S K R I P S I
Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh :
0512010276 / FE / EM YAYAN HERMAWAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN
JAWA TIMUR
▸ Baca selengkapnya: mengetahui nama produk, keunggulan produk, manfaat produk yang di lihatnya di tv, adalah promosi dengan menggunakan teknik ….
(2)PENGARUH TINGKAT KESUKSESAN PRODUK BARU TERHADAP
KINERJA PEMASARAN PADA MOTOR BEBEK SPORT
“KAWASAKI ATHLETE 125” DI SURABAYA
S K R I P S I
Oleh :
0512010276 / FE / EM YAYAN HERMAWAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN
JAWA TIMUR
PENGARUH TINGKAT KESUKSESAN PRODUK BARU TERHADAP
KINERJA PEMASARAN PADA MOTOR BEBEK SPORT
“KAWASAKI ATHLETE 125” DI SURABAYA
Yang Diajukan :
0512010276 / FE / EM YAYAN HERMAWAN
Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh :
Pembimbing
Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal : ……….
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen
S K R I P S I
PENGARUH TINGKAT KESUKSESAN PRODUK BARU TERHADAP
KINERJA PEMASARAN PADA MOTOR BEBEK SPORT
“KAWASAKI ATHLETE 125” DI SURABAYA
Yang Diajukan :
0512010276 / FE / EM YAYAN HERMAWAN
Telah Disetujui Untuk Ujian Lisan Oleh :
Pembimbing
Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal : ……….
Mengetahui,
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
i Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Tingkat Kesuksesan Produk Baru Terhadap Kinerja
Pemasaran Pada Motor Bebek Sport “Kawasaki Athlete 125” Di Surabaya”
dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat
penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan
Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.
Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MT, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa
Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Program Studi Manajemen
UPN “Veteran” Jawa Timur, dan selaku Dosen Pembimbing yang penuh
dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing
ii
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang telah memberikan ilmu yang
sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk
menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah
diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.
5. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas
semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata
penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Februari 2010
iii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 10
2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 11
2.2.3. Konsep Pemasaran ... 12
2.2.4. Tujuan Pemasaran ... 13
2.2.5. Tingkat Kesuksesan Produk Baru ... 14
2.2.5.1. Pengertian Promosi ... 16
iv
2.2.5.3. Keunggulan Produk Baru ... 19
2.2.6. Kinerja Pemasaran ... 24
2.2.7. Pengaruh tingkat kesuksesan produk baru dengan kinerja pemasaran ... 26
2.2.8. Pengaruh promosi dengan tingkat kesuksesan produk baru ... 26
2.2.9. Pengaruh pengelolaan pengetahuan konsumen dengan tingkat kesuksesan produk baru ... 27
2.2.10 Pengaruh keunggulan produk baru dengan tingkat kesuksesan produk baru ... 28
2.3. Kerangka Konseptual ... 29
2.4. Hipotesis ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
3.1.1. Definisi Operasional ... 31
v
3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling) ... 38
3.4.5. Uji Hipotesis ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43
4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 43
4.1.2. Deskripsi Promosi (X) ... 44
4.1.3. Deskripsi Pengelolaan Pengetahuan Konsumen (X2) ... 46
4.1.4. Deskripsi Keunggulan Produk Baru (X3 4.1.5. Deskripsi Tingkat Kesuksesan Produk Baru (Y) .... 48
) ... 47
4.1.6. Deskripsi Kinerja Pemasaran (Z) ... 49
4.2. Analisis Data ... 50
4.2.1. Evaluasi Outlier ... 50
4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ... 52
4.2.3. Evaluasi Validitas ... 53
4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted ... 54
4.2.5. Evaluasi Normalitas ... 55
4.2.6. Analisis Model One – Step Approach to SEM ... 56
4.2.7. Uji Kausalitas ... 59
4.3. Pembahasan ...
4.3.1. Pengujian Hipotesis Hubungan Kausalitas Tingkat
vi
Terhadap Kinerja Pemasaran (Marketing
Performance) ... 60
4.3.2. Pengujian Hipotesis Hubungan Kausalitas Promosi
(Promotion) Terhadap Tingkat Kesuksesan Produk
(Product Success) ... 61
4.3.3. Pengujian Hipotesis Hubungan Kausalitas
Pengelolaan Pengetahuan Konsumen (Consumer Knowledge Management) Terhadap Tingkat
Kesuksesan Produk (New Product Success) ... 63
4.3.4. Pengujian Hipotesis Hubungan Kausalitas
Keunggulan Produk Baru (New Product
Superiority) Terhadap Tingkat Kesuksesan Produk
(New Product Success) ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 66
5.2. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
vii
Tabel 1.1 Data Hasil Penjualan Motor Bebek Sport Data Hasil Penjualan
Motor Bebek Sport ... 4
Tabel 1.2 Data Penjualan Sepeda Motor Mulai Tahun 2006 – 2009 ... 4
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 44
Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Promosi (X1) .... 45
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Pengelolaan Pengetahuan Konsumen (X2) ... 46
Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Keunggulan Produk Baru (X3) ... 47
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kesuksesan Produk Baru (X) ... 48
Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kinerja Pemasaran (Y) ... 49
Tabel 4.8. Uji Outliers Multivariate ... 61
Tabel 4.9. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 52
Tabel 4.10. Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Factor Analysis ... 53
Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 54
Tabel 4.12. Assessment Of Normality ... 56
Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model ... 57
Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Modifikasi ... 58
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 31
Gambar 4.1. Struktur Organisasi P 48
Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Promosi, Pengelolaan Pengetahuan Konsumen, Keunggulan Produk Baru, Tingkat Kesuksesan Produk Baru, Dan Kinerja Pemasaran, Model
Spesifikasi : One Step Approach – Base Model ... 57
Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Promosi, Pengelolaan Pengetahuan Konsumen, Keunggulan Produk Baru, Tingkat Kesuksesan Produk Baru, Dan Kinerja Pemasaran, Model
ix Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Tanggapan Responden Terhadap Promosi (X1), Pengelolaan
Pengetahuan Konsumen (X2), Keunggulan Produk Baru (X3),
Tingkat Kesuksesan Produk Baru (Y), Dan Kinerja Pemasaran (Z)
PENGARUH TINGKAT KESUKSESAN PRODUK BARU TERHADAP KINERJA PEMASARAN PADA MOTOR BEBEK SPORT
“KAWASAKI ATHLETE 125” DI SURABAYA
Oleh : Yayan Hermawan
Abstraksi
Berdasarkan data hasil penjualan motor bebek sport mulai Jan – Juli 2009 menunjukkan bahwa Kawasaki Athlete 125 menempati urutan keempat setelah Yamaha MX 135 pada urutan pertama, urutan kedua ditempati Suzuki Satria 150, dan Honda CS1 125 menempati urutan ketiga. Didukung dengan terjadinya penurunan prosentase (%) penjualan sepeda motor Kawasaki mulai tahun 2006 – 2009 dari 76 % pada tahun 2006, pada tahun 2007 sebesar 82 %, dan pada tahun 2008 sebesar 70 %. Fenomena tersebut merupakan permasalahan yang ada pada penjualan sepeda motor bebek sport Kawasaki Athlete 125 yang harus segera diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi, pengelolaan pengetahuan konsumen, dan keunggulan produk terhadap tingkat kesuksesan produk baru dan dampaknya pada kinerja pemasaran pada Motor
Bebek SportKawasaki Athlete 125” di Surabaya Motor.
