• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PEN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENERAPAN K3 PADA

RUANG UGD DAN KEBIDANANDI RSUD INCHE ABDOEL MOEIS

SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

Oleh:

INDAH RIKA MUBAROKAH

NIM. 110 500 127

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

(2)

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENERAPAN K3 PADA

RUANG UGD DAN KEBIDANAN DI RSUD INCHE ABDOEL MOEIS

SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

Oleh:

INDAH RIKA MUBAROKAH

NIM. 110 500 127

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

(3)

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENERAPAN K3 PADA

RUANG UGD DAN KEBIDANANDI RSUD INCHE ABDOEL MOEIS

SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

Oleh:

INDAH RIKA MUBAROKAH

NIM. 110 500 127

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Penerapan K3 pada Ruang UGD dan Kebidanan di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda Kalimantan Timur

Nama : Indah Rika Mubarokah

NIM : 110500127

Program Studi : Manajemen Lingkungan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing,

FurqaanHamsyani,S.Hut,M.Si NIP. 197901042010121002

Penguji I,

Martha E. Siahaya, S.Hut.,MP NIP. 197211072003122001

PengujiII,

Kemala Hadidjah ST.,M.Si NIP. 198307182010122004

Menyetujui,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan

(5)

ABSTRAK

INDAH RIKA MUBAROKAH. Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Penerapan K3

di Ruang UGD dan Kebidanan di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda Kalimantan

Timur. (di bawah bimbingan FURQAAN HAMSYANI).

Latar belakang penelitian ini adalah melihat kesadaran para karyawan tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya daerah kerja yang berpotensi menyebabkan sumber penyakit agar selalu menggunakan APD agar terhindar dari bahaya penyakit yang ditimbulkan pada saat bekerja, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan semangat kerja bagi karyawan itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan APD dalam penerapan sistem manajemen K3 di ruang UGD dan Kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis Samarinda Kalimantan Timur.

Penelitian ini dilaksanakan 1 bulan mulai dari tanggal 03 April 2014 sampai tanggal 03 Mei 2014. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara pada perawat di ruang Kebidanan dan UGD di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda Kalimantan Timur.

Dari hasil penelitian yang memenuhi syarat di ruang Kebidanan yaitu pada tindakan perawatan bayi baru lahir, pemasangan infus dan pengambilan sampel darah, sedangkan yang memenuhi syarat di ruang UGD yaitu pada tindakan pemasangan infus, femplon, pemeriksaan tanda-tanda vital, ganti verban, injeksi, dan injeksi melalui infus.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Indah Rika Mubarokah lahir pada tanggal 06 April 1994 di

Tarakan, Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Karyadi dan Ibu

Suswati.

Memulai pendidikan di TK Tunas Rimba Kabupaten

Nunukan pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 1999, kemudian

melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 003 Kabupaten

Nunukan pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Nunukan pada tahun 2005 dan

lulus pada tahun 2008. Melanjutkan pendidikan kembali di Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Nunukan pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011.

Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian dan Program Studi Manajemen

Lingkungan. Selama menempuh pendidikan tinggi di Jurusan Manajemen Pertanian

Penulis telah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih

dua bulan terhitung sejak 03 Maret 2014 sampai 03 Mei 2014 di RSUD Inche Abdoel

Moeis Samarinda Kalimantan Timur.

Penulisan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

dengan sebutan Ahli Madya Manajemen Lingkungan pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penulis menyusun Karya Ilmiah yang berjudul Penggunaan Alat Pelindung

Diri pada Ruang UGD dan Kebidanan Di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda

Kalimantan Timur. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat dan dapat

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruang

UGD dan Kebidanan RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda, dari tanggal 03 April

2014 sampai dengan 03 Mei 2014, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir

di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

3. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen

Lingkungan.

4. Bapak Furqaan Hamsyani S.Hut, M.Si selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah.

5. Ibu Martha E. Siahaya, S.Hut.,MP selaku Dosen Penguji I.

6. Ibu Kemala Hadidjah ST, M.Si selaku Dosen Penguji II.

7. Kedua Orang Tua serta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik moril

maupun materil.

8. Rekan-rekan yang telah membantu dalam kegiatan penelitian dan penyusunan

Karya Ilmiah ini.

Penulis menyadari ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan

dalam penulisan ini, namun semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa

saja yang membacanya. Amin.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

C. Tinjauan Umum Penggunaan APD di Rumah Sakit... 10

III. METODE PENELITIAN ... 12

A. Waktu danTempat Penelitian ... 12

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

1.

