I M P L E M E N T A S I K O M U N I K A S I P E M B A N G U N A N D A L A M P E N G E M B A N G A N P A R I W I S A T A I S L A M I
D I KOTA LHOKSEUMAWE
Diajukan Oleh: MUHAMMAD IKHSAN
NIM : 10 KOMI 2042
Program Studi
KOMUNIKASI ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA IAIN SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Muhammad Ikhsan, 10 KOMI 2042 “ IMPLEMENTASI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA ISLAMI DI KOTA LHOKSEUMAWE, 2012
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi komunikasi pembangunan dalam pengembangan pariwisata islami di Kota Lhokseumawe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang menjadi penghambat dan penndukung implementasi komunikasi pembangunan dalam pengembangan pariwisata Islami di Kota Lhokseumawe.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Schramn dan dikembangkan oleh Sumadi Dilla, konsep komunikasi pembangunan dalam teori difusi dan inovasi yang dikembangkan oleh Harold Rogers.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu berdasarkan atas pertimbangan bahwa yang hendak dicari dalam penelitian ini, data yang akan menggambarkan dan melukiskan realita yang terjadi di lapangan sesuai dengan fokus penelitian. Penelitian ini di lakukan di Dinas Pariwisata Lhokseumawe, data yang dikumpulkan dengan cara wawancara yang mendalam, observasi non partisipan dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 (empat) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang dari Dinas Pariwisata yaitu kepala Dinas Pariwisata dan staff pengembangan pariwisata, 1 (satu) orang dari Dinas Syariat Islam yaitu kepala dinas syariat Islam dan 1 (satu) orang dari elemen masyarakat yang diwakilkan oleh ketua kelompok/LSM. Pemilihan dilakukan dengan subjek penelitian, yaitu pemilihan informan berdasarkan pada tujuan penelitian. Teknik analis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan data. Pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan yakni: derajat (dependability) dan kepastian (confirmability).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi komunikasi pembangunan dalam pengembangan pariwisata Islami di Kota Lhokseumawe sangat penting untuk diterapakan. Karena komunikasi pembangunan akan mempermudah pengembangan pariwisata Islami di Lhokseumawe, ini akan tercipta melalui komunikasi pemerintah dengan masyarakat secara dua arah serta merobah pemahaman negatif masyarakat terhadap perkembangan pariwisata.
Berdasarkan hasil temuan, implementasi komunikasi pembangunan dalam pengembangan pariwisata Islami dapat merobah pemikiran masyarakat dari yang negatif kepada positif, sehingga pengembangan pariwisata akan terealisasi dengan baik.
صخلملا
د حم
، اسحا
10 KOMI 2042"
يف
يو ت
يف لا
اا تاا
ي ل
حايسلا
يماسإا
يف
اموسك
يد لا
"
.2012لكا لا
ي لا
تثحب
يف
ه
سا دلا
وه
يف ت
ي ت
اا تاا
يف
ي ت
حايسلا
يماسإا
يف
اموسك
.
اك
غلا
نم
ه
سا دلا
لي ح ل
يف ت
ا تاا
ا غأ
ي لا
يف
ي ت
حايسلا
يماسإا
يف
يدم
اموسك
.
ي ن
مد س لا
يف
ه
سا دلا
وه
يو ت
و فم
ي لا
، اا تاا
، اا تاا
يو ت
م
و ع
، ا تاا
ي ن
ا ناا
ا باا
يف
اجم
يو ت
اا تاا
.
دق
جأ
ثح لا
اد ساب
ج ن
يعون
و ل
نم
سا
يفص
و ي
ع
اسأ
ا ا عاا
ي لا
م ي
ا ناا
ل
ثح لا
ه ع
يف
ه
، سا دلا
إف
اناي لا
ي لا
ف ت
حضوت
ي ح
أ
دحي
يف
ا ه
اج لا
ا ف
يك ل
وح لا
.
دق
جأ
ثح لا
يف
ا
حايسلا
، اموسك
مي قا
هي تا
.
اناي لا
ي لا
ا ع ج
ابا لا
، ع لا
قا لا
يغ
ا م
سا
قئاثولا
.
ني
لا
يف
ه
سا دلا
نم
س خ
و ت
نم
ني ثا
نم
ب م
، حايسلا
ني ثا
نم
ا لا
نم
ئا
عي لا
يماسإا
دحا
نم
صا ع
ع ج لا
.
م ي
اي خاا
نع
قي
خا
ا يع
،ف اه
اي خا
نم
ني
لا
ءا ب
ع
احبأ
يعوضوم
.
سد ه
اناي لا
ل ح لا
نم
اخ
دحلا
نم
، اناي لا
ع
، اناي لا
ا سا
جئا لا
نم
اناي لا
.
ا ي لا
حص
اناي لا
ا ي ي
يه
:
ج
ني يلا
.
أ
جئا لا
أ
يف ت
ا تاا
ا غأ
ي لا
يف
ي ت
حايسلا
يماسإا
يف
اموسك
لاعف
ادج
.
أ
اسإا
اا تاا
ي س
حايسلا
يف
مي قا
هي تا
يماسإا
، د س لا
م يس
ا ن
نم
اخ
اا تا
مو حلا
عم
ع ج لا
نم
ا ن ش
أ
يغت
ا ساب
م ف
ع ج لا
ي سلا
حايس ل
.
ا ا سا
ل
،جئا لا
ح
س ي
يف ل
ي ت
اا تاا
يف
يو ت
حايسلا
يماسإا
فوس
يغي
و ع
ا لا
نم
ي سلا
ل
، يباجيإا
ثيحب
فوس
ق ح ت
يف
يو ت
ءا لا
حايسلا
ا يأ
.
،كل ل
هنإف
نم
عقو لا
أ
ب م
حايسلا
ع ج لا
ي ح لا
ءا ل
حايس
عم
اموسك
ABSTRACT
Muhammad Ikhsan, 10 KOMI 2042 "THE IMPLEMENTATION OF DEVELOPMENTAL COMMUNICATION IN DEVELOPING ISLAMIC TOURISM IN LHOKSEUMAWE CITY." 2012.
The problems examined in this study is the implementation of developmental communication in developing islamic tourism in Lhokseumawe. The purpose of this study was to analyze the implementation of developmental communication in developing Islamic tourism in the city of Lhokseumawe.
Theory used in this study is the theory propounded by Schramn and developed by Sumadi Dilla, concept development communication and innovation diffusion theory developed by Harold Rogers.
The research was conducted using a qualitative approach to the type of descriptive study is based on considerations that are going to look for in this study, the data that will describe and illustrate the reality that occurs in the field according to the research focus.The research was conducted at the Department of Tourism Lhokseumawe, data collected by in-depth interviews, non-participant observation and documentation study.Informants in this study amounted to 4 (four) people consisting of 2 (two) people from the Tourism Department and Tourism Department staff head of tourism development, 1 (one) of the Department of Islamic Shari'a Islamic Shari'a is the head office and one person from the community element represented by the head of the group / NGOs. Selection is made by the subject of research, namely the selection of informants based on objective research. Engineering data analyst through data reduction, data presentation, and inference data. Date validity checks performed are: degrees (dependability) and certainty (Confirmability).
The results showed that the implementation of developmental communication in developing Islamic tourism in Lhokseumawe was very effective, because Islamic communications will build tourism in Aceh with Islamic-based, it will be created through government communication with the
society continuously that will change people’s negative understanding of the
tourism.