Data yang digunakan adalah data primer yaitu data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu pemilik dealer yang menjual
Motor Bebek Sport Kawasaki Athlete 125 di Surabaya. Skala pengukuran yang
digunakan adalah semantic differential scale dengan teknik pengukuran dengan
jenjang 1-7. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu
pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Pengambilan sampel didasari asumsi SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5 – 10 kali parameter yang diestimasi. Pada penelitian ini ada 15 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi yaitu antara 75-150. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 105 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM untuk melihat pengaruh promosi, pengelolaan pengetahuan konsumen, dan keunggulan produk terhadap tingkat kesuksesan produk baru dan dampaknya pada kinerja pemasaran.
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa promosi dan pengelolaan pengetahuan konsumen tidak berpengaruh terhadap tingkat
kesuksesan produk baru pada Motor Bebek Sport Kawasaki Athlete 125” di
Surabaya, sedangkan keunggulan produk berpengaruh signifikan dan positif
terhadap tingkat kesuksesan produk baru pada Motor Bebek Sport Kawasaki
Athlete 125” di Surabaya.
1
1.1. Latar Belakang Masalah
Saat ini perkembangan parrsaingan pasar sepeda motor menjadi semakin
kompleks. Hal ini disebabkan karena pengaruh trend yang terjadi di masyarakat
dan semakin banyaknya pilihan yang tersedia di pasar. Semakin kompleksnya
pasar sepeda motor membuat suatu perusahaan perlu memahami konsumen.
Tingkat persaingan dalam pemasaran produk sepeda motor pada saat ini
berlangsung dengan ketat dengan tingkat persaingan yang cukup tinggi. Hal ini
menjadikan setiap perusahaan berusaha untuk mengembangkan dan
mempertahankan posisi perusahaan dan peluang pasar agar lebih baik yang
mungkin diraihnya. Dengan demikian setiap perusahaan harus mengembangkan
kegiatan pemasarannya agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Salah satu hal penting dalam tujuan pemasaran yang perlu diperhatikan
oleh perusahaan adalah membuat suatu ukuran dengan tujuan meningkatkan
kinerja perusahaan seperti kinerja pemasaran yang meningkat (Song & Parry,
1997:67 dalam Navarone, 2003:111). Namun untuk meningkatkan kinerja
pemasaran sesuai yang diharapkan, perusahaan harus memperhatikan strategi
serta usaha apa guna mencapai tujuan tersebut. Hal ini mutlak dilakukan oleh
setiap perusahaan karena kinerja pemasaran merupakan kunci vitalitas
2
Kinerja pemasaran merupakan konsep untuk mengukur prestasi pemasaran
suatu produk. Oleh karena itu ukuran yang sebaiknya digunakan adalah ukuran
yang bersifat activity based measure yang dapat menjelaskan aktivitas-aktivitas
pemasaran yang menghasilkan kinerja pemasaran tersebut (Ferdinand, 2000:9
dalam Navarone, 2003:115).
Kawasaki Athlete merupakan motor bebek sport terbaru yang diproduksi
oleh PT. Kawasaki Motor Indonesia. Persaingan sepeda motor bebek sport alias
bebek jantan ternyata tidak kalah sengitnya dengan sepeda motor jenis lain.
Dengan memadukan desain motor bebek dan motor sport, maka tampilan bodi
motor ini menjadi sporty. Bisa dimaklumi jika sebagian besar peminat motor jenis
ini adalah anak muda.
Beberapa program promosi yang dilakukan oleh pihak Kawasaki antara
lain dilakukan di beberapa media antara lain di majalah otomotif. Sebagai produk
baru Kawasaki kurang dikenal oleh masyarakat. Hal ini kemungkinan kurangnya
promosi yang dilakukan oleh pihak Kawasaki terutama promosi yang dilakukan di
media elektronik antara lain televisi.
Promosi adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai
insentif yang dapat untuk merangsang pembelian produk dengan daya tarik,
jangkauan serta frekuensi promosi. (Ferdinand, 2000:9 dalam Navarone,
2003:115).
Kawasaki Athlete memakai tipe transmisi semi otomatis, konstruksi mesin
nyaris tidur, dengan system pendingin udara. Meski mesinnya mirip motor bebek
yang meruncing di bagian ujung membuat penampilannya terlihat sangat
mencolok ketika melaju di aspal.
Keunggulan produk baru berkaitan dengan atribut produk yang dapat
memberikan gambaran lebih konkret dari kemampuan perusahaan untuk
memahami, memenuhi kebutuhan pelanggannya dan alternatif serta bukti
langsung dari keunggulannya. (Ferdinand, 2000:9 dalam Navarone, 2003:115)
Selain dipakai untuk bergaya, Kawasaki Athlete cocok pula untuk
dijadikan alat transportasi sehari-hari. Sebab bobotnya lebih ringan dibandingkan
dengan motor trail regular, sehingga bisa membuat pengendara nyaman selama
berkendara. Meski ringan, mesin Kawasaki Athlete bisa diadu dengan motor lain
di kelasnya. Kawasaki Athlete menggunakan mesin 124,6 cc dengan empat stroke
SOHC dua value.
Pengelolaan pengetahuan konsumen merupakan pemahaman perusahaan
terhadap permintaan, minat, serta layanan dan kebutuhan konsumen terhadap
produk yang diinginkan konsumen. (Ferdinand, 2000:9 dalam Navarone,
2003:115)
Ada pula keihin PB 18 sebagai karburator berkekuatan 10 hp. Kawasaki
Athlete bisa menghasilkan tenaga 9,9 ps pada 8.000 rpm. Maksimum torsi yang
mampu dihasilkan menghasilkan 10,64 Nm pada 4.000 rpm. Harga Kawasaki
Athlete ini Rp. 14,6 juta on the road. Saat ini, Kawasaki Athlete memberikan
kontribusi 90,9% terhadap total penjualan Kawasaki yang mencapai 7.567 unit.