Tubuh Utama Halaman

Tahapan alur Penelitian... 13

Lampiran 2. Perawatan bayi baru lahir... 23

3. Pemeriksaan TTV... 23

4. Pemasangan Infus... 23

5. Pemasangan OGT... 23

6. Post partum... 24

7. Mengetahui DJJ... 24

8. Pengambilan sampel darah... 24

9. Pemberian injeksi... 24

10. Femplon... 25

11. Ganti verban... 25

12. Injeksi melalui infus...

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Lampiran Halaman

1 Hasil data penelitian penggunaan APD pada ruang

UGD... 21

2 Hasil data penelitian penggunaan APD pada ruang

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Kota Samarinda merupakan ibu kota provinsi Kalimantan Timur terletak di

tengah-tengah Kabupaten Kutai Kartanegara, yang memiliki potensi pertambangan.

Secara geografik terletak di daerah Khatulistiwa antara 0°15’36”-117°24’16”BT, luas

wilayah 71.800 Ha. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas, merata dan terjangkau, Pemerintah Kota Samarinda mewujudkan

dengan Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya diberi nama

RSUD Inche Abdoel Moeis.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah sebuah Rumah Sakit milik

Pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang berlokasi di

Jalan. H.A.M.M Rifaddin, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Samarinda

Seberang, Provinsi Kalimantan Timur. Nama Rumah Sakit ini diambil dari nama

Gubernur Kalimantan Timur definif pertama, yakni Inche Abdoel Moeis. Rumah Sakit

ini resmi dibuka tanggal 24 Januari 2007, berlabel Tipe C, dan mempunyai tujuh

dokter spesialis, dua dokter gigi, dan 12 dokter umum. Adapun tipe C adalah Rumah

Sakit yang memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas yang menampung

pelayanan rujukan dari Puskesmas (Anonim, 2011).

Rumah Sakit Umum Daerah Inche Abdoel Moeis merupakan rumah sakit

umum daerah dengan klasifikasi/kelas C yang resmi dibuka oleh Pemerintah Kota

Samarinda pada tanggal 24 Januari 2007 yang berlokasi di Kelurahan Harapan Baru

Kecamatan Loa Janan Ilir Kota Samarinda Propinsi Kalimantan Timur seluas ±

(12)

2

kapasitas tempat tidur adalah 142 tempat tidur. Selama tujuh tahun berjalan, RSUD

I.A Moeis dalam melakukan pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat

mengembangkan atau menambah kapasitas pelayanan rumah sakit (Anonim, 2013).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadi masalah yang besar bagi

kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian

materi yang cukup besar namun lebih dari itu yaitu timbulnya korban jiwa yang tidak

sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang

sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat

digantikan oleh teknologi apapun. Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya

kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat

kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat

kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan

meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas tempat kerja. Dengan demikian

K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas tempat kerja,

terutama dapat mencegah korban manusia.

Dengan demikian untuk mewujudkan K3 diperusahaan perlu dilaksanakan

dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci

keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek

maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko

yang diperoleh perusahaan, mulai diterapkan manajemen risiko, sebagai inti.

(13)

3

yang akan terjadi. Manajemen risiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak

manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait. Pada

konsep ini, bahaya sebagai sumber kecelakaan kerja harus teridentifikasi, kemudian

diadakan perhitungan dan prioritas terhadap risiko dari bahaya tersebut dan

terakhir adalah pengontrolan risiko. Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen

sangat penting karena pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan semua

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, karena pihak manajemen yang sanggup

memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin

menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk

manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan

manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari

perusahaan untuk mengelola K3 menerapkan suatu Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)(Anonim, 2010).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan APD dalam

penerapan sistem manajemen K3 diruang UGD dan Kebidanan di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Inche Abdoel Moeis Samarinda Kalimantan Timur.

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberi hasil diantaranya,

memberikan informasi penggunaan APD di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda

Kalimantan Timur, sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

(14)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medis untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi

melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dana atau upaya kesehatan

penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

komplek dengan padat pakar dan padat modal. Untuk melaksanakan fungsi yang

demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang

professional baik dibidang teknis, medis maupun administrasi kesehatan. Salah satu

tenaga di rumah sakit adalah perawat dengan pelayanan keperawatannya

(Marni,2009). Seiring dengan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat

dibidang kesehatan maka rumah sakit adalah salah satu sarana penyelenggara

(15)

5

fasilitas kesehatan lebih lengkap disbanding instansi kesehatan lainnya, dimasa

sekarang dan yang akan dating maka rumah sakit akan menjadi rujukan pelayanan

kesehatan yang utama. Rumah sakit merupakan terminal terakhir bagi pasien untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan terlebih pasien yang mengalami kegawatan

agar segera mendapatkan pelayanan kesehatan untuk keselamatan kehidupan

melalui unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut

dengan nama Unit Gawat Darurat (Emergency Unit) (Margaretha, 2010).

