BAB 3
RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH
KABUPATEN WONOSOBO
3.1
Skenario Pengembangan Wilayah
3.1.1
Kondisi Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem
pusat pelayanan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Struktur kota-kota di
Kabupaten Wonosobo terbentuk berdasarkan pola geografiis wilayah yang meliputi
topografi, bentuk wilayah, dan pola jaringan utama aksesibilitas yang berbentuk jaringan
jalan kolektor yang cenderung linier. Pengembangan struktur kota-kota di Kabupaten
Wonosobo juga diarahkan pada pola yang telah terbentuk dengan pengembangan wilayah
di sekitarnya. Perlu penetapan sub pusat baru yang didukung dengan penyediaan sarana
dan prasarana yang memadai. Sehingga arahan untuk pengembangan struktur kota yang
ada dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut :
-
Struktur kota yang sudah terbentuk diperkuat lagi dengan sistem jaringan yang lebih
memadai sehingga mendukung wilayah pengembangan di sekitarnya.
-
Struktur kota diarahkan pada pembentukan wilayah yang terintegrasi dan terpadu
dalam pengembangan wilayah yang dinamis.
-
Struktur kota lebih merupakan upaya pemerataan pembangunan secara umum dengan
mempermudah aksesibilitas dan meningkatkan peran dan fungsi kota.
Rencana struktur ruang wilayah meliputi:
-
Rencana pengembangan pusat kegiatan
-
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
3.1.2
RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN
3.1.1
Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
Sistem permukiman diarahkan pada perkembangan linear wilayah, mengikuti
jaringan jalan regional dan kondisi fisik wilayah di Kabupaten Wonosobo. Sistem
akomodatif, dengan pola pengembangan kota yang berkelanjutan dengan proses
pembangunan yang terpadu. Keberadaan perkotaan dalam suatu wilayah kabupaten
merupakan barometer perkembangan wilayah secara umum, dengan berbagai
karakteristik tertentu yang menjadi pendukung perkembangannya. Untuk itu, perkotaan
yang ada harus dikembangkan sebagai satu pintu pengembangan wilayah Kabupaten
Wonosobo secara keseluruhan, yang terintegrasi dengan pola pengembangan wilayah
secara umum.
Berdasarkan konsep tersebut maka arahan pengembangan sistem perkotaan
dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut ini:
-
Menentukan sistem pusat pelayanan sebagai pusat-pusat pengembangan wilayah
kabupaten.
-
Pengembangan wilayah perkotaan dengan peningkatan fungsi dan peran kota-kota
yang terbentuk dalam sistem perkotaan yang terintegrasi, dalam fungsi utama sebagai
pusat pengembangan wilayah sekitarnya sesuai dengan fungsi kotanya, untuk
membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan terintegrasi.
-
Membuka
kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha meningkatkanfungsi dan peran kota, dengan beberapa hal berikut ini:
Dengan kemudahan-kemudahan penanaman modal yang telah diatur dalam tata
aturan perundangan yang berlaku.
Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah yang lebih memadai.
Berdasarkan beberapa hal yang dijadikan bahan pertimbangan maka rencana
pengembangan sistem pusat permukiman perkotaaan akan diarahkan pada
kawasan-kawasan yang cepat berkembang, kawasan-kawasan di sepanjang jalur potensial dan juga
kawasan-kawasan pusat-pusat pelayanan. Pada pengembangan kawasan permukiman
perkotaan diperbolehkan dilakukan alih fungsi pada lahan persawahan yang berada di
sepanjang jalan, kurang lebih 100 (seratus) m kanan kiri jalan yang potensial
perkembangannya. Jalan yang potensial perkembangannya yang boleh dilakukan alih
fungsi lahan adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan pusat-pusat PKL serta
jalan kolektor sekunder yang menghubungkan antar kecamatan. Sedangkan untuk jalan
arteri tidak diperbolehkan terjadi alih fungsi lahan.
Rencana Pembagian Sistem Pusat Pelayanan dilakukan berdasarkan skenario
terpilih yang telah diungkapkan dalam konsep pengembangan tata ruang wilayah dan
juga berdasarkan karakteristik wilayah secara keseluruhan. Wilayah pengembangan dan
kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Wonosobo ditentukan
Pengembangan tersebut secara efektif tidak termasuk pada kawasan-kawasan yang
dilindungi (kawasan lindung).
