• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arif Dharmawan S500907009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Arif Dharmawan S500907009"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TOKSISITAS 4-VYNILCYCLOHEXENE DIEPOXIDE (VCD)

TERHADAP STROMA OVARIUM

Studi pada tikus galur Wistar ( Rattus Novergicus Lam )

(Studi Pendahuluan)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister Kesehatan

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Ilmu Biomedik

Oleh:

Arif Dharmawan

S500907009

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

Halaman Pengesahan Tesis

TOKSISITAS 4-VYNILCYCLOHEXENE DIEPOXIDE (VCD) TERHADAP STROMA OVARIUM

Disusun Oleh:

Arif Dharmawan

S500907009

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing untuk

Komisi

Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Dr.Sri Sulistyowati, dr., Sp.OG (K)

NIP. 196208221989122001

…………. ………

Pembimbing II Prof.Dr.J.B.Dalono , dr., Sp.OG (K)

NIP. 194105041970041001

.………… ………

Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga

Dr. Hari Wujoso, dr.,SpF,M.M

(3)

commit to user

iii

TOKSISITAS 4-VYNILCYCLOHEXENEDIEPOXIDE (VCD) TERHADAP STROMA OVARIUM

Studi Pendahuluan pada tikus galur Wistar ( Rattus Novergicus Lam )

Disusun Oleh:

Arif Dharmawan

S500907009

Telah Disetujui oleh Tim Penguji

Pada hari :

Tanggal :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dr. Hari Wujoso, dr.,SpF,M.M

NIP. 196210221995031001

Sekretaris Prof. Dr. Harsono Salimo, dr.,SpA NIP. 19483131976101001

Anggota Penguji 1. Dr. Sri Sulistyowati, dr., Sp.OG(K)

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Arif Dharmawan

NIM : S500907009

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Toksisitas

4-Vynilcyclohexene Diepoxide (VCD) Terhadap Stroma Ovarium adalah

betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Juni 2012

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbilalamin Yaa Allah, segala puji dan syukur saya

panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan

Hidayah Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini yang disusun untuk

memenuhi persyaratan dalam mengikuti Program Studi Dokter Spesialis I di

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret serta untuk memenuhi persyaratan

mencapai derajat Magister Kesehatan di Program Studi Magister Kesehatan

Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Toksisitas

4-VynilcyclohexeneDiepoxide (VCD) Terhadap Stroma Ovarium ”.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

saya sampaikan kepada Dr.Hj. Sri Sulistyowati, dr., Sp.OG(K) sebagai

pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan

dorongan, bimbingan, dan saran di tengah kesibukan beliau yang begitu padat

masih berkenan meluangkan waktu untuk memberi petunjuk, dalam proses

penyelesaian tesis ini.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. JB Dalono, dr., Sp.OG (K) dan A Laqif,

dr SpOG (K) sebagai pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

telah memberikan dorongan, bimbingan, dan saran serta arahan, memecahkan

masalah yang timbul dan ikut membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

juga saya sampaikan kepada Dr. Abkar Raden, dr., Sp.OG (K) sebagai

koordinator tesis yang telah memberikan dorongan, waktu dan kesempatan yang

seluas-luasnya dalam proses penyelesaian tesis ini.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya

juga saya sampaikan kepada tim penguji, yang telah berkenan memberikan waktu

(6)

commit to user

vi

Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah pada kesempatan ini saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat

setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Si., sebagai Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS sebagai Direktur Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Hari Wujoso, dr.,SpF,M.M, sebagai Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR., sebagai Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Basoeki Sutardjo, drg., MMR., sebagai Direktur RSUD Dr. Moewardi

Surakarta.

6. Dr. Supriyadi Hari R, dr., Sp.OG., sebagai Ka. Bag SMF Obgin

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Dr. Sri Sulistyowati, dr., Sp.OG (K)., sebagai KPS SMF Obgin

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Affi Agelia dr.SpOG. Mkes., sebagai SPS SMF Obgin Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Seluruh Staff PPDS I Bagian Obgin Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Prof. Dr. JB Dalono, dr., Sp.OG (K)., Dr.

(7)

commit to user

vii

10. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada H. Rusbandi, dr.

SpOG Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi RSU Sragen, Nugroho Adiwarso, dr SpOG Kepala Bagian Obstetri dan ginekologi RSU Blora, Eka Budi W, dr. MKes., SpOG Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi

RSU Wonogiri, H. Suroso, dr. SpOG Kepala Bagian Obstetri dan

Ginekologi RSU Kebumen, H. Suwaryo Madsukadi, dr. SpOG Kepala

Bagian Obstetri dan Ginekologi RSU Cepu, L Budiadi, dr SpOG

Kepala bagian Obstetri dan Ginekologi RSU Pandanarang Boyolali yang

selalu memberikan bimbingan dan memberi kesempatan kami untuk

belajar dan menimba pengalaman di rumah sakit jejaring tersebut.

11. Prof.Kuniarsih, drh, MVSc., PhD , Kepala Bagian Patologi Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta beserta semua

staf dan tenaga tehnis atas izin dan kesempatan yang diberikan untuk

menggunakan fasilitas laboratorium dalam penelitian tesis ini.

12. Semua rekan residen PPDS I Obgin Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu dalam pelaksanaan tesis

ini. Kepada para dokter muda/co-asisten , bidan dan paramedik saya

ucapkan terima kasih atas kerjasamanya yang baik selama masa

pendidikan ini.

13. Ayahanda H.Untung Hadi Purwanto (Alm) dan ibunda Hj.Itje

Mariam BSA, yang telah membesarkan saya, mengasuh, membimbing

dan mendidik disiplin kepada saya dengan penuh kasih sayang,

memberikan dorongan, fasilitas serta mendoakan kelancaran selesainya

pendidikan dan tesis ini.

14. Ayah dan ibu mertua, keluarga H.Zuhri Amin,SH, (Alm) dan

Hj Endang Pertiwi serta Kakek dan nenek ,H Ali Murtadho dan

Hj.Siti Nur Halimah yang telah banyak membantu, memberikan

dorongan, serta mendoakan kelancaran selesainya pendidikan dan tesis

(8)

commit to user

viii

15. Istri saya tercinta, dr.Nur Aeni Mulyaningsih yang telah banyak

berkorban selama saya mengikuti pendidikan PPDS I Obgin,dan tetap

mendorong, mendoakan, dan memberikan semangat sampai saya dapat

menyelesaikan pendidikan dan tesis ini.

16. Anak saya, Fairuz Zahiya Meuthia Dharmawan yang dapat menerima

dan memahami kesibukan saya dan juga mendorong semangat saya untuk

menyelesaikan pendidikan dan tugas tesis ini.

17. Saudaruku dr.Prima Isnaeni sekeluarga, Khusnul Laela,ST serta

saudara-saudara iparku, Nur Farida Yuliastuti,ST sekeluarga, Nur

Indah Tri Setyowati,SPsi sekeluarga, drg Nur Solecha Wahyu Lestari sekeluarga, Nur Zulaicha Soraya S.Ked, Nur Fatmawati K,SKG. yang telah banyak membantu serta mendorong semangat saya

untuk menyelesaikan pendidikan tugas tesis ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu saya dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,

dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua.

Amin Yaa Robbal Alamin.

Wassalamualaikum Wr Wb.

