• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Laporan Pendahuluan RPIIJM KSN Bata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Laporan Pendahuluan RPIIJM KSN Bata"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

PT. Prospera Consulting Engineers

PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA

TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM

BINTAN

KARIMUN DAN KAWASAN DANAU TOBA

Buku Laporan Pendahuluan

(2)

PT. Prospera Consulting Engineers

PENYEMPURNAAN DAN PENYEPAKATAN RENCANA

TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM

BINTAN

KARIMUN DAN KAWASAN DANAU TOBA

Buku Laporan Pendahuluan

(3)

Didalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang pekerjaan,

maksud, tujuan, sasaran, dasar hukum, ruang lingkup pekerjaan serta

susunan sistematikan buku laporan pendahuluan. Diharapkan melalui

uraian ini dimengerti oleh semua pihak keluaran yang akan dihasilkan

setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.

(4)

Didalam bab ini diuraikan mengenai pemahaman konsultan terhadap

kerangka acuan pekerjaan, diantaranya terhadap latar belakang,

maksud, tujuan, sasaran, ruang lingkup pekerjaan, waktu

pelaksanaan, keluaran, sistem pelaporan, personil serta fasilitas yang

akan diberikan oleh pemberi pekerjaan.

(5)

Didalam bab ini diuraikan mengenai beberapa kebijakan dan

peraturan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan

pekerjaan. Diantaranya adalah undang-undang, peraturan presiden,

peraturan pemerintah, keputusan presiden, peraturan daerah,

peraturan menteri, keputusan menteri dan yang menjadi landasan

hukum pekerjaan ini dilaksanakan.

(6)

Didalam bab ini diuraikan mengenai metodologi dan pendekatan yang

digunakan oleh pelaksana pekerjaan. Diantaranya adakan draf

pedoman penyusunan RPIIJM, Draf RPIIJM Batam Bintan Karimun

dan Danau Toba tahun 2012, Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera,

RTRW Nasional, Rencana Strategis 4 (empat) Kementerian/Lembaga

yang berfokus kepada Infrastruktur Pembangunan di Wilayah KSN,

Masterplan 3EI, dan literatur lainnya

(7)

Didalam bab ini diuraikan mengenai rencana kerja konsultan

pelaksana dalam masa 8 (delapan) bulan kedepan. Detail mengenai

keluaran dan kegiatan pada pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar

skema metodologi pada bab 4.1.6.

(8)

Didalam bab ini konsultan menuliskan permohonan masukan dan

perbaikan yang membangun pelaporan ini terutama dalam hal

metodologi yang lebih akurat, efisien dan efektif dalam menyusun

RPIIJM Batam Bintan Karimun dan Danau Toba agar dapat

dikonsensuskan di level eselon 1 (satu) pada 4 (empat)

kementerian/lembaga beserta para gubernur.

(9)

Didalam bab ini diuraikan mengenai rencana kerja konsultan

pelaksana dalam masa 8 (delapan) bulan kedepan. Detail mengenai

keluaran dan kegiatan pada pekerjaan ini dapat dilihat pada gambar

skema metodologi pada bab 4.1.6.

(10)

Prospera Consulting Engineers

----kover utama----PENYEMPURNAAN DAN

PENYEPAKATAN RENCANA TERPADU DAN

PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

MENENGAH (RPI2-JM) KAWASAN BATAM

BINTAN

KARIMUN DAN KAWASAN DANAU TOBA

Laporan ini merupakan draf laporan pendahuluan yang akan mendapat respon berupa masukan dan rekomendasi dari hasil penyampaian paparan progress pekerjaan pendahuluan di Satker Pengembangan Wilayah Nasional- DITJEN Penataan Ruang – Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Mei 2013

(11)

Hal 1 dari 154

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat serta anugerahNya tim konsultan dapat memperbaiki buku laporan pendahuluan pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Invetasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIIJM) Kawasan Batam Bintan Karimun dan Kawasan Danau Toba.

Pekerjaan ini didasarkan atas beberapa persoalan dibidang perencanaan infrastruktur pembangunan, diantaranya belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur. Diharapkan melalui pekerjaan ini RPIIJM beserta pedoman yang ada dapat menjadi alat untuk melakukan monitoring dan pendampingan implementasi program-program yang akan disepakati melalui consensus 4 (empat) kementerian/lembaga dan provinsi terkait.

Buku Laporan Pendahuluan ini berisi 6 (enam) bab, terdiri atas bab 1 (satu) pendahuluan, bab 2 (dua) pemahaman terhadap pekerjaan, bab 3 (tiga) tinjauan kebijakan, bab 4 (empat) metodologi dan pendekatan, bab 5 (lima) rencana kerja, bab 6 (penutup) penutup. Kata kunci pada pekerjaan ini adalah verifikasi, penyempurnaan dan penyepakatan. Proses verifikasi dalam rangka penyempurnaan draf RPIIJM BBK dan DT yang telah dikerjakan pada tahun 2012 dijelaskan secara mendetail pada bab 4.1.6.

Laporan ini perlu mendapat kesepakatan melalui proses konfirmasi antara pelaksana pekerjaan dengan supervisi pekerjaan dalan hal ini adalah satuan kerja pengembangan wilayah nasional, agar segera mendapatkan gambaran beban pekerjaan, alur pekerjaan dan distribusi keahlian yang tepat.

