ABSTRAK
Border Gateway Protocol merupakan exterior gateway protocol, dimana
protokol routing ini bekerja antar autonomous system (AS). Fungsi utama dari
Border Gateway Protocol (BGP) adalah tukar menukar informasi konektivitas jaringan, yang selanjutnya digunakan untuk membuat daftar tabel routing
sehingga terjadi suatu koneksi.
Permasalahan yang diteliti adalah kemampuan routing Border gateway
protocol (BGP) eksternal untuk beradaptasi dan mencapai keadaan konvergensi ketika terjadi perubahan pada jaringan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
network emulator GNS3, dengan skenario pengukuran, waktu konvergensi awal
(initial convergence), saat terjadi kegagalan link (failover convergence), dan saat
link yang sebelumnya gagal berfungsi kembali (recovery convergence).
Waktu konvergensi dipengaruhi oleh network diameter, routing entry, dan
besaran nilai hold time yang digunakan oleh Border Gateway Protocol (BGP)
ketika salah satu router dimatikan (failover). Hold time dapat mencegah terjadinya
routing oscillations ketika terjadi kegagalan link.
Kata kunci : routing protokol, Border gateway protocol (BGP), GNS3,
ABSTRACT
Border Gateway Protocol is an exterior gateway protocol, where this routing
protocol works inter-autonomous systems (AS). The main function of the Border
Gateway Protocol (BGP) is exchange the network connectivity information that is
used for making routing table list, so any connection will be occurred.
The problem of this study is the capabilities of the external routing of
Border Gateway Protocol to adapt and reach convergence state while there is any
changing on the network. This study used network emulator GNS3, with
measurement scenarios, initial convergence, failover converge, and when the
previous link in the state of recovery convergence.
The convergence time is affected by the network diameter, the routing entry
and holding time needed by BGP. Holding time can prevent routing oscillation
when the link failure occurred.
Keywords : protocol routing, Border gateway protocol (BGP), GNS3,
i
PENGUKURAN DAN ANALISA WAKTU KONVERGENSI PROTOKOL ROUTING EKSTERNAL BORDER GATEWAY PROTOCOL (BGP)
MENGGUNAKAN GNS3
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
MEASUREMENT AND ANALYSIS OF CONVERGENCE TIME EXTERNAL ROUTING BORDER GATEWAY PROTOCOL (BGP)
USING GNS3
THESIS
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
to Obtain Sarjana Komputer Degree
in Informatic Engineering Department
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
ALLAH tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Al-Baqarah (2 : 286)
Even miracle need a little time. Ilana Tan
Start everyday with a new hope, leave bad memories behind, and have faith for a better tomorrow.
Saya persembahkan skripsi ini kepada :
Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
Kedua orang tua dan kakak-kakak saya, yang kasih sayang dan doanya yang tidak terbatas.
Semua teman-teman, yang tidak pernah bosan memberikan dukungan dan semangat untuk saya.
Almamater Universitas Sanata Dharma, yang banyak memberikan pelajaran dan pengalaman selama kuliah.
Setiap orang yang hadir memberikan warna dan meninggalkan kenangan manis di setiap hari-hari saya.
Setiap detik waktu di kehidupan saya, yang terkadang saya sia-siakan.
viii
ABSTRAK
Border Gateway Protocol merupakan exterior gateway protocol, dimana
protokol routing ini bekerja antar autonomous system (AS). Fungsi utama dari Border
Gateway Protocol (BGP) adalah tukar menukar informasi konektivitas jaringan, yang selanjutnya digunakan untuk membuat daftar tabel routing sehingga terjadi suatu
koneksi.
Permasalahan yang diteliti adalah kemampuan routing Border gateway protocol
(BGP) eksternal untuk beradaptasi dan mencapai keadaan konvergensi ketika terjadi
perubahan pada jaringan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan network
emulator GNS3, dengan skenario pengukuran, waktu konvergensi awal (initial
convergence), saat terjadi kegagalan link (failover convergence), dan saat link yang
sebelumnya gagal berfungsi kembali (recovery convergence).
Waktu konvergensi dipengaruhi oleh network diameter, routing entry, dan
besaran nilai hold time yang digunakan oleh Border Gateway Protocol (BGP) ketika
salah satu router dimatikan (failover). Hold time dapat mencegah terjadinya routing oscillations ketika terjadi kegagalan link.
Kata kunci : routing protokol, Border gateway protocol (BGP), GNS3, waktu
ix
ABSTRACT
Border Gateway Protocol is an exterior gateway protocol, where this routing
protocol works inter-autonomous systems (AS). The main function of the Border
Gateway Protocol (BGP) is exchange the network connectivity information that is
used for making routing table list, so any connection will be occurred.
The problem of this study is the capabilities of the external routing of Border
Gateway Protocol to adapt and reach convergence state while there is any changing
on the network. This study used network emulator GNS3, with measurement
scenarios, initial convergence, failover converge, and when the previous link in the
state of recovery convergence.
The convergence time is affected by the network diameter, the routing entry
and holding time needed by BGP. Holding time can prevent routing oscillation when
the link failure occurred.
Keywords : protocol routing, Border gateway protocol (BGP), GNS3,
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT., karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengukuran
dan Analisa Waktu Konvergensi Protokol Routing Eksternal Border Gateway Protocol (BGP) Menggunakan GNS3”. Tugas akhir ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer program studi Teknik Informatika,
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
memberikan motivasi, semangat dan bantuan dalam bentuk apapun sehingga tugas
akhir ini dapat terselesaikan dengan baik :
1. Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan, rezeki dan kesabaran selama
penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi.
3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
xi
4. Bapak Iwan Binanto, S.Si., M.Cs. selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus dosen pembimbing tugas akhir penulis yang selalu memberikan
semangat, kritik dan saran selama penulis mengerjakan tugas akhir ini.
5. Bapak Bambang Soelistijanto, Ph.D. dan Bapak Henricus Agung Hernawan,
S.T., M.Kom. selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran terhadap
tugas akhir ini.
6. Seluruh dosen pengajar yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
7. Staff sekretariat dan laboratorium komputer yang membantu dalam
menyelesaikan tugas akhir.
8. Kedua orang tua penulis, Bapak Haendratno dan Ibu Sri Supriati, kakak-kakak
penulis, Churie Nurhaeni Yulia Ningrum, Amd. TEM.; Irine Octavianti
Kusuma Wardhanie, S. S. Dan Pretty Valentine Fajriandini, S. IP. untuk doa,
dukungan dan semangat yang tidak terbatas.
9. Teman-teman Teknik Informatika angkatan 2009, khususnya teman-teman
jaringan komputer, terimakasih untuk kenangan, semangat selama di bangku
xii
10. Keluarga Fakultas Sains dan Teknologi khususnya program studi Teknik
Informatika Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas dinamikanya.
11. Teman-teman Laboratorium Tugas Akhir Jaringan Komputer, terimakasih
untuk semangat dan dukungan saling menguatkan untuk menyelesaikan tugas
akhir.
12. Staff Perpustakaan dan teman-teman Mitra Perpustakaan, terimakasih untuk
dinamika dan hari-hari menyenangkannya.
13. Mastok Debian Vitraly, terimakasih untuk kehadiran, kesabaran, doa, semangat
dan dukungannya yang tidak terbatas.