(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...……….…... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS...………… iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI………... ix

DAFTAR GAMBAR……….... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR SINGKATAN………... xiv

ABSTRAK... xv

BAB.I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan penelitian ... 3

D. Manfaat penelitian ... 3

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Stroma Ovarium... 4

1. Endokrinologi Ovarium ... 5

(10)

commit to user

x

3. Pertumbuhan Folikel ... 11

4. Peran Stroma pada Fungsi Ovarium ... 13

5. Kategori Kerusakan Ovarium ... 15

B. 4-Vynilcyclohexene Diepoxide (VCD) ... 18

1. Definisi ... 18

2. Mekanisme Seluler Ovotoksisitas ... 18

3. Mekanisme Molekuler Ovotoksisitas .. ... 20

4. Apoptosis pada Ovarium oleh Pengaruh VCD .. ... 23

5. Premature Ovarian Failure ….. ... 26

C. Kerangka Konseptual ... 32

Keterangan Kerangka Konsep ... 33

D. Hipotesis ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek Penelitian ... 36

D. Besar sampel .. ... 36

E. Varibel Penelitian .. ... 38

F. Definisi Operasional .. ... 38

G. Prosedur Penelitian yang Dilakukan .. ... 38

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 39

I. Cara Kerja .. ... 40

(11)

commit to user

xi

BAB IV. HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Analisis Data Penelitian ... 44

BAB V. PEMBAHASAN ... 49

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. KESIMPULAN ... 51

B. SARAN ... 51

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Regulasi Saluran Reproduksi Wanita... 6

Gambar 2. Skematik Perkembangan Ovarium pada Fetus dan Dewasa .. ... 8

Gambar 3. Oogenesis dan folikulogenesis pada tikus ... 11

Gambar 4. Aktivitas sekresi faktor pertumbuhan. ... 14

Gambar 5. Penyempitan pembuluh darah Ovarium ... 17

Gambar 6. Sruktur kimia 4- vynilcyclohexene dan 4-vynilcyclohexene

diepoxide ... 18

Gambar 7. Kerangka Konsep ... 32

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Etiologi terjadinya Premature Ovarian Failure ... 27

Tabel 4.1. Resume hasil pemeriksaan kerusakan stroma ovarium. ... 44

Tabel 4.2. Hasil uji Chi Kuadrat tentang perbedaan kerusakan stroma

ovarium menurut pemberian VCD pada hari ke 0 ... 45

Tabel 4.3. Hasil uji Chi Kuadrat tentang perbedaan kerusakan stroma

ovarium menurut pemberian VCD pada hari ke 5 ... 46

Tabel 4.4. Hasil uji Chi Kuadrat tentang perbedaan kerusakan stroma

ovarium menurut pemberian VCD pada hari ke 10 ... 47

Tabel 4.5. Hasil uji Chi Kuadrat tentang perbedaan kerusakan stroma

ovarium menurut pemberian VCD pada hari ke 15 ... 48

Tabel 4.6. Hasil uji McNemar tentang perubahan kerusakan stroma

ovarium pada hari ke 5, hari ke 10, dan hari ke 15

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN

Cu : Cuprum

DNA : Deoxyribonucleic Acid

FSH : Follicle Stimulating Hormone

GnRH : Gonadotropine Releasing Hormone

IGF : Insulin Growth Factor

IL : Interleukin

LH : Luteinisation Hormone

mRNA : Mutation Ribonucleic Acid

POF : Premature Ovarian Failure

SOD : Superoxide Dismutase

TNFα : Tumor Necrosing Factor α

VCD : 4-Vinylcyclohexane Diepoxide

VCH : 4-Vinylcyclohexene

(15)

commit to user

xv

Arif Dharmawan. 2012. Toksisitas 4-Vynilcyclohexene Diepoxide (VCD) terhadap Stroma Ovarium. TESIS. Pembimbing I: Dr.Sri Sulistyowati, dr.,

Sp.OG (K), II: Prof.Dr.J.B.Dalono , dr., Sp.OG (K). Program Studi Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Latar Belakang: Sistem reproduksi wanita terdiri dari ovarium, tuba

uterina, uterus, vagina, dan genitalia eksterna. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Sebagian besar dari ovarium, baik korteks maupun medula, terdiri dari stroma. Stroma ovarium terdiri dari sel-sel yang berbentuk spindel yang mirip dengan fibroblas dan tersusun dalam suatu bentukan yang khas. Tidak seperti jaringan ikat pada umumnya, stroma ovarium tersusun dari banyak sel dengan serat yang menyokongnya (baik serat retikuler maupun jaringan kolagen biasa). Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan dikelilingi oleh suatu serat retikulin. Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik dan immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan desmin. Sel-sel stroma ovarium berhubungan dengan pematangan folikel, yang juga berkaitan erat dengan fungsi endokrin dan sekresi estrogen.

Pada studi ini peneliti mencoba merancang suatu hewan model untuk menyerupai kondisi alami proses menopause pada wanita. Penelitian dilakukan dengan menginduksikan agen kimia yang bersifat ovotoksik, 4-vinylcyclohexane

diepoxide (VCD) pada tikus galur Wistar untuk mempelajari proses kerusakan

pada ovarium. Telah diketahui bahwa VCD dapat menyebabkan terjadinya POF pada folikel ovarium hewan uji tikus. Namun masih belum diketahui pengaruhnya terhadap stroma ovarium yang merupakan jaringan penyangga dari ovarium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh VCD terhadap stroma ovarium.

Tujuan: Untuk melihat efek toksisitas VCD terhadap stroma ovarium pada

tikus .

Metode penelitian: Penelitian dilakukan di laboratorium Patologi Fakultas

Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, merupakan penelitian obervasional laboratorium dengan pendekatan pretest -postest control group design. Variabel independen: dosis VCD, variabel dependen: Stroma ovarium pada Premature

Ovarian Failure. Jumlah sampel 60, dibagi dalam 3 grup (kontrol, perlakuan 80

mg/KgBB, dan perlakuan 160 mg/KgBB), Purposive Random Sampling. Analisis data dengan uji chi Square, menggunakan SPSS versi 17.00 for Windows.

Hasil Penelitian: Hasil studi menunjukkan bahwa tidak didapatkan

perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian VCD dengan dosis 80 mg/KgBB dan 160 mg/KgBB selama 15 hari, yang merupakan dosis yang telah menyebabkan terjadinya kerusakan folikel ovarium yang menyerupai POF, tidak menyebabkan terjadinya kerusakan stroma ovarium.

(16)

commit to user

xvi

Arif Dharmawan. 2012. Toxicity of 4-Vynilcyclohexene Diepoxide (VCD) through the Ovarin Stroma. DISSERTATION. Supervisor I: Dr.Sri

Sulistyowati, dr., Sp.OG (K), II: Prof.Dr.J.B.Dalono , dr., Sp.OG (K). Program Study of Medical Family, Post-graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.

ABSTRACT

Background: Women reproduction system is consist of ovary, uterine

tube, uterus, vagina, and external genitalia. Most of ovary, both cortex and medulla, consist of stroma. Ovarian stromas are spindle formed cells, looks like fibroblast and also lapped on typical form. Ovarian stroma has different form, it lapped on many cells with fibers that contributing on these cells (reticular fibers and collagen tissue). Cells are consist of cytoplasmic lipid and rounded by reticulin fibers. Some cells have form like miofibroblastic and immunoreactive with smooth muscle actin (SMA) and desmin. Ovarian stromal cells are related to follicle maturity, that also thightly related to endocrine function and estrogen secretion.

. In this study, observer is trying to stake out an animal model to become resemble of natural condition of menopause that happen in women. This study is done by inducted ovotoxic substance, 4-vinylcyclohexane diepoxide (VCD),in the wistar mices to examine the prosses of damage thata happen on ovary. It is known that VCD can cause POF on ovarian follicle on mice’s ovary. But, there is still unknown the effect of this substance on ovarian stroma. Ovarian stroma is a supporting tissue for ovary. This study is done for knowing the effect of VCD to the ovarian stroma.

Objectives: to examine the toxicity effect ofVCD through ovarian stroma of mice.

Methods: Research is done in Laboratory of Patology, Animal Medicine

Faculty, Gadjah Mada University. It is an observational laboratory research with pretest-posttest controlled group design. Independent variable is dose of VCD, dependent variable is ovarian stroma on Premature Ovarian Failure. We used 60 samples, devided inti 3 groups (control, treatment 80 mg/KgBW, and treatment 160 mg/KgBW), Purposive random sampling. Data analysis with Chi Square

examination, using SPSS version 17.0 for Windows.

Result: The result of this study shows that there is no significant differences between control group and treatment groups. It shows that induction of VCD on dose of 80 mg/KgBW and 160 mg/KgBW as long as 15 days, that is the dose to make the damages to ovarian follicle that resemble to POF, does not cause of damaging the ovarian stroma.

(17)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perindustrian membawa dampak positif dan negatif pada kehidupan

manusia. Salah satu dampak negatif industri pada kesehatan wanita adalah

kegagalan ovarium dini akibat paparan kronis zat ovotoksik. Ovotoksisitas

merupakan salah satu penyebab kegagalan ovarium dini (premature ovarian

failure). Premature ovarian failure ditandai dengan amenore, hipoestrogen

dan peningkatan kadar hormon gonadotropin yang menetap sebelum usia 40

tahun. Wanita yang menderita premature ovarian failure akan mengalami

gejala-gejala menopause (Shelling, 2010; Shuster et al, 2010). Menopause

berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan (Hu, et al., 2001).