Hal ini tercermin dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pasal 3, 9, 12, 14 dinyatakan bahwa dengan peraturan

perundangan ditetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk

memberikan APD pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap

tenaga kerja baru tentang APD dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan

atau hak tenaga kerja untuk memakai APD harus diselenggarakan di semua suatu

tempat kerja, wajib menggunakan APD yang diwajibkan dan pengurus diwajibkan

menyediakan APD yang diwajibkan secara cuma-cuma. Jika memperhatikan isi dari

undang-undang tersebut maka jelaslah bahwa APD dibutuhkan disetiap tempat kerja

seperti rumah sakit. Oleh karena itu keselamatan kerja harus benar-benar

diterapkan dalam suatu rumah sakit atau tempat kerja lainnya dimana didalamnya

tenaga kerja melakukan pekerjaan. Bukan hanya pengawasan terhadap mesin, dan

peralatan lain saja tetapi lebih penting pada manusia atau tenaga kerjanya. Hal ini

dilakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu proses

produksi. Manusia sebagai tenaga kerja yang menimbulkan kecelakaan kerja yang

(16)

6

RSUD Inche Abdoel Moeis dalam melakukan pelayanan, terbagi menjadi dua

yaitu pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik. Jenis pelayanan medik

meliputi Instalasi Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU),

Operation Kammer/Kamar Bedah (OK), Kebidanan, Rawat Inap,

Fisioterapi,Pemulasaran Jenazah dan Poliklinik sedangkan jenis pelayanan

penunjang medik meliputi Radiologi, Farmasi, Laboratorium, Rekam Medik, Gizi dan

Laundry.

Ruang perawatan yang tersedia pada RSUD Inche Abdoel Moeis terbagi

menjadi 3 (tiga) yaitu Ruang Mahakam (VIP) terdiri dari 10 tempat tidur dengan

fasilitas AC, televisi, kulkas dan 1 tempat tidur untuk penunggu pasien di setiap

ruangan, Ruang Karang Mumus (Kelas I, II dan III) terdiri dari 61 tempat tidur

dengan fasilitas yang berbeda disetiap kelasnya yaitu AC, televisi, dan kipas angin,

Ruang Karang Asam (Bangsal) terdiri dari 67 tempat tidur dengan fasilitas kipas

angin serta Ruang ICU/ICCU terdiri dari 4 tempat tidur.

Sumber air yang digunakan RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda adalah

PDAM. Sedangkan daya listrik yang digunakan sebesar 240.000 VA dan generator

adalah 450 KV serta sarana komunikasi yaitu telepon central 2 induk dengan ± 100

pesawat telepon(Anonim, 2013).

B. TinjauanUmumTentang K3 diRumahSakit

Indonesia merupakan negara dengan multi etnik dan multi sosial budaya

serta berbagai perbedaan pandangan politik sempit yang diperberat dengan adanya

krisis multi dimensi. Keragaman tersebut berpotensi menimbulkan koflik dengan

(17)

7

menyebabkan terjadinya kedaruratan kompleks yang merupakan bencana karena

ulah manusia termasuk masalah kesehatan yang timbul secara mendadak (akut)

yang ditandai dengan jatuhnya korban manusia. Sehingga penanggulangan masalah

kesehatan akibat kedaruratan kompleks memerlukan keterpaduan dan kerjasama

dengan lintas program dan lintas sektor.

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks untuk

menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan

kesehatan dan fungsi rumah sakit tersebut, maka akan semakin komplek peralatan

dan fasilitas yang dibutuhkan. Kerumitan tersebut menyebabkan rumah sakit

mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga

medis, tetapi juga pengunjung rumah sakit.

Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada

potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit,

yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan

instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang

berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi.

Oleh karena itu, sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan

upaya-upaya K3 di rumah sakit. Selain itu, agar penyelenggaraan K3 rumah sakit

lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di

rumah sakit, baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit.

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas

medis lainnya perlu diperhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi

(18)

8

keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti perlindungan

baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis,

penggunaan APD dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas

medis/klinik maupun rumah sakit, keselamatan dan kesehatan kerja dirumah

sakitjuga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk ke dalam

program patient safety.