Titik simpul pengembangan (kota-kota), baik sebagai pusat pertumbuhan maupun
pusat-pusat pelayanan dari permukiman. Sistem pusat pelayanan wilayah kabupaten
merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/ atau administrasi masyarakat
di wilayah kabupaten tersebut. Dalam rencana sistem pusat pelayanan terdiri dari PKN,
PKW dan PKL yang berada pada wilayah kabupaten serta pusat-pusat lain di dalam
wilayah kabupaten yang terdiri dari PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa serta PPL (Pusat
Pelayanan Lingkungan) yang berfungsi melayani kegiatan skala antar desa. Selain itu
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan pusat kegiatan yang di kemudian hari dapat
dipromosikan segagai PKL (dengan notasi PKLp).
Berdasarkan kondisi tersebut pembagian sistem pusat pelayanan di Kabupaten
Wonosobo adalah sebagai berikut:
-
PKW
yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo
-
PKLp
yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek dan Selomerto
-
PPK
yang mencakup wilayah Kecamatan Mojotengah, Kejajar, dan Sapuran3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan
Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Wonosobo diarahkan
pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai salah satu
usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan
strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan
tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya
hambatan-hambatan fisik kawasan dan sistem jaringan yang belum memadai. Berdasarkan kondisi
tersebut maka pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Wonosobo adalah
sebagai berikut:
- Wilayah yang memiliki fungsi pelayanan lingkungan, melayani kegiatan antar desa,
penetapannya berdasarkan analisis, meliputi wilayah Kecamatan Kepil, Kaliwiro,
Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo, dan Kalibawang.
- Kecamatan tersebut akan diarahkan menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Selain itu, di Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang dikembangkan
sebagai kawasan agropolitan terdapat di Kawasan Agropolitan Rojonoto yang meliputi
Kecamatan Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto. Kegiatan ekonomi yang
Agropolitan Rojonoto terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 (empat)
Kota Tani lainnya yaitu Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan
Kota Tani Kaliwiro.
Arah aliran distribusi produk kawasan Agropolitan Rejonoto dari pusat Kota Tani
Utama Sawangan terbagi menjadi 3, yaitu: Sawangan – Banjarnegara
Sawangan – Kaliwiro – Wadaslintang Sawangan – Selomerto – Wonosobo
Jalur-jalur akses tersebut lebih diprioritaskan untuk mendukung kegiatan agribisnis
di Kawasan Agropolitan Rojonoto. Di Kawasan Agropolitan Rojonoto juga perlu
ditingkatkan adanya zona strategis untuk pusat sarana prasarana penunjang kegiatan
wisata (lokasi perdagangan sarana prasarana produksi pertanian) yang terletak di desa
Sawangan. Oleh karena itu dikembangkan kawasan terbangun terutama perdagangan
dan jasa di sepanjang jalur Sawangan – Selokromo yang dapat mendukung kegiatan
agrobisnis di Kawasan Agropolitan Rojonoto.
3.1.3 Rencana Fungsi Pusat Pelayanan dan Kawasan Pengembangan
Pusat pelayanan adalah kota yang mengemban peran sebagai pusat pelayanan
bagi wilayah sekitarnya (hinterland), bedasarkan pola tata jenjang pusat pelayanan yang
telah ditentukan. Kota Wonosobo memiliki tata jenjang pelayanan utama yang mempunyai
fungsi pusat pelayanan daerah, sekaligus sebagai kota administratif, pusat pelayanan
pendidikan dan kesehatan. Untuk lebih jelas fungsi pusat pelayanan dan wilayah
pengembangan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 3.1
HIRARKI KOTA DAN FUNGSI PUSAT PELAYANAN
DALAM RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KABUPATEN WONOSOBO
NO PUSAT
PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI
1. PKW Wonosobo • Pusat pemerintahan tingkat kabupaten
• Pusat permukiman • Pusat pendidikan
• Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kabupaten • Pusat transportasi wilayah
• Pengembangan pariwisata
• Pusat pengembangan permukiman perkotaan • Daerah pengembangan perdagangan • Pusat pengembangan industri
2. PKLp Kertek • Pusat permukiman
• Pusat pengembangan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
• Pusat pengembangan kegiatan perdagangan
• Pengembangan kegiatan peternakan
NO PUSAT
PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI
• Pengembangan tanaman perkebunan (tembakau,
teh, kopi)
• Pengembangan hutan rakyat
• Pengembangan industri besar, menengah dan
kecil
