• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI MUJAHADAH AN-NAFSH DI SMKN 11 LUWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI MUJAHADAH AN-NAFSH DI SMKN 11 LUWU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X

PADA MATERI MUJAHADAH AN-NAFSH DI SMKN 11 LUWU

ANGRAENI

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : enyplp22@gmail.com

ABSTRAK

Masih ditemukan sebagian besar siswa kelas X di SMKN 11 Luwu yang kurang dan bahkan tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran pada materi mujahadah an- nafsh menjadi latar belakang dilakukan penelitian ini. Adapun model pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan lebih menarik adalah model Problem Based Learning. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model Problem Based Lerning untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X pada materi mujahadah an-nafsh di SMKN 11 Luwu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilakukan satu kali pertemuan dimulai dengan tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan model Problem Based Learning observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X dengan jumlah 12 orang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas X di SMKN 11 Luwu pada materi mujahadah an-nafsh diketahui adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model Problem Based Lerning. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase keaktifan belajar siswa adalah 61,77%. Sedangkan pada siklus II persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 81,44%.

Kata kunci : Problem Based Learning, aktivitas belajar, mujahadah an-nafsh

(2)

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembelajaran saat ini telah mengalami perubahan, dimana peserta didik tidak hanya dianggap sebagai objek, tetapi harus berperan aktif dalam proses pembelajaran dan guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif. Proses pendidikan merupakan proses pergaulan atau interaksi manusia antara guru dan siswa yang dapat menunjang terhadap pengembangan manusia seutuhnya yang berorientasikan pada nilai-nilai yang berkaitan dengan usaha-usaha pembangunan manusia.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa aktif dan menyenangkan didalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Para siswa hanya bisa mendengar dan melihat guru menjelaskan materi dan peserta didik mendengarkan dan menerima penjelasan dari guru. Ketika ditanyakan apakah ada yang belu dimengerti, mereka hanya diam, diam karena sudah paham ataukah diam karena belum paham dan takut serta malu untuk mengajukan pertanyaan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di Kelas X SMK Negeri 11 Luwu diperoleh kenyataan bahwa materi sulit dipahami mungkin karena metode yang digunakan hanya ceramah dan pemberian tugas.Selain itu, siswa merasa takut dan malu untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami, siswa tidak berani mengerjakan soal di depan kelas karena merasa khawatir jawabannya salah, siswa mengantuk saat guru menyampaikan materi. Berdasarkan kondisi tersebut diatas, siswa membutuhkan inovasi model pembelajaran baru untuk merangsang daya tarik siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan inovasi dan menerapkan suatu model dan metode pembelajaran yang menarik.

Dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang menarik, maka akan tumbuh semangat dan atusias siswa untuk lebih aktif dan akan lebih mudah memahami pelajaran PAI.

Salah satu usaha dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru harus dapat memilih dan menyajikan model pembelajaran yang efektif. Salah satunya dengan menggunkan model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning, terdapat tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya. Salah satunya adalah diskusi kelompok dimana siswa harus beraktivitas di dalam kelompok tersebut seperti mengeluarkan pendapat, memecahkan masalah. Model pembelajaran Problem Based Learning secara efektif akan membantu meningkatkan aktivitas belajar siswa karena

(3)

mengharuskan siswa untuk aktif dalam tahapan diskusi kelompok. Dengan kegiatan ini diharapkan aktivitas belajar siswa akan meningkat yang berdampak pada peningkatan hasil belajar.

PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. PBL merupakan pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamnya termasuk teori belajar konstruktivisme (Nafiah, 2014: 130). Sedangkan menurut Muhibbin Syah, belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, rasional, lugas, teratur, dan teliti (Syah, 2013: 123).

Langkah-Langkah (Sintak) Problem Based Learning yaitu : (1) Orientasi peserta didik pada masalah yaitu guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perlengkapan yang dibutuhkan, dan memotivasi peserta didik untuk aktif memecahkan masalah yang dipilih, (2) Mengorganisasikan peserta didik dalam belajar, (3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. (Syamsidah, 2018: 20).

Kelebihan Problem Based Learning yaitu : (1) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, (2) Meningkatkan kecakapan kolaboratif, (3) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber (Hermanto, 2017: 60). Hal yang menjadi kekurangan dari Problem Based Learning meskipun PBL sudah lama diterapkan akan tetapi masih menjadi barang baru di dunia pendidikan Indonesia. Perlu adanya training dan pelatihan sebelum pelaksanaannya sehingga guru menguasai proses dan juga tujuan dari PBL dalam pembelajaran itu sendiri (Hermanto, 2017: 60).

