• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi usaha mikro, kecil dan menengah pada pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedur pemberian kredit : studi empiris pada UMKM di Krebet dan Pundong Bantul.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi usaha mikro, kecil dan menengah pada pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedur pemberian kredit : studi empiris pada UMKM di Krebet dan Pundong Bantul."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PREFERENSI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PADA PEMILIHAN BANK PEMBERI KREDIT DITINJAU DARI PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Empiris Pada UMKM di Krebet dan Pundong Bantul

Dian Sari Dewanti NIM: 042114055 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya. Latar belakang penelitian ini adalah banyak dari UMKM-UMKM yang enggan bahkan malas untuk meminjam kredit di bank, karena sebagian besar disebabkan oleh rumitnya suatu prosedur peminjaman kredit di bank.One Way Anovamerupakan suatu penilaian rata-rata untuk menilai preferensi pemilihan bank pemberi kredit oleh UMKM.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan preferensi UMKM pada pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya. Terbukti dari besarnya F hitung = 0,001 lebih kecil daripada F tabel sebesar 3,94. Nilai p (sig) = 0,973 menunjukkan bahwa kedua rata-rata populasi sama atau Ho tidak ditolak.

Jadi prosedur pemberian kredit bukan merupakan faktor utama dalam preferensi pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya.

(2)

ABSTRACT

THE PREFERENCE OF MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES ON CREDITOR BANK SELECTION AS OBSERVED FROM CREDIT EXTENSION PROCEDURE An Empirical Study on MSME at Krebet and Pundong, Bantul

Dian Sari Dewanti NIM: 042114055 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objective of this research was to identify whether there was preference of micro, small, and medium enterprise (MSME) on creditor bank selection as observed from the procedure. This research background was that most of the MSMEs did not want to borrow from bank because of the complicated procedure of bank’s credit borrowing. One Way Anova formula is an average appraisal to appraise the preference of creditor bank selection by MSME.

This research was an empirical study. The methods of data gathering were interview, questionnaire, and documentation. The data analysis technique used was average analysis.

This research result showed that there was no difference in MSME’s preference on creditor bank selection as observed from the procedure. It was proved by the calculated F value of 0, 001 that was less than F table of 3,94. P (sig) = 0,973 value showed that the average of two populations were the same or we accepted “ho”.

It was concluded that credit extension procedure was not the main factor on creditor bank selection preference as observed from the procedure.

(3)

PREFERENSI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PADA PEMILIHAN BANK PEMBERI KREDIT DITINJAU DARI PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Empiris pada UMKM di Krebet dan Pundong Bantul

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Dian Sari Dewanti

NIM: 042114055

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

PREFERENSI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PADA PEMILIHAN BANK PEMBERI KREDIT DITINJAU DARI PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Empiris pada UMKM di Krebet dan Pundong Bantul

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Dian Sari Dewanti

NIM: 042114055

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

(5)
(6)
(7)

MOTTO

Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan

yang memeliharanya”

(Lukas 6:43-45)

Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan (Roma 10:13)

Hidup adalah serangkaian pelajaran yang harus dijalani agar dapat

dipahami”

(Hellen Keller)

(8)

PERSEMBAHAN

Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan terungkap.Markus 4: 21-25

Kupersembahkan untuk: Papaku H. Adi Wardhana dan Mamaku Shopia Purwani Dik Damar, Dik Sari, dan Dik Ratih I Made ‘Kadek’ Umbaran Jaya Seluruh Keluarga “mut” N’cusmut, Monthotmut, Dindutmut

(9)
(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

a. Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J., Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian

kepada penulis serta bantuannya dalam beasiswa.

b. Drs. Alex Kahu Lantum, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma.

c. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Akt., selaku Pembimbing I yang telah

membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

d. E. Maryarsanto P., S.E., Akt. selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, koreksi dan saran dalam penulisan skripsi ini.

e. Nicko Kornelius Putra, S.E., selaku Dosen tamu dalam ujian pendadaran yang

telah memberikan bimbingan dan bantuan sebelum dan pada waktu ujian.

(12)

f. Pimpinan dan karyawan/karyawati PT. Bank BPD DIY yang telah banyak

membantu dalam mencarikan data yang dibutuhkan.

g. Segenap warga di Krebet dan Pundong yang turut memberikan informasi,

serta pengisian kuesioner untuk mendukung terlaksananya penulisan skripsi

ini.

h. Mas Prima Sanjaya (BPD DIY syariah), Mas Arif (BPD DIY konvensional)

yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian skripsiku, maaf sudah

menambah waktu kerjanya.

i. Papaku H.Adi Wardhono, mamaku Shopia Purwani, Adik-adikku B.Damar

Adi W, C.Cahyaning Apsari, D.Ratih Inggita Apsari, atas dukungan, cinta,

kasih sayangnya. Tanpa kalian, aku tidak bisa menjadi seperti sekarang ini.

Without You All I Nothing.

j. I Made Umbaran Jaya, atas kasih sayangmu, perhatianmu, cintamu, waktumu,

you’re everything I need, semoga dengan perbedaan, kita dapat menunjukkan bahwa kita mampu dan kita bisa.

k. Keluarga Jogja: Bapak Ketut Jaya, Ibu Herni Pramastuti, Mas Danan Jaya.

l. Keluarga “MUT” N’cusmut, Monthotmut, Dindutmut, atas segala bantuan, masukan, dan segala pinjaman yang aku butuhkan sebelum dan saat ujian

pendadaran.

(13)

m. Keluargaku di ‘PUSdEP’, Rm.Baskara, Pak Tri Subagya, Pak Kiswondo, Pak Ronnie, Rm.Banar, Mbak Monic, Mbak Atiek semua yang mendukungku selama di

PUSdEP’,mengajarkan tentang sejarah dan politik, walaupun pertamanya ngeri tapi lama-lama sudah terbiasa.

n. Keluarga besarku yang ada di Klaten, Yogya, Jakarta, Kudus, Semarang,

Magelang yang selalu menanyakan “Dian, kapan wisuda?”

o. E. Maryarsanto P., S.E, Akt., atas saran dan masukan yang diberikan waktu

MPT.

p. Koen, Thomas, Ratna, Kris, Anton, Atha, atas semangat yang diberikan saat

aku ujian pendadaran, dan seluruh teman-teman Akuntansi angkatan 2004.

q. Keluarga PSM Cantus Firmus tempat pengaduanku waktu aku masuk kuliah,

maz Mbonkandall family,disinilah aku mengerti apa arti keluarga.

r. Kakakku Udi yang membantu membimbing dan mengarahkan hidupku dari

insadha 2004 sampai sekarang, adik menunggumu di seminari kentungan lagi

ya.

s. Anak-anak kos Surya 3 (Tari, Mbak Ien, Mbak Wicha, Mbak Haning, Mbak

Prima, Rita, Retha, Tika, Cekris, Mbak Dwi), kita hidup di atap yang sama,

sama-sama seneng dan sedih, suka bokek, pokoknya tidak akan aku lupakan suasana di kos-kosan bareng kalian.

