• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komodifikasi Kekerasan pada Program Pesbukers Versi “Sinetron Kejar – Kejaran Tayang”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komodifikasi Kekerasan pada Program Pesbukers Versi “Sinetron Kejar – Kejaran Tayang”"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

54 LAMPIRAN

WAWANCARA AKADEMISI, PRAKTISI, DAN BUDAYAWAN

&

(2)

55

Wawancara dengan Akademisi, Praktisi, dan Budayawan

 Drs. Pamerdi Giri Wiloso. Msi. PhD selaku akademisi (14 Okt 2014 jam 13.30 di Kantor)

1. Budaya populer dapat digunakan untuk menjelaskan produksi, artistik, dan

komersial, diciptakan bagi konsumsi massa dan dapat memahami bagian

penting dari publik, bebas dari kontrol standar minoritas, dan pola pikir

yang umumnya disebarkan dan disetujui oleh masyarakat (Nye, 1978:5).

Menurut anda, arti dari budaya populer itu apa ?

2. Menurut anda, apakah kekerasan bisa digolongkan sebagai budaya populer

?

3. Bagaimanakah pendapat anda tentang kekerasan yang marak pada acara

komedi di televisi seperti YKS dan Pesbukers ?

4. Bagaimanakah tanggapan anda tentang pengendalian massa ?

5. Menurut anda, apa saja konsep budaya populer itu ?

6. Komodifikasi adalah sesuatu yang diproduksi bukan terutama atas dasar

nilai guna, tetapi lebih pada nilai tukar. Artinya sesuatu di produksi bukan

semata-mata memiliki kegunaan bagi khalayak, tetapi lebih karena sesuatu

itu bisa dipertukarkan di pasar. Dengan demikian orientasi produksi bukan

untuk memenuhi kebutuhan objektif masyarakat tetapi lebih mendorong

akumulasi modal. Menurut anda, pengertian komodifikasi itu apa ?

Apakah Pesbukers bisa dibilang melakukan komodifikasi kekerasan ?

Bagaimana tanggapan anda ?

Jawaban :

1. Budaya populer itu budaya yang disukai oleh population, budaya yang

disukai oleh masyarakat, budaya yang disukai oleh rakyat, apapun kalau

itu disukai oleh rakyat banyak, itu menjadi istilahnya populer, populisme

rakyat disukai rakyat banyak. Itu biasanya seperti itu pemahamannya

(3)

56

disukai oleh rakyat banyak sehingga menjadi miliknya population,

miliknya rakyat banyak, itu budaya pop. Di Indonesia bisa dilihat budaya

apa yang disukai masyarakat banyak, musik dangdut, musik pop,

lagu-lagunya Ariel Peterpan, lagu-lagunya D‟Masiv, lagu-lagunya orang

pesantren yang disukai rakyat banyak itu pasti budaya pop karenaya ya itu

supaya gampang untuk distribusi penikmatan ya direkam dalam kaset,

VCD, apa macam-macam teknologi

2. Kekerasan itu bidang yang bertentangan dengan budaya, yang disebut

budaya itu sebetulnya hal yang baik-baik saja, kekerasan pembunuhan

kejahatan tidak boleh disebut sebagai budaya hanya karena kekerasan

kejahatan sering dilakukan padahal itu sebetulnya hal yang tidak baik

maka sering disebut membudaya sebetulnya barang salah barang

kekerasan tidak mendukung kehidupan manusia, tapi karena sering banyak

dilakukan. Jadi sering orang mengatakan kekerasan membudaya, padahal

yang disebut kebudayaan tidak memasukkan hal-hal yang mematikan,

membunuh, kekerasan, tapi kenyataannya sering orang mengatakan itu

membudaya, karena seringnya dilakukan seperti lazimnya kebudayaan

yang lain yang baik-baik juga sering dilakukan.

3. Kekerasan tentu tidak baik untuk pendidikan jadi kalau tv sebagai media

menjadi salah satu komponen pendidikan bagi perkembangan anak-anak

ini maka sebetulnya kekerasan jangan dimasukkan dalam acara televisi,

tapi nyatanya kan dimasukkan, jadi itu salah. Televisi sebagai media yang

dinikmati banyak orang mestinya harus menyampaikan hal-hal yang baik,

nilai-nilai ynag luhur mestinya, tapi kenyataannya juga media televisi

menyiarkan kekerasan tentu salah, mengapa tidak ?

4. Jadi, massa itu idealnya dalam kehidupan sehari-hari juga perlu mungkin,

kalau istilah pengendalian terlalu keras, mungkin perlu menaati

(4)

57

terciptakan orang jadi bisa mengungkapkan potensi-potensi dengan lebih

baik karena kekerasan itu ya tentu tidak ideal untuk hidup sehari-hari jadi

pengendalian massa perlu, tapi tentu dalam pengendalian juga jangan

memakai kekerasan. Pengendalian harus dilakukan sedemikian sehingga

jangan melakukan kekerasan, tata tertib terkendali harus ditegakkan itukan

ada aparat petugasnya terutama kepolisian memang tugasnya

mengendalikan menertibkan kehidupan masyarakat.

5. Populer itu kata akarnya population artinya penduduk, kalau disukai oleh

semua penduduk, kata sifatnya menjadi populer. Jadi, populer artinya

disukai oleh population, disukai penduduk, disukai oleh rakyat, disukai

oleh massa. Itu istilah itu berasal dari itu ya. Populer itu ejektif, kata sifat.

Kata bendanya population. Jadi hal yang populer, itu hal yang disukai oleh

population, hal yang disukai oleh rakyat, oleh penduduk, populationkan

penduduk. Dangdut di Jawa ini kan, di Indonesia disukai, terutama

dikawasan-kawasan Jawa ini sangat disukai penduduk, jujur mau

mengatakan atau tidak kalau saya suka. Maka dangdut menjadi populer,

termasuk musik pop itu dangdut, karena memang populer sama dengan

sepopuler seperti lagu-lagunya Peterpan, lagu-lagunya D‟Masiv.

6. Komodifikasi sebetulnya menjadikan segala hal menjadi komoditi menjadi

barang komoditi barang yang bisa diperdagangkan, barang yang bisa

dikomersialisasikan itu komodifikasi artinya disitu. Dan saya sedang

berpikir kalau lewat Facebook apa yang bisa diperdagangkan lewat

Facebook. Maksud saya Pesbukers..Acara Pesbukers saya belum lihat itu.

Tapi yang jelas kalau istilah komodifikasi itu artinya membuat segala hal

menjadi barang komoditi, menjadi barang komersial, menjadi barang yang

bisa diperdagangkan. Facebookers, pecinta Facebook tatkala saling

berinteraksi dengan Facebooker yang lain. Bukan Facebook itu..tapi nama

acara komedinya Pesbukers, Itu hari apa ya ? Setiap hari. Di televisi mana

(5)

58

fisik, kasus lkemarin menghina agama. Begini Van, hina menghina

menurut Ivan, tapi menurut pelakunya diacara itu, itu bikin humor.