Dalam Undang-UndangNomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23

dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus diselenggarakan

di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya

kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10

orang. Maka rumah sakit juga termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai

ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya

terhadap para pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap

pasien maupun pengunjung rumah sakit. Sehingga sudah seharusnya pihak

pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit. Segala hal yang

menyangkut penyelenggaraan K3 di rumah sakit diatur didalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja

dirumah sakit termasuk pengertian dan ruang lingkup kesehatan dan keselamatan

kerja dirumah sakit

(

Departemen Kesehatan RI, 2011). 1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Kesehatan kerja menurut WHO/ILO (1995)

Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat

(19)

9

semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja

yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam

pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan

penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu psikologisnya. Secara

ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap

manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

b. Kesehatan dan keselamatan kerja

Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat

kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi

kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

c. Konsep dasar kesehatan dan keselamatan kerja diRumah Sakit

upaya terpadu seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar

orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja rumah sakit

yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah sakit, pasien,

pengunjung/pengantar orang sakit, maupun bagi masyarakat dan lingkungan

sekitar rumah sakit(Departemen Kesehatan RI, 2011). C.TinjauanUmumPenggunaanAPD diRumah Sakit

APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk

melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi

bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha

melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif

(20)

10

kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.Peralatan pelindung dirimeliputi

sarung tangan, masker,tutup kepala/kap, gaun, apron, dan alas kaki(Tiedjen. 2004).

1. Sarung tangan

Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari

mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik

terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi dan harus selalu diganti untuk

mencegah infeksi silang.

2. Masker

Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang

dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar

sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan

juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi

masuk kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuat

dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif dalam mencegah

dengan baik.

3. Tutup kepala/kap

Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak

masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup semua.

4. Gaun

Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini dipakai untuk

melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan.Gaun bedah, pertama kali

digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat di

(21)

11

5. Apron

Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di

bagian depan dari petugas kesehatan.

6. Alas kaki

Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat atau

(22)

12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 bulan dari bulanApril sampai dengan bulan Mei

2014yang meliputi persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian berupa

pengamatan, wawancara pada karyawan yang bekerja di ruang kebidanan dan UGD

RSUD Inche Abdoel Mo eis Samarinda Kalimantan Timur. Penelitian ini dilaksanakan

di ruang kebidanan dan UGD RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda Kalimantan

Timur.

B. Alat Dan Bahan 1. Alat: Tulis-menulis dan kamera digital

2. Bahan: Responden

C. Prosedur Kerja

Prosedur penelitian ini meliputi tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Orientasi Lapangan

Orientasi ini dilakukan untuk mengetahui wilayah studi dan tempat penelitian

ini akan dilakukan.

2. Persiapan alat dan bahan

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu menyiapkan alat dan

bahanyang akan digunakan pada saat penelitian diwilayah studi.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data terdiri dari data primer yang didapatkan secara langsung

(23)

13

Kebidanan dan UGD. Pada dasarnya untuk melakukan sebuah penelitian diperlukan

alur dan tahapan prosedur kerja sehingga data yang akan disajikan terkonsep

sesuai dengan rencana hingga didapatkannya hasil penelitian. Hal ini diperlukan

agar dalam penulisan Laporan Karya Ilmiah ini telah sesuai dengan sistematika

penulisan karya ilmiah, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Tahapan prosedur penelitian dapat dilihat

pada gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Tahapan (alur) Penelitian

(24)

14

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, seterusnya dilakukan

penelitian secara khusus, sehingga dari hasil analisa data dan penelitian, akan

didapat sebuah kesimpulan mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan

Penggunaan APD dalam penerapan K3 pada ruang UGD dan kebidanan di RSUD

(25)

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Kondisi umum lokasi penelitian ini dengan areal konsesi seluas ± 124.000 m2

dengan luas bangunan 12.175,06 m2, secara geografis RSUD Inche Abdoel Moeis merupakan rumah sakit yang bergerak dalam bidang kesehatan yang terletak di

daerah Khatulistiwa antara 0°15’36”-117°24’16”BT, dan secara adminstratif terletak

di Jl. H.A.MM. Rifaddin, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Samarinda

Seberang, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Anonim. 2011).