Premature ovarian failure (POF) atau menopause dini adalah suatu

keadaan dimana terjadi amenorhea yang disebabkan oleh berhentinya fungsi

ovarium sebelum usia 40 tahun. Wanita dengan POF mengalami anovulasi

dan hipoestrogenisme dengan adanya amenorhea primer atau sekunder,

infertilitas, defisiensi hormon steroid sex, dan peningkatan gonadotropin

(Conway, 2000). Rata-rata usia menopause wanita eropa adalah sekitar 51

tahun. Namun, 1-3% dari seluruh wanita mengalami POF, termasuk di

dalamnya 10-28% dari wanita dengan amenorhea primer dan 4-18% dari

wanita yang mengalami amenorhea sekunder (Lanying, 2001). Sebagian

(18)

commit to user

Beberapa agen kimia bersifat toksik terhadap ovarium yang dapat

menginduksi kerusakan folikel dan mengakibatkan kegagalan ovarium dini.

Paparan agen ovotoksik ini bermanifestasi pada risiko jangka panjang terkait

kegagalan ovarium dini pada wanita (Hu et al., 2001). Pada studi ini peneliti

mencoba merancang suatu hewan model untuk menyerupai kondisi alami

proses menopause pada wanita. Peneliti melakukan induksi agen kimia yang

bersifat ovotoksik, 4-vinylcyclohexane diepoxide (VCD) pada tikus galur

Wistar untuk mempelajari proses kerusakan pada ovarium. VCD merupakan

hasil metabolit dari 4-vinylcyclohexane (VCH) yang didapatkan sebagai agen

hasil manufaktur pada pembuatan pestisida, bahan berbasis karet, dan plastik.

Agen kimia ini mempunyai selektifitas untuk merusak folikel primordial dan

primer pada ovarium melalui proses induksi atresia secara alami (Hoyer dan

Sipes, 2007).

Tikus betina galur Wistar yang diinduksi dengan VCD secara

intraperitoneal dapat digunakan untuk mengetahui proses kegagalan ovarium

melalui atresia. Pada studi ini dilakukan evaluasi kadar estrogen, gambaran

morfologis folikel ovarium beserta stroma ovariumnya, ekspresi estrogen

reseptor alfa dan caspase 3 secara imunohistokimia.

Pada studi ini peneliti mencoba meneliti toksisitas 4-vynilcyclohexene

diepoxide (VCD) terhadap stroma untuk merancang suatu hewan model

untuk menyerupai kondisi alami proses menopause, sehingga dapat

(19)

commit to user B. Rumusan Masalah

Berdasar uraian diatas dapat dirumuskan untuk masalah penelitian

yaitu: Apakah 4-vynilcyclohexene diepoxide (VCD) dosis 80 mg/KgBB dan

160 mg/KgBB menyebabkan kerusakan stroma ovarium?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk melihat efek toksisitas 4-vynilcyclohexene diepoxide (VCD)

terhadap stroma ovarium pada tikus.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui toksisitas 4-vynilcyclohexene diepoxide (VCD) terhadap

stroma ovarium.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan pengetahuan tentang pengaruh 4-vynilcyclohexene

diepoxide (VCD) terhadap jaringan stroma yang dapat digunakan untuk

memperkaya khasanah keilmuan.

2. Manfaat Klinis

Menambah pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium

biomolekuler gambaran jaringan stroma ovarium akibat paparan

4-vynilcyclohexene diepoxide (VCD) sehingga dapat digunakan untuk

(20)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Stroma Ovarium

Sistem reproduksi wanita terdiri dari ovarium, tuba uterina, uterus,

vagina, dan genitalia eksterna. Ovarium berwarna putih dan terdiri dari

jaringan fibrosa yang tebal yang menjadi tempat melekatnya ovum. Ovarium

pada wanita dewasa berukuran panjang kira – kira 4 cm, lebar dan tebal kurang

lebih 1,5 cm (Sarwono, 2008).

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian

besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.

Ovarium terhubung ke uterus dengan ligamentum ovarii propium. Dan

pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii.

Ovarium merupakan tempat berkembangnya folikel-folikel hingga menjadi

folikel de Graaf, yang akhirnya akan melepaskan ovum saat wanita mengalami

ovulasi. Ovarium diliputi oleh epitel coelom yang dapat berubah menjadi epitel

torak berambut getar, yang memproduksi cairan jernih seperti ditemukan

dalam tuba atau epitel tidak berambut getar yang memproduksi musin seperti

pada endometrium (Bychkov, 2002).

Sebagian besar dari ovarium, baik korteks maupun medula, terdiri dari

stroma. Stroma ovarium terdiri dari sel-sel yang berbentuk spindel yang mirip

dengan fibroblas dan tersusun dalam suatu bentukan yang khas. Tidak seperti

(21)

commit to user

serat yang menyokongnya (baik serat retikuler maupun jaringan kolagen biasa).

Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan dikelilingi oleh suatu serat retikulin.

Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik dan immunoreaktif

dengan smooth muscle actin (SMA) dan desmin. Sel-sel stroma ovarium

berhubungan dengan pematangan folikel, yang juga berkaitan erat dengan

fungsi endokrin dan sekresi estrogen (Ganong, 2005).

1. Endokrinologi ovarium

Dalam endokrinologi reproduksi wanita, ovarium memiliki dua fungsi

utama, yaitu fungsi proliferatif dan fungsi sekretorik. Sebagai fungsi

proliferatif (generatif), ovarium merupakan sumber ovum selama masa

reproduksi. Di dalam ovarium terjadi petumbuhan folikel primer, folikel de

Graaf, peristiwa ovulasi, serta pembentukan corpus luteum. Sedangkan

sebagai fungsi sekretorik (vegetatif), ovarium merupakan tempat

pembentukan dan pengeluaran hormon steroid yaitu hormon estrogen,

progesteron, dan androgen (Sarwono, 2008).

Pandangan umum dari interaksi faktor-faktor hormon pada sistem

reproduksi wanita ditunjukkan pada gambar 1. Sistem hormon wanita terdiri

dari otak, hipofise, ovarium, dan organ reproduksi ( tuba, uterus, cerviks dan

vagina). Didalam otak, hipotalamus menghasilkan gonadotropin releasing

hormone (GnRH) yang mengatur sekresi luteinizing hormone (LH) dan

(22)

commit to user

Gambar 1. Regulasi saluran reproduksi pada wanita

Ovarium matur mempunyai dua fungsi utama yaitu, maturasi sel

germinal ( folikulogenesis) dan steroidogenesis. Tiap sel germinal pada

akhirnya berkembang didalam folikel, yang merupakan sumber utama

penghasil hormone steroid selama siklus menstruasi. Saat ovulasi, ovum

dilepaskan dan folikel yang pecah berubah menjadi korpus luteum, yang

mensekresi progesteron. FSH terutama berperan pada stimulasi

perkembangan folikel ovarium, sedangkan LH memicu terjadinya ovulasi.

FSH dan LH mengatur steroidogenesis di folikel dan sekresi androgen dan

(23)

commit to user

ovarium akan menghambat sekresi LH dan FSH kecuali pada saat akan terjadi

ovulasi ( midcycle), estradiol menyebabkan umpan balik positif pada aksis

hipotalalamus- hipofisis dan secara bermakna memicu peningkatan sekresi

GnRH, LH dan FSH. Ovarium juga menghasilkan tiga hormone polipeptida

yaitu inhibin yang menekan sekresi FSH, activin (activin-binding protein)

meningkatkan sekresi FSH, dan follistatin (activin-binding protein) yang

menurunkan sekresi FSH (Speroff, 2005; Hutt et al, 2005).

2. Folikulogenesis

a. Ovarium Dewasa

Ovarium berisi tiga bagian yaitu korteks luar, medulla di sentral

dan pintu ovarium (hillus). Hillus berisi pembuluh syaraf, pembuluh

darah dan sel hillus yang menjadi aktif dalam proses steroidogenesis atau

mampu membentuk tumor. Sel ini sangat mirip dengan sel leydig di testis

yang memproduksi testosteron. Bagian korteks yang paling luar disebut

tunika albuginea, yang bagian atasnya ditutupi oleh satu lapis sel kuboid.

Oosit berhubungan dengan kompleks yang disebut folikel. Bagian dalam

korteks tertanam dekat dengan jaringan stroma. Jaringan stroma terdiri

atas jaringan penunjang dan sel interstitial yang berasal dari sel

mesenkim dan mempunyai kemampuan untuk berespon terhadap

luteinizing hormone (LH ) atau human chorionic gonadotropin ( hCG )

dan produksi androgen. Daerah tengah medulla dari ovarium sebagian

(24)

commit to user

Gambar 2. Skematik Masa Perkembangan Ovarium pada Fetus dan Dewasa

(25)

commit to user b. Ovarium tikus

Pada masa perkembangan ovarium tikus dari lahir hingga dewasa,

terjadi perubahan dari organ simpel menjadi organ yang multiform. Dalam

perkembangannya, pada ovarium terjadi pertumbuhan, differensiasi, serta

degenerasi.

