• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK ELEKTORAL POSITIONING PARTAI OPOSISI (Rilis survei LSI 9 Mei 2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEK ELEKTORAL POSITIONING PARTAI OPOSISI (Rilis survei LSI 9 Mei 2010)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

INSENTIF POLITIK PARTAI OPOSISI:

INSENTIF POLITIK PARTAI OPOSISI:

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

Jl. Lem bang Terusan D- 57, Ment eng Jakart a Pusat 10310, I ndonesia Telp. ( 021) 3 9 1 9 5 8 2, Fax ( 021) 3 9 1 9 5 2 8

Websit e: w w w .lsi.or .id

(2)

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

• Yang membedakan rezim demokrasi dan bukan g

demokrasi adalah adanya persaingan bebas antara kelompok-kelompok atau partai-partai politik untuk jabatan-jabatan publik penting seperti Kepala

j j p p g p p

Pemerintahan dan Anggota DPR.

• Karena persaingan bebas merupakan karakteristik

utama dalam demokrasi dan dalam persaingan itu ada utama dalam demokrasi, dan dalam persaingan itu ada pihak yang menang dan yang kalah, maka munculnya oposisi dari pihak yang kalah dalam demokrasi adalah suatu hal yang bersifat alamiah Apakah kekuatan

suatu hal yang bersifat alamiah. Apakah kekuatan oposisi itu besar atau kecil, apakah menciptakan

stabilitas atau instabilitas pemerintahan, merupakan soal yang lain

yang lain.

(3)

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

• Berposisi sebagai oposisi bisa jadi merupakan imperatif p g p j p p moral, yakni membangun akuntabilitas, check and

balances, bagi pemerintahan yang bersih dan efektif.

• Tapi posisi oposisi juga diharapkan memberikan insentifTapi posisi oposisi juga diharapkan memberikan insentif politik, yakni meningkatkan awareness dan dukungan publik terhadap oposisi yang mengkritisi kebijakan

pemerintah yang diklaim merugikan kepentingan publik pemerintah yang diklaim merugikan kepentingan publik. • Pertanyaannya, apakah proposisi-proposisi di atas

terlihat secara nyata dalam kecenderungan dukungan elektoral pada partai partai oposisi di tanah air?

elektoral pada partai-partai oposisi di tanah air?

(4)

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

• Dalam demokrasi, tidak ada insentif politik yang lebih besar dari “menang dalam Pemilu” atau “dukungan yang besar dari pemilih ”menang dalam Pemilu atau dukungan yang besar dari pemilih. Sebaliknya, tidak ada hukuman politik paling besar bagi partai selain “kalah” atau menurunnya dukungan pemilih dalam pemilu, atau

melemahnya dukungan dari pemilih.

Sik d il k i i t i d t di l j i di t d i

• Sikap dan perilaku oposisi partai dapat dipelajari di antaranya dari kasus Bank Century. Apakah partai-partai di DPR yang menentang

bail-out Bank Century mampu menaikan dukungan politik dari

pemilih terhadap mereka, dan sebaliknya membuat partai-partai

d k b il t t b t l h di t ilih?

pendukung bail-out tersebut melemah di mata pemilih?

• Serangkaian survei kecenderungan perilaku memilih yang akan dipaparkan di bawah dapat menjawab pertanyaan tersebut.

(5)

Pengukuran

Pengukuran

• Partai oposisi dalam studi ini adalah partai-partai yang punya wakil di DPR yang tidak bergabung dalam koalisi pemerintah 2009 2010 dan elitenya yang tidak bergabung dalam koalisi pemerintah 2009-2010, dan elitenya cenderung bersikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah

sebagaimana terjadi dalam pemerintah demokrasi di manapun di dunia. • Dalam kasus Pansus Bank Century, ada tiga tipe sikap dan perilaku politik

partai: Oposisi pemerintah dan pseudo koalisi partai: Oposisi, pemerintah, dan pseudo-koalisi.

• Dapat dikelompokkan ke dalam partai-partai oposisi ini adalah PDI

Perjuangan, Gerindra, dan Hanura. Ketiga partai ini tidak menandatangani kontrak koalisi mendukung pemerintahan SBY-Boediono dan tidak

menempatkan wakilnya di kabinet menempatkan wakilnya di kabinet.

