• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIZINAN PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERIZINAN PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM RANGKA

PENANAMAN MODAL ASING

Oleh:

Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut- KKP

(2)

1. UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja;

2. UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;

3. PP No. 5 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko; 4. PP No. 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara

Elektronik;

5. PERPRES No. 34 Tahun 2019 Tentang Pengalihan Saham dan Luasan Lahan dalam Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Pemanfaatan Perairan di Sekitarnya dalam rangka PMA;

6. PERMEN KP No. 8 Tahun 2019 Jo Permen KP No. 53 Tahun 2020 Tentang Penatausahaan Izin Pemanfaatan PPK dalam rangka PMA dan Rekomendasi Pemanfaatan PPK dengan Luas kurang dari 100 km2 (seratus kilometer persegi). 7. KEPMEN KP No 24 Tahun 2020 Tentang Besaran Faktor S dalam Penghitungan Tarif

Atas Jenis PNBP yang Berlaku pada Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Dasar Hukum Perizinan

Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil

“Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka Penanaman Modal Asing harus mendapat izin Menteri - UU No. 1 Tahun 2014 Pasal 26A”

“Setiap Orang yang tidak memiliki Perizinan Berusaha dalam memanfaatkan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka penanaman modal asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26A dikenai sanksi administratif

(3)

RISIKO TINGGI

DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL

Kerusakan lingkungan pulau dan ekosistemnya

secara permanen dan tidak dapat dikembalikan;

Kerusakan dan kehilangan sumberdaya

dan keanekaragaman hayati pesisir, laut, &

pulau-pulau kecil;

Kerugian lingkungan jangka panjang akibat

kerusakan dan upaya pemulihan berbiaya

tinggi;

Risiko tinggi kesehatan dan keselamatan kerja

di pulau-pulau kecil;

Konflik horizontal pemanfaatan ruang di pulau-pulau kecil antar

masyarakat;

Kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan

akibat penguasaan dan pemanfaatan oleh PMA/WNA

serta isu penjualan pulau;

Penolakan masyarakat dengan kekerasan dan ancaman keselamatan, tindak kriminalitas, dan kerugian harta benda;

(4)

Perizinan di Pulau-pulau Kecil

setelah UU Cipta Kerja

(1) Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka Penanaman Modal Asing harus mendapat izin Menteri.

(2) Penanaman Modal Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengutamakan kepentingan nasional.

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapat rekomendasi dari Bupati/Walikota

(4) Izin pemanfaatan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka penanaman modal asing harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas;

b. menjamin akses publik;

c. tidak berpenduduk;

d. belum ada pemanfaatan oleh masyarakat lokal;

e. bekerjasama dengan peserta Indonesia;

f. melakukan pengalihan saham secara bertahap kepada peserta Indonesia;

g. melakukan alih teknologi; dan

h. memperhatikan aspek ekologi, sosial, dan ekonomi pada luasan lahan.

UU No. 1 Tahun 2014 (Pasal 26A)

UU No. 1 Tahun 2014 (Pasal 26A)

Ketentuan Pasal 26A diubah

sehingga berbunyi

sebagai berikut:

“Dalam rangka penanaman modal asing,

pemanfaatan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan

perairan di sekitarnya harus memenuhi Perizinan

Berusaha dari Pemerintah Pusat dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

penanaman modal”.

Pasal 26B

“Setiap Orang yang tidak memiliki Perizinan

Berusaha dalam memanfaatkan pulau-pulau kecil dan

pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka

penanaman modal asing sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26A dikenai sanksi administratif.

(5)

Turunan UU Cipta Kerja

PP No. 5 Tahun 2021

Tentang

Penyelenggaraan Perizinan Berusaha

Berbasis Risiko

Perizinan Berusaha pada subsektor pengelolaan ruang laut sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis

risiko kegiatan usaha terdiri atas:

a.

Pengusahaan pariwisata alam perairan di kawasan konservasi;

b.

Pengangkatan benda muatan kapal tenggelam;

c.

Produksi garam;

d.

Biofarmakologi;

e.

