tentang kesanggupannya untuk

membayar kembali adalah cukup wajar.

5

(20)

Salah satu hal terpenting dalam perjanjian kredit antara bank dengan Debitur

adalah adanya jaminan dari debitur atas kredit yang diberikan oleh bank. Jaminan

merupakan salah satu instrumen yang penting dan sangat dibutuhkan bank sebagai

salah satu syarat untuk menentukan setuju atau tidaknya kredit yang akan

dicairkan, disamping syarat-syarat lain yang harus dilengkapi. Jaminan ini pula

sebagai perlindungan keamanan bagi kreditur, apabila terjadi wanprestasi atau

cidera janji. Wanprestasi yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak memenuhi

kewajibannya yang didasarkan pada suatu perjanjian kontrak. Wanprestasi dapat

berarti tidak memenuhi prestasi sama sekali, atau terlambat memenuhi prestasi,

atau memenuhi prestasi secara tidak baik. Salah satu jaminan yang biasanya

dipakai yaitu jaminan yang berupa benda tidak bergerak dalam hal ini adalah

Tanah. Jaminan tanah tersebut harus dibuktikan dengan adanya dokumen paling

kuat dan akurat yaitu berupa Sertifikat Hak Milik. Kemudian, Sertifikat Hak Milik

tersebut diserahkan kepada kreditur sebagai bukti jaminan sertifikat atas tanah

yang dijaminkan. Agar tanah yang menjadi jaminan kredit mempunyai kepastian

hukum bagi kreditur, maka diperlukan adanya lembaga jaminan, dimana Lembaga

Jaminan yang dimaksud adalah Hak Tanggungan, yang mana nantinya akan

mampu memberi jaminan perlindungan hukum baik kepada debitur maupun

kreditur. Hak Tanggungan, menurut ketentuan pasal 1 butir 1 Undang-Undang

No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda

yang berkaitan atas tanah adalah : “Hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas

tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

(21)

benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang

tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu

terhadap kredtur-kreditur lain”. Dari ketentuan diatas, maka Hak Tanggungan

pada dasarnya hanya dibebankan kepada hak atas tanah dan juga sering kali

terdapat benda-benda diatasnya bisa berupa bangunan, tanaman, dan hasil-hasil

lainnya yang secara tetap merupakan satu kesatuan dengan tanah yang dijadikan

jaminan. Hak Tanggungan sebagai salah satu lembaga hak jaminan atas tanah

untuk pelunasan utang tertentu sebagaimana diuraikan dalam penjelasan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 alenia ke 3 mempunyai cirri-ciri antara lain:

a) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada

pemegangnya.

b) Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek

itu berada.

c) Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat

pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak

yang berkepentingan.

d) Mudah dan pasti pelaksaan eksekusinya,

Dengan ciri-ciri tersebut diatas diharapkan Hak Tanggungan atas tanah yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 menjadi kuat kedudukannya

dalam hukum jaminan mengenai tanah. Dengan demikian apabila debitur tidak

dapat memenuhi prestasinya dan terjadi wanprestasi, maka pihak bank atau

kreditur akan melakukan antisipasi pencegahan agar pihak bank pun tidak

(22)

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, tentang pelaksanaan perjanjian

kredit perbankan, maka penulis mengangkat judul yaitu “ PENYELESAIAN

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK

TANGGUNGAN PADA PT. BANK BUKOPIN, Tbk CABANG DENPASAR”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan

rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

1. Kriteria apakah yang dipakai pihak bank untuk menentukan debiturnya

telah melakukan wanprestasi?

2. Upaya apakah yang ditempuh pihak bank untuk menyelesaikan kredit

dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur wanprestasi, khususnya

pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian yang

menggambarkan batas-batas permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta tidak menyimpang dari pokok

permasalahan yang sebenarnya dan tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Maka

diberikan batasan-batasan terhadap masalah yang akanditeliti. Adapun ruang

lingkup masalah pada skripsi ini adalah: Pada permasalahan pertama yang akan

dibahas adalah mengenai kriteria yang dipakai pihak bank untuk menentukan

(23)

kedua akan dibahas tentang upaya yang ditempuh pihak bank untuk

menyelesaikan kredit dengan jaminan hak tanggungan apabila debitur

wanprestasi, khususnya pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian adapun dalam penelitian

kali ini peneliti menampilkan tiga skripsi sebagai perbandingan. Ini dimaksudkan

dalam rangka menumbuhkan semangat anti plagiat di dalam dunia pendidikan

Indonesia, maka mahasiswa diwajibkan untuk mampu menunjukkan orisinalitas

dari penelitian yang sedang ditulis dengan menampilkan beberapa judul penelitian

skripsi terdahulu sebagai pembanding. Adapun judul skripsi tersebut adalah :