Menurut mereka itu bikin lucu, di Indonesia sayangnya maunya melucu

tapi bahannya menghina disitu yang harus dibenahi. Tidak boleh melucu

dengan cara menghina, sebelumnya Tukul Arwana diacara Empat Mata

dulu kan juga gitu, mungkin ini kultur kita ini ya, mengejek, menghina,

merendahkan itu dikiranya itu lucu, padahal itu menyangkut harga diri

manusia. Kita sering membuat ejekan, hinaan sebagai hal yang lucu,

termasuk itu lho bahasa, bahasa inggris itu dipakai oleh para humoris itu

untuk bahan lucuan. Bagaimana bahasa asing dipakia untuk

lucu-lucuan, itu hanya ada di Indonesia lho. Bagaimana orang-orang bisa pintar

bahasa inggris kalau bahasa inggris sebagai bahasa asing dipakai untuk

lucu-lucuan. Bagaimana itu van. Tapi kalau lihat Pak Pam, wah ini selera

humornya kayak gini, kok menghina bahasa ya ? mengucapkan kata-kata

dalam bahasa inggris dipleset-plesetkan, intinya merendahkan, mengejek.

Menurut saya, padahal menurut mereka itu maksudnya melucu,

pertanyaannya mengapa melucu dengan cara menghina, mengapa melucu

dengan cara merendahkan, mengejek. Itu pertanyaan saya yang belum bisa

menjawab. Dulu saya mewawancarai humasnya, itu tidak bermaksud

untuk menghina siapa-siapapun tapi jenis lucunya itu Slapstick caranya

seperti fisik mendorong menghina. Itu yang gemuk-gemuk yang hidung

nggak mancung itu menjadi bahan hinaan. Hidungnya mancung, mancung

ke dalam. Apa itu pantas ? diekspos dipublik dilihat banyak orang. Itu

dibarat tidak ada, dikebudayaan barat televisi-televisi barat tidak menghina

kekurangan-kekurangan kita. Kalau disini bahan hinaan, fisik kita yang

gemuk, hidung yang tidak mancung, untuk bahan lucu-lucuan. Ini yang

harus kita berlatih bagaimana membuat humor, menciptakan lucu-lucuan

tapi dengan penuh kesadaran jangan mengekspos kekurangan-kekurangan

yang kita tidak minta itu kekurangannya kalau saya seperti ini kan, saya

tidak minta, saya lahir begitu saja. Tapi itu mengapa dijadikan bahan

(6)

59

dipakai untuk ejek-ejekan. Coba perhatikan, suatu saat kamu akan melihat

bahasa inggris tidak untuk dikuasai dengan baik tapi dipakai untuk

melucu. Kita tidak akan pandai berbahasa inggris kalau gitu caranya dan

diacara Bukan Empat Mata kesana juga. Tapi saya juga sering tertawa juga

tapi itu salah sebetulnya, saya sadar, bahasa inggris untuk ejek-ejekan

supaya lucu. Jelas, dipakai untuk melucu, dipakai untuk menjelek-jelekan

orang, dipakai untuk menghina , kenyataannya bangga, ditonton orang

banyak, pasang iklan juga banyak, jelas komodifikasi. Dan sebenarnya itu

salah secara etis.

 Bonardo Aritonang, S. Sos. selaku praktisi penyiaran. (Melalui E-mail pada jam 20.38 PM )

1. Budaya populer dapat digunakan untuk menjelaskan produksi, artistik, dan

komersial, diciptakan bagi konsumsi massa dan dapat memahami bagian

penting dari publik, bebas dari kontrol standar minoritas, dan pola pikir

yang umumnya disebarkan dan disetujui oleh masyarakat (Nye, 1978:5).

Menurut anda, arti dari budaya populer itu apa?

1. Menurut anda, apakah kekerasan bisa digolongkan sebagai budaya

populer? Alasannya?

2. Bagaimanakah pendapat anda tentang kekerasan yang marak pada acara

komedi di televisi seperti YKS dan Pesbukers?

2. Menurut KPI, Pesbukers melakukan pelanggaran berupa kekerasan seperti

menghina, melempar tepung dan lain-lain dan Pesbukers ditayangkan pada

jam prime time. Bagaimanakah tanggapan anda?

3. Bagaimanakah tanggapan anda tentang pengendalian massa?

4. Menurut anda, apa saja konsep budaya populer itu?

5. Komodifikasi adalah sesuatu yang diproduksi bukan terutama atas dasar

nilai guna, tetapi lebih pada nilai tukar. Artinya sesuatu di produksi bukan

semata-mata memiliki kegunaan bagi khalayak, tetapi lebih karena sesuatu

(7)

60

untuk memenuhi kebutuhan objektif masyarakat tetapi lebih mendorong

akumulasi modal. Menurut anda, pengertian komodifikasi itu apa? Apakah

Pesbukers bisa dibilang melakukan komodifikasi kekerasan? Bagaimana

tanggapan anda?

Jawaban :

1. Budaya populer yang saya pahami adalah budaya menyenangkan yang

dimiliki dan disukai banyak orang atau khalayak ramai. Budaya populer

bukan budaya adi luhung atau budaya tinggi (high culture), seperti budaya klasik. Dan budaya populer itu merupakan “culture in the making” atau budaya dalam proses pembuatan yang sifatnya kontemporer.

2. Karena budaya populer itu merupakan budaya tertinggal (rendah) dan

praktik budayanya tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi, maka

kekerasan bisa digolongkan sebagai budaya populer. Dan tindak kekerasan

kerap identik dengan masyarakat kelas rendah. Sosiolog Prancis, Pierre

Bourdieau menegaskan bahwa perbedaan budaya kerap dimanfaatkan

untuk memperlebar dan memelihara perbedaan kelas. Karena itu budaya

pop menjadi budaya komersial sebagai dampak dari produksi massal,

sedangkan budaya adi luhung (budaya tinggi) adalah kreasi dari hasil

kreativitas individu. Dengan demikian budaya tinggi bisa diterima secara

moral dan estetis yang lebih, sedangkan budaya pop malah mendapatkan

pengawasan secara sosiologis untuk mengendalikan sedikit yang bisa

diberikannya.

3. Kekerasan yang marak pada acara komedi di televisi seperti YKS dan

Pesbukers jelas merupakan budaya populer yang diproduksi dan

dikomersialkan secara massal lewat media elektronik televisi. Audiens

(penonton) tayangan YKS dan Pesbuker sangat jelas bahwa mereka adalah

sosok-sosok konsumen yang tidak memilih. Bahkan mereka cenderung

menerima dan memandang joget bareng ala caesar di acara YKS menjadi

suatu hal yang menyenangkan. Apalagi joget ala caesar itu diiringi lagu

(8)

61

tepung pun mereka anggap sebagai candaan baru yang menyegarkan.

