Tanah & Bangunan: Aset Tetap,
Properti Investasi, atau Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
•
Tanah, bangunan, peralatan, & “aset
tetap”
lainnya
mungkin
seringkali
dianggap sebagai “aset tetap”. Tetapi,
dalam
akuntansi
suatu
aset
yang
seringkali
dianggap
“aset
Untuk membedakan aset tetap, properti
investasi,
dan
inventory,
pemahaman
definisi
masing-masing
jenis aset tersebut penting.
•
Aset tetap adalah aset berwujud yang
(a)dimiliki
untuk
digunakan
dalam
produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif
•
Properti investasi adalah properti (tanah
atau bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau keduanya) yang dikuasai
(oleh pemilik atau lesee melalui sewa
pembiayaan) untuk menghasilkan rental
atau untuk kenaikan nilai atau keduanya,
dan tidak untuk
(a) digunakan
dalam
produksi
atau
penyediaan barang atau jasa atau untuk
tujuan administratif; atau
•
PSAK 58,
Aset Tidak Lancar yang
Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan
menyatakan bahwa
: “Entitas mengklasifikasikan suatu
aset tidak lancar (atau kelompok
lepasan) sebagai dimiliki untuk dijual
jika
jumlah
tercatatnya
akan
dipulihkan
terutama
melalui
Aset Tetap VS Properti Investasi
• Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa aset tidak lancar (misalnya tanah dan bangunan) diklasifikasikan sebagai aset tetap jika digunakan selama lebih dari satu tahun dan digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa dalam operasi utama perusahaan.
• Sedangkan properti investasi adalah aset tidak lancar (properti) yang dikuasai perusahaan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, tetapi tidak untuk digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari.
•
Jika
perusahaan
menyewakan
(merentalkan) suatu aset tidak lancar,
kapan aset tersebut diakui sebagai aset
tetap? Kapan diakui sebagai properti
investasi?
•
Untuk
mengetahui
kapan
“rental”
•
PSAK 13 paragraf 6-15 menyediakan panduan
implisit dalam mengklasifikasikan suatu aset
tidak lancar sebagai properti investasi atau
aset tetap yang disajikan secara singkat berikut
ini:
•
Beberapa
hal
perlu
diperhatikan
untuk
mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar
sebagai properti investasi atau aset tetap
•
Dalam PSAK 13 paragraf 7 (selanjutnya
•
Jadi, secara konseptual,
generation of cash flow
merupakan kriteria untuk menentukan apakah
suatu
properti
digunakan
untuk
kegiatan
operasional atau bukan.
Kalau perusahaan
menyediakan fasilitas yang signifikan agar
bangunan
dapat
digunakan
untuk
dioperasikan sebagai pusat perbelanjaan
maka bangunan tersebut adalah aset tetap
karena dengan fasilitas yang signifikan
berarti perusahaan menjalankan usaha
pengelolaan pusat perbelanjaan.
•
Tapi kalau fasilitas untuk melengkapi
• Penentuan signifikansi fasilitas atau aset lain yang terdapat di dalam suatu bangunan atau properti tergantung dari judgement profesional (penyusun laporan keuangan).
•
Tapi kalau Trans hanya menyewakan
bangunan kepada pengelola pusat
perbelanjaan, dan manajemen pusat
perbelanjaan yang mengadakan dan
mengelola seluruh fasilitas pusat
perbelanjaan,
maka
bangunan
diklasifikasikan
sebagai
properti
•
PSAK 13.11 menyatakan bahwa suatu
properti diperlakukan sebagai properti
investasi jika entitas menyediakan jasa
tambahan yang tidak signifikan terhadap
penghuni properti yang dimilikinya.
Persyaratan ini adalah terkait signifikansi
jasa tambahan (
Significance of
ancillary services
). Serupa dengan
Generation of cash flow, hanya saja dalam
persyaratan ini, yang diukur
•
Contoh, misalnya masih dalam kasus pusat
perbelanjaan. Jasa yang diberikan perusahaan
pengelola pusat perbelanjaan antara lain
misalnya jasa customer service, tata ruang
bangunan toko, cleaning service, sekuriti, dan
lain-lain. Kalau Trans menyediakan seluruh jasa
tersebut, berarti bangunan diklasifikasikan
sebagai aset tetap karena diasumsikan Trans
menjalankan usaha pengelolaan pusat
perbelanjaan menggunakan bangunan
tersebut. Tetapi kalau Trans, misalnya, hanya
menyediakan jasa customer service dan
•
Dalam definisi properti investasi terdapat “…yang
dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa
pembiayaan)” sehingga mensyaratkan properti
investasi dikuasai atau disewa dalam suatu
kontrak
finance lease.