Aktivitas siswa merupakan salah satu ciri interaksi belajar mengajar sebagaimana yang dikemukakan oleh Edi Suardi dalam bukunya pedagogik (1980), yaitu “bahwa siswa merupakan sentral, makaaktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar”. Menurut Sriyono “aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani” (Sadirman AM, 2008: 17). Menurut Ahmad Rohani “aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, ataupun bekerja,ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran” (Rohani, 1991: 6-9).

(4)

Ditinjau dari segi proses dan hasil, Sriyono mengemukakan “bahwa siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila memiliki ciri-ciri perilaku yaitu : (1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain, (2) Mampu menjawab pertanyaan, (3) Senang dan mau mengerjakan tugas yang diberikan, (4) Mengajukan pendapat, (5) Dapat bekerjasama dengan siswa lain (Hamalik, 2001: 172). Menurut Paul B.

Diedrich menyimpulkan kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa yaitu : (1) Visual activitiest, (2) Oral activities (3) Listening activities, (4) Writing activities, (5) Drawing activities (6) Motor activities, (7) Mental activities, (8) Emotional activities. Berdasarkan beberapa klasifikasi aktivitas diatas siswa diminta untuk memiliki aktivitas tersebut dalam proses pembelajaran agar proses belajarnya lebih bermakna dan aktif dalam melakukan kegiatan belajar (Rohani, 1991: 10). Berdasarkan deskripsi teoritis, maka hipotesis penelitian dirumuskan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X pada materi mujahadah an-nafsh di SMK Negeri 11 Luwu. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model Problem Based Lerning untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X pada materi mujahadah an- nafsh di SMKN 11

Deskripsikan latar belakang penelitian anda di sini. Deskripsikan metode penelitian yang anda gunakan di sini. Analisis tingkat pemahaman konsep Pendidikan Agama Islam siswa untuk mengetahui keberhasilan dan kontribusi terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan penerapan Discovery Learning terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam hal ini dilakukan analisis hasil pemahaman siswa dari materi yang dipelajari untuk tiap siklusnya serta analisis hasil observasi kegiatan awal dan hasil tes tiap siklusnya.

Penerapan model inisudah dibuktikan dengan pendapat dari sebagian tokoh pendidikan yaitu Discovery learning juga mengembangkan pemikiran pada tingkat yang lebih tinggi, artinya tidak hanya terbatas pada meningkatkan pengetahuanmelainkan juga mengembangkan kemampuan dan siswa dalam mengatasi pemecahan masalahan. Adapun hasil tes pada tiap siklus dan tingkat pemahamansiswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 11 Luwu yang terletak di jalan Poros Palopo-Belopa Km.17 Desa Karang-Karangan Kec. Bua Kab. Luwu Sulawesi Selatan. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas X yang terdiri atas 12 siswa, laki-laki 2 orang dan perempuan 10 orang, Kepala Sekolah dan rekan guru

(5)

PAI. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Langkah pada tiap siklus dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti melakukan pengamatan awal (pra observasi). Kemudian akan dilanjutkan dalam dua siklus pada Mata Pelajaran PAI dan BP. Hal ini dimaksudkan untuk melihat perkembangan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Bila pada siklus I terdapat masalah dalam tindakan dan indikator keberhasilan belum tercapai. Selanjutnya, dilakukan tindakan ulang melalui siklus berikut (siklus II) lebih banyak diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap kekurangan yang terdapat pada siklus I.

Tahap perencenaan, peneliti membuat acuan program pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan membuat istrumen berupa lembar observasi dan dokumentasi. Pada tahap pelaksanakan peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat.

Pada tahap observasi, peneliti dan observer dalam hal teman sejawat/ rekan guru PAI melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dan mengisi lembar observasi untuk mengatahui aktivitas belajar siswa dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan pembelajaran yang dilaksanakan. Selanjutnya pada tahap refleksi peneliti mengkaji dan memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan atau observasi tindakan untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada pelaksanaan siklus berikutnya.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi kegiatan pembelajaran serta dokumentasi kegiatan pembelajaran pada setiap siklus. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui keefektifan penerapan model Problem Based Learning perlu diadakan analisa data. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi dengan menggunakan rumus sederhana sebagai berikut :

Mx=x/N X100%

Hasil perhitungan nilai rata-rata tes yang telah diperoleh pada setiap siklusnya kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria berikut:

80 < Mx ≤ 100 Sangat Tinggi 65< Mx ≤ 80 Tinggi

50< Mx ≤ 65 Sedang 20< Mx ≤ 50 Rendah

(6)

0< Mx ≤ 20 Sangat Rendah

Setelah diperoleh hasil peresentase hasil belajar, peneliti menentukan kategori peningkatan hasil belajar siswa. Pemberian kategori bertujuan untuk mengetahui kualifikasi persentase hasil belajar siswa. Adapun kriteria pembelajaran aktif apabila telah mencapai 80 %.