Ovarium pada waktu tikus lahir terdiri dari 2 tipe sel utama, yaitu

oosit dan sel stroma multipotensial. Disebut multipotensial karena secara

morfologi, sel ini akan berdifferensiasi menjadi berbagai sel penyokong

antara lain sel granulosa, sel teka baik interna maupun eksterna, sel lutein,

serta bentuk sel yang lain (Schwiebert, 2007).

Pada saat lahir, ovarium tikus merupakan organ solid yang berisi

penuh dengan sel germinal dan sel stroma. Organ ini dilapisi oleh adanya

sel-sel epitel yang disebut sebagai epitel germinal walaupun sebenarnya

epitel ini bukan merupakan bagian dari sel germinal. Oosit mengisi

sebagian besar organ, kecuali bagian tengah dari pusat stroma.

Usia pubertas tikus bervariasi tergantung pada jenis tikus, status

nutrisi, serta adanya pengaruh lingkungan, namun secara umum pubertas

tikus terjadi pada usia antara 28 hingga 49 hari. Tanda-tanda terjadinya

pubertas pada tikus betina adalah adanya pembukaan vagina dan

munculnya sel epitel terkornifikasi pada vaginal smear. Fertilitas pada

tikus betina paling banyak terjadi pada usia 75 hingga 300 hari.

Tikus merupakan organisme yang polyestrous. Tikus betina akan

(26)

commit to user

biasanya terjadi pada malam hari. Ovulasi terjadi secara spontan, biasanya

terjadi 8-11 jam setelah onset estrus, namun ovulasi tidak selalu terjadi

pada setiap siklus estrus. Pap vagina digunakan untuk menentukan tahap

siklus estrus. Kopulasi pada tikus biasanya terjadi pada malam hari dan

dapat dikonfirmasi dengan adanya plug senggama di vagina selama 12-24

jam pasca kopulasi (Schwiebert, 2007).

Sel-sel germinal folikel primordial akan berproliferasi dan migrasi

ke dalam gonad yang belum berdiferensiasi. Pada periode post natal,

sel-sel germinal akan terpecah dan menjadi folikel primordial yang terus

berkembang menjadi folikel primer. Estrogen (E2) menghambat sel

germinal menjadi folikel primordial. Pada tikus yang kekurangan

faktor-faktor transkripsi oosit seperti NOBOX, SOHLH1, SOHLH2, and LHX8,

maka akan terjadi kematian folikel, baik folikel primordial maupun folikel

primer. Kematian dapat pula terjadi bahkan sebelum terbentuk folikel

primordial (Richards dan Pangas, 2010).

Secara morfologi, pembentukan ovarium pada tikus betina tidak

aktif, namun kejadian di tingkat molekuler paling banyak terjadi pada

tahap gonadogenesis. Terdapat lebih dari 1200 ekspresi gen yang mengatur

perkembangan gonad tikus betina pada hari ke-10 sampai hari ke-13 post

koital. Periode tersebut menentukan diferensiasi jenis kelamin gonadal

tikus. Peningkatan ekspresi penghambat siklus sel (seperti inhibitor

cyclin-dependen kinase) dan beberapa gen penanda meiosis terjadi pada gonad

(27)

commit to user

proliferasi sel somatik dihambat ketika se-sel germinal ovarium memasuki

tahap meiosis (Uzumchu dan Zachow, 2007).

Gambar 3. Oogenesis dan folikulogenesis pada tikus.

(Sumber: Richards dan Pangas, 2009)

3. Pertumbuhan Folikel

Seperti pada masa pubertas, pada ovarium dewasa terjadi stadium

pembentukan folikel yang akan terus berulang. Pada awalnya oosit akan

membesar dan sel granulosa berproliferasi. Pada sat ini oosit berbentuk

masa bulat yang solid. Teka interna akan terbentuk pada stadium awal.

Zona pellucida mulai terbentuk (Calvanesea, et al, 2005).

Sekarang diketahui bahwa proses pembentukan folikel primer

sampai ovulasi berlangsung selama 85 hari. Pada masa ini tidak tergantung

gonadotropin sehingga kemudian mencapai keadaan yang siap untuk

(28)

commit to user

peningkatan gonadotropin seperti yang terlihat pada awal siklus haid, akan

terlihat pematangan folikel yang tergantung pada FSH. Jumlah folikel

yang matur tergantung pada jumlah FSH dan sensitifitas folikel terhadap

gonadotropin. Ekspresi reseptor FSH paling banyak pada sel granulosa,

namun bisa juga dijumpai pada epitel di permukaan ovarium dan epitel

tuba fallopii, yang fungsinya belum diketahui, tapi diduga berperan pada

tumor epitelial (Gosden, et al, 2009).

Pertama kali antrum terlihat sebagai sejumlah kavum intragranulosa

yang disebut badan cell – exner yang digambarkan oleh Emma Call dan

Siegmund Exner di Vienna pada tahun 1875. Pada satu titik saat

pembentukan ini, folikel akan terhenti dan mengalami proses apoptosis

yang dikenal sebagai atresia. Pada awalnya, komponen sel granulosa mulai

mengalami perpecahan. Kavum antral akan diserap dan kavum akan

kolaps dan mengalami obliterasi. Oosit akan berdegenerasi in situ.

Akhirnya, jaringan parut yang berbentuk pita yang berada disekitar sel

teka akan terlihat. Terkadang masa sel teka akan mengalami kehilangan

lipid dan sulit dibedakan dengan massa stroma yang sedang tumbuh. Oleh

karena itu, proses apoptosis akan berlanjut pada granulosa dan lapisan teka

merupakan bagian terbesar dari jaringan interstitial. Sebelum mengalami

regresi, folikel kistik akan berada di korteks untuk beberapa saat. (Speroff,

(29)

commit to user 4. Peran Stroma pada Fungsi Ovarium

Sebagian besar dari ovarium, baik korteks maupun medula,

terdiri dari stroma. Stroma ovarium terdiri dari sel-sel yang berbentuk

spindel yang mirip dengan fibroblas dan tersusun dalam suatu

bentukan yang khas. Tidak seperti jaringan ikat pada umumnya,

stroma ovarium tersusun dari banyak sel dengan serat yang

menyokongnya (baik serat retikuler maupun jaringan kolagen biasa).

Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan dikelilingi oleh suatu serat

retikulin. Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik

dan immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan desmin.

Sel-sel stroma ovarium berhubungan dengan pematangan folikel, yang

juga berkaitan erat dengan fungsi endokrin dan sekresi estrogen.

Selama perkembangan folikel, stroma ovarium yang

mengelilingi folikel tersebut akan berdiferensiasi menjadi teka interna

dan teka eksterna. Proses ini mulai berlangsung pada saat janin dalam

kandungan dan berakhir setelah menopause. Teka interna biasanya

terdiri dari tiga atau empat lapisan yang berbatasan dengan struktur

granulosa. Sedangkan struktur stroma yang lain dengan batas yang

kurang begitu jelas diantara folikel disebut sebagai teka eksterna (Hall

& Guyton, 2006).

Teka interna pada folikel yang berkembang merupakan jaringan

yang kaya akan vaskularisasi terdiri dari kapiler-kapiler yang dilatasi

(30)

commit to user

bentuk yang bervariasi dari bulat hingga berbentuk poligonal, dengan

diameter antara 12-20 um, berwarna kemerahan dan bersitoplasma

jernih dengan adanya vakuola dan nukleus di bagian sentral.

Teka interna merupakan jaringan yang menyokong

perkembangan folikel karena merupakan tempat terjadinya

steroidogenesis. Namun, fungsi endokrin dari sel teka eksterna masih

belum diketahui secara pasti. Sel teka interna pada folikel adalah

sumber utama estrogen dalam darah dimana terdiri dari tetesan lipid,

retikulum endoplasma yang halus dan luas, dan mitokondria yang

memiliki krista tubuler. Androgen dari sel teka diproses menjadi

estrogen dalam sel granuloma. Estrogen yang dihasilkan dari

granuloma ini kemudian memasuki sirkulasi (Ganong, 2005).

Gambar 4. Aktivitas sekresi faktor pertumbuhan.