Padahal masyarakat budaya tinggi melihat seluruh konten acara YKS dan

Pesbuker sebagai budaya yang tidak bisa diterima secara moral dan estetis.

Terutama dampak buruknya bagi anak-anak di bawah umur yang

menonton kedua acara tersebut.

4. Saya sangat sepakat dengan teguran KPI terhadap acara Pesbukers di

ANTV. Seluruh konten acara tidak mengandung unsur-unsur yang

mendidik, apalagi muncul pada jam tayang prime time, yang notabene

banyak ditonton oleh berbagai kalangan, terutama anak-anak di bawah

umur. Konyolnya, acara tersebut kerap mempertontonkan kekerasan baik

secara fisik seperti aksi melempar tepung diantara para artis yang tampil

maupun kekerasan psikis seperti menghina, dan menghujat. Jenis

pelanggaran tersebut dikategorikan sebagai palanggaran atas norma

kesopanan dan perlindungan terhadap anak.

5. Media massa dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan

sosial, budaya, ekonomi, hingga politik. Dari aspek sosial-budaya, media

adalah institusi sosial yang membentuk definisi dan citra realitas serta

dianggap sebagai ekspresi sosial yang berlaku umum; secara ekonomis,

media adalah institusi bisnis yang membantu masyarakat untuk

memperoleh keuntungan dari berbagai usaha yang dilakoni. Sedangkan

dari aspek politik, media memberi ruang atau arena pertarungan bagi

kepentingan berbagai kelompok sosial-politik yang ada dalam masyarakat

demokratis. Vitalnya peran media massa dalam berbagai aspek kehidupan

publik, memicu banyak pihak dari golongan politik tertentu yang mencoba

memanfaatkan media massa sebagai alat pengendali massa untuk

mencapai tujuannya yang secara hegemonik kerap memaksakannya

kepada publik. Diantara mereka bahkan mampu menguasai media secara

keseluruhan, yakni menjadi pemilik perusahaan media massa. Kondisi

tersebut saya alami saat masih menjadi Produser news di stasiun televisi

TVONE. Pemiliknya yakni Aburizal Bakrie (ARB), sudah terang-terangan

(9)

62

sebagai calon presiden, meski akhirnya gagal. Namun “cakar” hegemoninya masih mencengkeram para pekerja medianya. Hal tersebut

sangat terasa saat TVONE kembali secara terang benderang menjagokan

pasangan capres Prabowo-Hatta Rajasa. TVONE telah menjelma sebagai

pengendali massa agar seluruh penontonnya bisa terpengaruh dengan

pencitraan capres Prabowo-Hatta lewat setiap pemberitaan di TVONE.

Pembentukan opini publik yang disesuaikan dengan kepentingan politis

ARB pun diharapkan bisa berhasil, meski saat ini masyarakat Indonesia

sudah cerdas mencerna setiap pemberitaan di media massa.

6. Menurut saya konsep budaya populer adalah mempelajari produk manusia

yang berkembang saat ini (populer) dan secara sadar atau tidak sadar telah

memengaruhi mayoritas aspek hidupnya. Budaya pop selalu berubah serta

muncul secara unik di berbagai tempat dan waktu. Membentuk arus dan

pusaran dan mewakili nilai-nilai yang memengaruhi masyarakat dan

lembaga-lembaganya dengan berbagai cara.

7. Menurut saya komodifikasi itu sama dengan komersialisasi. Artinya ada

sebuah upaya untuk mengubah produk tayangan acara menjadi sesuatu

yang bernilai jual atau menguntungkan secara finansial. Media massa

dalam hal ini televisi yang didalamnya terdapat orang-orang kreatif

diarahkan oleh pemilik media seolah-olah menjadi mesin industri yang

harus mampu menghasilkan profit dari setiap produk tayangannya, tanpa

melihat manfaat dan kegunaannya kepada masyarakat atau penontonnya.

Dalam acara Pesbuker jelas ada praktik komodifikasi di seluruh konten

acaranya. Kekerasan fisik maupun psikis di acara tersebut dikemas

menjadi tontonan yang katanya menghibur dan menjadi penghilang stress

di tengah kepenatan ibukota Jakarta. Padahal tidak ada nilai guna bagi masyarakat dari acara Pesbuker itu. Acara komedi “murahan” itu nyatanya hanya menjual adegan kekerasan secara fisik dalam bentuk verbal seperti

intimidasi, mencaci atau umpatan dan asosiasi binatang atau benda.

Ironisnya kekerasan yang dipertontonkan tersebut disambut antusiasme

(10)

63

terhadap acara itu. Saya menilai dalam kasus ini masyarakat kita adalah

masyarakat yang sakit karena secara sadar maupun tidak sadar telah

memaklumi tindakan kekerasan tersebut.

 Didik Indaryanto selaku budayawan (24 November 2014 di Rumah Pak Didik (Salatiga) pada jam 11.30)

1. Budaya populer dapat digunakan untuk menjelaskan produksi, artistik, dan

komersial, diciptakan bagi konsumsi massa dan dapat memahami bagian

penting dari publik, bebas dari kontrol standar minoritas, dan pola pikir

yang umumnya disebarkan dan disetujui oleh masyarakat (Nye, 1978:5).

Menurut anda, arti dari budaya populer itu apa?

2. Menurut anda, apakah lawak kan yang berbau kekerasan bisa digolongkan

sebagai budaya populer? Alasannya?

3. Bagaimanakah pendapat anda tentang lawak kan yang berbau kekerasan

yang marak pada acara komedi di televisi seperti YKS dan Pesbukers?

4. Menurut KPI, Pesbukers melakukan pelanggaran berupa kekerasan seperti

menghina, melempar tepung dan lain-lain dan Pesbukers ditayangkan pada

jam prime time. Bagaimanakah tanggapan anda?

5. Bagaimanakah tanggapan anda tentang pengendalian massa?

6. Menurut anda, apa saja konsep budaya populer itu?

7. Komodifikasi adalah sesuatu yang diproduksi bukan terutama atas dasar

nilai guna, tetapi lebih pada nilai tukar. Artinya sesuatu di produksi bukan

semata-mata memiliki kegunaan bagi khalayak, tetapi lebih karena sesuatu

itu bisa dipertukarkan di pasar. Dengan demikian orientasi produksi bukan

untuk memenuhi kebutuhan objektif masyarakat tetapi lebih mendorong

akumulasi modal. Menurut anda, pengertian komodifikasi itu apa? Apakah

Pesbukers bisa dibilang melakukan komodifikasi kekerasan? Bagaimana

tanggapan anda?

