• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Streptomyces sp. Sebagai Biokontrol Patogen Ralstonia solanacearum Penyebab Layu Bakteri Pada Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Streptomyces sp. Sebagai Biokontrol Patogen Ralstonia solanacearum Penyebab Layu Bakteri Pada Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.)."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti, S.T., MSc. PhD Prof. Dr. Drs. IB Putra Yadnya, M.A.

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM.

Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P.

Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng

Dra. Ni Luh Watiniasih, MSc, Ph.D Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA.

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP, Ph.D dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SpMK, Ph.D

Dr. Agoes Ganesha Rahyuda, S.E., M.T. Putu Alit Suthanaya, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D.

I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P. Dr. P. Andreas Noak, SH, M.Si I Wayan Gede Astawa Karang, SSi, MSi, PhD.

Dr. Drh. I Nyoman Suarta, M.Si

l Udayana University Press, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana

2015, xli + 2191 hal, 21 x 29,7 SEMINAR NASIONAL SAINS

DAN TEKNOLOGI 2015

(3)

xxii | Kuta, 29-30 Oktober 2015

KESIAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN BADUNG DALAM MENGHADAPI MEA 2015

Surya Dewi Rustariyuni ...769 PENGARUH DJI, INDEKS FTSE100, ASX INDEX, SSE COMPOSITE INDEX,

NIKKEI 225 INDEX, DAN STI TERHADAP IHSG DI BEI

Luh Gede Sri Artini1), Nyoman Tri Aryati2), Putu Vivi Lestari3), Ni Putu Ayu Darmayanti4)

Gede Merta Sudiartha ...770 PEMERTAHANAN BAHASA IBU PADA KAWASAN WISATA UBUD

Sang Ayu Isnu Maharani, S.S., M.Hum, Ni Made Ayu Widiastuti, S.S., M.Hum

Putu Weddha Savitri, S.S., M.Hum ...777 MODEL KESANTUNAN BERBAHASA

BAGI POLISI PARIWISATA DI KAWASAN PARIWISATA KUTA

Yohanes Kristianto1) dan Ni Gusti Ayu Dewi Paramita Arisandi ...778

KETAHANAN PANGAN

POTENSISTREPTOMYCES SP SEBAGAI BIOKONTROL PATOGENRALSTONIA

SOLANACEARUM PENYEBAB LAYU BAKTERI PADA TANAMAN PISANG

(MUSA PARADISIACA L.)

Retno Kawuri ...787

PROTECTIVE DOSE 50 VAKSIN ND INAKTIF TUNGGAL DAN KOMBINASI ND-AI

PADA AYAM SPF PASCA TANTANGAN

Gusti Ayu Yuniati Kencana1, Nyoman Suartha2, Robertus Tamur , Arini Nur Handayani ...794 PEMBERIAN KOMBINASI KALIANDRA DAN GAMAL DALAM RANSUM TERHADAP

PENAMPILAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH

A. A. Ayu Sri Trisnadewi, N. N. Suryani, dan I W. Suarna ...800 NILAI CERNA, RETENSI ENERGI DAN PROTEIN KELIONCI LOKAL (LEPUS NIGRICOLLIS) YANG DIBERI RANSUM MENGGUNAKAN KULIT KOPI TERFERMENTASI DAN NON FERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA

I.M Nuriyasa, I.M. Mastika, G.A.M.K. Dewi ...806

PAPAYA RINGSPOT VIRUS (PRSV) PENYEBAB PENYAKIT BERCAK BERCINCIN

PADA PEPAYA: BIO-EKOLOGI DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA

I Gede Rai Maya Temaja1), I Putu Sudiarta, Ni Nengah Darmiati, Ni Made Puspawati ...813 PENGARUH SUHU DAN WAKTUBLANCHINGTERHADAP KARAKTERISTIK PRODUK

REBUNG BAMBU TABAH (GIGANTOCHLOA NIGROCILIATA(BUESE) KURZ)KERING

(4)

POTENSI

STREPTOMYCES SP SEBAGAI BIOKONTROL PATOGEN

RALSTONIA SOLANACEARUM PENYEBAB LAYU BAKTERI PADA

TANAMAN PISANG (MUSA PARADISIACA L.)