Semoga bermanfaat, Salam

Jakarta, Mei 2013

(12)

Hal 2 dari 154

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ... 6

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Maksud ... 6

1.3 Tujuan ... 7

1.4 Sasaran ... 7

1.5 Lokasi Pekerjaan ... 7

1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 7

1.5 Keluaran ... 8

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PEKERJAAN ... 12

2.1 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Latar Belakang Pekerjaan ... 12

2.2 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan ... 13

2.3 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Sasaran Pekerjaan ... 14

2.4 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan ... 14

2.5 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Waktu Pelaksanaan ... 16

2.6 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Keluaran ... 16

2.7 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Sistem Pelaporan ... 17

2.8 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Personil dan Fasilitas Pendukung ... 18

2.9 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Peralatan, Material, dan Fasilitas ... 19

BAB III TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT ... 21

3.1 Tinjauan Peraturan dan Kebijakan Terkait ... 21

3.1.1 Undang-Undang ... 21

3.1.2 Peraturan Pemerintah ... 22

3.1.3 Peraturan Presiden ... 22

3.1.4 Keputusan Presiden ... 23

3.1.5 Peraturan Daerah ... 23

3.1.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ... 23

3.1.7 Keputusan Menteri Perhubungan RI ... 23

3.1.8 Keputusan Menteri ESDM RI ... 24

3.1.9 Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informatika RI ... 24

3.1.10 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI ... 24

(13)

Hal 3 dari 154

3.1.12 Keputusan Menteri Perindustrian RI ... 25

3.1.13 Keputusan Menteri Keuangan RI ... 25

3.2 Dasar Hukum Pekerjaan ... 25

BAB IV METODOLOGI & PENDEKATAN PEKERJAAN ... 27

4.1 Umum ... 27

4.2 Pendekatan ... 30

4.2.1 Prinsip Penyusunan RPI2-JM ... 30

4.2.2 Proses Penyusunan RPI2-JM ... 31

4.2.3 Mekanisme Penyusunan RPIIJM... 43

4.2.4 Pendekatan Spasial Keruangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau Toba ... 45

4.2.5 Pendekatan Kebijakan Program Pembangunan Infrastruktur ... 98

4.2.6 Metodologi Pelaksanaan Kerja ... 114

BAB V RENCANA KERJA DAN MOBILISASI ... 124

5.1 Program Kerja ... 124

5.2 Organisasi Kerja ... 127

5.3 Komposisi dan Penugasan ... 129

5.4 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... 135

BAB VI PENUTUP ... 137

LAMPIRAN ... 138

Daftar Tabel Tabel 1 Posisi dan Kualifikasi Tenaga Ahli ... 129

Tabel 2 Komposisi Tim dan Penugasan Tenaga Ahli ... 131

Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... 135

Daftar Gambar Gambar 1 Peta Kawasan Strategis Batam Bintan Karimun ... 9

Gambar 2 Peta Kawasan Strategis Nasional Danau Toba ... 10

Gambar 3 Proses Penyusunan RPI2-JM ... 32

(14)

Hal 4 dari 154

Gambar 5 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur ... 35

Gambar 6 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur ...37

Gambar 7 Penyusunan Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur ... 38

Gambar 8 Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan ... 40

Gambar 9 Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan ... 42

Gambar 10 Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM ... 44

Gambar 11 Rencana Struktur Ruang Pulau Sumatera ... 56

Gambar 12 Peta Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera ...57

Gambar 13 Rencana Struktur Ruang Kawasan BBK ... 98

Gambar 14 Kegiatan Ekonomi Utama ... 127

Gambar 15 Metodologi Pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau Toba ... 115

Gambar 16 Metodologi Verifikasi Substansi Draf RPIIJM ... 116

Gambar 17 Diagram Metode Superimpose Untuk Menghasilkan Peta Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ... 118

(15)

Hal 5 dari 154

(16)

Hal 6 dari 154

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Indonesia dewasa ini masih mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain belum fokusnya sasaran kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur.

Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka telah disusun Rencana Terpadu dan Program

Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) untuk Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan

Kawasan Danau Toba. Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini dapat digunakan sebagai acuan bagi semua stakeholders yang terkait dalam pembangunan infrastruktur di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik kementerian/lembaga terkait infrastruktur, pemerintah daerah, maupun masyarakat. Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) ini pada dasarnya merupakan amanat dari PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan penataan Ruang Pasal 96 ayat (3) mengenai penyusunan sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan di pusat maupun di daerah secara terpadu.

Terkait telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tersebut, maka pelu penyempurnaan dan penyepakatan RPI2JM ini dari semua stakeholder terkait. Direktorat Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, mengusulkan inisiatif untuk melakukan kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba

1.2 Maksud

(17)

Hal 7 dari 154

1.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini adalah terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik dalam pembangunan infrastruktur yang komprehensif dan terintegrasi maupun dalam penganggaran publik tahunan di semua tingkatan.

1.4 Sasaran

Tersedianya dokumen RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan dan telah disepakati secara formal dari semua stakeholder terkait pembangunan infrastruktur.

1.5 Lokasi Pekerjaan

Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pihak ke-tiga ini dilaksanakan di Jakarta dengan lingkup wilayah studi meliputi 2 (dua) provinsi dalam lingkup Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau.