(14)

t. Teman-teman MPT-ku, kita memang digembleng untuk memberikan yang terbaik.

u. Semua yang pernah ada dalam kehidupanku yang tidak dapat aku sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 20 Juni 2008

(Dian Sari Dewanti)

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xv

ABSTRAK... xvi

ABSTRACT... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Batasan Masalah... 3

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 4

F. Sistematika Penulisan... 5

BAB II LANDASAN TEORI... 7

A. Bank... 7

1. Pengertian Bank... 7

2. Jenis-jenis Bank... 7

3. Fungsi Bank... 7

4. Pengertian Bank dengan Prinsip Konvensional... 8

5. Kredit dalam Bank Konvensional... 8

6. Pengertian Bank dengan Prinsip Syariah... 8

7. Pembiayaan dalam Bank Syariah... 8

(16)

B. Kredit... 12

1. Pengertian Kredit... 12

2. Tujuan Kredit... 12

3. Unsur-unsur Kredit... 14

4. Jenis-jenis Kredit... 15

5. Pertimbangan dalam Pemberian Kredit... 16

C. Prosedur... 18

1. Pengertian Prosedur... 18

2. Prosedur Pemberian Kredit... 19

D. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)... 26

1. Pengertian UMKM... 26

2. Ciri-ciri UMKM... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian... 30

B. Tempat dan Waktu... 30

C. Subjek dan Objek Penelitian... 30

D. Data yang Dicari... 31

E. Teknik Pengumpulan Data... 31

F. Teknik Pengambilan Sampel... 31

G. Teknik Analisis Data... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 35

A. Gambaran UMKM di Pundong... 35

B. Gambaran UMKM di Krebet... 37

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 40

A. Deskripsi Data... 40

B. Uji Hipotesis... 44

C. Pembahasan... 46

BAB VI PENUTUP... 51

A. Kesimpulan... 51

B. Keterbatasan Penelitian... 51

C. Saran... 52

(17)

DAFTAR PUSTAKA... 53

LAMPIRAN... 55

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Prosedur Pemberian Kredit Secara Umum... 25

Tabel 2: Ringkasan Anova Hasil Perhitungan... 33

Tabel 3: Perbandingan Preferensi UMKM Pada Pemilihan Bank Pemberi Kredit Ditinjau Dari Prosedur

Pemberian Kredit... 41

Tabel 4: Perhitungan Anova... 44

Tabel 5: Ringkasan Anova Hasil Perhitungan... 47

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I: Prosedur Bank Konvensional... 19

Gambar II: Prosedur Bank Syariah... 20

Gambar III: KurvaOne Way Anova... 50

(20)

ABSTRAK

PREFERENSI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PADA PEMILIHAN BANK PEMBERI KREDIT DITINJAU DARI PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT Studi Empiris Pada UMKM di Krebet dan Pundong Bantul

Dian Sari Dewanti NIM: 042114055 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya. Latar belakang penelitian ini adalah banyak dari UMKM-UMKM yang enggan bahkan malas untuk meminjam kredit di bank, karena sebagian besar disebabkan oleh rumitnya suatu prosedur peminjaman kredit di bank.One Way Anovamerupakan suatu penilaian rata-rata untuk menilai preferensi pemilihan bank pemberi kredit oleh UMKM.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan preferensi UMKM pada pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya. Terbukti dari besarnya F hitung = 0,001 lebih kecil daripada F tabel sebesar 3,94. Nilai p (sig) = 0,973 menunjukkan bahwa kedua rata-rata populasi sama atau Ho tidak ditolak.

Jadi prosedur pemberian kredit bukan merupakan faktor utama dalam preferensi pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya.

(21)

ABSTRACT

THE PREFERENCE OF MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES ON CREDITOR BANK SELECTION AS OBSERVED FROM CREDIT EXTENSION PROCEDURE An Empirical Study on MSME at Krebet and Pundong, Bantul

Dian Sari Dewanti NIM: 042114055 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objective of this research was to identify whether there was preference of micro, small, and medium enterprise (MSME) on creditor bank selection as observed from the procedure. This research background was that most of the MSMEs did not want to borrow from bank because of the complicated procedure of bank’s credit borrowing. One Way Anova formula is an average appraisal to appraise the preference of creditor bank selection by MSME.

This research was an empirical study. The methods of data gathering were interview, questionnaire, and documentation. The data analysis technique used was average analysis.

This research result showed that there was no difference in MSME’s preference on creditor bank selection as observed from the procedure. It was proved by the calculated F value of 0, 001 that was less than F table of 3,94. P (sig) = 0,973 value showed that the average of two populations were the same or we accepted “ho”.

It was concluded that credit extension procedure was not the main factor on creditor bank selection preference as observed from the procedure.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis multi dimensi yang pernah melanda tanah air tahun 1998 lalu

telah mengakibatkan carut marutnya tatanan perekonomian kita. Dengan

melihat keadaan saat ini, negara kita tidak lagi mempunyai

batasan-batasan untuk membatasi masuknya produk-produk luar negeri (produk

impor). Maraknya aksi penyelundupan dan praktek dumping, munculnya

pasar second, ditambah dengan adanya masalah-masalah struktural yang

telah membudaya dalam masyarakat kita membuat apresiasi terhadap

produk-produk dalam negeri dan juga produk-produk lokal, khususnya

hasil produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi

berkurang (Fokus 2007: 3).

Seringkali Perusahaan/Industri Besar (Large scale enterprise/IB)

dianggap sebagai motor utama penggerak pembangunan ekonomi.

Meskipun demikian, berbagai studi menunjukkan bahwa pengembangan

industri besar yang modern bukan merupakan cara yang terbaik bagi upaya

pembangunan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang. Karena,

industri besar yang modern hanya memerlukan sejumlah kecil tenaga kerja

trampil (high-skill labour) sehingga gagal mengatasi problem pengangguran dari tenaga kerja kurang trampil (unskilled labour) yang

banyak dihadapi oleh Negara-negara sedang berkembang (Astuti 2003:

215).

(23)

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

dianggap dapat mengatasi kelemahan ini. Kekuatan ekonomi suatu Negara

memiliki korelasi positif dengan kontribusi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) terhadap perekonomian suatu Negara. Semakin

besar kontribusi UMKM terhadap perekonomian maka makin kuat

ekonomi Negara tersebut (Astuti 2003: 215).

Perkembangan UMKM di Indonesia tidak lepas dari masalah. Tingkat

intensitas dan sifat masalah-masalah tersebut berbeda-beda tidak hanya

menurut jenis produk atau pasar yang dilayani tetapi juga berbeda antar

wilayah atau lokasi, keterbatasan modal kerja dan atau modal investasi,

kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga

yang terjangkau, dan beberapa permasalahan lain yang bersifat lebih

internal maupun bersifat lebih eksternal (Fokus 2007: 5).

Dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh UMKM, Pemerintah

akhirnya mengupayakan untuk membantu perkembangan UMKM yaitu

dengan di sah kannya lembaga keuangan syariah pada tanggal 1 Mei 1992,

dimana bank syariah menerapkan prinsip profit and loss sharing (PLS) atau prinsip bagi hasil (Purwohendi 2006: 2). Berbeda dengan bank

konvensional yang menerapkan metode bunga. Solusi dari situasi

dilematis yang dihadapi oleh UMKM adalah bagaimana pemerintah

maupun instansi-instansi yang terkait dengan perkembangan UMKM bisa

mengenalkan kepada mereka tentang kelebihan dan kekurangan yang

(24)

meminimalisasikan pinjaman modal kepada mereka ‘lintah darat’,

sehingga akan meningkatkan kualitas maupun kuantitas UMKM sendiri.

Selain itu, dengan kemudahan prosedur peminjaman kredit bagi pengusaha

Mikro, Kecil, dan Menengah dapat membantu mengembangkan UMKM

itu sendiri dan pastinya akan lebih terorganisir. Dalam keadaan ekonomi

seperti ini, Negara kita akan tetap dapat bersaing dengan Negara lain,

untuk mengupayakan peningkatkan perekonomian Indonesia.

Dengan masalah-masalah yang dipaparkan di atas, maka penulis

tertarik untuk memilih judul tentang “Preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah Pada Pemilihan Bank Pemberi Kredit Ditinjau Dari Prosedur

Pemberian Kredit”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang diungkapkan dalam latar belakang, maka

penulis merumuskan masalah yaitu apakah ada perbedaan preferensi

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada pemilihan bank pemberi kredit

ditinjau dari prosedur pemberian kredit?