Retno Kawuri

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Kampus Bukit, Jimbaran Bali Telp/Fax : (0361) 701973

E-mail :microbiologylaboratory@yahoo.com

ABSTRAK

Patogen layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum menyerang seluruh area perkebunan pisang seluas 4 hektare di Desa Pendem Kab.Jembrana Bali. Pengendalian yang dilakukan oleh para petani dengan menggunakan bakterisida sintetik telah dilakukan dan tidak dapat mengendalikan pathogen tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat bakteri Streptomyces sp. yang akan digunakan sebagai biokontrol penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh R.solanacearum secara in vivo yang bersifat ramah lingkungan. Uji daya hambat menggunakan metoda dual culture dari Whipp (1987)dan isolasi ltrate antibiotika dari Streptomyces menggunakan metoda yang dikembangkan oleh Kawuri (2012).Uji n vivo dilakukan di Rumah kaca Jurusan Biologi F.Mipa Unud. Hasil menunjukkan Uji antagonistik Streptomyces sp dengan R.solanacearum menunjukan Streptomyces sp.9 mempunyai daya hambat terbaik yaitu 19 mm dan termasuk daya hambat kuat menurut Ardiansyah (2005) dan ltrate metabolit yang dihasilkan mempunyai konsentrasi hambatan terkecil (MIC) sebesar 10%. Uji skala rumah kaca menunjukan kultur Streptomyces sp.9 yang disemprotkan sebanyak 4 x pada hari yang berbeda mampu menekan penyakit layu bakteri sebesar 100% dari 11% pada kontrol.

Kata kunci: Streptomyces sp. patogen R.solanacearum, biokontrol, tanaman pisang

ABSTRACT

Pathogenic bacterial wilt caused by Ralstonia solanacearum attack the whole area of 4 hectares of banana plantations in the village of Pendem Kab.Jembrana Bali. Control is carried out by farmers using synthetic bactericide has been done and can not control the pathogen. The purpose of this study was to nd the bacteria Streptomyces to be used as biocontrol bacterial wilt disease caused by R.solanacearum in vivo that are environmentally friendly. Inhibition test using dual culture method of Whipp (1987) and the isolation of antibiotic ltrate of Streptomyces using the method developed by Kawuri (2012).Whereas in vivo test was done in Glasshouse Biology Department FMipa Unud. Results showed that antagonistic test Streptomyces sp with R.solanacearum show Streptomyces sp.9has the best inhibition ie 19 mm and includes a strong inhibition by Ardiansyah (2005) and the ltrate produced metabolite has the smallest obstacles concentration (MIC) of 10%. Test scale greenhouse culture Streptomyces showed sp.9 sprayed by 4 x on a different day can suppress bacterial wilt disease by 100% from 11% in controls.

Keywords: Streptomyces sp. R.solanacearum pathogens, biocontrol, bananas plant

PENDAHULUAN

(5)

788 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

banyak menyerang adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan bakteri tanahRasltonia solanacearum

(Yabuuchiet al.1995). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling penting di daerah tropis, sub-tropis dan pada daerah dengan suhu yang panas (Poussier et al., 2000). Gejala yang ditunjukkan penyakit ini adalah daun tanaman menjadi layu dan berwarna kuning, nekrosis dan jaringan pembuluh juga menjadi coklat dan tanaman menjadi mati (Swansonet al., 2005).

Penelitian Fundamental tahun 2014 ditemukan patogen layu bakteri yang teridenti kasi sebagai

Ralstonia solanacearum yang menyerang tanaman pisang, tomat, cabai, kentang dan jahe. Diantara keempat tanaman tersebut pisang adalah yang paling banyak diserang patogen R. solanacearum. Hasil wawancara dengan petani Bpk I Wayan Diandra (Maret 2014) di desa Pendem, penyakit layu bakteri menyerang seluruh tanaman pisang miliknya seluas 20 ha bahkan seluruh tanaman pisang yang dibudidayakan di desa Pendem (total luas 4 ha), kecamatan Jembrana kabupaten Jembrana. Gejala penyakit layu bakteri pada tanaman pisang yaitu daun layu, terdapat bercak coklat pada pembuluh batang pisang, buah menjadi busuk dan kering (Gambar 1).