No Judul skripsi Penulis Rumusan masalah

1 Kredit Macet dan 1. Penyelesaian Kredit Macet

(24)

Perkreditan Desa

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini dapat dibagi menjadi

dua bagian yaitu :

1.5.1 Tujuan Umum

a. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya

bidang penelitian

b. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Hukum

Perbankan

c. Sebagai wahana untuk menyatukan pikiran ilmiah secara tertulis

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kriteria yang dipakai pihak bank untuk

menentukan debiturnya telah mengalami wanprestasi.

b. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh pihak bank untuk

menyelesaikan kredit dengan jaminan hak tanggungan apabila

debitur wanprestasi, khususnya pada PT. Bank Bukopin, Tbk,

(25)

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian di lapangan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sisi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang

Hukum Perdata dan Jaminan sehingga dapat memberikan bahan

masukan bagi penelitian yang dilakukan selanjutnya.

b. Sebagai bahan menambah refrensi bagi institusi pendidikan

terhadap pengkajian akademis khususnya terkait dalam Hukum

Perdata dan Jaminan.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

jelas kepada para pembaca skrispsi mengenai penyelesaian

wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak

tanggungan pada PT. Bank Bukopin, Tbk. Cabang Denpasar.

b. Untuk dapat dijadikan masukan bagi masyarakat dan pihak-pihak

yang akan terlibat dalam perjanjian kredit dengan menggunakan

jaminan hak tanggungan melalui kredit perbankan agar dalam

pelaksanaanya kelak tidak menimbulkan suatu kesulitan yang

(26)

1.7 Landasan Teoritis

Sebelum mengemukakan asumsi terhadap permasalahan yang diangkat,

maka terlebih dahulu diperlukan landasan teori atau kerangka teori, sebagai

arahan untuk mendapatkan suatu kebenaran ilmiah sesuai dengan konsep-konsep

dan aturan hukumnya.

Landasan teoritis atau kerangka teori adalah upaya untuk

mengidentifikasikasi teori hukum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas

hukum, aturan hukum, norma-norma hukum, dan lain-lain yang akan dipakai

sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian penelitian. Dalam

setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiranyang teoritis, oleh

karena itu ada hubungan timbale balik yang erat antara teori dengan kegiatan

pengumpulan dan pengolahan data, analisa, serta konstruksi data.6

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi

buruk. Adapun yang dimaksud wanprestasi merupakan suatu tindakan dimana si

debitur (penerima kredit) tidak melakukan apa yang dijanjikannya atau lalai atau

ingkar janji. Atau juga ia melanggar perjanjian bila ia melakukan atau berbuat

sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.7 Ada macam-macam wanprestasi yang

kita kenal selama ini yaitu :

a. Debitur tidak melakukan sama sekali apa yang telah diperjanjikan.

b. Debitur melaksanakan sebagian apa yang telah diperjanjikan.

c. Debitur terlambat melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.

6

Universitas Udayana,2009,Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h.64.

7

(27)

d. Debitur menyerahkan sesuatu yang tidak diperjanjikan.

e. Debitur melakukan perbuatan yang dilarang oleh perjanjian yang telah

diperbuatnya.8

Menurut Subekti,9 wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur

dapat berupa empat jenis yaitu :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan.

c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Menurut M. Yahya Harahap10 secara umum wanprestasi yaitu :

“Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan

tidak menurut selayaknya”.Debitur disebutkan dan berada dalam keadaan

wanprestasi, apabila dia dalam melakukan pelaksanaan prestasi dalam perjanjian

telah lalai , sehingga “terlambat” dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam

melaksanakan suatu prestasi tidak menurut “sepatutnya atau selayaknya”.

Dalam membicarakan wanprestasi tidak bisa terlepas dari masalah

“pernyataan lalai” (ingebrekke stelling) dan kelalaian (verzuim). Akibat yang

timbul dari wanprestasi ialah keharusan bagi debitur membayar ganti atau dengan

8

Gatot Supramono,1996, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Cet II, Djambatan, Jakarta,h.131.