1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan

a) Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun 2012, meliputi: verifikasi substansi dari masing-masing tahapan penyusunan RPI2JM dengan muatan Perpres Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan RPerpres Kawasan Danau Toba, Dokumen rencana pembangunan sektoral dan/atau provinsi terkait, sinkronisasi program pembangunan, alternatif sumber pembiayaan dan inisiasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

b) Konsultasi Publik (atau FGD) draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba bersama Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Provinsi.

c) Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam bentuk forum diskusi untuk mendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

d) Melakukan seminar RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba. e) Membangun mekanisme (pendampingan) inisiasi implementasi RPI2JM dengan

(18)

Hal 8 dari 154

1.5 Keluaran

a) Dokumen Rencana Terpadu Pengembangan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan

b) Lembar kesepakatan pemerintah provinsi dan Kementerian/Lembaga terkait RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba

(19)

Hal 9 dari 154

(20)

Hal 10 dari 154

(21)

Hal 11 dari 154

(22)

Hal 12 dari 154

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PEKERJAAN

2.1 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Latar Belakang Pekerjaan

Pelaksanaan keterpaduan pembangunan infrastruktur di Indonesia dewasa ini masih mengalami

berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain belum fokusnya sasaran

kewilayahan yang akan didorong pembangunan infrastrukturnya, belum sinergisnya program

pembangunan infrastruktur antar kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah, serta

belum efektifnya sistem penganggaran pembangunan infrastruktur.

Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, maka telah disusun Rencana Terpadu dan Program

Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) untuk Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan

Kawasan Danau Toba. Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

(RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba ini dapat digunakan sebagai

acuan bagi semua stakeholders yang terkait dalam pembangunan infrastruktur di Kawasan

Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik kementerian/lembaga terkait infrastruktur,

pemerintah daerah, maupun masyarakat. Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi

Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) ini pada dasarnya merupakan amanat dari PP No. 15 Tahun

2010 tentang Penyelenggaraan penataan Ruang Pasal 96 ayat (3) mengenai penyusunan sinkronisasi

program sektoral dan kewilayahan di pusat maupun di daerah secara terpadu.

Terkait telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah

(RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tersebut, maka pelu

penyempurnaan dan penyepakatan RPI2JM ini dari semua stakeholder terkait. Direktorat Penataan

Ruang Wilayah Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum, mengusulkan inisiatif untuk melakukan

kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur

Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba pada TA

2013.

Pemahaman dan tanggapan konsultan. Pada prinsipnya konsultan dapat memahami latar

(23)

Hal 13 dari 154

Selain itu, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh telah tersusunnya Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba pada tahun 2012 namun dengan masih belum menjadi Peraturan Presiden untuk KSN Danau Toba, maka masih akan terjadi perubahan dalam Rencana Peraturan Presiden KSN Danau Toba sehingga dikhawatirkan akan mengalami perubahan pula dalam program infrastrukturnya, oleh karena itu perlu dilakukan penyempurnaan dalam RPI2JM Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba. Selanjutnya RPI2JM Kawasan BBK dan Danau Toba ini perlu disepakati dan disahkan untuk menjadi dasar dalam pelaksanaan Musrembang baik tingkat nasional maupun daerah.

2.2 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi

Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba

adalah untuk memperoleh konsensus bersama (dokumen kesepakatan formal) semua stakeholder

dalam program pembangunan infrastruktur.

Tujuan dari kegiatan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun

dan Kawasan Danau Toba ini adalah terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan

RPI2-JM yang mengikat di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik dalam

pembangunan infrastruktur yang komprehensif dan terintegrasi maupun dalam penganggaran

publik tahunan di semua tingkatan.

Konsultan dapat memahami maksud dan tujuan yang dijabarkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), namun konsultan merasa perlu menambahkan tujuannya menjadi:

1) Menyempurnakan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba.

2) Terwujudnya kesepakatan bersama dan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM yang mengikat di Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, baik dalam pembangunan infrastruktur yang komprehensif dan terintegrasi maupun dalam penganggaran publik tahunan di semua tingkatan.

(24)

Hal 14 dari 154

2.3 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Sasaran Pekerjaan

Tersedianya dokumen RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah

disempurnakan dan telah disepakati secara formal dari semua stakeholder terkait pembangunan

infrastruktur.

Konsultan dapat memahami sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini yang telah dijabarkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), tetapi dapat konsultan tambahkan terkait sasaran dalam pekerjaan Penyempurnaan dan Penyepakatan RPI2JM Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba. Mengingat sasaran merupakan tahapan dalam mencapai suatu maksud dan tujuan, maka sasaran yang ingin dicapai adalah:

1) Terintegrasinya berbagai dokumen kebijakan spasial di Kawasan BBK dan Danau Toba.

2) Terinventarisasinya program prioritas pembangunan infrastruktur di tingkat pusat dan di daerah Kawasan BBK dan Danau Toba.

3) Terintegrasinya arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas infrastruktur di Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba.

4) Tersinkronisasinya program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi, lokasi, waktu dan ketersediaan anggaran.

5) Teridentifikasinya alternatif sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur.

6) Terfasilitasinya penyelenggaraan pembahasan kesepakatan rencana terpadu dan program investasi infrastruktur dengan kementerian terkait dan pemerintah daerah di Kawasan BBK dan Kawasan Danau Toba.

2.4 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pihak ke-tiga ini dilaksanakan di Jakarta dengan lingkup

wilayah studi meliputi 2 (dua) provinsi dalam lingkup Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan

Danau Toba, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau.