Gambar 1. Tanaman pohon pisang kerkena penyakit layu bakteri di desa Pendem, Jembrana. A. Buah pisang mebusuk dan kering; B. Daun pohon pisang layu, kuning dan mengering; C,D. Jaringan batang pisang membusuh dan bercak warna coklat

Pestisida sintetis saat ini banyak sekali digunakan sebagai agen pengendali penyakit yang disebabkan oleh bakteri, dimana hal tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah seperti menurunnya pH tanah, polusi lingkungan dan masalah kesehatan. Lebih jauh lagi pestisida sintetis dapat menyebabkan resistensi patogen serta menurunnya populasi organisme non target (Brimer dan Boland, 2003).

Untuk mengurangi masalah terkait dengan penggunaan pestisida sintetis, maka perlu ditemukan dan dikembangan cara lain yang lebih aman untuk mengendalikan penyakit tumbuhan. Mikroorganisme sebagai agen hayati dapat digunakan sebagai pengendali bagi patogen tanaman, yang relatif ramah terhadap lingkungan dan juga terhadap mikroorganisme non target.

(6)

karena telah terbukti efektif menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen pada tumbuhan maupun manusia.

Berdasarkan hal tersebut diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat bakteri

Streptomyces sp. yang akan digunakan sebagai biokontrol penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh

R.solanacearum secarain vivo yang bersifat ramah lingkungan.

BAHAN DAN METODA

Uji Daya HambatStreptomyces sp. terhadapRalstonia solanacearum

IsolatStreptomyces sp. di uji secara in vitro terhadapRalstonia solanacearumuntuk mengetahui daya hambatnya. Streptomyces sp di tumbuhkan pada media ISP4 dan diinkubasi pada suhu 25± 2°C selama 5 hari. Disk ukuran 5 mm dari Streptomyces sp diletakan sejauh 2 cm dari goresan koloni patogen

R. solanacearum dari cawan Petri. R. solanacearum yang ditambahkan pada media NA tanpaStreptomyces

digunakan sebagai kontrol. Masing-masing isolat yang diujikan dilakukan pengulangan 3 kali. Semua biakan diinkubasi pada suhu 28±2°C selama 5 hari. Persentase daya hambat dihitung dengan rumus (Whipp 1987);

Daya Hambat = diameter koloni kontrol– diameter koloni dari perlakuan x100% Diameter koloni kontrol

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis denganmenggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan ujiDuncan Multiple Range Test pada taraf uji 5% (SPSS software 17. 2009). Isolasi Filtrat Antibiotika dari Streptomyces

Streptomyces sp. ditumbuhkan pada media Yeast Extract Malt Agar (ISP4) selama 5 hari pada suhu 25±2°C. Streptomyces sp. yang telah dibiakan pada cawan Petri diambil dan dipisahkan dengan menggunakancork borer diameter 5 mm dan sebanyak 5 buah dimasukan pada setiap botol Erlenmeyer ukuran 250 ml yang diisi dengan mediaYeast Extract Malt Broth (ISP5) sebanyak 150 ml. Jumlah botol Erlenmeyer adalah 6 buah dan diinkubasi padaincubator shaker dengan suhu 28±2°C pada kecepatan 125 rpm selama 14 hari dan dipanen pada hari ke 4,8,9,10,12 dan hari ke 14.

Filtrat dari kultur diambil dengan cara memisahkan cairan kultur dari bulatan koloni sel yang terbentuk. Filtrat yang didapat selanjutnya dipisahkan dari supernatan dengan cara disentrifugasi pada

kecepatan 11.000 rpm selama 15 menit dan disaring dengan menggunakan kertas lter ukuran 0.45 µm. Partisi ltrat dilakukan dengan cara memasukan ltrat pada labu pemisah ukuran 1 liter dan

ditambahkan pelarut n butanol dengan perbandingan 1:1 ( v/v), didiamkan hingga terpisah antara fase air dan fase n butanol selama beberapa saat dan masing-masing fasa air dan fasa n butanol diuapkan dengan mesin evaporator (Buchi Rotavapor R-210). Fermentasi dilakukan dengan menggunakan fermentor yang dibuat dari galon air ukuran 5 liter dalam kondisi steril dan ditambahkan mediaYeast Extract Malt Extract

(YEME/ISP2)) dengan penyesuaian pH 7.2 dengan cara menambahkan NaOH. Kondisi fermentor diberi

aerasi dengan menggunakan aerator dan proses isolasi ltrat antibiotika sama dengan proses sebelumnya.