14. Semua orang-orang baik yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang berada
disisi kiri kanan penulis, yang tanpa henti memberikan masukan, dukungan dan
semangat.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu diperlukan saran dan kritik yang penulis harapkan dalam
memperbaiki tugas akhir ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini bisa
memberikan manfaat bagi semua pihak di masa yang akan datang. Terima Kasih.
Yogyakarta, Maret 2015
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL (INGGRIS) ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
xiv
1.6. Metodologi Penelitian ... 4
1.7. Sistematika Penulisan ... 6
Bab II ... 8
LANDASAN TEORI ... 8
2.1. Jaringan Komputer ... 8
2.2. TCP / IP... 8
2.2.1 Lapisan link (link layer) ... 9
2.2.2 Lapisan network (network layer) ... 10
2.2.3 Lapisan transport (transport layer) ... 10
2.2.3.1 Transmission Control Protocol (TCP) ... 10
2.2.3.2 User Datagram Protocol (UDP) ... 11
2.2.4 Lapisan aplikasi (application layer) ... 11
2.3. Internet Protocol (IP) ... 12
2.3.1 Connectionless ... 12
2.3.2 Unreliable ... 12
2.4. Internet Protocol Version 4 (IPv4) ... 13
2.4.1. IPv4 Addressing ... 13
2.4.2. Struktur Header IPv4 ... 16
2.5. Autonomous System ... 19
2.6. Routing Protocol ... 20
2.6.1. Interior Gateway Protocol ... 21
2.6.2. Exterior Gateway Protocol ... 21
xv
2.7. Konvergensi Tabel Routing ... 29
2.8. Cisco ... 30
METODOLOGI PENELITIAN ... 36
3.1. Spesifikasi Obyek Pengukuran ... 36
3.2. Spesifikasi Hardware Komputer PC untuk Emulator router ... 36
3.3. Spesifikasi Software Komputer PC untuk Emulasi Router Cisco ... 37
3.4. Diagram Flowchart Perancangan Sistem ... 37
3.5. Rancangan Topologi Jaringan ... 38
Topologi 1 ... 38
Topologi 2 ... 39
Topologi 3 ... 40
3.6. Konfigurasi IP Address ... 41
3.7. Skenario Pengujian ... 44
3.8. Tahap Instalasi ... 47
3.9. Pengujian... 47
3.9.1. Capture menggunakan wireshark ... 47
xvi
3.9.3. Ping ... 60
3.9.4. Show ip route ... 67
BAB IV ... 80
IMPLEMENTASI DAN ANALISA ... 80
4.1. Persiapan Pengukuran ... 80
4.2. Konfigurasi Alamat IP ... 80
4.3. Konfigurasi Routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal ... 81
4.4. Metode Pengambilan Data ... 82
4.4.1. Initial Convergence ... 82
4.4.2. Failover Convergence ... 86
4.4.3. Recovery Convergence ... 97
4.5. Pengukuran dan Analisis Kecepatan Konvergensi ... 102
4.5.1. Initial Convergence ... 102
4.5.2. Failover Convergence ... 106
4.5.3. Recovery Convergence ... 111
BAB V ... 116
KESIMPULAN DAN SARAN ... 116
5.1. Kesimpulan ... 116
5.2. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 117
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Empat lapisan pada protokol TCP/IP ... 9
Gambar 2.2 Format Header IPv4 ... 16
Gambar 2.3 Model BGP-4 ... 22
Gambar 2.4 Tampilan wireshark ... 33
Gambar 2.5 Struktur paket sniffer... 34
Gambar 2.6 Struktur wireshark ... 34
Gambar 3.1 Diagram Flowchart Perancangan Sistem ... 37
Gambar 3.2 Desain Topologi 1 ... 38
Gambar 3.3 Desain Topologi 2 ... 39
Gambar 3.4 Desain Topologi 3 ... 40
Gambar 3.5 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 1 ... 48
Gambar 3.6 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 2 ... 49
Gambar 3.7 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 3 ... 50
Gambar 3. 8 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.3.0 pada Topologi 1 ... 51
Gambar 3. 9 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 1 ... 52
Gambar 3. 10 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 1 ... 53
Gambar 3. 11 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.4.0 pada Topologi 2 ... 54
Gambar 3. 12 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 2 ... 54
Gambar 3. 13 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 2 ... 55
xviii
Gambar 3. 15 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.5.0 pada Topologi 3 ... 57
Gambar 3. 16 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.4.0 pada Topologi 3 ... 58
Gambar 3. 17 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.3.0 pada Topologi 3 ... 58
Gambar 3. 18 Hasil Traceroute dari R4 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 3 ... 59
Gambar 3. 19 Hasil Traceroute dari R5 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 3 ... 60
xix
Gambar 4. 1 Konfigurasi alamat IP pada Cisco IOS ... 81
Gambar 4. 2 Konfigurasi routing protokol ... 81
Gambar 4. 3 Intial Convergence pada jalur R1 - R2 di topologi 1 ... 83
Gambar 4. 4 Hasil show ip route pada R1 di topologi 1 ... 85
Gambar 4. 5 Perubahan tabel routing R1 pada Topologi 1 saat failover convergence ... 86
Gambar 4. 6 Failover Convergence pada jalur R1 - R2 pada topologi 1 ... 87
Gambar 4. 7 Routing tabel pada R2 sebelum notification pada topologi 1 ... 88
Gambar 4. 8 Routing tabel pada R3 sebelum notification pada topologi 1 ... 89
Gambar 4. 9 Routing tabel dari R2 setelah notification pada Topologi 1 ... 91
Gambar 4. 10 Hasil capture wireshark di jalur R1 - R3 pada Topologi 1 ... 92
Gambar 4. 11 Routing tabel dari R3 setelah notification pada Topologi 1 ... 94
Gambar 4. 12 Hasil capture wireshark di jalur R2 - R3 pada Topologi 1 ... 95
Gambar 4. 13 Recovery convergence pada jalur R1 - R2 di topologi 1 ... 97
Gambar 4. 14 Tabel routing R1 pada Topologi 1 setelah recovery convergence ... 99
Gambar 4. 15 Recovery convergence pada jalur R2 - R3 di topologi 1 ... 100
Gambar 4. 16 Tabel routing R3 pada Topologi 1 setelah recovery convergence ... 101
xx
Gambar 4. 18 Grafik initial convergence pada Topologi 2 ... 104
Gambar 4. 19 Grafik initial convergence pada Topologi 3 ... 106
Gambar 4. 20 Grafik failover convergence pada Topologi 1 ... 107
Gambar 4. 21 Grafik failover convergence pada Topologi 2 ... 109
Gambar 4. 22 Grafik failover convergence pada Topologi 3 ... 110
Gambar 4. 23 Grafik recovery convergence pada Topologi 1 ... 112
Gambar 4. 24 Grafik recovery convergence pada Topologi 2 ... 113
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian Kelas dalam IPv4 ... 15
Tabel 3.1. Konfigurasi IP Address Topologi 1 ... 41
Tabel 3.2. Konfigurasi IP Address Topologi 2 ... 42
Tabel 3.3. Konfigurasi IP Address Topologi 3 ... 43
Tabel 4. 1 Bentuk tabel perubahan status initial convergence ... 84
Tabel 4. 2 Tabel pengukuran failover convergence pada jalur R1 - R2 di Topologi 1 ... 90
Tabel 4. 3 Bentuk tabel perubahan status failover convergence pada jalur R1 - R3 ... 93
Tabel 4. 4 Bentuk tabel perubahan status failover convergence pada jalur R2 - R3 ... 96
Tabel 4. 5 Bentuk tabel perubahan status recovery convergence pada jalur R1 -R2 ... 98
1
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi saat ini mempengaruhi kebutuhan masyarakat pada
penggunaan internet. Penggunaan internet dimanfaatkan di berbagai bidang,
seperti bidang pekerjaan, pelayanan umum, pendidikan dan sebagainya. Internet
membantu masyarakat untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih
mudah dan cepat. Meningkatnya kebutuhan akan internet untuk menyelesaikan
pekerjaan, meningkatkan kebutuhan untuk menangani mekanisme teknis seperti
menentukan jalur yang akan dipilih untuk mengirim paket-paket dari sumber ke
tujuan. Agar router dapat meneruskan paket-paket dari sumber ke tujuaan, maka
digunakan routing protokol.