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, ruang lingkup kegiatan sudah cukup jelas. Bahwa kegiatan ini dilaksanakan di Jakarta dengan lingkup wilayah studi meliputi 2 (dua) provinsi dalam lingkup Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba, yaitu Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Riau. Adapun secara admininstratif wilayah studi adalah sebagai berikut:

(25)

Hal 15 dari 154

Kawasan Danau Toba:

Kawasan Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dan meliputi 8 kabupaten yaitu:

1. Kabupaten Karo

2. Kabupaten Simalungun,

3. Kabupaten Dairi,

4. Kabupaten Samosir,

5. Kabupaten Toba Samosir,

6. Kabupaten Tapanuli Utara,

7. Kabupaten Humbang Hasundutan,

8. Kabupaten Phakphak Barat.

Kawasan Batam-Bintan-Karimun:

Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK) berada di Provinsi Kepulauan Riau yang meliputi 4 Kabupaten/Kota, yaitu:

1. Kota Batam,

2. Kabupaten Bintan,

3. Kota Tanjung Pinang,

4. Kabupaten Karimun,

Ruang Lingkup Pekerjaan Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)

a) Penyempurnaan draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba tahun

2012, meliputi: verifikasi substansi dari masing-masing tahapan penyusunan RPI2JM dengan

muatan Perpres Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan RPerpres Kawasan Danau Toba, Dokumen

(26)

Hal 16 dari 154

alternatif sumber pembiayaan dan inisiasi pelaksanaan pembangunan Kawasan

Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

b) Konsultasi Publik (atau FGD) draft RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau

Toba bersama Kementerian/Lembaga terkait dan Pemerintah Provinsi.

c) Koordinasi antara Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah dalam bentuk forum

diskusi untuk mendapatkan kesepakatan RPI2JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan

Danau Toba.

d) Melakukan seminar RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba.

e) Membangun mekanisme (pendampingan) inisiasi implementasi RPI2JM dengan

Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Swasta.

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK), ruang lingkup kegiatan sudah cukup jelas dan dapat dipahami oleh konsultan.

2.5 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Waktu Pelaksanaan

Pekerjaan yang dilakukan oleh Pihak Ketiga (kontraktual) ini adalah 8 (delapan) bulan kalender

terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh pengguna jasa.

Waktu pelaksanaan pekerjaan ini sudah jelas dan dapat dipahami, dan pihak konsultan merasa mampu dalam mengerjakan kegiatan ini dalam waktu 8 bulan.

2.6 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Keluaran

Keluaran dan Kerangka Acuan Kerja

a) Dokumen Rencana Terpadu Pengembangan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba yang telah disempurnakan

b) Lembar kesepakatan pemerintah provinsi dan Kementerian/Lembaga terkait RPI2-JM Kawasan

Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba

c) Leaflet RPI2-JM Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Danau Toba; dan

d) Rekaman prosiding seminar.

(27)

Hal 17 dari 154

2.7 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Sistem Pelaporan

Sistem Pelaporan Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK):

Nama Laporan Jenis Laporan

Laporan

Pendahuluan

Laporan Pendahuluan memuat:

Pemahaman konsultan terhadap substansi pekerjaan berikut tanggapan;

Pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang tersebut dalam lingkup pelaksanaan kegiatan;

Rencana kerja rinci dan rencana mobilisasi tenaga ahli yang dilengkapi dengan rincian tugas dan keluaran yang dihasilkan oleh masing-masing tenaga ahli.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 1 (satu) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5(lima) buku laporan.

Laporan Bulanan

Laporan Bulanan memuat: laporan kemajuan bulanan tiap tenaga ahli. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 15 (lima belas) hari kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

Laporan Antara

Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan: Penyempurnaan dan Penyepakatan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) KSN Batam – Bintan – Karimun dan Danau Toba. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 4 (empat) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat: hasil dokumentasi seluruh kertas kerja, prosiding, rekaman/catatan hasil diskusi dan sosialisasi (disertai dengan CD) Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 8 (delapan) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan dan cakram padat (compact disc) (jika diperlukan).

(28)

Hal 18 dari 154

2.8 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Personil dan Fasilitas Pendukung

Personil berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Keahlian

Kualifikasi Jumlah

Orang Bulan (berisi pendidikan, pengalaman, keahlian/tugas dalam

pekerjaan) Tenaga Ahli

Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Ketua Tim)

Minimal S2 Perencanaan Wilayah dan Kota.

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

8

Ahli Prasarana Permukiman

Minimal S-1 teknik lingkungan

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan wilayah prasarana perkotaan minimal 3 (tiga) tahun.

5

Ahli Perencanaan Transportasi

Minimal S-1 Teknik Sipil

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan jalan dan jembatan minilam 3 (tiga) tahun.

5

Ahli Pengelolaan Sumberdaya Air

Minimal S-1 Teknik Sipil Pengairan

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman profesional di bidang pengelolaan sumberdaya air minimal 3 (tiga) tahun.

5

Ahli Perencana Ketenagalistrikan

Minimal S-1 Teknik Elektro

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaaan ketenagalistrikan minimal 3 (tiga) tahun.

5

Ahli Perencanaan Telekomunikasi

Minimal S-1 Teknik Elektro

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman profesional di bidang perencanaan telekomunikasi minimal 3 (tiga) tahun.

5

Ahli GIS

Minimal S-1 geografi/geodesi

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman profesional di bidang perpetaan GIS minimal 3 (tiga) tahun.