Uji Akti tas Filtrat Antibiotika dari Streptomyces

Pengujian dilakukan dengan menguji aktivitas ltrat dariStreptomyces sp terhadapR. solanacearum. Cawan Petri yang telah berisi 10 ml media NA dan 200 µl suspensiR. solanacearum dibiarkan memadat. Setelah padat sumur difusi dibuat ditengah cawan Petri dengan menggunakancork borer. Pada sumur

difusi diisi dengan 20 µl ltrat. Menurut Ardiansyah (2005), jika zona hambatan 20 mm (daya hambat

sangat kuat), 10 - 20 mm (daya hambat kuat), 5 – 10 mm (daya hambat sedang), dan < 5 mm (daya hambat kurang atau lemah).

Pengujian untuk mengetahui Minimum Inhibitory Concentration (MIC) juga dilakukan dengan

(7)

790 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

persentase ltrat (v/v) yaitu 100 % , 90 %, 80 %, 70 %, 60 %, 50 %, 40 %, 30 %, 20 % dan 10 %, dan

kontrol 0 %. Solven yang digunakan adalah air steril yang menggunakan 5% tween 80. Masing – masing konsentrasi dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona hambatan yang terjadi di sekitar sumur difusi, sehingga dapat diketahui konsentrasi minimum yang dapat menimbulkan hambatan.

Ujiin vivo ltrat Antibiotika terhadap tanaman pisang

Uji in vivo menggunakan RAL dengan 5 perlakuan yaitu kontrol, perlakuan kultur Streptomyces; STR1, penyemprotan 1x, STR2, pentemprotan 2X, STR3, penyemprotan 3x dan STR4 penyemprotan 4x. Masing-masing perlakuan dilakukan 5 kali ulangan, dimana masing-masing ulangan terdiri dari 3 sub unit percobaan. Total unit percobaan yang digunakan sebanyak 75 unit percobaan. Bibit tanaman pisang yang dipakai adalah usia 2 bulan dan dilakukan aklimatisasi selama 1 bulan di rumah kaca sebelum perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji AntagonistikStreptomyces sp. dengan pathogenRalstonia solanacearum

Data yang diperoleh dari uji daya hambat antara isolat Streptomyces sp1, Streptomyces sp2,

Streptomyces sp3, Streptomyces sp4, Streptomyces sp5, Streptomyces sp6, Streptomyces sp7, Streptomyces

sp8, Streptomyces sp9. Menunjukkan bahwa Streptomyces sp.9 mempunyai daya hambat tertinggi dibandingan yang lainnya . Adapun hasil uji daya hambat tertera pada Tabel 1 dan Gambar 2.

Berdasarkan hasil daya hambat maka Streptomyces sp.4 mempunyai daya hambat tertinggi yaitu 23 mm, tetapi daya hambat yang terbentuk tidak jernih yang menandakan adanya perlawanan dari

R,solanacearum, demikian pula dengan Streptomyces sp.5 dan Streptomyces sp.6. Streptomyces sp.9 menunjukkan hasil daya hambat yang jernih meskipun daya hambat yang terbentuk 19 mm, hal tersebut menunjukan metabolit yang dihasilkan oleh Streptomyces sp.9 sangat kuat. Oleh sebab itu untuk uji selanjutnya dipilihStreptomyces sp.9 untuk dilakukan ltrasi metabolitnya dan dilakukan uji MIC dan uji

invivo

Kemampuan daya hambat dari Streptomyces berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan perbedaan mekanisme kerja anti bakteri dari senyawa metabolit sekunder yang diduga antibiotik terhadap

R.solanacearum. Adanya perbedaan mekanisme kerja terhadap bakteri uji akan berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur uji, sehingga menghasilkan besarnya daerah hambatan yang berbeda-beda. Besarnya hambatan yang berbeda dari masing-masing isolat dan antibiotic. Leclere et al (2005) menyatakan dalam kelompok antibiotika terdapat beraneka ragam struktur kimia, sedangkan Walkeret al (2001) menyebutkan

bahwa perbedaan struktur kimia dari beberapa antibiotic mempengaruhi efekti tasnya terhadap jamur uji.

Leclere et al (2005) menyatakan masing-masing antibiotik mempunyai aksi yang berbeda terhadap sel target. Lebih jauh lagi Walkeret al (2001) menyatakan masing-masing antibiotik mempunyai aksi yang

(8)

berbeda termasuk menghambat pembentukan dinding sel, menghambat sintesis protein, menganggu fungsi dari plasma membran atau membran luar dan menganggu atau menghambat sintesis DNA.