Berikut ini akan disajikan data hasil penjualan motor bebek sport mulai
4
Tabel 1.1
Data Hasil Penjualan Motor Bebek Sport Mulai Januari – Juli 2009
Merek Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
MX 135 4444 12577 19627 21774 18102 20682 23268
Satria 150 4698 10024 6643 5387 5120 7471 7480
CS1 125 401 750 1157 1250 1565 1313 2861
Athlete 125 875 730 956 671 671 1484 1254
Sumber : Tabloid KONTAN, Agustus – September 2009
Berdasarkan tabel 1.1, diketahui bahwa hasil penjualan motor bebek sport
mulai Januari – Juli 2009 adalah sebagai berikut: pada urutan pertama ditempati
Jupiter MX 135, disusul di urutan kedua adalah Satria 150, selanjutnya di urutan
ketiga adalah CS1 125, dan di urutan terakhir adalah Athlete 125.
Hal tersebut didukung oleh data penjualan sepeda motor secara nasional
oleh AISI (Asosiasi Industri Motor Indonesia) yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.2
Data Penjualan Sepeda Motor Mulai Tahun 2006 - 2009
Merek Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008
Berdasarkan tabel 1.2, diketahui bahwa data penjualan sepeda motor mulai
Tahun 2006 – 2009 adalah sebagai berikut: pada urutan pertama ditempati Honda,
disusul di urutan kedua adalah Yamaha, selanjutnya di urutan ketiga adalah
Suzuki, selanjutnya urutan keempat adalah Kawasaki, dan di urutan terakhir
adalah merek lain selain keempat merek tersebut.
Kinerja pemasaran yang meningkat merupakan hasil yang dicapai
perusahaan dimana sebelumnya produk baru yang dijual tersebut termasuk sukses
di pasaran. Hal ini juga dikuatkan oleh Li dan Calantone (1998:14) dimana
kesuksesan tersebut ditandai dengan indikator seberapa jauh produk tersebut
menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian produk, memprioritaskan
membeli kembali produk tersebut, dan kembali membeli produk tersebut di waktu
yang lain. (Navarone, 2003)
Dengan menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kesuksesan produk baru maka peluang pasar yang ada seharusnya dapat
dimanfaatkan perusahaan sebaik mungkin sehingga dapat meningkatkan kinerja
pemasaran. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka
penelitian ini mengambil topik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kesuksesan produk baru dalam meningkatkan kinerja pemasaran pada Motor
Bebek SportKawasaki Athlete 125” di Surabaya.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diajukan, maka
6
1. Apakah promosi berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan produk baru pada
Motor Bebek SportKawasaki Athlete 125” di Surabaya ?
2. Apakah pengelolaan pengetahuan konsumen berpengaruh terhadap tingkat
kesuksesan produk baru pada Motor Bebek SportKawasaki Athlete 125” di
Surabaya ?
3. Apakah keunggulan produk berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan produk
baru pada Motor Bebek SportKawasaki Athlete 125” di Surabaya?
4. Apakah tingkat kesuksesan produk baru berpengaruh terhadap kinerja
pemasaran pada Motor Bebek SportKawasaki Athlete 125” di Surabaya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap tingkat kesuksesan produk
baru pada Motor Bebek SportKawasaki Athlete 125” di Surabaya.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan pengetahuan konsumen terhadap
tingkat kesuksesan produk baru pada Motor Bebek Sport Kawasaki Athlete
125” di Surabaya.
3. Untuk mengetahui pengaruh keunggulan produk terhadap tingkat kesuksesan
produk baru pada Motor Bebek SportKawasaki Athlete 125” di Surabaya.
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kesuksesan produk baru terhadap kinerja
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain :
1. Bagi Universitas
Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan
pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud Darma Bakti kepada
perguruan tinggi UPN “Veteran” Jatim pada umumnya dan Fakultas Ekonomi
pada khususnya.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan maupun bahan
informasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada kaitannya dengan
promosi, pengelolaan pengetahuan konsumen, keunggulan produk, tingkat
kesuksesan produk baru dan kinerja pemasaran pada Motor Bebek Sport
Kawasaki Athlete 125” di Surabaya
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau perluasan
pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah dan
memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai
8
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh:
1. Oki Navarone (2003) dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Kesuksesan
Produk Baru Dalam Peningkatan Kinerja Pemasaran”. Metode penarikan
sampel dilakukan dengan menggunakan geographical random sampling.
Sampel yang digunakan adalah 115 outlet-outlet penjualan computer di
kawasan Jakarta. Jumlah responden tersebut berdasarkan asumsi SEM bahwa
besarnya sampel yaitu antara 100 – 200 responden. Variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu: promosi, pengelolaan pengetahuan konsumen,
keunggulan produk baru, tingkat kesuksesan produk baru, dan kinerja
pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara empiris promosi,
pengelolaan pengetahuan konsumen, dan keunggulan produk berpengaruh
positif terhadap tingkat kesuksesan produk, serta tingkat kesuksesan produk
berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran.
2. Samtim Eko Putranto (2003) dengan judul “Studi Mengenai Orientasi Strategi
Dan Kinerja Pemasaran”. Metode penarikan sampel dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah 100
perusahaan mebel di Kabupaten Jepara. Jumlah responden tersebut
responden. Variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu: karakteristik
pimpinan, orientasi pembelajaran, orientasi pasar, dan kinerja pemasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pimpinan berpengaruh
positif terhadap orienasi pasar, dan kombinasi antara orientasi pasar dan
orientasi pembelajaran berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran.
meskipun bersarnya pengaruh antar variabel tidak sama, tetapi menunjukkan
pengaruh yang signifikan.
3. Mohamad Anis (2002) dengan judul “Koordinasi Dan Integrasi Strategik Bagi
Peningkatan Kinerja Pemasaran Distributor Semen”. Sampel yang digunakan
adalah semua distributor semen di Semarang. Jumlah responden tersebut
berdasarkan asumsi SEM bahwa besarnya sampel yaitu antara 100 – 200
responden. Variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu: Kualitas
Komunikasi, Kualitas Hubungan, Usaha Koordinasi, Integrasi Strategik, dan
kinerja pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan Kemitraan
Bisnis Antar Anggota Saluran Distribusi Dengan Supplier Produk Utama
(Semen) Adalah Penting Dan Menguntungkan Bagi Keduanya.
Atas dasar penelitian beberapa terdahulu tersebut, maka dapat digunakan
sebagai acuan penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis
Structural Equation Models (SEM), sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai
pembanding dari hasil pengujian dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang
10
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang
ini walaupun masing–masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada
intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Berikut ini dikutip beberepa definisi tentang pemasaran
yang dikemukakan beberapa ahli pemasaran :
1. Kotler (1997:8) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan
manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
2. Sedangkan Swasta (1999:5) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem
keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa
yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.
Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencakup unsur
pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta
mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada konsumen yang
2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan
kegiatan-kegiatan pemasaran untuk membantu dan mendukung proses pertukaran yang
efisien dan efektif. Definisi manajemen pemasaran banyak diberikan para ahli
dalam pemasaran.