(29)

Hal 19 dari 154

Keahlian

Kualifikasi Jumlah

Orang Bulan (berisi pendidikan, pengalaman, keahlian/tugas dalam

pekerjaan)

Ahli Ekonomi Pembangunan/ Wilayah

Minimal S-1 bidang ekonomi pembangunan

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman profesional di bidang pembiayaan pembangunan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

8

Asisten Ahli Perencana

Minimal S-1 bidang perencanaan wilayah dan kota.

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun

21

Asisten Ahli GIS

Minimal S-1 bidang geografi/geodesi.

Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan.

Memiliki pengalaman kerja profesional dibidangnya sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun

16

Tenaga Penunjang

Sekretaris sarjana muda (D-3)/ SMA sederajat.

mampu mengoperasikan komputer untuk dapat menunjang kegiatan.

8

Operator Komputer sarjana muda (D-3)/ SMA sederajat.

mampu mengoperasikan komputer untuk dapat menunjang kegiatan.

8

Dalam KAK secara umum telah diuraikan mengenai kebutuhan tenaga ahli dan konsultan merasa sudah jelas DAN sudah mencukupi untuk melaksanakan pekerjaan.

2.9 Pemahaman Dan Tanggapan Terhadap Peralatan, Material, dan Fasilitas

Pejabat pembuat komitmen akan memberikan material, personil, dan fasilitas sesuai dengan biaya

yang telah dianggarkan dalam satuan biaya kegiatan ini. Untuk mendampingi konsultan, pejabat

pembuat komitmen akan menunjuk tim supervisi untuk dapat mengarahkan dan memantau

pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini.

(30)

Hal 20 dari 154

(31)

Hal 21 dari 154

BAB III TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT

3.1 Tinjauan Peraturan dan Kebijakan Terkait

Penyusunan RPI2-JM pada dasarnya harus bertitik tolak (mengacu) kepada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPI2-JM disusun. Hal ini perlu dilakukan agar pada pelaksanaan pembangunannya dapat tercapai sinergi dan keselarasan antarpelaksana, dan tidak terjadi tumpang tindih satu sama lain. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

3.1.1 Undang-Undang

1. UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun

2. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman 3. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

4. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 5. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 6. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

7. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 8. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

9. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

10. UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

11. UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 12. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

13. UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian 14. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

15. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 16. UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

17. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

18. UU No 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang Undang.

(32)

Hal 22 dari 154

penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang.

3.1.2 Peraturan Pemerintah

20. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

21. PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

22. PP No. 19 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Dividen yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

23. PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

24. PP No 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam 25. PP No 5 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2007

tentang perdagangan bebas dan pelabuhan bebas batam

26. PP No 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan 27. PP No 48 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun 28. PP No 6 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Keuangan Pada badan Pengusahaan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

3.1.3 Peraturan Presiden

29. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

30. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

31. Perpres No 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang telah direvisi dengan Perpres No 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Perpres No 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan UmumPeraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

32. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

(33)

Hal 23 dari 154

34. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, Dan Karimun.

35. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2008 Tentang Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

3.1.4 Keputusan Presiden

36. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam.

37. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan.

38. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun.

3.1.5 Peraturan Daerah

39. Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

3.1.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

40.Permen PU No. 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu.

41. Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum.

42. Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP-SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan.

3.1.7 Keputusan Menteri Perhubungan RI

43. KEPMEN Perhubungan RI No KP 330 Tahun 2009 Tentang Penetapan Pelabuhan Bebas Pada Kawasan Perdagangan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun.

(34)

Hal 24 dari 154

3.1.8 Keputusan Menteri ESDM RI

45. KEPMEN ESDM RI No 4Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2010-2014.

3.1.9 Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informatika RI

46.KEPMEN Komunikasi dan Informatika RI No ___Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2010 - 2014.

3.1.10 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI

47. KEPMEN Pekerjaan Umum No 2/PRT/M/2010-03-15 RI Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 - 2014.

3.1.11 Peraturan Menteri Perdagangan

48.PERMEN Perdagangan RI No 24/M-DAG/PER/6/2006 Tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon.

49.PERMEN Perdagangan RI No 38/M-DAG/PER/0/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006 Tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon.

50. PERMEN Perdagangan RI No 12/M-DAG/PER/3/2009 Tentang Pelimpahan Kewenangan Perizinan.

51. PERMEN Perdagangan RI No 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Impor (API). 52. PERMEN Perdagangan RI No 17/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri perdagangan No 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Importir (API) 53. PERMEN Perdagangan RI No 20/M-DAG/PER/7/2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

(35)

Hal 25 dari 154

3.1.12 Keputusan Menteri Perindustrian RI

54. PERMEN Perindustrian No 72/M-Ind/PER/7/2009 Tentang Pelimpahan Kewenangan Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian Kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun.

55. PERMEN Perindustrian No 18/M-IND/PER/2/2010 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Pertimbangan Teknis/Rekomendasi Bidang Perindustrian Kepada Badan Pengusahaan.

3.1.13 Keputusan Menteri Keuangan RI

56. PMK No 38 /PMK.01 / 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Risiko atas Penyediaan Infrasruktur.

57. PERMEN Keuangan RI No 146/PMK.04/2010 Tentang Tata Cara Pemasukan dan Pengeluaran Barang Kena Cukai ke dan Dari Kawasan Yang Telah ditunjuk sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan bebas.