Hasil data yang diperoleh dari penelitian penggunaan APD dalam penerapan

K3 pada ruang UGD dan kebidanan di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda

Kalimantan Timur, pada shift, tindakan yang dilakukan, dan penggunaan APD apa

saja (masker, sarungtangan, apron, tutup kepala dan alas kaki), dapat dilihat pada

lampiran halaman 21 - 22.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian penggunaan APD dalam penerapan K3 di ruang UGD

dan kebidanan di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda Kalimantan Timur yang

dilakukan penulis dapat diketahui dengan adanya 3 shift yaitu pagi, sore, dan malam

tindakan apa saja yang menggunakan dan tidak menggunakan APD

Pada hari kamis tanggal 17 April 2014 shift malam diruang kebidanan

dengan satu tindakan yaitu perawatan bayi baru lahir,menggunakan APD seperti

masker dan sarung tangan, sehingga kesadaran karyawandalam melakukan suatu

(26)

16

terhadap karyawan.Pada hari jumat tanggal 18 April 2014 shift sore di ruang

kebidanan dengan tiga tindakan yaitu tanda-tanda vital, pemasangan infus,

pemasangan oral gastric tube, pada tindakan tanda-tanda vital dan pemasangan

oral gastric tube tidak menggunakan APD, dengan alasan tanda-tanda vital tidak

memerlukan APD, sedangkan pada pemasangan infus pada bayi butuh ketelitian

dalam perawatannya (sulit menggunakan sarung tangan).Pada hari sabtu tanggal 19

April 2014 shift sore diruang kebidanan dengan empat tindakan yaitu tanda-tanda

vital, postpartum, mengetahui detak jantung janin, dan pengambilan sampel darah.

Pada keempat tindakan tersebut hanya satu tindakan yang menggunakan APD yaitu

saat pengambilan sampel darah, pada tindakan tanda-tanda vital tidak memerlukan

APD, pada tindakan postpartum juga tidak menggunakan APD, karena APD

digunakan pada ibu hamil yang mempunyai penyakit menular seperti hepatitis dan

TBC, dan pada tindakan untuk mengetahui detak jantung janintidak memerlukan

APD dan agar tidak boros dalam pemakaian APD, akan tetapi dalam melakukan

suatu tindakan harus menggunakan APD untuk mencegah penularan/perpindahan

penyakit terhadap karyawan.

Pada hari kamis tanggal 17 April 2014 shift pagi diruang UGD dengan satu

tindakan yaitu pemasangan infus dan menggunakan APD seperti masker dan sarung

tangan, sehingga kesadaran para karyawan dalam melakukan suatu tindakan harus

menggunakan APD agar mencegah penularan/perpindahan penyakit terhadap

karyawan.Pada hari sabtu tanggal 19 April 2014 shift malam di ruang UGD dengan

tiga tindakan yaitu pemberian injeksi, pemasangan infus, dan femplon (pemasukan

(27)

17

sempat karena keadaan darurat, sedangkan pada tindakan femplon tidak

menggunakan masker akan tetapi menggunakan sarung tangan untuk mencegah

penularan penyakit melalui kulit/tangan.Pada hari senin tanggal 21 April 2014 shift

sore di ruang UGD dengan lima tindakan yaitu tanda-tanda vital, ganti verban,

pemasangan infus, pemberian injeksi, dan injeksi melalui infus. Dari kelima tindakan

tersebut hanya pada tindakan pemasangan infus tidak menggunakan APD dengan

alasan jika bekerja dalam keadaan sendiri sulit untuk memasang infus dan

memasangkan verban, kecuali pada tindakan lain wajib menggunakan APD, dapat

dilihat pada lampiran halaman 23-25.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada karyawan

yang bekerja mengetahui APD merupakan alat pelindung diri yang wajib digunakan

untuk pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Para karyawan sebagian

mengetahui tentang SOP penggunaan APD dengan benar dan tepat sesuai

prosedur yang ditentukan dan sebagian karyawan menjalani penggunaan APD

sesuai SOP, sebagian besar karyawan mengetahui tentang K3 yaitu kesehatan dan

keselamatan kerja yang diterapkan oleh setiap rumah sakit agar dapat mengurangi

(28)

18

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Alat Pelindung Diri dalam penerapan K3 diruang

kebidanan dan UGD di RSUD Inche Abdoel Moeis Samarinda Kalimantan Timur,

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari ketujuh tindakan pada ruang kebidanan, tindakan yang memenuhi syarat

dalam penggunaan APD adalah pada tindakan perawatan bayi baru lahir,

pemasangan infus, serta pengambilan sampel darah. Tetapi ada beberapa

tindakan yang belum sempurna seperti pada tindakan pemeriksaan tanda-tanda

vital, pemasangan oral gastric tube pada bayi, phospartum, dan untuk

mengetahui detak jantung janin.