Ada dua jenis routing protokol yang digunakan yaitu interior gateway
protocol (IGP) dan exterior gateway protocol (EGP). Contoh interior gateway protocol (IGP) adalah RIP, dan OSPF. Sedangkan untuk exterior gateway protocol (EGP) contohnya border gateway protocol (BGP) (Naugle, 1998).
Permasalahan yang akan diteliti adalah kemampuan routing Border
konvergensi ketika jaringan mengalami down atau terjadi kegagalan dalam proses perpindahan routing, dengan menggunakan paramater waktu
konvergensi. Nilai konvergensi sendiri dapat diketahui ketika terjadi perubahan
pada jaringan. Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain
oleh Achmad Kodar dengan judul Analisa dan Uji Kinerja PC Router yang
Menjalankan Protokol Routing Border Gateway Protocol (BGP) Menggunakan
Zebra/Quagga dimana pengujiannya adalah me-monitoring CPU Idle. Selain
itu, penelitan yang dilakukan oleh Dewi Yolanda dengan judul penelitian
Simulasi Kinerja Routing Protokol OSPF dan EIGRP Menggunakan Simulator
Jaringan OPNET Modeler v.14.5 yang melakukan penelitian dengan
menggunakan parameter waktu konvergensi.
Merujuk pada jurnal tersebut, penulis ingin melakukan penelitian pada
routing protokol Border gateway protocol (BGP) sebagai exterior gateway
protocol dengan menggunakan network simulator GNS3 yang dipasang pada komputer PC dimana parameter yang digunakan adalah waktu konvergensi.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang ingin diselesaikan berdasarkan latar belakang yang sudah
disampaikan adalah, yaitu bagaimana melakukan pengukuran dan analisa
menggunakan waktu konvergensi sebagai parameter ketika terjadi perubahan
pada jaringan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu konvergensi dari
protokol routing Border Gateway Protocol (BGP).
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah agar para administrator jaringan yang
akan membangun sebuah jaringan dengan routing eksternal dapat
memanfaatkan hasil penelitian dalam memilih protokol routing agar jaringan
yang dibangun dapat bekerja dengan baik.
1.5. Batasan Masalah
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini dibatasi pada :
1. Alamat IP untuk perangkat menggunakan IPv4.
2. Pengujian dilakukan pada protokol routing Border Gateway Protocol
(BGP) eksternal.
3. Kinerja layanan jaringan yang dianalisis menggunakan parameter waktu
4. Topologi yang digunakan adalah topologi cincin (ring).
1.6. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah:
1. Studi literatur
Mengumpulkan berbagai macam referensi dan mempelajari teori
yang mendukung penulisan tugas akhir, seperti :
a. Teori jaringan komputer.
b. Teori TCP/IP.
c. Teori IP versi 4.
d. Teori routing protocol BGP.
e. Teori sniffing dengan wireshark
2. Diagram flowchart perancangan sistem
Pada tahap ini ditulis penggambaran logika perancangan sistem
melalui diagram flowchart, dibuat berdasarkan studi literatur yang ada.
Diagram flowchart design perancangan sistem meliputi logika dari tahap
awal merancang topologi jaringan hingga tahap pengujian unjuk kerja
routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal.
3. Perancangan sistem
Pada tahap ini dilaksanakan perancangan sistem yang akan dibuat
Perancangan sistem meliputi skenari perancangan topologi jaringan,
implementasi topologi jaringan pada GNS3 yang telah ditanam di
komputer PC, setting alamat IP.
4. Pemilihan hardware dan software
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan hardware dan software yang
dibutuhkan untuk membangun jaringan komputer sesuai skenari topologi
jaringan yang dibuat dan sekaligus untuk pengujian.
5. Tahap konfigurasi
Pada tahap ini, dilakukan konfigurasi pada setiap router yang
terlibat dalam jaringan, meliputi konfigurasi alamat IP dan konfigurasi
routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal.
6. Pengujian
Dalam tahap ini, dilakukan tiga tahap pengujian, yaitu pengujian
initial convergence, failover convergence, dan recovery convergence untuk setiap router. Pengujian juga dilakukan untuk memastikan
komunikasi terbentuk dalam jaringan dengan melakukan ping, traceroute,
show ip route, debug ip bgp. Software pengujian menggunakan wireshark
untuk melakukan capture pertukaran message pada pembentukan sesi
7. Analisis data
Pada tahap analisa, dihasilkan output pengambilan data yang
didapatkan dari tahap-tahap pengujian berupa initial convergence,
failover convergence, dan recovery convergence
8. Hasil dan kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian
yang didapat.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah yang
dihadapi, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang digunakan
dalam melakukan analisis dan pengukuran kinerja protokol routing
Border Gateway Protocol (BGP) yang menggunakan IPv4.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang flowchart, perancangan sistem,
BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA
Pada bab ini berisi evaluasi dari pelaksanaan uji coba skenario yang
dibuat. Hasil pengambilan data dikumpulkan dan dianalisa.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat setelah
melakukan analisa terhadap hasil pembahasan dan saran dari
8
Bab II
LANDASAN TEORI
2.1. Jaringan Komputer
Sebuah jaringan adalah kumpulan perangkat (sering disebut sebagai
node) yang terhubung oleh jaringan komunikasi. Sebuah node dapat berupa
komputer, printer, atau perangkat lain yang mampu mengirim dan atau
menerima data yang dihasilkan oleh node lain di dalam jaringan (Forouzan,
2007).
Jaringan komputer modern adalah entitas dari banyak komponen kecil,
sehingga diperlukan privasi dan keamanan dalam berkomunikasi. Dengan
adanya keamanan jaringan komputer, maka pengguna akan merasa aman dan
nyaman saat melakukan proses komunikasi pada jaringan komputer baik
melalui intranet maupun internet.
2.2. TCP / IP
Sejarah TCP/IP dimulai dari lahirnya ARPANET yaitu jaringan paket
Projects Agency) pada tahun 1969. Kemudian ARPANET semakin berkembang
sehingga protokol yang digunakan pada waktu itu tidak mampu lagi
menampung jumlah node yang semakin banyak. Oleh karena itu DARPA
mendanai pembuatan protokol komunikasi yang lebih umum, yakni TCP/IP dan
menjadi standard ARPANET pada tahun 1983.