58. PERMEN Keuangan RI No 152/PMK.04/2010 Tentang Tata Cara Pemasukan dan Pengeluaran Kendaraan Bermotor ke dan Dari Kawasan Yang Telah ditunjuk sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan bebas.

3.2 Dasar Hukum Pekerjaan

(36)

Hal 26 dari 154

(37)

Hal 27 dari 154

BAB IV METODOLOGI & PENDEKATAN PEKERJAAN

4.1 Umum

Sejauh ini seiring dengan penerapan demokratisasi di Indonesia, pembangunan infrastruktur mengacu pada 3 (tiga) dokumen perencanaan yang menjadi mainstream perencanaan pembangunan, yaitu:

a) Dokumen Perencanaan Pembangunan yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang menurunkan Rencana Pembangunan Sektoral yang terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Strategis (sektoral). b) Dokumen Perencanaan Keruangan yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang yang berjenjang dan komplementer, mulai dari yang mengatur sistem nasional (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional/RTRWN), sistem provinsi (Rencana Tata Ruang WilayahProvinsi/RTRW Provinsi), sistem kabupaten (Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten/RTRW Kabupaten), maupun sistem kota (Rencana Tata Ruang Wilayah/RTRW Kota).

c) Dokumen Perencanaan Penganggaran yang dikenal melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Dalam penerapannya, ketiga dokumen perencanaan tersebut harus saling terpadu, baik dalam hal substansi rencana maupun operasionalisasinya. Hal ini yang mendasari pola pikir Penyiapan Pedoman Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (lihat Gambar 1).

(38)

Hal 28 dari 154

Dalam pelaksanaannya nanti RPI2-JM yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah lima tahunan ini, merupakan bahan/ dokumen acuan bagi daerah (melalui Gubernur) dalam pelaksanaan Musrenbang. RPI2-JM yang disusun tersebut dapat berupa:

a) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala provinsi;

b) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis nasional;

c) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis provinsi;

d) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kabupaten/kota; dan

e) Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah dalam skala kawasan strategis kabupaten/kota.

Selanjutnya, RPI2-JM ini akan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan (RKP) dan Rencana Kerja (Renja), baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.

Istilah dan definisi:

a. RPI2-JM (Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah) adalah rencana dan program pembangunan infrastruktur tahunan dalam periode tiga hingga lima tahun, yang mensinkronkan kegiatan pembangunan infrastruktur, baik yang dilaksanakan dan dibiayai pemerintah, pemerintah daerah, maupun oleh masyarakat/dunia usaha. Penyusunan RPI2-JMharus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah.

b. Rencana Terpadu adalah upaya mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah dengan program prioritas pembangunan infrastruktur.

c. Sinkronisasi Program adalah upaya menyerasikan (fungsi, lokasi, waktu, dan anggaran) program pembangunan infrastruktur sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah, melalui berbagai forum koordinasi.

d. Program Tahunan RPI2-JM adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun dan merupakan bagian dari RPI2-JM.

(39)

Hal 29 dari 154

f. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan system jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirearkis memiliki hubungan fungsional.

g. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

h. Penataan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

i. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

j. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tataruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program besertapembiayaannya.

k. Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang merupakan pelaksanaanpembangunan sektoral dan pengembangan wilayah, baik yangdilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah maupunoleh masyarakat, yangharus mengacu pada rencana tata ruang.

l. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

m. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

n. Kawasan Strategis Nasionaladalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

o. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Provinsi terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan.

p. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten/Kota terhadap pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial masyarakat, budaya, dan/atau lingkungan. q. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) adalah dokumen perencanaan untuk period

20 (dua puluh) tahun.

(40)

Hal 30 dari 154

strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

s. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah adalah penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

4.2 Pendekatan

4.2.1 Prinsip Penyusunan RPI2-JM

Prinsip dalam penyusunan RPI2-JM yaitu sebagai berikut. a. Kewilayahan

Prinsip kewilayahan merupakan pendekatan yang tidak sektoral tetapi objeknya adalah entitas wilayah/kawasan strategis yang akan didorong dan mendorong terciptanya stuktur ruang yang efektif dan efisien.

b. Keterpaduan;

Prinsip keterpaduan merupakan pendekatan dalam integrasi dalam perencanaan dan sinkronisasi dalam pemrograman pembangunan yang saling terkait untuk mengisi kekurangan dan kebutuhan masing-masing.

c. Keberlanjutan;

Prinsip keberlanjutan merupakan pendekatan dalam pemrograman investasi infrastruktur jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dengan memperhatikan aspek-aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

d. Koordinasi;

(41)

Hal 31 dari 154

Prinsip optimalisasi sumberdaya merupakan pendekatan dalam pemanfaatan sumberdaya yang sesuai dengan kewenangan dan kapasitas pendanaan untuk tujuan pengembangan kawasan/wilayah melalui pembangunan infrastruktur.

4.2.2 Proses Penyusunan RPI2-JM

Proses penyusunan RPI2-JM terdiri atas 6 (enam) tahap/langkah langkah utama yaitu sebagai berikut.

1. Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah

Pada tahap ini dilakukan analisis arahan spasial yang merupakan hasil integrasi dari berbagai dokumen kebijakan spasial, yang menghasilkan arahan spasial pengembangan wilayah lima tahun ke depan, baik kawasan yang perlu di dorong maupun yang perlu dikendalikan pengembangannya, beserta rencana sistem jaringan infrastruktur pendukungnya.

2. Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur

Pada tahap ini dilakukan analisis program infrastruktur yang merupakan hasil integrasi berbagai dokumen sistem perencanaan pembangunan yang menghasilkan prioritas program infrastruktur.

3. Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur

Pada tahap ini dilakukan integrasi kedua hasil analisis tersebut di atas yang menghasilkan program pembangunan infrastruktur prioritas yang berbasis pada sasaran spasial.

4. Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur

Pada tahap ini dilakukan penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek: fungsi, lokasi, waktu, dan ketersediaan anggaran sesuai sasaran pengembangan wilayahnya. Sinkronisasi program tersebut berupa sinkronisasi antarsektor pemerintah, antarsektor pusat dengan daerah, antara Pemerintah dengan pemda, antarpemda, dan antara pemerintah dengan masyarakat/dunia usaha. Sinkronisasi program ini menghasilkan program/kegiatan pembangunan infrastruktur yang dirinci berdasarkan kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana.

5. Penyusunan Sumber Pembiayaan Pembangunan

Pada tahap ini dilakukan analisis identifikasi bentuk atau wujud sumber pembiayaan pelaksanaan RPI2-JM yang menghasilkan sumber-sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur.

(42)

Hal 32 dari 154

Pada tahap ini dilakukan inisiasi pelaksanaan RPI2-JM ke dalam penganggaran (publik) dan pembiayaan kerjasama (dengan swasta), serta pengawasan dan pengendalian pelaksanaannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dan uraian berikut ini.

Gambar 3 Proses Penyusunan RPI2-JM

Sumber: Pedoman RPI2JM

4.2.2.1 Penyusunan Arahan Spasial Pengembangan Wilayah (Kotak 1)

Arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya mengintegrasikan berbagai dokumen kebijakan spasial dalam ruang Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

1. Output: Integrasi arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dalam jangka menengah.

2. Input: dokumen kebijakan spasial. a. RTRWN;

b. RTR Pulau Sumatera (Raperpres Edisi Terakhir/Draf terakhir);

c. Perpres Nomor 87 Tahun 2011 Tentang RTR Kawasan Batam-Bintan-Karimun (BBK). d. Raperpres (edisi terakhir) Tentang RTR Kawasan Danau Toba.

e. RTRW Provinsi: Sumatera Utara dan Kepulauan Riau.

(43)

Hal 33 dari 154

g. RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan operasionalisasi dari Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK, sehingga RTR yang telah disepakati dapat terwujud secara optimal.

3. Proses: Berdasarkan dokumen kebijakan spasial (Input), disusun integrasi Arahan Spasial Pengembangan Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dengan menggunakan metode: Penyusunan Matriks dan superimpose (tumpang tindih peta), dengan langkah yang akan diuraikan dibawah ini (setelah uraian poin 5).

4. Batasan: Penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ini memiliki batasan yang harus diperhatikan, yaitu skala peta yang berbeda, dimana RTRWN memiliki skala peta 1:000.000, RTR Pulau memiliki skala peta 1:500.000, RTRW Provinsi memiliki skala peta 1:250.000, RTRW Kabupaten memiliki skala 1:50.000, RTRW Kota memiliki skala 1:25.000, RTR Kawasan Danau Toba dan RTR Kawasan BBK memiliki skala 1:50.000 (RTR KSN). Selain itu tidak semua infrastruktur memiliki hierarki dari nasional hingga kabupaten/kota, seperti infrastruktur sumber daya air, infrastruktur energi dan ketenagalistrikan, serta infrastruktur telekomunikasi. Dengan penyamaan skala peta, maka dapat dilakukan tumpang tindih peta.

5. Prasyarat: Penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah ini memiliki prasyarat dimana dokumen yang diacu sebagai Input memiliki kekuatan hukum (dokumen legal). Selain itu, dalam penyusunan superimpose peta, perlu konsistensi kedalaman/skala peta. Mengingat RPI2-JM yang disusun yaitu RTR KSN, maka skala peta yang digunakan yaitu 1:50.000.

(44)

Hal 34 dari 154

Gambar 4 Penyusunan Arahan Spasial Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

4.2.2.2 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur (Kotak 2)

Program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya inventarisasi dan sintesis terhadap fokus program pembangunan infrastruktur prioritas, serta target tingkat pelayanan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 1) Output: Sintesis prioritas program pembangunan infrastruktur yang sinergis dari

tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

2) Input: Program pembangunan infrastruktur yang mengacu pada dokumen sistem perencanaan pembangunan yang berlaku, yaitu: RPJP/RPJM Nasional, Renstra Kementerian/Lembaga, MP3EI, RPJP/RPJM Provinsi, RPJP/RPJM Kabupaten/Kota, serta Renstra SKPD.

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan inventarisasi dan integrasi/penggabungan fokus program prioritas pembangunan infrastruktur dan target pelayanannya di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

4) Batasan: Programprioritaspembangunaninfrastrukturinimemilikibeberapabatasan yang perludiperhatikan, antara lain yaitu:

(45)

Hal 35 dari 154

b. tingkat pelayanan Infrastruktur terbatas dengan ukuran per 1000 jiwa dan km2; dan c. adanya time-lag antara waktu pembangunan dengan waktu merasakan

manfaatnya.