Terdapat 10 isolat Streptomyces sp lain yang tidak menunjukan daya hambat (0%), hal tersebut dikarenakan kemungkinan Streptomyces menghasilkan senyawa lain yang tidak terdeteksi dalam peneliian ini. Penelitian oleh Galloet al (2006) menyatakan bahwa produksi metabolit sekunder oleh Aktinomycetes khususnya Streptomyces spp dikodekan oleh 10 – 20 gen cluster .Selanjunya Porter (1971) melaporkan, ekspresi dari gen tersebut tergantung dari kondisi kultivasi yang digunakan. Oleh sebab itu diperlukan kondisi kultivasi yang berbeda untuk mendapatkan metabolit sekunder yang berupa senyawa antibakteri

Uji MIC ltrateStreptomycessp.9 denganRalstonia solanacearum

Untuk mengetahui Konsentrasi Hambatan terkecil ( MIC) maka dilakukan Pengujian ltrate

antibiotika dariStreptomycessp9 terhadap R.solanacearum Hasil uji MIC tertera pada Tabel 2.

Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa hambatan terkecil / Minimum Inhibitory Concentration

(MIC) dari ltrateStreptomyces sp.9 masih mampu menghambat pada konsentrasi terkecil yaitu 10%sebesar 10 mm. Hal tersebut menandakan kuatnya metabolit sekunder yang dihasilkan oleh Streptomyces sp.9 melawan pathogenR.solanacearum.

Uji efektivitas kulturStreptomyces sp9 terhadap penyakit layu bakteri pada tanaman pisang Hasil uji Invivo menunjukan bahwa kemapuan kultur Streptomyces sp.9 melawan pathogen

(9)

792 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Tabel 3. Uji efekti tas kulturStreptomyces sp.9 dalam menghambat penyakit layu bakteri pada tanaman pisang umur 30 hari setelah inokulasi

Gambar 3. Uji in vivo setelah 30 hari perlakuan kulturStreptomyces sp.9, STR4 (4x penyemprotan); STR3 (3x penyemprotan); STR2 (2xpenyemprotan);STR1(1x penyemprotan) dan Kontrol (tanpa penyemprotan)

Tanaman pisang pada kontrol negatif menunjukan daun yang layu berwarna kuning dan kering pada usia 30 hari setelah infeksi patogen 9 (Gambar 4). Pada perlakuan penyemprotan 4 kali dengan kultur

Streptomyces sp.9 menunjukkan tanaman sehat dengan daun yang lebar dan batang yang besar.

Produk komersial biopestisida telah beredar dan dikomersialkan seperti Streptomycessp. strain 5406 yang telah digunakan di Cina untuk memproteksi perkebunan kapas melawan patogen tanah (Valois

et al., 1996). Produk komersial Mycostop strainStreptomyces griseoviridis K61 danS.lydicus WYEC108 dapat mengendalikan busuk akar dan penyakit layu yang disebabkan oleh Phytium spp. Fusarium spp.

Rhizoctonia spp., danPhytopthoraspp. (Mahadevan dan Crawnford, 1997).

Gambar 4. Ujiin vivo Kontrol negatif (infeksi pathogen), Kontrol positif (tanpa infeksi pathogen) dan perlakuan dengan pemberian kulturStreptomyces sp.9

Penyemprotan ltrat biakan Streptomyces sp.9 sebanyak 4 kali secara berturutan dapat menekan persentase penyakit layu bakteri pada tanaman pisang sebesar 100% dibanding kontrol sebesar 11% Filtrat dari biakan Streptomycessp.9 sangat berpotensi untuk digunakan sebagai agen biokontrol melawan penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh R.solanacearum.Pengujian efekti tas perlu dilakukan pada

skala lapangan. KESIMPULAN

Uji daya hambat terbaik dihasilkan olehStreptomyces sp.9 yaitu 19 mm dan termasuk daya hambat kuat. Mekanisme kerja antibiosis dengan Minimum Hambatan (MIC) sebesar 10%. Penyemprotan kultur

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana yang memfasilitasi hingga mendapatkan dana Penelitian Hibah Bersaing dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Surat Tugas No; 311-39/UN14.2/PNL.01.03.00/2015

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. 2005.Antimikroba dari Tumbuhan (Bagian Pertama). [Cited on 12 Feb.2010]. Available from: http:/www.beritaiptek.com.