• Partai koalisi pemerintah adalah partai-partai yang bergabung dengan dan mendukung pemerintah dan sebagai rewardnya punya perwakilan di

kabinet pemerintah SBY-Boediono, dan bersikap cenderung membela

kebijakan kebijakan pemerintah Masuk ke dalam partai koalisi pemerintah kebijakan-kebijakan pemerintah. Masuk ke dalam partai koalisi pemerintah ini adalah Partai Demokrat dan PKB. Dalam isu bail-out Century misalnya, Demokrat dan PKB konsisten sejak awal hingga Sidang Paripurna Kasus Century bahwa kebijakan bail-out Century tidak bermasalah karena

dimaksudkan untuk menyelamatkan ekonomi nasional dari ancaman krisis

d a sud a u tu e ye a at a e o o as o a da a ca a s s

global.

(6)

Pengukuran

Pengukuran

• Di samping partai oposisi dan partai koalisi tersebut, ada partai yang kami sebut partai “pseudo koalisi” yakni partai partai yang awalnya kami sebut partai pseudo-koalisi , yakni partai-partai yang awalnya merupakan bagian dari kekuatan pemerintah, ikut menandatangani kontrak koalisi dan menempatkan wakil di kabinet, tapi dalam

perjalanannya bersikap kritis atau bahkan menentang kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah meskipun isu yang diperdebatkan kebijakan yang dibuat pemerintah meskipun isu yang diperdebatkan tersebut masih pro-kontra.

• Kasus kebijakan bail-out Bank Century belum konklusif apakah kebijakan itu melawan hukum dan terbukti merupakan tindakan

k i j b t blik ti B di d S i M l i t tid k

korupsi pejabat publik seperti Boediono dan Sri Mulyani atau tidak. Koalisi yang normal biasanya bersikap homogen atas suatu kasus yang masih berada dalam ranah politik seperi di DPR. Koalisi dapat pecah bila sudah ada fakta konklusif secara legal bahwa sebuah

k bij k t b kti l h k dib ktik t it

kebijakan terbukti melanggar hukum, yang dibuktikan otoritas hukum.

(7)

Pengukuran

Pengukuran

• Tapi partai-partai pseudo-koalisi itu terlihat telah memberi keputusan

konklusif secara politik bahwa Boediono dan Sri Mulyani bersalah. Hal inio us seca a po t ba a oed o o da S u ya be sa a a berbeda diametral dengan pernyataan kepala pemerintahan sebagai

komando koalisi, yakni Presiden Yudhoyono, yang mengatakan kebijakan bail-out Century bisa dibenarkan dan bisa dipertanggungjawabkan. Partai-partai pseudo-koalisi ini berperilaku seperti oposisi dalam Pansus Bank Century

Century.

• Masuk ke dalam partai-partai pseudo-koalisi ini adalah Golkar, PKS, PPP, dan PAN. Khusus PAN perlu diberi catatan tersendiri. Meski PAN di Sidang Paripurna memilih Opsi A sebagaimana Demokrat dan PKB, tapi partai ini sejak awal termasuk sangat kritis dalam menyikapi kebijakan pemberian sejak awal termasuk sangat kritis dalam menyikapi kebijakan pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan bail-out. Dalam agenda pembacaan kesimpulan awal Pansus Century, PAN termasuk fraksi yang menganggap kebijakan tersebut penuh dengan keganjilan dan

pelanggaran. Patron utama PAN, Amien Rais juga berkali-kali mengatakan

p gg , j g g

ke media tentang betapa janggalnya kebijakan bail-out dan meminta Boediono dan Sri Mulyani untuk mundur karena dianggap sebagai pihak paling bertanggung jawab atas kebijakan bail-out.

(8)

DATA

DATA

• Untuk mengukur apakah sikap oposisi partai politik dalam kasus Pansus Bank Century menaikan dukungan pemilih pada partai-Pansus Bank Century menaikan dukungan pemilih pada partai

partai oposisi tersebut atau tidak digunakan analisis perbandingan antara hasil pemilu legislatif 2009 dari KPU dan hasil serangkaian survei kecenderungan perilaku memilih partai ketika dan setelah Pansus Bank Century

Pansus Bank Century.

• Data nasional survei masa dan setelah pansus Century dilakukan pada bulan Januari, Februari, Maret, dan April 2010.

• Ukuran sampel masing-masing survei bervariasi antara 1200-2200.

M i f d i i i i t 2 3% d ti k t

Margin of error dari masing-masing survei antara 2-3% pada tingkat kepercayaan 95% dengan asumsi simple random sampling.