Bioteknologi;

f.

Pemanfaatan air laut selain energy;

g.

Pelaksanaan reklamasi;

h.

Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di

sekitarnya dalam rangka Penanaman Modal Asing;

i.

Pemanfaatan jenis ikan yang dilindungi dan/atau yang termasuk dalam

appendix CITES, selain appendix I;

j.

Pemanfaatan pasir laut.

(6)

Pasal-pasal Penting

Pepres 34 Tahun 2019

Tentang Pengalihan Saham dan Luasan Lahan dlm pemanfatan PPK

Pasal

Isi

Perseroan terbatas

yang melakukan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan

pemanfaatan Perairan di Sekitarnya

wajib melakukan Pengalihan Saham kepada

Peserta Indonesia paling sedikit 20% (dua puluh persen)

dan dilaksanakan

dalam

jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak diterbitkannya izin

/ tanda

daftar usaha.

Besaran nilai Saham

yang akan dialihkan kepada Peserta Indonesia sebagaimana

ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak

pemegang Saham

melalui Rapat

Umum Pemegang Saham

.

15 Ayat 3

(7)

Peraturan Presiden

No. 34 Tahun 2019

Tentang

Pengalihan Saham dan Luasan Lahan

dalam Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil

dan Pemanfaatan Perairan di Sekitarnya

dalam rangka PMA.

(1) Pulau Kecil yang akan dimanfaatkan,

paling sedikit 30%

(tiga puluh persen) dari luas pulau

dikuasai langsung

oleh negara.

(2) Luasan lahan dalam rangka

pemanfaatan pulau

-pulau

kecil oleh perseroan terbatas

paling banyak 70% (tujuh

puluh persen) dari luas pulau

.

(3)

Perseroan terbatas

sebagaimana dimaksud pada ayat

(2)

wajib mengalokasikan

paling sedikit

30%

(tiga puluh

persen) dari luasan lahan yang dikuasai

untuk ruang

terbuka hijau

.

(8)

Batasan Pemanfaatan Lahan di Pulau-Pulau Kecil (PMA dan PMDN)

Ilustrasi Penjelasan Pasal 11 PERPRES No. 34 Tahun 2019 dan Pasal 10 PERMEN KP No. 8 Tahun 2019, Permen Agraria

& Tata Ruang/Kepala BPN No. 17 Tahun 2016, terkait aturan luasan lahan dalam pemanfaatan pulau-pulau kecil:

1. Paling sedikit 30% dari luas pulau dikuasai langsung oleh Negara (kawasan lindung, kepentingan publik)

2. Paling banyak 70% (tujuh puluh persen) dari luas pulau dapat dimanfaatkan oleh Pelaku Usaha.

3. Pelaku Usaha wajib mengalokasikan paling sedikit 30% dari luasan lahan yang dimanfaatkan untuk ruang terbuka

hijau.

1

2

3

Illustrasi Pulau Liwutonkidi,

Kab. Buton Selatan

30%

70%

RTH

Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atau pemilikan pulau kecil secara private/pribadi pada seluruh pulau

(9)

Peraturan Menteri KP

No. 53 Tahun 2020

Tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan No 18 tahun 2019

tentang Penatausahaan Izin Pemanfaatan

PPK dalam rangka PMA dan Rekomendasi

Pemanfaatan PPK dengan Luas kurang

dari 100 km2 (seratus kilometer persegi).

(2) Pemanfaatan PPK dengan luas di bawah 100 km2 harus memenuhi ketentuan

(3) Ketentuan pemanfaatan PPK dengan luas di bawah 100 km2 dijabarkan

dalam jenis kegiatan pemanfaatan dengan memperhatikan luasan, topografi,

dan tipologi pulau

(4) Jenis kegiatan pemanfaatan PPK dengan luas di bawah 100 km2 meliputi:

a.Kegiatan yang diperbolehkan;

b.Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat; dan

c.Kegiatan yang tidak diperbolehkan.

(5) Jenis kegiatan Pemanfaatan PPK dengan luas di bawah 100 km2

selengkapnya sebagaimana Lampiran II.