Selomerto • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa • Pusat orientasi perdagangan tingkat kecamatan dan
kabupaten
• Pengembangan pusat transportasi • Pengembangan kegiatan agropolitan • Pengembangan pendidikan
• Pengembangan tanaman pangan dan holtikultural
• Pengembangan tanaman perkebunan
• Pengembangan peternakan • Pengembangan perikanan
• Pengembangan permukiman
3. PPK Kejajar • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
• Pengembangan tanaman hutan rakyat • Pengembangan industri kecil dan menengah
Mojotengah • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pusat pengembangan kegiatan pendidikan • Pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi • Pengembangan tanaman perkebunan (kopi, coklat) • Pengembangan industri kecil dan menengah
• Pengembangan permukiman
Sapuran • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
• Pusat orientasi perdagangan tingkat kecamatan dan kabupaten
• Pengembangan pariwisata
• Pengembangan kegiatan industri kecil, menengah dan besar
• Pengembangan simpul transportasi • Pengembangan permukiman
4. PPL Garung • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
• Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura • Pengembangan tembakau , kopi, coklat
• Pengembangan peternakan • Pengembangan pariwisata
• Pengembangan permukiman
• Pengembangan perikanan
Leksono • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
NO PUSAT
PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI
• Pengembangan industri pertanian
• Pengembangan tanaman perkebunan dan tanaman holtikultura (buah-buahan)
• Pengembangan pariwisata
• Pengembangan permukiman
• Pengembangan perikanan • Pengembangan peternakan
Sukoharjo • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa • Pengembangan kegiatan agropolitan
• Pengembangan perkebunan
• Pengembangan hutan rakyat
• Pengembangan kegiatan pertanian lahan kering, holtikultura
• Pengembangan kegiatan peternakan
Watumalang • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
• Pengembangan permukiman
• Pengembangan perikanan
• Pengembangan kegiatan perkebunan dan hutan rakyat • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura • Pengembangan tanaman perkebunan kelapa, coklat
dan kopi
• Pusat pengembangan peternakan
• Pengembangan industri kecil dan kerajinan rumah tangga
Kalikajar • Pusat pemerintahan skala kecamatan
• Pusat permukiman
• Pengembangan perdagangan
• Pengembangan fasilitas sosial ekonomi • Pengembangan tanaman sayur-sayuran • Pengembangan tanaman perkebunan teh, kopi • Pengembangan hutan rakyat
Kaliwiro • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pusat pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
• Pusat pengembangan permukiman
• Pengembangan pertanian tanaman pangan, palawija dan buah-buahan
• Pengembangan tanaman perkebunan (cengkeh, kopi, coklat)
• Pengembangan peternakan
• Pengembangan permukiman
Wadaslintang • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
• Pengembangan pariwisata • Pengembangan perikanan
• Pengembangan permukiman
• Pengembangan hutan rakyat
Kepil • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
• Pengembangan kegiatan perdagangan
• Pusat pengembangan home industry (anyaman, kerajinan tanduk, tulang, logam)
buah-NO PUSAT
PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI
buahan
• Pengembangan tanaman perkebunan (teh dan kopi)
• Pengembangan permukiman
• Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan kegiatan perikanan
Kalibawang • Pusat pemerintahan kecamatan
• Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
• Pengembangan permukiman
• Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan peternakan
• Pengembangan perkebunan
Sedangkan untuk kawasan pengembangan adalah merupakan kegiatan
pengembangan kawasan potensial sebagai pusat pertumbuhan maupun kawasan
terbelakang yang direncanakan selama kurun waktu 20 tahun. Kemudian tahapan
pelaksanaannya diperinci tiap tahun sesuai dengan prioritasnya untuk mencapai sasaran
yang diinginkan. Dari hasil analisis, dapat direncanakan kawasan pengembangan di
Kabupaten Wonosobo yaitu sebagai berikut:
a. Kawasan-kawasan Potensial Perkembangan di Kabupaten Wonosobo
1. Kawasan Pusat Pertumbuhan, meliputi:
Sebagai pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Wonosobo dan Kertek
Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan perdagangan yaitu
Kecamatan Wonosobo, Kertek, Sapuran, Kaliwiro, Kepil, dan Kejajar.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pusat kawasan peruntukan industri yaitu Kecamatan Kertek, Selomerto,
Wonosobo, dan Sapuran.
