• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU PINTER ARANING KEWAN UNTUK KELAS II SD MUHAMMADIYAH PENDOWOHARJO SEWON BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA BUKU PINTER ARANING KEWAN UNTUK KELAS II SD MUHAMMADIYAH PENDOWOHARJO SEWON BANTUL."

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU PINTER ARANING KEWAN UNTUK KELAS II SD MUHAMMADIYAH PENDOWOHARJO

SEWON BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fakhrunnisa’ NIM 11108244028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

If you would not be forgotten as soon as you are dead, either write things worth reading or do things worth writing .

(Benjamin Franklin)

“Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Allah SWT. Yang Maha Segalanya.

(7)

vii

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU PINTER ARANING KEWAN UNTUK KELAS II SD MUHAMMADIYAH PENDOWOHARJO SEWON BANTUL

Oleh Fakhrunnisa’ NIM 11108244028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media Buku Pinter Araning Kewan yang layak untuk pembelajaran bahasa Jawa kelas II Sekolah Dasar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development) yang mengacu pada model pengembangan Borg dan Gall. Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah Pendowoharjo Sewon Bantul pada bulan Oktober 2015. Penelitian dilakukan berdasarkan 10 langkah Borg dan Gall yanhg dimodifikasi menjadi 9 langkah. Langkah langkah tersebut adalah: (1) penelitian dan pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk, (4) uji coba lapangan awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan utama, (7) revisi, (8) uji coba lapangan operasional, dan (9) revisi produk akhir. Media yang dikembangkan diuji kelayakannya dengan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media sebelum dilakukan uji coba. Subjek penelitian uji coba lapangan awal berjumlah 5 siswa, uji coba lapangan utama berjumlah 10 siswa, dan uji coba lapangan berjumlah 18 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.

Setelah melalui 9 langkah pengembangan Borg dan Gall, media Buku Pinter Araning Kewan untuk kelas II layak untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa validasi ahli materi memperoleh skor akhir 4,21 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil validasi ahli media memperoleh skor akhir 4,32 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba lapangan awal memperoleh skor rata-rata 4,32 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba lapangan utama memperoleh skor rata-rata 4,30 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba lapangan operasional memperoleh skor rata-rata 4,30 yang termasuk dalam kategori sangat baik.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Buku Pinter Araning Kewan untuk Kelas II SD Muhammadiyah Pendooharjo Sewon Bantul” dengan lancar. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd. MA. sebagai Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin penelitian. 3. Bapak Suparlan, M.Pd.I. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Pendidikan

Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan.

4. Ibu Supartinah, M. Hum. sebagai pembimbing I, yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan nasehat.

5. Ibu Unik Ambar Wati, M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan nasehat.

6. Ibu Venny Indria Ekowati, M. Litt sebagai ahli materi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dalam perbaikan media. 7. Ibu Isniatun Munawaroh, M. Pd., sebagai ahli media yang telah bersedia

(9)

ix

8. Bapak Drs. Anwar., sebagai Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Pendowoharjo Sewon bantul atas bantuan, doa, dan dukungannya.

9. Ibu Erlina Astuti, S. E., Ibu Nurifa Rokhimawati, S. Pd., sebagai guru kelas IIa dan IIb SD Muhammadiyah Pendowoharjo Sewon Bantul, serta siswa-siswi kelas IIa dan IIb SD Muhammadiyah Pendowoharjo Sewon Bantul yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

10. Semua pihak yang telah ikut serta memberikan bantuan dan dukungan selama perancangan dan pembuatan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan dasar. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini.

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Pengembangan ... 8

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 8

G. Manfaat Penelitian Pengembangan ... 9

H. Definisi Operasional... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Mengenai Pembelajaran Bahasa Jawa SD ... 13

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Jawa ... 13

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Jawa ... 14

3. Fungsi dan tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa ... 16

B. Kajian Mengenai Karekteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas II ... 17

(11)

xi

hal

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 20

2. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan ... 21

3. Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 23

4. Kriteria dan Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran ... 25

5. Jenis Media Pembelajaran ... 29

D. Media Grafis ... 31

1. Pengertian Media Grafis ... 31

2. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Grafis ... 32

3. Unsur-unsur dalam Pembuatan Media Berbasis Cetakan ... 33

4. Kelebihan Media Grafis ... 37

5. Kekurangan Media Grafis ... 38

E. Buku Pinter Araning Kewan ... 38

F. Kerangka Pikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian ... 43

B. Prosedur Pengembangan ... 43

C. Validasi dan Uji Coba Produk ... 46

D. Setting dan Subjek Penelitian ... 47

E. Jenis dan Sumber Data ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 55

B.Deskripsi Hasil Pengembangan Produk ... 83

C.Pembahasan ... 86

(12)

xii

hal BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan ... 94

B.Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Silabus Bahasa Jawa Kelas 2 Sekolah Dasar (2013) ... 15

Tabel 2. Daftar Hewan Materi Araning Kewan Kelas 2 Sekolah Dasar ... 15

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Materi ... 49

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Ahli Media ... 51

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Siswa ... 52

Tabel 6. Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif Berskala 5 ... 54

Tabel 7. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap I ... 67

Tabel 8. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap II ... 75

Tabel 9. Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ... 76

Tabel 10. Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 82

Tabel 11. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 84

Tabel 12. Hasil Uji Coba Lapangan Utama. ... 85

Tabel 13. Hasil Uji Coba Lapangan Operasional... 87

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerucut pengalaman Edgar Dale ... 22

Gambar 2. Software Coreldraw X6 ... 58

Gambar 3. Software Adobe Audition 3.0 ... 58

Gambar 4. Software Nero Express Essentials ... 59

Gambar 5. Perubahan Pada Halaman Panduan Dan Kompetensi Dasar ... 68

Gambar 6. Perubahan Contoh Hewan Pada Halaman 1 ... 70

Gambar 7. Mengganti Hewan Cecak Menjadi Kirik ... 71

Gambar 8. Perubahan Pada Halaman 1 ... 71

Gambar 9. Perubahan Pada Halaman 2 ... 72

Gambar 10. Perubahan Pada Halaman 3 ... 72

Gambar 11. Perubahan Pada Halaman 4 ... 73

Gambar 12. Perubahan Pada Halaman 5 ... 73

Gambar 13. Perubahan Pada Halaman 6 ... 74

Gambar 14. Perubahan Pada Halaman Kawruh Basa Jawa ... 74

Gambar 15. Mengganti Hewan Gemak Menjadi Wedhus ... 76

Gambar 16. Mereduksi Indikator No.2 ... 77

Gambar 17. Memisahkan Komoetensi Dasar Dengan Pandom ... 78

Gambar 18. Mengganti Kata Bergeser Menjadi Pinter ... 78

Gambar 19. Memisahkan Contoh Dengan Cover ... 79

Gambar 20. Memberikan Scotlett Secara Menyeluruh di Setiap Halaman ... 79

Gambar 21. Mengubah Kemasan Audio Menjadi CD ... 80

Gambar 22. Penambahan Halaman Pesan Moral ... 80

Gambar 23. Penambahan Halaman Perlengkapan ... 81

Gambar 24. Perubahan Warna Huruf Pada Pandom ... 82

Gambar 25. Kegiatan Uji Coba Lapangan Awal ... 84

Gambar 26. Perubahan Pada Halaman Perlengkapan ... 85

Gambar 27. Kegiatan Uji Coba Lapangan Utama ... 85

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Isi Buku “Buku Pinter Araning Kewan” ... 98