(10)

Peraturan Menteri KP

No. 53 Tahun 2020

Tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan No 18 tahun 2019

tentang Penatausahaan Izin Pemanfaatan

PPK dalam rangka PMA dan Rekomendasi

Pemanfaatan PPK dengan Luas kurang

dari 100 km2 (seratus kilometer persegi).

(1)

Ketentuan pemanfaatan PPK dengan luas di bawah 100 km2 digunakan

sebagai pedoman dalam penyusunan RTRW dan/atau RDTR.

(2)

Dalam hal RTRW dan/atau RDTR telah ditetapkan, pedoman sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) digunakan pada saat peninjauan kembali RTRW

dan/atau RDTR.

(3)

Dalam hal ketentuan pemanfaatan pulau-pulau kecil dengan luas di bawah

100 km2 belum dijadikan pedoman dalam penyusunan RTRW dan/atau

RDTR,

pemanfaatan pulau-pulau kecil dengan luas di bawah 100 km2

wajib mendapatkan Rekomendasi Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil

dengan luas di bawah 100 km2 dari Menteri

.

(11)

IZIN PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DALAM RANGKA

PENANAMAN MODAL ASING

(KBLI 68111)

RUANG LINGKUP

 Usaha Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dalam rangka Penanaman Modal Asing, yang

kegiatannya meliputi: pengembangan gedung/bangunan untuk dioperasikan sendiri (untuk

penyewaan ruang-ruang di gedung/bangunan tersebut), kegiatan pemanfaatan tanah atau

sewa-menyewa tanah di pulau-pulau kecil untuk pengembangan pariwisata, budidaya laut,

usaha perikanan dan kelautan, serta industri perikanan secara lestari, pertanian, peternakan,

beserta sarana dan prasarana pendukungnya, dan/atau usaha lain yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

 Tingkat risiko (RBA) tinggi, sehingga memerlukan NIB + Izin

 Kewenangan pada Menteri Kelautan dan Perikanan.

(12)

PERSYARATAN USAHA

IZIN PEMANFAATAN PPK DALAM RANGKA PMA

a.

Permohonan pemenuhan komitmen Izin Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dalam rangka PMA

Kepada Menteri Kelautan dan Perikanan;

b.

Rekomendasi dari Bupati/Walikota;

c.

Bukti pembayaran Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP);

d.

Dokumen rencana usaha yang meliputi:

• Penjelasan Rencana usaha dan Jenis Kegiatan;

• Peta lokasi pemanfaatan pulau, luasan dan koordinat geografis;

• Rencana pemberian akses publik;

• Rencana Pengalihan Teknologi;

• Rencana Kerjasama dengan Peserta Indonesia;

• Rencana Pengalihan Saham secara bertahap kepada Peserta Indonesia; dan

• Pertimbangan aspek ekologi, sosisal budaya dan ekonomi.

(13)

1. Penyampaian permohonan pemenuhan komitmen dari pelaku usaha

kepada KKP

paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja

terhitung sejak tanggal

terbitnya Izin Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dalam rangka PMA atau

Rekomendasi Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil, yang belum efektif dari

BKPM melalui sistem OSS.

2. Penyampaian bukti pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP)

paling lambat 7 (tujuh) hari kalender

sejak pelaku usaha

menerima Surat Perintah Pembayaran (SPP) PNBP.

DURASI PEMENUHAN

PERSYARATAN USAHA

(14)

PEMENUHAN KOMITMEN PELAKU USAHA

(OFFLINE) KE PTSP KKP Paling lama 10 Hari sejak Izin Terbit

Dari OSS (Belum Efektif)

PELAKU USAHA PENDAFTARAN KE OSS BKPM

IZIN USAHA MELALUI OSS BKPM

Dengan Komitmen: Syarat:

1. NIB 2. NPWP

Screening:

Perseroan Terbatas dan PMA

OSS Menerbitkan Izin Pemanfaatan PPK dan Notifikasi ke PTSP KKP

1. Permohonan Pemenuhan Komitmen Izin; 2. Rekomendasi Bupati/Walikota

3. Dokumen Rencana Usaha;

a) Penjelasan Rencana usaha dan Jenis Kegiatan;

b) Peta lokasi pemanfaatan pulau, luasan dan koordinat geografis; c) Rencana pemberian akses publik;

d) Rencana Pengalihan Teknologi;

e) Rencana Kerjasama dengan Peserta Indonesia;

f) Rencana Pengalihan Saham secara bertahap kepada Peserta Indonesia; dan

g) Pertimbangan aspek ekologi, sosisal budaya dan ekonomi. Persyaratan Umum dan Teknis

Verifikasi Dokumen dan Lapangan untuk Pemenuhan Komitmen (Durasi total 17 hari kerja) Analisis Hasil Verifikasi Lapangan YA/TIDAK? YA TIDAK KKP Notifikasi ke OSS IZIN BERLAKU EFEKTIF IZIN BATAL Tim Teknis, Dirjen, MKP Bayar PNBP

Per Juni 2021 akan ada Perubahan dalam Sistem OSS Berbasis Risiko, menyesuaikan UU CK dan Turunannya

Jadwal PTSP KKP: SENIN s.d. RABU

JAM 08.00-12.00

BAGAN ALUR

PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN

PULAU-PULAU KECIL DAN PERAIRAN DISEKITARNYA

(15)

Tahapan Perizinan Pemanfaatan PPK dan Perairan di sekitarnya

dalam Rangka Penanaman Modal Asing

1. Pemohon mengajukan Permohonan ke BKPM secara online

2. Perwakilan KKP di BKPM memproses semua permohonan perizinan yang masuk terkait perizinan di KKP dan selanjutnya meneruskan ke PTSP KKP untuk diproses lebih lanjut

3. PTSP KKP memeriksa kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan, apabila sudah lengkap maka selanjutnya disampaikan secara offline kepada Unit kerja terkait untuk dilakukan verifikasi

4. Evaluasi kelengkapan dokumen meliputi:

a) Penjelasan Rencana usaha dan Jenis Kegiatan;

b) Peta lokasi pemanfaatan pulau, luasan dan koordinat geografis; c) Rencana pemberian akses publik;

d) Rencana Pengalihan Teknologi;

e) Rencana Kerjasama dengan Peserta Indonesia;

f) Rencana Pengalihan Saham secara bertahap kepada Peserta Indonesia; dan g) Pertimbangan aspek ekologi, sosisal budaya dan ekonomi.

5. KKP melakukan verifikasi (evaluasi dokumen dan verfikasi lapangan) dalam waktu 10 hari kerja dan selanjutnya memberikan persetujuan atau penolakan izin pemanfaatan Pulua-pulau Kecil dan perairan disekitarnya dalam rangka PMA kepada BKPM sebagaimana format terlampir 6. KKP mengeluarkan surat perintah membayar PNBP. Dan pelaku usaha diberi waktu maksimal 7 (tujuh) hari kerja untuk membayar PNBP 7. BKPM menerbitkan izin pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan disekitarnya dalam rangka PMA

(16)
(17)

1. Izin Pemanfaatan PPK dalam rangka PMA

a.

berlaku 30 tahun

dan dapat diperpanjang;

b. Masa Berlaku Berakhir bila : masa berlaku habis, dicabut, atau dikembalikan secara

sukarela oleh pemegang izin.

2.

Tarif Izin Pemanfaatan

PPK = 5% × Faktor S

Faktor S= Rp616.482.125,00

5% × Faktor S =

Rp30.824.106,23/Ha

(Dasar :PP 75/2015 & Kepmen KP No. 24/2020)

MASA BERLAKU, BERAKHIRNYA, DAN TARIF PNBP

IZIN PEMANFAATAN PPK DALAM RANGKA PMA

Faktor S adalah Nilai valuasi sistem lingkungan yang dihitung berdasarkan hasil analisis yang terganggu dan/atau terdampak

akibat kegiatan pemanfaatan pulau-pulau-kecil dan perairan di sekitarnya

Tarif Izin

PNBP

(18)