(31)

commit to user 5. Kategori Kerusakan Stroma Ovarium

Stroma ovarium merupakan jaringan penyokong yang

memungkinkan ovarium untuk menjalankan fungsi normalnya. Kerusakan

yang terjadi pada stroma dapat berpengaruh pada fungsi ovarium. Pada

Premature Ovarian Failure (POF), kerusakan folikel terjadi karena adanya

proses apoptosis folikel itu sendiri. Tidak terjadi kerusakan pada jaringan

penyokong ovarium (stroma). Akan tetapi kerusakan pada stroma dapat

pula menyebabkan terjadinya keadaan yang mirip dengan POF, yaitu

terjadinya kerusakan folikel.

Perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada kerusakan stroma

antara lain adalah terjadinya pembesaran fibroblas, hyalinisasi yang

prominen, dan terjadinya penyempitan pembuluh darah.

a. Fibrotik

Salah satu kemungkinan kerusakan yang dapat terjadi pada stroma

ovarium adalah terjadinya proses hyalinisasi yang prominen dan

berakhir pada proses fibrotik. Proses ini dikaitkan dengan adanya

inflamasi, nekrosis lemak, histosit yang berbusa, pembentukan plak

kolesterol, serta pembentukan makrofag hemosiderin.

Pada beberapa keadaan misalnya pemberian kemoterapi pada

pasien kanker, agen kemoterapi yang diberikan dapat berpengaruh pada

jaringan ovarium yang dapat menimbulkan terjadinya respon inflamasi

jaringan. Akibatnya inti sel membengkak, pleomorfik, dan

(32)

commit to user

Sitoplasma sel menjadi granular, bervakuola, dan terjadi dilatasi serta

kerusakan pada pada organela sitoplasma yang dihubungkan dengan

terjadinya destruksi lisosom (Chew et al., 2009).

b. Kekosongan area stroma

Kerusakan pada stroma ovarium dapat menyebabkan penurunan

fungsi jaringan stroma. Penurunan ini terutama terjadi jika didapatkan

adanya perubahan morfologi jaringan stroma. Penelitian yang dilakukan

pada domba dan kambing mengenai kerusakan folikel dan stroma

menunjukkan beberapa perubahan yang terjadi pada kerusakan stroma

ovarium. Diantara perubahan itu adalah terjadinya lisis membran sel

stroma, nekrosis stroma yang dikaitkan dengan adanya kekosongan area

jaringan stroma, serta terjadinya penurunan densitas kolagen dan fibrin

pada jaringan ovairum karena terjadinya kerusakan pada struktur

folikuler (Faustino et al., 2010).

c. Penyempitan pembuluh darah

Suplai darah ke ovarium merupakan suatu sistem end artery, yaitu

tidak didapatkan adanya sistem anastomose. Karena keadaan ini,

apabila terjadi penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah akan

mengakibatkan hilangnya aliran darah ke ovarium. Kurangnya suplai

darah ini akan menyebabkan terjadinya fokal fibrosis. Selain itu,

kurangnya suplai darah ke ovarium akan menyebabkan penurunan

jumlah folikel premordial ovarium yang tampak terutama pada daerah

(33)

commit to user

Kerusakan dan obstruksi pembuluh darah ovarium dapat

menyebabkan terjadinya iskemia lokal yang berefek pada penghancuran

segmental pada korteks ovarium normal serta terjadinya penurunan

jumlah folikel premordial yang signifikan. Korteks ovarium yang rusak

tersebut akan digantikan oleh jaringan fibrotik dengan disertai

hilangnya fungsi normal ovarium. Apabila keadaan ini terjadi pada

seluruh korteks ovarium, maka akan dimungkinkan ovarium untuk

kehilangan seluruh cadangan folikel premordial yang dimilikinya dan

seluruh jaringan korteks ovarium akan digantikan dengan jaringan

parut. Keadaan ini merupakan suatu kerusakan ovarium total yang

permanen (Meirow, et al., 2007).

Gambar 5. penyempitan pembuluh darah yang terjadi pada pembuluh darah

ovarium (kiri), dan gambaran pembuluh darah ovarium normal (kanan).

(34)

commit to user B. 4- VynilcyclohexeneDiepoxide (VCD)

1. Definisi

4-Vinyl Cyclohexene Diepoxide (VCD) adalah hasil metabolisme

dari 4-Vinylcyclohexene (VCH). 4-Vinylcyclohexene (VCH) terbentuk dari

dimerisasi dari 1,3-butadin pada perusahaan karet sintetis, insektisida,

pembuat plastik. 4-Vinylcyclohexene (VCH) akan dimetabolisme tubuh

melalui sitokrom 450 katalis epoxidasi (Xiaoming Hu et al., 2001). 4-Vinyl

Cyclohexene Diepoxide (VCD) sudah lama diketahui sebagai bahan

ovotoksik (Terutaka Kodama et al, 2009). Pada pemberian 4-Vinyl

Cyclohexene Diepoxide secara intraperitoneal selama 30 hari

menghasilkan penurunan jumlah folikel ovarium pada tikus dan mencit

(Hoyer et al, 2001).

VCH: Rumus kimia= C8H12, Berat molekul= 108,18

VCD: Rumus kimia= C8H12O2, Berat molekul= 140,18

Gambar 6. Sruktur kimia 4- vynilcyclohexene dan 4-vynilcyclohexene diepoxide.

(Sumber: Keating et al, 2008)

2. Mekanisme Seluler Ovotoksisitas

Peran VCD dalam menghasilkan kerusakan luas pada folikel telah

lama diidentifikasi. Pemberian VCD secara langsung akan merusak folikel

(35)

commit to user

menyebabkan penurunan jumlah folikel secara signifikan (Hoyer dan

Sipes, 2007). Pada ovarium mamalia, jumlah folikel primordial yang dapat

berkembang sampai ovulasi jumlahnya kecil, karena kebanyakan dari sel

tersebut akan mengalami atresia, kematian sel ini disebut apoptosis yang

terjadi secara fisiologis dan berbeda dengan nekrosis yang merupakan

respon terhadap jejas atau inflamasi. Apoptosis dan nekrosis berbeda

dalam karakteristik morfologi. Perbandingan perubahan ultrastruktur pada

folikel preantral kontrol dan yang diberi VCD menunjukan bahwa

gambaran oosit dalam folikel yang tidak sehat pada kedua kelompok sama.

Termasuk gangguan organela, peningkatan jumlah vakuola, akumulasi

komponen membran, dan segmentasi abnormal (cleavage). Gambaran

morfologi degenerasi selama atresia, tidak berubah pada pemberian VCD

tetapi VCD meningkatkan proses ini dan atresia terjadi dalam frekuensi

yang lebih tinggi (Hoyer et al, 2001).

Meskipun karakteristik morfologi merupakan metode yang paling

reliabel untuk membedakan antara apoptosis dan nekrosis, juga dapat

dibedakan dengan petanda biokimia dan molekuler. Salah satu gen pada

mamalia yang berkaitan secara spesifik dengan apoptosis adalah Bcl-2

yang bersifat proto-onkogen. Bcl-2 telah diidentifikasi pada membran luar

mitokondria, retikulum endoplasma, membran inti, dan berhubungan

dengan lamanya sel bertahan hidup. Gen lain dari famili Bcl-2 adalah Bax

yang rangkaiannya homolog. Rasio protein Bax terhadap Bcl-2 dalam sel

(36)

commit to user

akan bertahan hidup (rasio menurun) (Hsu dan Hsueh, 2000). Pengamatan

terhadap jumlah protein bax pada mRNA yang mengkode kematian sel

menunjukan terdapat peningkatan signifikan jumlah protein Bax

dibandingkan dengan kontrol (sebanyak 72 %, p < 0.005) pada 10 hari

pemberian VCD. Hal ini memberikan bukti keterlibatan bax protein dalam

ovotoksisitas yang diinduksi oleh VCD dan mendukung hipotesis kematian

sel yang disebabkan oleh VCD terjadi melalui apoptosis (Hoyer et al,

2001).

3. Mekanisme Molekuler Ovotoksisitas

Ovarium mengandung berbagai macam enzim yang bertugas untuk

melakukan biotransformasi dan detoksifikasi berbagai bahan ovotoksik.