Lampiran 2. Hasil Validasi Materi Tahap I ... 105

Lampiran 3. Hasil Validasi Materi Tahap II ... 108

Lampiran 4. Hasil Validasi Media Tahap I ... 111

Lampiran 5. Hasil Validasi Media Tahap II ... 114

Lampiran 6. Data Angket Uji Coba Lapangan Awal ... 118

Lampiran 7. Data Angket Uji Coba Lapangan Utama ... 119

Lampiran 8. Data Angket Uji Coba Lapangan Operasional ... 120

Lampiran 9. Angket Respon Siswa Terhadap Media “Buku Pinter Araning Kewan” ... 121

Lampiran 10. Dokumentasi ... 125

Lampiran 11. Kelengkapan Surat Ijin ... 126

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerapan nilai-nilai luhur budaya dalam rangka mewujudkan lingkungan pendidikan yang harmoni dan berkelanjutan melalui pemanfaatan pengetahuan lokal (indigeneous knowledge) telah diusahakan oleh pemerintah daerah di setiap provinsi di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut dijelaskan dalam Peraturan Daerah (Perda) No.5 tahun 2011 tentang pengelolaan dan penyelenggaran pendidikan berbasis budaya.

Pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, cerdas secara spiritual, emosional, sosial, intelektual, serta sehat fisik dan rohani, serta mampu mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya guna menghadapi persaingan global untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai pusat pendidikan. Sehubungan dengan tujuan tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwana X mengeluarkan peraturan Gubernur no.64 tahun 2013 tentang mata pelajaran bahasa Jawa sebagai mulok pilihan wajib di sekolah/madrasah.

(17)

2

Muatan lokal bahasa Jawa berfungsi sebagai wahana untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan etika, estetika, moral, spiritual, dan karakter .

Berdasarkan peraturan Gubernur no. 64 tahun 2013, muatan lokal bahasa Jawa diterapkan di SD/ MI/ SDLB kelas 1-6, SMP/ MTs/ SMPLB kelas 7-9, dan di SMA/ MA/ SMK/ SMALB kelas 10-12. Bahasa Jawa diajarkan secara terpisah dari mata pelajaran wajib di sekolah dan diberikan selama 2 jam dalam satu minggu. Peningkatan kedalaman dan keluasan penggunaan materi bahasa Jawa dapat juga dilaksanakan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, penerapan pembelajaran bahasa Jawa diajarkan secara pragmatik, atraktif, rekreatif dan menyenangkan, serta berdaya guna bagi kehidupan siswa dan bersumber dari tata nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian awal dilakukan di SD Muhammadiyah Pendowoharjo Sewon Bantul pada tanggal 16 Februari 2015 dengan melakukan observasi dan wawancara di sekolah. Berdasarkan hasil observasi, strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah direct instruction. Bahan atau materi pelajaran disajikan kepada siswa dalam satu sumber belajar, yaitu buku pegangan siswa yang berisi materi singkat dan beberapa latihan soal. Siswa dituntut untuk menguasai bahan atau materi yang sudah disajikan guru dengan metode ceramah, dan tanya jawab tanpa menggunakan media lain yang mendukung.

(18)

3

dan soal-soal latiahan seperti pilihan ganda dan isian singkat. Buku ini dipilih sebagai buku pegangan karena harga yang murah sehingga terjangkau untuk seluruh siswa. Pada buku pegangan siswa, pokok-pokok pembelajaran sudah dirangkum dan diringkas sedemikian rupa sehingga guru menjadi lebih mudah dalam menyampaikan materi. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa kelas II, penyampaian materi dengan satu sumber belajar yang disampaikan dengan metode ceramah membuat mereka menjadi bosan. Pada awal penyampaian materi siswa masih memperhatikan guru, namun setelah memasuki jam kedua, perhatian siswa sudah tidak terfokuskan lagi. Hal tersebut membuat siswa menjadi sulit untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru. Metode ceramah dianggap membosankan karena metode ceramah merupakan metode mengajar satu arah (teacher centered).

(19)

4

bersambung, menjawab pertanyaan dari bacaan serta soal pilihan ganda ulangan tiap semester. Buku pegangan siswa merupakan sumber satu-satunya yang digunakan siswa sebagai buku pegangan dalam proses pembelajaran bahasa jawa.

Proses pembelajaran dimulai dengan guru menjelaskan materi di papan tulis dengan metode ceramah dan selanjutnya siswa diberikan tugas untuk mengerjakan soal di buku LKS atau buku pegangan siswa. Latihan siswa pada buku pegangan siswa mencakup menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Kegiatan siswa dalam menyimak antara lain mendengarkan guru membaca teks/wacana tentang hewan peliharaan, kegiatan membaca yaitu membaca teks tentang hewan peliharaan, kegiatan menulis yaitu membuat kalimat tentang hewan peliharaan dengan huruf tegak bersambung, dan kegiatan berbicara yaitu kegiatan dimana siswa menceritakan tentang hewan peliharaannya dalam bahasa Jawa ngoko alus disertai dengan araning kewan dan kandang kewan.

(20)

5

Pembelajaran bahasa Jawa di Sekolah Dasar selain mengacu pada materi pembelajaran harus memperhatikan tingkat perkembangan siswanya. Siswa Sekolah Dasar rata-rata berumur 7-12 tahun dan termasuk dalam perkembangan kognitif fase operasional konkret. Dikatakan termasuk dalam fase operasional konkret karena pada masa ini pikiran siswa terbatas pada objek-objek yang dijumpainya dari pengalaman-pengalaman langsung, misalnya dengan memegang suatau benda, siswa dapat berpikir tentang beratnya, warnanya, dan strukturnya untuk itu dibutuhkan media yang sesuai dengan perkembangan siswa usia Sekolah Dasar. Media yang digunakan guru tergolong dalam media dua dimensi yang sederhana berupa gambar-gambar binatang. Materi araning kewan cocok menggunakan media seperti film atau praktek melihat hewan-hewan tersebut secara langsung, namun karena keterbatasan alat dan film yang tidak ada maka guru memilih untuk hanya memakai buku pegangan siswa sebagai media dan sumber belajar satu-satunya. Buku teks yang hitam putih tersebut membuat siswa tidak paham dengan materi araning kewan.

(21)

6

begitu minat siswa untuk belajar bahasa Jawa akan lebih besar dan umpan balik dalam proses pembelajaran akan lebih meningkat.

Penggunaan media pembelajaran yang menarik harus tetap pada tujuan pembelajaran dan berorientasi pada siswa. Pemilihan media harus memperhatikan perkembangan siswa dan kondisi lapangan. Media yang praktis, efisien dan efektif akan lebih mudah digunakan oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran. Selain dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menarik, media yang praktis juga dapat digunakan siswa secara mandiri di sekolah maupun di rumah.