• Sumber dana penelitian: Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI).( )

(9)

TEMUAN

TEMUAN

Partai atau calon anggota DPR dari

partai yang akan dipilih bila pemilihan

t DPR di d k

k

(10)

Tiga Tipe Partai:

T

d 2009 2010 (%)

Trend 2009-2010 (%)

35

Golkar/Pseudokoalisi PDIP/oposisi PD/memrintah

(11)

Tiga Tipe Partai:

T

d 2009 2010 (%)

Trend 2009-2010 (%)

8 8

PKS/pseudo PPP/pseudo PAN/Pseudo PKB/memerintah

PKS/pseudo PPP/pseudo PAN/Pseudo PKB/memerintah

Hanura/oposisi Gerindra/oposisi

(12)

Kecenderungan Kekuatan Elektoral

Tiga Tipe Partai:

Tiga Tipe Partai:

Trend 2009-2010 (%)

40

Pseudo koalisi Oposisi Koalisi

Pseudo koalisi Oposisi Koalisi

(13)

Temuan

Temuan

• Bila Pemilu untuk anggota DPR diadakan waktu

gg

survei dilakukan, dukungan pada PD cenderung

lebih kuat dibanding hasil Pemilu 2009.

• Sementara dukungan pada PKB cenderung

Sementara dukungan pada PKB cenderung

stabil tak jauh dari hasil Pemilu 2009.

• Sebaliknya dukungan pada 7 partai lainnya

d

l bih

d h dib

di

h

il

il

cenderung lebih rendah dibanding hasil pemilu

2009.

• Bila 9 partai tersebut dikelompokkan ke dalam

a 9 pa ta te sebut d e o po

a

e da a

tiga tipe, maka kecenderungan dukungan pada

ketiga tipe partai tersebut sebagai berikut.

(14)

Temuan

Temuan

• Kekuatan koalisi awalnya sangat besar. Secara elektoral h i 78% (D k t G lk PKS PPP PAN PKB) hampir 78% (Demokrat, Golkar, PKS, PPP, PAN, PKB), dan sisanya oposisi (PDIP 14, Hanura 4, Gerindra 4). • Setelah pemerintahan terbentuk dan terutama ketika

k C t l k li i t b l h j di K li i kasus Century muncul, koalisi terbelah menjadi Koalisi dan pseudo koalisi sehingga kekuatan koalisi menurun tajam, dari 78 menjadi sekitar 26% secara elektoral dari hasil Pemilu 2009 (PD dan PKB)

hasil Pemilu 2009 (PD dan PKB).

• Setelah kasus Pansus Century kekuatan koalisi secara elektoral tetap paling tinggi, dan lebih tinggi dari hasil pemilu 2009 Kecenderungan dukungan pada PD selalu pemilu 2009. Kecenderungan dukungan pada PD selalu di atas perolehan suaranya dalam Pemilu 2009, dalam rentang 27-32% (hasil pemilu 2009 PD 21%), sedangkan PKB relatif stabil di angka 4-5%.g

(15)

Temuan

Temuan

• Sementara dukungan pada partai-partai oposisi Pasca Pansus Century cenderung belum mengalami kemajuan secara elektoral Century cenderung belum mengalami kemajuan secara elektoral dibanding hasil pemilu mereka pada 2009. Kecenderungan

dukungan pada PDIP, Gerindra, dan Hanura, secara elektoral tidak pernah melampaui hasil Pemilu 2009. Bahkan cenderung menurun.

D iki j d k d t i t i d k li i

• Demikian juga dukungan pada partai-partai pseudo-koalisi. Dukungan pada Golkar, PKS, PPP, dan PAN belum pernah

melampaui hasil pemilu mereka tahun 2009, dan bahkan cenderung menurun.

• Fakta-fakta opini pemilih tersebut menunjukan bahwa perilaku oposisi atau pseudo koalisi belum memberikan insentif politik elektoral pada mereka.

• Pansus Century nampaknya bukan panggung kampanye politikPansus Century nampaknya bukan panggung kampanye politik yang segera bisa efektif untuk membangun kepercayaan publik pada partai-partai yang mengalami kekalahan dalam Pemilu 2009 seperti PDIP dan Golkar.

(16)

MENGAPA POSITIONING SEBAGAI PARTAI OPOSISI ATAU PESUDO-KOALISI TIDAK OPOSISI ATAU PESUDO-KOALISI TIDAK MENDAPAT REWARD POLITIK DARI PEMILIH?

• Obyek evaluasi kinerja masing-masing pihak yang terlibat dalam konflik politik dapat dibagi dua:

Pemerintah versus DPR dan Partai Politik.