Protokol jaringan dikembangkan dalam bentuk lapisan, dengan setiap
lapisan bertanggung jawab untuk setiap aspek yang berbeda dari proses
komunikasi. Protokol TCP/IP merupakan kombinasi dari protokol yang berbeda
di setiap lapisannya. TCP/IP terdiri dari empat lapisan, seperti pada Gambar 2.1
(Stevens, 1994)
Gambar 2.1 Empat lapisan pada protokol TCP/IP 2.2.1 Lapisan link (link layer)
Lapisan fisik merupakan lapisan terbawah yang mendefinisikan
besaran fisik seperti media komunikasi, tegangan, dan arus. Lapisan ini
jaringan. TCP/IP bersifat fleksibel sehingga dapat mengkoneksikan
berbagai jaringan dengan media fisik yang berbeda-beda.
2.2.2 Lapisan network (network layer)
Lapisan ini berhubungan dengan internet protokol (IP) yang
digunakan untuk menyediakan fungsi pe-rute-an (routing) melalui banyak
jaringan. Protokol ini tidak hanya diimplementasikan pada sistem akhir
tetapi juga dalam router. Lapisan ini juga menangani routing paket, IP
(internet protocol), ICMP (Internet Control Message Protocol), dan IGMP
(Internet Group Management Protocol).
2.2.3 Lapisan transport (transport layer)
Lapisan transport menangani aliran data antara dua host untuk
lapisan aplikasi yang terdapat diatasnya. Dalam lapisan ini terdapat dua
protokol transport yaitu :
2.2.3.1 Transmission Control Protocol (TCP)
TCP digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang
membutuhkan kehandalan data sehingga memiliki deteksi
galat atau error dan flow control. TCP bersifat connection
oriented, yaitu dimana koneksi end-to-end harus dibangun di
kedua ujung terminal sebelum kedua ujung terminal tersebut
2.2.3.2 User Datagram Protocol (UDP)
UDP digunakan untuk aplikasi yang memiliki paket
data tidak terlalu panjang dan tidak menuntut kehandalan data
yang tinggi. UDP bersifat connectionless sehingga tidak ada
mekanisme pemeriksaan data dan flow control. Beberapa
aplikasi lebih memilih UDP karena efisien dan lebih
sederhana.
2.2.4 Lapisan aplikasi (application layer)
Merupakan lapisan terakhir yang berfungsi mendefinisikan
aplikasi-aplikasi yang dijalankan pada jaringan. Selain itu representasi data dan
manajemen hubungan ditangani aplikasi ini. Pada umumnya aplikasi yang
ditangani pada lapisan ini, adalah
a. Telnet untuk remote login.
b. File Transfer Protocol (FTP).
c. Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), untuk electronic mail.
2.3. Internet Protocol (IP)
Internet protocol berfungsi menyampaikan paket data ke alamat yang
tepat. Oleh karena itu internet protocol memegang peranan penting dari
jaringan TCP/IP (Forouzan, 2007). Karena semua aplikasi jaringan TCP/IP
bertumpu di internet protocol agar dapat berjalan dengan baik. Intenet protocol
merupakan protokol pada network layer yang bersifat :
2.3.1 Connectionless
Setiap paket data yang dikirim pada suatu saat akan melalui rute
secara bebas. Paket internet protocol datagram akan melalui rute yang
ditentukan oleh setiap router yang dilalui oleh paket tersebut. Hal ini memungkinkan keseluruhan datagram tiba di tempat tujuan dalam urutan
yang berbeda karena menempuh rute yang berbeda pula.
2.3.2 Unreliable
Internet protocol tidak menjamin datagram yang dikirim pasti
sampai ke tempat tujuan. Internet protocol hanya akan melakukan best
2.4. Internet Protocol Version 4 (IPv4)
IPv4 adalah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam
protokol jaringan TCP/IP dengan kapasitas pengalamatan 32-bit atau sejumlah
232 buah IP address. Alamat IPv4 dituliskan dalam notasi desimal bertitik
(dotted-decimal notation), yang dibagi kedalam empat buah oktet dengan panjang 8-bih sehingga nilainya berkisar antara 0 sampai 255.
2.4.1.IPv4 Addressing
Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan
menggunakan subnetmask jaringan, yaitu :
1. Network Identifier/NetID atau network address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan
diaman host berada. Alamat network identifier tidak boleh bernilai
0 atau 255.
2. Host Identifier/HostID atau host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat
berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis
teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak
boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network
Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah
internetwork IP. Alamat unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.
2. Alamat Broadcast, meruapakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama.
Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.
3. Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang
sama atau berbeda. Alamat multicast diguanakan dalam komunikasi
one-to-many.
Pada RFC 791, alamat IPV4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat
dari oktet pertamanya, seperti pada tabel 2.1. Sebenarnya yang menjadi
pembeda kelas pada IPv4 adalah pola binner yang terdapat dalam oktet
pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-order bit), tetapi untuk lebih
Tabel 2.1 Pembagian Kelas dalam IPv4
sebagai alamat untuk
eksperimen atau
penelitian (bukan alamat
2.4.2.Struktur Header IPv4
Paket-paket data dalam protokol IPv4 dikirimkan dalam bentuk
datagram. Sebuah paket IPv4 terdiri atas header IP dan muatan IP
(payload). Header IP menyediakan dukungan untuk memetakan jaringan
(routing), identifikasi muatan IP, ukuran header IP dan paket IP,
dukungan fragmentasi dan juga IP options. Sedangkan payload IP berisi
informasi yang dikirimakn. Sebelum dikirimkan di dalam saluran
jaringan, paket IP akan dibungkus (encapsulation) dengan header
protokol lapisan antarmuka jaringan dan trailernya, untuk membuat
sebuah frame jaringan. Setiap paket terdiri dari beberapa field yang
memiliki fungsi tersendiri dan memiliki informasi yang berbeda-beda.
Gambar 2.2 menunjukkan struktur dari paket IPv4.
Header IPv4 terdiri atas beberapa field (Forouzan, 2003), yaitu :
1. Version
Mengindikasikan versi IP yang digunakan, berukuran 4-bit.
2. IP Header Length
Menunjukkan ukuran header yang digunakan dalam satuan per
4-bytes.
3. Type of Service
Field ini menunjukkan layanan yang hendak diapakai oleh paket
yang bersangkutan.
4. Total Length
Menunjjukan ukuran paket yang terdiri dari header dan data.
5. Identification
Menunjukkan identitas suatu fragmen yang digunakan dalam
penyatuan kembali (reassembly) menjadi paket utuh.
6. Flags
7. Fragment Offset
Menunjukkan posisi setiap fragmen.
8. Time to Live
Menunjukkan jumlah node maksimal yang dapat dilalui oleh setiap
paket yang dikirim.
9. Protocol
Menunjukkan protokol di lapisan yang lebih tinggi.
10. Header Checksum
Menujukkan nilai yang digunakan dalam pengecekan kesalahan
terhdap header sebelum dan sesudah pengiriman.
11. Source Address
Menunjukkan alamat pengirim paket.
12. Destination Address
Menunjukkan alamat penerima paket.