9

Subekti, loc.cit.

10

(28)

adanya wanprestasi salah satu pihak, maka pihak yang lainnya dapat menuntut

“pembatalan kontrak/perjanjian”.11

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling

berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua

pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam

persetujuan itu. Dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) dijelaskan bahwa ada 4 syarat yang menentukan sahnya suatu

perjanjian yaitu :

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3) Suatu hal tertentu.

4) Suatu sebab yang halal.

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil.

Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada

dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil

ialah bahwa terjanjianya perjanjian kredit dtentukan oleh penyerahan uang oleh

bank kepada nasabah debitur.12

Dilihat dari bentuknya, umumnya perjanjian kredit perbankan

menggunakan bentuk perjanjian baku (standard contract). Berkaitan dengan itu,

memang dalam praktiknya bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank

sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan

baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku (standard

11

Ibid.

12

(29)

contract), dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam posisi

menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan negosiasi atau

tawar-menawar.

Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan yang

ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk menandatangani perjanjian

kredit tersebut, tetapi jika debitur menolak ia tidak perlu untuk menandatangani

perjanjian kredit tersebut. Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang

khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur,

karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian,

pengelolaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut.

Menurut Ch. Gatot Wardoyo perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi

sebagai berikut :

1) Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.

2) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan

hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.

3) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring

kredit.

Dalam perjalanannya perjanjian kredit yang dilakukan antara kreditur dan

debitur tidak selalu berjalan mulus, tidak sedikit pula mengalami kredit

bermasalah atau nonperforming loan yang merupakan risiko yang terkandung

dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Risiko tersebut berupa keadaan keadaan

di mana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya. Kredit bermasalah atau

(30)

misalnya ada kesengajaan dari pihak pihak yang terlibat dalam proses kredit,

kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan oleh faktor lain.

Kredit yang dikategorikan sebagai kredit bermasalah (nonperforming loan)

adalah apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang

lancar, diragukan, atau macet. Untuk menyelesaikan kredit bermasalah itu dapat

ditempuh dengan dua cara yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit.

Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalah suatu langkah di mana pihak

bank atau kreditur dan nasabah atau debitur melakukan perundingan guna

penyelesaian masalah, sedangkan penyelesaian kredit adalah suatu langkah

penyelesaian melalui lembaga hukum.

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/4/BPP tanggal 29 Mei

1993 mengatur mengenai penyelamatan kredit bermasalah yaitu melalaui13:

1) Rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu upaya hukum untuk

melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang

berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/jangka waktu kredit

termasuk tenggang (grace period), termasuk perubahan jumlah

angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit.

2) Reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan peruban atas

sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya

kepada perubahan jadwal angsuran, dan/ atau jangka waktu kredit saja

3) Restructuring (penataan kembali), yaitu berupa melakukan perubahan

syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau

13

(31)

melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi

perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan atau

reconditioning.

Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian

Kredit, bahwa yang dimaksud dengan Jaminan adalah suatu keyakinan bank atas

kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.

Adapun menurut ketentuan pasal 1 butir 23 yang dimaksud dengan agunan adalah

jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada dalam rangka

pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 14

Adapun macam-macam jaminan yaitu :

1) Personal guaranty (jaminan perorangan).

2) Jaminan kebendaan.

Jaminan yang digunakan biasanya berupa jaminan atas tanah.

Undang-Undang Pokok Agraria mengenal hak jaminan atas tanah, yang dinamakan dengan

Hak Tanggungan. Menurut Undang-Undang Pokok Agraria, Hak Tanggungan itu

dapat dibebankan diatas tanah hak milik (Pasal 25), Hak Guna Usaha (Pasal 33),

dan Hak Guna Bangunan (Pasal 39). Menurut Pasal 51 UUPA, Hak Tanggungan

akan diatur akan diatur dengan undang-undang, yakni Undang-Undang Nomor 4

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang

14

(32)

berkaitan dengan tanah, hal tersebut terwujudlah suatu hukum jaminan nasional,

seperti yang diamanatkan di dalam Pasal 51 UUPA tersebut.15

a) Objek hukum hak tanggungan

Berdasarkan Undang-Undang Hak Tanggungan, objek yang

dapat dibebani dengan Hak Tanggungan adalah hak-hak atas tanah

beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Dalam Pasal 4

Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut dijelaskan bahwa hak atas

tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah sebagai berikut:

1) Hak Milik.