C. Batasan Masalah

Peneliti memilih prosedur pemberian kredit bagi UMKM dari bank

BPD DIY. Adapun prosedurnya diambil dari jenis bank konvensional dan

(25)

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui preferensi pemilihan bank serta perbedaan

preferensi pemilihan bank pemberi kredit yang dilakukan oleh pengusaha

Mikro, Kecil, dan Menengah ditinjau dari prosedur pemberian kredit

antara bank konvensional dengan bank syariah.

E. Manfaat penelitian 1. Bagi Perusahaan

Membantu perusahaan untuk mengetahui dan mengambil keputusan

serta kebijakan tentang prosedur yang tepat dalam memberikan

pinjaman kredit bagi UMKM, sehingga berguna bagi perusahaan

maupun masyarakat umum.

2. Bagi Universitas

Sebagai wujud bakti universitas serta dapat memberikan sumbangan

pustaka yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berminat dalam dunia

perbankan pada umumya dan dalam fungsi perkreditan pada

khususnya.

3. Bagi UMKM dan masyarakat umum

Membantu UMKM serta masyarakat umum mengetahui prosedur

dalam melakukan pinjaman serta keuntungan dan kerugian dalam

memilih lembaga keuangan atau bank untuk dapat meningkatkan usaha

(26)

yang menguntungkan bagi UMKM, masyarakat umum maupun

Pemerintah.

4. Bagi Peneliti

Menambah bekal pengetahuan dan pengalaman yang berarti bagi

penulis karena bisa menerapkan dan mengembangkan langsung ke

dalam praktek.

F. Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang beberapa teori

yang dijadikan landasan yang berhubungan dengan masalah

yang dibahas sehingga mendukung penelitian.

BAB III: Metode Penelitian

Meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

subjek dan objek penelitian, data yang dicari, teknik

pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik

analisis data.

BAB IV: Gambaran Umum

Meliputi uraian gambaran informasi tentang UMKM yang

(27)

BAB V: Analisis Data dan Pembahasan

Meliputi uraian tentang hasil pengolahan data, analisis data,

pembahasan, dan jawaban dari masalah yang diajukan.

BAB VI: Penutup

Meliputi kesimpulan yang diambil dari penelitian dan

saran-saran kepada pihak perusahaan disertai pernyataan

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank

1. Pengertian Bank

Menurut UU RI No.10 tahun 1998 pasal 1 tentang perbankan, yang

dimaksud dengan bank adalah “Badan Usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.”

2. Jenis-jenis Bank

Menurut UU RI No.10 Tahun 1998, jenis bank:

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3. Fungsi Bank

Menurut Gilarso (1992: 255), fungsi bank adalah:

a. Sebagai tempat penitipan atau penyimpanan uang,

(29)

b. Sebagai lembaga pemberi atau penyalur kredit,

c. Sebagai perantara dalam lalu lintas pembayaran,

d. Sebagai pemberi jasa: penasehat atau perantara dalam segala urusan

keuangan (investasi, valas, dsb).

4. Pengertian Bank dengan Prinsip Konvensional

Bank dengan prinsip konvensional adalah bank yang menjalankan

usahanya berorientasi dengan prinsip konvensional (menerapkan sistem

bunga).

5. Kredit dalam Bank Konvensional

Menurut UU RI No.10 tahun 1998, kredit yaitu “Penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga.”

6. Pengertian Bank dengan Prisip Syariah

Bank dengan prisip syariah (Hardanti, 2002) adalah bank yang

menjalankan operasi berdasarkan aturan perjanjian hukum Islam.

7. Pembiayaan dalam Bank Syariah

a. Pengertian Pembiayaan

Menurut UU No.10 tahun 1998, yang dimaksud dengan pembiayaan

adalah penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain

(30)

tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi

hasil.

b. Macam-macam Pembiayaan:

Menurut Antonio (2001), berdasarkan sifat penggunaan dibagi:

1) Pembiayaan Produktif

Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi

dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi,

perdagangan, maupun investasi, yang menurut keperluannya dibagi

dua:

a) Pembiayaan Modal Kerja

Yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:

(1) Peningkatan Produksi,

(2) Keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari sebuah barang.

b) Pembiayaan Investasi

Merupakan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan

barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat

kaitannya dengan itu.

2) Pembiayaan Konsumtif

Pebiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut Perwataatmaja dan Antonio (1992), ada tujuh macam

(31)

1) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan atas dasar bagi hasil Al Mudharabah yaitu suatu

perjanjian usaha antara pemilik modal dengan pengusaha, dimana

pihak pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan

pihak pengusaha melakukan pengelolaan atau usaha. Hasil usaha

bersama ini dibagi sesuai dengan kesepakatan pada waktu akan

pembiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah.

Apabila terjadi kerugian, maka pihak penyedia dana akan

menanggung kerugian dimana pengusaha akan menanggung

kerugian managerial skill dan waktu serta kehilangan nisbah

keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya.

2) Pembiayaan Musyarakah

Praktek-praktek investasi atas dasar bagi hasil Al Musyarakah

atau syirkah yaitu suatu perjanjian usaha antara dua atau beberapa

pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada sebuah proyek,

dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta,

mewakilkan, atau menggugurkan haknya dalam manajemen proyek.

Keuntungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik

menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai

dengan kesepakatan bersama. Bila terjadi kerugian, kewajibannya

(32)

3) Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan perdagangan atas dasar Al Murabahah berarti

pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan.

Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang diberikan

kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi.

Berjangka waktu di bawah satu tahun.

4) Pembiayaan Al Bai Bitsaman Ajil

Praktek-praktek pembiayaan perdagangan atas dasar Al Bai

Bitsaman Ajil artinya pembelian barang dengan pembayaran cicilan.

Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil adalah pembiayaan yang

diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan

barang modal. Pembiayaan ini berjangka waktu di atas satu tahun.

5) Pembiayaan Ijarah

Praktek-praktek pembiayaan pengadaan barang atas dasar Al

Ijarah yaitu pure leasing adalah pemberian kesempatan kepada penyewa untuk mengambil kemanfaatan dari barang sewaan untuk

jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati

bersama.

6) Pembiayaan Bai Takjiri

Praktek-praktek pembiayaan pengadaan barang atas dasar Bai

Takjiri atau sewa beli adalah sebuah kontrak sewa yang diakhiri

(33)

diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian daripadanya

merupakan pembiayaan barang secara berangsur.

7) Pembiayaan AI Qardhul Hasan

Praktek-praktek pembiayaan pinjaman tunai untuk kebajikan atas

dasar Al-Qardhul Hasan atau Benevolent Loan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata

dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun

kecuali modal pinjaman.

B. Kredit

1. Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa latin yaitucredereyang berarti percaya atau to believe/to trust. Dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha

berlandaskan kepercayaan (Tjoekam, 1999).

2. Tujuan Kredit

Menurut Tjoekam (1999), tujuan perkreditan adalah:

a. Bagi Kreditur (bank)

1) Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya,

2) Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran

produk-produk lainnya dalam persaingan,

3) Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas,

(34)

b. Bagi Debitur

1) Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha

semakin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik

daripada sebelumya,

2) Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai

jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan,

3) Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam

perusahaan.

c. Bagi Otorita

1) Kredit berfungsi sebagai instrumen moneter,

2) Kredit berfungsi menciptakan kesempatan berusaha dan

kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan dan

kemungkinan membuka sumber-sumber pendapatan negara,

3) Kredit berfungsi sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan

mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efisiensi dan

mengurangi pemborosan di semua lini.

d. Bagi Masyarakat

1) Kredit menimbulkan backward dan foreward linkage dalam

kehidupan perekonomian,

2) Kredit mengurangi pengangguran, karena membuka peluang

berusaha, bekerja, dan pemerataan pendapatan,

3) Kredit meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya

(35)

3. Unsur-unsur Kredit

Menurut Tjoekam (1999), unsur kredit :

a. Waktu: yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan

pemberian kredit dan pelunasannya.

b. Kepercayaan: yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur

kepada debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan

mengembalikannya sesuai kesepakatan yang disetujui oleh kedua

belah pihak.

c. Penyerahan: yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan

nilai ekomoni kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh

tempo.

d. Risiko: yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul

sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya.

e. Persetujuan atau Perjanjian: yang menyatakan bahwa antara kreditur

dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan sebuah

perjanjian.