Based on the findings, the the implementation of developmental communication in developing Islamic tourism will change Islamic society thought from negative to positive, as the result, the construction and tourism development will be realized as well.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN………..
i
ABSTRAK………...
ii
KATA PENGANTAR……….
v
TRANSLITASI………
vii
DAFTAR ISI………
xi
DAFTAR TABEL………
xiii
DAFTAR GAMBAR………..
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ……….……….
1
B. Rumusan Masalah………...
8
C. Batasan Istilah…………..………
9
D. Tujuan Penelitian…….…….………
12
E. Manfaat Penelitian………..……….. ..
F. Garis-garis Besar Isi Tesis………
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Komunikasi Pembangunan Dalam Pengembangan Pariwisata………….
15
1. Pengertian Komunikasi Pembangunan...
16
2. Konsep Komunikasi Pembangunan ... 21
3. Per kembangan Ilmu Komunikasi Pembangunan...
22
4. Teori Difusi dan Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan 26
B. Komunikasi Pembangunan Dalam pengembangan Pariwisata
Masyarakat Islami...
30
1. Pengembangan Pariwisata Islami...
35
2. Ciri-ciri Pembangunan Pariwisata Islami…...
37
3. Unsur-Unsur Pokok Perencanaan Dalam Komunikasi
Pembangunan...
38
4. Proses dan Siklus Perencanaan Pembangunan
Pariwisata Islami………...
C. Kajian Islam Terhadap Pengembangan Pariwisata Islami...
43
1. Pembangunan Pariwisata dan Pelaksanaan Syariat Islam....
47
2. Pengembangan Pariwisata Masyarakat...
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..
58
A.Pendekatan Penelitian...
58
B.Sumber Data Penelitian... 59
C.Teknik Pengumpulan Data... 59
D.Teknik Analisis Data... 62
E. Teknik Keabsahan Data... 63
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN...
65
A.Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian………
65
B.Implementasi Komunikasi Pembangunan Dalam
Pengembangan Pariwisata Islami di Kota Lhokseumawe...
77
C.Faktor Penghambat dan Pendukung Pengembangan
Pariwisata Islami di Kota Lhokseumawe……….
91
D.Pembahasan………..
BAB V PENUTUP……….
103
A. Kesimpulan………
103
B. Saran ……….
105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Setelah sekian lama hidup dalam penuh ketakutan serta perang yang tiada
hentinya, tidak ada rasa kenyamanan bagi masyarakat Aceh. Kondisi ini
mengakhibatkan Aceh tertinggal dalam segala bidang pembangunan, baik itu
pembangunan fisik maupun peningkatan bidang ilmu pengetahuan. Dengan
penandatanganan kesepakatan perjanjian perdamaian antara Republik Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tepatnya pada tanggal 15 Agustus 2005.
Perjanjian tersebut lebih dikenal dengan MoU Helsinki. Perundingan perdamain
itu menjadi memori tersendiri bagi seluruh masyarakat Aceh hingga sekarang.
Hasil dari penderitaan panjang masyarakat serta do’a dari para rakyat Aceh
hingga membuahkan hasil yang sangat istimewa, yaitu berkembangan ilmu
pengetahuan dalam setiap lapisan masyarakat Aceh yang semakin produktif
adalah hasil positif dari kegagalam pada masa lalu.
Pembangunan semakin terus meningkat akhir-akhir ini, pasca bencana
alam Tsunami melanda Aceh banyak menuai perubahan perkembangan dari
berbagai sektor. Mulai pembangunan fisik hingga pengembangan dibidang ilmu
pengetahuan khususnya ilmu yang bertujuan meningkatkan taraf pemberdayaan
masyarakat yang tidak luput dari pandangan agama dan budaya. Pada umumnya
masyarakat Aceh menganut agama Islam hingga Aceh disebut sebagai Serambi
Mekkah, dan sangat kental dengan adat kebudayaan yang bercorak khas Islam.
Kepribadian masyarakat Aceh yang mandiri, saling bekerja sama serta
persatuan yang tinggi bagai ikatan sapu lidi bersama membangun daerah dari
ketertinggalan pasca konflik. Sehingga membawa Aceh memperoleh otonomi
daerah serta Qanun Wali Nanggroe yang tertulis dalam Undang-Undang
Pemerintahan Aceh (UUPA). Sesuai dengan isi dari (UUPA) yang mulai
diterapkan oleh pemerintah, masyarakat Aceh diberikan kebebesan hak hak
pengelolaan daerah sebagai penambahan untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD)
daerah Aceh sendiri.
Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau besar bagian dari negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdiri dari sepuluh propinsi dengan
berbagai kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) dan keragaman pesona budaya dan
tidak terlepas pada tuntutan untuk memajukan wilayah melalui pembangunan di
berbagai sektor. Lima tahun terahir (2005-2010) pertumbuhan investasi (asing dan
domestik) di Indonesia mencapai hampir 80% namun pertumbuhan tersebut masih
terkonsentrasi di pulau Jawa. Sementara, hampir 20% lainnya tersebar di
Sumatera dan Kalimantan (BKPM 2010). Padahal, pulau Sumatera dengan
berbagai kekuatan ekonomi telah menjadi penopang bagi kekuatan ekonomi
nasional melalui kontribusi terhadap Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Nasional
sebesar 21,55%.1
Disparitas pertumbuhan investasi yang besar ini telah berdampak pada
rendahnya laju pertumbuhan ekonomi di Sumatera, bila dibandingkan dengan
berbagai potensi SDA yang dimiliki. Dengan demikian, perlu dilakukan terobosan
dan gerakan bersama melalui Forum Rapat Kerja Gubernur Rakorgub
se-Sumatera dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait, seperti pengusaha,
anggota DPR/DPD RI Kaukus Sumatera untuk mendorong percepatan
pertumbuhan investasi di Sumatera. Melalui kebijakan transformasi kekayaan
SDA comparative advantages menuju kekayaan yang berkelanjutan dan berdaya
saing comparative advantages serta perumusan kebijakan insentif fisikal untuk
menstimulasi pertumbuhan investasi di Pulau Sumatera khususnya di Kota
Lhokseumawe .
Kemajuan industri pariwisata di dunia umumnya dan di Indonesia
khususnya telah berkembang semakin pesat. Perkembangan industri tersebut tidak
hanya berdampak pada peningkatan penerimaan devisa negara, juga telah mampu
memperluas kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat dalam rangka mengurangi pengangguran di daerah. Industri
pariwisata diberbagai wilayah di Indonesia, khususnya Pulau Sumatera juga sudah
mulai bangkit dan berperan dalam mendukung upaya pemeliharaan dan penguatan
1
nilai-nilai sosial budaya serta membangun kesadaran masyarakat terhadap upaya
konservasi lingkungan.
Pulau Sumatera dalam Bahasa Sanskerta disebut (Swarnadwipa) atau
“tanah emas” adalah salah satu pulau terluas di Indonesia yang memiliki karakter
alam yang menarik dan keragaman potensi wisata alam dan budaya. Pulau yang
memiliki luas sekitar 473.606 km persegi sudah seharusnya menjadi daerah tujuan
wisata unggulan bagi wisatawan baik lokal dan mancanegara. Beberapa objek
wisata yang menjadi unggulan seperti Danau toba di Sumatera Utara dan Taman
Nasional Gunung Leuser, Pulau Sabang, pantai Lhok nga di Aceh.