Berdasarkan uraian di atas serta beberapa permasalahan yang terjadi di lapangan, perlu dilakukan suatu inovasi dalam pembelajaran bahasa Jawa materi araning kewan yang disesuaikan dengan kurikulum yang disusun oleh Pemprov

DIY, kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa. Media pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan memudahkan siswa dalam memahami materi araning kewan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Buku Pinter Araning Kewan untuk Kelas II SD Muhammadiyah Pendowoharjo Sewon Bantul”

B. Identifikasi Masalah

(22)

7

2. Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa masih bersifat verbalitas dan tekstual, sehingga antusias belajar siswa kurang.

3. Minimnya media pembelajaran sebagai pendukung materi araning kewan, sehingga siswa menjadi cepat bosan karena pembelajaran yang monoton . 4. Guru masih menggunakan metode mengajar satu arah (teacher centered),

sehingga siswa cepat merasa bosan.

5. Siswa masih kesulitan menghafalkan araning kewan karena terdapat tiga istilah untuk satu hewan, yakni araning kewan, araning anak kewan, dan araning swarane kewan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka diperoleh konsep media yang sesuai dengan kebutuhan. Permasalahan tersebut diselesaikan melalui pengembangan media pembelajaran buku pinter araning kewan araning kewan yang dapat digunakan siswa kelas II SD Muhammadiyah

Pendowoharjo.

D. Rumusan Masalah

(23)

8 E. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan media buku pinter araning kewan yang layak untuk pembelajaran bahasa Jawa di kelas II SD Muhammadiyah Pendowoharjo Sewon Bantul.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dihasilkan dari pengembangan berupa media pembelajaran interaktif dengan spesifikasi produk sebagai berikut.

1. Media Pembelajaran buku pinter araning kewan araning kewan berisi materi tentang araning kewan untuk siswa kelas II Sekolah Dasar yang disajikan dengan gambar hewan 2 dimensi. Tema yang dipilih dalam pembuatan media pembelajaran ini yaitu “lingkungan”.

2. Produk media pembelajaran berupa buku pinter araning kewan araning kewan dengan isi antara lain sebagai berikut.

a. Sampul depan Buku pinter araning kewan Araning Kewan.

b. Kompetensi yang dapat dicapai dengan buki pintar Araning Kewan. c. Petunjuk penggunaan buku untuk pengguna buku (siswa dan guru). d. 12 hewan yang terdiri dari ayam, bebek, kucing, anjing, nyamuk, tikus,

kodok, ular, kerbau, kambing, macan, dan singa.

e. Pesan moral untuk memelihara hewan peliharaan dengan baik.

(24)

9

g. Peralatan yang terdiri dari penghapus, CD interaktif, dan spidol. h. Sampul belakang Buku pinter araning kewan Araning Kewan.

3. Media buku pinter araning kewan didesain menggunakan software CorelDRAW X6.

4. Media buku pinter araning kewan berbentuk media cetak buku dengan ukuran 20x32cm. Kertas yang digunakan adalah kombinasi antara kertas ivory 260 gram kertas karton no.60, kertas stiker chromo, dan scotlett atau stiker bening.

5. Media buku pinter araning kewan dilengkapi dengan CD interaktif yang berisi suara hewan yang diletakkan di halaman perlengkapan dengan tujuan agar siswa dapat mengenali suara hewan dan menyebutkan sebutan suaranya (araning swarane kewan).

6. Media buku pinter araning kewan dilengkapi dengan spidol boardmarker yang bertujuan agar siswa dapat mengisi nama hewan, nama anak hewan, dan jenis suara hewan berulang-ulang (dapat dihapus).

G. Manfaat Penelitian Pengembangan

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Memberikan suasana belajar yang berbeda dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam bahasa Jawa.

(25)

10 c. Menambah sumber belajar bagi siswa.

d. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri. 2. Bagi Guru

a. Sebagai alernatif media pembelajaran untuk menyampaikan materi mata pelajaran bahasa Jawa pokok bahasan araning kewan.

b. Memudahkan guru dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa pokok bahasan araning kewan. 3. Bagi Lembaga Pendidikan, khususnya SD Muhammadiyah Pendowoharjo

Sewon Bantul

a. Menambah ketersediaan media pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran bahasa Jawa.

b. Memperluas wawasan tentang alternatif media pengajaran menggunakan media buku pinter araning kewan.

c. Membuat mata pelajaran bahasa Jawa pokok Bahasan araning kewan agar lebih menarik dan mudah dipahami.

H. Definisi Operasional Media Buku Pinter Araning Kewan

1. Pengembangan adalah suatu upaya untuk mempersiapkan dan merencanakan secara seksama dalam memproduksi, memvalidasi, mengevaluasi, hingga mengemas produk dalam suatu bentuk fisik tertentu.

2. Pokok bahasan araning kewan adalah pokok bahasan yang membahas tentang arane anak kewan dan aran swaraning kewan. Pokok bahasan araning kewan

(26)

11

3. Buku pinter araning kewan adalah suatu media pembelajaran yang dibuat menggunakan kertas ivory 260gr, kertas karton no.60, stiker chromo, dan scotlett/ stiker bening yang dapat merangsang aktivitas motorik halus siswa. Buku pinter araning kewan ini dibuat terinspirasi dari buku pinter araning

kewan terbitan PT. Sygma Creative Media Corporation. Siswa akan belajar

mengenal, menghafalkan dan menulis araning kewan dengan menarik/ menggeser ujung kertas pada setiap halaman. Di setiap halaman terdapat foto hewan (araning kewan), foto anak hewan (araning anak kewan), dan foto hewan seperti sedang berbicara (araning swarane kewan), serta di bawah foto hewan tersebut terdapat space sebagai media tulis siswa yang dapat dihapus kembali sehingga dapat digunakan lebih dari satu kali. Foto-foto hewan didapatkan dengan cara browsing di google.com. Foto hewan-hewan yang diambil merupakan foto nyata hewan dengan lingkungan asli hewan tersebut. Dilengkapi suara hewan pada CD interaktif di halaman perlengkapan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang araning swarane kewan.

(27)

12

(28)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Mengenai Pembelajaran Bahasa Jawa SD 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Jawa

Oemar Hamalik (2010:57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi terdiri dari guru, siswa, dan tenaga lainnya sebagai penunjang pembelajaran seperti tenaga laboratorium serta tenaga perpustakaan. Unsur material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Unsur fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Unsur prosedur antara lain meliputi jadwal pelajaran, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Semua unsur tersebut berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Wina Sanjaya (2008 : 13) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran merupakan proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

(29)

14

belajar dengan siswa sebagai peserta didik. Dalam kegiatan tersebut terdapati sebuah interaksi timbal balik yang menunjukkan adanya respon dari siswa sebagai peserta didik yang keberhasilannya dapat dilihat saat proses pembelajaran itu sendiri dan produk atau hasil.

Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar wajib dilaksanakan setiap 2 jam dalam satu minggu di kelas I sampai dengan kelas VI, sesuai dengan peraturan Gubernur no.64 tahun 2013. Sebagai muatan lokal wajib, bahasa Jawa diajarkan secara terpisah dari mata pelajaran lain. Bahasa Jawa diajarkan secara pragmatik, atraktif, rekreatif, dan meyenangkan, serta berdayaguna bagi kehidupan siswa. Materi mulok pilihan bahasa Jawa dibuat oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (DIKPORA) Daerah Istimewa Yogyakarta yang di sesuaikan dengan keadaan dan perkembangan tata nilai budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penilaian hasil belajar bahasa Jawa dilakukan dengan memperhatikan standar kompetensi lulusan dan latar belakang siswa yang dicantumkan dalam laporan hasil belajar siswa.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Jawa

(30)
[image:30.595.113.519.89.356.2]

15

Tabel 1 Silabus Bahasa Jawa Kelas 2 Sekolah Dasar (2013) Kompetensi Inti Kompetensi

Dasar Indikator Materi Pokok 1. Memahami

pengetahuan faktual

dengan cara

mengamati

(mendengar, melihat, membaca) dan menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda lainnya yang dijumpai di rumah dan di sekolah 3.2. Berbicara 3.2.1. Mendeskripsikan benda-benda di sekitar 1.Menirukan gerak, suara hewan tertentu 2. Menjelaskan ciri-ciri tumbuhan dan binatang secara rinci 3. Mendeskripsi-kan ciri-ciri hewan/tumbuh an untuk ditebak teman * Menirukan gerak, suara hewan tertentu * Menirukan gerak tumbuhan dan binatang secara rinci * Mendeskripsi-kan ciri-ciri hewan/tumbuh an untuk ditebak teman Sumber: Silabus Bahasa Jawa Kelas 2 Sekolah Dasar (2013)

Araning kewan atau dalam bahasa Indonesia berarti nama-nama hewan. Dalam bahasa Jawa, araning kewan tidak hanya membahas nama hewan namun juga nama anak hewan, dan suara hewan tersebut.

Berikut merupakan daftar yang digunakan sebagai bahan ajar/ materi untuk kelas II sekolah dasar.

Tabel 2. Daftar Araning Kewan dalam Bahasa jawa

No. Araning kewan Araning anak kewan Araning swarane kewan

1. Asu Kirik Njeguk

2. Babon/ jago Kuthuk Petok-petok/ kluruk

3. Banyak Blengur Pating krengah

4. Bebek Meri Kwek-kwek

5. Cecak Sawiyah Ngecek

6. Dara Piyik Mbekur

7. Gajah Bledug Ngempret

8. Gangsir Clondho Ngentir

9. Garengpung Drungkuk Ngrengreng

10. Gemak Drigul Ngelung

11. Jalak Ngoceh

[image:30.595.112.517.521.718.2]
(31)

16

No. Araning kewan Araning anak kewan Araning swarane kewan

13. Jangkrik Gendholo Ngerik

14. Kebo Gudel Ngowek

15. Kethek Munyuk Mere

16. Kidang Kompreng Mbekik

17. Kodhok Precil Ngorek

18. Kombang Engkuk Mbrengengeng

19. Kucing Cemeng Ngeong

20. Kuthilang Ngoceh

21. Kutuk Kotesan Kiyik-kiyik

22. Kutut Manggung

23. Lamuk Jenthik Nging-nging

24. Macan Gogor Mbaung/anggero

25. Menco Ngoceh

26. Menjangan Kompreng Mbekik

27. Merak Uncung Nyengungong

28. Sapi Pedhet Mbengah

29. Singa Dibal Nggero

30. Tikus Cindhil Citcit

31. Ula Kisi/ucet Ngeses

32. Wader Sriet

33. Walang Dhogol

34. Wedhus Cempe Ngembek

35. Welut Udhet

Sumber: Bahasa Jawa Kelas 2 SD dan Pepak Bahasa Jawa 3. Fungsi Dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Jawa

Fungsi dan tujuan muatan lokal bahasa Jawa dalam peraturan Gubernur no.64 tahun 2013, bahasa Jawa sebagai muatan lokal lokal wajib bertujuan untuk :

a. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan tata bahasa yang baik dan benar;

b. menghargai dan menggunakan Bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi lambang kebanggaan, dan identitas daerah;

c. menggunakan Bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial;

d. memanfaatkan dan menikmati karya sastra dan budaya Jawa untuk memperhalus budi pekerti dan meningkatkan pengetahuan; dan

(32)

17

Ketercapaian tujuan tersebut tidak lepas dari keberhasilan dalam proses belajar mengajar di kelas. Proses belajar-mengajar di kelas disusun sedemikian rupa agar menarik dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar bahasa Jawa sehingga tujuan mulok pilihan wajib bahasa jawa dapat tercapai.

B. Kajian Mengenai Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Kelas II

Sesuai dengan surat edaran Dikdasmen tahun 2009, kriteria usia siswa sekolah dasar sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, oleh karena itu Sekolah Dasar wajib menerima siswa dengan prioritas usia 7-12 tahun. Berdasarkan surat edaran tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas II Sekolah Dasar rata-rata berusia 7-8 tahun. Menurut Angela (dalam Suharjo, 2006:36) karakteristik siswa Sekolah Dasar antaralain sebagai berikut.

1. Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari konkrit menuju abstrak.

2. Anak harus siap menuju ke tahap perkembngan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembngan kognitif yang lebih tinggi, misalnya dalam hal membaca permulaan, mengingat angka, dan belajar konservasi.

3. Anak memerlukan perkembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.

4. Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik.

(33)

18

2008:105). Sampai usia 8 tahun, menurut Rita Eka (2008:109) bacaan yang realistis mulai digemari oleh siswa laki-laki, seperti buku tentang petualangan, sejarah, hobi, dan olahraga sedangkan siswa perempuan lebih menyukai cerita-cerita tentang binatang, puisi, dan lain-lain.

Rita Eka Izzaty, dkk ( 2008 : 105 – 117 ) juga mengemukakan dalam hal perkembangan bahasa, anak usia 7-8 tahun akan mengalami peningkatan dalam perbendaharaan kata. Anak akan mulai belajar dan menulis, serta merespon pertanyaan dari orang yang lebih dewasa. Anak akan mulai menyukai berbicara, karena makin banyaknya kosa kata yang dimiliki. Pada umumnya anak perempuan lebih banyak berbicara daripada anak laki- laki.

Brady (dalam Burhan, 2005:199) mengemukakan bahwa terdapat hal-hal tertentu yang menjadi dasar pemikiran dalam pengujian tahapan perkembangan anak, yaitu sebagai berikut. Pertama, pertimbangan ketertarikan anak terhadap suatu bacaan harus dilihat sebagai kriteria seleksi yang lebih penting daripada anggapan kecocokan yang dilakukan oleh kacamata dewasa. Kedua, pemahaman terhadap perkembangan anak secara umum dan terhadap tahapan perkembangan secara khusus akan memberikan informasi yang berharga dalam pemilihan bacaan anak. Ketiga, pemahaman terhadap tahapan perkembangan anak akan membantu dalam seleksi bacaan, tetapi itu bukanlah sesuatu yang kaku, bukan sebuah harga mati. Keempat, pemahaman kesesuaian dalam pemilihan bacaan dengan tahapan perkembangan anak perlu diperluas dengan mencakup kontribusi tiap tahapan itu.