4. Jenis-jenis Kredit

Menurut Hardanti (2002), jenis-jenis kredit:

a. Dari segi kegunaan

1) Kredit Investasi

Biasanya untuk keperluan usaha atau membangun proyek atau

(36)

2) Kredit Modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam

operasionalnya. Misalnya: membeli bahan baku, bayar gaji

pegawai, dll.

b. Dari segi tujuan kredit

1) Kredit Produktif

Untuk peningkatan produksi atau usaha atau investasi untuk

menghasilkan barang atau jasa.

2) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam

kredit ini tidak ada pertambahan barang atau jasa yang dihasilkan.

3) Kredit Perdagangan

Untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagang yang

pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan

tersebut.

c. Dari jangka waktu

1) Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun

atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan

modal kerja.

2) Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar 1 – 3 tahun, digunakan untuk

(37)

3) Kredit Jangka Panjang

Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka

panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun.

d. Dari jaminan

1) Kredit dengan Jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan dapat berbentuk

barang berwujud, tidak berwujud atau jaminan orang.

2) Kredit tanpa Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan atau orang

tertentu.

5. Pertimbangan dalam Pemberian Kredit

Menurut Munawir (2001: 221), pemberian kredit mengandung tingkat

risiko (degrre of risk)maka, untuk menghindari atau memperkecil risiko audit yang mungkin terjadi diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang

terkenal dengan 5C, yaitu:

a. Character, yaitu mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari

calon debiturnya.

b. Capacity, yaitu menilai kemampuan calon debitur untuk melunasi kewajiban-kewajiban dari kegiatan usaha yang akan dilakukan atau

(38)

c. Capital,yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur yang tidak harus berupa uang tunai, tetapi dapat berupa

bangunan, mesin-mesin, dan lain-lain.

d. Collateral, yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atas kredit yang diterimanya.

e. Codition of economy, yaitu batasan-batasan atau hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan usaha di suatu tempat.

Sedangkan prinsip 4P, yaitu:

a. Personality, yaitu memberikan data pribadi nasabah dan riwayat hidupnya.

b. Purpose,yaitu mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit. c. Prospek, yaitu harapan masa depan dari perkembangan beberapa

bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi atau perdagangan,

sektor usaha nasabah serta membuat perkiraan keuntungan di masa

depan.

(39)

C. Prosedur

1. Pengertian Prosedur

Menurut Sumadji (2006: 527), pengertian prosedur adalah:

a. Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas,

b. Metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk memecahkan

(40)

2. Prosedur Pemberian Kredit

a. Prosedur pemberian kredit bank konvensional (Bank BPD DIY

konvensional)

Gambar I: Prosedur bank konvensional Sumber: Bank BPD DIY

Diterima untuk diproses oleh Account Officer (3)

Laporan tolakan Pengusulan oleh Account

Officer (3.g,3.h)

Penyerahan berkas dari AO kepada unit

(41)

b. Prosedur pembiayaan bank syariah (Bank BPD DIY Syariah)

Gambar II: Prosedur bank syariah Sumber: Bank BPD DIY Diterima untuk diproses oleh

(42)

Keterangan Prosedur Pemberian Kredit (bank konvensional dan bank syariah

BPD DIY)

1) Persyaratan Umum

Adapun persyaratan umum dari Bank BPD DIY antara lain:

a) Perorangan maupun Badan usaha yang berbentuk Firma,

ComanditerVenootschap (CV), Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Yayasan, BUMN/BUMD.

b) Telah memiliki perijinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Indonesia.

c) Pemilik/Pengurus adalah WNI dan cakap melakukan perbuatan

hukum.

d) Pengelola/Perusahaan telah memiliki pengalaman mengelola

perusahaan minimal 1 (satu) tahun.

e) Bukan termasuk jenis usaha yang terlarang di Bank BPD DIY dan

Indonesia.

f) Memiliki atau bersedia membuka rekening giro/deposito atau tabungan

di Bank BPD DIY.

g) Kredit/Pembiayaan tidak boleh diberikan kepada pemohon untuk

usaha yang berisiko tinggi seperti:

(1) Perdagangan jual-beli saham,

(2) Keperluan spekulasi dimana sumber pembayaran kembali kredit

(43)

(3) Perjudian dan kegiatan-kegiatan yang terlarang (narkoba, usaha

penyelundupan, pembajakan hak, dll),

(4) Orang yang terlibat kriminal,

(5) Kegiatan perdagangan yang melanggar syariah Islam (khusus bagi

bank syariah, misalnya: peternakan babi, hotel, perjudian, dll).

h) Bersedia mematuhi ketentuan/persyaratan yang ditentukan bank.

i) Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia.

2) Permohonan Kredit/Pembiayaan

a) Pemohon mengajukan permohonan kredit/pembiayaan dengan mengisi

formulir yang ditentukan Bank dilampiri dengan:

(1) Laporan keuangan 2 (dua) periode terakhir,

(2) Daftar mesin yang ada, yang diperlukan serta proses produksi

(untuk kredit investasi),

(3) Rencana biaya proyek dan skema pembiayaan,

(4) Copy akte pendirian/perubahan perusahaan,

(5) Copy perijinan yang diperlukan (semua ijin-ijin yang terkait

dengan operasional usaha yang masih berlaku),

(6) NPWP pengusaha bagi plafond kredit tertentu sesuai ketentuan,

(7) NPWP pengurus perusahaan (bila ada),

(8) Copy bukti kepemilikan barang agunan,

(9) Susunan organisasi dan manajemen,

(10) Rencana mengatasi aspek lingkungan (AMDAL) untuk industri

(44)

(11) Company profile.

b) Dalam hal perusahaan tergabung dalam group agar disampaikan pula

laporan keuangan group 2 (dua) periode terakhir dari perusahaan group

tersebut.

c) Untuk kredit/pembiayaan diatas Rp5.000.000.000,-, laporan keuangan

yang disampaikan wajib diaudit Akuntan Publik.

3) Proses Analisis Kredit Usaha

a) Penyelia pemasaran bisnis/Pincapem menugaskan Account Officer/Analis Kredit untuk melakukan analisis atas permohonan kredit yang telah lengkap.

b) Account Officer/Analis Kredit melakukan penelitian atas permohonan antara lain hal-hal sebagai berikut:

(1) Mencari informasi Bank melalui Bank Indonesia atas bonafiditas

perusahaan dan pengurusnya,

(2) Mencocokkan antara nama, alamat, dan tempat tanggal lahir antara

formulir isisan dengan KTP,

(3) Mencocokkan photo copy KTP dengan asli KTP,

(4) Meneliti keabsahan dan validitas atas semua dokumen perijinan

dan lain-lain atas perusahaan yang disampaikan,

(5) Meneliti rekening dan mutasi atas rekening calon debitur tersebut,

(6) Meneliti dengan konsep hubungan total pemohon yaitu mencari

(45)

sedang dimohon oleh debitur/grup debitur dari Bank BPD DIY

atau Bank lain,

(7) Data agunan utama/tambahan, diteliti mengenai bentuk, jenis

agunan, nilainya, keabsahan bukti kepemilikan disertai denah

lokasi.

c) Account Officer/Analis Kredit melakukan wawancara dengan calon debitur dan melakukan peninjauan on the spot ke lokasi usaha dan agunan.

d) Account Officer/Analis Kredit melakukan analisis (desk study) dan membuat asumsi atas data usaha calon debitur dan rencana

pengembangannya, meliputi antara lain hal-hal berikut:

(1) Volume penjualan yang lalu dan rencana penjualan yang akan

datang,

(2) Kapasitas produksi yang lalu dan rencana produksi yang akan

datang,

(3) Keadaan keuangan (biaya dan pendapatan) yang lalu dan rencana

proyeksi yang akan datang,

(4) Kapabilitas manajemen usaha,

(5) Data eksternal yang berpengaruh, prospek usaha, dan sebagainya.