Adapun definisi manajemen pemasaran yang dikemukakan oleh Kotler
dan Amstrong (1997:13) adalah bahwa manajemen pemasaran sebagai analsis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan target pembeli dengan mencapai sasaran organisasi. Jadi manajemen
pemasaran termasuk olah permintaan yang akhirnya termasuk
menata-olah hubungan demi pelanggan.
Manajemen pemasaran menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Swasta
dan Handoko (2000:4) adalah manajemen pemasaran adalah penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan
menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju denga maksud untuk mencapai
tujuan perusahaaan. Titik berat diletakkan pada penawaran perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga,
mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberi tahu,
12
2.2.3. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran selalu menekankan bahwa kunci sukses untuk
keberhasilan tujuan perusahaan adalah dengan mengutamakan pada pemuasan
kebutuhan dan keinginan konsumen melalui cara yang lebih efektif dan lebih
efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.
Menurut Peter dan Olson (1996:3) menyatakan bahwa perusahaan harus
memahami dan tetap dekat dengan konsumen dalam menyajikan produk serta
pelayanan yang baik, yang akan dibeli dan digunakan konsumen.
Kotler dan Amstrong (1997:17) mengemukakan bahwa konsep pemasaran
merupakan falsafah manajemen pemasaran yang berkeyakinan bahwa pencapaian
sasaran organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien
ketimbang pesaing.
Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001:6) adalah
alasan keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu organisasi dalah memuaskan
kebutuhan konsumen da keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal
tersebut tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak
tergantung pada agresifnya tenaga penjual tetapi lebih pada keputusan konsumen
untuk membeli suatu produk, bahkan apa yang konsumen pikirkan itulah yang
mereka beli-nilai yang mereka persepsikan-definisi suatu bisnis.
Konsep pemasaran menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel (2001:6) terdiri
1. Fokus pada kemauan dan keinginan konsumen sehingga organisasi dapat
membedakan produknya dari produk yang ditawarkan oleh para pesaing
2. Mengintegrasikan seluruh aktivitas organisasi, termasuk di dalamnya
produksi untuk memuaskan kebutuhan ini.
3. Pencapaian tujuan jangka panjang bagi organisasi dengan memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen secara hukum dan bertanggung jawab.
2.2.4. Tujuan Pemasaran
Ada empat tujuan pemasaran atau sasaran alternatif yang diajukan menurut
Kotler dan Armstrong (1997:17):
1. Memaksimalkan konsumsi
Banyak eksekutif bisnis percaya bahwa jabatan pemasaran semestinya dapat
mendorong konsumsi maksimum, yang pada gilirannya akan menciptakan
produksi, kesempatan kerja, dan kemakmuran maksimum.
2. Memaksimalkan kepuasan konsumen
Pandangan lain menyatakan bahwa sistem pemasaran adalah untuk
memaksimalkan kepuasan konsumen, bukan jumlah konsumsinya.
3. Memaksimalkan pilihan
Memaksimalkan ragam produk dan pilihan konsumen akan memungkinkan
konsumen mendapatkan barang yang benar-benar memuaskan selera mereka.
4. Memaksimalkan mutu kehidupan
Mutu kehidupan ini tidak hanya mencakup kualitas, kuantitas, ketersediaan
14
2.2.5. Tingkat Kesuksesan Produk Baru
Untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya orang membutuhkan
adanya produk. Menurut kotler (2004:13) produk adalah semua tawaran yang
dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan. Produk atau tawaran akan berhasil
jika memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli sasaran. Pembeli memilih
diantara beraneka ragam tawaran yang dianggap memberikan nilai yang paling
banyak.
Produk dan ciri-ciri produk adalah perangsang utama yang dapat
mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen. Ciri-ciri tersebut
dievaluasi konsumen dalam hal kesesuaian dengan tata nilai, kepercayaan dan
pengalaman masa lampau mereka (Peter dan Olson, 2000:165). Keberhasilan
sebuah produk kemudian akan sangat dipengaruhi oleh hasil evaluasi yang
dilakukan oleh konsumen tersebut, karena hasil evaluasi tersebut merupakan dasar
bagi konsumen dalam membuat keputusan untuk membeli sebuah produk.
Menurut Sidhar (1999:60) dalam Navarone (2003:114) bahwa indikator
suatu produk perusahaan sukses atau tidak di pasar antara lain adalah
1. Seberapa jauh tumbuhnya minat beli yaitu seberapa besar perkembangan
pertumbuhan konsumen terhadap pembelian produk.
2. Prioritas produk yang dibeli merupakan perilaku konsumen untuk
mengutamakan produk tersebut dalam melakukan pembelian.
3. Keputusan konsumen untuk membeli kembali varian produk tersebut di waktu
Hal ini dapat dijelaskan bahwa indikator-indikator tersebut merupakan
suatu hal penting dalam mempengaruhi sukses tidaknya suatu produk yang
berdampak pada kinerja pemasaran.
Sukses tidaknya suatu produk dengan salah satu indikasinya yaitu minat
beli yaitu seberapa besar minat seseorang untuk membeli suatu produk. Dapat
dikatakan minat itu akan melahirkan frekuensi pembelian atau pembelian ulang
oleh karena itu dimensi minat pembelian adalah besarnya minat atau seberapa
besar kemungkinan terjadinya pembelian. (Mittal, 1999 dalam Navarone,
2003:114).
Menurut Dodds (1991:11) dalam Navarone (2003:114) bahwa minat
membeli dipengaruhi oleh produk yang dievaluasi. Nilai merupakan perbandingan
antara kualitas dan keunggulan produk terhadap pengorbanan dalam memperoleh
suatu produk atau layanan. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar daripada
pengorbanan untuk mendapatkannya maka dorongan konsumen untuk membeli
produk tersebut akan semakin tinggi.
Menurut Navarone (2003:113) bahwa tingkat kesuksesan produk baru
dipengaruhi oleh 3 faktor, antara lain:
1. Promosi
Pengaruh promosi terhadap tingkat kesuksesan produk baru dinyatakan oleh
Lehmann & Kopalle (1995,283) dalam penelitiannya tentang pengaruh
promosi terhadap tingkat kesuksesan produk baru, dinyatakan bahwa
16
menumbuhkan prioritas membeli konsumen dan pembelian ulang dari
konsumen.
2. Pengelolaan Pengetahuan Konsumen
Pengaruh pengelolaan pengetahuan konsumen terhadap tingkat kesuksesan
produk baru dibuktikan oleh Sinkula (1994,35) dalam penelitiannya yang
menyatakan bahwa secara formal dan informal perusahaan harus mampu
untuk mengelolah pengetahuan konsumen yang dapat mempengaruhi tingkat
kesuksesan produk baru yang berbeda dari produk pesaing.