• Kinerja pemerintah dapat dinilai dari baik atau buruknya kinerja Presiden, Wakil Presiden, dan pemerintah pusat secara umum.

secara umum.

• Kinerja DPR dinilai dari baik atau buruknya kienrja DPR selama ini.

T k it t d il i t ki j DPR i i • Terkait erat dengan penilaian atas kinerja DPR ini

adalah penilaian atas kinerja Partai Politik.

(17)

Kinerja lembaga-lembaga

b ik

B ik (%)

berikut: Baik (%)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

80

Presiden

70

61

Pemerintah pusat

61

56

Wapres

DPR

48

Parpol

(18)

Temuan

Temuan

• Penilaian pemilih terhadap dua kelompok lembaga yang p p p g y g konflik di tingkat pusat, yakni Presiden, wakil presiden, dan pemerintah pusat di Jakarta versus DPR dan Partai Politik menunjukan bahwa pemilih lebih menilai positif j p p kinerja pemerintah dibanding kinerja DPR dan partai yang umumnya bersikap oposisi terhadap pemerintah dalam kasus Bank Century.y

• Ini merupakan sumber mengapa dukungan pada partai pemerintah lebih kuat. Ada hubungan signifikan antara sikap evaluatif atas kinerja lembaga-lembaga politik

sikap evaluatif atas kinerja lembaga lembaga politik tersebut dan pilihan terhadap partai seperti terlihat di bawah ini.

(19)

PENILAIAN “BAIK” KINERJA DPR

PADA PENDUKUNG TIGA TIPE

PADA PENDUKUNG TIGA TIPE

PARTAI (%)

Pemerintah Pseudo-koalisi Oposisi

Pemerintah Pseudo koalisi Oposisi

(20)

PENILAIAN “BAIK” KINERJA PARTAI

PADA PENDUKUNG TIGA TIPE

PADA PENDUKUNG TIGA TIPE

PARTAI (%)

57

60 57

51

47 50

60

30 40

10 20

0 10

Pemerintah Pseudo-koalisi Oposisip

(21)

PENILAIAN “BAIK” KINERJA

PRESIDEN PADA PENDUKUNG TIGA

PRESIDEN PADA PENDUKUNG TIGA

TIPE PARTAI (%)

90

Pemerintah Pseudo-koalisi Oposisip

(22)

PENILAIAN “BAIK” KINERJA WAKIL PRESIDEN PADA PENDUKUNG TIGA TIPE PARTAI (%) PADA PENDUKUNG TIGA TIPE PARTAI (%)

71 80

71

60

53 60

70

30 40 50

10 20 30

0 10

Pemerintah Pseudo-koalisi Oposisi

(23)

PENILAIAN “BAIK” KINERJA PEMERINTAH PUSAT DI JAKARTA PADA PENDUKUNG TIGA TIPE

DI JAKARTA PADA PENDUKUNG TIGA TIPE PARTAI (%)

77

76

75 76 77

73 74 75

72 72

71 72 73

70 71

Pemerintah Pseudo-koalisi Oposisip

(24)

Temuan

Temuan

• Secara umum penilaian pemilih tiga tipe partai terhadap berbagai lembaga yang konflik di tingkat pusat bersikap positif

lembaga yang konflik di tingkat pusat bersikap positif.

• Tapi ada perbedaan cukup signifikan: Partai pemerintah cenderung lebih positif terhadap pemerintah dibanding partai-partai oposisi ataupun pseudo-koalisi.

• Bahkan terhadap DPR dan Partai pun, penilaian pendukung partai pemerintah lebih positif. Dengan kata lain, tingkat keterasingan (alienasi) pemilih dari DPR dan partai lebih kuat ditemukan pada partai-partai oposisi dan pseudo-koalisi.

p p p p

• Ini semua mengindikasikan bahwa perilaku wakil pemilih partai-partai oposisi dan pseudo-koalisi kurang mereka apresiasi, dan ini menjadi sumber tidak membaiknya dukungan politik di tingkat

pemilih pada kedua tipe partai ini Tidak ada insentif atau reward

pemilih pada kedua tipe partai ini. Tidak ada insentif atau reward

politik atas sikap dan perilaku oposisi dalam kasus Bank Century.

(25)

KESIMPULAN

KESIMPULAN

• Kasus Pansus Bank Century merupakan ujian politik y p j p pemilih pada partai-partai politik.