(46)

f) Dari hasil analisa sementara tersebut, pejabat kredit/analis cabang

melakukan negosiasi dengan calon debitur, dalam hal ada perbedaan

yang dinilai signifikan.

g) Apabila diterima selanjutnya Account Officer melakukan pembahasan lengkap atas usaha yang sesuai dengan jenis kredit/pembiayaannya:

(1) Pembahasan kredit/pembiayaan modal kerja transaksional

menggunakan model analisis kredit modal kerja transaksional.

(2) Pembahasan kredit/pembiayaan modal kerja usaha dan

perpanjangan.

(3) Pembahasan kredit/pembiayaan investasi.

Dalam hal permohonan kredit/pembiayaan dengan agunan cash, maka

dapat dilihat prosedur kredit dengancash collateral.

h) Account Officer membuat laporan analisis kredit dalam bentuk Memorandum Perangkat Analisis Kredit (MPAK) secara lengkap, atas

hasil butir f tersebut, dan mengusulkan melalui komite kredit untuk

mendapatkan putusan kredit dari pejabat yang berwenang memutus

kredit.

Tabel 1: Prosedur Pemberian Kredit Secara Umum

No Prosedur

1 Permohonan (syarat-syarat) 2 Diproses oleh Account Officer 3 Survey lokasi

4 Usulan Account Officer

5 Pembahasan Komite (jika diterima) Laporan tolakan (jika tidak diterima) 6 Pencairan (jika diterima)

Penyampaian laporan penolakan kepada nasabah (jika tidak diterima)

(47)

D. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 1. Pengertian UMKM

a. Pengertian Usaha Mikro

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003

tanggal 29 Januari 2003 yang dimaksud dengan usaha mikro yaitu

usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara

Indonesia (WNI) dan memiliki hasil penjualan paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun.

Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

b. Pengertian Usaha Kecil

Menurut UU No.9 Tahun 1995, pengertian usaha kecil yaitu usaha

produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih

paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil

penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per

tahun.

Usaha kecil dapat menerima kredit dari bank antara

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

c. Pengertian Usaha Menengah

Sebagaimana dimaksud Inpres No.10 Tahun 1998 usaha menengah

(48)

bersih antara Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha.

Usaha menengah dapat menerima kredit dari bank sebesar

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan

Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Ciri-ciri UMKM

a. Ciri-ciri Usaha Mikro:

1) Jumlah tenaga kerjanya kurang dari 4 orang,

2) Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu

dapat berganti,

3) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat

berpindah tempat,

4) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha,

5) Sumber daya manusia (pengusahanya) belum memiliki jiwa

wirausaha yang memadai,

6) Tingkat pendidikannya relatif rendah,

7) Umumnya belum memiliki akses pada lembaga perbankan, namun

sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga non keuangan,

8) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas

(49)

b. Ciri-ciri Usaha Kecil:

1) Jumlah tenaga kerjanya antara 5 – 19 orang,

2) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap,

tidak mudah berubah,

3) Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak

berpindah-pindah,

4) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau

masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan

dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha,

5) sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP,

6) Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam

berwira usaha,

7) Sebagian sudah akses pada lembaga perbankan dalam hal

keperluan modal,

8) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan

baik sepertibusiness planing. c. Ciri-ciri Usaha Menengah:

1) Jumlah tenaga kerjanya antara 20 – 99 orang,

2) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang

lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian

(50)

3) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem

akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing

dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan,

4) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi

perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll,

5) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara izin tetangga,

izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll,

6) Sudah memiliki akses pada sumber-sumber pendanaan perbankan,

7) Pada umumya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskiptif dengan studi

empiris, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap objek tertentu yang

sampelnya terbatas sehingga hasil kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

hanya berlaku bagi objek yang diteliti dan berlaku pada waktu tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian: Bank BPD DIY (syariah dan konvensional) dan

UMKM di Krebet dan Pundong Bantul.

2. Waktu Penelitian: Februari – April 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian:

a. Karyawan bank bagian perkreditan,

b. Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

2. Objek penelitian:

Penelitian ini mengambil objek penelitian yang meliputi

prosedur-prosedur pemberian kredit bagi UMKM, serta perbandingan preferensi

pemilihan bank pemberi kredit yang dipilih oleh pengusaha mikro, kecil,

dan menengah ditinjau dari prosedur pemberian kredit.

(52)

D. Data yang Dicari

1. Gambaran umum UMKM di Krebet dan Pundong,

2. Prosedur pemberian kredit bagi UMKM dari Bank BPD DIY sebagai

pendukung teori.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara: mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada karyawan

bank bagian kredit tentang prosedur pemberian kredit serta pengusaha

mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah tentang preferensi

pemilihan bank pemberi kredit.

2. Dokumentasi: pengumpulan prosedur-prosedur pemberian kredit melalui

berbagai data penunjang yang berasal dari artikel-artikel, buku-buku, dan

sebagainya yang bersangkutan dengan penelitian.

3. Kuesioner: memberikan daftar pertanyaan tentang preferensi pemilihan

prosedur-prosedur peminjaman kredit kepada pengusaha mikro, kecil, dan

menengah serta memberikan nilai tentang prosedur itu.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini berjumlah 50 pengusaha

UMKM (lihat lampiran penentuan jumlah sampel) yang berada di Krebet dan

(53)

daftar pertanyaan dalam jumlah yang besar dan lengkap secara tepat dan

hemat (Kuncoro, 2003).

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian:

a. Permasalahan diselesaikan dengan menggunakan teknik one way anova. Menurut Sugiyono (2007: 201), langkah-langkah dalam penggunaan anova

satu jalan adalah sebagai berikut dengan data yang berasal dari hasil

kuesioner:

a. Merumuskan hipotesis:

Ho :μ1 =μ2: Tidak ada perbedaan preferensi pemilihan Usaha

Mikro, kecil, dan Menengah pada pemilihan bank

pemberi kredit ditinjau dari prosedur pemberian kredit.

Ha :μ1≠ μ2: Ada perbedaan preferensi pemilihan Usaha Mkro,

Kecil, dan Menengah pada pemilihan bank pemberi

kredit dtinjau dari prosedur pemberian kredit.

b. Menghitung JK (Jumlah Kuadrat) total:

(54)

d. Menghitung jumlah kuadrat dalam, dengan rumus:

e. Menghitung mean kuadrat (MK) antara, dengan rumus:

f. Menghitung mean kuadrad (MK)dalam, dengan rumus:

g. Menghitung F hitung, dengan rumus:

h. Memasukkan hasil perhitungan ke dalam tabel ringkasan Anova satu

jalan.

Tabel 2: Ringkasan Anova Hasil Perhitungan Sumber variasi dk Jumlah

Kuadrat

M K Fh Ftab Keputusan

Total Antar Kelompok

Dalam kelompok

Sumber: Sugiyono (2007: 202)

i. Mengambil keputusan

Ho ditolak jika F hitung < F tabel.