3. Keunggulan Produk Baru
Pengaruh keunggulan produk baru terhadap tingkat kesuksesan produk baru
dinyatakan oleh Song (1997,67) bahwa keunggulan suatu produk baru
merupakan salah satu faktor penentu dari kesuksesan produk baru.
2.2.5.1. Pengertian Promosi
Suatu produk yang memiliki banyak keunggulan sekalipun tidak akan
diketahui manfaat dan keunggulannya serta tidak akan dibeli konsumen tidak
mengenal produk tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha
mempengaruhi konsumen untk dapat menciptakan permintaan akan produk
tersebut, dan kemudian dipelihara dan dikembangkan. Usaha tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan kegiatan promosi.
Pengertian promosi menurut Swasta (2000:44) adalah persuasi satu arah
yang dibuat untuk mengarahan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
Sedangkan menurut Assauri (2004:200) promosi berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi tentang
organisasi dan produknya kepada satu orang atau lebih.
Menurut Sethi (2001) dalam Navarone (2003) menyatakan bahwa promosi
adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat
untuk merangsang pembelian produk dengan daya tarik, jangkauan serta frekuensi
promosi. Bauran promosi yang dilakukan perusahaan akan menciptakan suatu
penilaian tersendiri pada pikiran konsumen, sehingga penilaian konsumen
terhadap promosi produk secara langsung maupun tidak langsung akan
menciptakan image terhadap suatu produk.
Adapun strategi menurut Cravens (1996:38) adalah perencanaan,
implementasi dan pengendalian dari suatu organisasi kepada para konsumen dan
lainnya. Jadi kegiatan promosi dilakukan sejalan dengan rencana pemasaran
secara keseluruhan, serta direncanakan dan diarahkan akan dikendalikan dengan
baik, diharapkan akan berperan secara berarti dalam meningkatkan penjualan dan
market share.
Program promosi seperti promosi yang mendukung pemasaran produk
menghasilkan tanggapan yang lebih cepat daripada iklan. Hal ini berkaitan dengan
daya tarik program promosi yang digunakan mempengaruhi keputusan konsumen
dalam pembelian. Daya tarik yang efektif misalnya dengan pemberian hadiah
langsung seperti bonus dan discount (Cavusgil, 1993 dalam Navarone, 2003)
Penelitian Kopalle dan Lehman (1995) dalam Navarone (2003) tentang
18
promosi dapat menarik minat beli konsumen, serta menunmbuhkan prioritas minat
beli konsumen dan pembelian ulang dari konsumen.
Selain itu Kopalle dan Lehmann (1995) dalam Navarone (2003)
menyimpulkan pula bahwa promosi dapat diukur melalui:
1. Daya tarik promosi yaitu program promosi untuk memperkenalkan
produk/jasa kepada konsumen untuk merangsang pembelian produk.
2. Jangkauan promosi yaitu area yang termasuk dalam kegiatan promosi
3. Frekuensi promosi yaitu tingkat keseringan perusahaan melakukan promosi.
2.2.5.2. Pengelolaan Pengetahuan Konsumen
Perusahaan dalam memasarkan produk harus didasari menurut keinginan,
permintaan, karakteristik pelanggan, dan serta responsivitas pelanggan dalam
pasar yang sudah dimasuki perusahaan maupun pasar yang diusulkan, bersama
dengan evaluasi dan penilain kekuatan dan kelemahan dasar perusahaan. Hal ini
merupakan konsekuensi logis bahwa pemahaman perusahaan terhadap
permintaan, minat, serta layanan dan kebutuhan konsumen terhadap produk yang
diinginkan merupakan unsur paling penting dalam program pemasaran.
(Keegan, 1997 dalam Navarone, 2003).
Menurut Kotler (2004:377) salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan produk baru adalah konsep produk yang didefinisikan dengan baik
sebelum pengembangan, yaitu perusahaan secara cermat mendefinisikan dan
usahanya. Produk baru akan lebih berhasil jika perusahaan semakin memahami
kebutuhan konsumen.
Sinkula (1994) dalam Navarone (2003) menyatakan bahwa pengelolaan
pengetahuan konsumen diukur melalui:
1. Menangkap keinginan konsumen yaitu pemahaman perusahaan terhadap
produk yang dibutuhkan konsumen.
2. Mengintepretasikan pengetahuan konsumen yaitu kemampuan perusahaan
dalam mengartikan keinginan konsumen.
3. Mengintegrasikan pengetahuan konsumen yaitu kemampuan perusahaan
dalam mewujudkan keinginan konsumen.
Dalam pemasaran strategik, memahami keinginan, permintaan dan
kebutuhan pasar dengan mengikuti perkembangan dan karakteristik konsumen
dalam promosi merupakan pendekatan yang efektif guna mengenalkan kegunaan
dari suatu produk dan merek, sehingga menimbulkan suatu persepsi seperti minat
dan keinginan untuk membeli. (Keegan, 1996 dalam Navarone, 2003)
2.2.5.3. Keunggulan Produk
Tugas utama pemasar dalam pasar yang semakin kompetitif adalah
menciptakan keunggulan dan perbedaan yang terus menerus untuk menarik
perhatian pelanggan sesuai pernyataan Kotler (2004) dalam Tandjung (2004:49).
Untuk menghadapi tantangan persaingan, manajemen perusahaan harus
memobilisasi posisi internalnya dengan meningkatkan proses pengembangan
20
Perkembangan teknologi, meningkatnya kompetisi global, dan dinamika
kebutuhan pasar yang sangat tinggi, mengharuskan setiap perusahaan harusa
sukses dalam melakukan pengembangan produk unggul atau perusahaan yang
gagal bisnisnya.
Kotler (2004:377) menyatakan dalam faktor keberhasilan utama dari
pengembangan produk baru adalah produk unggul yang unik. Produk dengan
keunggulan tinggi mempunyai 98% tingkat keberhasilan dibandingkan dengan
produk dengan tingkat keunggulan sedang (58% berhasil) atau keunggulan
minimum (18% tingkat keberhasilan).
Keunggulan Produk sangat penting dalam lingkungan pasar global yang
kompetitif. Seperti yang dikatakan Song dan Parry (1997:67) dalam Navarone
(2003:113) bahwa keunggulan suatu produk baru merupakan salah satu faktor
penentu dari produk baru. Day dan Wensley (1988:14) dalam Navarone
(2003:113) menunjukkan bahwa keunggulan produk baru berkaitan dengan atribut
produk (seperti kualitas, teknologi, dapat dipercaya suatu produk baru, hal-hal
baru dan keunikannya) yang dapat memberikan gambaran lebih konkret dari
kemampuan perusahaan untuk memahami, memenuhi kebutuhan pelanggannya
dan alternatif serta bukti langsung dari keunggulannya. Menurut Cooper
(2000:31) dalam Navarone (2003:113) keunikan produk pada dasarnya berasal
dari pengelolaan pengetahuan konsumen / pelanggan yang merupakan atribut
penting selain program promosi dalam memasarkan produk yang mempunyai
Keunggulan produk baru merupakan hal yang vital bagi kesuksesan
produk baru yang dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan diharapkan bisa
memuaskan keinginan konsumen dengan membuat produk dengan nilai superior
(Li, 1998 dalam Navarone (2003:114).