2. Dari keenam tindakan pada ruang UGD, tindakan yang memenuhi syarat dalam

penggunaan APD adalah pada tindakan pemasangan infus, femplon,

pemeriksaan tanda-tanda vital, ganti verban, pemberian injeksi, dan injeksi

melalui infus. Tetapi ada beberapa tindakan yang belum sempurna dalam

penggunaan APD seperti pada pemberian injeksi, femplon, dan pemasangan

(29)

19

B. Saran

Dari hasil kesimpulan dapat diambil beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu pengarahan dari kepala ruangan untuk semua karyawan pentingnya

penggunaan APD dalam bekerja agar terhindar dari bahaya.

2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengamatan penggunaan jenis APD lain di

(30)

20

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Makalah K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

http://dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/01/makalah -k3-kesehatan-keselaman-dan.html.(diakses pada tanggal 08 April 2014).

Anonim. 2011. Profil RSUD I.A. Moeis

Samarinda.http://rsudmoeis.com/statis-1-profil-rsud-ia-moeis-samarinda.html.(diakses pada tanggal08 April 2014).

Anonim, 2013. Laporan UKL UPL RSUD I.A Moeis Samarinda. Samarinda.

(diakses pada tanggal 26 Juni 2014).

Boedi Maryoto. 1997. Kecelakaan Kerja dan Beberapa Penyebabnya. Makalah

Seminar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. (diakses pada tanggal 26 Juni 2014).

Departemen Kesehatan RI,2011. Pedoman Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

http://www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/KMK%20432-IV%20K3%20RS.pdf>..depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/KMK%2043 2-IV%20K3%20RS.pdf>. (diakses pada tanggal 11 Juni 2014).

Marni. 2009. Tinjauan Umum Rumah Sakit. http://nursecaremine. Blogspot.

com//2012/09/tinjauan-umum-rumah-sakit.html. (diakses pada tangal 12 Januari 2014).

Margaretha.2010. Tinjauan Umum Rumah Sakit.http://nursecaremine.

blogspot.com//2012/09/tinjauan-umum-rumah-sakit.html. (diakses pada tanggal 12 Januari 2014).

Siregar. 2004. Tinjauan Umum Rumah Sakit. http://nursecaremine. blogspot.

com//2012/09/tinjauan-umum-rumah-sakit.html. (diakses pada tanggal 12 Januari 2014).

(31)

21

(32)

Lampiran 1.

(33)

Lampiran 2.

(34)

24

Lampiran 3

Gambar 3. Perawatan bayi baru Gambar 4. Pemeriksaan TTV Lahir

(35)

25

Lampiran 4

Gambar 7. Postpartum Gambar 8. Mengetahui DJJ

(36)

26

Lampiran 5

Gambar 11.Femplon Gambar 12. Ganti verban

Gambar

Gambar 1. Tahapan (alur) Penelitian
Tabel 1. Hasil data penelitian penggunaan APD pada ruang UGD
Tabel 2. Hasil data penelitian penggunaan APD pada ruang Kebidanan
Gambar  5. Pemasangan Infus              Gambar  6.  Pemasangan OGT
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Pada penguat kelas B dengan umpan balik penguat operasional memiliki linieritas yang lebih baik dari penguat pushpull kelas B biasa karena distorsi. cross-over

26 Pranata Hubungan Masyarakat Pertama S.1 Komunikasi III.a 2 1 Bagian Humas Setda. 27 Pranata Hubungan Masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pengkayaan vitamin E pada pakan induk berpengaruh nyata terhadap perkembangan diameter telur

Sistem yang dibuat oleh DRBD yaitu menggunakan dua server yang masing – masing server terdapat block device yang berfungsi untuk menyimpan data secara terpusat,

Giovani Juli Adinatha VARIASI BENTUK PENAMAAN BADAN USAHA BERBAHASA JAWA: STRATEGI PEMERTAHANAN BAHASA JAWA DI KOTA SEMARANG Maklon Gane THE COMPLEXITY OF LOLODA PRONOMINAL

semua elemen yang dibutuhkan seperti gambar, teks dan icon. –

Proses Pembentukan Parameter Karateristik Citra bertujuan untuk menentukan parameter-parameter karateristik citra darah tersebut dan merupakan tahap yang paling

Pupuk kandang sapi adalah salah satu bahan organik yang memiliki kandungan hara yang mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme di dalam tanah. Pemberian pupuk