(11)

64

1. Menurut pendapat saya sendiri budaya popular atau serring di sebut dengan „pop culture” merupakan representasi dari pada suatu kebiasaan yang di sukai oleh khalayak umum. Yang membudaya dan memjadi suatu

hal yang menarik untuk selalu di kembangkan dalam setiap jaman nya,

tidak ubahnya dalam tatanan masyarakat yang sangat majemuk seperti

Indonesia, suatu perilaku dan kebudayaan mudah di temukan di

mana-mana, tapi kebanyakan kebudayaan yang dilakukan dan di senangi

masyarakat pada umummya adalah yang berasal dari kehidupan

sehari-hari, baik itu nanti di bingkai dalam suatu karya, lagu, lawakkan dan juga

lifestyle. Budaya populer dalam konteks Indonesia menurut saya sangat

menarik sekali karena banyak sekali karakteristik dari budaya dasar itu

sendiri, jadi tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu perkembangan

di dalam budaya itu sendiri.

2. Seperti dalam pernyataan saya di atas tadi bagaimana suatu kebiasaan yang

sering dilakukan oleh masyarakat seiring banyaknya orang yang

melakukan itu dan menjadi budaya dan membubaya. Dalam kaitannya

lawakan yang berbau kekerasan dalam kehidupan sehari-hari hal ini sudah

tidaklah tabu dalam pemikiran kita, saling mengejek kekurangan, bahkan

ada yang sampai di kerjain dalam suatu kelompok sudah menjadi bagian

dari rrutinitas kehidupan masyarakat, dalam kaitannya lawakan yang

berbau kekerasan, sedari dulu dalam setiap acara pewayangan dan dagelan

dalam transisi jawa sering di bawakan lawakan yang saling mengejek aib

mereka masing-masing bahkan sampai fisik yang di bungkus dalam

adegan lawakan, yang membuat masyarakat yang menonton jadi tertawa

terpingkal-pingkal dan menghibur. Perbedaannya dengan sekarang

lawakan-lawakan tersebut sudah terbingkai dalam acara media yang

gampang di saksikan oleh masyarakat keseluruhan, tanpa ada spesifikasi

(12)

65

3. Sebagai salah satu acara tv pada era sekarang ini suatu hiburan memang

terlebih banyak mendapatkan porsi dari pada berita dan headline new di

setiap stasiun televisi, tidak ubahnya juga dengan dua acara yang pada saat

kemaren selalu menjadi buah bibir setiap masyarakat di Indonesia mulai

tua maupun muda, PESBUKERS ataupun YKS menjadi salah satu hiburan

masyarakat yang sangat di idolakan karena konsep acara mereka yang

memang ringan dan sangat menghibur, berkaitan erat dengan konsep acara

tersebut, menjadi aneh ketika lawakan-lawakan yang mereka kembangkan

menjadi berbumbu kekerasan dan sifatnya tidak hanya verbal tapi juga

fisik, secara norma dan nilai-nilai budaya hal itu sudah tidak wajar

dilakukan, tetapi efek dari kebiasaan yang membudaya menjadikan hal

tersebut yaitu kekerasan menjadi modal utama dalam acara tersebut, kita

semua tidak harus kaget dengan adengan itu, karena sebelum-sebelumnya

kekerasan dalam suatu lawakan sering di bawakan dalam era 90an sampai

era milenium,... inilah produk yang terus berkembang dan berproses,

kekerasan menjadikan suatu hal yang tidak baik secara norma dan nilai

tapi di bingkai dengan lawakan dan canda tawa pemain di media tersebut

menjadi suatu modal yang sangat berharga dalam acara tersebut.

4. Ya, itu merupakan salah satu tugas KPI sebagai lembaga yang mengontrol

setiap acara dan juga sebagai salah satu alat untuk menyajikan acara yang

layak dan juga bermanfaat dalam acara televise yang notabennya di tonton

oleh semua lapisan masyarakat, adanya teguran terhadap kekerasan dalam

lawakan tersebut. Menurut saya wajar-wajar saja karena itu jaga membuat

semua ada batasannya dan jd terkontrol. Bukan hanya sepihak kenapa ada

peringatan. Pasti juga acara seperti itu, tentu ada yang pro dan kontra. Jadi

menurut saya wajar saja, tinggal kita lihat saja perkembangan apa lagi

yang akan dilakukan dari pihak acara televisi itu untuk menyikapi teguran

dari KPI.

5. Pengendalian media, secara teoritis pengendalian media bersifat luas dan

(13)

66

tentu menjadi catatan penting dalam kaitannya pengendalian media dengan

budaya popular dengan lawakan yang di perankan oleh PESBUKER,

dalam normatifnya pengendalian masa memang penting karena dalam

kaidah alam siapa yang biasa mengendalikan masa dan juga memperoleh

relasi yang banyak akan mempermudah kita untuk tetap eksis dan

berkembang, dalam kaitannya dengan acara ini, semakin banyak yang

menyaksikan Pesbuker dan pengikut acara tersebut akan menambah rating

mereka semakin tinngi dan menambah provit buat acara tersebut. Itu

secara normative , kalau dalam konsep yang dikatakan di atas dalam

pertanyaan ini tidak ada hubungannya kalau menurut saya pribadi.

6. Konsep budaya popular, menurut pendapat saya adalah, “motivasi, modifikasi, popularitas, masyarakat”. Empat kata-kata itu selalu saya rumuskan dalam pemikiran saya, seperti dalam pernyataan saya di atas

dalam konsep budaya pupuler, bagaimana kebiasaan menjadi budaya yang

membudaya. Landasan pertama adalah Motivasi untuk selalu berupaya

dalam setiap perbuatan kita dan perhatian kita terhadap budaya yang telah

lahir dan diturunkan oleh pendahulu kita sebagai generasi kita harus punya

motivasi untuk slalu menjaga dan eksis dalam setiap kebudayaan yang ada

dalam pepatah jawa sering di sebut “nguri-nguri lan sak wis e ngurip-ngurip budoyo jawi supoyo dadining pangesthi”. Terus yang ke dua adalah Modifikasi sesuai dengan perkembangan yang ada selalu ada

inovasi-inovasi tertentu yang dilakukan kepada mereka pencinta seni dan

kebudayaan di Indonesia, ini sudah banyak contoh dan keinginan dan niat

orang-orang Indonesia dalam inovasi dan modifikasi sangat besar dan

kreatif, dan hal ini yang harus selalu di perhatikan dan di usahakan untuk

terus bertumbuh. Yang ketiga adalah popularitas, tidak usah di

pertanyakan lagi siapa yang tidak tau akan budaya jawa, mulai dari seni

tari,seni musik, sampai wayang kulit, bahkan budaya-budaya seperti batik

dan lain, kita sudah punya modal itu tinggal bagaimana kita

(14)

67

meninggalkan pakem yang sudah ada, dan yang terakir adalah

Masyarakat, menjadi lucu ketika kita sebagai pelaku budaya hanya

berinovasi tanpa adanya masyarakat. Masyarakat menjadi elemen terakhir

dan paling penting dalam 4 konsep itu bagaimana kita menjadi jembatan

bagi masyarakat untuk ikut merasakan kalau ini adalah budaya popular

yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan, secara singkat masyarakat

menjadi pengontrol buat pergerakan budaya populer.