Menurut Cong (1997:67) dalam Navarone (2003:114) bahwa keunggulan
produk baru diukur melalui:
1. Desain yang unik yaitu kemasan produk yang diatur sedemikian rupa sehingga
dapat menarik minat beli konsumen
2. Kebaruan/kekinian (newness) yaitu pengembangan produk sesuai kebutuhan
konsumen pada saat ini.
3. Efisiensi yaitu nilai produk yang sepadan dengan pengorbanan yang
dikeluarkan oleh konsumen.
Sedangkan menurut Li dan Calantone (1998:20) dalam Navarone
(2003:114) menambahkan keunggulan produk baru juga meliputi kehandalan
produk.
Kotler (2004:378) menyebutkan bahwa pengembangan produk baru paling
efektif jika terjadi kerja sama antar departemen litbang, rekayasa, manufakturm
pembelian, pemasaran, dan keuangan. Gagasan produk harus diteliti dari sudut
pandang pemasaran, dan suatu kelompok lintas fungsional yang khusus harus
mengarahkan proyek itu sepanjang pengembangannya. Manajemen puncak adalah
pihak yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan produk baru.
Pengembangan produk baru mengharuskan manajemen senior mendefinisikan
22
Pengembangan desain atau fitur produk memberikan dampak pada tingkat
kesuksesan produk baru dan juga harus memperhatikan input konsumen (Wind,
1997 dalam Navarone, 2003:114). Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan
untuk terus mengembangkan produknya dengan melihat keinginan dan kebutuhan
konsumen (Bhattacharya, 1998 dalam Navarone, 2003:114). Keunikan yang ada
pada desain produk baru diartikan sebagai atribut penting dari keunggulan produk
baru yang berbeda dari produk lain.dan dikatakan bahwa keunikan produk baru
tersebut merupakan hal yang membuat posisi daya saing perusahaan terhadap
pesaingnya menjadi meningkat. Keunikan produk merupakan fitur dimana dalam
produk tersebut memiliki beberpa fitur yang tidak atau belum ada dalam produk
sejenis yang dijual oleh perusahaan lain. (Li dan Calantone, 1998 dalam
Navarone, 2003:114)
Tandjung (2004:49) mengungkapkan bahwa tugas utama pemasar dalam
pasar yang semakin kompetitif adalah menciptakan keunggulan perbedaan yang
terus menerus untuk menarik perhatian pelanggan. Perbedaan suatu produk bisa
berdasarkan persepsi bahwa produk tersebut superior, memiliki dukungan layanan
yang lebih baik atau harga yang lebih murah.
Agar suatu produk dapat meraih keunggulan dibandingkan dibandiingkan
dengan produk lainnya maka pemasar harus menciptakan suatu differensiasi
produk. Produk dengan differensiasi tinggi harus mempunyai pembeda produk
1. Produk, seperti:
a. Daya tahan, adalah suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan
dalam kondisi normal atau berat.
b. Keterandalan, merupakan salah satu keunggulan pada suatu produk.
c. Desain, Dengan semakin ketatnya persaingan, rancangan akan menjadi
salah cara yang paling ampuh untuk mendeferensiasikan dan
memposisikan produk dan jasa perusahaan.
d. Keistimewaan (feature), Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan
berbagai keistimewaan. “Keistimewaan adalah karakteristik yang
melengkapi fungsi dasar produk. Perusahaan dapat menciptakan versi
tambahan dengan menambahkan keistimewaan pilihan.
2. Layanan
a. Kemudahan pemesanan. Kemudahan pemesanan dapat dilihat dari
banyaknya outlet-outlet resmi yang dapat melayani permintaan para
konsumen akan produk tersebut tanpa berbelit-belit sehingga akan
memberikan kenyamanan bagi para konsumen.
b. Pemeliharaan. Dari sisi pemeliharaan dapat dilihat dari banyaknya bengkel
resmi yang disediakan oleh produsen, yang dilengkapidengan teknisi yang
andal serta suku cadang asli.
c. Pemasangan. Pembeli memilih produk yang mudah diperbaiki
“kemudahan perbaikan merupakan satu ukuran kemudahan memperbaiki
24
3. Citra atau pamor
Pembeli mengharapkan produk memiliki citra ang tinggi. Citra adalah tingkat
dimana semua unit yang diproduksi identik dan memnuhi spesifikasi sasaran
yang dijanjikan.
Pada intinya perbedaan produk merupakan strategi positioning yang
digunakan oleh perusahaan untuk membedakan produk dengan produk-produk
pesaing. (Tandjung, 2004:50).
2.2.6. Kinerja Pemasaran
Ferdinand (2002:152) menyatakan bahwa kinerja pemasaran merupakan
konsep untuk mengukur prestasi pemasaran suatu produk. Kinerja pemasaran
merupakan suatu konstruk (faktor) yang umum digunakan untuk mengukur hasil
dari sebuah strategi perusahaan. Oleh karena itu ukuran yang sebaiknya digunakan
adalah ukuran yang bersifat activity based measure yang dapat menjelaskan
aktivitas-aktivitas pemasaran yang menghasilkan kinerja pemasaran tersebut.
Ferdinand (2000) dalam Navarone (2003) mengungkapkan bahwa kinerja
pemasaran yang diukur dengan unit yang terjual (peningkatan volume penjualan),
pertumbuhan pelanggan dan tingkat turnover pelanggan untuk lebih menyatakan
kegiatan pemasaran. Menurut Ferdinand (2000) dalam Navarone (2003) bahwa
indikator suatu produk perusahaan sukses atau tidak di pasar antara lain adalah :
1. Peningkatan volume penjualan yaitu seberapa besar meningkatnya jumlah
2. Pertumbuhan pelanggan yaitu perkembangan jumlah pelanggan yang membeli
produk.
3. Pertumbuhan nilai penjualan yaitu pertumbuhan keuntungan perusahaan dari
hasi penjualan produk.
Johnson (1999) dalam Anis (2003) pada penelitiannya mengukur kinerja
pemasaran dengan market share, pertumbuhan penjualan dan pentingnya
hubungan antar mitra yang ternyata dimensi-dmensi tersebut untuk mengukur
kinerja pemasaran. Pada penelitian-penelitian yang lain kinerja pemasaran dapat
diukur dari dimensi di atas dengan ditambah kan kemampulabaan/profitabilitas.