Enzim tersebut diantaranya epoxidehydrolase, glutathione S-transferases,

dan cytochrome P-450 (Johnson et al., 2004). Mekanisme enzimatik utama

detoksifikasi adalah hidrasi untuk membentuk diol (yang dikatalisis oleh

microsomalepoxidehydrolase) dan konjugasi dengan gluttion (yang

dikatalisis oleh glutathione S-transferase). Pada studi isolasi in vitro folikel

ovarium diketahui bahwa folikel ovarium dapat mengubah secara langsung

VCD menjadi bentuk inaktif tetrol yaitu 4-(1,2- dihydroxy)

ethyl-1,2-dihydroxycyclohexane. Namun jika dibandingkan dengan folikel ovarium

dengan ukuran lebih besar, folikel ovarium kecil menunjukan kapasitas

paling rendah dalam detoksifikasi VCD, sehingga hal ini membuat folikel

preantral kecil sebagai target utama ovotksisitas VCD (Muhammad et al.,

(37)

commit to user

Antioksidan secara alami terdapat dalam sel, termasuk ovarium

seperti glutathione peroxidase, superoxide dismutase (SOD), dan katalase.

Antioksidan ini berfungsi sebagai enzim yang berespon terhadap stress

oksidatif karena melindungi sel dari efek merusak dari reactive oxygen

species dan apoptosis. Terdapat 3 isoform Superoxide Dismutase, yaitu

Manganese Superoxide Dismutase yang terdapat pada mitochondria,

copper/zinc Superoxide Dismutase yang terdapat pada sitosol, dan secreted

Superoxide Dismutase yang disekresikan ke ruang ektstraseluler.

Peningkatan masing-masing isoform ini memberi petunjuk terhadap

komponen molekuler yang terlibat.

Pemberian VCD meningkatkan level mRNA Manganese Superoxide

Dismutase folikel kecil 148 %, sedangkan peningkatan pada Cu

Superoxide Dismutase dan Zn Superoxide Dismutase sekresi tidak

meningkat secara bermakna. Sebaliknya pada folikel besar, tidak terjadi

efek, hal ini disebabkan tidak terjadi proses stress oksidatif pada folikel

besar. Hal ini memberikan bukti bahwa ovotoksisitas yang disebabkan

VCD pada folikel kecil terjadi pada mitokondria. Pada kondisi apoptosis,

Manganese Superoxide Dismutase juga meningkat secara signifikan,

sehingga memberi bukti tambahan bahwa proses ovotoksisitas VCD

terhadap ovarium menyerupai menopause (Haas et al., 2007).

Pada mitokondria, juga ada bax protein yang terdapat dalam

membran mitokondria. Bax protein terlibat dalam meningkatkan apoptosis

(38)

commit to user

pada folikel kecil didapatkan peningkatan ekspresi mRNA bax protein. Hal

ini juga memberikan bukti tambahan keterlibatan mitokondria intraseluler

terhadap apoptosis yang diinduksi oleh VCD. Kerusakan membran

mitokondria yang diinduksi oleh bax protein mengakibatkan kerusakan sel

yang dapat menyebabkan kebocoran sitokrom c protein dari mitokondria

ke sitosol. Pada sebuah studi, dimana dilakukan pengamatan dan analisis

ovarium yang telah diinduksi VCD menggunakan mikroskop confocal

dengan imuniohistokimia, didapatkan penurunan jumlah folikel, pada

pewarnaan khusus yang berikatan dengan sitokrom c protein mitokondria,

juga didapatkan peningkatan dan terlihat difus. Pada kondisi normal,

sitokrom c protein terlihat fokus dengan intensitas lebih tinggi namun

terlokalisasi pada mitokondria, sedangkan gambaran difus terjadi karena

sitokrom c protein menyebar ke sitoplasma (Mayer et al., 2002).

Pada apoptosis terjadi aktivasi dari enzim proteolitik caspase 3,

demikian juga pada induksi VCD pada ovarium. Aktivasi caspase 3 terjadi

pada sitosol selama induksi apoptosis, namun aktivasi caspase 3 juga dapat

disebabkan oleh kejadian lain, salah satunya adalah pecahnya mitokondria.

Inisiasi ini oleh sitokrom c protein yang dilepaskan mitokondria. Hal ini

dibuktikan oleh penelitian dimana didapatkan peningkatan aktivitas

caspase 3 pada folikel ovarium kecil dibandingkan kontrol dan folikel

ovarium besar (Takai, 2003).

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa target dari

(39)

commit to user

ovarium kecil. Dan induksi VCD menyebabkan aktivasi mekanisme

apoptosis yang terlihat pada Manganese Superoxide Dismutase, bax

protein, sitokrom c protein, dan caspase 3.

4. Apoptosis pada Ovarium oleh Pengaruh VCD

Ovarium mengandung berbagai macam enzim yang bertugas untuk

melakukan biotransformasi dan detoksifikasi berbagai bahan ovotoksik.

Enzim tersebut diantaranya epoxidehydrolase, glutathione S-transferases,

dan cytochrome P-450. Mekanisme enzimatik utama detoksifikasi adalah

hidrasi untuk membentuk diol (yang dikatalisis oleh

microsomalepoxidehydrolase) dan konjugasi dengan gluttion (yang

dikatalisis oleh glutathione S-transferase). Pada studi isolasi in vitro folikel

ovarium diketahui bahwa folikel ovarium pada dapat mengubah secara

langsung VCD menjadi bentuk inaktif tetrol yaitu 4-(1,2- dihydroxy)

ethyl-1,2-dihydroxycyclohexane. Namun jika dibandingkan dengan folikel

ovarium dengan ukuran lebih besar, folikel ovarium kecil menunjukan

kapasitas paling rendah dalam detoksifikasi VCD, sehingga hal ini

membuat folikel preantral kecil sebagai target utama ovotksisitas VCD

(Devine et al., 2004).

Antioksidan secara alami terdapat dalam sel, termasuk ovarium

seperti glutathione peroxidase, superoxide dismutase (SOD), dan katalase.

Antioksidan ini berfungsi sebagai enzim yang berespon terhadap stress

(40)

commit to user

species dan apoptosis. Terdapat 3 isoform Superoxide Dismutase, yaitu

Manganese Superoxide Dismutase yang terdapat pada mitochondria,

copper/zinc Superoxide Dismutase yang terdapat pada sitosol, dan secreted

Superoxide Dismutase yang disekresikan ke ruang ektstraseluler.

Peningkatan masing-masing isoform ini member petunjuk terhadap

komponen molekuler yang terlibat (Forabosco dan Sforza, 2007).

Pemberian VCD meningkatkan level mRNA Manganese Superoxide

Dismutase folikel kecil 148 %, sedangkan peningkatan pada Cu/Zn

Superoxide Dismutase dan Superoxide Dismutase sekresi tidak meningkat

secara bermakna. Sebaliknya pada foikel besar, tidak terjadi efek, hal ini

disebabkan tidak terjadi proses stress oksidatif pada folikel besar. Hal ini

memberikan bukti bahwa ovotoksisitas yang disebabkan VCD pada folikel

kecil terjadi pada mitokondria. Pada kondisi apoptosis, Manganese

Superoxide Dismutase juga meningkat secara signifikan, sehingga member

bukti tambahan bahwa proses ovotoksisitas VCD terhadap ovarium

menyerupai menopause (Di Pasquale, et al., 2004).

Pada mitokondria, juga ada bax protein yang terdapat dalam

membrane mitokondria. Bax protein terlibat dalam meningkatkan

apoptosis melalui interaksi dengan membrane mitokondria. Pada

pemberian VCD, pada folikel kecil didapatkan peningkatan ekspresi

mRNA bax protein. Hal ini juga memberikan bukti tambahan keterlibatan

mitokondria intraseluler terhadap apoptosis yang diinduksi oleh VCD.

(41)

commit to user

mengakibatkan kerusakan sel yang dapat menyebabkan kebocoran

sitokrom c protein dari mitokondria ke sitosol. Pada sebuah studi, dimana

dilakukan pengamatan dan analisis ovarium yang telah diinduksi VCD

menggunakan mikroskop confocal dengan imuniohistokimia, didapatkan

penurunan jumlah folikel, pada pewarnaan khusus yang berikatan dengan

sitokrom c protein mitokondria, juga didapatkan peningkatan dan terlihat

difus. Pada kondisi normal, sitokrom c protein terlihat focus dengan

intensitas lebih tinggi namun terlokalisasi pada mitokondria, sedangkan

gambaran difus terjadi karena sitokrom c protein menyebar ke sitoplasma

(Falcone, et al., 2004).

Pada apoptosis terjadi aktivasi dari enzim proteolitik caspase 3,

demikian juga pada induksi VCD pada ovarium. Aktivasi caspase 3 terjadi

pada sitosol selama induksi apoptosis, namun aktivasi caspase 3 juga dapat

disebabkan oleh kejadian lain, salah satunya adalah pecahnya mitokondria.