(34)

19

perkembangan intelektual usia 7-11 tahun (tahap operasional konkret) antara lain adalah buku atau buku bacaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut. (i) Buku atau buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. (ii) Buku atau buku bacaan yang menampilkan cerita yang sederhana misalnya jumlah tokoh yang dilibatkan. (iii) Buku atau buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi, bahkan mungkin yang dalam bentuk diagram dan model sederhana. (iv) Buku atau buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisahkan cerita, atau cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa usia 6-12 memiliki kemampuan yang masih terbatas pada hal-hal konkret ataupun semi konkret. Dengan begitu proses berfikir pada siswa akan lebih mudah dengan melihat berbagai objek gambar secara bervariasi bahkan dalam bentuk diagram dan model sederhana. Anak dalam usia tersebut akan mengalami perkembangan bahasa dalam hal berbicara dan menulis. Untuk itu dalam proses pembelajaran siswa usia 6-12 tahun atau siswa sekolah dasar harus melalui pembelajaran secara langsung. Pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan proses pembelajaran student centered atau berorientasi pada siswa dengan menggunakan media-media

(35)

20 C. Kajian Mengenai Media Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi pelajaran. Proses pembelajaran sangat bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Oleh karena itu, diperlukan komponen penunjang dalam proses pembelajaran seperti media pembelajaran.

1. Pengertian Media Pembelajaran

Secara umum media merupakan kata jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar. Menurut Rossi dan Breidle (dalam Wina Sanjaya, 2006:161) media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya. Secara lebih luas, Gerlach dan Ely (dalam Wina Sanjaya,2006:161) menyatakan: “A medium, conceived is any person, material or event that establish condition which enable the learner to acquire

knowledge, skill, and attitude”, yang berarti sebuah media termasuk meliputi orang atau manusia, alat atau bahkan kondisi yang memungkinkan siswa belajar untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan sikap/ perilaku.

(36)

21 2. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan

Oemar Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2009: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Sumanto (dalam Sa’dun Akbar, 2013: 119) secara umum

mengemukakan manfaat dan fungsi media pendidikan yang membuat siswa dapat:

a. Menyaksikan benda atau peristiwa masa lampau.

b. Mengamati benda atau peristiwa yang sukar dikunjungi baik karena jarak, berbahaya, atau terlarang.

c. Memperoleh gambaran jelas tentang benda berukuran terlalu besar atau terlalu kecil.

d. Mendengar suara yang sukar ditangkap oleh telinga secara langsung. e. Memudahkan membandingkan sesuatu.

f. Melihat dengan cepat sesuatu yang berproses dengan lambat. g. Mengamati gerakan alat/mesin yang sukar diamati secara langsung. h. Melihat bagian yang tersembunyi dari suatu alat.

i. Melihat ringkasan suatu rangkaian pengamatan yang lama. j. Belajar sesuai kemampuan, minat, dan tempo masing-masing.

k. Mengamati dengan jelas benda-benda yang cepat rusak dan sukar diawetkan.

l. Mengamati peristiwa yang sukar diamati dan berbahaya didekati.

Landasan teori penggunaan media dalam proses pembelajaran salah satunya adalah Dale’s Cone of Experience. Kerucut ini merupakan elaborasi yang

(37)

22

[image:37.595.213.468.252.481.2]

lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan tersebut. Urutan tersebut tidak berarti proses belajar dan interaksi pembelajaran harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, melainkan dimulai dari jenis pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Gambar 1. Dale’s Cone of Experience

Berdasarkan kerucut pengalaman Dale tersebut, buku pinter araning kewan yang berisi foto hewan-hewan berada pada tingkatan watch still

pictures atau visual yang mengindikasikan 30% ingatan dari apa yang dilihat

pengguna media. Dilengkapi dengan audio suara hewan yang termasuk pada listen to lecture atau misalnya dari radio yang mengindikasikan 20% oleh apa

(38)

23

Berdasarkan manfaat dan fungsi media pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat membantu guru mengatasi keterbatasan-keterbatasan dalam mengajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik.

3. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely (dalam Azhar Arsyad, 2009: 12) mengemukakan 3 ciri-ciri media pendidikan, yaitu sebagai berikut.

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Rekaman peristiwa atau kejadian-kejadian yang sudah terjadi dapat digunakan setiap saat tanpa mengenal waktu.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

(39)

24 c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan dapat disajikan secar bersamaan. Sekali informasi direkam atau diabadikan maka informasi tersebut dapat diproduksi berulang kali dan dapat digunakan secara bersamaan di berbagai tempat dan berulang-ulang dengan konten imformasi yang sama.

Dina Indriana (2011:53-54) menjelaskan ciri-ciri umum media sebagai berikut.

a. Media pengajaran adalah sesuatu yang dapat diindera, yakni dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati. Namun yang menjadi komponen utama indera adalah penglihatan dan pendengaran.

b. Media pengajaran merupakan bentuk komunikasi guru dan murid. c. Media pengajaran merupakan alat bantu utama dalam mengajar. d. Media pengajaran berkaitan erat dengan metode mengajar.

Cecep Kustandi dan bambang Sutjipto (2011: ) mengemukakan ciri-ciri perkembangan media, khususnya media generasi I/ media cetakan, yakni sebagai berikut.

a. Arus informasi satu arah, b. Informasi tercetak,

c. Informasi langsung dapat dibaca,

d. Informasi di atas kertas, papan, dan lain-lain, e. Daya rangsang rendah,

f. Biaya operasional murah, dan g. Cara kerja mekanis-elektris.

(40)

25

terpenuhi maka media yang dibuat dapat dikatakan layak sebagai media pendidikan.

4. Kriteria dan Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran

Dick dan Carey (dalam Arief S, dkk, 2009:86) mengemukakan beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media sebagai berikut.

a. Kesesuaian media pembelajaran dengan tujuan perilaku belajarnya. b. Ketersediaan sumber.

c. Dana, tenaga, dan fasilitas pembuatan dan penggunaan media pembelajaran.

d. Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media pembelajaran.

e. Efektivitas biaya pembuatan media pembelajaran dalam pemakaian jangka panjang.

Azhar Arsyad (2009:75) mengemukakan kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan sebagai berikut.

a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Tepat dan sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan sehingga dapat mendukung isi pelajaran baik fakta, konsep, prinsip, maupun generalisasi.

c. Praktis, luwes, dan bertahan lama.

(41)

26

e. Menentukan sasaran pengguna, apakah kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, atau individu.

f. Mutu teknis harus memenuhi persyaratan tertentu.

Sya’dun Akbar (2013:117) mengemukakan beberapa prinsip dalam

memilih media pembelajaran yakni sebagai berikut. a. Keseuaian media dengan tujuan pembelajaran. b. Kesesuain media dengan karakteristik pebelajar. c. Dapat menjadi sumber belajar

d. Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media e. Keamanan bagi pebelajar

f. Kemampuan media dalam mengembangkan keaktifan dan kreativitas pebelajar.

g. Kemampuan media dalam mengembangkan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

h. Kualitas media

Selain itu, Sya’dun Akbar (2013:34) juga mengungkapkan beberapa unsur buku ajar yang baik, yakni sebagai berikut.

a. Keakuratan

(42)

27 b. Sesuai (relevansi)

Buku ajar yang baik memiliki kesesuaian antara kompetensi yang harus dicapai dengan cakupan isi, kedalaman pembahasan, dan kompetensi pembaca.

c. Komunikatif

Darmiyati Zuchdi (dalam Sya’dun Akbar, 2013: 35) menjelaskan komunikatif artinya isi buku mudah dicerna pembaca, sistematis, jelas, dan tidak mengandung kesalahan bahasa.

d. Lengkap dan sistematis

Buku ajar yang baik menyebutkan kompetensi yang harus dikuasai pembaca, memberikan manfaat pentingnya penguasaan kompetensi bagi kehidupan pembaca, menyajikan daftar isi, dan menyajikan daftar pustaka.

e. Berorientasi pada student centered

Buku ajar yang baik dapat mendorong rasa ingin tahu siswa, terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar, merangsang siswa membangun pengetahuan sendiri, menyemangati siswa dalam belajar berkelompok, dan mengingatkan siswa mengamalkan isi bacaan.

f. Berpihak pada ideology Bangsa dan Negara

(43)

28

nasionalisme, mendukung tumbuhnya kesadaran hokum, dan mendukung cara berpikir logis.

g. Kaidah bahasa benar

Buku ajar yang baik ditiulis menggunakan ejaan, istilah, dan struktur kalimat yang tepat.

h. Terbaca

Buku ajar yang tingkat keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca, panjang alinea nya sesuai pemahaman pembaca.