13. Options
Menunjukkan informasi yang memungkinkan suatu paket meminta
14. Padding
Bit-bit “0” tambahan yang ditambahkan ke dalam field ini untuk memastikan header IPv4 tetap berukuran multiple 32-bit.
15. Data
Berisi informasi upper-layer. Panjang variabel sampai dengan 64
Kb.
2.5. Autonomous System
Sebuah autonomous system (AS) adalah sekolompok jaringan dan router
di bawah otoritas administrasi tunggal sebuah administrasi tunggal. Routing
yang berada di dalam satu autonomous system disebut intra-domain routing.
Sedangkan routing yang berada diantara lebih dari satu autonomous system
disebut inter-domain routing. Setiap autonomous system dapat memilih satu
atau lebih protokol routing untuk intra-domain yang menangani routing yang
ada di dalam autonomous system. Namun, hanya satu protokol routing yang
digunakan oleh inter-domain untuk menangani routing antar autonomous
2.6. Routing Protocol
Protokol routing pada dasarnya adalah metode-metode yang digunakan
oleh router untuk saling mengkomunikasikan Informasi NLR (Network Layer
Reachability). Dengan demikian, sebuah router dapat menginformasikan rute-rute yang diketahuinya kepada router-router lain di dalam jaringan. Tujuan
penggunaan protokol routing adalah :
Menyederhanakan proses manajemen jaringan karena alamat-alamat yang
dapat dicapai dapat segera diketahui secara otomatis.
Menemukan jalur-jalur “bebas loop” di dalam jaringan.
Menetapkan jalur “terbaik” diantara beberapa pilihan yang tersedia.
Memastikan bahwa semua router yang ada di dalam jaringan
“menyetujui” jalur-jalur terbaik yang telah ditetapkan.
Metode komunikasi yang digunakan biasanya begantung pada format dari
paket yang membawa informasi dari satu router ke router lainnya. Metode
pengolahan NLRI (Network Layer Reachability Information) disebut algoritma.
Untuk dapat memilih jalur terbaik, protokol-protokol routing menyandarkan
keputusannya pada perhitungan metrik. Metrik adalah sebuah nilai numeric
yang dapat merepresentasikan tingkat prioritas atau prefensi sebuah rute.,
relative terhadap rute lainnya yang menuju ke satu tujan yang sama. Kondisi
dimana semua router di dalam jaringan dapat mencapai “kesepakatan” bulat
masalah looping disebut konvergensi jaringan. Pengelompokkan protokol
routing dapat dilakukan menurut karakteristik administratifnya, yaitu protokol
routing interior dan protokol routing eksterior.
2.6.1. Interior Gateway Protocol
Interior Gateway Protocol adalah protokol-protokol routing yang
digunakan di dalam satu independent network system atau autonomous
system (AS). Contoh interior gateway protocol, adalah RIPv1, RIPv2, RIPng, IGRP, EIGRP, EIGRP untuk IPv6, OSPF, OSPFv2, OSPFv3,
IS-IS, dan IS-IS untuk IPv6.
2.6.2.Exterior Gateway Protocol
Exterior Gateway Protocol adalah protokol routing yang dapat
bekerja antar-beberapa buah independent network system atau
autonomous system (AS). Contoh exterior gateway protocol, adalah EGP, BGPv4, dan BGPv4 untuk IPv6.
2.6.3. Border Gateway Protocol
Border Gateway Protocol (BGP) adalah protokol routing yang
memakai system autonomous. Fungsi utama dari BGP adalah
tukar-menukar infomasi konektivitas jaringan antar BGP. Informasi ini
selanjutnya digunakan untuk membuat daftar routing sehingga terjadi
menggunakan jalur berikutnya yang terdaftar dalam autonomous system.
BGP menggunakan TCP sebagai media transport dan port 179 untuk
koneksi BGP. Gambar 2.3 memperlihatkan model BGP-4.
Gambar 2.3 Model BGP-4 2.6.3.1. Jenis-jenis BGP
Routing protokol BGP dibagi menjadi dua berdasarkan
fungsi, lokasi berjalannya sesi BGP, dan kebutuhan
konfigurasinya.
1. Internal BGP (iBGP)
Internal BGP (iBGP) adalah sebuah sesi BGP
yang berada dalam satu autonomous system yang sama.
Sesi internal BGP biasanya dibangun dengan cara
membuat sebuah sesi BGP antar-sesama router internal
dengan menggunakan nomor AS yang sama.
2. External BGP (eBGP)
External BGP (eBGP) adalah sebuah sesi yang
terjadi antar-dua router atau lebih yang berbeda
autonomous system-nya. Tidak hanya berbeda nomor
AS saja, namun juga berbeda administrasinya.
Misalnya, router yang digunakan dapat saling bertukar
informasi dengan router ISP dengan bantuan BGP,
2.6.3.2. Pembentukan Sesi BGP
Pembentukan sesi BGP menggunakan paket (Rafiudin,
2004):
1. Open message
Setelah sebuah koneksi TCP dibangun diantara
dua sistem BGP, mereka akan bertukar “open message”
untuk membuat koneksi BGP diantara mereka. Begitu
koneksi dicapai, maka kedua sistem akan dapat berkirim
trafik data dan pesan.
Open message terdiri dari header BGP dan
field-field, yaitu :
My autonomous system, menunjukkan nomer
autonomous system dari pengirim.
Hold time, pengajuan nilai hold-time. Kita
mengkonfigurasi hold-time local dengan statemen
BGP hold-time.
BGP identifier, IP address dari sistem BGP.
Address ini ditetapkan saat sistem dihidupkan dan
nilainya sama untuk setiap interface local dan juga
setiap peer BGP.
Kita mengkonfigurasi BGP identifier dengan
statemen router-id pada level hirarki [edit
routing-options]. Secara default, BGP menggunakan IP
address dari interface pertama yang ditemukan
dalam router.
Parameter field length dan parameter itself, ini
merupakan fiel-field opsional.
2. Update message
Sistem BGP mengirim update message untuk
Sistem BGP menggunakan informasi ini guna
mengkonstruksi grafik yang menjelaskan
keterkaitan/hubungan diantara semua AS yang dikenal.
Update message terdiri dari BGP header plus
field-field opsional berikut :
Unfeasible routes length, panjang field yang
me-list rute-rute yang ditarik dari service sebab
mereka tidak lagi bisa dicapai.
Withdrawn router, prefix IP address untuk
rute-rute yang ditarik dari service.
Total path attribute length, panjang field yang
me-list path-path attribute untuk sebuah rute yang
memungkinkan pencapaian tujuan (destinasi).
Path attributes, properti dari rute, termasuk path
origin, multiple exit discriminator (MED), beserta
informasi tentang aggregation, communities,
Network layer reachability information
(NLRI), prefix IP address untuk rute-rute yang
di-advertise dalam update message.
3. Keepalive message
Sistem BGP akan bertukar keepalive message
untuk menetapkan apakah sebuah link atau host
mendapati masalah (fail) atau tidak lagi eksis.
Keepalive message biasanya cukup sering bertukar
sehingga hold timer tidak berakhir (expire). Message ini
hanya terdiri dari BGP header.
4. Notification message
Sistem BGP mengirim pesan notification saat
sebuah kondisi error terdeteksi. Begitu message
terkirim, sesi BGP dan koneksi TCP diantara
sistem-sistem BGP akan ditutup. Pesan Notification terdiri dari
BGP header plus kode error (error code) dan subcode,
juga data penjelasan error.
