LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL Nama Mahasiswa : Nadia Vanessa
NPM : 17514744 Tanggal Pemeriksaan : 8 Juni 2015
Nama Asisten : 1. Maria Inke Septiani
2. -Paraf Asisten :
1. Percobaan : Indera Pendengaran dan Keseimbangan Nama Percobaan : Percobaan Rine
Nama Subjek Percobaan : Nadia Vanessa Tempat Percobaan : Ruang K151
a. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara
lebih baik daripada tulang.
b. Dasar Teori : Bunyi dapat didengar manusia melalui transmisi getaran bunyi. Transmisi getaran bunyi ada dua macam yaitu:
a. Transmisi Hawa (Aerotymponal), yaitu jalannya getaran melalui penghantar hawa. Jalannya impuls sebagai berikut: sumber suara menggetarkan udara → daun telinga → meatus acusticus externus → menggetarkan membran thympany → osicula auditiva → menggetarkan perilymphe→ membran basalis bergetar → organon corti (reseptor pendengaran) bergetar → membrana tectoria → menstimulasi ujung rambut neuroepithel → nervus cochlearis → otak (lobus temporalis) → sadar akan bunyi.
→ menggetarkan perilymphe pada skala vestibuli → skala tymphani → dan selanjutnya seperti penghantaran melalui udara atau hawa.
Penghantaran melalui tulang dapat dilakukan dengan percobaan RINE, sedangkan percobaan WEBER menunjukkan penghantaran bunyi melalui tulang yang diteruskan dengan penghantaran melalui hawa.
Kecepatam hantaran suara pada orang muda sebelum proses penuaan terjadi pada telinga adalah biasa dinyatakan antara 30-20.000 siklus per detik. Tapi, batas suara ini tergantung intensitasnya. Bila intensitasnya hanya 60 desibel, batas suara adalah 500-15.000 siklus per detik. Bila intensitasnya adalah 20 desibel, batas frekuensinya adalah 70-15.000 siklus per detik. Hanya dengan suara kuat, batas lengkap 30-20.000 siklus per detik dapat dicapai.
c. Alat yang Digunakan : Garputala.
d. Jalannya percobaan : Pukul garputala pada besi, kemudian letakkan dia puncak kepala. Kemudian, letakkan di depan lubang telinga. Pastikan garputala tidak menyentuh apapun kecuali besi. Stelah itu, pukul kembali garputala dan letakkan di belakang telinga, dan terakhir letakkan kembali garputala di depan lubang telinga. Amati apa yang terjadi dengan garputala tersebut.
panjang dari garputala tersebut. Hal yang sama terjadi apabila garputala kita letakkan di belakang telinga, kemudian dipindahkan ke depan lubang telinga.
f. Hasil Sebenarnya : Suara nada garpu tala yang sudah tidak terdengar ketika ditempatkan di puncak kepala, masih tetap terdengar ketika garpu tala itu ditempatkan di depan lubang telinga.
Suara nada garpu tala yang sudah tidak terdengar ketika ditempatkan di belakang telinga masih tetap terdengar ketika garputala itu ditempatkan di depan lubang telinga.
a. Semakin besar garpu tala, makin berat suaranya.
b. Garputala dan telinga sejajar hantaran udaranya bagus.
c. Pada orang tua elastisitas menbran thympany kurang baik sehingga terkadang indera pendengaran kurang berfungsi dengan baik. d. Membran thympany menggetarkan maleus,
incus, dan stapes sehingga terdengar suara. g. Kesimpulan : Transmisi udara lebih baik daripada transmisi
melalui tulang. Oleh sebab itu kita bisa mendengar lebih baik apabila getaran suara merambat melalui udara bukan dari tulang.
2. Percobaan : Indera Pendengaran dan Keseimbangan Nama Percobaan : Tempat Sumber Bunyi
Nama Subjek Percobaan : Nadia Vanessa Tempat Percobaan : Ruang K151
a. Tujuan Percobaan : Untuk menentukan sumber bunyi.
b. Dasar Teori : Kecepatan hantaran gelombang bunyi oleh udara adalah 331,33 m/detik. Suatu sumber suara yang berasal dari bidang medium pada tubuh kita, dari muka, atas, atau belakang, manusia itu akan mencapai telinga pada waktu yang sama, sehingga sumber itu akan sulit ditemukan letaknya. Bila sumber bunyi ada di sebelah kiri, bunyi yang muncul akan mencapai telinga sebelah kiri dulu sehingga timbul kesan bahwa sumber bunyi terletak di sebelah kiri. Tetapi bila bunyi muncul terus menerus pada waktu yang sama, maka sumber bunyi akan sulit diketahui asalnya. Oleh karena itu, apabila membunyikan sesuatu dengan maksud memberitahu sumber bunyi, maka haruslah tidak dilakukan terus menerus tetapi secara terputus-putus.