7. Sudah barang tentu kalau ini komodifikasi, dalam realitas nya apa sih yang

tidak dapat di komodifikasi kalau sudah menyangkut media,politik dan

jabatan, itu sudah menjadi rahasia umum munculnya keinginan dan ambisi

untuk memperoleh kekuasaan dan provit sebanyak-banyaknya itu sudah

menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tidak terlepas juga

dalam media, jadi terkadang saya sering tertawa dalam hati ketika orang

habis-habis meneriaki para penjabat dan pengusaha sebagai Kapitalis yang

merugikan bangsa, padahal anda sendiri ini produk dari Kapitalis, coba

lihat diri anda, lihat apa yang anda pakai, apa pekerjaan anda, dan

bagaimana anda bersosialisai, jadi saya sering berpikir masak “produk kapitalis teriak Kapitalis di brantas, Jadi sebelum mencabut akarnya pohonnya dulu yg di tebang”.. jadi komodifikasi sangat mungkin dan bahkan harus dilakukan oleh mereka yang bergerak dalam lingkungan

media yang berhubungan dengan rating dan profit terhadap hak siar

Pelanggaran-pelanggaran Pesbukers

1. Penghentian Sementara Program Siaran Pesbukers AN TV

Diterbitkan pada Selasa, 03 Juli 2012 07:00 Ditulis oleh ST

Dilihat: 1577

(15)

68

No. Surat 424K/KPI/07/12

Status Penghentian Sementara

Stasiun TV ANTV

Program Siaran "Pesbukers"

Deskripsi Pelanggaran

Pada tanggal 19 Juni 2012 muali pukul

18.00 WIB telah menayangkan adegan

salah satu pengisi acara (Olga Syahputra)

mengatakan "Jupe dikit-dikit

Assalamualaikum, bagus sih.. Tapi kalau

Assalamualaikum terus lama-lama kayak

pengemis yee..". Perkataan ini dilontarkan

untuk mengomentari pengisi acara lain

(Julia Perez) yang sebelumnya menjawab

telepon langsung dari pemirsa degan

ucapan "Assalamualaikum". Jenis

pelanggaran ini dikategorikan sebagai

pelanggaran atas penghormatan terhadap

nilai-nilai agama dan norma kesopanan.

KPI Pusat juga telah menerima surat No.

B-318/MUI/VII/2012 tertanggal 08 Sya'ban

1433 H/28 Juni 2012 M perihal hasil

Penilaian Rekaman Tayangan uang berisi

penilaian Majenlis Ulama Indonesia (MUI),

bahwa penayangan adegan tersebut tidak

dapat dibenarkan dan mengurangi arti

salam sebagai doa dan mengarah

mempermainkan lafadz-lafadz keagamaan.

Selain itu terjadi pelanggaran lain di

episode tanggal 24 Mei 2012 yang

menampilkan adegan salah satu pengisi

acara (Junia Perez) menyanyikan lagu

(16)

69

di hadapan para pelajar SMK. Dan episode

tanggal 18 April 2012 yang menampilkan

adegan Julia Perez menutupi kepala Raffi

Ahmad dengan rok yang dipakainya.

Penayangan tindakan tersebut telah

melanggar P3 Pasal 7 dan Pasal 9 Serta

SPS Pasal 6 ayat (2) huruf a dan Pasal 9.

Atas pelanggaran-pelanggaran tersebut,

KPI Pusat memberikan sanksi administratif

penghentian sementara selama 7 (tujuh)

hari berturut-turut. Pelaksanaan sanksi

tersebut wajib dilaksanakan mulai hari

senin tanggal 9 Juli hingga Minggu tanggal

15 Juli 2012. Selama menjalani sanksi

administratif tersebut, KPI Pusat meminta

ANTV untuk tidak membuat program

sejenis degan format yang sama atau waktu

lainnya.

2. AN TV Jalankan Sanksi Penghentian Sementara Pesbukers

Diterbitkan pada Kamis, 17 Januari 2013 00:17

Ditulis oleh RG

(17)

70

Jakarta – Stasiun televisi ANTV akhirnya melaksanakan sanksi administratif penghentian sementara terhadap program acara “Pesbukers” yang diberikan KPI Pusat pada 3 Juli 2012. Penghentian sementara selama 7 hari

berturut-turut tersebut berlangsung sejak tanggal 5 Januari 2012 hingga 11 Januari

2013. Demikian disampaikan ANTV dalam suratnya No.4092/DIR-UT/I/2013

yang ditandatangani Presiden Direktur ANTV, Dudi Hendrakusuma, kepada KPI,

Senin, 7 Januari 2013 lalu.

Surat tersebut ditembuskan kepada Presiden RI, Komisi I DPR RI, Kementerian

Kominfo, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri), Majelis Ulama Indonesia (MUI),

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Persatuan Perusahaan Periklanan

Indonesia (P3I), dan semua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID).

Sementara itu, Komisioner sekaligus Koordinator bidang Isi Siaran KPI Pusat,

Nina Mutmainnah menyatakan membenarkan ANTV sudah melaksanakan sanksi

penghentian sementara “Pesbukers”. “Kita sudah lihat pelaksanaan penghentian sementara itu,” katanya. Red

3. Teguran Tertulis “Sahurnya Pesbukers”

Diterbitkan pada Senin, 15 Juli 2013 20:00

Ditulis oleh RG

Dilihat: 5339

Tgl Surat 15 Juli 2013

No. Surat /K/KPI/07/13

Status Teguran Tertulis

Stasiun TV ANTV

(18)

71 Deskripsi

Pelanggaran

Komisi Penyiaran Indonesia (“KPI”) Pusat berdasarkan kewenangan menurut

Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran (“UU Penyiaran”), pengaduan masyarakat, pemantauan, dan hasil analisis telah

menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (“P3 dan SPS”) Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 pada Program Siaran “Sahurnya Pesbukers” (selanjutnya disebut program) yang ditayangkan oleh stasiun ANTV pada 10

Juli 2013 mulai pukul 01.56 WIB.

Pelanggaran yang dilakukan adalah

penayangan adegan yang melecehkan orang

dan/atau masyarakat dengan kondisi fisik

tertentu serta pelanggaran terhadap norma

kesopanan. Adegan-adegan tersebut adalah:

1. Sapri berkata kepada Andika yang menggendong Daus Mini “Tadi gue lihat lu bawa monyet tiga, sekarang tinggal satu”. 2. Eko berkata tentang Daus Mini, “Ganteng-ganteng dibilang monyet… Itu bukan monyet … (tapi) nying-nying”. 3. Eko menyebut Daus Mini, “Ini bukan catur. Ini biji congklak”. 4. Andhika berkata kepada Eko, “Daus kalo

lihat ini suka sedih (sambil menunjuk corong).