2) Hak Guna Usaha.

3) Hak Guna Bangunan.

4) Hak Pakai atas Tanah Negara, yang menurut ketentuan yang berlaku

wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan.

5) Hak-hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang

telah ada tau aka nada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah

tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah.16

Dalam hal ini pembebanannya harus dengan tegas dinyatakan didalam

Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.

b) Subjek hukum hak tanggungan

Dalam Hak Tanggunngan juga terdapat subjek hukum yang

menjadi hak tanggungan yang terkait dengan perjanjian pemberi Hak

15

Adrian Sutedi,2012, Hukum Hak Tanggungan,Cet. II, Sinar Grafika, Jakarta, h.51. 16

(33)

Tanggungan. Di dalam suatu perjanjian Hak Tanggungan ada dua pihak

yang mengikatkan diri, yaitu sebagai berikut:

1) Pemberi Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjaminkan

objek Hak Tanggungan.

2) Pemegang Hak Tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima

Hak Tanggungan sebagai jaminan dari piutang yang diberikannya.

1.8 Metode Penelitian

Untuk menjamin adanya kebenaran ilmiah dalam skripsi ini maka

dipergunakan metodelogi sebagai satu cara yang dapat membantu dalam

penelitian sehingga dapat diperoleh suatu tujuan yang diharapkan, maka salah satu

cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh kebenaran dalam penelitian secara

ilmiah dengan cara mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan

menganalisa terhadap beberapa fakta tersebut.

Istilah metodelogi berasal dari kata metode yang berarti jalan. Oleh karena

itu yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah suatu prosedur atau cara untuk

mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis atau prosedur

hukum. Istilah pentingnya arti kata metodelogi dalam memperoleh kebenaran

maka tanpa metodelogi seorang penulis tidak mungkin akan mampu untuk

merumuskan, menganalisa dan memecahkan permasalahannya. Oleh karena itu

dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan suatu

(34)

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakandalam skripsi ini adalah jenis penelitian

hukum empiris, karena mendekati masalah dari peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kenyataan yang ada dalam masyarakat.

Penelitian hukum empiris adalah mengenai permberlakuan atau

implementasi ketentuan hukum normative secara in action pada setiap

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.17

1.8.2 Sifat Penelitian

Penelitian skripsi ini bersifat penelitian deskriptif, karena bertujuan

menggambarkan secara tepat mengenai hubungan antara suatu gejala

dengan gejala lain dalam kenyataan yang terjadi pada PT. Bank Bukopin,

Tbk. Cabang Denpasar.

1.8.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari sumber data yang erat kaitannya

dengan judul penelitian ini yaitu:

1. Data Primer adalah berupa data empiris yang diperoleh dari hasil

penelitian lapangan (Field Research). sumber pertama penelitian ini

dilakukan yaitu di PT.BankBukopin, Tbk Cabang Denpasar.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan

berupa buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan terdiri

dari :

a. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:

17

(35)

- Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

- Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan atas

perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan.

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria.

- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan.

b. Bahan hukum sekunder dalam penulisan ini bersumber dari

penelitian kepustakaan (Library Reseach) data ini diperoleh melalui

membaca atau meneliti beberapa buku atau literatur hukum, serta

menelaah pendapat dari para pakar hukum yang ada hubungannya

dan ada relevansinya dengan permasalahan yang dibahas, penelitian

kepustakaan ini diharapkan menghasilkan kesimpulan yang teoritis.

c. Bahan HukumTersier adalah bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

seperti kamus-kamus hukum

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian skripsi ini, teknik pengumpulan datanya

(36)

a. Untuk mendapatkan data primer diperlukan tehnik wawancara yaitu

Tanya jawab secara lisan antara penulis dengan pihak-pihak yang

terkait di PT. Bank Bukopin,Tbk Cabang Denpasar guna memperoleh

keterangan yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Sistem

wawancara yang digunakan adalah wawancara berencana, yaitu

wawancara yang disertai dengan daftar pertanyaan yang telah disusun

sebelumnya.

b. Sedangkan untuk mendapatkan data sekunder dipergunakan tehnik

studi dokumen yaitu dengan menelaah bahan-bahan bacaan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan relevan dengan

permasalahan yang timbul.