AS_PATH, adalah jalur routing BGP berdasarkan pada daftar
autonomous system yang harus dilewati untuk mencapai alamat
AS_PATH paling pendek, dengan AS_PATH memungkinkan
BGP-4 mendeteksi adanya routing loop.
NEXT_HOP, adalah jalur berikutnya yang akan dilalui dalam
routing BGP-4.
Weigth, adalah parameter dari router itu sendiri mengenai routing
mana yang hendak dipilih. Weight diberikan ke sebuah router dan
hanya digunakan oleh router itu sendiri. Semakin tinggi nilai weight
dari sebuah router maka semakin baik jalur routing melalui router
tersebut.
Local Preference, merupakan parameter yang digunakan untuk
memilih jalur routing. Berbeda dengan weight yang digunakan
sendiri oleh router, local preference digunakan bersama antar router
iBGP tetapi tidak dapat digunakan secara bersama pada router
eBGP. Default nilai local preference adalah 100, semakin tinggi
nilai local preference maka semakin baik jalur routing tersebut.
Multi-Exit Descriminator (MED), menggambarkan kondisi jalur
yang dimiliki untuk menuju eksternal router. Berbeda dengan
weight dan local preference, MED meninggalkan jaringan yang
digunakan. Default nilai MED adalah 0, semakin kecil nilai MED
Community, adalah sekumpulan BGP-4 yang berada dalam
autonomous system (AS) yang sama.
2.6.3.3. BGP Timer
Protokol routing BGP menggunakan standar waktu
(Rekhter & Watson, 1995), yaitu :
1. ConnectRetry, dengan nilai yang disarankan 120 detik.
2. Hold time, dengan nilai yang disarankan 90 detik.
3. Keep alive, dengan nilai yang disarankan 30 detik.
4. MinASOriginationInterval, dengan nilai yang
disarankan 15 detik.
5. MinRouteAdvertisemenInterval, dengan nilai yang
disarankan 30 detik.
2.7. Konvergensi Tabel Routing
Waktu konvergensi adalah proses membawa semua tabel rute ke keadaan
konsistensi untuk berbagi informasi melalui jaringan dan menghitung jalur
terbaik untuk semua router (Doyle & Carroll, 2009). Nilai konvergensi dapat
berubah, pembaruan akan dikirim ke seluruh jaringan yang mengalami
perubahan dalam topologi jaringan tersebut. Setelah itu, setiap router
menjalankan algoritma routing untuk menghitung ulang rute dan membuat tabel
routing yang baru. Setelah router selesai memperbarui tabel routing mereka,
maka proses konvergensi telah selesai.
2.8. Cisco
Cisco Systems adalah sebuah perusahaan yang didirikan pada tahun 1984
oleh dua orang eks-staf Stanford University bernama Leonard Bosack dan
Sandy K. Lerner. Perangkat yang diproduksi Cisco networking, seperti router,
bridge, hub dan switch. Cisco System dimulai sekitar tahun 1980 dan 1981,
setelah Xerox PARC (Palo Alto Research Center) menghibahkan beberapa
komputer Alto dan Ethernet Card kepada Universitas Stanford. Kemudian oleh
mereka dikembangkan menjadi perangkat multiprotocol router yang
ditanamkan dalam perangkat berbentuk seperti komputer yang diberi label
Cisco (Sofana, 2010).
2.8.1. Cisco IOS
Cisco IOS adalah nama sistem operasi yang digunakan pada
perangkat router dan switch buatan Cisco. IOS merupakan sistem operasi
internetworking dan telekomunikasi. Cisco IOS menyediakan command
line interface (CLI) dan kumpulan perintah standar.
Kurt Laugheed, melakukan riset untuk meningkatkan kemampuan
perangkat Cisco. Hasilnya adalah CLI generasi pertama yang digunakan
pada router Cisco. Di awal tahun 1990, Greg Satz dan Terry ditugaskan
untuk menyempurnakan CLI, selama 18 bulan penyempurnaan keluarlah
CLI terbaru versi 9.21. Inilah yang menjadi cikal bakal Cisco IOS
(Sofana, 2010).
2.8.2.GNS3
GNS3 adalah aplikasi emulator network yang dapat digunakan
untuk membuat diagram topologi network. Topologi tersebut dapat
dihidupkan, sehingga dapat berhadapan dengan network sungguhan.
Tidak hanya sebatas membuat topologi yang adala di dalam mesin virtual
GNS3 saja, tetapi setiap topologi yang dibuat dalam mesin GNS3 dari
berbagai PC yang berbeda dapat dihubungkan satu sama lain (Sofana,
2010).
2.8.3.Dynamips
Dynamips merupakan software aplikasi mode teks tanpa antar muka
Cisco seri 1700, 2600, 2691, 3600, 3700, dan 7200 hardware. Fungsi
dynamips adalah :
Untuk keperluan training bagi para siswa, sehingga dapat
memahami perintah-perintah IOS tanpa router sesungguhnya.
Untuk keperluan testing dan eksperimen fitur-fitur IOS.
Untuk menguji kualitas konfigurasi sebelum diterapkan pada router
sungguhan.
2.8.4.Dynagen
Dynagen dibuat oleh Greg Anuzelli. Dynagen merupakan aplikasi
frontend bagi Dynamips.
2.9. Wireshark
Wireshark merupakan software yang digunakan untuk melakukan analisa
lalu lintas dan kinerja jaringan komputer. Wireshark dapat membaca data secara
langsung dari Ethernet, Token-Ring, FDDI, serial (PPP and SLIP), 802.11
wireless LAN dan koneksi ATM. Gambar 2.4 menunjukkan tampilan dari
Gambar 2.4 Tampilan wireshark
Wireshark menggunakan Graphical User Interface (GUI) sehingga
mudah digunakan dan dipahami. Tools ini mampu menangkap
paket-paket data atau informasi yang berjalan dalam jaringan. Semua jenis
paket informasi dalam berbagai format protokol akan mudah ditangkap
dan dianalisa. Namun tools ini hanya bisa bekerja di dalam jaringan
melalui LAN atau Ethernet Card yang ada di PC. Untuk struktur dari
packet sniffer terdiri dari dua bagian, yaitu packet analyzer pada layer
application operating system (kernel). Gambar 2.4 menunjukkan struktur
Gambar 2.5 Struktur paket sniffer
Gambar 2.5 menunjukkan struktur tampilan user interface dari
wireshark.
Keterangan :
a. Command menu.
b. Display filter specification, digunakan untuk memfilter paket data.
c. Listing of captured packets, yaitu paket data yang tertangkap oleh
wireshark.
d. Details of selected packet header, yaitu data lengkap tentang header
suatu paket.
Bab III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Spesifikasi Obyek Pengukuran
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan pengujian terhadap kecepatan
konvergensi dari beberapa skenario jaringan, untuk mengetahui kinerja dari
algoritma routing protokol Border Gateway Protocol (BGP) eksternal.
Pengujian menggunakan GNS3 yang yang ditanam pada komputer PC dengan
mengemulasikan Cisco router seri 2691 yang mendukung routing Border
gateway protocol (BGP).