Jadi, hanya properti yang
dibeli atau disewa dalam sewa pendanaan
(finance lease) yang boleh diklasifikasikan
sebagai properti investasi.
•
Ketiga kriteria pengklasifikasian properti investasi
harus terpenuhi (
properti dapat menghasilkan
arus kas secara independen dari aset yang
lain, jasa tambahan yang diberikan tidak
signifikan, dan dikuasai atau dilease
melalui finance lease
) agar suatu properti
• Kalau salah satu dari ketiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka bisa jadi properti terkait merupakan aset tetap. Judgement diperlukan untuk
menganalisis properti tersebut apakah aset tetap atau properti investasi.
• Satu Properti terdiri dari Aset Tetap dan Properti Investasi
• Entitas bisa saja memiliki satu bangunan yang
digunakan untuk berbagai kegiatan. Jadi, dalam satu bangunan bisa terdapat aset tetap dan juga properti investasi. Sebagai contoh, sebuah bangunan dibeli oleh yayasan untuk dijadikan universitas. Bangunan tersebut memiliki sepuluh lantai: lantai dasar
•
Bangunan tersebut dapat diklasfikasi menjadi
dua jenis aset: aset tetap dan properti
investasi jika bagian properti dapat dijual
atau dilease (finance lease) kepada pihak lain
maka bagian properti tersebut merupakan
properti investasi. Namun jika bagian dari
properti tidak dapat dijual atau dilease
(finance lease), bagian properti tersebut
diklasifikasikan sebagai properti investasi
hanya jika bagian tersebut jumlahnya
signifikan dibandingkan bagian yang
•
Dalam kasus universitas tersebut,
karena bagian foodcourt tidak
signifikan (hanya sebagian dari lantai
dasar) dibandingkan bagian properti
yang digunakan untuk aktivitas
perkuliahan (9 lantai), maka
keseluruhan bangunan
Aset Tetap vs Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
•
Aset tidak lancar juga dapat diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk
dijual.
•
Misalnya, masih melanjutkan kasus Trans, Trans
memiliki bangunan yang dijadikan pusat
perbelanjaan (diasumsikan bangunan
diklasifikasikan sebagai aset tetap). Namun,
karena rendahnya penghasilan yang diperoleh
dari pengoperasian bangunan tersebut, Trans
•
Untuk menentukan apakah suatu aset
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual,
aset tidak lancar harus merupakan
aset
tidak lancar yang jumlah tercatatnya
akan dipulihkan terutama melalui
transaksi penjualan daripada melalui
pemakaian berlanjut (PSAK 58.08)
•
Aset tidak lancar yang nilai tercatatnya akan
dipulihkan terutama melalui transaksi
penjualan adalah aset yang berada dalam
keadaan dapat dijual dengan syarat-syarat
yang biasa dan umum diperlukan dalam
Agar penjualan sangat mungkin terjadi, maka:
•
manajemen di tingkat yang sesuai harus
berkomitmen terhadap rencana penjualan aset
dan memulai program aktif untuk mencari
pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut
•
aset harus dipasarkan secara aktif pada harga
yang pantas sesuai dengan nilai wajarnya kini
•
penjualan akan dilakukan dalam waktu 1 tahun
setelah tanggal klasifikasi
Seluruh kriteria tersebut harus terpenuhi agar aset
dapat diklasifikasikan sebagai aset tdk lancar yang
dimiliki untuk dijual.
•
Tetapi, mungkin Trans tidak dapat menyelesaikan
penjualan aset dalam 1 tahun (kriteria 3 di atas)
mungkin karena Trans sedang membangun pusat
perbelanjaan baru sehingga bangunan yang akan
dijual masih tetap digunakan atau karena kondisi
pasar yang kurang kondusif sehingga bangunan
memerlukan waktu lebih lama untuk terjual. Lalu,
apakah bangunan tsb tetap dapat diklasifikasikan
sbg dimiliki untuk dijual?