Untuk melanjutkan pariwisata Pulau Sumatera sebagai daerah tujuan
wisata internasional, perlu dirancang sebuah strategi pembangunan industri
pariwisata yang bersifat terpadu dan menyeluruh. Melalui Grand Design
pengembangan pariwisata sumatera yang didukung dengan konsistensi anggaran
dan sumberdaya manusia. Pembuatan grand design tersebut perlu melibatkan
peran serta dan kerjasama Pemerintah Provinsi, pelaku industri pariwisata dan
tokoh masyarakat se-Sumatera melalui prinsip cooperative marketing mencakup
databes potensi pariwisata. Promosi dan pemasaran objek dan daya tarik wisata
“travel pattern”, kampanye “Visit Sumatera Year”, Sumatera Calender Of Event, Sumatera Expo dan Sumatera Joint Promotion dalam dan luar negeri
pengembangan SDM bidang pariwisata.
Penciptaan Branding Image sebagai icon atau lambang persatuan
pariwisata Sumatera juga penting untuk memperkenalkan dan membangun
pencitraan positif tentang periwisata Sumatera. Dengan berbagai keistimewaan,
keunikan dan perbedaan, baik dari aspek alam, budaya, masyarakat, makanan dan
bahasa. Kita sering mendengar branding pariwisata, seperti Malaysia Truly Asia ,
Amazing Thailand atau Wonderful Indonesia.
Bagaimana dengan branding wisata Sumatera dengan berbagai latar
belakang budaya dan karakteristik daerahnya yang unik, apakah branding
Sumatera dengan Exotic Sumatera, Beatiful Sumatera atau Unforgetable
Sumatera bagaimana dengan icon atau logonya. Mungkin saja mengambil latar
Gajah Sumatera, Museum Tsunami Aceh, Tanah Gayo Leuser (TNGL) bisa saja
dijadikan sebagai sebuah lambang.
Sebuah branding image yang diciptakan harus mengandung nilai-nilai
historical yang kuat, penuh filosofi dan mencerminkan karakter daerah setempat.
Semua ini dapat dilakukan dengan melibatkan peran tenaga ahli dengan
memperhatikan sepenuhnya latar belakang daerah di Sumatera yang bersifat
kekinian dan memiliki nilai tambah, sekaligus dirancang secara kreatif dan
inovatif melalui prinsip marketing.
Sebagai aplikasi dari UU No. 32 tahun 2004 tentang kepariwisataan,
memberikan peluang bagi setiap Pemerintah Kabupaten dan Kota di Indonesia
untuk merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sendiri. Tuntutan
bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Masyarakat sebagai komponen utama
dalam pembangunan pariwisata berbasis masyarakat mempunyai peran penting
dalam menunjang pembangunan pariwisata.
Setiap daerah berhak untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber
dari alam, sosial budaya atau ekonomi masyarakat. UU No 9 Tahun 1990 tentang
kepariwisataan menyatakan “bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama
dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan”.2 Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang
dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi daya tarik
wisatawan.
Disisi lain Aceh lebih punya potensi untuk mengelola segala jenis sumber
daya alam untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), salah satunya
yaitu pengelolaan objek pariwasata yang bisa dikembangkan dan tidak terlepas
dari peran serta masyarakat, guna meminimalisir angka pengangguran serta
peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Pemamfaatan potensi cagar budaya serta
pengembangan masyarakat sangat mendukung lajunya pembangunan suatu
daerah.
2
Pengembangan potensi wisata alam dan kebudayaan dalam perspektif
kemandirian lokal merupakan perwujudan interkoneksitas dalam tatanan
masyarakat yang dilakukan secara mandiri oleh tatanan itu sendiri. Guna
meningkatkan kualitas tatanan dengan tetap memelihara kelestarian alam dan
nilai-nilai budaya lokal, serta obyek wisata alam dan wisata budaya yang ada
dalam suatu daerah tertentu. Selama ini pengembangan pariwisata daerah
ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari alam, sosial
budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah,
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut
di atas, saat ini perencanaan pengembangan pariwisata menggunakan community
approach atau community based development. Tidak terlepas dari konsep yang
diperankan oleh komunikasi pembangunan Islam dimana peningkatan taraf
komunikasi dalam membangun kembali khasanah ke-Islaman yang lebih efektif
dalam tatatanan masayarakat sosial saat ini. Konsep ini sangat cocok untuk
diterapkan di Aceh, Mengingat rencana pemerintah Aceh saat ini yang sedang
menggagas pelaksanaan Syariat Islam di Aceh secara kaffah.
Laju perkembangan pembangunan di Aceh pasca konflik dan tsunami
terus berkembang pesat, baik infrastruktur maupun manajemen pemerintahan
terus mengalami perubahan banyak perubahan yang signifikan di Aceh masa
sekarang ini. Pertumbuhan pembangunan Aceh ini tidak terlepas dari dukungan
masyarakat Aceh khususnya yang senantiasa menjaga perdamaian Aceh, serta
peran pemerintah pusat yang memberikan konstribusi pembahagian hasil migas
yang lebih dibandingkan pada masa orde baru maupun masa reformasi dulu. Saat
ini PAD Aceh masih sangat terfokus dengan dan migas. Contohnya, hampir dari
50% dari ABPD Kota Lhokseumawe bersumber dari biaya pajak restribusi PT.
ARUN sebagai salah satu pabrik pengeboran minyak yang sudah beroperasi
semenjak 1974, namun dalam waktu dekat ini, diperkirakan 2014 nantinya
PT.Arun akan angkat kaki dari Aceh dan tidak ada lagi restribusi pajak yang
disumbangkan untuk APBD Kota Lhokseumawe.3
3
Pemerintah melalui kementerian terkait beserta jajarannya, seperti
Kemenkue Republik Indonesia, Kemenbudpar RI, Kementerian PU, Bappenas,
perlu terlibat langsung sesuai dengan fungsi dan kewenangan yang dimiliki dalam
rangka mendukung kemajuan Sumatera masa depan melalui rencana aksi bertahap
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
Berangkat dari permasalahan diatas pemerintah Kota Lhokseumawe mulai
berpikir kritis guna mengantispasi permasalahan tersebut sejak dini, sektor mana
yang akan diangkat untuk penyumbang utama dalam rangka pemenuhan
kebutuhan APBD di daerah Kota Lhokseumawe. Hanya dari objek pariwisata
yang bisa diandalkan sebagai penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna
memenuhi kebutuhan pembiayaan daerah nantinya pasca peninggalan PT. Arun.
Wujud upaya serta kesadaran masyarakat dalam pengelolaan objek wisata ini
yang akan menjadi penyumbang utama. Maka dari itu pemerintah Kota
Lhokseumawe mewacanakan pengembangan objek wisata di Kota Lhokseumawe
dengan berbasiskan masyarakat yang ada di sekitar Kota Lhokseumawe. Selain
pengembangan objek wisata program ini juga dinilai dapat mengurangi angka
pengangguran di Kota Lhokseumawe.
Sebagai komponen utama dalam pariwisata berbasis masyarakat,
masyarakat lokal mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang
pembangunan pariwisata. Peran serta warga lokal dalam memelihara sumber daya
alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi
menjadi daya tarik wisatawan. Intinya pembangunan pariwisata dalam
mengimplementasikan ketiga prinsip tersebut akan sulit terwujud ketika
masyarakat setempat merasa diabaikan, hanya sebagai objek, serta merasa
terancam oleh kegiatan pariwisata di daerah Kota Lhokseumawe.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan unsur-unsur diatas, maka kata
kunci dari pembangunan pariwisata, khusunya di Kota Lhokseumawe adalah
bagaimana membangun partisipasi masyarakat sehingga peduli dengan dunia
pariwisata. Masyarakat dilibatkan dalam perencanaan pengembangan pariwisata
masyarakat. Tantangan serta peluang yang dihadapi dengan menggunakan
sumberdaya lokal atas prinsip pemberdayaan masyarakat.