3.2. Spesifikasi Hardware Komputer PC untuk Emulator router
Processor Intel Pentium Dual Core
Harddisk 500 GB
3.3. Spesifikasi Software Komputer PC untuk Emulasi Router Cisco
Operating System Windows 7.
Simulator GNS3-0.8.4-all-in-one untuk mengemulasikan router.
OS Cisco pada GNS3 : c2691-advipservicesk9-mz.124-15.T6.image
3.4. Diagram Flowchart Perancangan Sistem
3.5. Rancangan Topologi Jaringan
Topologi 1
Perancangan topologi jaringan ini terdiri dari tiga router yang
memiliki autonomous system (AS) yang berbeda.
Topologi 2
Perancangan topologi jaringan ini terdiri dari empat router yang
memiliki autonomous system (AS) yang berbeda.
Topologi 3
Perancangan topologi jaringan ini terdiri dari lima router yang
memiliki autonomous system (AS) yang berbeda.
3.6. Konfigurasi IP Address
Tabel 3.1. Konfigurasi IP Address Topologi 1
Nama Perangkat
Tabel 3.2. Konfigurasi IP Address Topologi 2
Nama Perangkat
Lo 1 13.0.2.1 /24 -
Lo 2 13.0.3.1 /24 -
Lo 3 13.0.4.1 /24 -
Tabel 3.3. Konfigurasi IP Address Topologi 3
Nama Perangkat
Router R4
Skenario pengujian terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Initial Convergence, pengujian dilakukan pada saat jaringan baru saja dihidupkan.
Kondisi awal : router telah menyala dan telah dikonfigurasi, namun
routing Border gateway protocol (BGP) eksternal belum dijalankan
sehingga belum terhubung dengan network peer-nya.
Kondisi akhir : router telah menyala dan routing Border gateway protocol (BGP) eksternal telah bekerja sehingga terhubung dengan network peer-nya dan terjadi perubahan pada routing tabel.
2. Failover Convergence, pengujian dilakukan pada saat terjadi perubahan pada topologi, dengan cara salah satu router diubah statusnya menjadi
"shutdown" .
Tujuan : mendapatkan data pengukuran kecepatan konvergensi pada pada saat topologi berubah.
Kondisi awal : router dalam keaadaan menyala dan routing Border gateway protocol (BGP) eksternal bekerja sehingga terhubung dengan network peer-nya.
Kondisi akhir : router berubah status menjadi "shutdown" sehingga tidak
terhubung dengan network peer-nya dan terjadi perubahan pada routing
3. Recovery Convergence, pengujian dilakukan pada saat router yang shutdown hidup kembali.
Tujuan : mendapatkan data pengukuran kecepatan konvergensi pada pada saat topologi berubah.
Kondisi awal : router masih dalam keaadan shutdown setelah pengujian failover convergence, sehingga sehingga tidak terhubung dengan network peer-nya.
Kondisi akhir : router kembali menyala dan routing Border gateway protocol (BGP) eksternal telah bekerja sehingga terhubung dengan network peer-nya dan terjadi perubahan pada routing tabel.
Pengambilan data waktu konvergensi dilakukan dengan melakukan
capture pertukaran message saat pembentukan sesi pada routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal menggunakan Wireshark yang merupakan software untuk melakukan analisa lalu lintas dan kinerja jaringan komputer.
Wireshark telah ada di dalam GNS3, sehingga untuk menggunakannya dengan
3.8. Tahap Instalasi
Tahap ini dilakukan untuk mencoba dan menguji sistem yang telah
dirancang dan digambarkan sebelumnya.
Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah mengkonfigurasi alamat IP
pada interface di masing-masing router. Kemudian dilanjutkan dengan
konfigurasi routing Border Gateway Protokol (BGP) eksternal pada setiap
router. Setelah itu, untuk mengetahui router telah terhubung bisa dengan cara
sederhana yaitu dengan melakukan ping pada setiap router.
3.9. Pengujian
Tahap pengujian dilakukan apabila konfigurasi hardware dan software
telah dilakukan. Ada tiga tahap pengujian, yaitu initial convergence, failover convergence, dan recovery convergence.
3.9.1. Capture menggunakan wireshark
3.9.1.1 Topologi 1
Gambar 3.5 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 1
Pada topologi 1 capture menggunakan wireshark untuk
jalur R1-R2 dilakukan pada interface f0/0 R1 yang terhubung
dengan R2, kemudian untuk jalur R1-R3 dilakukan pada
interface f0/1 R1 yang terhubung dengan R3, dan untuk jalur
R2-R3 dilakukan pada interface f0/1 R2 yang terhubung
3.9.1.2 Topologi 2
Gambar 3.6 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 2
Pada topologi 2 capture menggunakan wireshark untuk
jalur R1-R2 dilakukan pada interface f0/0 R1 yang terhubung
dengan R2, kemudian untuk jalur R1-R3 dilakukan pada
interface f0/1 R1 yang terhubung dengan R3, selanjutnya
untuk jalur R2-R4 dilakukan pada interface f0/1 R4 yang
terhubung dengan R2, dan untuk jalur R3-R4 dilakukan pada
3.9.1.3 Topologi 3
Gambar 3.7 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 3
Pada topologi 3 capture menggunakan wireshark untuk
jalur R1-R2 dilakukan pada interface f0/0 R1 yang terhubung
dengan R2, dan untuk jalur R1-R3 dilakukan pada interface
f0/1 R1 yang terhubung dengan R3. Sedangkan untuk jalur
R2-R4 capture dilakukan pada interface f0/0 pada R4 yang
terhubung dengan R2, selanjutnya untuk jalur R3-R5 capture
dilakukan pada interface f0/0 R5 yang terhubung dengan R3,
dan untuk jalur R4-R5 capture dilakukan pada interface f0/1
3.9.2. Traceroute
Traceroute (tracert) adalah perintah untuk menunjukkan rute yang
dilewati paket untuk mencapai tujuan. Proses ini dilakukan dengan
mengirim pesan Internest Control Message Protocol (ICMP) Echo
Request ke tujuan. Rute yang ditampilkan adalah daftar interface router (yang paling dekat dengan host) yang terdapat pada jalur antara host dan
tujuan. Proses traceroute dilakukan pada setiap router.
Contoh pada salah satu router : #traceroute [ip tujuan]
3.9.2.1. Topologi 1
Hasil traceroute pada topologi 1 ditampilkan pada
Gambar 3.8, Gambar 3.9, dan Gambar 3.10.
Gambar 3. 8 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.3.0 pada Topologi 1
Dari Gambar 3.8, dapat dilihat, dari router R1 menuju
ke IP address 192.168.3.2 yang berada di router R3. Paket
dengan IP address 192.168.1.2 yang berada di router R2,
kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.3.2
yang berada di router R3 via AS 200 yaitu router R2.
Gambar 3. 9 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 1
Dari Gambar 3.9, dapat dilihat, dari router R2 menuju
ke IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3. Paket
melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1,
kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.2.2
Gambar 3. 10 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 1
Dari Gambar 3.10, dapat dilihat, dari router R3 menuju ke IP
address 192.168.1.2 yang berada di router R2. Paket melewati
dua network, atau dua kali hop, yaitu network dengan IP
address 192.168.2.1 yang berada di router R1, kemudian
dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.2 yang berada
3.9.2.2. Topologi 2
Hasil traceroute pada topologi 2 ditampilkan pada
Gambar 3.11, Gambar 3.12, Gambar 3.13, dan Gambar 3.14.