HASIL PENELITIAN Observasi Siklus I

Hasil dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dan observer adalah selama proses pembelajaran menggunakan model PBL, observer mencatat pelaksanaan pembelajaran dan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar. Berdasarkan hasil observasi terhadap keaktifan siswa pada siklus I, menunjukkan bahwa siswa sudah menunjukkan respon positif walaupun masih ada sebagian siswa yang belum terlibat aktif. Tidak semua siswa melakukan aktivitas belajar sesuai dengan indikator yang akan dicapai.

Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus I menunjukkan bahwa nilai persentase keaktifan siswa yaitu 61,77 %. Berikut ini perolehan masing-masing aspek keaktifan tiap indikator pada siklus I : (1) Memperhatikan penjelasan guru melalui PPt 65 %, (2) Mengamati video pembelajaran 65 %, (3) Mengajukan pertanyaan 55%, (4) Menjawab pertanyaan 52 %, (5) Berdiskusi dalam kelompok 68 %, (6) Menyelesaikan masalah 61 %, (7) Memperhatikan presentasi teman 67%, (8) Menanggapi hasil presentasi kelompok lain 63%, (9) Merangkum materi pelajaran 60 %.

Berdasarkan hasil persentase diatas, dapat dinyatakan bahwa keaktifan siswa pada siklus I masih tergolong kedalam kriteria sedang. Hasil pengamatan dari Siklus I menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran belum mencapai kriteria yang ingin dicapai yaitu 80 % sesuai dengan kriteria keberhasilan. Hal ini dikarenakan peserta didik kurang aktif dalam kegiatan diskusi, siswa malu menanyakan kesulitan yang dihadapi saat mengerjakan tugas. Pada saat kegiatan diskusi, guru kurang maksimal dalam membimbing peserta didik.

Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran PAI dan BP materi mujahadah an-nafsh siklus I menggunakan model pembelajaran PBL, menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada RPP berjalan cukup baik, namun belum maksimal. Selama pelaksanaan pembelajaran masih terdapat beberapa kekurangan sehingga menuntut adanya perbaikan pada siklus berikutnya. Beberapa permasalahan yang muncul saat pelaksanaan

(7)

siklus I antara lain sebagai berikut : (1) Guru masih belum terbiasa menggunakan model pembelajaran PBL, guru masih bingung pada beberapa tahap pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran belum berjalan dengan maksimal. (2) Siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran PBL sehingga dibutuhkan adaptasi siswa untuk mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran yang sudah direncanakan. (3) Siswa sudah ikut serta dalam kegiatan diskusi tetapi masih terdapat beberapa siswa yang pasif. Hal tersebut dilihat dari beberapa siswa yang terlihat dominan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, sedangkan siswa yang pasif terlihat diam dan mengiyakan jawaban teman, bahkan ada yang mengganggu peserta didik lain yang sedang mengerjakan tugas. (4) Masih terdapat siswa yang belum memahami betul permasalahan yang diberikan guru. Mereka dominan meminta bantuan kepada guru dalam memecahkan masalah yang diberikan dan tidak menanyakan kepada teman yang bisa. Hal ini dikatakan bahwa siswa dalam kelompok kurang berdiskusi dalam kelompok.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dapat disimpulkan bahwa hasil siklus I belum mencapai indikator keberhasilan penelitian sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus II agar kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang diharapkan.

Observasi Siklus II

Hasil dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dan observer pada siklus II adalah siswa sudah menunjukkan keaktifannya selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model PBL. Siswa terlihat lebih berpartisipasi aktif jika dibandingkan dengan siklus I. Hasil observasi menunjukkan bahwa nilai persentase keaktifan siswa yaitu 81,44 %. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan. Berikut ini perolehan masing-masing indikator keaktifan siswa pada siklus II yaitu : (1) Memperhatikan penjelasan guru melalui PPt 85%, (2) Mengamati video pembelajaran 83%, (3) Mengajukan pertanyaan 82%, (4) Menjawab pertanyaan 80%, (5) Berdiskusi dalam kelompok 81%, (6) Menyelesaikan masalah 80%, (7) Memperhatikan presentasi teman 82%, (8) Menanggapi hasil presentasi kelompok lain 80%, (9) Merangkum materi pelajaran 80%.