Inget zaman lahirnya dulu. Nyokapnya nggak

(19)

72

5. Andhika berkata kepada Gading tentang Daus, “Dia bingung. Orang dari dulu ngga pernah gede, kok lu tanyain kalo udah gede mau jadi apa?” Gading menyambung, “Daus kalau tetap kecil mau jadi apa?” 6. Andhika berkata tentang Daus, “Daus itu

hidupnya sial banget ya! Udah tua, kecil,

ketiban banci lagi.”

Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan

sebagai pelanggaran terhadap perlindungan

kepada orang dan/atau masyarakat tertentu,

perlindungan anak, dan penggolongan

program siaran.

KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan

menayangkan adegan tersebut telah melanggar

Pedoman Perilaku Penyiaran tahun 2012 Pasal

9, Pasal 14, Pasal 15 ayat (1) huruf b dan c,

Pasal 15 ayat (2), dan Pasal 21 ayat (1) serta

Standar Program Siaran Pasal 9, Pasal 15 ayat

(1), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf b dan

d, dan Pasal 37 ayat (4) huruf a.

Berdasarkan pelanggaran di atas, KPI Pusat

memutuskan memberikan sanksi administratif

berupa teguran tertulis.

Selain tayangan di atas, kami juga menemukan

pelanggaran yang sama pada adegan yang

(20)

73 4. Teguran Kedua “Sahurnya Pesbukers”

Diterbitkan pada Selasa, 30 Juli 2013 15:12 Ditulis oleh RG

Adegan-adegan tersebut adalah:

1. Opik menyebut Sapri sebagai “turunan curut”.

2. Opik berkata kepada Sapri, “Sapri lu

jangan sok ganteng, muka lu kayak koreng kucing”

3. Sapri menyebut pria berbaju kuning,

“dodol penggorengan”.

4. Andika mengatai pria berbadan besar, “Gajah bengkak! Lu jangan sok ganteng, muka lu kayak jenset kondangan”. 5. Eko berkata kepada seorang penonton,

“Banci lu!”

KPI Pusat meminta kepada Saudara agar

menjadikan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (“P3 dan SPS”) Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012

sebagai acuan utama dalam penayangan

sebuah program dan diharapkan terdapat

perbaikan pada program siaran yang sesuai

dengan ketentuan P3 dan SPS sehingga

program siaran bermanfaat bagi kepentingan

masyarakat.

Demikian agar surat sanksi administratif

teguran tertulis ini diperhatikan. Terima

(21)

74 Dilihat: 3098

Tgl Surat 30 Juli 2013

No. Surat 407/K/KPI/07/13

Status Teguran Tertulis Kedua

Stasiun TV ANTV

Program "Sahurnya Pesbukers"

Deskripsi

Pelanggaran

Komisi Penyiaran Indonesia (“KPI”) Pusat berdasarkan kewenangan menurut

Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran (“UU Penyiaran”), pengaduan masyarakat, pemantauan, dan hasil analisis telah

menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (“P3 dan SPS”) Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012 pada Program Siaran “Sahurnya Pesbukers” (selanjutnya disebut program)

yang ditayangkan oleh stasiun ANTV pada 23

Juli 2013 mulai puku 01.47 WIB.

Pelanggaran yang dilakukan adalah

penayangan adegan yang melecehkan orang

dan/atau masyarakat dengan kondisi fisik

tertentu, ditampilkannya anak-anak dalam

siaran langsung melewati pukul 21.30 waktu

setempat, serta pelanggaran terhadap norma

kesopanan dan kesusilaan. Adegan-adegan

tersebut adalah:

(22)

75

talang kelurahan”, “rayap”, “gigi selonjoran”, “serokan pasir”, “penangkal petir”. Dalam adegan lain gigi Eli seolah-olah dijadikan alat

pembuka botol oleh Andika.

2. Daus Mini disebut oleh pemain-pemain

lainnya dengan sebutan “jenglot”, “ampas kecap”, “obeng kembang ”, “orang unyil”,

“sadel becak”.

3. Kepala Opie Kumis disebut sebagai

“tanah wakaf”.

4. Andika berkata kepada Dewi Perssik, “Cewek begini yang ngabisin sampo di rumah nih”.

5. Dua anak perempuan kecil ditampilkan

dalam program siaran langsung dan berjoget

saat Dewi Perssik menyanyikan lagi dangdut.

Salah seorang dari mereka disebut berpacaran

dengan Daus Mini. Anak-anak tersebut

disuruh membubuhi bedak di kepala Sapri.

6. Sapri disebut “korengan”, “borok”.

7. Andika menyebut seorang perempuan berbadan besar dengan “bison”. 8. Jessica beberapa kali disebut “koplak”.

9. Andika memperagakan berjalan

mengangkang menunjukkan orang memakai

pembalut.

10. Yadi, Opie Kumis, dan Dewi Perssik

(23)

76

Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan

sebagai pelanggaran terhadap perlindungan

kepada orang dan/atau kelompok masyarakat

tertentu, norma kesopanan dan kesusilaan,

perlindungan anak, dan penggolongan

program siaran.

KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan

menayangkan adegan tersebut telah melanggar

Pedoman Perilaku Penyiaran tahun 2012 Pasal

9, Pasal 14, Pasal 15 ayat (1) huruf c, Pasal 15

ayat (2), dan Pasal 21 ayat (1) serta Standar

Program Siaran Pasal 9, Pasal 15 ayat (1) dan

(4), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf d, dan

Pasal 37 ayat (4) huruf a.

Berdasarkan catatan kami, program ini telah

mendapatkan surat sanksi administratif teguran

tertulis No. 386/K/KPI/07/13 tertanggal 15 Juli

2013.

Berdasarkan pelanggaran di atas, KPI Pusat

memutuskan memberikan sanksi administratif

berupa teguran tertulis kedua.

Selain tayangan di atas, kami juga menemukan

pelanggaran pada beberapa tayangan, yakni

menampilkan adegan yang melecehkan orang

(24)

77

tertentu serta orientasi seks dan identitas

gender tertentu, melanggar perlindungan anak,

serta melanggar norma kesopanan dan

kesusilaan. Tayangan yang dimaksud adalah

tayangan tanggal 20, 22, 24, dan 25 Juli 2013.

Pada tayangan 20 Juli 2013, adegan yang

dimaksud adalah:

1. Kepala Opie Kumis disebut dengan

sebutan-sebutan “melon", “lobby hotel”, “botak".

2. Sapri disebut dengan “tikus lemari", “tikus

laci".

3. Yadi mencium ketiak Jessica.

4. Andika menyebut Yoga dengan “banci,

“tumor ganas”.

5. Yoga berkata kepada Eko Patrio, "Kalo

jam satu lewat bang, maenin aye dong bang". Ia juga berkata kepada Andika, “Bang Andika kalo mau masukin jangan di sini, di kos-kosan

aku aja."

6. Andika menyebut Yadi dengan “pantat

bekantan".

7. Gading berkata kepada pria berbaju putih,“Yah ngga usah dikasih gini dah ngondek”.

Pada tayangan 22 Juli 2013, adegan yang

dimaksud adalah:

(25)

78

2. Sapri disebut “koreng", “kunyuk",

“bahlul, majnun”.