(55)

j. Menarik kesimpulan

Jika Ho tidak ditolak berarti tidak ada perbedaan preferensi pemilihan

bank pemberi kredit bagi pengusaha kecil, mikro, dan menengah

ditinjau dari prosedur pemberian kredit antara bank konvensional

dengan bank syariah.

Jika Ho ditolak berarti ada perbedaan preferensi pemilihan bank

pemberi kredit bagi pengusaha kecil, mikro, dan menengah ditinjau

dari prosedur pemberian kredit antara bank konvensional dengan bank

syariah.

(56)

BAB IV

GAMBARAN UMUM UMKM

A. Gambaran UMKM di Pundong

Artefak aneka bentuk gerabah yang fungsional maupun berupa ragam hias

banyak ditemukan sebagai bagian penemuan arkeologis. Sejarah memang

mencatat ketrampilan membuat gerabah telah menjadi bagian perkembangan

peradaban bangsa-bangsa di Nusantara. Jejak historinya pun masih jelas

terwariskan hingga masa kini.

Keahlian membuat gerabah merupakan salah satu bentuk pewarisan tertua

yang masih bertahan hingga sekarang. Sentra-sentra industri gerabah pun

masih tersebar di banyak daerah, beberapa yang terkenal saat ini salah satunya

adalah Pundong, lengkapnya desa Jetis, Kecamatan Pundong.

Dusun Jetis, Panjangrejo, terletak di Kecamatan Pundong, Bantul, sekitar

20 kilometer arah selatan kota Yogyakarta. Di kecamatan Pundong terdapat

beberapa dusun lain yang kini tumbuh menjadi sentra industri gerabah, namun

Jetis memiliki keunikan tersendiri. Di Jetis kita bisa menyaksikan gerabah

dalam bentuk paling tradisional, yakni bentuk-bentuk dasar yang fungsional,

semisal periuk, belanga, wajan, kendhi, genthong air dan cobek. Teknik

produksinya pun masih sama seperti yang dipakai nenek moyang mereka

beberapa generasi sebelumnya.

Namun, sebagaimana kecenderungan yang berlangsung di sentra kerajinan

gerabah lainnya, permintaan pasar mendorong perajin untuk memproduksi

bentuk-bentuk baru. Misalnya saja kap lampu, panel-panel keramik, asbak,

(57)

celengan, ataupun aneka bentuk hiasan berbahan tanah liat. Bahkan tak jarang

bentuk atau desain yang sama sekali baru juga dibuat berdasarkan pesanan.

Tetapi bila tidak ada pesanan, para pengrajin akan kembali memproduksi

barang-barang gerabah untuk kebutuhan rumah tangga.

Seperti halnya sebagian besar penduduk Kecamatan Pundong lainnya,

sebetulnya mata pencaharian utama penduduk Jetis adalah bertani. Profesi

sebagai pembuat gerabah hanyalah pekerjaan sambilan saja. Menurut

penduduk disana, bahwa membuat gerabah sebenarnya profesi sambilan turun

temurun.

Sekitar tiga puluh tahun lalu, jenis produk maupun lingkup pasar mereka

masih sangat sederhana dan terbatas di sekitar Pundong saja. Akan tetapi sejak

tahun 1974, pekerjaan sambilan tadi mulai mendapat sentuhan perhatian dari

pemerintah desa setempat. Beberapa warga diminta untuk pelatihan

pengembangan industri gerabah, yang kemudian ditindak lanjuti dengan

bantuan pemasaran produk mereka melalui KUD Panjangrejo. Namun,

pelatihan yang intensif dan komprehensif baru dilakukan pada tahun 1990-an

oleh Departemen Perindustrian DIY dan lembaga-lembaga terkait.

Salah satu keunikan yang masih bisa disaksikan di Jetis adalah cara

pembuatan gerabah yang masih memakai tehnik putar, salah satu tehnik dasar

tradisional yang sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Peralatan utamanya

adalah perbot atau meja putar, sedangkan proses pembakaran masih dilakukan

(58)

sebagai bahan bakar diperoleh dari daerah sekitar, tetapi ada juga yang

didatangkan dari Purworejo.

Tanah liat sebagai bahan dasar biasanya didatangkan dari daerah Godean,

Kabupaten Sleman, yang dianggap berkualitas cukup bagus. Untuk produk

keramik yang berukuran kecil, biasanya dibuat berdasarkan permintaan

pemesan yang membawa desain atau sampel sendiri. Menurut warga, para

pengrajin keramik Jetis belum mampu membuat desain sendiri.

Salah satu kelemahan pengrajin di Jetis adalah penguasaan pasar secara

mandiri. Selama ini pemasaran produk kerajinan gerabah Jetis masih

menumpang pada pemilik kios di Kasongan, sentra industri gerabah yang

berjarak sekitar 20 kilometer dari Jetis. Itu pun kebanyakan dibuat

berdasarkan pesanan. Selain pesanan dari sesama pengrajin atau eksportir di

Kasongan, pesanan juga datang dalam jumlah kecil untuk souvenir

perkawinan atau acara lainnya. Sektor industri ini menyerap banyak tenaga

kerja dari dusun Jetis dan beberapa dusun tetangga, sehingga praktis tidak ada

pengangguran di Jetis.

B. Gambaran UMKM di Krebet

Terletak di Desa Sandangsari, Kecamatan Pajangan, kurang lebih 12

kilometer sebelah barat daya dari Yogyakarta. Terdapat sekitar 400 pengrajin

yang bekerja di 20 sanggar seni dengan produk atau kerajinan utama seperti

(59)

tahun 1988 dan hampir semua warga dusun Krebet menggantungkan hidupnya

dari kerajinan.

Batik lazimnya ditorehkan di atas kain, namun para pengrajin di dusun

Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul telah

mengembangkan batik menggunakan media kayu. Topeng kayu, miniatur

binatang, dan pernik hiasan lainnya dihiasi motif-motif batik dengan proses

layaknya membatik di atas kain, adapun macam-macam motifnya antara lain

motif parangrusak, parangbarong, kawung, garuda, sidomukti, sidorahayu,dan

lain sebagainya. Jenis kayu yang digunakan sebagai bahan dasar adalah kayu

lunak diantaranya sengon, pule, dan mahoni.

Kerajinan batik kayu ini menjadi icon dusun Krebet dan menjadi tulang punggung ekonomi. Batik kayu Krebet tidak hanya dipasarkan di dalam negeri

seperti Bali, Jakarta, dan Surabaya namun telah menembus pasar mancanegara

di Asian, Eropa, dan Timur Tengah. Pada mulanya produk yang dihasilkasn

masih sebatas alat dapur dan alat rumah tangga, namun dewasa ini sudah

mampu menghasillkan berbagai benda hias dan barang kerajinan seperti yang

dijelaskan di atas.

Tahap-tahap dalam pembuatan kayu batik ini dikerjakan oleh orang yang

ahli. Para pekerja menyiapkan batang kayu sebagai bahan bakunya. Kayu

yang masih berbentuk gelodongan ini dipotong sesuai ukuran model yang

akan dibuat. Pada tahap awal ini atau tahap pemotongan dan pembentukan,

pekerja menyediakan berbagai model dan ukuran sebagai patokan dalam

(60)

yang dihasilkan. Untuk kayu dengan panjang 2 meter bisa menghasilkan 2

sampai 20 buah, tergantung model dan ukurannya. Lalu dilanjutkan dengan

memahat hingga membentuk model yang dimaksud. Setelah tahap ini selesai,

maka dilanjutkan dengan tahap penghalusan. Bentuk yang sudah ada

dihaluskan dengan amplas. Tahap berikutnya adalah tahap revisi atau

perbaikan. Di sini, hasil kerajinan yang telah melalui tahap penghalusan akan

disortir dan diperbaiki lagi. Biasanya pengerjaannya meliputi penambalan

(dempul) bagian-bagian yang berlubang dan menyortir untuk bisa ketahap

selanjutnya yaitu pembatikan dan pewarnaan. Semua yang mengerjakan ini

adalah remaja putri.