PENILAIAN

KESESUAIAN USAHA

IZIN PEMANFAATAN PPK DALAM RANGKA PMA

Penilaian Kesesuaian dilakukan dengan

verifikasi dokumen

persyaratan dan

verifikasi

lapangan

, berdasarkan penilaian:

a. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang dan/atau Rencana Detail Tata Ruang;

b. Rekomendasi dari Bupati/Walikota;

c. Batas luasan lahan pemanfaatan pulau kecil;

d. Rencana usaha;

e. Kesesuaian dengan daya dukung dan kerentanan pulau;

f. Kesesuaian peta dan lokasi usaha;

g. Jenis kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan tidak

diperbolehkan jika lokasi di pulau-pulau kecil dengan luas di bawah 100 km2;

h. Besaran nilai PNBP yang dibayarkan.

(19)

PENGAWASAN

PERIZINAN PEMANFAATAN PPK

Cakupan:

Kesesuaian dengan Standar Perizinan Berusaha Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil;

Cara Pengawasan:

• Melalui Pengawasan Rutin: Laporan pelaku usaha & inspeksi lapangan melalui kunjungan

fisik atau virtual

• Melalui Pengawasan Insidental. Berdasarkan pengaduan masyarakat dan/atau pelaku

usaha, melalui inspeksi lapangan atau virtual.

Pelaksana Pengawasan:

POLSUS PWP3K

Inspeksi Lapangan Dilakukan dengan cara:

• Memasuki dan memeriksa lokasi kegiatan pemanfaatan PPK;

• Memeriksa kesesuaian dokumen perizinan dan dokumen pendukung;

• Memeriksa proses kegiatan pemanfaatan PPK;

• Mendokumentasikan kegiatan pengawasan, kesesuaian pelaksanaan sesuai

izin/rekomendasi;

(20)

Pasal 18 (Perubahan UU No. 1 Tahun 2014) Angka 28.

Pasal 71A ayat (1)

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16A, Pasal 26B, dan Pasal 71 dapat

berupa:

a. peringatan tertulis

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penutupan lokasi;

d. pencabutan Perizinan Berusaha;

e. pembatalan Perizinan Berusaha; dan/atau

f. denda administratif.

Pasal 73A

• “Setiap orang yang memanfaatkan pulau kecil dan perairan di sekitarnya dalam rangka

penanaman modal asing yang

tidak memiliki Perizinan Berusaha

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26A yang

mengakibatkan perubahan fungsi ruang

dipidana dengan pidana

penjara

paling lama

4 (empat) tahun

dan

denda

paling banyak Rp2.000.000.000,00 (

dua

miliar rupiah

)

(21)

Pasal 317

ayat (2)

Sanksi administratif

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(tidak memiliki izin)

terdiri

atas:

a. peringatan/teguran tertulis;

b. paksaan pemerintah;

c. denda administratif;

d. pembekuan Perizinan Berusaha; dan/atau

e. pencabutan Perizinan Berusaha

Pasal 320

ayat (3)

Besaran denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

b. Pelanggaran terhadap pemanfaatan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan perairan di

sekitarnya dalam rangka PMA yang

tidak memiliki Perizinan Berusaha

dikenakan

denda administratif sebesar

5% (lima persen) dikali total nilai investasi;

Sanksi dan Denda Administratif

dalam PP No. 5 Tahun 2021

(22)

CONTOH PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN PPK DALAM RANGKA PMA

(23)
(24)
(25)

Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Ditjen Pengelolaan Ruang Laut

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III lantai 8

Jakarta Pusat, Telp/Fax : 021-3522058

(26)

TIPOLOGI PULAU-PULAU INDONESIA

Pulau Pulau Kecil

Proses Pembentukan

P. Vulkanik

Umumnya berbukit

P. Karang

Karang timbul, datar dan rendah, rawan tsunami dan abrasi

P. Alluvium

Endapan sedimen Dataran rendah, datar

dan dinamis

Topografi dan Potensi

Sumberdaya Air

P. Dataran

Permukaannuya datar dan tidak ada beda

tinggi yang nyata

P. Berbukit

Terdapat beda tinggi permukaan yang cukup

berarti

(27)