Sependapat dengan Sya’dun Akbar, Harjanto (2005:238) mengungkapkan, bahwa dalam penggunaan media pembelajaran sebagai alat komunikasi terkhusus dalam hubungannya dengan masalah proses belajar mengajar, harus didasarkan pada kriteria pemilihan yang objektif. Hal tersebut dikarenakan penggunaan media pembelajaran tidak sekedar menampilkan program pembelajaran ke dalam kelas namun harus dikaitkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, strategi kegiatan belajar mengajar dan bahan.

(44)

29 5. Jenis Media Pembelajaran

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 3), mengemukakan beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid

model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan

lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.

Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2010:124) mengklasifikasikan macam-macam media pembelajaran dilihat dari:

a. Sifat/ jenisnya

1) Media auditif, yaitu media yang dapat mengeluarkan suara dan hanya dapat didengar. Contoh: radio dan rekaman suara.

2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan tidak mengeluarkan suara. Contoh: foto, transparasi, lukisan, gambar, dan bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.

3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang mengandung unsur suara dan gambar sehingga dapat dilihat dan dapat di dengar karena mengeluarkan suara. Contoh: film dan slide suara.

(45)

30

1) Media yang memiliki jangkauan daya liput yang luas dan serentak sehingga dapat dijangkau oleh banyak siswa tanpa harus menggunakan ruangan khusus. Contoh: radio dan televisi.

2) Media yang memiliki jangakauan daya liput terbatas pada ruang dan waktu, sehingga siswa memerlukan ruangan khusus untuk menggunakan media ini. Contoh: film slide, film, dan video.

3) Media untuk pengajaran individual yang penggunaannya hanya untuk perorangan. Contoh: modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

c. Bahan pembuat

1) Media sederhana, yaitu media yang bahan pembuatnya mudah diperoleh, pembuatannya mudah, harga murah, dan penggunaan yang mudah.

2) Media kompleks, yaitu media yang bahan pembuat dan pembuatannya sulit, harga mahal, dan penggunaannya yang memerlukan keterampilan yang memadai.

Rudy Brets dalam Wina Sanjaya (2011:212) mengemukakan 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:

a. Media audiovisual gerak, seperti: film suara, pita video, film tv. b. Media audiovisual diam, seperti: film rangkaian suara.

c. Audio semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara. d. Media visual bergerak, seperti: film bisu.

e. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu. f. Media audio, seperti: radio, telepon atau pita audio.

(46)

31

Media buku bergeser termasuk dalam media grafis, media visual atau media cetak yang hanya dapat dilihat dan tidak mengeluarkan suara, penggunaannya hanya untuk perorangan, dan sederhana dalam arti bahan pembuatnya mudah diperoleh, pembuatannya mudah, harga murah, dan penggunaan yang mudah.

D. Media Grafis

1. Pengertian Media Grafis

Arief S. Sadiman (2008:28) mengemukakan bahwa media grafis adalah media yang berfungsi untuk menyalurkan dari sumber ke penerima pesan dengan perantara indera penglihatan. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual seperti foto/gambar yang dipahami artinya sehingga proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien.

Azhar Arsyad (2009:29) mengelompokkan media berdasarkan perkembangan teknologi, salah satunya adalah media hasil teknologi cetak. Media yang berbasis teknologi cetak antara lain buku dan materi visual statis terutama yang dihasilkan melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis.

(47)

32

2. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Grafis

Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad (2013:30) mengemukakan bahwa ada empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual/grafis, yaitu: a. Fungsi atensi

Media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b. Fungsi afektif

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.

c. Fungsi kognitif

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian, media visual dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris

Berdasarkan hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks dapat membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali, dengan kata lain media mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

(48)

33

memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar dan mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

Arief S, dkk (1993:16) secara umum mengemukakan empat kegunaan media pembelajaran, khususnya media visual dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

d. Media pendidikan dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran khususnya media visual dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan minat, motivasi, daya ingat dan pemahaman siswa terhadap suatu materi. Selain itu, media visual dapat membantu siswa yang lemah dan lambat dalam memahami materi yang bersifat teoritis dan verbalistis serta mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

3. Unsur-Unsur dalam Pembuatan Media Berbasis Cetakan

Azhar Arsyad (2013:85) mengemukakan beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merancang media berbasi cetakan, yaitu:

(49)

34

c. Pemisahan isi, taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda.

d. Penyusunan teks atau pemisahan bagian-bagian dari teks untuk mempermudah perolehan informasi.

e. Memperkenalkan setiap bab dengan cara yang berbeda agar lebih menarik.

f. Kesesuaian ukuran huruf dengan siswa, pesan, dan lingkungan.

g. Penggunaan ruang (spasi) kosong di sekitar judul, batas tepi, spasi antar kolom, permulaan paragraph diindentasi, dan penyesuaian spasi antar paragraph untuk menambah kontras.

Selain itu Azhar Arsyad (2011:107-113) juga mengemukakan prinsip-prinsip desain tertentu dalam proses penataan desain media grafis harus memperhatikan, antara lain.

a. Kesederhanaan

Kesederhanaan mengacu pada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa dalam menagkap dan memahami pesan yang disajikan secara visual tersebut. Teks yang menyertai visual tersebut harus dibatasi antara 15-20 kata dengan huruf yang sederhana dan gaya huruf yang mudah dibaca. b. Keterpaduan

(50)

35 c. Penekanan

Penekanan dilakukan pada unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa dengan menggunakan ukuran, warna, atau hubungan-hubungan. Ruang penekanan dapat juga diberikan kepada unsur terpenting.

d. Keseimbangan

Bentuk atau pola sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan pesepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. e. Bentuk

Bentuk yang aneh dan asing dapat mempengaruhi minat dan perhatian siswa, oleh karena itu pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu diperhatikan. f. Garis

Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus.

g. Tekstur

Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar dan halus. Tekstur dapat digunakan untuk penekanan suatu unsur seperti halnya warna.

h. Warna

(51)

36

yang harus diperhatikan dalam pemilihan warna, yakni: (1) pemilihan warna khusus (merah, biru, kuning, dan sebagainya), (2) nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna dibandingkan unsur lain dalam visual tersebut), dan (3) intensitas atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.