Borodina, I. P., J. Krabben, and J. Nielsen. 2005. Genome-scale Analysis ofStreptomyces coelicolor A3(2) Metabolism.Genome Research 15(6):820-829.

Brimer , T. A., and G.J. Boland. 2003. A Review of the non target effects of fungi used to biologically control plant diseases.Agriculture Ecosystems and Environment,100:3-16.

Gallo V.P, J. Mc Alpine (2006) Drug discovery from natural products. J.Ind.Microbiol Biotecknol. 33 (7):523-531

Kieser, T., M.J. Bibb, Buttner, K.F. Chater and D.A. Hopwood. 2000. Practical Streptomyces genetics.

The John Innes Foundation Norwich, UK. [Cited on 5 Nov.2011]. Available from: http://www.jic. ac.uk/SCIENCE.

Leclere,V.,M.Bechet,J.S.Adam,B.Guez,M.Wathelet,P.Ongena, F.Thonart,M. Gancel, Cholletimbert , and P. Jaquest. 2005. Mycosubtilin overproduction byBacillus subtilis BBG100 enhances the organism’s antagonistic and biocontrol activities.Appl. Environ.Microbiol.71:4577-4584

Mahadevan, B., and D.L. Crawnford. 1997. Properties of the chitinase of the antifungal biocontrol agent

Streptomyces lydicus WYEC108.Enzyme and Microbial Technology 20(7):489-493.

Porter.J..N.(1971) Prevalence and distribution of antibiotic-producing actinomycetes. Adv.Appl. Microbiol.14:73-92

Swanson, J. K., Yao, J., Tans=Kersten, J., Allen C. 2005. Behavior of Ralstonia solanacearum race 3 biovar 2 during latent and act ive infection of geranium.. Phytopathology.95: 136-143

Valois, D.K. and Fayad. 1996. Glucanolytic Actinomycetes antagonistic to Phytophthora fragariae var.rubi, the causal agent of raspberry root rot.Applied and Environmental Microbiology 62(5):1630-1635. Walker, R., C.M.J. Innes, and E.J. Allan. 2001. The potential biocontrol agent Pseudomonas antimicrobial

inhibit germination of conidia and outgrowth ofBotrytis cinerea.Letters in Applied Microbiology

32:346-348.

Whipps J.M. 1987. Effect of media on growth and interactions between a range of soil-borne glasshouse pathogens and antagonistic fungi.New Phytology 107(1):127-142 `

Gambar

Gambar 1. Tanaman pohon pisang kerkena penyakit layu bakteri di desa Pendem, Jembrana
Gambar 2. Uji Antagonistik koloni Streptomyces sp.1 sampai dengan Streptomyces sp9. dengan Ralstonia    solanacearum
Gambar 4. Uji in vivo Kontrol negatif (infeksi pathogen), Kontrol positif (tanpa infeksi pathogen) dan perlakuan denganpemberian kultur Streptomyces sp.9

Referensi

Dokumen terkait

An Analysis of Profesional Scretary At “ Yayasan Kampung Percik Salatiga ”. Submitted in

Dalam penulisan skripsi penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu selama masa studi di Fakultas Teknik

Cara mengobati jenis penyakit gastritis superfisialis adalah dengan istirahat yang cukup, pemberian makanan yang cair untuk penderita yang mengalami pendarahan,

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari enam sasaran strategis yang ditetapkan dalam Penetapan/Perjanjian Kinerja Tahun 2016, terdapat 5 sasaran Strategis yang

Asam humat adalah zat organik makromolekul polielektrolit, diketahui berkemampuan untuk berinteraksi sangat kuat dengan berbagai logam membentuk kompleks logam

Penerbit : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 262 tidak mempengaruhi variabel kelelahan kerja, dengan demikian dinyatakan bahwa tidak ada pengaruh status

karyawan lebih semangat dalam bekerja, sehingga menghasilkan kinerja yang optimal. 4) Komunikasi dan penyaluran informasi yang kurang efektif. Komunikasi sangat

Menghitung nilai kondisi kerusakan permukaan jalan pada tiap ruas jalan yang direncanakan menggunakan penilaian kerusakan jalan menurut Indrasurya dan P. Hasil dari