1.8.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data yang diperoleh terkumpul selanjutnya data tersebut

diolah dan dianalisa. Untuk menganalisis data, tergantung pada sifat data

yang dikumpulkan oleh peneliti (tahap pengumpulan data).18

Tehnik pengolahan dan analisa data baik terhadap data primer

maupun data sekunder dilakukan analisa secara kualitatif dan untuk

penyajiannya dilakukan dengan cara deskriptif analisis yaitu dengan jalan

menyusun secara sistematis serta dapat menggambarkan atau melukiskan

sesuai dengan kejadiannya sehingga permasalahan yang timbul dalam

skripsi ini dapat terjawab.

18

(37)

BAB II

TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT, WANPRESTASI, DAN

HAK TANGGUNGAN

2.1 Perjanjian Kredit

2.1.1 Pengertian Perjanjian Kredit

Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana dua orang atau

dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu

pesetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.

Pengertian perjanjian menurut ketentuan Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata diatur pada Buku ke III pasal 1313 KUHPerdata

yang menyebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih dengan mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih. Jadi suatu perjanjian paling sedikit

harus ada dua pihak sebagai subjek hukum, dimana masing-masing

pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya dalam suatu hal tertentu

yang berupa menyerahkan sesuatu, maupun tidak berbuat sesuatu.

Perjanjian juga diartikan sebagai suatu hubungan antar dasar

hukum kekayaan antara dua pihak atau lebih dimana pihak satu

berkewajiban memberi suatu prestasi atas nama pihak yang lain

mempunyai hak terhadap prestasi itu.19

19

(38)

Menurut Subekti Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu

berjanji untuk melaksanakan suatu hal.20

Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa Latin,

Credere, yang berarti kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa

yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada debitur

adalah kepercayaan.21Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran

pengembalian secara mengangsur atau pinjaman hingga batas

jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.

Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan merumuskan bahwa kredit merupakan penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa prestasi

yang wajib dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan

kepadanya adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga

disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati sebelumnya.

20

Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Alumni,Bandung,(selanjutnya disebut Subekti II),h.1.

21

(39)

Perjanjian kredit merupakan hubungan hukum kontraktual

antara bank dan pihak lain berdasarkan atas sepakat, dimana bank

menyerahkan uang atau tagihan dan mewajibkan pihak lain untuk

mengembalikannya dengan jangka waktu tertentu disertai

pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Perjanjian kredit pada hakikatnya adalah perjanjian pinjam

meminjam sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. R. Subekti berpendapat dalam bentuk apapun juga

pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada hakikatnya

yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam-meminjam sebagaimana

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1754

sampai dengan Pasal 1769.

Ketentuan Pasal 1754 berbunyi :

“Perjanjian pinjam mengganti adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini mengembalikan

sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.

Pendapat yang sama dikemukakan Marhainis Abdul Hay

menyatakan bahwa perjanjian kredit adalah identik dengan

perjanjian pinjam mengganti dan dikuasai oleh ketentuan bab XIII

Buku III KUHPerdata.22

Berbeda halnya dengan Mariam Darus Badrulzaman yang

berpendapat bahwa perjanjian kredit bank adalah “perjanjian

22

(40)

pendahuluan” (voorovereenkomst) dari penyerahan uang. Perjanjian

pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan

penerima pinjaman mengenai hubungan-hubungan keduanya.

“Penyerahan uangnya” sendiri, adalah bersifat riil. Pada saat

penyerahan uang dilakukan barulah berlaku ketentuan yang

dituangkan dalam model perjanjian kredit pada kedua belah pihak.23

Jadi dapat dikatakan perjanjian kredit adalah perjanjian

pokok (prinsipil) yang bersifat riil. Sebagai perjanjian prinsipil,

maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada dan berakhirnya

perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah

bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan

uang oleh bank kepada nasabah debitur.24

Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan

menggunakan bentuk perjanjian baku (standard contract). Dalam

praktik di perbankan bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh

pihak bank sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari

dan memahaminya dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa

disebut dengan perjanjian baku (standard contract), dimana dalam

perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam posisi menerima atau

menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan negosiasi atau

tawar-menawar. Apabila menerima debitur akan bersedia

23

Mariam Darus Badrulzaman,1991,Perjanjian Kredit Bank,PT. Citra Aditya Bakti,Bandung,h.32.

24

(41)

menandatanganinya dan sebaliknya jika menolak debitur tidak perlu

menandatanganinya.