Arief S, dkk (2009: 31) mengemukakan enam syarat yang perlu dipenuhi oleh media grafis khususnya yang menggunakan gambar/foto, yakni sebagai berikut.

a. Autentik, yaitu gambar harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

b. Sederhana, yakni komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.

c. Ukuran relatif, yakni ukuran gambar/foto disesuaikan dengan kenyataan agar siswa dapat membayangkan seberapa besar benda/objek tersebut dengan cara menambahkan gambar lain yang pernah dilihat siswa dengan bentuk sebenarnya sehingga siswa dapat membayangkan perbandingan besar di gambar/foto dengan kenyataan.

d. Gambar atau foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

(52)

37

f. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media berbasis cetakan lebih kepada kreatifitas tata gambar dan materi dalam suatu buku. Penataan yang konsisten dan jelas dapat menambah ketertarikan siswa sebagai pengguna media pembelajaran.

4. Kelebihan Media Grafis

Media cetak dengan kelebihan sebagai berikut dirangkum dari Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad (2013:30).

a. Media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b. Media visual dapat meningkatkan kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.

c. Media visual dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. d. Media visual mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat

menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

(53)

38

a. Informasi tercetak, sehingga sehingga tidak dibutuhkan fasilitas pendukung dalam penggunaan media buku bergeser.

b. Informasi dapat langsung dibaca, sehingga siswa dapat menggunakannya secara mandiri.

c. Informasi di atas kertas, sehingga praktis dalam penggunaannya.

d. Biaya operasional murah, sehingga dapat dijangkau oleh sekolah dan orangtua siswa.

Berdasarkan pendapat Arief S, dkk (2009: 29), buku bergeser yang termasuk dalam media grafis memiliki kelebihan sebagai berikut.

a. Bersifat konkret.

b. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. c. Mengatasi keterbatasan pengamatan.

d. Memperjelas suatu masalah sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman

5. Kekurangan Media Grafis

Menurut Arief S, dkk (2009: 31) media grafis memiliki kekurangan sebagai berikut.

a. Gambar/ foto hanya menekankan persepsi indera mata.

b. Gambar/ foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

E. Buku Pinter Araning Kewan

(54)

39

pada tujuh aspek untuk kelayakan materi dan tujuh aspek untuk kelayakan media. Berdasarkan kajian pustaka mengenai kelayakan media grafis dari Sya’dun akbar

dan Arief S. Sadiman ketujuh aspek kelayakan materi tersebut adalah : a. Relevansi,

b. Keakuratan,

c. Kelengkapan sajian

d. Kesesuaian sajian dengan tuntutan pembelajaran yang terpusat pada siswa,

e. Cara penyajian,

f. Kesesuaian bahasa dengan kaidah bahasa yang baik dan benar, dan g. Keterbacaan dan keterkomunikatifan.

Sedangkan ketujuh aspek kelayakan media berdasarkan kajian pustaka dari Sya’dun Akbar dan Arief S. Sadiman adalah :

a. Format tata ruang, b. Gambar,

c. Huruf, d. Spasi,

e. Kesesuaian media, f. Kemampuan media, dan g. Efisiensi media.

Berdasarkan ke empatbelas aspek tersebut media buku pinter araning kewan dapat dikembangkan untuk menjadi media buku pinter araning kewan yang

(55)

40

Buku pinter araning kewan berbeda dengan buku-buku pada umumnya. Perbedaan tersebut terletak pada tujuh halaman buku yang dapat digeser untuk menemukan informasi tersembunyi dalam buku. Buku digeser pada kotak di tepi buku yang bertuliskan dudut. Setelah digeser, siswa dapat menemukan jawaban tersembunyi yakni nama hewan, nama anak hewan, dan nama suara hewan tersebut. Buku pinter araning kewan dapat digunakan berulang-ulang, karena buku ini dilengkapi dengan spidol boardmarker dan tempat menulis yang dilapisi stiker bening atau scottlet sehingga tulisan yang sudah ditulis dapat dihapus kembali. Buku pinter araning kewan juga dilengkapi dengan CD interaktif yang berisi tigabelas suara hewan untuk mendukung ke konkretan gambar dan siswa menjadi lebih memahami, hafal, sekaligus tertarik dengan materi araning kewan.

Berdasarkan kerucut pengalaman Dale tersebut, buku pinter araning kewan yang berisi foto hewan-hewan berada pada tingkatan watch still pictures

yang mengindikasikan 30% ingatan dari apa yang dilihat pengguna media. Dilengkapi dengan audio suara hewan yang termasuk pada listen to lecture yang mengindikasikan 20% oleh apa yang didengar pengguna media. media buku pinter araning kewan dapat membantu mengingat materi araning kewan.

F. Kerangka Pikir

(56)

41

satu cara pemerintah mengupayakan kelestarian bahasa Jawa. Salah satu materi dalam mata pelajaran bahasa Jawa di SD adalah araning kewan. Materi ini penting dikuasai karena aran kewan masuk dalam bahasa dan sastra budaya Jawa yang harus dilestarikan.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah pada mata pelajaran bahasa Jawa, terutama pada materi araning kewan masih menggunakan metode mengajar yang konvensional ataupun direct instruction tanpa menggunakan media. Padahal, ada tiga istilah aran kewan untuk satu hewan. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengingat dan menghafal aran kewan serta minat siswa untuk belajar aran kewan menjadi rendah. Apabila hal ini terus-menerus terjadi, maka lama-kelamaan bahasa dan sastra budaya Jawa akan terancam kelestariannya.

Perkembangan teknologi hingga ke berbagai bidang kehidupan membuat manusia lebih berinovasi dalam segala bidang kehidupan, tidak terkecuali bidang pendidikan. Hal tersebut menimbulkan suatu pandangan baru bahwa teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Teknologi dimanfaatkan untuk membuat suatu media yang praktis, efektif, dan efisien. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran bahasa Jawa materi araning kewan ini sekaligus dapat membantu guru mengatasi masalah keterbatasan media pembelajaran dalam menyampaikan materi bahasa Jawa araning kewan.

(57)

42

dalam proses belajar mengajar. Sebagai sebuah inovasi pembelajaran, pengemasan materi araning kewan dalam bentuk buku yang dilengkapi dengan CD interaktif dapat dipadukan dengan penerapan strategi pembelajaran untuk lebih meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan interaktivitas, serta menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik. Buku pinter araning kewan dibuat berbeda dengan buku-buku pada umumnya. Perbedaan tersebut adalah buku pinter araning kewan dapat digeser untuk menemukan informasi tersembunyi dalam buku. Buku dapat digunakan berulang-ulang, karena buku ini dilengkapi dengan spidol boardmarker dan tempat menulis yang dilapisi stiker bening atau scottlet sehingga tulisan yang sudah ditulis dapat dihapus kembali.

(58)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menyempurnakan produk. Borg and Gall (1983:772) mengemukakan bahwa Educational research and development (R & D) is a process used to

develop and validate educational products. Sugiyono (2011:407) mengemukakan

bahwa penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa media pembelajaran dalam bentuk buku bergeser (sliding book) yang berisi materi araning kewan.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi dari model pengembangan Borg and Gall (1989) dengan beberapa modifikasi. Terdapat 10 langkah dalam model pengembangan untuk digunakan sebagai landasan penelitian, namun karena keterbatasan biaya dan waktu langkah penelitian di modifikasi menjadi 9 langkah. Langkah yang belum dapat dilaksanakan yaitu langkah kesepuluh, dissemination and implementation.