•
PSAK 58 memberikan panduan implementasi
• Dalam pedoman ilustrasi, contoh 1 terdapat panduan bilamana entitas menunda penjualan aset hingga
entitas menyelesaikan konstruksi bangunan baru.
Penundaan waktu pengalihan gedung yang ditentukan oleh entitas (sebagai penjual) menunjukan bahwa
gedung tidak tersedia untuk segera dijual. Sehingga bangunan tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual.
• Kemudian, di lain kasus, jika bangunan tidak terjual dalam jangka waktu satu tahun karena kondisi pasar yang memburuk, tetapi Trans secara aktif menawarkan penjualan aset karena tidak menerima penawaran
pembelian yang pantas dan sebagai responnya, Trans menurunkan harga penjualan aset untuk
menyesuaikan dengan harga pasar, berarti aset dapat diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual karena
•
Kriteria-kriteria pengklasifikasian aset tidak
lancar yang dimiliki untuk dijual diterapkan
sehingga aset disajikan sesuai dengan substansi
ekonomiknya. Kalau kriteria tsb tdk terpenuhi,
berarti aset sama saja masih digunakan dalam
operasi perusahaan (diklasifikasikan sebagai
aset tetap) dan tidak dalam keadaan siap untuk
dijual.
•
Demikian panduan pengklasifikasian aset tidak
lancar ke dalam aset tetap, properti investasi,
atau aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual.
Semoga dapat memberi wawasan yang
Empat aspek terkait standar akuntansi
aset tetap, properti investasi, dan aset
tidak lancar yang dimiliki untuk dijual:
a) pengakuan
(
recognition
)
,
b) pengukuran (
measurement
),
c) penyajian (
presentation
), dan
Pengakuan
Pengakuan adalah masalah kapan aset
dicatat (diakui) dalam laporan
•
Baik aset tetap maupun properti investasi
diakui jika kos perolehan dapat diukur
dengan andal. Kos perolehan adalah jumlah
kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan
untuk memperoleh suatu aset … (PSAK
16.06). Jadi, hanya bila kos perolehan dapat
diukur dengan andal baru aset tetap dan
properti investasi dapat diakui. Kalau nilai
wajar aset dapat diukur dengan andal tetapi
kos perolehan tidak dapat diukur dengan
• Aset tidak lancar hanya boleh diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual jika aset berada dalam keadaan dapat dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan umum diperlukan
dalam penjualan aset tersebut dan penjualannya
harus sangat mungkin terjadi (PSAK 58.9). Jadi, aset yang diperoleh untuk kemudian dijual kembali dalam waktu 1 tahun setelah akhir periode tidak dapat
diakui sebagai aset yang dimiliki untuk dijual kalau PSAK 58.9 tidak terpenuhi. Misalnya, perusahaan
memperoleh kendaraan yang akan digunakan hanya selama 3 bulan dan kemudian dijual kembali tidak dapat diakui sebagai dimiliki untuk dijual kalau
kriteria dalam PSAK 58 tdk terpenuhi. Panduan penerapan kriteria klasfikasi dimiliki untuk dijual
Pengukuran Aset tetap:
Pengukuran pada saat pengakuan: • Kos perolehan meliputi:
• harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;
• setiap kos yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan
supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen;
• estimasi awal kos pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap. kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap diperoleh atau sebagai
konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan
•
Contoh kos yang dapat diatribusikan secara
langsung adalah :
•
kos imbalan kerja (sebagaimana didefinisikan
dalam PSAK 24:
Imbalan Kerja
) yang timbul secara
langsung dari konstruksi atau perolehan aset tetap;