Selanjutnya proses pemandirian masyarakat yang bertujuan meningkatkan
serta mensejahterakan taraf hidup masyarakat tidak terlepas dari dukungan
pemerintah yang selalu memberi dukungan penuh dalam pelaksanaan ini. Menurut
penulis objek wisata sangat cocok untuk dijadikan sebagi pilot proyek dari
pengembangan yang berbasis masyarakat sebelum pemerintah mengupayakan
pengembangan dari sektor lain, misalnya peningkatan commudity pertanian,
pembudidayaan ikan. Berangkat kepada proses pemandirian masyarakat maka
lahirlah program dari Pemerintah Kota Lhokseumawe untuk membuat objek
wisata yang dikelola lansung oleh masyarakat yang berada di wilayah sekitar
objek wisata tersebut, namun tetap memperhatikan nilai-nilai khas budaya
keagamaan dan menjujung tinggi adat istiadat di daerah tersebut.
Untuk saat ini Kota Lhokseumawe sedang mengembangkan tiga lokasi
objek wisata yang mempunyai nilai khas dan panorama tersendiri antara lain :
objek wisata waduk raksasa Moen Geudong. Baru saja selesai dikerjakan pada
tahun 2009, sehingga mengantarkan Kota Lhokseumawe memperoleh gelar
anugerah Adipura pada tahun 2010 Oleh Bapak Presiden Susilo Bambang
Yudhyono. Objek pariwisata pantai Ujong Blang yang menperlihatkan panorama
keindahan laut selat Malaka, lokasi ini sudah jauh hari sebelumnya menjadi objek
wisata masyarakat lokal, pendatang bahkan turis mancanegara sering berkunjung
ke daerah ini.
Satu lagi objek yang sangat menarik dan mempunyai nilai sejarah
perjuangan kemerdekaan yaitu benteng peninggalan Jepang di masa penjajahan
dulu, benteng ini masih berdiri kokoh serta mempunyai terowongan bawah tanah
yang jauhnya diperkirakan 5 (lima) KM dan tembus ke pesisir pantai. Benteng ini
terletak di bukit daerah desa Blang Payang Kecamatan Muara Satu Kota
Lhokseumawe. Inilah yang menjadi objek wisata andalan di Kota Lhokseumawe
dan tidak luput pula peran kebudayaan yang siap mendukung proses
Usaha-usaha pengembangan pariwisata yang berorientasi pada
masyarakat lokal masih minim, Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki
kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya
atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan
budaya. Sehingga perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah
yang baik, menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga
keamanan, ketentraman, keindahan dan kebersihan lingkungan, memberikan
kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam rangka mendukung
program sapta pesona. Menanamkan kesadaran masyarakat dalam rangka
pengembangan desa wisata.
Bentuk pemandirian masyarakat inilah yang seharusnya dijalankan
diseluruh pelosok nusantara bukan hanya saja di Kota Lhokseumawe, kegiatan
pengelolaan tempat objek wisata sangat perlu diperhatikan oleh pemerintah
karena banyak sekali sisi posistif dari pelaksanaan pariwisata berbasis masyarakat.
Pertama Dalam proses pelaksanaan wisata Indonesia dapat memperkenalkan
corak dan khas budaya asli Indonesia atau suatu daerah tertentu, bila hal ini
dilakukan oleh masyarakat lokal. Kedua dapat menjadi objek penambahan PAD di
suatu daerah tertentu. Ketiga dapat mengurangi angka pengangguran di suatu
kawasan tertentu.
Berangkat dari paparan latar belakang penulis berencana menyelesaikan
sebuah penelitian yang berjudul Implementasi Komunikasi Pembangunan Dalam Pengembangan Pariwisata Islami di Kota Lhokseumawe.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah di atas, yang menjadi permasalahan
pokok dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Implementasi Komunikasi Pembangunan Dalam
Pengembangan Pariwisata Islami Di Kota Lhokseumawe?
2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung pengembangan
C. Batasan Istilah
Dalam setiap penelitiaan ada hal yang tak pernah luput dari seorang
peneliti yaitu batasan istilah yang ada dalam penelitian tersebut, lebih mudah bagi
si peneliti untuk membahas penelitiannya. Untuk menghindari kesalah pahaman
bagi para pembaca dalam memahami isi tesis ini, maka perlu dijelaskan istilah
-istilah penting yang terdapat dalam judul, diantaranya sebagai berikut:
1. Implementasi Komunikasi Pembangunan
Implementasi secara etimologi artinya pelaksanaan. Sedangkan secara terminologi implementasi artinya melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.4
Untuk mengetahui arti dari kedua komponen kata tersebut oleh penulis mengutip dari beberapa pendapat tentang komunikasi pembangunan. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communis artinya sama, communico,
communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Secara bahasa komunikasi mengharapkan suatu pikiran, makna, atau pesan dianut secara sama.5
Jika ingin membicarakan definisi pembangunan, dalam berbagai tulisan kata pembangunan selalu dikaitkan dengan istilah modernisasi, perubahan sosial, industrialisasi, westernisasi, pertumbuhan (growth) dan evolusi sosio-kultural.6 Rogers mengartikan pembangunan sebagai proses-proses yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi pada level individu. Yang paling sering, kalaupun kedua istilah itu dibedakan, maka pembangunan dimaksudkan yang terjadi pada bidang ekonomi atau lebih mencakup seluruh proses yang analog dan seiring dengan itu, dalam masyarakat secara keseluruhan.7
Selain itu, menurut Kleinjans pembangunan bukanlah soal teknologi,
tetapi pencapaian pengetahuan dan ketrampilan baru, tumbuhnya suatu kesadaran
baru, perluasan wawasan manusia, meningkatnya semangat kemanusiaan dan
suntikan kepercayaan diri. Pengertian yang lain adalah “Development is a process
4
Poerwadarminta Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), h. 377
5
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 41
6
Zulkarnaen Nasution, Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2002), h. 81
7
through which the quality of life of the people is improved: spiritual and material
terms: with/without ouxider’s assistance”. 8Jika diterjemahkan artinya mendekati sebagai berikut: pembangunanadalah proses untuk meningkatkan taraf hidup atau
kesejahteraan sosial dan ekonomi, yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri
dengan atau tanpa bantuan dari pihak luar. Proses peningkatan taraf hidup atau
kesejahteraan sosial dan ekonomi tersebut diukur dari norma yang dianut oleh
masyarakat setempat. Kalau pembangunan tersebut dilakukan oleh masyarakat
sendiri, maka perlu adanya partisipasi. Tanpa partisipasi, maka pembangunan
tidak akan berjalan .
Tehrenian mengartikan istilah kemajuan (progress), pembangunan
(development) dan modernisasi sebagai suatu fenomena historis yang sama, yaitu
suatu tradisi dari masyarakat agraris kemasyarakatan industrial. Arjomand
berpendapat suatu konsep pembangunan menunjukkan bias evolusioner.