LAMPIRAN II PERMEN KP NO. 53 TAHUN 2020

JENIS KEGIATAN

PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN LUAS DI

BAWAH 100 KM2 (SERATUS KILOMETER PERSEGI)

YANG DIPERBOLEHKAN

,

YANG DIPERBOLEHKAN DENGAN SYARAT,

DAN YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN

(28)
(29)

53 Tahun 2020

… lanjutan

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

CONTOH

PULAU-PULAU KECIL

YANG

PROSPEKTIF DAN TERDAPAT RENCANA

PEMANFAATAN

(ATAU EKSISTING) OLEH INVESTASI

DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING

(41)

Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau

CTRL+Klik Untuk Telusuri

2°30'53.3“LU 106°02'50.0“BT

(42)

Pulau Cempedak

Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

CTRL+Klik Untuk Telusuri

0°50'38.3“LU 104°42'14.2“BT

INSET

(43)

Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau

CTRL+Klik Untuk Telusuri

INSET

(44)

Pulau Pahawang

Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung

CTRL+Klik Untuk Telusuri

5°40'33.1“LS 105°13'10.1“BT

INSET

(45)

CTRL+Klik Untuk Telusuri

Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara

INSET

Luas: 29.075 Ha

(46)

CTRL+Klik Untuk Telusuri

Pulau Kusu

Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara

INSET

Luas: 39.650 Ha

(47)

CTRL+Klik Untuk Telusuri

0°25'41.0“LS 127°44'26.6“BT

Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara

INSET

(48)

CTRL+Klik Untuk Telusuri

3°02'33.5“LS 122°24'24.8“BT

Pulau Paku

Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah

INSET

Luas: 6.789 Ha

(49)

Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat

CTRL+Klik Untuk Telusuri

0°29'02.1“LS 130°21'19.2“BT

INSET

Luas: 53.540 Ha

(50)

Pulau Augusta

Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat

CTRL+Klik Untuk Telusuri

0°38'59.4“LS 130°34'31.2“BT

INSET

Luas: 23.461 Ha

(51)

P. Pabahanan

Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur

CTRL+Klik Untuk Telusuri

2°14'12.3“LU 118°37'50.0“BT

INSET

Luas: 1.808 Ha

(52)

P. Bakungan Besar & P. Bakungan Kecil

Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur

CTRL+Klik Untuk Telusuri

2°06'07.0“LU 118°43'51.0“BT

2°06'51.9“LU 118°44'05.7“BT

INSET

Gambar

Ilustrasi Penjelasan Pasal 11 PERPRES No. 34 Tahun 2019 dan Pasal 10 PERMEN KP No. 8 Tahun 2019, Permen Agraria

Referensi

Dokumen terkait

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Dari pengujian tersebut, nilai yang dihasilkan metode fuzzy sugeno dalam menentukan kebutuhan energi, karbohidrat, lemak dan protein mendekati kebutuhan standar

1) Mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan bekal yang diperoleh selama kuliah. 2) Meningkatkan pemahaman mahasiswa praktikan mengenai model-model, metode dan media

nilai-nilai antikorupsi dalam pembelajaran masih belum maksimal adalah adanya keterbatasan pengembangan kurikulum, pemantapan guru, dan implementasi yang mengedepankan

Campursari yang dibentuk Manthous berbeda dengan campursari yang sebelumnya pernah ada, yaitu campursari RRI Semarang atau Mus Mulyadi yang memadukan alat musik keroncong

Sistem full day school itu sendiri adalah model lembaga pendidikan yang memproses input (peserta didik) melalui rangkaian proses pembelajaran yang maksimal baik kurikulum

Desa wisata Melikan merupakan sentra gerabah, seperti Kasongan dan Manding di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Melikan terletak sekitar kurang lebih 13 km sebelah

Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran dan prevalensi keluhan gangguan kulit pada pekerja bengkel kendaraan bermotor di kecamatan Medan Baru, Medan Selayang, dan