Inisiasi ini oleh sitokrom c protin yang dilepaskan mitokondria. Hal ini

dibuktikan oleh studi dimana didapatkan peningkatan aktivitas caspase 3

pada folikel ovarium kecil dibandingkan control dan folikel ovarium besar.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa target dari pada

ovotoksisitas yang induksi VCD adalah mitokondria, terutama pada folikel

ovarium kecil. Dan induksi VCD menyebabkan aktivasi mekanisme

apoptosis yang terlihat pada Manganese Superoxide Dismutase, bax

(42)

commit to user

Ketika terjadi deplesi folikel primordial pada ovarium, maka akan

terjadi menopause pada wanita. Karena ovarium mengandung oosit dalam

jumlah yang terbatas ketika lahir, maka paparan bahan kimia lingkungan

dapat menghancurkan folikel primordial sehingga dapat menimbulkan

menopause lebih dini.

5. Premature Ovarian Failure (POF)

a. Definisi dan Epidemiologi

Premature ovarian failure (POF) atau dapat disebut pula

menopause dini adalah suatu keadaan dimana terjadi amenorhea yang

disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium sebelum usia 40 tahun.

Wanita dengan POF mengalami anovulasi dan hipoestrogenisme dengan

adanya amenorhea primer atau sekunder, infertilitas, defisiensi hormon

steroid sex, dan peningkatan gonadotropin (Conway, 2000). Rata-rata

usia menopause wanita eropa adalah sekitar 51 tahun. Namun, 1-3% dari

seluruh wanita mengalami POF, termasuk di dalamnya 10-28% dari

wanita dengan amenorhea primer dan 4-18% dari wanita yang

mengalami amenorhea sekunder (Lanying, 2001).

Menopause dini ditunjukkan dengan amenorhea dan peningkatan

hormon gonadotropin yang disebabkan oleh penurunan jumlah total oosit

dalam ovarium, dan oleh karenanya, kemungkinan untuk kembalinya

fungsi ovarium seperti sebelumnya menjadi tidak ada (Dixit et al., 2004).

(43)

commit to user

follicle stimulating hormone (FSH) di atas 40 IU/L menunjukkan suatu

penurunan fungsi dan jumlah folikel ovarium yang permanen

(Letur-Konirsch, 2003). Namun pada beberapa penelitian selanjutnya ditemukan

peningkatan fungsi ovarium yang intermitten, bahkan hingga mengalami

kehamilan pada wanita yang telah didiagnosis POF (Akbari, 2011).

b. Etiologi

Sebagian besar kasus POF merupakan keadaan idiopatik. Meskipun

telah dilakukan berbagai penelitian namun sebagian besar kasus masih

belum didapatkan penyebab pastinya (Pal dan Santoro, 2002).

Sebelumnya, didapatkan anggapan bahwa terjadi deplesi pada folikel

ovarium pada semua kasus POF. Namun pada penelitian selanjutnya

diketahui bahwa tidak semua kasus POF terjadi deplesi folikel ovarium

(Hoyer, 2005). Beberapa kasus POF tidak terjadi deplesi folikel ovarium,

folikel tersebut masih ada, namun tidak responsif terhadap stimulasi

dengan meningkatkan hormon gonadotropin dalam sirkulasi (van

Kasteren, 2001). Secara umum, etiologi POF dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu hilangnya fungsi ovarium karena deplesi folikel, dan

hilangnya fungsi ovarium karena disfungsi folikel dalam ovarium.

Penyebab secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Etiologi terjadinya Premature ovarian Failure (POF)

Folicle depletion

Chromosomal Abnormalities X Chromosome

(44)

commit to user

germinal bergerak keluar dari tabung urogenital menuju ke ovarium

primitif yang kemudian berproliferasi sehingga membentuk 3,5 juta oosit

tiap ovarium. Sebagian besar dari sel germinal ini hancur karena proses

apoptosis (Pru dan Tilly, 2001). Ovarium biasanya memiliki jumlah

(45)

commit to user

tiap ovarium. Jumlah ini akan terus berkurang selama hidup karena

adanya atresia dan terjadinya ovulasi (Forges et al., 2004). Tidak lebih

dari 500 oosit (0,007%) yang dikeluarkan melalui ovulasi selama masa

reproduktif seorang wanita (Conway, 2000).

Pada POF idiopatik, terjadi suatu mekanisme yang belum diketahui

secara pasti yang menyebabkan terjadinya peningkatan apoptosis oosit.

Hal ini dapat mendorong terjadinya penurunan komplemen oosit dalam

ovarium pada saat lahir, atau dapat mempercepat terjadinya atresia (Laml

et al., 2002).

d. Apoptosis

Apoptosis merupakan suatu komponen yang normal pada

perkembangan dan pemeliharaan kesehatan pada organisme multiseluler.

Sel yang mati ini merupakan respon terhadap berbagai stimulus dan

selama apoptosis sel ini dikontrol dan diregulasi, sel yang mati kemudian

difagosit oleh makrofag. Apoptosis berbeda dengan nekrosis, pada

nekrosis terjadi kematian sel tidak terkontrol. Sel yang mati pada

nekrosis akan membesar dan kemudian hancur dan lisis pada satu daerah

yang merupakan respon terhadap inflamasi (Abir, et al. 2004).

Pada apoptosis sel-sel yang mati memberikan sinyal yang

diperantarai oleh beberapa gen yang mengkode protein untuk enzym

pencernaan yang disebut dengan caspase. Gen caspase ini merupakan

bagian dari cystein protease yang akan aktif pada perkembangan sel

(46)

commit to user

Kematian sel melalui apoptosis merupakan fenomena yang normal, yaitu

terjadi eliminasi sel yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara

fisiologis diperlukan untuk (Hoyer, 2005):

i. Terminasi sel

Apoptosis dapat terjadi pada sel yang mengalami kerusakan

yang tidak bisa di repair,infeksi virus, keadaan yang mengakibatkan

stress pada sel . Kerusakan DNA akibat ionisasi radiasi maupun bahan

kimia toxic juga dapat mencetuskan apoptosis melalui aktivasi tumor

supresor gen p53. Keputusan untuk apoptosis dapat berasal dari sel itu

sendiri, dari jaringan disekitarnya ataupun dari sel yang termasuk

dalam sisem imun.

ii. Mempertahankan homeostasis

Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau

jaringan harus berada dalam keadaan yang relatif konstan. Proses

keseimbangan ini termasuk dalam homeostasis yang dibutuhkan oleh

makhluk hidup untuk mempertahankan lingkungan internalnya.

Keseimbangan (homeostasis) ini dapat tercapai bila kecepatan mitosis

pada jaringan seimbang dengan kematian sel.

iii. Perkembangan embryonal

Kematian sel yang terprogram merupakan bagian dari

perkembangan jaringan. Pada masa embryo , perkembangan suatu

jaringan atau organ didahului oleh pembelahan sel dan diferensiasi sel

(47)

commit to user iv. Interaksi limfosit

Perkembangan limfosit B dan Limfosit T pada tubuh manusia

merupakan suatu proses yang kompleks , yang akan membuang sel-sel

yang berpotensi menjadi rusak. Cytotoksik T sel dapat secara

langsung menginduksi apoptosis pada sel melalui terbukanya suatu

celah pada target membran dan pelepasan zat-zat kimia untuk

mengawali proses apoptosis. Celah ini dapat terjadi melalui adanya

sekresi perforin, granul yang berisi granzyme B, serine protease yang

dapat mengaktivasi caspase melalui pemecahan residu aspartat.

v. Involusi hormonal

Apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel

endometrium selama siklus menstruasi, regresi pada payudara setelah

(48)

commit to user D. KERANGKA KONSEPTUAL

(49)

commit to user Keterangan Kerangka Konsep

4-Vinyl Cyclohexene Diepoxide (VCD) yang merupakan hasil

metabolisme dari 4-Vinylcyclohexene (VCH) adalah senyawa yang toksik

terhadap folikel ovarium. Pada folikel ovarium stadium antral, terjadi proses

detoksifikasi oleh enzim-enzim pelindung ovarium seperti epoxidehydrolase,

glutathione S-transferases, dan cytochrome P-450, yang dapat mengubah

VCD menjadi metabolit inaktif 4-(1,2- dihydroxy)

ethyl-1,2-dihydroxycyclohexane melalui proses hidrasi yang dikatalisasi oleh

microsomalepoxidehydrolase, dan konjugasi yang dikatalisis oleh glutathione

S-transferase).