•
kos penyiapan lahan;
•
kos penanganan dan penyerahan awal;
•
kos perakitan dan instalasi;
•
kos pengujian aset apakah aset berfungsi dengan
baik, setelah dikurangi hasil neto penjualan setiap
produk yang dihasilkan sehubungan dengan
pengujian tersebut; dan
•
Contoh kos yang bukan merupakan kos perolehan
aset tetap adalah:
•
kos pembukaan fasilitas baru;
•
kos pengenalan produk atau jasa baru;
•
kos penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau
kelompok pelanggan baru; dan
•
kos administrasi dan overhead umum lain. (PSAK
16.19)
•
Bila perusahaan membangun sendiri aset
Pengukuran setelah pengakuan:
•
Entitas memilih model biaya di PSAK
16.30 atau model revaluasi di PSAK
16.31 sebagai kebijakan akuntansinya
dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap dalam
kelompok yang sama. ( PSAK 16.29)
Jadi, perusahaan memiliki dua alternatif
pengukuran setelah pengakuan : model
kos historis (biaya) dan model
• Model biaya: setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap dicatat pada kos perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. (PSAK 16.30)
• Model revaluasi: setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan
Properti investasi:
•
Pengukuran saat pengakuan:
•
Properti investasi pada awalnya diukur
sebesar kos perolehan. Kos transaksi termasuk
dalam pengukuran awal tersebut. (PSAK
13.20)
•
Kos perolehan properti investasi yang dibeli
meliputi harga pembelian dan setiap
pengeluaran yang dapat diatribusikan secara
langsung. Pengeluaran yang dapat
diatribusikan secara langsung termasuk,
•
Kos perolehan properti investasi tidak
termasuk:
•
kos perintisan;
•
kerugian operasional yang terjadi sebelum
properti investasi mencapai tingkat hunian
yang direncanakan; atau
•
pemborosan bahan baku, tenaga kerja, atau
sumber daya lain yang terjadi selama masa
pembangunan atau pengembangan
Pengukuran setelah pengakuan:
•
Perusahaan dapat memilih kebijakan
pengukuran properti investasi antara
metode nilai wajar atau metode biaya (kos
historis). (PSAK 13.29)
•
Pada umumnya, properti investasi diukur
•
Nilai wajar properti investasi merupakan
harga pertukaran properti antar
pihak-pihak yang memiliki pengetahuan
memadai dan berkeinginan dalam suatu
transaksi yang wajar. Nilai wajar tidak
mencakup estimasi kenaikan atau
penurunan harga karena kondisi atau
keadaan khusus seperti perjanjian
pembiayaan, jual dan sewa balik tidak
• Dalam pengukuran kos perolehan, baik aset tetap maupun properti investasi, terdapat kata “dapat
diatribusikan secara langsung”. Dalam IFRS frase ini disebut “directly attributable”. Maksudnya, hanya kos yang benar-benar memiliki keterkaitan langsung
dengan perolehan aset yang dapat diakui sebagai kos perolehan aset. Kos yang terkait langsung (misalnya, overhead) tidak dapat diakui sebagai kos perolehan. Contoh overhead: perusahaan menggunakan jasa
profesional tata ruang kota untuk menentukan lokasi yang strategis untuk mendirikan 3 lokasi usaha baru. Fee jasa profesional tersebut terkait dengan 3 tanah yang akan dibeli perusahaan. Sehingga fee jasa
profesional tersebut merupakan kos overhead yang
Aset tidak lancar yang dimiliki untuk
dijual
•
Aset tidak lancar yang dimiliki untuk
dijual awalnya dicatat pada kos
Penyajian
• Aset tetap : disajikan sebagai aset tidak lancar, karena akan digunakan lebih dari 1 tahun setelah akhir periode pelaporan.
• Properti investasi: disajikan sebagai aset tidak lancar,karena akan digunakan lebih dari 1 tahun setelah akhir periode pelaporan.
• Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual: disajikan sebagai aset lancar, karena akan dijual dalam waktu 1 tahun setelah akhir periode. Pengecualian
Pengungkapan
Aset tetap:
•
Laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap
kelompok aset tetap:
•
dasar pengukuran yang digunakan dalam
menentukan jumlah tercatat bruto;
•
metode penyusutan yang digunakan;
•
umur manfaat atau tarif penyusutan yang
digunakan;
•
jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan;
dan
• Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:
• tanggal efektif revaluasi;
• apakah melibatkan penilai independen;
• metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam estimasi nilai wajar;
• penjelasan mengenai nilai wajar aset tetap yang
ditentukan secara langsung dengan mengacu pada harga terobservasi dalam pasar aktif atau transaksi pasar terkini yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lain;
• untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset
seandainya aset tersebut dicatat dengan model biaya; dan • surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama
Properti investasi:
• Entitas mengungkapkan:
• menerapkan model nilai wajar atau model biaya;
• jika menerapkan model nilai wajar , apakah, dan dalam
keadaan bagaimana, hak atas properti yang dimiliki dalam sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti investasi;
• jika pengklasifikasian sulit dilakukan, kriteria yang
digunakan untuk membedakan properti investasi dengan properti yang digunakan sendiri dan dengan properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari;
• metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam
menentukan nilai wajar properti investasi, yang mencakup pernyataan apakah penentuan nilai wajar tersebut
• sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi
didasarkan pada penilaian oleh penilai independen memiliki kualifikasi profesional yang telah diakui dan
relevan serta memiliki pengalaman mutakhir di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai.
• jumlah yang diakui dalam laba rugi untuk penghasilan rental dari properti investasi, biaya operasi langsung, perubahan kumulatif nilai wajar.
• keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan
realisasi dari properti investasi atau atas pengiriman penghasilan dan hasil pelepasan;
• kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau
mengembangkan atau untuk memperbaiki, memelihara, atau meningkatkan properti investasi.
• Untuk masing-masing model pengukuran (biaya dan nilai
wajar) terdapat ketentuan pengungkapan tambahan
• Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual
• Untuk periode di mana aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) telah diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual atau telah dijual, entitas mengungkapkan informasi berikut ini dalam catatan atas laporan keuangan:
• uraian dari aset tidak lancar (atau kelompok lepasan); • uraian fakta dan keadaan dari penjualan, atau yang
mengarah kepada pelepasan yang diharapkan, dan cara dan waktu pelepasan;
• keuntungan atau kerugian yang diakui sesuai dengan paragraf 25-27 dan, jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif, dijelaskan judul pos dalam laporan laba rugi komprehensif yang di
dalamnya terdapat laba atau rugi tersebut;
Contoh:
PT Ciliwung Persada membeli mesin yang diakui
sebagai aset tetap pada 1 Januari 2008 pada biaya
perolehan Rp 100 juta. Aset ini diestimasi akan
mempunyai nilai residu Rp 10 juta dan masa manfaat
10 tahun. Pada tanggal 1 Januari 2011 aset tersebut
di klasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Nilai
wajarnya Rp 60 juta dan di perkirakan akan
mengeluarkan biaya ongkos angkut ke tempat
Nilai tercatat aset = Rp 100 juta -((Rp 100 juta -Rp 10 juta)x3/10))=Rp 73.000.000
Nilai wajar neto = Rp 60 juta-Rp 2 juta = Rp 58 juta Nilai yang harus diakui adalah yang lebih rendah, yaitu Rp 58 juta
Dengan demikian entitas harus mencatat rugi
penurunan nilai untuk menurunkan nilai tercatat ke nilai wajar netonya, yaitu sebesar Rp 73 juta-Rp 58 juta=Rp 15 juta
Jurnalnya adalah sebagai berikut :
Rugi penurunan nilai Rp 15.000.000
Jurnal pengakuan rugi penurunan nilai juga dapat
dikreditkan sebagai cadangan penurunan nilai, tidak langsung mengurangi nilai aset.