Beberapa neuron di medial superior olives mampu membedakan datangnya sumber suara pada telinga kiri dan kanan. Sebaliknya, beberapa neuron di lateral superior olives mampu membedakan amplitudo bunyi antara kedua telinga.
c. Alat yang Digunakan : Pipa karet.
telinga (kanan dan kiri), kemudian pemeriksa akan menekan salah satu sisi dari pipa karet tersebut (kanan, kiri, tengah). Berdasarkan pendengaran subjek percobaan, subjek dminta untuk memberitahu bagian mana dari pipa karet yang telah ditekan oleh pemeriksa. Apakah bagian kanan, kiri, atau tengah.
e. Hasil Percobaan : Kanan, kiri, tengah. Indera pendengaran tidak ada gangguan dan masih normal.
f. Hasil Sebenarnya : - Kalau masih bisa membedakan kiri dan kanan normal.
- Membedakan yang bagian tengah cukup sulit. g. Kesimpulan : Kita bisa mengetahui sumber dari sebuah bunyi
apabila bunyi tersebut terputus-putus atau berbunyi secara berkesinambungan bukan terus-menerus. Dalam percobaan ini, dikarenakan tujuannya adalah menentukan sumber bunyi, maka bunyi diberikan secara berkesinambungan sehingga subjek bisa mengatahui asal bunyi tersebut.
3. Percobaan : Indera Pendengaran dan Keseimbangan Nama Percobaan : Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran Nama Subjek Percobaan : Nadia Vanessa
Tempat Percobaan : Ruang K151
a. Tujuan Percobaan : Untuk memeriksa ketajaman pendengaran. b. Dasar Teori : Bunyi adalah vibrasi molekul di udara. Manusia
hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000 Hz (hertz). Vibrasi berjalan melalui udara sekitar 1,238 kilometer (743 mil) per jam. Telinga atau organon auditus terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Bagian Luar (Auris Externa), terdiri dari: - Daun telinga, berfungsi untuk menangkap
dan mengarahkan suara. - Cuping telinga
- Liang telinga
- Gendang telinga (Membrana Thympani), membran ini terdiri dari beberapa membran yang memiliki frekuensi berlainan. Getaran pada membrana thympani akan diteruskan oleh tulang pendengaran (osicula auditiva) menuju sel-sel pendengar (organon corti). 2. Bagian Tengah (Auris Media), terletak di
selaput lendir (fonestra ovalis). Bagian ini mempunyai tulang-tulang pendengaran, yaitu: - Tulang Pukul, yang bersandar pada
membrana thympani atau milius.
- Incus atau Tulang Landasan, yang terletak di tengah.
- Stapes atau Tulang Sanggurdi, yang menghubungkan incus dengan fonestra ovalis.
3. Bagian dalam (Auris Interna), terdiri atas dua ruangan yang berhubungan satu dengan yang lain. Ruangan-ruangan itu tidak teratur dan disebut “labyrinth”. Ada dua macam labyrinth, yaitu:
- Labyrinthus Ossesus (dinding tulang) yang terdiri dari serambi (vestibulum), saluran gelung (canalis semi circulair), dan rumah siput (cochlea).
- Labyrinthus Membranicus (dinding membrana), letaknya di dalam labyrinth tulang. Terdiri dari sacula, otricula yang terletak di dalam serambi, tiga buah saluran gelung dan rumah siput yang merupakan bagian yang berhubungan dengan sacula donatricula.
berbulu, dan ujung lainnya berupa dendrit bipoler. Sel-sel indera yang menyebar di sepanjang membrana basiliaris memiliki kepekaan yang berbeda-beda. Contohnya stimulasi bunyi yang memiliki frekuensi tinggi, akan mengaktifkan sel-sel indera yang terletak dekat oval window (fonestra ovalis). Sistem pendengaran ini mengacu pada konsep tonotopic (pada organ mata disebut konsep retinotopic), yaitu bahwa neuron yang paling besar berperan dalam pembentukkan struktur pendengaran, berkumpul di bagian yang paling responsif. Cara kerja sel-sel reseptor itu adalah sebagai berikut:
Bila membrana basiliaris bergerak ke atas (ke membrana tectoria) karena desakan perilymphe, maka sel-sel indera atau rambut tertahan oleh membrana tectoria sehingga membengkok. Bengkokan ini menimbulkan aliran listrik yang disebut aliran mikrofon yang bekerja sebagai potesial generator sehingga terjadi impuls dalam dendrit neuron bipoler itu.
c. Alat yang Digunakan : Arloji/jam dan capimeter.
d. Jalannya Percobaan : Arloji diletakkan didepan lubang telinga dari subjek
percobaan. Pastikan subjek dapat mendengar bunyi jarum dari jam tersebut. Kemudian, perlahan-lahan jauhkan jam dari teinga subjek hingga subjek tidak dapat mendengar bunyi dari jam tersebut. Kemudian ukur jarak dimana subjek sudah tidak bisa mendengar bunyi dari jam tersebut.
e. Hasil Percobaan : Kiri = 33 cm; kanan = 19 cm.