Sedangkan Berger memandang modernisasi sebagai suatu rangkaian fenomena
historis yang jauh lebih spesifik yang diasosiasikan dengan tumbuhnya
masyarakat-masyarakat industrial.9
Berdasarkan berbagai pemikiran yang dikemukakan para ahli komunikasi, menyimpulkan bahwa “Komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran informasi, penerangan, pendidikan dan keterampilan, rekayasa sosial dan perubahan perilaku. Komunikasi pembangunan dipandang sebagai proses psikologis, proses sebagai tindakan komunikasi yang
berkesinambungan, terarah, dan bertujuan. Proses ini berhubungan dengan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental, dalam melakukan perubahan. Kredibilitas sumber, isi pesan dan saluran komunikasi sangat berpengaruh dan menentukan perubahan perilaku.”10
Kedua pengertian di atas merupakan acuan dari komunikasi pembangunan
pada umumnya. Sedangkan konsep komunikasi pembangunan khas Indonesia
dapat didefinisikan sebagi berikut: Komunikasi pembangunan adalah proses
penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna
mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan
8
Harold rogers dalam, Zulkarnaen Nasution, Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2002), h. 46
9
Zulkarnaen Nasution, Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2002), h. 82
10
kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan
secara merata oleh seluruh rakyat”.11
2. Pariwisata Islami
Dalam bahasa Inggris wisata disebut dengan “tour” yang berarti berdarma wisata dan berjalan-jalan melihat pemandangan. Sedangkan secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu kata “pari” yang berarti halus, maksudnya mempunyai tatakrama tinggi dan “wisata” yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat secara bertatakarama tinggi.12
dalam UU Kepariwisataan No. 10/2009, pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisatawan sendiri adalah
orang yang melakukan wisata. Oleh Komisi PBB disederhanakan sebagai setiap orang
yang datang ke suatu negara karena alasan lain untuk tujuan berimigrasi dan yang
tinggal paling sedikit 24 jam dan paling lama 6 bulan dalam setahun . Jadi dapat
disimpulkan bahwa Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
melihat-lihat suatu keindahan alam dengan tujuan mencari suatu kesenangan dengan
bertatakrama yang baik.
Pariwisata Islami diartikan “perbedaan halus atau warna yang sedikit berbeda
seperti biasanya” sedangkan Islami adalah “ajaran agama islam” penulis
menyimpulkan bahwa masyarakat Islami adalah suatu keadaan masyarakat atau situasi berlangsung sesuai dengan ketentuan dan ajaran yang dianjurkan dalam Islam yang telah di tetapkan baik tingkah laku, perbuatan maupun perkataan.
Pariwisata Islami dapat diartikan penyesuaian dengan konteks pelaksanaan
syariat Islam. Konsep ini terkait dengan harapan agar daerah wisata terbebas dari
alkohol, judi, diskotik, zina, makanan dijamin halal, busana Islami, pemisahan laki-laki
dan perempuan pada area sort dan fitness, tersedia mushalla disetiap lokasi wisata,
pengelolaan wisata yang dibiayai dengan sistem syariat, atraksi Islami, membentuk
masyarakat pariwisata Islami, pusat makanan dan restoran yang memiliki kepastian
halal, kerajinan cenderamata yang Islami, dan sebagainya.13
11
Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya : 2005), h. 92.
12Inu Kencana “yafi’I,
Pengantar Ilmu Pariwisata, ( Bandung: Mandar Maju : 2009), h. 15
13
D. Tujuan Penelitian
Sementara tujuan dari penelitian proposal tesis ini, adalah :
1. Untuk menganalisis implementasi komunikasi pembangunan dalam
pengembangan pariwisata Islami di Kota Lhokseumawe.
2. Untuk menganalisis faktor penghambat dan pendukung pengembangan
pariwisata Islami di Kota Lhokseumawe.
E. Mamfaat Penelitian
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam pengembangan wisata yang ada di Kota Lhokseumawe kepada
masyarakat untuk bisa memanfaatkan potensi alam yang ada, mengkaji, memahami dan melaksanakan teori komunikasi pembangunan dalam praktek pengembangan pariwisata Islami. Di samping itu sebagai masukan kepada pemerintah Kota Lhokseumawe dalam pengelolaan objek wisata guna meningkatkan pendapatan daerah serta tidak memarginalkan penduduk setempat. Serta peningkatan wawasan ilmu pengetahuan baik dikalangan akademisi, pengusaha dan masyarakat umum lainnya serta masyarakat Kota Lhokseumawe khususnya. Penelitian akan lebih berguna manakala Kota Lhoksemawe yang notabane sebagai bagian dari kawasan Nanggroe Aceh Darussalam, di mana pemerintah daerah mempunyai potensi keindahan alam, sejarah besar kemerdekaan dijadikan sebagai objek wisata Islami, hingga Kota Lhokseumawe yang dulunya dikenal sebagai kota petro dolar kini berubah menjadi bandar pariwisata Islam . Setidaknya penelitian ini menjadi masukan-masukan tambahan karena langsung bersumber dari masyarakat itu sendiri.
Ada dua hal yang sangat berguna dari penelitian ini, pertama; manfaat keilmuan (teoritis), yakni penelitian ini akan memberikan masukan terhadap pemerintah dalam pengelolaan pariwisata yang berbasis masyarakat Islami. Kedua ; manfaat praktis, yakni penelitian ini akan memberi manfaat yang penting tentang metode-metode yang efektif, di mana pemerintah daerah dapat menerapkan nilai-nilai hukum Islam secara konsekwen kedalam
masyarakatnya.
F. Garis Besar Isi Tesis
Untuk mengarahkan penelitian ini, maka perlu disusun garis besar isi tesis yang terdiri dari bab dan sub-sub bab, yaitu :
Bab kedua memaparkan implementasi komunikasi pembangunan dalam pembangunan objek wisata yang berbasis masyarakat yang bernuansa Islami , di antaranya memaparkan : implemensi komunikasi pembangunan objek wisata berbasis masyarakat Islami.
Bab ketiga, pembahasan mengenai Metode dan Teknik Penelitian, yang
akan menguraikan tentang; tempat dan waktu penelitian, metode dan pendekatan
penelitian, sumber data dan objek penelitian, teknik analisis data penelitian.
Bab empat merupakan uraian tentang temuan/hasil penelitian. Pada bab ini
akan diuraikan; apa saja yang bisa dilakukan dengan diterapkannya komunikasi
pembangunan dalam peningkatan pariwisata berbasis masyarakat yang bernuansa
islami, serta hambatan dan kemudahannya dalam proses pengembangan
pariwasata di Kota Lhokseumawe.
Bab kelima, yaitu penutup terdiri dari kesimpulan dan saran saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Komunikasi Pembangunan Dalam Pengembangan Pariwisata
Komunikasi pada dasarnya dapat terjadi dalam berbagai konteks
kehidupan manusia. Peristiwa komunikasi tidak saja berlangsung dalam
kehidupan manusia namun komunikasi juga terjadi dalam kehidupan mahkluk
hidup lainnya, namun yang lebih dikaji dalam ilmu komunikasi adalah
komunikasi yang terjalin antara manusia dengan manusia (human
communication). Ilmu komunikasi adalah merupakan ilmu pengetahuan sosial
yang bersifat multidisipliner, artinya pendekatan yang digunakan dalam ilmu
komunikasi berasal dan berkolerasi dengan berbagai bidang keilmuan lainnya
seperti, linguistik, politik, sosiologi, psikologi, antropologi, dan ekonomi.
Disebabkan objek kajian materialnya sama dengan ilmu sosial lainnya, ilmu
yang dilandasi oleh ilmu-ilmu dasar serta perkembangan landasan ilmu
komunikasi itu sendiri.14
Pasca Perang Dunia ke- II: Keprihatinan terhadap kondisi negara-negara
yang menjadi korban perang. Keterpurukan, keterbelakangan, kemiskinan,
ketidakberdayaan harus segera ditanggulangi Penghujung era 60-an ide
pemikiran untuk membangun kehancuran akibat perang dunia kedua.