3. Yadi disebut “belegug banget”, “jurig banget", “ayam kalkun”. 4. Beberapa pemain menyebut seseorang

yang kepalanya tidak berambut dengan “melon”, “orang gila kemasukan setan”, “lampu taman”, “gundu”, “biji karet".

Pada tayangan 24 Juli 2013, adegan yang

dimaksud adalah:

1. Sapri dan Gisele ditakut-takuti dengan

ular sungguhan.

2. Vincent dengan gaya keperempuan-perempuanan berkata kepada Sapri, “Kamu ternyata main gila sama wanita lain ya? Kamu

ngga inget kemarin ngajakin aku ke WC ngapain?” Vincent juga berkata, “Aku PMP, Pria Mirip Perempuan”. Dalam adegan lain Vincent disebut “banci” oleh Andika. 3. Sapri disebut dengan “anak tikus”.

4. Berulangkali Opie Kumis disebut “botak”

oleh pemain lain.

5. Andika berkata kepada seorang peserta, ”Lu masuk ngondek banget! Lu nggak malu ama ratu ngondek?” Andika menunjuk Vincent dan kemudian memanggil Vincent sambil berkata, “Sini, siapa yang lebih ngondek.”

(26)

79

“badan sih udah kayak Melly Goeslow... muka kayak Melly gusi berdarah“. 7. Jessica berulangkali disebut “koplak” oleh

pemain lain.

8. Seorang penonton perempuan bertubuh agak besar disebut “ondel-ondel PRJ”. 9. Seorang anak perempuan berusia 10 tahun

ditampilkan dalam program siaran langsung

dan diwawancara tentang orang tuanya yang

sudah meninggal.

Pada tayangan 25 Juli 2013, adegan yang

dimaksud adalah:

1. Jessica berkata ke arah kepala boneka

angsa (asesoris baju yang diletakkan di dadanya): “Di sini aja, empuk". Opie Kumis menimpali, “Ya, di situ aja!” 2. Kepala Opie Kumis disebut sebagai

“kelapa", “ubur-ubur”.

3. Bedu berbincang dengan Jessica, "Kamu

biasa dipegang apa dipegangin mike-nya?" Jessica menjawab, “Saya sih kalau mike, tergantung bang”... Bedu bertanya lagi, "Kalau sama cowok yang sore-sore, mike-nya

dipegang sendiri atau dipegangin?" Jessica

menjawab, "Ngga bisa dipegang bang!

Lemes."

4. Kepada Andika yang bergaya

(27)

80

belajar banci lagi nih sama Bela. Bela artinya „bencong lanjut usia‟” sambil menunjuk Opie Kumis.

5. Andika mengejek Opie Kumis yang

bergaya keperempuan-perempuanan, “Ini banci lebih mirip ama kutang kendor ya!” 6. Andika berkata kepada Opie Kumis, “Saya penasaran deh, dulu kenapa sih bang Opie jadi banci?” Opie menjawab “…Waktu itu kan rumah eike bocor, gentengnya.. eike

disuruh naik ama emak eike, terus kawan eike

dari bawah iseng, disodok eike ama galah, eike jadi begini ... ee, cucok.. gitu!” 7. Bedu (memakai baju wanita) disebut

“bencong serem”.

8. Gading berkata kepada Jessica, “Itu enak banget jadi bebeknye, nyendeeeer aje” (ditujukan kepada kepala angsa yang

bersandar di dada Jessica). Jessica berkata, “Ih,ih ih bebeknya gigiiit…” Gading yang berperan sebagai putri duyung menyahut, “Putri duyung juga mau gigit ah!”

9. Bedu mencium pipi penonton pria dengan

sebelumnya menjulur-julurkan lidahnya.

10. Andika mengambil kertas yang menjadi

penyumpal di BH seorang pria yang

berpenampilan seperti perempuan.

(28)

81

5. Sanksi Pengurangan durasi siaran Pesbukers

Diterbitkan pada Kamis, 23 Januari 2014 18:29

Ditulis oleh RG

Dilihat: 2237

Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat memberikan sanksi pengurangan durasi 30 menit untuk Program Siaran “Pesbukers” ANTV selama tiga hari berturut-turut. Hal itu disampaikan KPI Pusat melalui Ketua bidang Isi

Siaran KPI Pusat S. Rahmat Arifin dan Komisioner KPI Pusat Agatha Lily. Surat

sanksi itu diberikan kepada perwakilan ANTV yang hadir dalam pertemuan di

kantor KPI Pusat pada Kamis, 23 Januari 2014.

menjadikan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (“P3 dan SPS”) Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012

sebagai acuan utama dalam penayangan

sebuah program dan diharapkan terdapat

perbaikan pada program siaran yang sesuai

dengan ketentuan P3 dan SPS sehingga

program siaran bermanfaat bagi kepentingan

masyarakat.

Kami akan melakukan pemantauan terhadap

program ini. Bila masih ditemukan

pelanggaran kembali, kami akan

meningkatkan sanksi administratif berupa

penghentian sementara atau pembatasan

durasi.

Demikian agar surat sanksi administratif

teguran tertulis kedua ini diperhatikan. Terima

(29)

82

Sanksi pengurangan durasi yang diberikan KPI Pusat atas pelanggaran program “Pesbukers” pada 19 Desember 2013. Adapun jenis pelanggarannya, yakni adanya adegan pelukan dengan durasi kurang lebih 3 menit. Jenis

pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran ketentuan perlindungan anak,

norma kesopanan, dan kesusilaan serta penggolongan program yang diatur dalam

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Menanggapi sanksi itu, perwakilan ANTV Zoraya Perucha yang hadir

dalam pembacaan putusan itu mengatakan terpukul atas putusan itu. Namun

menurutnya, pihak ANTV akan tetap menghargai sanksi yang diputuskan KPI

Pusat. “Kami meminta KPI Pusat untuk lebih obyektif dalam memberikan sanksi, karena program “Pesbukers” pernah mendapatkan sanksi penghentian sementara yang mengakibatkan kerugian materiil cukup banyak,” kata Zoraya.

Sedangkan Direktur Program ANTV Herty Purba meminta adanya masa berlakunya sanksi yang dijalankan lembaga penyiaran. “Kami mengusulkan kepada KPI agar ada batasan waktu atau masa berlaku sanksi dalam upaya untuk

memberikan ruang bagi insan penyiaran dalam berkreasi dan kami tidak khawatir

sanksi diakumulasi,” tambah Herty.