- Rata-rata di atas 50 cm.
- Biasanya telinga kanan lebih jauh daripada telinga
kiri. Pengaruhnya pada otak kanan dan kiri. g. Kesimpulan : Ketajaman pendengaran setiap orang
berbeda-beda.
Ketajaman telinga kanan dan kiri pun berbeda setiap orangnya dikarenakan pengaruh dari otak kanan dan otak kiri.
4. Percobaan : Indera Pendengaran dan Keseimbangan
Nama Percobaan : Cara Kerja Kedudukan Kepala dan Mata Normal Nama Subjek Percobaan : Nadia Vanessa
Tempat Percobaan : Ruang K151
a. Tujuan Percobaan : Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu; memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala; melihat adanya nistagmus.
sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf ysng ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls akan dikirim ke otak. c. Alat yang Digunakan : Tidak ada.
d. Jalannya Percobaan : Subjek diminta berjalan sejauh kurang lebih 3 meter
dengan kepala menghadap lurus ke depan. Kemudian, putar balik dan hentakkan kepala ke salah satu sisi. Kemudian, subjek diminta berjalan kembali dengan kepala menghadap ke satu sisi tersebut.
e. Hasil Percobaan : Subjek berjalan dengan lurus, baik kepala menghadap ke depan ataupun ke salah satu sisi. f. Hasil Sebenarnya : - Dalam sikap tubuh biasa praktikan dapat berjalan
lurus atau tidak mengalami kesulitan.
- Dalam sikap tubuh dengan muka dibuang ke kiri atau kanan praktikan tidak dapat berjalan lurus, biasanya jalan ke kiri atau kanan.
g. Kesimpulan : Bagi orang yang berjalan miring sesudah
menghentakkan kepala itu normal. Karena pada saat menghentakkan kepala cairan endolimph dan perilimph bergejolak dan menyebabkan hilangnya keseimbangan pada seseorang.
5. Percobaan : Indera Pendengaran dan Keseimbangan Nama Percobaan : Cara Kerja Nistagmus
Nama Subjek Percobaan : Nadia Vanessa Tempat Percobaan : Ruang K151
a. Tujuan Percobaan : Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu; memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala; melihat adanya nistagmus.
(saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf ysng ujungnya berupa rambut bebas yang melekat pada otolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls akan dikirim ke otak. c. Alat yang Digunakan : Tidak ada.
d. Jalannya Percobaan : Berdiri kemudian badan dibungkukkan. Tangan kiri
memegang bahu kanan dan tangan kanan memgang lutut. Kemudian berputar, untuk laki-laki berputar sebanyak 5 kali dan untuk perempuan hanya 3 kali. Tutup mata pada saat berputar, setelah berputar, berdiri kembali dan buka mata. Rasakan apa yang terjadi.
e. Hasil Percobaan : Sesudah berputar, kemudian kembali berdiri dan membuka mata, penampakan di sekeliling seperti berputar dan tidak diam di tempat. Pusing seperti ingin jatuh.
f. Hasil Sebenarnya : - Biasanya pandangan menjadi kabur atau berkunang-kunang.
- Apa yang dilihat menjadi berputar-putar. Catatan:
a. Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.
b. Bagian luar: daun telinga, cuping telinga, liang telinga, membrane thympany.
c. Bagian tengah: MIS (Maleus, Incus, Stapes)/ MALAS (Martil, Landasan, Sanggurdi)
Ada dua macam cairan yaitu: endolimph dan perilimph yang membuat kita seimbang ketika berjalan.
e. Pada telinga bagian dalam terdiri dari 2 ruangan yang berhubungan satu dengan yang lain. Ruangan tersebut tidak teratur dan disebut Labyrinth.
f. Labirynth ada 2: - Labirinthus ossesus (dinding tulang) terdiri dari serambi (vestibulum), saluran gelung/ canalis semi circularis, rumah siput (cochlea).
- Labirinthus membranicus atau membran terdiri dari: sacula, otricula, 3 buah saluran gelung dan rumah siput yang merupakan bagian yang berhubungan dengan sacula donatricula.
Saraf kranial → Auditorius. g. Kesimpulan : Nistagmus terjadi karena adanya gejolak pada
cairan endolimph dan perilimph yang membuat seseorang kehilangan keseimbangannya untuk sementara.