Diperkenalkannya konsep komunikasi pembangunan. Adapun konsep
komunikasi pembangunan berasal dari teori komunikasi digunakan untuk
menjembatani arus informasi baru dari pemerintah ke masyarakat atau sebaliknya,
yaitu dari masyarakat kepada pemerintah untuk kemudian kembali kepada
masyarakat itu sendiri. Teori komunikasi pembangunan digunakan sebagai
karakteristik bentuk perubahan yang diinginkan secara terarah dan progresif dari
satu kondisi ke kondisi lain, atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lebih
baik secara filosofis. Konsep komunikasi pembangunan diantaranya meliputi
jurnalisme pembangunan, komunikasi penunjang pembangunan, dan komunikasi
pembangunan.
1. Pengertian Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan merupakan sebuah ilmu baru dalam khasanah
ilmu komunikasi yang semakin berkembang pesat pada akhir darsa warsa ini. Laju
arus komunikasi terus mengarah pada pembangunan suatu baik itu daerah
tertinggal ataupun pembangunan daerah berkembang kepada daerah maju. Pada
dasarnya komunikasi pembangunan merupakan ilmu yang secara Teoretis: lahir
dari hasil sintetis, koreksi dan transformasi secara ilmiah dan alamiah. Secara
praktis komunikasi pembangunan merupakan tuntutan dan respon dari proses
pencarian model pembangunan yang menginginkan perubahan dalam masyarakat
dan negara bahkan dunia.15
14
Rohajat Harun, Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo 2011) , h. 16
15
Biersted dalam ilmu komunikasi teori dan praktek mengemukakan, dalam
menyusun ilmu, menganggap jurnalistik sebagai ilmu dalam hal ini adalah ilmu
terapan. Hal ini tidak mengherankan, karena pada tahun ia menulis bukunya itu
nyakni pada tahun 1457, journalism di Amerika Serikat sudah berkembang
menjadi ilmu science dan bukan sekedar pengetahuan (knowledge). Oleh sebab
itulah di Amerika Serikat muncul communication science atau lebih akrab lagi
disebut communicolog.
Komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti yang luas dan terbatas.
Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi
komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di
antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutama antara
masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian
pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan. Sedang dalam arti sempit,
komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik
penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang
berasal dari pihak yang menggerakkan pembangunan dan ditujukan kepada
masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat
memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan
yang disampaikan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem
komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu
mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan
karena proses pembangunan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Komunikasi
pembangunan ini harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan
relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa
adanya hubungan sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan. Apalagi proses
pembangunan ke depan cenderung akan semakin mengurangi peran pemerintah,
seiring semakin besarnya peran masyarakat.
Konsep komunikasi pembangunan sangat membuka peluang untuk
mendorong komunikasi intensif melalui dialog dengan kelompok-kelompok
publik sebelum diputuskan. Berbagai kelompok yang perlu dilibatkan dalam
kemitraan antara lain Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
pers dan berbagai elemen pendukung pembangunan lainnya. Agar komunikasi
pembangunan berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pusat komunikasi
yang menjadi rujukan dari pelaku-pelaku pembangunan maupun pihak-pihak yang
berkompeten dalam penyelenggaraan pembangunan untuk memperoleh informasi
dan koordinasi pembangunan secara terpadu.
Dari uraian di atas maka penulis mengemukakan pengertian komunikasi
pembangunan secara lebih jelasnya lagi, Komunikasi pembangunan sebagai suatu
strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan kepada para
pelaku pembangunan daerah dan masyarakat secara umum melalui berbagai
media strategis. Penggunaan media-media strategis tersebut sangat disesuaikan
dengan karakteristik khalayak sasaran yang berkepentingan dengan informasi
pembangunan. Suatu cabang teori atau praktek komunikasi yang mempunyai
kaitan dengan penerapan pengertian yang mendalam dari teori komunikasi untuk
menunjuk permasalahan pengembangan dan modernisasi. Tujuannya yaitu
menemukan strategi untuk mengerahkan orang-orang dan sebagai konsekwensi
sumber daya, untuk tujuan pengembangan (The Free Encyclopedia. Development
Communication).
Proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada
khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka
meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam
keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat. Suatu wilayah yang
luas untuk menemukan pendekatan dari seseorang kepada khalayak dari berbagai
ideologi dengan pendekatan metodologis, dengan menggarisbawahi pentingnya
penekanan interaktif dan proses partisipasi untuk perluasan informasi dari
masyarakat yang sedang berproses. Charles Berger menjelaskan proses yang
dilalui individu dalam merencanakan perilaku komunikasi mereka, kajian dari
perencanaan merupakan hiasan dari ilmu kognitif.16
16
Komunikasi yang berdampak langsung pada hal-hal yang berkaitan
dengan pembangunan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam pembangunan itu
Usaha-usaha terorganisir menggunakan proses komunikasi dan media untuk
membawa kemajuan sosial dan ekonomi, umumnya di negara-negara
berkembang. Usaha yang terorganisir untuk mengunakan proses komunikasi dan
media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi, yang secara umum
berlangsung dalam negara sedang berkembang. Berdasarkan pandangan dan
kenyataan yang berkembang, dapat dirangkum dalam dua perspektif pengertian
komunikasi pembangunan:
1. Dalam arti luas
Melibatkan masalah yang luas: komunikasi politik, komunikasi
sosial-budaya, dan kebijakan komunikasi. Komunikasi pembangunan dalam arti luas
meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan
secara timbal balik di antara masyarakat dan pemerintah, mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.
2. Dalam arti sempit
Dalam arti sempit pengertian komunikasi pembangunan adalah segala
upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan
yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat
yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam
pembangunan. Dalam konteks ini komunikasi pembangunan dilihat sebagai
rangkaian usaha mengomunikasikan pembangunan kepada masyarakat, agar
mereka ikut serta dalam memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan oleh suatu bangsa. Usaha tersebut mencakup studi, analisis,
promosi, evaluasi, dan teknologi komunikasi untuk seluruh sektor pembangunan.
Pengertian ini tercermin dalam sejumlah kegiatan sistematis yang dilakukan oleh
berbagai badan, dan lembaga yang bersifat lokal, nasional maupun internasional
dalam menyebarkan gagasan pembangunan kepada khalayak ramai. Komunikasi
berbagai disiplin ilmu: desain instruksional, jurnalisme, periklanan, pemasaran,
teknik, psikologi, antropologi, teater dan seni visual untuk memproduksi program
komunikasi.
Proses komunikasi tertua dalam sejarah peradaban manusia di dunia ini,
dan sejalan dengan perkembangan zaman, bentuk komunikasinya terus
berkembang. Melalui komunikasi manusia saling membentuk pengertian
dengan lingkungannya. Komunikasi juga dapat menumbuhkan persahabatan,
memelihara kasih-sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan
peradaban. Tetapi dengan komunikasi manusia bisa saling bermusuhan, saling
benci, menanamkan perpecahan, bahkan menciptakan peperangan.
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan
politik sudah disadari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup
ratusan tahun sebelum Masehi. Akan tetapi studi Aristoteles hanya berkisar pada
retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20, ketika
dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi
elektronik maka pada abad sekarang menyadari pentingnya komunikasi, untuk
ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science).
Komunikasi sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia
disadari atau tidak, manusia belajar berkomunikasi sepanjang hidupnya.
Komunikasi dapat menentukan kualitas hidup manusia. Komunikasi erat
kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Komunikasi
begitu esensial bagi manusia, sehingga jika ingin menelaah tentang manusia dan
apa yang dilakukannya, juga harus menoleh pada komunikasi.
Studi komunikasi menjadi penting karena banyak permasalahan yang
timbul akibat komunikasi. Manusia, tidak dapat hidup sendirian, karena secara
kodrati merupakan makhluk sosial, yang juga sekaligus makhluk individu.