Kemudian entitas juga membuat jurnal reklasifikasi aset sebagai berikut :
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 58.000.000
Mesin Rp58.000.000
Jika diasumsikan nilai wajar neto adalah Rp 75 juta,
Masih melanjutkan ilustrasi sebelumnya pada PT Ciliwung Persada, misalnya pada tanggal 31 Januari, akhir periode pelaporan bulanan, nilai wajar neto mesin menjadi Rp 55 juta, maka entitas membuat jurnal penyesuaian pada 31 Januari 2011 sebagai berikut :
Rugi penurunan nilai Rp 3.000.000 Mesin dimiliki untuk
dijual Rp 3.000.000
Selanjutnya jika pada 30 Juni 2011, nilai wajar neto aset tersebut mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp 57 juta, dan diasumsikan antara 31 Januari 2011 sampai 30 Juni 2011 tidak terdapat perubahan nilai, maka PT Ciliwung Persada harus membuat jurnal penyesuaian pada 30 Juni 2011, sebagai berikut :
Mesin dimiliki untuk dijual Rp 2.000.000 Keuntungan dari pemulihan rugi penurunan nilai Rp 2.000.000
Aset Tidak Lancar yang Diukur
Menggunakan Model Revaluasi
Ketika Perusahaan menggunakan
model revaluasi dalam mengukur aset
tidak lancar yang kemudian
diklasifikasi sebagai aset dimiliki untuk
dijual, maka aset tersebut harus
direvaluasi ke nilai wajarnya sesaat
sebelum di reklasifikasi. Setelah
reklasifikasi, biaya menjual
PT ABC mempunyai aset tetap berupa tanah dan
mengukur tanahnya menggunakan model ravaluasi. Tanah mempunyai nilai tercatat sebesar Rp 120 juta. Tanah pada 1 Januari 2010 diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk dijual, dan diketahui nilai
wajarnya sebesar Rp 140 juta dan estimasi biaya
menjual sebesar Rp 4 juta. Aset tersebut terjual pada 30 Juni 2010 pada harga Rp 134 juta.
Pada tanggal 1 Januari 2010, tanah tersebuut harus direvaluasi ke nilai wajarnya sebesar Rp 140 juta.
Keuntungan Rp 20 juta diakui sebagai surplus revaluasi pada pendapatan komprehensif lain. Selanjutnya tanah tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar
dimiliki untuk dijual. Kemudian,biaya menjual sebesar Rp 4 juta akan diakui di laba rugi periode berjalan sebagai rugi penurunan nilai sehingga nilai tercatatnya menjadi Rp 136 juta.
Pada saat penjualan tanggal 30 Juni 2010 terdapa rugi sebesar Rp 2 juta yang diakui sebagai rugi pelepasan aset karena harga jual lebih rendah dari pada nilai
PENGHENTIAN PENGAKUAN DAN
PERUBAHAN RENCANA
Aset tidak lancar yang dihentikan
pengklasifikasiannya sebagai dimiliki untuk dijual, maka selanjutnya harus diukur pada nilai yang lebih rendah antara :
• Nilai tercatat aset tersebut sebelum aset diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual, disesuaikan dengan
penyusutan , amortisasi atau penilaian kembali yang telah diakui jika tersebut tidak diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual,atau
Misalnya diketahui bahwa nilai terpulihkan aset Rp 57 juta, sama dengan nilai tercatat aset saat ini pada 31
Desember 2011 sebelum penyesuaian adalah Rp 57 juta. Nilai tercatat aset jika tidak diklasifikasikan sebagai aset tersedia dijual dapat dihitung = Rp 100 juta – (Rp 100 juta – Rp 10 juta) x 4/10))= Rp 64 juta. Nilai yang lebih rendah adalah nilai terpulihkan sebesar Rp 57 juta akan digunakan sebagai nilai aset pada 31 Desember 2011. Dengan demikian , tidak ada jurnal penyesuaian atas
nilai tercatat yang perlu dibuat pada 31 Desember 2011, kecuali jurnal reklasifikasi sebagai berikut.
Mesin Rp 57.000.0000
Mesin dimiliki untuk
Penghentian pengakuan juga dapat
terjadi ketika aset tersebut dijual.
Pengakuan penjualan aset tidak lancar
yang dimiliki untuk dijual, pada
prinsipnya sama seperti penjualan aset
biasa. Keuntungan/kerugian muncul
dari selisih antara nilai tercatat akhir
aset tersebut dengan haarga
Contoh, PT XYZ telah mereklasifikasikan aset
tetapnya sebagai aset tidak lancar dimiliki untuk
dijual pada 2 Januari 2011. Penjualan terjadi
pada tanggal 2 Juli 2011 dengan harga jual Rp
70 juta, nilai tercatat aset tidak lancar dimiliki
untuk dijual pada 2 Juli 2011 adalah sebesar Rp
70juta. PT XYZ harus mencatat penjualan
tersebut sebagai berikut.
Kas Rp 70.000.000
Aset tidak lancar dimiliki untuk dijual Rp 57.000.000
PENYAJIAN
Ilustrasi penyajian aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual pada laporan posisi keunguan adalalah sebagai berikut. Kas dan setara