1
Salah satu jenjang pendidikan yang penting dan diwajibkan di Indonesia
adalah Pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 berbunyi:
"Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya". Untuk itu, pembelajaran pada jenjang SD harus mampu menjadi
fokus perhatian dalam pendidikan di Indonesia. Keberhasilan maupun kegagalan
proses belajar mengajarnya akan mempengaruhi siswa untuk menempuh pendidikan
di tingkat selanjutnya maupun dalam kehidupan sehari hari mereka bahkan kehidupan
mereka di masa depan baik di dunia ekonomi dan bisnis, politik, budaya, dan
pendidikan yang mempertimbangkan banyak aspek temasuk diantaranya kemampuan
bersikap, berpikir, keterampilan dan bermasyarakat. Pendidikan dasar inilah yang
selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik.
Dalam dunia pendidikan, kerangka dalam peningkatan kualitas diri peserta
didik tertulis di dalam kurikulum. Kurikulum menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian
Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Olivia (1997: 60) mengemukakan, secara konseptual kurikulum
adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan
tantangan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut maka jelas bahwa keberadaan
kurikulum merupakan hal yang sangat penting dalam terlaksananya pendidikan serta
dalam peningkatan kualitas pendidikan khususnya di sekolah dasar.
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan terjadi pengembangan dan
masa. Kurikulum selalu dinamis dan bergerak mengarah kepada perubahan ke hal
yang jauh lebih baik sesuai tuntutan zaman. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
terbaru yang diterbitkan pemerintah. Penerapan kurikulum 2013 memerlukan
perubahan paradigma pembelajaran, dimana siswa dilatih untuk belajar
mengobservasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis
(mengasosiasi) data, dan mengkomunikasikan hasil belajar yang disebut dengan
pendekatan saintifik. Pendekatan ini perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk belajar mandir dan berpikir secara sistematis, analitis, serta
logis.
Usaha yang dilakukan dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk
belajar mandiri dan berpikir secara sistematis, analitis, serta logis yaitu dengan
penerapan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menurut Daryanto (2014: 51)
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara
aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengdentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu,dalam proses pembelajaran diharapkan tercipta kegiatan yang mengajak
siswa untuk dapat diarahkan dan mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik
antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan
pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning)
Permendikbud Nomor 65 (2013: 2). Ridwan Abdullah (2014: 88) mengatakan bahwa
menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan. Kegiatan belajar seperti ini sesuai dengan teori Bruner
yang menyarankan agar siswa belajar secara aktif untuk membangun konsep dan
prinsip. Selain aktif, pembelajaran dengan menggunakan metode ini menuntut guru
untuk lebih kreatif menemukan situasi yang dapat membuat siswa belajar kritis dan
kreatif dalam menemukan pengetahuan sendiri. Pendekatan yang mampu mendukung
pembelajaran yang penemuan adalah pendekatan ilmiah (saintifik). Oleh karena itu
pendekatan ilmiah (saintifik) menjadi pendekatan utama yang menjadi ciri khas
dalam pelaksanaan kurikulum 2013.
Penggunaan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 akan sangat
berkaitan dengan proses pembelajaran yang nanti hendak dilakukan oleh guru.
Kaitannya dengan proses pembelajaran, belakangan ini semakin banyak pengelola
institusi pendidikan yang menyadari perlunya pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada pemelajar (learner centered). Pendekatan teacher centered, sudah
dianggap tradisional dan perlu diubah. Tufiq Amir (2010:3), pendekatan yang
teacher centered sudah tidak memadai jika digunakan pada era pengetahuan ini. Para
pendidik harus menaruh banyak kecurigaan perhatian bahwa konten yang kini
diajarkan bisa saja berubah dan menjadi usang serta berkurang relevansinya. Era
pengetahuan yang sedang kita alami membutuhkan lebih dari sesuatu yang kita bisa
berikan sebagai guru dengan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Salah satu cara yang menjadi jalan bagi guru untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa yaitu melalui pengajaran. Pembelajaran yang berbasis pada
penemuan seperti Discovery Learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat mengajarkan kemampuan berpikir logis, analitis, dan sistematis karena
dengan siswa dapat menyelesaikan permasalahan dan menemukan suatu konsep
dengan mandiri. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang
bila mereka dihadapkan pada satu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Dalam
Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik (siswa) mulai dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir
siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat
membuktikan bahwa kesimpulan itu benar sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan
sebelumnya yang sudah diketahui. Berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa
untuk menguraikan, memerinci dan menganalisis informasi-informasi yang
digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan
pikiran yang logis, bukan berdasarkan perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis
adalah kemampuan berpikir siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan tugas
sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah atau perencanaan yang tepat, efektif
dan efesien. Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan. Seseorang untuk dapat
dikatakan berpikir sistematis, maka ia perlu berpikir secara analitis untuk memahami
informasi yang digunakan. Kemudian, untuk dapat berpikir analitis diperlukan
kemampuan berpikir logis dalam mengambil kesimpulan terhadap suatu situasi.
Kemampuan berpikir logis, analitis, dan sistematis dapat diwujudkan di SD melalui
PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).