Pada folikel yang lebih kecil, aktivitas enzim epoxidehydrolase,

glutathione S-transferases, dan cytochrome P-450 tidak sebesar aktivitasnya

pada folikel yang besar. Aktivitas yang lebih kecil ini tidak mampu untuk

mendetoksifikasi semua VCD menjadi bentuk metabolit yang inaktif. Adanya

VCD yang masih aktif pada folikel yang kecil mengakibatkan terjadinya stres

oksodatif pada folikel tersebut. Keadaan stres oksidatif ini akan mendorong

peningkatan produksi antioksidan alami dalam ovarium seperti glutathione

peroxidase, superoxide dismutase (SOD), dan katalase. Antioksidan ini akan

bekerja untuk melindungi sel dari kerusakan akibat efek reactive oxygen

species dan apoptosis yang disebabkan oleh proses stres oksidatif.

Antioksidan ini banyak mengalami peningkatan terutama pada folikel-folikel

(50)

commit to user

pada folikel besar hampir semua VCD diubah menjadi bentuk inaktif

sehingga tidak menimbulkan stres oksidatif.

Ketidakseimbangan jumlah antioksidan dan stres oksidatif yang terus

timbul menyebabkan ketidakmampuan sel dalam mempertahankan hidupnya.

Hal ini menebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam sel berupa

perubahan morfologi sel, degradasi DNA, serta akan menghasilkan sinyal

apoptosis sel. Sinyal apoptosis ini didapatkan dari peningkatan ekspresi

mRNA bax protein. Ekspresi mRNA bax protein ini akan menyebabkan

kerusakan membran mitokondria yang dapat menimbulkan kebocoran

sitokrom c protein dari mitokondria ke sitosol. Kebocoran sitokrom c ini akan

meyebabkan aktivasi apoptosome caspase-9, yang pada akhirnya akan

mendorong kematian sel karena proses apoptosis.

4-vynilcyclohexene diepoxide (VCD) merupakan zat kimia yang

merusak folikel primordial dan folikel primer ovarium secara selektif dengan

cara mempercepat proses alamaiah terjadinya atresia. Karena kerusakan yang

terjadi secara selektif, maka tikus akan mengalami kegagalan ovarium secara

bertahap, sampai akhirnya hanya tersisa jaringan stroma ovarium, sehingga

fungsi steroidogenesis dan folikulogenesis hilang.

E. Hipotesis

4-vinylcyclohexane diepoxide ( VCD ) dosis 80 mg/KgBB dan

(51)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini secara eksperimental laboratorium.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan di penelitian ini adalah pretest

-postest control group design.

(52)

commit to user B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Mei

2012, di lembaga pengembagan penelitian terpadu (LPPT) dan laboratorium

Patologi Anatomi Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian.

Subjek pada penelitian ini adalah hewan coba tikus betina galur Wistar

dengan kreteria inklusi tikus sehat, berumur 2.5 bulan ,berat badan 170 gr,

makan dan minum disamakan, suhu ruangan sama . Kreteria eksklusi tikus

sakit,gerak tidak aktif,warna bulu kusam dan atau rontok.

D. Besar sampel

Perhitungan jumlah sampel minimum yaitu dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

潐 2� 1 � � 1 � � 1 �

(Murti, 2010)

Keterangan:

n = ukuran sampel masing-masing dari 2 kelompok sampel

P = perkiraan proporsi (prevalensi) variable dependen pada populasi

� = (P1+P2)/2

Z1-α= statisitik Z

α = kesalahan tipe I

(53)

commit to user

Untuk perhitungan ukuran sampel digunakan software OpenEpi®, maka

didapatkan hasil di bawah ini:

Sample Size for Frequency in a Population

Population size(for finite population correction factor or fpc)(N): 1000000 Hypothesized % frequency of outcome factor in the population (p): 50%+/-23 Confidence limits as % of 100(absolute +/- %)(d): 23% Design effect (for cluster surveys-DEFF): 1

Sample Size(n) for Various Confidence Levels

Confidence Level(%) Sample Size

Results from OpenEpi, Version 2, open source calculator--SSPropor

Jadi dalam penelitian ini secara membutuhkan 60 sampel dengan perincian

20 tikus pada kelompok kontrol dan 40 tikus pada kelompok paparan VCD 80

mg/kgBB dan VCD 160 mg/kgBB (masing-masing kelompok sebanyak 20 tikus).

Sampel penelitian dibagi dalam tiga kelompok yaitu: Kelompok Kontrol

sebanyak 20 ekor yaitu tikus yang tidak mendapatkan perlakuan dengan VCD;

(54)

commit to user

dengan VCD 80mg/kgBB; Kelompok Perlakuan II sebanyak 20 ekor yaitu tikus

yang mendapat perlakuan dengan VCD 160mg/kgBB.

E. Variabel Penelitian.

1. Variabel bebas.

Kadar 4-vynilcyclohexene diepoxide (VCD).

2. Variabel terikat.

Kerusakan stroma ovarium.

F. Definisi Operasional.

1. 4-Vinyl Cyclohexene Diepoxide (VCD) adalah hasil metabolisme dari

4-Vinylcyclohexene (VCH). Yang diencerkan dan di beri emulgator sesame

oil yang telah disesuaikan dengan berat badan tikus dan di suntikkan

secara intraperitonial.

2. Stroma ovarium merupakan jaringan penyokong dari proses hormonal dan

fertilitas tikus pada usia reproduksi

3. Kerusakan stroma ovarium adalah adanya suatu kerusakan pada jaringan

stroma ovarium yang dapat berupa fibrotik, kekosongan area stroma,

penyempitan pembuluh darah, iskemia, atau nekrosis.

G. Prosedur penelitian yang dilakukan

1. Pemilihan mencit

2. Penimbangan mencit

3. Pemberian tanda

4. Pengelompokan mencit

(55)

commit to user 6. Pembedahan abdomen mencit

7. Pengambilan ovarium mencit

8. Pemeriksaan histopatologi ovarium

H. Alat dan Bahan Penelitian

Pembuatan Slide jaringan

a. Alat:

- Cassette tissue - Beaker glass

- Mikrotom - Poly L-Lysine slides

- Deckglass - Humidity chamber vertical

- Humidity chamber horisontal - Mikro pipet 10 µl

- Mikro pipet 100 µl - Mikro pipet 1000 µl

- PCR tube - Shaker

b. Bahan

- Formalin buffer 10% - Alkohol 100%, 95%, 80%, 70%.

- Xylol - Parafin

- Aquadest - Buffer sitrat pH 6

- PBS pH 7,2 - 7,4 - Metanol H2O2 0,3%

- Bloking serum - Streptavidin

-Substrat enzim peroksidase: DAB - Hematoxylin

- Canada balsam - Kapas atau tissue

c. Reagen:

Gambar

Gambar 1. Regulasi Saluran Reproduksi Wanita.........................................
Tabel 2.1. Etiologi terjadinya Premature Ovarian Failure  ........................
Gambar 1. Regulasi saluran reproduksi pada wanita
Gambar 3. Oogenesis dan folikulogenesis pada tikus.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kadar Glukosa Darah Setelah Pemberian Acarbose (Dosis 6,75 mg/KgBB sebanyak 1 ml/100 gBB) Uji Toleransi dengan Amilum... Kadar Glukosa Darah Setelah Pemberian Acarbose (Dosis

Aloksan dengan dosis 150 mg/kgBB diinduksikan secara intramuskular pada tikus putih jantan akan menyebabkan keadaan diabetes tipe II ditandai dengan terjadinya resistensi

Dosis efektif pada penelitian sebelumnya: 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, dan 400 mg/kgBB Numerik rasio Kerusakan mukosa gaster Sediaan histopatologi dilihat menggunakan

Membandingkan kenaikan kadar gula darah tikus wistar pada pemberian ketamin dosis 2 mg/KgBB dengan pemberian ketamin dosis 2 mg/Kg/BB dan deksametason 0,2 mg/KgBB.. 1.4

Terdapat perbedaan kadar serum kreatinin tikus wistar antara pemberian natrium diklofenak dosis 1,4 mg/kgBB dan 2,8 mg/kgBB. Natrium diklofenak per oral dosis 1,4 mg/kgBB dan

Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dosis 400 mg/kgBB dan binahong dosis 200 mg/kgBB/hari lebih efektif daripada pemberian kombinasi

Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak belimbing wuluh dengan dosis 160 mg/200gramBB/hari lebih efektif daripada pemberian ekstrak belimbing wuluh dengan dosis

Pemberian etinil estradiol dosis 150 mg/kgBB/hari secara subkutan dapat menyebabkan perubahan histopatologi ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) berupa