3. Kawasan Pariwisata
Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan pengembangan wisata yaitu
Kecamatan Kejajar, Garung, Wonosobo, Kertek, dan Wadaslintang.
b. Kawasan Kurang Berkembang di Kabupaten Wonosobo
Kriteria-kriteria yang diperlukan yaitu :
Kawasan yang secara geografis dan potensi wilayahnya kurang menguntungkan
untuk pengembangan daerahnya.
Merupakan daerah yang lambat perkembangnya serta terbatasnya sarana dan
prasarana.
Pusat pengembangan sebagai sarana wilayah perbatasan yaitu Kecamatan
Kejajar, Garung, Kertek, Selomerto, Kalikajar, Sapuran, Kepil, Kalibawang,
Kawasan kurang berkembang yaitu Kecamatan Garung, Watumalang, Sukoharjo
dan Kalibawang.
c. Kawasan Konservasi, merupakan kawasan lindung
Pusat kawasan konservasi alam dan lingkungan hidup yang tersebar di sebagian
Kecamatan Kertek, Garung, Kalikajar, Sapuran, Kepil, Kejajar, Mojotengah,
Watumalang, Sukoharjo, Leksono, Wadaslintang, dan Kaliwiro (kawasan
lindung).
Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Wonosobo dan Mojotengah.
Kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Kertek, Kalikajar, Kaliwiro,
Sukoharjo, Watumalang, Kejajar, Garung, Wadaslintang, Sapuran, dan Kepil.
Kawasan rawan bencana kebakaran merupakan kecamatan yang memiliki hutan.
Kawasan rawan angin topan di Kecamatan Wonosobo, Mojotengah, Kertek, Sapuran,
Kalikajar, dan Watumalang
A.
Kondisi Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
Rencana pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk dua puluh tahun; dan
4. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Wonosobo dibedakan atas:
RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG
Merupakan kawasan dengan fungsi utama adalah melindungi pelestarian
fungsi daya alam, sumber daya buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa.
Kawasan ini harus dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia,
dilindungi yang dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya. Secara umum
tujuan dan penentuan arahan kebijakan dalam pemanfaatan kawasan lindung
adalah mengurangi resiko kerusakan lingkungan hidup dan kehidupan sebagai
akibat dari kegiatan pembangunan.
Pengelolaan kawasan lindung dilakukan untuk melestarikan
a. Mempertahankan keutuhan dan keanekaragaman hayati meliputi tumbuhan,
satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam.
b. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa,
serta nilai sejarah dan budaya.
c. Merehabilitasi/ memperbaiki kawasan lindung yang rusak.
d. Mengembangkan kawasan lindung untuk fungsi-fungsi wisata alam, pendidikan
dan penelitian.
e. Menambah kawasan fungsi baru: hutan lindung fisiografis, kawasan karst, dan
kawasan geologi.
f. Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya.
Kawasan Lindung yang terdapat di Kabupaten Wonosobo terdiri atas :
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan yang Melindungi Kawasan Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
terdiri dari:
a. Kawasan lindung yang dikelola masyarakat; dan
b. Kawasan resapan air.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat meliputi:
a. kawasan sempadan sungai;
b. kawasan sekitar danau atau waduk; dan
c. kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.
Kawasan Sekitar Danau/ Waduk
Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
Kawasan Rawan Bencana Alam
Daerah rawan tanah longsor
Daerah rawan angin topan
Daerah rawan kebakaran hutan
Daerah rawan bencana gas beracun
Daerah rawan bencana gunung api
Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi terdiri atas :
a. Kawasan Imbuhan Air tanah
b. Kawasan Sekitar Mata Air
KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang
kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu
dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun
pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh karena itu, dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Wonosobo, penetapan kawasan ini dititikberatkan pada usaha
untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai
dengan potensi sumberdaya yang ada dengan memperhatikan optimasi
pemanfaatannya.