Pada perjanjian kredit terdapat hak dan kewajiban

masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan

oleh bank, serta diatur mengenai sanksi apabila debitur tidak

memenuhi prestasinya dalam perjanjian kredit tersebut.25

2.1.2 Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kredit

Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata disebutkan bahwa

perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Hal ini

merupakan peristiwa yang menimbulkan suatu hubungan hukum

antara orang-orang yang membuatnya sehingga dari perjanjian

tersebut nantinya akan menimbulkan suatu perikatan.

Suatu perjanjian hanya mengikat pihak-pihak yang

mengadakan perjanjian itu sendiri atau dengan kata lain tidak

mengikat pihak lainnya. Perjanjian hanya meletakkan hak-hak dan

kewajiban-kewajiban antara para pihak yang membuatnya. Para

pihak dalam perjanjian kredit pada dasarnya hanya dua, yaitu pihak

kreditur yaitu bank dan pihak debiturnya adalah nasabah. Menurut

Undang Nomor 10 Tahun 1992 Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menyatakan

bahwa Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari

25

(42)

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kemudian

Nasabah menurut Undang-Undang Perbankan merupakan pihak

yang menggunakan jasa bank, nasabah penyimpanan adalah

nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk

simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang

bersangkutan, dan nasabah debitur adalah nasabah yang

memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian

bank dengan nasabah yang bersangkutan.

Adapun pihak-pihak yang ada dalam perjanjian kredit adalah

sebagai berikut :

a. Kreditur (pemberi kredit) dalam perjanjian kredit adalah

Bank atau lembaga pembiayaan yaitu pihak yang

memberikan pinjaman kepada debitur.

b. Debitur (penerima kredit) yaitu pihak yang meminjam

atau menerima pinjaman dari kredit baik itu individu

ataupun badan hukum.

2.1.3 Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian Kredit

Perjanjian yang sah merupakan perjanjian yang memenuhi

syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga

(43)

KUHPerdata syarat sah perjanjian meliputi dua hal, yaitu syarat

subjektif dan syarat objektif yaitu :

1) Syarat Subjektif

Syarat subjektif adalah syarat yang berkaitan

dengan subjek perjanjian. Syarat subjektif perjanjian

meliputi, antara lain :

a. Adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Dalam suatu perjanjian harus ada kesepakatan

antara para pihak, yaitu persesuaian pernyataan

kehendak antara kedua belah pihak, tidak ada

paksaan dan lainnya. Dengan diberlakukannya kata

sepakat mengadakan perjanjian, maka berarti kedua

pihak haruslah mempunyai kebebasan berkehendak.

Jadi kesepakatan itu penting diketahui karena

merupakan awal terjadinya perjanjian.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

Kecakapan disini berarti kemampuan kedua

belah pihak untuk melakukan perbuatan hukum.

Orang yang cakap atau wenang adalah orang

(44)

2) Syarat Objektif

Syarat objektif adalah syarat yang berkaitan dengan

objek perjanjian. Syart objektif perjanjian meliputi,

antara lain :

a. Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu di sini berbicara tentang

obyek perjanjian. Setiap perjanjian harus

mempunyai objek tertentu, objek perjanjian yang

dimaksud terdapat di dalam Pasal 1332 sampai

dengan Pasal 1334 KUHPerdata, yaitu yang

pertama adalah tentang objek yang akan ada

(kecuali warisan) asalkan dapat ditentukan jenis dan

dapat dihitung. Yang kedua adalah objek yang dapat

diperdagangkan (barang-barang yang dipergunakan

untuk kepentingan umum tidak dapat menjadi objek

perjanjian).

b. Suatu sebab yang halal

Dalam suatu perjanjian diperlukan adanya sebab

yang halal artinya ada sebab-sebab hukum yang

menjadi dasar perjanjian yang tidak dilarang oleh

peraturan, keamanan, dan ketertiban umum dan

sebagainya. Undang-undang tidak memberikan

(45)