Hasil persentase diatas menunjukkan bahwa siswa suadah mulai berperan aktif dalam pembelajaran dengan model Problem Based Learning.

Indikator keaktifan siswa sudah mencapai 81,44 %. Hal tersebut dikarenakan peserta didik sudah mulai bisa beradaptasi dengan model pembelajaran PBL sehingga siswa sudah tidak kebingungan untuk melaksankan proses pembelajaran di kelas. Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan diskusi kelompok.

(8)

Beberapa siswa juga terlihat mengkoordinir teman kelompok untuk melakukan diskusi. Siswa terlihat aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya, mereka sangat antusias dengan tugas yang diberikan, bahkan sebgaian dari mereka menemukan informasi baru terkait materi yang dipelajari.

Selama presentasi berlangsung, sebagian besar siswa sudah aktif dalam memperhatikan maupun memberi tanggapan dari presentasi temannya.

Refleksi Siklus II

Hasil penelitian keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Berdasarkan observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa pada siklus II kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan yang dilakukan sudah berhasil dengan hasil peningkatan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Pembahasan

Kegiatan observasi awal menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah rendahnya keaktifan siswa kelas X selama mengikuti kegiatan pembelajaran PAI. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu adanya inovasi dalam penggunaan model pembelajaran agar bisa mendorong siswa untuk lebih berperan aktif di dalam kelas. Model yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas X pada mata pelajaran PAI dengan materi mujahadah an-nafsh, maka dapat diketahui adanya peningkatan keaktifan siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.

Tahapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan siswa. Dapat dilihat pada tahap penyajian, dimana dalam model PBL ini terdapat lima tahap. Tahap pertama yaitu mengorientasikan siswa pada masalah berarti siswa memperoleh informasi dari informasi yang diberikan guru melalui PPt. Pada tahap ini siswa mengaitkan informasi yang didapatkan dengan fakta-fakta yang pernah mereka temukan.

Tahap kedua mengorganisasikan siswa untuk belajar dan tahap ketiga membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, siswa akan belajar dengan cara melakukan diskusi dan saling bertukar informasi dalam kelompoknya. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mc Keachie (Warsono, 2012 : 8) salah satu dimensi pembelajaran siswa aktif adalah partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terutama yang membentuk interaksi antar murid.

(9)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilaksanakan pada mata pelajaran PAI dan BP kelas X di SMKN 11 Luwu pada materi mujahadah an- nafsh, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran PAI dan BP. Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) pada setiap pertemuan pada siklus I persentase keaktifan siswa adalah 61,77%. Sedangkan pada pertemuan siklus II persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 81,44%.

DAFTAR PUSTAKA

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar Cet.8. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Herminarto, Sofyan. d. 2017. Problem Based Learning dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: UNY Press.

Jasiah. 2013. Relasi Filsafat dan Teori Pendidikan. Harati Vol.04, 161-170.

Nafiah, Yunin. Nurun. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi Vol.4, 130.

Rohani, Ahmad. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan (Dengan Pendekatan Baru). Bandung:

PT.Rosdakarya.

Syamsidah, Hamidah. Suryani. 2018. Model Problem Based Learning (PBL) Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Makan. Yogyakarta: CV.Budi Utama.

Warsono, Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN UMUM PEKERJAAN PENGADAAN BIBIT TANAMAN PERKEBUNAN DINAS EKHUTANAN DAN PERKEBUNAN TAHUN ANGGARAN 2012.. Nomor : 14/ PBJ-ULP.MRS/ 32.L.14/ DAU/

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

Data dalam penelitian ini adalah data skor yang terdiri dari data pretest sebagai data awal, data posttest sebagai data akhir serta peningkatan dari kemampuan

Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Perbandingan Penambahan Variasi Ragi Tape dan Ragi Roti dalam Pembuatan Bioetanol dari Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa

Upaya pemberdayaan masyarakat juga menjadi bagian aktivitas YBM BRI. Bantuan diberikan berupa modal usaha bagi para pedagang kecil, petani, peternak, atau usaha produktif

Melalui observasi, peneliti melihat secara langsung bagaimana proses kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kenyataannya tanpa ada rekayasa, selanjutnya melalui

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pemahaman konsep mahasiswa yang diajar menggunakan