Kriteria untuk mendelinasikan kawasan/ sub kawasan budidaya secara
umum lebih didasarkan pada faktor kesesuaian lahan. Dilihat dari kriterianya, pada
dasarnya terdapat wilayah yang dapat saja memenuhi kriteria untuk
pengembangan beberapa jenis kegiatan budidaya (misalnya pertanian sawah,
ladang, perkebunan, holtikultura, Peternakan,Perikanan,pertambangan
,industri,Pariwisata,Peermukiman dadn Peruntukan lainnya ). Hal ini berarti
penggarisannya di atas peta akan menjadi tumpang tindih. Dengan demikian,
pengalokasian ruangnya di samping didasarkan pada kesesuaian lahan juga
mempertimbangkan aspek ekonomis serta kebijaksanaan secara nasional atau
daerah bagi prioritasnya.
Didasarkan pada kepentingan pemanfaatan ruang secara optimal untuk
kegiatan yang bersifat budidaya, maka dalam RTRW Kabupaten Wonosobo perlu
dilakukan prioritas di dalam memberikan arahan pengembangannya yang secara
umum dibedakan menurut perkembangan wilayah. Prioritas dalam mengarahkan
jenis kegiatan budidaya yang akan dikembangkan adalah menurut intensitas
pemanfaatan ruang-ruang.
Dalam kaitannya dengan kondisi eksisting, kemungkinan terjadi
permasalahan tumpang tindih antara kawasan budidaya yang ditetapkan dengan
kegiatan budidaya lain yang ada. Secara umum masalah tumpang tindih ini
berkaitan dengan penggunaan lahan yang telah berlangsung lama, proyek
sektoral atau status penguasaan lahan. Untuk mengarahkan perkembangan,
apakah kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih tersebut dapat terus berlangsung
atau tidak pada masa yang akan datang, maka perlu suatu arahan pengendalian.
Pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Jepara sesuai dengan arahan
untuk 20 tahun ke depan, pada dasarnya perlu ditunjang oleh pengembangan
prasarana dan sarana pendukungnya agar sesuai dengan kawasan tersebut dapat
Penentuan suatu kawasan budidaya dilakukan bertahap mulai dari
pemeriksaan kesesuaian dengan kriteria teknis sektoral untuk melihat/ kesesuaian
secara teknis sektoral. Pemeriksaan ini akan menghasilkan beberapa
kemungkinan alternatif kegiatan dalam ruang/ kawasan. Lebih lanjut setiap
alternatif pemanfaatan yang sesuai secara teknis sektoral dinilai dengan kriteria
ruang untuk melihat sinergi kegiatan-kegiatan yang ada dalam ruang terhadap
kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah sekitamya. Dalam
penentuan pemanfaatan suatu satuan ruang atau kawasan untuk kegiatan pada
suatu saat tertentu dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu:
Kegiatan yang ada tetap dipertahankan;
Kegiatan yang ada tetap tetapi ditingkatkan intensitasnya; dan
Kegiatan yang ada diubah.
Kawasan budidaya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari:
Kawasan peruntukan hutan produksi;
Kawasan peruntukan hutan rakyat;
Kawasan peruntukan pertanian;
Kawasan peruntukan perkebunan
Kawasan peruntukan peternakan
Kawasan peruntukan perikanan
Kawasan peruntukan pertambangan;
Kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan pariwisata; dan
Kawasan peruntukan permukiman.
Kawasan budidaya lainnya
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap pertahanan kemanan, ekonomi, sosial dan budaya,
lingkungan hidup dan pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi.
Tujuan dari penetapan kawasan strategis adalah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya kemudian pendayagunaan SDA dan
teknologi tinggi serta lingkungan hidup.
Sedangkan pada penetapan kawasan strategis pengaturannya adalah
sebagai berikut:
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan
melestarikan warisan budaya nasional;
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian internasional;
Pemanfaatan sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi secara optimal
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.
Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dilakukan dengan
memperhatikan Kawasan Strategis Provinsi (KSP). KSP yang ada di wilayah
Kabupaten huruf meliputi:
a. kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan;
b. kawasan Sindoro Sumbing dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan;
c. kawasan Perkotaan Wonosobo dan sekitarnya dengan sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; dan
d. kawasan panas bumi dieng dengan sudut kepentingan pendayagunaan
sumberdaya alam dan teknologi tinggi.
Penentuan KSK berdasarkan sudut kepentingan :
a. kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi;
b. kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi;
c. kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya; dan