Hal ini didukung oleh pendapat Pelham, Alfred M (1997) dalam Anis (2003)
bahwa kinerja pemasaran dipengaruhi oleh efektivitas perusahaan, pertumbuhan
atau porsi, dan kemampulabaan. Diuraikan lebih lanjut dilihat dari efektifitas
anggota saluran distribusi (toko) ada tiga yaitu kualitas suatu produk, kesuksesan
produk baru, dan selalu mempertahankan konsumen.
Penelitian lain yang mengembangkan variabel kinerja pemasaran adalah
Anderson, et, al (1994) dalam Anis (2003) bahwa peningkatan kemampulabaan
perusahaan karena sumber daya yang ada mampu mengoreksi kesalahan yang ada,
kemampuan menangani return, mengolah produk yang rusak, kemampuan
menangani dan pengelolaan kompalin. Kinerja yang dimaksud adalah hasil
keunggulan kompetitif dari kinerja pemasaran suatu perusahaan sebagai produsen
dan mitra-mitra mereka.
Slater dan Narver (1995) dalam Eko (2003) menggambarkan outcomes
26
produk baru, peningkatan penjualan dan profitabilitas, sehinggan pengukuran
kinerja pemasaran menggunakan ukuran-ukuran unit sales, customer growth,
customer turnover lebih menyatakan kegiatan pemasaran dan persaingan.
2.2.7. Pengaruh tingkat kesuksesan produk baru dengan kinerja pemasaran
Kinerja pemasaran yang dicapai perusahaan sebagai cerminan dari
kegiatan pemasaran yang ada meliputi: peningkatan volume penjualan,
pertumbuhan pelanggan, dan pertumbuhan nilai penjualan. (Ferdinand, 2000
dalam Navarone, 2003).
Kinerja pemasaran yang meningkat merupakan hasil yang dicapai
perusahaan dimana sebelumnya produk baru yang dijual tersebut termasuk sukses
di pasaran. Hal ini juga dikuatkan oleh Li dan Calantone (1998:14) dalam
Navarone (2003) dimana kesuksesan tersebut ditandai dengan indikator seberapa
jauh produk tersebut menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian
produk, memprioritaskan membeli kembali produk tersebut, dan kembali membeli
produk tersebut di waktu yang lain.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat kesuksesan produk
baru yang diluncurkan di pasaran, maka semakin tinggi kinerja pemasaran produk
baru tersebut.
2.2.8. Pengaruh promosi dengan tingkat kesuksesan produk baru
Tingkat kesuksesan produk baru antara lain terkait dengan promosi dan
dapat pula dikatakan bahwa pengelolaan pengetahuan konsumen dapat dijadikan
sala satu faktor yang menentukan perusahaan guna meningkatkan kesuksesan
produk baru.
Pengaruh promosi terhadap tingkat kesuksesan produk baru, didukung
dengan pernyataan Kopalle dan Lehman (1995:283) dalam Navarone (2003:118)
yang menyatakan bahwa pengaruh promosi dapat meningkatkan kesuksesan
produk baru dengan indikasi seperti menarik minat beli dan pembelian ulang dari
konsumen.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat promosi produk maka
semakin tinggi tingkat kesuksesan produk baru tersebut di pasaran.
2.2.9. Pengaruh pengelolaan pengetahuan konsumen dengan tingkat
kesuksesan produk baru
Sinkula (1994:35) dalam Navarone (2003:35) menyatakan dimana
merancang strategi penjualan produk baru yang sukses berawal dari kemampuan
pengelolaan pengetahuan konsumen secara cermat berupa masukan seperti
keinginan, intepretasi dan integrasi pengetahuan konsumen ketika bertemu dengan
konsumen.
Hal ini juga memberikan dukungan pendapat dari Keegan (1996:86) dalam
Navarone (2003:36) memahami keinginan dan kebutuhan pasar dengan mengikuti
perkembangan serta karakteristik konsumen dan pelanggan dalam promosi
28
produk dan merek sehingga menimbulkan suatu persepsi seperti minat dan
keinginan untuk membeli.
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengelolaan pengetahuan
konsumenoleh perusahaan , maka semakin tinggi kinerja pemasaran produk baru
tersebut.
2.2.10.Pengaruh keunggulan produk baru dengan tingkat kesuksesan
produk baru
Song dan parry (1997:37) dalam Navarone (2003:120) menyatakan bahwa
keunggulan kompetitif suatu produk merupakan salah satu faktor penentu dari
kesuksesan produk baru. Selain itu, hal ini juga memberikan dukungan pendapat
dari Reinerstein dan Smith (1993:17) dimana keunggulan produk baru merupakan
hal yang vital bagi kesuksesan produk baru yang dihasilkan oleh perusahaan.
Tingkat kesuksesan produk baru didefinisikan dari seberapa jauh produk
tersebut menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian produk,
memprioritaskan membeli kembali produk tersebut di waktu yang lain, sesuai
yang dinyatakan oleh Li dan Calantone (1998:80) dalam Navarone (2003:118).
Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat kesuksesan produk
baru yang diluncurkan di pasaran, maka semakin tinggi kinerja pemasaran produk
2.3.
Prioritas Produk Yang Dibeli
30
2.4. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Promosi berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kesuksesan produk
baru pada Motor Bebek SportKawasaki Athlete 125” di Surabaya.
2. Pengelolaan pengetahuan konsumen berpengaruh signifikan positif terhadap
tingkat kesuksesan produk baru pada Motor Bebek Sport Kawasaki Athlete
125” di Surabaya.
3. Keunggulan produk berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
kesuksesan produk baru pada Motor Bebek SportKawasaki Athlete 125” di
Surabaya.
4. Tingkat kesuksesan produk baru berpengaruh signifikan positif terhadap
kinerja pemasaran pada Motor Bebek Sport Kawasaki Athlete 125” di
31
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah :
1. Promosi (X1
a. Daya tarik promosi, yaitu program promosi untuk memperkenalkan
produk/jasa kepada konsumen untuk merangsang pembelian produk. ) adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai
insentif yang dapat untuk merangsang pembelian Kawasaki Athlete 125 di
Surabaya dengan daya tarik, jangkauan serta frekuensi promosi. (Sethi, 2001
dalam Navarone, 2003). Indikator yang digunakan:
b. Jangkauan promosi, yaitu area yang termasuk dalam kegiatan promosi.
c. Frekuensi promosi, yaitu tingkat keseringan perusahaan melakukan
promosi.
2. Pengelolaan Pengetahuan Konsumen(X2
a. Menangkap keinginan konsumen, yaitu pemahaman perusahaan terhadap
produk yang dibutuhkan konsumen.