Manusia harus hidup bermasyarakat. Komunikasi merupakan sebuah fenomena
pemenuhan kebutuhan manusia, terutama kebutuhan sosialnya, sejak puluhan
ribu tahun lampau. Sebagai sebuah disiplin ilmu sekaligus seni,(mutual
understanding) atau makna bersama antara partisipan komunikasi secara efektif
komunikasi dibutuhkan oleh semua orang dari berbagai latar belakang kehidupan.
Komunikasi didefinisikan sebagai proses penyampaian suatu pesan dalam
bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide,
informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang dilakukan
seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak
langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, atau
perilaku.17 Dalam konteks kehidupan dan peradaban manusia, komunikasi dalam banyak hal menyebabkan proses sosial, proses budaya, proses pembangunan
bangsa, proses politik yang mengikutsertakan nilai-nilai yang dihayati oleh
individu dan masyarakat sehingga mempersatukan bangsa. Komunikasi dan
pembangunan merupakan dua hal yang penting dalam perkembangan
kehidupan. Keduanya dapat dikatakan sebagai hal yang tidak terelakkan, dan
telah menjadi bagian dari rangkaian agenda aktivitas masyarakat sehari-hari.
2. Konsep Komunikasi Pembangunan
Pada awal abad ke-19, sedikitnya ada tiga perkembangan penting yang
terjadi. Pertama, adalah telepon, telegrap, radio, TV, dan lain-lain. Kedua,
pecahnya Perang Dunia ke-I dan ke-II memberi bentuk dan arah pada bidang
kajian ilmu komunikasi yang terjadi di masa ini. Aspek-aspek yang diteliti
mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal, keterampilan
komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta (reading) dan (listening).
Sementara di bidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan terhadap
khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media mulai
berkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran
broadcasting.
Jerman dan Perancis, merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia.
Periode setelah Perang Dunia ke-II sampai tahun 1960-an disebut sebagai periode
konsolidasi. Karena pada masa ini konsolidasi dari pendekatan ilmu komunikasi
17
sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial bersifat (multidisipliner) mencakup
berbagai ilmu mulai terjadi. Kristalisasi Ilmu Komunikasi ditandai oleh dua hal;
(1) Adanya adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam, (2)
Munculnya buku-buku yang membahas tentang pengertian komunikasi telah
menjadi suatu pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai
disiplin ilmu lainnya.
Sedikitnya ada 7 (tujuh) pokok diantaranya; Claude E. Shannon, Norbert
Wiener, Harold Lasswell. ( Institute of communication Research) yang didirikan
Schramm di Illinois pada tahun 1947, merupakan Lembaga Pendidikan Tinggi
Ilmu Komunikasi yang pertama di Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh
lainnya yakni , Claude E. Shannon dan Norbert Wiener disebut sebagai
insinyur-insinyur komunikasi. Istilah (Mass Communication) Komunikasi Masa dan
(Communication Research) Penelitian Komunikasi mulai banyak dipergunakan.
Masuknya bidang studi komunikasi mulai diperjelas dan dibagi dalam
empat bidang tataran komunikasi intrapribadi, komunikasi antar pribadi,
komunikasi kelompok dan organisasi, dan komunikasi macro-sosial serta
komunikasi massa.18 Sejak tahun 1960-an perkembangan ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah pada spesialisasi. Menurut Rogers (1986)
perkembangan studi komunikasi sebagai suatu disiplin telah mulai memasuki
periode (take off ) tinggal landas sejak tahun 1950. Periode masa sekarang juga
disebut sebagai periode teknologi komunikasi dan informasi. Kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi seperti komputer, VCR, TV Cable parabola.
Tumbuhnya industri media yang nampaknya tidak hanya bersifat nasional
tetapi juga regional dan global. Ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan
politik global internasional khususnya dalam konteks center (periperhy). Semakin
gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara. Semakin meluasnya
proses demokratisasi ekonomi dan politik. Arus penyebaran dan pemusatan
informasi regional dan global, aspek-aspek politik dan ekonomi informasi,
kompetisi antar industri media, dampak sosial dari teknologi interaktif seperti
18
komputer, komunikasi manusia mesin, dampak telekomunikasi terhadap
hubungan antar budaya, serta aspek-aspek yang menyangkut manajemen
informasi. Pendekatan disiplin ekonomi mulai diterapkan, karena disadari bahwa
informasi dimasa sekarang ini merupakan yang mempunyai nilai tambah.
3. Perkembangan llmu Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum
komunikasi dalam konteks negara-negara yang sedang berkembang, terutama
komunikasi untuk perubahan sosial yang terencana. Komunikasi pembangunan
bertujuan untuk meningkatkan pembangunan manusia yang berarti menghapuskan
kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan Quebral dan Gomes dalam
Development of Communication: Some Implications Hal utama yang dilakukan
komunikasi pembangunan; (1) Membuka pemahaman, (2) Wawasan berpikir, (3)
Pengayaan pengetahuan dan keterampilan, (4) Pemberdayaan masyarakat secara
menyeluruh.19
Selanjutnya tiga aspek yang menjadi faktor pendukung komunikasi
pembangunan yang saling berkaitan, (1) Pendekatan yang berfokus pada
pembangunan suatu bangsa, dan bagaimana media massa dapat menyumbang
dalam upaya tersebut. Disini politik dan fungsi-fungsi media massa dalam
pengertian yang umum merupakan objek studi, sekaligus masalah yang
meyangkut struktur organisasional dan kepemilikan, serta kontrol terhadap media.
Untuk studi ini digunakan istilah kebijakan komunikasi dan merupakan
pendekatan yang paling luas dan bersifat umum. (2) Pendekatan yang lebih
spesifik memahami peranan media massa dalam pembangunan nasional. Menurut
pendekatan ini, media massa sebagai pendidik atau guru, dan idenya adalah
bagaimana media massa dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan kepada
masyarakat berbagai keterampilan, dan dalam kondisi tertentu memengaruhi sikap
mental dan perilaku mereka. Persoalan utama pendekatan ini, bagaimana media
dapat dipakai secara efisien untuk mengajarkan pengetahuan tertentu bagi
masyarakat suatu bangsa. (3) Pendekatan yang berorintasi pada perubahan yang
19
terjadi pada suatu komunitas lokal atau desa. Pendekatan ini berkonsentrasi pada
bagaimana aktivitas komunikasi dapat dipakai dalam menyebarkan ide-ide,
produk dan cara-cara baru di suatu desa atau wilayah.
Pada dasarnya ada tiga komponen utama pendukung suksesnya proses
komunikasi; (1) Komunikator : aparat pemerintah atau masyarakat, (2) Pesan
pembangunan: Program-program pembangunan, (3) Komunikan : masyarakat luas
yang menjadi sasaran (desa/kota). Komunikasi pembangunan merupakan suatu
strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan kepada para
pelaku pembangunan berupa penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok
kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka
meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah untuk mencapai tujuan
pembangunan yang manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh seluruh
rakyat.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik benang merah bahwa
komunikasi pembangunan menganut prinsip-prinsip modernisasi dalam
pembangunan, dengan tidak lagi memposisikan pemerintah lebih tinggi daripada
rakyat yang hanya membentuk pola komunikasi (top down). Karena di negara
yang menganut sistem politik terbuka, sebagaimana yang menjadi tuntutan dan
cita-cita era reformasi ini idealnya memandang rakyat dalam posisi setara.