Gambar 3. 11 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.4.0 pada Topologi 2
Dari Gambar 3.11, dapat dilihat, dari router R1 menuju
ke IP address 192.168.4.2 yang berada di router R4. Paket
melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3,
kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.4.2
yang berada di router R4 via AS 300 yaitu router R3.
Dari Gambar 3.12, dapat dilihat, dari router R2 menuju
ke IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3. Paket
melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1,
kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.2
yang berada di router R3 via AS 100 yaitu router R1.
Gambar 3. 13 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 2
Dari Gambar 3.13, dapat dilihat, dari router R3 menuju
ke IP address 192.168.1.2 yang berada di router R2. Paket
melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.2.1 yang berada di router R1,
kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.2
Gambar 3. 14 Hasil Traceroute dari R4 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 2
Dari Gambar 3.14, dapat dilihat, dari router R4 menuju
ke IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1. Paket
melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.3.1 yang berada di router R2,
kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.1
3.9.2.3. Topologi 3
Hasil traceroute pada topologi 2 ditampilkan pada
Gambar 3.15, Gambar 3.16, Gambar 3.17, Gambar 3.18, dan
Gambar 3.19.
Gambar 3. 1 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.5.0 pada Topologi 3
Dari Gambar 3.15, dapat dilihat, dari router R1 menuju
ke IP address 192.168.5.1 yang berada di router R4. Paket
melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3,
kemudian melewati network dengan IP address 192.168.4.2
yang berada di router R5 dan dilanjutkan langsung ke IP
address 192.168.5.1 yang berada di router R4 via AS 500
Gambar 3. 2 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.4.0 pada Topologi 3
Dari Gambar 3.16, dapat dilihat, dari router R2 menuju
ke IP address 192.168.4.1 yang berada di router R3. Paket
melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.3.2 yang berada di router R4,
kemudian melewati network dengan IP address 192.168.5.2
yang berada di router R5 dan dilanjutkan langsung ke IP
address 192.168.4.1 yang berada di router R4 via AS 500
yaitu router R5.
Dari Gambar 3.17, dapat dilihat, dari router R3 menuju
ke IP address 192.168.3.2 yang berada di router R4. Paket
melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.2.1 yang berada di router R1,
kemudian melewati network dengan IP address 192.168.1.2
yang berada di router R2 dan dilanjutkan langsung ke IP
Paket melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.5.2 yang berada di router R5,
kemudian melewati network dengan IP address 192.168.4.1
address 192.168.2.1 yang berada di router R1 via AS 300
yaitu router R3.
Gambar 3. 5 Hasil Traceroute dari R5 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 3
Dari Gambar 3.19, dapat dilihat, dari router R5 menuju
ke IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1. Paket
melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network
dengan IP address 192.168.5.1 yang berada di router R4,
kemudian melewati network dengan IP address 192.168.3.1
yang berada di router R2 dan dilanjutkan langsung ke IP
address 192.168.1.1 yang berada di router R1 via AS 200
yaitu router R2.
3.9.3. Ping
Ping digunakan untuk memeriksa konektivitas antar jaringan
Message Protocol (ICMP) kepada alamat IP yang hendak diuji coba konektivitasnya.
Contoh pada salah satu router : #ping [ip tujuan]
3.9.3.1. Topologi 1
Hasil ping pada setiap router untuk topologi 1,
ditampilkan pada Gambar 3.20, Gambar 3.21 dan Gambar
3.22.
Gambar 3. 6 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 1
Dari Gambar 3.20, dapat dilihat, router R1 melakukan
ping ke IP address 192.168.3.2 dan 12.0.1.1 yang ada di
Gambar 3. 7 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 1
Dari Gambar 3.21, dapat dilihat, router R2 melakukan
ping ke IP address 192.168.2.2 dan 12.0.1.1 yang ada di
router R3.
Gambar 3. 8 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 1
Dari Gambar 3.22, dapat dilihat, router R3 melakukan ping ke
IP address 192.168.1.2 dan 11.0.1.1 yang ada di router R2.
3.9.3.2. Topologi 2
Hasil ping pada setiap router untuk topologi 2,
ditampilkan pada Gambar 3.23, Gambar 3.24, Gambar 3.25
Gambar 3. 9 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 2
Dari Gambar 3.23, dapat dilihat, router R1 melakukan
ping ke IP address 192.168.4.2 dan 13.0.1.1 yang ada di
router R4.
Gambar 3. 10 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 2
Dari Gambar 3.24, dapat dilihat, router R2 melakukan
ping ke IP address 192.168.2.2 dan 12.0.1.1 yang ada di
Gambar 3. 11 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 2
Dari Gambar 3.25, dapat dilihat, router R3 melakukan
ping ke IP address 192.168.1.2 dan 11.0.1.1 yang ada di
router R2.
Gambar 3. 12 Hasil Ping dari R4 pada Topologi 2
Dari Gambar 3.26, dapat dilihat, router R4 melakukan ping ke
3.9.3.3. Topologi 3
Hasil ping pada setiap router untuk topologi 3,
ditampilkan pada Gambar 3.27, Gambar 3.28, Gambar 3.29,
Gambar 3.30 dan Gambar 3.31.
Gambar 3. 13 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 3
Dari Gambar 3.27, dapat dilihat, router R1 melakukan
ping ke IP address 192.168.5.1 dan 13.0.1.1 yang ada di
router R4.
Gambar 3. 14 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 3
Dari Gambar 3.28, dapat dilihat, router R2 melakukan
ping ke IP address 192.168.4.1 dan 12.0.1.1 yang ada di
Gambar 3. 15 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 3
Dari Gambar 3.29, dapat dilihat, router R3 melakukan
ping ke IP address 192.168.4.1 dan 12.0.1.1 yang ada di
router R5.
Gambar 3. 16 Hasil Ping dari R4 pada Topologi 3
Dari Gambar 3.30, dapat dilihat, router R4 melakukan
ping ke IP address 192.168.2.1 dan 10.0.1.1 yang ada di
Gambar 3. 17 Hasil Ping dari R5 pada Topologi 3
Dari Gambar 3.31, dapat dilihat, router R5 melakukan
ping ke IP address 192.168.1.1 dan 10.0.1.1 yang ada di
router R1.
3.9.4. Show ip route
Show ip route digunakan untuk menujukkan jalur/rute ip tetangga
yang dilalui jika ingin mengirim paket data, didapatkan dari tabel routing.
Contoh pada salah satu router : #show ip route
3.9.4.1. Topologi 1
Hasil show ip route pada setiap router untuk topologi 1,
ditampilkan pada Gambar 3.32, Gambar 3.33 dan Gambar
Gambar 3. 32 Hasil show ip route dari R1 pada Topologi 1
Dari Gambar 3.32, dapat dilihat terdapat huruf 'B' pada
bagian kiri network address menandakan bahwa network
tersebut telah terhubung pada router dengan routing border
gateway protokol (BGP) eksternal. Sedangkan untuk huruf 'C' menandakan bahwa network tersebut terhubung secara
langsung (directly connected).
Gambar 3.32 memperlihatkan subnet 11.0.0.0/24;
12.0.0.0/24; dan network 192.168.3.0/24 terhubung dengan