) merupakan pemahaman perusahaan
terhadap permintaan, minat, serta layanan dan kebutuhan konsumen terhadap
Kawasaki Athlete 125 yang diinginkan konsumen. (Keegan, 1996 dalam
32
b. Mengintepretasikan pengetahuan, konsumen yaitu kemampuan perusahaan
dalam mengartikan keinginan konsumen.
c. Mengintegrasikan pengetahuan konsumen, kemampuan perusahaan dalam
mewujudkan keinginan konsumen.
3. Keunggulan Produk Baru (X3
a. Desain yang unik, yaitu kemasan produk yang diatur sedemikian rupa
sehingga dapat menarik minat beli konsumen.
) berkaitan dengan atribut Kawasaki Athlete 125
yang dapat memberikan gambaran lebih konkret dari kemampuan perusahaan
untuk memahami, memenuhi kebutuhan pelanggannya dan alternatif serta
bukti langsung dari keunggulannya. Wensley, 1988 dalam Navarone, 2003).
Indikator yang digunakan:
b. Kebaruan/kekinian (newness), yaitu pengembangan produk sesuai
kebutuhan konsumen pada saat ini.
c. Efisiensi, yaitu nilai produk yang sepadan dengan pengorbanan yang
dikeluarkan oleh konsumen.
4. Tingkat Kesuksesan Produk Baru (X) yaitu tingkat keberhasilan Kawasaki
Athlete 125 untuk meningkatkan volume penjualan perusahaan. (Sidhar, 1999
dalam Navarone, 2003). Indikator yang digunakan:
a. Seberapa jauh tumbuhnya minat beli, yaitu seberapa besar perkembangan
pertumbuhan konsumen terhadap pembelian produk.
b. Prioritas produk yang dibeli, yaitu perilaku konsumen untuk
c. Keputusan konsumen untuk membeli kembali varian produk tersebut di
waktu yang lain.
5. Kinerja Pemasaran (Y) merupakan konsep untuk mengukur prestasi
pemasaran suatu produk. (Ferdinand, 2002:152). Indikator yang digunakan:
a. Peningkatan volume penjualan, yaitu seberapa besar meningkatnya jumlah
penjualan produk dalam kurun waktu tertentu.
b. Pertumbuhan pelanggan, yaitu perkembangan jumlah pelanggan yang
membeli produk.
c. Pertumbuhan nilai penjualan, yaitu pertumbuhan keuntungan perusahaan
dari hasi penjualan produk.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik
pengukuran menggunakan Semantic Differential Scale. Analisis ini dilakukan
dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian
pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang
berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini
mengikuti pola sebagai berikut :
Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor
yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada kotak yang tersedia di
sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.
1 7
34
Jawaban dengan nilai antara 1-4 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan
pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 5-7 berarti
cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008: 80).
Populasi dalam penelitian ini adalah dealer yang menjual Motor Bebek Sport
Kawasaki Athlete 125 di Surabaya.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2008: 80).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability
sampling tepatnya purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008: 85). Adapun kriteria-kriteria itu
adalah: Dealer yang memiliki Motor Bebek Sport Kawasaki Athlete 125 pada
saat pengambilan sampel dilakukan.
Jumlah sampel didasari oleh asumsi SEM bahwa besarnya jumlah sampel
yaitu 5-10 kali parameternya yang di estimasi (Augusty, 2002:48). Pada
penelitian ini ada 15 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi yaitu
adalah sebesar 105 responden. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi
persyaratan jumlah minimal sampel yang dikehendaki oleh alat analisis
kuantitatif yang ditetapkan
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu
jenis data yang diperoleh dengan memberikan kuisioner secara langsung pada
konsumen yang menggunakan Motor Bebek Sport Kawasaki Athlete 125” di
Surabaya.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari
hasil pengisian kuesioner oleh konsumen yang menggunakan Motor Bebek Sport
Kawasaki Athlete 125” di Surabaya.
3.3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu
kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :
a. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara
langsung terhadap obyek yang diselidiki mengadakan pencatatan seperlunya.
b. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan
36
c. Interview yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
wawancara secara langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat
mereka secara langsung.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas
Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar
pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan
sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang
merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur.
b. Uji Reliabilitas
Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai
alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih,
dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan. (Augusty, 2002 : 193)
3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat
Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik
secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi
kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari
3.4.2.1. Uji Outlier Univariat
Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan
menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara
mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut
dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar
satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),
maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk
sampel besar (diatas 80 observasi), pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas
dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam
Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang
memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.
3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat
Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data
yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi
observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak
Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan
menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah
ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan
kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat
dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah
item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih
38
3.4.3. Uji Normalitas Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari
Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :
Kriteria Pengujian :
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti
distribusi normal adalah :
a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi
adalah tidak normal.
b. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi
adalah normal.
3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)
Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari
Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau Model
Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor
berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model
mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara
faktor. (Augusty, 2002 : 34)
Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini
a. Pengembangan model berbasis teori.
Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau
pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.
Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.
b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.
Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama
akan digambarkan dalam path diagram. Path diagram tersebut memudahkan
peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.
c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.
Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram
alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan.
d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.
Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data
yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM hanya
menggunakan matriks varians kovarians atau matriks korelasi sebagai data
input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya.
e. Menilai Problem Identifikasi.
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai
ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unik.
Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :
1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.
40
3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat
(misalnya lebih dari 0,9).
f. Evaluasi Model.
Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai
kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :
1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan
perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.
2. Normalitas dan Linieritas.
3. Outliers.
4. Multicolinierity and Singularity.
3.4.5. Uji Hipotesis
Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan
untuk mengukur derajad kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data
yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk
digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.
a. χ2
Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood
ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau
memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ
(Chi Square Statistic).
2
semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off
b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi
chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat
diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu
berdasarkan degree of freedom.
c. GFI (Goodness of Fit Index).
Indeks keseusaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari
varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi
yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang
mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit).
Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit.
d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index).
GFI adalah analog dari R2
e. CMIN/DF.
dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien
yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan
yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau
lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang
memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks
kovarians sampel.
The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of
42
oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya
sebuah model. Nilai χ2
f. TLI (Tucker Lewis Indeks)
relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari
3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan
sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang
direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan > 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very
good fit.
g. CFI (Comparative Fit Index).
Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana
semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a
43
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Tanggapan responden tentang pengaruh promosi (X1), Pengelolaan
pengetahuan konsumen (X2), keunggulan produk baru (X3), dan tingkat
kesuksesan produk baru (Y) dalam meningkatkan kinerja pemasaran (Z) pada
Motor Bebek Sport Kawasaki Athlete 125” di Surabaya, dimana kuisioner
disebarkan pada 105 orang. Untuk jawaban kuisioner dinyatakan dengan memberi
skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai 7 pada masing-masing skala,
dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 menunjukkan nilai
tertinggi.
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat
diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Pria 73 69,52
2 Wanita 32 30,48
Total 105 100,00