(59)

44

1. Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and Information Collecting) Pengumpulan data dilakukan dengan observasi mengenai proses pembelajaran bahasa Jawa di kelas IIb materi araning kewan, mewawancarai guru dan siswa untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran bahasa Jawa materi araning kewan dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran, serta studi literatur mengenai media pembelajaran, materi araning kewan, dan karakteristik siswa sekolah dasar khususnya kelas II.

2. Perencanaan (Planning)

Setelah mendapatkan data awal, diperoleh susunan perencanaan penelitian yang mencakup tujuan mengembangkan media buku bergeser, penggunaan media buku bergeser, pengguna media buku bergeser serta deskripsi dari komponen-komponen media buku bergeser dan penggunaannya. Pembuatan media buku bergeser bertujuan untuk menghasilkan produk media pembelajaran buku bergeser araning kewan yang layak dalam pembelajaran di kelas II.

(60)

45

Yogyakarta. Draf produk yang sudah divalidasi kemudian di revisi sesuai dengan saran dan masukan dari ahli materi dan ahli media.

4. Uji Coba Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)

Uji coba lapangan awal dilakukan dengan cara mengujicobakan pada siswa kelompok kecil, yaitu 5 siswa kelas IIb SD Muhammadiyah Pendowoharjo Sewon bantul untuk mengetahui respon mengenai produk menggunakan angket sebelum diuji cobakan pada tahap uji coba lapangan. 5. Merevisi Hasil Uji Coba (Main Product Revision)

Revisi kedua dilakuan berdasarkan respon siswa berdasarkan angket pada uji coba tahap awal. Hasil penyempurnaan produk selanjutnya digunakan untuk uji coba lapangan atau main field testing.

6. Uji Coba Lapangan Utama (Main Field Testing)

Main field tesing dilakukan pada kelompok sedang, yaitu 10 siswa

kelas IIb SD Muhammadiyah Pendowoharjo. Dalam pelaksanaan uji coba ini dilakukan pengamatan terhadap proses penggunaan produk serta diakhir pembelajaran, siswa mengisi angket untuk mengetahui kekurangan-kekurangan produk yang selanjutnya digunakan sebagai bahan revisi produk.

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan (Operational Product Revision)

(61)

46

main field testing. Hasil revisi produk digunakan sebagai acuan dalam

tahap selanjutnya yaitu operational field testing.

8. Uji Pelaksanaan Lapangan Operasional (Operational Field Testing)

Uji coba lapangan operasional dilakukan pada kelompok besar yaitu seluruh siswa kelas IIa SD Muhammadiyah Pendowoharjo yang berjumlah 18 siswa. Dalam pelaksanaan uji coba ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan serta diakhir pembelajaran, siswa mengisi angket untuk memberikan tangapan terhadap produk yang selanjutnya digunakan sebagai bahan revisi produk.

9. Penyempurnaan Produk Akhir (Final Product Revision)

Penyempurnaan produk media buku bergeser araning kewan pada tahap ini didasarkan pada masukan dan hasil dari uji pelaksanaan lapangan operasional. Penyempurnaan bersifat final yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam melakukan pengembangan produk akhir media buku bergeser araning kewan.

C. Validasi dan Uji Coba Produk

(62)

47 1. Validasi

a. Subjek validasi ahli 1) Validasi ahli media

Validasi ahli media dilakukan oleh dosen Isniatun Munawaroh, M. Pd, dosen Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

2) Validasi ahli materi

Validasi ahli materi dilakukan oleh dosen ahli materi yaitu Venny Indria Ekowati, M. Litt, dosen bahasa Jawa Fakultas Bahasa dan Sastra,

Universitas Negeri Yogyakarta. b. Subjek ujicoba produk

Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui tanggapan dari pengguna produk yang dikembangkan. Uji coba dilakukan secara bertahap yaitu uji coba lapangan awal, uji coba lapangan, dan uji pelaksanaan lapangan.

D. Setting dan Subjek Penelitian

(63)

48 E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diperoleh pada penelitian pengembangan ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif kelayakan produk berupa data yang diperoleh dari pengisian angket dan tes kognitif oleh ahli media, ahli materi, serta siswa (subjek uji coba) sedangkan data kualitatif diperoleh dari tanggapan-tanggapan, masukan, saran, dan kritik dari ahli media, ahli materi, dan siswa (subjek uji coba).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data mengenai respon ahli media, ahli materi, dan siswa terhadap penggunaan media buku bergeser araning kewan menggunakan kuesioner atau angket. Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008: 142). Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner langsung dengan jawaban skala.

G. Instrumen Pengumpulan Data

(64)

49

Dalam angket tersebut pilihan jawaban menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena social. Dengan Skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikatorvariabel

kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif yang dapat berupa kata-kata, antaralain: sangat baik, baik, kurang baik, dan sangat kurang baik. (Sugiyono, 2008: 93)

[image:64.595.115.515.393.699.2]

Kisi-kisi instrumen validasi ahli materi, media dan pengguna dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi

No. Aspek Indikator No. Item

Instrumen

Jumlah Item

1. Relevansi

Kesesuaian materi dengan SK/KD yang harus dikuasai

1

5 Kesesuaian tugas dengan

SK/KD yang harus dikuasai 2 Contoh-contoh penjelasan

relevan dengan SK/KD yang harus dikuasai

3 Latihan relevan dengan

SK/KD yang harus dikuasai 4 Kedalaman uraian sesuai

dengan tingkat pemahaman siswa

5

2 Keakuratan

Materi yang disajikan sesuai

dengan kebenaran keilmuan 6

3 Materi yang disajikan sesuai

dengan kehidupan sehari-hari 7 Pengemasan materi sesuai

dengan pendekatan

keilmuan yang bersangkutan

(65)

50

N

Gambar

Tabel 1 Silabus Bahasa Jawa Kelas 2 Sekolah Dasar (2013)
Gambar 1. Dale’s Cone of Experience
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Ahli Media
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang / Jasa Untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013 seperti tersebut dibawah ini

pernah di raih oleh pondok pesantren Darul A’mal antara lain; juara pertama.. tingkat Propinsi pensyarah Al Quran, Juara 1 tingkat nasional

Berdasarkan analisis kesesuaian lahan melalui metode overlay, maka dapat disimpulkan bahwa buah manggis, rambutan, sirsak dan semangka bias dikembangkan di Kecamatan

Dari identifikasi masalah di atas, maka dapat diketahui bahwasanya masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan implementasi segregasi kelas

Perjanjian terapeutik juga menganut klausula baku yang dituangkan dalam surat persetujuan tindakan medik atau informed consent dimana yang menentukan isinya adalah dokter

Data yang digunakan adalah data obligasi perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI) serta dinilai oleh agen pemeringkat PEFINDO pada tahun

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ketersediaan input usahatani bawang merah per petani/ha, untuk mengetahui besarnya harga rata-rata input, harga output,

Pemanfaatan Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pengisi Komposit Polietilena Densitas Rendah (LDPE) sebagai salah satu syarat untuk.. dapat menyelesaikan