Menurut Abdulkadir Muhammad, sebab adalah

suatu yang menyebabkan orang membuat

perjanjian, yang mendorong orang membuat

perjanjian. Tetapi yang dimaksud cauza yang halal

dalam Pasal 1320 KUHPerdata bukanlah sebab

dalam arti yang menyebabkan atau yang mendorong

orang membuat perjanjian, melainkan sebab dalam

arti “isi perjanjian itu sendiri” yang menggambarkan

tujuan yang akan dicapai oleh para pihak.26

Menurut R. Subekti, menyatakan bahwa berdasarkan undang-undang dan peraturan, syarat suatu perjanjian sangat diperlukan dan ditentukan oleh berbagai keadaan yang ditentukan berdasarkan hukum, seperti syarat sahnya suatu perjanjian kejelasan benda atau perbuatan yang diperjanjikan serta mereka dalam kedaan cakap untuk melakukan persetujuan atau perjanjian menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti keadaan senyatanya dari pihak yang melakukan perjanjian yang merupakan kondisi objek obyektif, bahwa mereka diakui secara hukum dan memenuhi aturan serta norma lainnya sesuai dengan norma agama, norma adat, dan norma susila lainnya yang berlaku dimana perjanjian itu dilakukan.27

Perjanjian kredit bank antara pihak kreditur dan pihak

debitur harus memenuhi syarat-syarat perjanjian sebagaimana

terdapat didalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu : adanya

kesepakatan kedua belah pihak, kecakapan untuk membuat suatu

perikatan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal.

26

Abdulkadir Muhammad,1990, Hukum Perikatan,Cet. II, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad II), h.94.

27

(46)

2.1.4 Asas-Asas Perjanjian Kredit

Dalam hukum perjanjian, terdapat beberapa asas penting

yang merupakan dasar dalam pelaksanaan perjanjian. Sama halnya

juga dalam perjanjian kredit, dimana asas-asas ini merupakan

pedoman dari masing-masing pihak dalam mencapai tujuannya,

adapun asas yang dijadikan tonggak hukum perjanjian dalam sistem

hukum perbankan yaitu :

1. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme, artinya bahwa suatu

perikatan itu terjadi (ada) sejak saat tercapainya kata

sepakat antara para pihak. Dengan kata lain bahwa

perikatan itu sudah sah dan mempunyai akibat hukum

sejak saat tercapainya kata sepakat antara para pihak

mengenai pokok perikatan.28

Berdasarkan Pasal 1320 Ayat (1) KUHPerdata,

dinyatakan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian

adalah kesepakatan kedua belah pihak. Artinya bahwa

perikatan pada umumnya tidak diadakan secara formal,

tetapi cukup dengan adanya kesepakatan para pihak.

Kesepakatan tersebut dapat dibuat dalam bentuk lisan

maupun dituangkan dalam bentuk tulisan berupa akta,

jika dikehendaki sebagai alat bukti. Perjanjian yang

28

(47)

dibuat secara lisan didasarkan pada asas bahwa “manusia

itu dapat dipegang multnya”, artinya dapat dipercaya

dengan kata-kata yang diucapkannya.

2. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas pacta sunt servanda,29 berhubungan dengan

akibat dari perjanjian. Pasal 1338 KUHPerdata

menyebutkan:

- Semua Persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

- Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

- Persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Dari ketentuan tersebut terkandung beberapa

istilah. Pertama istilah “semua perjanjian” berarti bahwa

pembentuk undang-undang menunjukkan bahwa

perjanjian dimaksud bukanlah semata-mata perjanjian

bernama. Kedua, istilah “secara sah”, artinya bahwa

pembentuk undang-undang menunjukkan bahwa

pembuatan perjanjian harus memenuhi persyaratan yang

telah ditentukan dan bersifat mengikat sebagai

undang-undang terhadap para pihak sehingga terealisasi asas

kepasatian hukum. Ketiga, istilah “iktikad baik”, hal ini

29

(48)

berarti member perlindungan hukum pada debitur dan

kedudukan antara kreditur dan debitur menjadi

seimbang. Ini merupakan realisasi dari asas

keseimbangan.

3. Asas Kebebasan Berkontrak

Kebebasan berkontrak (freedom of making

contract), adalah salah satu asas yang sangat penting

didalam hukum perjanjian. Kebebasan ini adalah

perwujudan dari kehendak bebas, pancaran, dan hak

asasi manusia.

Menurut Salim H.S, bahwa asas kebebasan

berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan

kepada para pihak untuk, membuat atau tidak membuat

perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun, dan

menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan

persyaratannya, serta menentukan bentuk perjanjian, yaitu

tertulis atau lisan.30 Namun demikian menurut Abdulkadir

Muhammad, berpendapat bahwa kebebasan berkontrak

tersebut tetap dibatasi oleh tiga hal, yaitu : tidak dilarang

oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan

kesusilaan, dan tidak bertentangan dengan ketertiban

30

(49)

umum.31 Dalam Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan

bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Ketentuan ini dapat saja tidak diikuti jika para pihak

menghendaki cara-cara tersendiri, tetapi apabila tidak

ditentukan lain maka ketentuan undang-undang yang

tetap berlaku.