Pada dasarnya proses tersebut di atas hampir sama dengan membuat batik

pada kain, bahkan penggunaan canting dan malam (lilin madu) masih tetap

dipertahankan, tapi yang membedakan hanya medianya saja. Yang pasti,

membatik pada kayu setelah pencelupan (direbus) warna, lalu dipertegas lagi

motifnya, lalu pada tahap pelapisan atau vernis, agar terlihat mengkilap dan

(61)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bagian ini penulis melakukan analisis data untuk menjawab

permasalahan yang ada. Analisis data dalam penelitian menggunakan teknik

deskriptif yaitu membandingkan tentang prosedur-prosedur pemberian kredit

bagi UMKM, kemudian melakukan perhitungan dengan menggunakan teknik

one way anova. Teknik ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan preferensi pemilihan bank pemberi kredit bagi UMKM ditinjau dari

prosedur pemberian kredit antara bank konvensional dengan bank syariah.

Dalam penelitian ini mempertanyakan, apakah prosedur berpengaruh pada

preferensi pemilihan bank pemberi kredit yang diajukan oleh pengusaha

Mikro, Kecil, dan Menengah. Prosedur merupakan suatu tahapan kegiatan

untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Apabila suatu prosedur sangat

berpengaruh pada preferensi pemilihan bank oleh pengusaha Mikro, Kecil,

dan Menengah maka, langkah-langkah peminjaman kredit merupakan faktor

penting dalam penentuan pemilihan bank pemberi kredit. Namun apabila

prosedur tersebut tidak berpengaruh pada preferensi pemilihan bank oleh

pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah maka, prosedur tersebut bukan

merupakan faktor utama para pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk

mengajukan permohonan kredit di bank.

Data pendukung yang diperoleh penulis berdasarkan kuesioner

menunjukkan hampir semua pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah tidak

(62)

begitu menyukai untuk meminjam kredit di bank. Dibuktikan dengan adanya

komentar-komentar ‘negatif’ pada waktu pengisian kuesioner. Mereka

mengeluhkan rumitnya prosedur peminjaman kredit yang ada di dalam

kuesioner, dan dengan kerumitan prosedur tersebut, mereka enggan bahkan

malas untuk mengajukan pinjaman kredit di bank. Dari hasil wawancara pada

waktu pemberian kuesioner, masyarakat di Pundong dan Krebet lebih

menyukai meminjam modal untuk mengembangkan usaha mereka di

kanan-kiri tetangga mereka, selain cepat, tidak perlu prosedur yang rumit.

Dalam rangka pengujian Anova, maka terdapat data yang disusun sebagai

berikut:

Tabel 3: Perbandingan Preferensi UMKM Pada Pemilihan Bank Pemberi Kredit Ditinjau Dari Prosedur Pemberian Kredit

Pengusaha Bank Konvensional Bank Syariah

(63)
(64)

Sebelum melakukan penghitungan Anova, maka perlu adanya pengujian

homogenitas varian terlebih dahulu dengan uji F.

F=Varian Terbesar Varian Terkecil

F=12,81=1,09 11,69

Bank Konvensional:

s = 8 – X1= 8 – 4,58 = 3,42 s2= (3,42)2= 11,69 (varian terkecil) s = X1– 1 = 4,58 – 1 = 3,58 s2= (3,58)2= 12,81 (varian terbesar)

Bank Syariah:

s = 8 – X2= 8 – 4,56 = 3,44 s2= (3,44)2= 11,83 s = X2– 1 = 4,56 – 1 = 3,56 s2= (3,56)2= 12,67

keterangan:

s = deviasi standar

X1 = rata-rata bank konvensional X2 = rata-rata bank syariah

Harga F hitung tersebut dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk

pembilang na– 1 dan dk penyebut nb– 1. Jadi dk pembilang = 50 – 1 = 49, dk

penyebut = 50 – 1 = 49.

Dengan dk pembilang = 49 dan dk penyebut = 49, berdasarkan tabel F

(lampiran), maka harga F tabel untuk 5% = 1,60. Harga F hitung lebih kecil

darii F tabel (1,09 < 1,60). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian

data yang akan dianalisis homogen. Apabila F hitung lebih besar daripada F

(65)

Tabel 4: Perhitungan Anova

Bank Konvensional Bank Syariah Total

(66)

Tabel 4: Perhitungan Anova (lanjutan)

229 1532 228 1436 457 4959

n1= 50 n2= 50 ∑ N = 100

Sumber: Data diolah

B. Uji Hipotesis

a. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak ada perbedaan preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah pada pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari

prosedur pemberian kredit, berarti Ftab > Fh

Ha: Ada perbedaan preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada

pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedur pemberian

kredit, berarti Ftab< Fh

b. Menghitung JK (Jumlah Kuadrat) total:

=4959 – 4572 100

= 4959 – 2088,49

(67)

c. Menghitung jumlah kuadrat antar, dengan rumus:

=2292+2282–4572 50 50 100

=52441 + 51984–208849

50 100

= 2088,50 – 2088,49

= 0,01

d. Menghitung jumlah kuadrat dalam, dengan rumus:

= 2870,51 – 0,01

= 2870,50

e. Menghitung mean kuadrat (MK) antara, dengan rumus:

= 0,01 1

= 0,01

f. Menghitung mean kuadrat (MK) dalam, dengan rumus:

= 2870,50 9

(68)

g. Menghitung F hitung, dengan rumus:

= 0,01 29,29

= 0,0003

h. Memasukkan hasil perhitungan ke dalam tabel ringkasan Anova satu jalan.

Tabel 5: Ringkasan Anova Hasil Perhitungan Sumber

variasi

dk Jumlah Kuadrat

M K Fh Ftab Keputusan

Total 100 - 1 2870,51

-Karena nilai F tabel > F hitung maka, Ho tidak ditolak.

j. Menarik kesimpulan

Karena tidak bisa menolak Ho, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada perbedaan preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada

(69)

C. Pembahasan

Data yang diolah oleh penulis, prosedur dari bank konvensional lebih

diminati oleh para pengusaha yang sudah menapaki perdagangan

ekspor-impor. Hal ini ditunjukkan dalam pengisian kuesioner dimana dari 20

pengusaha dari 50 pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang sudah

melakukan perdagangan ekspor-impor ada 15 pengusaha dari Krebet dan

Pundong lebih memilih prosedur dari bank konvensional. Alasannya, karena

dengan suku bunga yang sudah ditetapkan akan lebih mudah untuk

memperkirakan besarnya pengembalian yang harus diberikan kepada pihak

bank. Mereka berpendapat bahwa di bank syariah, belum tentu dapat

mengembalikan pinjaman modal lebih sedikit dibandingkan pinjaman modal

yang ditetapkan bank konvensional. Apabila salah dalam perhitungan,

peminjam bisa mengembalikan pinjaman modal lebih besar dari pada

mengembalikan pinjaman modal di bank konvensional. Sedangkan prosedur

dari bank syariah cenderung diminati oleh para pengusaha yang

perdagangannya masih di sekitar daerah mereka tinggal. Ditunjukkan 30

pengusaha dari 50 pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah dari Krebet dan

Pundong yang masih melakukan perdagangan lokal (di daerah tempat tinggal)

cenderung memilih bank syariah. Alasan mereka lebih memilih prosedur dari

bank syariah karena mereka tergiur akan adanya pembagian hasil (nisbah).