Selain itu, Herty menyampaikan pihaknya tidak pernah berhenti untuk terus melakukan perbaikan terhadap acara “Pesbukers” sesuai dengan masukan KPI Pusat. Wujud nyata adanya perbaikan itu adalah sudah tidak ada lagi host pria

yang berpakaian wanita. Selain akan terus melakukan perbaikan, ANTV segera

menyampaikan permintaan maaf atas pelanggaran yang terjadi dalam program “Pesbukers”. Red

6. Pengurangan durasi Program Siaran Pesbukers

Diterbitkan pada Kamis, 23 Januari 2014 16:03

Ditulis oleh ST

(30)

83

Tgl Surat 23 Januari 2014

No. Surat 91/K/KPI/01/14

Status Pengurangan Durasi

Stasiun TV ANTV

Program Siaran “Pesbuker”

Deskripsi

Pelanggaran

Pada tanggal 19 Desember 2013 mulai pukul

18.23 WIB menayangkan adegan kedua

presenter yang berpelukan di lantai studio

dengan jangka waktu yang panjang (± 3

menit). Program ini telah diberikan sanksi

administrasi teguran tertulis sebanyak 2 (dua)

kali, melalui Surat Keputusan KPI Pusat

Tentang Teguran Tertulis Pertama No.

582/K/KPI/08/11 tanggal 18 Agustus 2011

dan Surat Keputusan KPI Pusat Tentang

Teguran Tertulis Kedua No. 62/K/KPI/02/12

tanggal 8 Februari 2012.

Selain itu program juga telah diberikan sanksi

administratif penghentian sementara melalui

Surat KPI Pusat Penghentian Sementara No.

424/K/KPI/07/12 tanggal 3 Juli 2012. KPI

Pusat juga telah melaksanakan tahap

klarifikasi pada tanggal 7 Januari 2014 di

Kantor KPI Pusat.

Berdasarkan pelanggaran yang telah dilakukan

program ini, sesuai dengan ketentuan Pasal 79

(31)

84

rapat Pleno Komisioner KPI Pusat tentang

pemutusan sanksi administratif program pada

tanggal 8 Januari 2014 dan tanggal 17 Januari

2014 di kantor KPI Pusat memutuskan :

1. Menjatuhkan Sanksi Administratif

Pengurangan Durasi Program Siaran Pesbuker

selama 30 (tiga puluh) menit per hari selama 3

(tiga) hari berturut-turut dengan pelanksanaan

sanksi administratif mulai tanggal 27 Januari

2014 hingga tanggal 29 Januari 2014.

2. Melakukan permintaan maaf melalui

program kepada publik atas pelanggaran

pedoman perilaku penyiaran dan standar

program siaran.

KPI Pusat meminta agar menjadikan P3 dan

SPS KPI tahun 2012 sebagai acuan utama

dalam penayangan sebuah program siaran.

KPI Pusat memutuskan bahwa program

tersebut telah melanggar P3 Pasal 9, Pasal 14

ayat (2), dan Pasal 21 ayat (1) serta SPS Pasal

9, Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 37 ayat (4) huruf

a. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai

pelanggaran ketentuan perlindungan anak,

norma kesopanan dan kesusilaan serta

penggolongan program yang diatur dalam P3

dan SPS.

7. Pesbukers Laksanakan Sanksi Pengurangan Durasi

(32)

85 Ditulis oleh RG

Dilihat: 466

Jakarta – Stasiun TV ANTV melaksanakan keputusan sanksi administratif yang diberikan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat atas pengurangan durasi waktu tayang program “Pesbukers” selama 30 menit. ANTV telah menjalani pelaksanaan sanksi pada 29, 30, dan 31 Januari

2014.Hal itu diungkapkan bagian pemantauan langsung KPI Pusat.

Sebelumnya, KPI Pusat memutuskan memberikan sanksi berupa pengurangan durasi 30 menit untuk Program Siaran “Pesbukers” di ANTV selama tiga hari berturut-turut, Kamis bulan lalu, 23 Januari 2014. Sanksi

pengurangan durasi yang diberikan KPI Pusat atas pelanggaran program “Pesbukers” pada tanggal 19 Desember 2013. Pelanggarannya yaitu adanya adegan pelukan dalam durasi kurang lebih 3 menit. Jenis

pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran ketentuan perlindungan

anak, norma kesopanan, dan kesusilaan serta penggolongan program yang

diatur dalam P3 dan SPS KPI. Red

8. Teguran Tertulis Program Siaran Pesbukers

Diterbitkan pada Rabu, 19 Februari 2014 15:26

Ditulis oleh ST

Dilihat: 782

Tgl Surat 19 Februari 2014

(33)

86 Status Teguran Tertulis

Stasiun TV ANTV

Program Siaran “Pesbukers" Deskripsi

Pelanggaran

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat

berdasarkan tugas dan kewajiban yang diatur

dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan

masyarakat, pemantauan dan hasil analisis telah

menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku

Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan

SPS) Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 pada Program Siaran “Pesbukers” yang ditayangkan oleh stasiun ANTV pada tanggal 5

Februari 2014 pada pukul 19.09 WIB.

Program tersebut menayangkan adegan yang

sangat berbahaya, yaitu menampilkan adegan

Pampam tengah makan telur balado, kemudian

Raffi yang berada persis di belakang Pampam

dengan sengaja menuangkan piring yang berisi

telur balado tersebut ke muka Pampan dan tepat

mengenai mata Pampam. Jenis pelanggaran ini

dikategorikan sebagai pelanggaran atas norma

kesopanan dan perlindungan kepada anak.

KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan

penayangan tersebut telah melanggar Pedoman

Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia

Tahun 2012 Pasal 9 dan Pasal 14. Standar

Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia

(34)

87

dan Pasal 37 ayat (4) huruf a. Berdasarkan

pelanggaran diatas. KPI Pusat memberikan

sanksi administratif Teguran Tertulis.

KPI Pusat meminta kepada Saudara agar

senantiasa menjadikan P3 dan SPS KPI Tahun

2012 sebagai acuan utama dalam penayangan

sebuah program siaran.

Demikian agar surat sanksi administratif teguran

tertulis ini diperhatikan dan dipatuhi. Terima

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti mendeskripsikan bagaimana pencitraan perpustakaan yang dilakukan oleh UPT Perpustakaan Universitas Islam Sultan Agung dan

There was significant and inversely proportionate impact of Automation Technology competence to Technostress on employees who work in industries wit high-tech

Jadi, dapat dikatakan bahwa pemustaka bukan hanya orang yang datang ke perpustakaan untuk menggunakan jasa dan layanan perpustakaan saja, melainkan juga mereka yang

 Kemungkinan 2 : Dibawa ke sembarang tempat, dan mungkin Anda akan tersesat. Apa yang

accounting priciples in different countries,.. accounting priciples in

Accounting aspec of international business export-import financial information.

Transaksi-transaksi yang bersangkutan dengan pengeluaran kas diatas, dicatat dalam buku jurnal pengeluaran kas dengan anggapan PD Mitra Abadi mencatat transaksi pembelian

Tujuan mata kuliah ini untuk membekali mahasiswa agar dapat menjelaskan dimensi inter- nasional dalam akuntansi, mendeskripsikan bisnis internasional dan strategi