2.1.5 Persetujuan Pemberian Kredit

Ketentuan pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 merupakan dasar atau landasan bagi bank dalam

menyalurkan kreditnya kepada nasabah debitur. Lebih dari itu,

karena pemberian kredit merupakan salah satu fungsi utama dari

bank, maka dalam dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan

menerapkan prinsip kehatia-hatian sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan. Maka dari itu untuk mencegah terjandinya kredit

bermasalah dikemudian, penilaian suatu bank untuk memberikan

persetujuan terhadap suatu permohonan kredit dilakukan dengan

berpedoman kepada formula 4P dan Formula 5C. 32

31

Abdulkadir Muhammad II,op.cit,h.84. 32

(50)

a. Formula 4 P dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Personality. Dalam hal ini pihak bank mencari data

secara lengkap mengenai kepribadian si pemohon

kredit, anatara lain mengenai riwayat hidupnya,

pengalamannya dalam beruaha, pergaulan dalam

masyarakat, dan lain-lain. Hal ini diperlukan untuk

menetukan persetujuan kredit yang diajukan oleh

pemohon kredit.

2) Purpose. Selain mengenai kepribadian (personality)

dari pemohon kredit, bank juga harus mencari data

tentang tujuan atau penggunaan kredit tersebut sesuai

line of business kredit bank yang bersangkutan.

3) Prospect. Dalam hal ini bank harus melakukan

analisis secara cermat dan mendalam tentang bentuk

usaha yang akan dilakukan oleh pemohon kredit.

Misalnya apakah usaha yang dijalankanoleh

pemohon kredit mempunyai prospek di kemudian

hari ditinjau dari aspek ekonomi dan kebutuhan

masyarakat.

4) Payment. Bahwa dalam penyaluran kredit, bank

harus mengetahui dengan jelas mengenai

(51)

utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang

ditentukan.

b. Mengenai Formula 5 C dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Character. Bahwa calon nasabah debitur memiliki

watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik.

Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk

mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan

kemauan dari caon nasabah debitur untuk memenuhi

kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini

dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup,

riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang

sejenis.

2) Capacity. Yang dimaksud dengan capacity dalam

hal ini adalah kemampuan calon nasabah debitur

untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu

melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya

akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan

keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu

melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka

waktu yang telah ditentukan. Pengukuran

kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai

pendekatan, misalnya pendekatan materiel, yaitu

(52)

laporan rugi laba, dan arus kas (cash flow) usaha

dari beberapa tahun terakhir. Melalui pendekatan ini,

tentu dapat diketahui pula mengenai tingkat

solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas usaha serta

tingkat riskonya. Pada umumnya yang menilai

capacity seseorang didasarkan pada pengalamannya

dalam dunia bisnis yang dihubungkan dengan

pendidikan dari calon nasabah debitur, serta

kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam

melakukan persaingan usaha dengan persaingan

lainnya.

3) Capital. Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu

melakukan penelitian terhadap modal yang dimiliki

oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah

semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal,

akan tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana

distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha

tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada

dapat berjalan secara efektif.

4) Collateral. Merupakan jaminan untuk persetujuan

pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman

(back up) atas risiko yang mungkin terjadi atas

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di Perusahaan Daerah BPR Bank Klaten.Untuk mengetahui

Bentuk dan Isi Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fidusia serta Upaya. Penyelesaian Wanprestasi dan Hambatan yang terjadi di PD

Hal-hal yang menyebabkan debitur wanprestasi yaitu karena debitur tidak membayar angsuran tepat pada waktunya sehingga terjadi tunggakan, oleh karena itu pihak PT Bank

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI

Hak Tanggungan merupakan jaminan yang dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi kreditur. Dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan di suatu

selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Staff Tata

Dalam memberikan kredit ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh bank dalam rangka melindungi dan mengamankan dana masyarakat, hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1)

Dalam memberikan kredit ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh bank dalam rangka melindungi dan mengamankan dana masyarakat, hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1)