Mereka tidak memikirkan jumlah pinjaman yang akan dikembalikan kepada

pihak bank, apakah lebih kecil atau malah lebih besar. Mereka memiliki

(70)

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, dapat

diketahui bahwa tidak ada perbedaan preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah dalam memilih bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya. Hal

ini dibuktikan dengan melihat perhitungan F hitung sebesar 0,0003. Artinya,

semakin kecil F hitung semakin kecil pula perbedaan preferensi Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah pada pemilihan bank pemberi kredit.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai p (sig) sebesar

0,973. Berarti nilai p lebih besar dari nilai 0,05 yang menandakan Ho tidak

ditolak. Jelas bahwa faktor prosedur peminjaman kredit di bank bukan

merupakan penyebab adanya perbedaan atau dengan kata lain faktor prosedur

tidak berpengaruh sama sekali bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

menentukan bank pemberi kredit.

Jika hasil penelitian diamati lewat pengolahan SPSS dengan dasar

pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas, dimana p > 0,05 ; maka Ho

tidak ditolak atau kedua rata-rata populasi sama, sedangkan p < 0,05 ; maka

Ho ditolak atau kedua rata-rata populasi tidak sama. Maka, tampak nilai F

hitung = 0,001 (lihat lampiranoneway) dan p (sig) = 0,973, oleh karena itu p > 0,05, yang berarti Ho tidak ditolak atau kedua rata-rata populasi sama.

Apabila hasil penelitian diamati berdasarkan pengambilan keputusan

atas dasar perbandingan F hitung dengan F tabel, dimana jika F hitung < F

tabel, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak, dan jika F hitung > F tabel, maka

Ho ditolak dan Ha tidak ditolak. Tampak pada perhitungan F hitung = 0,001

(71)

bebas (df) 1 dan 2 adalah df 1 = n – 1 = 2 – 1 = 1, dan df 2 = N – n = 100 – 2 =

98, sehingga F tabel = F (0,05;1;98) = 3,94

Ho ditolak Ho Ditolak

Ho diterima

-1,97 +1,97

Gambar III: KurvaOne Way Anova

Maka diputuskan F table < F hitung < F tabel, berarti Ho tidak ditolak.

Kesimpulannya terbukti secara menyakinkan bahwa Ho tidak ditolak,

maka tidak ada perbedaan preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada

(72)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada

perbedaan preferensi pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya.

Hal ini dapat dilihat dari perhitungan F hitung sebesar 0,001 lebih kecil

daripada F tabel sebesar 3,94 dan p (sig) = 0,973 lebih besar daripada 0,05

yang berarti Ho tidak bisa ditolak.

Selain itu, diperoleh data yang menunjukkan bahwa prosedur bukan

merupakan faktor utama dalam pemilihan bank pemberi kredit. Ditunjukkan

dengan adanya komentar-komentar (lihat lampiran) dari para pengusaha

Mikro, Kecil, dan Menengah yang menjadi responden. Para pengusaha

cenderung mempertimbangkan bunga pengembalian kredit dari pada prosedur

peminjaman kredit untuk mengambil pinjaman kredit di bank.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian yaitu:

1. Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang menjadi responden sebagian

tidak memahami prosedur kredit di bank sehingga ada beberapa kuesioner

yang tidak valid dan menghambat dalam melakukan analisis data,

2. Prosedur peminjaman kredit di bank bukan merupakan faktor utama

pengusaha yang menjadi responden untuk memutuskan meminjam kredit

di bank.

(73)

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang penulis berikan

yaitu:

1. Bank pemberi kredit mengadakan pengenalan lebih lanjut mengenai

berbagai macam jenis produk bank pemberi kredit kepada para pengusaha

Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga dapat memberikan pandangan

maupun gambaran dalam melakukan peminjaman kredit di bank,

2. Untuk penelitian selanjutnya bisa membandingkan antara dua bank

pemberi kredit yang berbeda, serta menambahkan variabel yang akan

diteliti. Tidak hanya variabel prosedur saja, tetapi juga ditambah dengan

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Darmi dan Widiatmoko. 2003. Profil Usaha Kecil Menengah di Jawa Tengah.FOKUS Ekonomi, Vol.2, No.3, 215-228.Jakarta: Graha Akuntan.

BPD DIY (bank konvensional dan bank syariah).

Hardanti, Reni. 2002. Diktat Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi USD.

Hartanti, Wiwik. 2004. Pelaksana Perjanjian Ijarah Muntahia Bittamlik. Thesis.Fakultas Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada. Tidak Dipublikasikan.

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Marlin, Susana. 2006. Evaluasi Sistem Pemberian Kredit Terhadap Kelompok Kredit Usaha Kecil. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma. Tidak Dipublikasikan.

Muhamad. 2003. Sistim dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press.

Purwohedi, Unggul. 2006. Penilaian Kinerja Bank Syariah Mandiri: Sebuah Studi Eksploratori.Wahana Akuntansi (jurnal ilmiah), Vol.1, No. 1, 1-16.Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.

Puwataatmadja, Karnaen dan Syafi’i, M. Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank Islam.Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Sugiyono. 2007.Statistik Untuk Penelitian.Bandung: CV.Alfabeta.

Sumadji, Pratama, dan Rosita. 2006. Kamus Ekonomi Lengkap. ______: Wipress.

Susanto, Antonius C.N. 2006. Analisis Perbandingan Pemberian Kredit Antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah.Skripsi.Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma. Tidak Dipublikasikan.

Suyatno, Thomas. 1996.Kelembagaan Perbankan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(75)

Suyatno, Thomas. 1999. Dasar-dasar Perkreditan. Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tjoekam, Mohamad. 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

UU No.10/1998 tentang Perbankan.

Widodo, Edi dan Untung, Widodo Hendy. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah.Bogor: Ghalia Indonesia.

_______, www.ekonomirakyat.com

_______, 25 November 2007. http:// usaha-umkm.blog.com/ciri+ciri+umkm/.

_______, 2007. Meningkatkan KinerjaPerekonomian Bangsa Melalui Sektor Industri Kecil dan Menengah.Jurnal FOKUS, edisi 58, 3-4, 13-14.Jakarta: Graha Akuntan.

(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)

Gambar

Tabel 1:Prosedur Pemberian Kredit Secara Umum.......................
Gambar I:Prosedur Bank Konvensional.......................................
Gambar I: Prosedur bank konvensionalSumber: Bank BPD DIY
Gambar II: Prosedur bank syariahSumber: Bank BPD DIY
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdarasarkan hasil penilitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pemanfaatan Daana Desa Dalam Pembangunan Desa Biring Ere Kecamatan Bungoro Kabupaten

Berikut adalah hasil analisa dari program berbasis FEM didapatkan besarnya maximum stress yang terjadi pada side ramp door untuk setiap kodisi pembebanan,

Bapak Anton sebagai pemilik RM. Bakmi Rasa belum menetapkan Christian sebagai calon suksesor secara resmi, karena untuk penetapan secara resmi akan dilakukan

Perilaku penggunaan sabuk keselamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Health Belief Model yang memandang penggunaan sabuk keselamatan sebagai tindakan pencegahan kecela-

7.317 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin P6371031203 CEMPAKA Jl.. Cempaka

Jika diasumsikan kondisi ideal dan parameter Eb/It, faktor aktifitas suara, chiprate, bitrate, dan faktor akurasi kontrol daya bernilai tetap maka didapat

...,Penerapan Metode Group Investigation Untuk Meningkatkan Standar Kompetensi Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Metode Penelitian I, Disampaikan dalam Seminar Hibah Pengajaran Due

Saat ini proses perencanaan pembuatan sistem pengelolaan air terpadu akan dilaksanakan mulai semester kedua, tetapi karena kondisi curah hujan mulai menunjukkan