• Sikap oposisi DPR dan partai-partai terhadap kebijakan bail-out Bank Century karena kebijakan tersebut dinilai bail out Bank Century karena kebijakan tersebut dinilai melanggar hukum dan merugikan rakyat potensial dapat memberikan insetif politik pada DPR dan partai-partai politik yang berperilaku oposisi tersebut Pasca Pansus politik yang berperilaku oposisi tersebut. Pasca Pansus, dukungan pemilih pada partai-partai oposisi diharapkan meningkat, demikian juga pada partai-partai

pseudo-koalisi koalisi.

• Tapi data kecenderungan sikap dan perilaku memilih para pemilih nasional menunjukan gambaran

sebaliknya sebaliknya.

(26)

KESIMPULAN

KESIMPULAN

• Pasca Pansus Century, kecenderungan dukungan pada t i t i i i t d k li i

partai-partai oposisi atau pseudo-koalisi menurun dibanding hasil Pemilu pada bulan April 2009.

• PDI Perjuangan tidak pernah mendapat sentimen positif ilih l i h il il 2009 D iki j

pemilih melampaui hasil pemilu 2009. Demikian juga Hanura dan Gerindra.

• Partai-partai yang masuk ke dalam pseudo-koalisi juga demikian Pasca Pansus Golkar PKS PAN dan PPP demikian. Pasca Pansus, Golkar, PKS, PAN, dan PPP tidak pernah mendapat dukungan masa nasional yang melampaui perolehan mereka dalam Pemilu 2009.

• Sementara itu PKB sebagai partai pendukung • Sementara itu, PKB sebagai partai pendukung

pemerintah dalam kasus bail-out Bank Century

cenderung stabil sebagaimana perolehan dalam Pemilu 2009.

2009.

(27)

KESIMPULAN

KESIMPULAN

• Peningkatan signifikan dukungan pemilih pasca Pansus terjadi pada Partai Demokrat Dalam Pemilu 2009 PD didukung oleh sekitar

Partai Demokrat. Dalam Pemilu 2009, PD didukung oleh sekitar 21% pemilih nasional. Pasca Pansus, PD dipilih oleh sekitar 30%. • Sikap dan perilaku oposisi partai terhadap pemerintah dalam kasus

bail-out Bank Century tidak memberikan insentif politik nyata,

tid k d l j k d k

setidaknya dalam jangka pendek.

• Mengapa oposisi atas nama rakyat dalam kasus Bank Century tidak mendapat imbalan politik dari pemilih?

• Pertama pemerintah masih jauh lebih positif lebih dipercaya olehPertama, pemerintah masih jauh lebih positif, lebih dipercaya oleh rakyat ketimbang DPR dan Partai politik. Walaupun pemerintah banyak kekurangannya, dan bail-out Century mungkin melanggar hukum, publik masih lebih percaya pada pemerintah, khususnya Presiden ketimbang pada DPR dan partai politik yang terwakili di Presiden, ketimbang pada DPR dan partai politik yang terwakili di DPR.

(28)

KESIMPULAN

KESIMPULAN

• Gap kepercayaan tersebut sudah lama terjadi, dan p p y j

oposisi dalam kasus Century tidak mampu merubah gap ini menjadi lebih kecil, atau menjadi hilang.

• Untuk menjadi oposisi yang menghasilkan insentif politikUntuk menjadi oposisi yang menghasilkan insentif politik dalam bentuk dukungan massa pemilih pada oposisi

diperlukan kesetaraan tingkat kepercayaan publik pada dua institusi yang berkonflik tersebut

dua institusi yang berkonflik tersebut.

• Untuk menjadi oposisi yang berarti secara politik di tingkat massa kekuatan oposisi tersebut harus lebih

kredibel dibanding pemerintah di mata pemilih termasuk kredibel dibanding pemerintah di mata pemilih, termasuk tokoh-tokoh utama di balik kekuatan oposisi tersebut.

Bila tidak maka oposisi DPR pada pemerintah tidak punya nilai politik yang berarti di mata pemilih

punya nilai politik yang berarti di mata pemilih.

(29)

KESIMPULAN

KESIMPULAN

• Oposisi, atau pseudo-koalisi, yang digerakan oleh p p y g g kekuatan partai atau tokoh-tokoh partai yang kurang kredibel di mata pemilih cenderung membunuh

eksistensi oposisi itu sendiri, dan ini pada gilirannya p p g y memperlemah sistem demokrasi kita.

• Untuk memperkuat demokrasi kita, kita butuh kekuatan oposisi yang kredibel bukan sekedar oposisi

oposisi yang kredibel, bukan sekedar oposisi.

(30)

Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528

Referensi

Dokumen terkait