Pola komunikasi yang relevan adalah bottom up dan horizontall. Dengan
pola tersebut maka proses pembangunan sejak perencanaan dapat dilakukan
secara bersama dengan melibatkan semua pihak baik obyek, pelaku, maupun
fasilitator. Karena dengan adanya komunikasi yang baik maka perbedaan latar
belakang dan kepentingan tidak lagi menjadi penghambat pembangunan.
Komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi sebagai suatu
aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara semua pihak yang
terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan
pemerintah. Sejak dari proses perencanaan kemudian pelaksanaan dan penilaian
terhadap pembangunan. Komunikasi pembangunan merupakan segala upaya
dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan
ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat
yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan
gagasan- gagasan yang disampaikan.
Dalam karyanya, Schramm merumuskan tugas pokok komunikasi pembangunan dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan
nasional, yaitu; (1) Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang
pembangunan nasional, agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan
akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana
perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional, (2) Memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses
pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang
membuat keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada
para pemimpin masyarakat. Untuk memimpin dan mendengarkan pendapat
rakyat kecil, dan menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah
ke atas, (3) Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan, sejak orang
dewasa, hingga anak-anak, sejak pelajaran baca tulis, hingga keterampilan teknis
yang mengubah hidup masyarakat.20
Media massa menurut Schramm secara sendirian atau bersama lembaga
lain dapat melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut ; (1)Sebagai pemberi
informasi tanpa media massa sangatlah sulit untuk menyampaikan informasi
secara cepat dan tepat waktu seperti yang diharapkan oleh suatu negara yang
sedang membangun. (2) Pembuatan keputusan dalam hal ini media massa
berperan sebagai penunjang karena fungsi ini menuntut adanya
kelompok-kelompok diskusi yang akan membuat keputusan, dan media massa
menyampaikan bahan untuk didiskusikan serta memperjelas masalah yang
sedang diperbincangkan. (3) Sebagai Pendidik. Sebagian dapat dilaksanakan
sendiri oleh media massa, sedangkan bagian yang lainnya dikombinasikan
dengan komunikasi antarpribadi. Misalkan program-program pendidikan luar
sekolah, atau siaran pendidikan. Media massa terdiri dari (1) media cetak, yaitu
20
surat kabar dan lain sebagainnya, (2) Media elektronik, Yaitu radio siaran, televisi
dan media online (internet). 21
Peran lain bagi media massa menurut Schramm, antara lain; (1) Meluaskan
wawasan masyarakat, (2) Memfokuskan perhatian masyarakat kepada
pembangunan, (3) Meningkatkan aspirasi, (4) Membantu mengubah sikap dan
praktek yang dianut, (5) Memberi masukan untuk saluran komunikasi antar
pribadi, (6) Memberi status, (7) Memperlebar dialog kebijakan, (8)
Menegakkan norma-norma sosial, (9) Membantu membentuk selera, (10)
Mempengaruhi nilai-nilai yang kurang teguh dianut dan menyalurkan sikap
yang lebih kuat.22
Ada beberapa peran yang dapat dilakukan komunikasi pembangunan,
antara lain: (1) Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan
membujukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilku yang menunjang
modernisasi, (2) Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan
baru, mulai dari baca-tulis ke pertanian, hingga ke keberhasilan lingkungan,
hingga reparasi mobil, (3) Media massa dapat bertindak sebagai pengganda
sumber-sumber daya pengetahuan, (4) Media massa dapat mengantarkan
pengalaman-pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri, sehingga
mengurangi biaya psikis yang ekonomis untuk menciptakan kepribadian yang
mobile, (5) Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan
perangsang untuk bertindak nyata, (6) Komunikasi dapat membantu masyarakat
menemukan norma-norma baru dan keharmonisan dari masa transisi.23
4. Teori Difusi dan Inovasi Dalam Komunikasi Pembangunan
Difusi adalah proses tersebarnya suatu inovasi ke dalam sistem sosial
melalui saluran komunikasi selama periode waktu tertentu. Dalam kaitannya
dengan sistem sosial, difusi juga merupakan suatu jenis perubahan sosial, yaitu
proses terjadinya perubahan struktur dan fungsi dalam suatu sistem sosial. Ketika
21
Elvinaro Ardiandto dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, ( Bandung: Refika Offset, 2009) h. 40
22
Ibid
23
inovasi baru diciptakan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak anggota sistem
perubaha sosial, maka konsekuensinya yang utama adalah terjadinya perubahan
sosial. Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara
lebih intensif oleh penemunya dan pihak-pihak lain dengan tujuan untuk
meningkatkan daya guna potensinya.
Sedangkan inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, atau
perekayasaan yang bertujuan mengem-bangkan penerapan praktis nilai dan
konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses
produksi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi). Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses penyebaran inovasi
dari satu individu kepada individu lainnya dalam suatu sistem sosial yang sama .
Seringkali teori difusi dipandang sebagai suatu proses otonom yang datang
dari langit, yang pasti akan menyebarkan ide-ide tentang peningkatan pendapatan
dan kemakmuran, yang oleh karena itu menjamin pemerataannya di antara
anggota masyarakat.
Difusi inovasi termasuk ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas
dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang
baru. Berlangsungnya suatu perubahan sosial, diantaranya disebabkan
diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide
yang baru. Hal-hal baru tersebut dikenal sebagai inovasi.
Komunikasi memiliki peran dalam pelaksanaan pembangunan. Hedebro
dalam Nasution mengidentifikasi tiga aspek komunikasi dan pembangunan yang
berkaitan dengan tingkat analisanya, yaitu ; (1) Pendekatan yang berfokus pada
pembangunan suatu bangsa, dan bagaimana media massa dapat menyumbang
dalam upaya tersebut. Disini politik dan fungsi-fungsi media massa dalam
pengertian yang umum merupakan objek studi, sekaligus masalah-masalah yang
menyangkut struktur organisasional dan pemilikan, serta kontrol terhadap media.
Untuk studi jenis ini, sekarang digunakan istilah kebijakan komunikasi dan
Pendekatan yang juga dimaksudkan untuk memahami peranan media massa
dalam pembangunan nasional, namun lebih jauh spesifik. Persoalan utama dalam
studi ini adalah bagaimana media dapat dipakai secara efisien, untuk mengajarkan
pengetahuan tertentu bagi masyarakat suatu bangsa, (3) Pendekatan yang
berorientasi kepada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas lokal atau desa.
Studi jenis ini mendalami bagaimana aktivitas komunikasi dapat dipakai untuk
mempromosikan penerimaan yang luas akan ide-ide dan produk baru.24
Dari sekian banyak ulasan para ahli mengenai peran komunikasi
pembangunan, peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam pembangunan,
yakni; (1) Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan
membujukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang
modernisasi, (2) Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru,
mulai dari baca-tulis ke pertanian, hingga ke keberhasilan lingkungan, hingga
reparasi mobil.
Proses perencanaan pembangunan adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk menyusun perencanaan pembangunan yang berlangsung terus
menerus dan saling berkaitan sehingga membentuk suatu siklus perencanaan
pembangunan. Proses perencanaan pembangunan dimulai dari pengumpulan
informasi untuk perencanaan, penganalisasian dan perumusan kebijaksanaan
hingga kegiatan peramalan (forecasting). Untuk lebih lengkapnya, sebagai
berikut:
Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya
pengetahuan ; (1) Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman
yang seolah-olah dialami sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis
untuk menciptakan kepribadian yang mobile. (2) Komunikasi dapat meningkatkan
aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata (3) Komunikasi dapat
membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan keharmonisan dari
masa transisi, (4) Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di tengah kehidupan masyarakat, (5)
24
Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan
tradisi