PAKEM dapat diwujudkan salah satunya dengan permainan. Menurut teori
belajar Dienes, berhubungan dengan tahap belajar, suatu anak didik dihadapkan
pada permainan yang terkontrol dengan berbagai sajian. Kegiatan ini
menggunakan kesempatan untuk membantu anak didik menemukan cara-cara
dan juga untuk mendiskusikan temuan-temuannya. Langkah ini merupakan salah
satu cara untuk memberi kesempatan kepada siswa agar dapat berpartisipasi dalam
proses penemuan. Permainan merupakan slah satu cara yang cocok digunakan dalam
Pendekatan saintifik melalui model discovery learning dengan permainan
merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis,
analitis, dan sistematis siswa dalam mata pelajaran matematika. Setelah siswa mampu
berpikir logis, analitis, dan sistematis di dapatkan diharapkan dengan treatmen yang
dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD. Hasil belajar merupakan suatu
keberhasilan siswa yang diperoleh dari hasil belajarnya. Oleh karenaitu, hasil belajar
merupakan suatu ukuran berhasil tidaknya peserta didik setelah menempuh
pelajaran. Hasil belajar tersebut sangat penting bagi peserta didik karena sebagai
tolok ukur langsung yang sering dipakai oleh guru untuk mengetahui pemahaman
siswa mengenai materi yang telah diberikan.
Materi pelajaran yang sering menjadi momok bagi peserta didik adalah
Matematika. Matematika sering menjadi mata pelajaran yang ditakuti peserta didik
karena berkaitan dengan angka-angka, rumus-rumus yang jauh dari dunia siswa dan
mengkondisikan siswa untuk menghafal. Matematika merupakan ilmu deduktif dan
abstrak, itulah yang kita temukan pada situasi pembelajaran matematika saat ini.
Sedangkan menurut Piaget, usia SD merupakan tahap berpikir operasional konkret.
Seharusnya pembelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan benda-benda
yang konkrit sehingga siswa lebih mudah memahami. Selain itu melalui sebuah
kegiatan investigasi dan menemukan siswa mampu berpikir lebih logis, analitis dan
sistematis sehingga pembelajaran menjadikan siswa lebih aktif dan memberikan
pengalaman yang tidak mudah begitu saja untuk dilupakan. Oleh karena itu,
penggunaan pendekatan saintifik melalui pembelajaran berbasis discovery akan
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika SD.
Penggunaan pendekatan saintifik dan model pembelajaran berbasis Discovery
Learning merupakan pendekatan dan model pembelajaran yang terdapat dalam
kurikulum 2013. Proses kerja ilmiah merupakan pendekatan yang diutamakan dalam
kurikulum 2013. Model pembelajaran ini diterapkan dengan mengintegrasikan
elemen-elemen pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Sebelum pendekatan
menetapkan berhentinya kurikulum 2013 dan digantikan dengan KTSP. Keputusan
tersebut tertulis dalam Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang
Pemberlakukan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan pengaruh yang signifikan antara
pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning berbantuan
permainan dalam meningkatkan hasil belajar Matematika.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi masalah yang terkait
dengan pembelajaran:
1. Penggunaan kurikulum 2013 yang berganti kembali dengan KTSP.
2. Guru masih kurang dalam menciptakan pembelajaran matematika
dengan konsep menemukan.
3. Guru belum untuk menciptakan pembelajaran matematika yang
mengembangkan kreativitas.
4. Pembelajaran matematika yang menyenangkan dengan permainan jarang
dilakukan.
5. Konsep hafalan rumus masih sering dalam pembelajaran matematika di
SD.
1.3 Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi tersebut dan keterbatasan waktu,
dana serta tenaga, maka penelitian dibatasi pada penggunaan pengaruh yang
signifikan pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning dengan permainan
1.4 Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan Pendekatan Saintifik melalui
Model Discovery Learning dengan Permainan terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas 5 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui adanya tidaknya pengaruh yang signifikan pendekatan saintifik
melalui model Discovery Learning dengan permainan terhadap hasil belajar
Matematika siswa kelas 5 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mencakup manfaat penelitian secara teoretis dan praktis.
Manfaat teoretis penelitian ini adalah:
a. Menjadi referensi bagi penelitian pendidikan lainnya.Sebagai suatu karya
ilmiah, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya maupun bagi
masyarakat luas pada umumnya mengenai penggunaan pendekatan
saintifik melalui model Discovery Learning dengan permainan terhadap
hasil belajar Matematika.
b. Melihat pengaruh pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning
berbantuan permainan terhadap hasil belajar Matematika.
c. Melihat perbedaan pengaruh yang signifikan pendekatan saintifik melalui
model Discovery Learning dengan permainan terhadap hasil belajar
Matematika.
d. Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih
menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang kreatif dan
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a. Bagi guru, penelitian ini dapat membantu guru dalam penggunaan
pendekatan saintifik melalui metode Discovery Learning dengan
permainan terhadap hasil belajar Matematika.
b. Bagi siswa, pendekatan saintifik melalui Discovery Learning dengan
permainan dapat membangun kognitif siswa untuk menemukan suatu
konsep sehingga siswa dapat mengalami peningkatan hasil belajar pada
pelajaran Matematika, melatih siswa dalam menambah pengetahuan dan
kemampuan untuk memperoleh, mengevaluasi dan menggunakan
informasi dalam berbagai bentuk dengan bekerjasama untuk berpikir
logis, analitis, dan sistematis mengatur tugas dan mengkomunikasikannya.
c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan pertimbangan, pandangan
dan masukan bagi pengembangan kurikulum dan perbaikan proses belajar
mengajar.
d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat mengembangkan keterampilan dalam
meneliti khususnya penulisan Penelitian Eksperimen, kecakapan hidup
(life skill), kemampuan berpikir kritis (critical thinking skill), dan