5) Prasyarat: Program prioritas pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat dimana dokumen yang diacu sebagai Input memiliki kekuatan hukum (dokumen legal). Selain itu, masing-masing infrastruktur memiliki hierarki yang berbeda, baik itu dalam mendukung fungsi nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota.

Tahap penyusunan program prioritas pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

(46)

Hal 36 dari 154

4.2.2.3 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur (Kotak 3)

Rencana terpadu pembangunan infrastruktur Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK merupakan upaya mengintegrasikan arahan spasial pengembangan wilayah (hasil tahap I) dengan program prioritas pembangunan infrastruktur (hasil tahap II) di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

1. Output: Rencana terpadu pembangunan infrastruktur jangka menengahdengan skenario tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. 2. Input: Arahan spasial pengembangan wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK

jangka menengah (Output dari tahap 1) dan Program prioritas pembangunan infrastruktur di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBKjangka menengah (Output dari tahap 2).

3. Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan: Integrasi antara arahan spasial dengan program prioritas pembangunan infrastruktur antarsektor di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. Selanjutnya perlu dilakukan konfirmasi dan pembahasan/forum/rapat koordinasi antarsektor di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK dan Pemerintah Daerah, untuk menyepakati rencana terpadu pembangunan infrastruktur.

4. Batasan: Program dan pengembangan infrastruktur belum sepenuhnya berbasis spasial.

5. Prasyarat: Penyusunan rencana terpadu pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat adanya kesesuaian periode waktu antara Rencana Tata Ruang Wilayah di wilayah provinsi, kabupaten/kota, dan kawasan strategis nasional Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK sebagai acuan spasial, dengan RPJP/RPJM Nasional, Renstra K/L, MP3EI, RPJP/RPJM Daerah Provinsi, RPJP/RPJM Daerah Kabupaten/Kota, Renstra SKPD sebagai acuan program prioritas pembangunan infrastruktur.

(47)

Hal 37 dari 154

Gambar 6 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur

4.2.2.4 Sinkronisasi Program Investasi Pembangunan Infrastruktur (Kotak 4)

Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur merupakan upaya penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu.

1) Output: Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, maupun waktu pelaksanaan. Program/kegiatan tahunan tersebut yang dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana kerjasama.

2) Input: Rencana terpadu (program/kegiatan terpadu) pembangunan infrastruktur jangka menengah dengan skenario tahunan, berbasis kewilayahan di Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK. (Output dari tahap 3).

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur disusun melalui upaya

penyerasian program prioritas pembangunan infrastruktur ditinjau dari aspek: (1) fungsi; (2) lokasi; dan (3) waktu pelaksanaan, sesuai tahapan/skala prioritas pengembangan wilayah.

(48)

Hal 38 dari 154

infrastruktur prioritas.

c. Sinkronisasi antarsektor Pemerintah, antarsektor Pusat dengan Daerah, antara Pemerintah, Pemda, dan masyarakat/dunia usaha, melalui berbagai forum dan rapat kordinasi.Pembahasan/forum/rapat kordinasi antarsektor di Pusat, dan antarsektor di Daerah, untuk menyepakati rencana program investasi pembangunan infrastruktur.

d. Alat yang digunakan untuk membangun kesepakatan (Concensus Building) tersebut yaitu Focus Group Discussion (FGD/Diskusi Kelompok Terarah). Sebelum melakukan FGD, dilakukan kegiatan-kegiatan integrasi, sinkronisasi, dan konfirmasi/koordinasi dengan sektor baik di Pusat maupun di Daerah. Aspek-aspek penting dalam pelaksanaan FGD yaitu: stakeholders yang akan dilibatkan, lokasi FGD, dan Pelaksanaan FGD.

4) Batasan: Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur ini memiliki beberapa batasan, antara lain: terkait kemampuan keuangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, serta adanya aspirasi eksternal yang tidak terantisipasi.

5) Prasyarat: Sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur ini memiliki prasyarat harus mengacu pada beberapa aspek sinkronisasi yaitu: fungsi, lokasi, dan waktu, serta keseragaman tingkat kedetailan program infrastruktur.

Tahap penyusunan sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

(49)

Hal 39 dari 154

4.2.2.5 Penyusunan Sumber Pembiayaan Penganggaran Pembangunan (Kotak 5)

Pembiayaan penganggaran pembangunan merupakan upaya mengidentifikasi bentuk atau wujud pembiayaan penganggaran RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

1) Output: alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program investasi pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv) masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan.

2) Input:

a. Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaan (Output dari tahap IV).

b. Ketentuan Perpres No. 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Jenis Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan dengan pihak swasta/badan usaha mencakup:

1. infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai atau danau, bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api;

2. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol; 3. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;

4. infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;

5. infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut dan tempat pembuangan;

6. infrastruktur telekomunikasi, meliputi jaringan telekomunikasi;

7. infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, transmisi atau distribusi tenaga listrik; dan

8. infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi.

c. Ketentuan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang atau peraturan perundang-undangan tentang APBN/APBD.

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Identifikasi ketersediaan/kemampuan anggaran Pemerintah dan/atau Pemerintah

Daerah.

(50)

Hal 40 dari 154

dengan melihat kemungkinan kemitraan dengan badan usaha dan masyarakat termasuk pendayagunaan sumber daya luar negeri.

c. Penyusunan matriks (tabel) pembiayaan program investasi pembangunan infrastruktur.

4) Batasan: Penyusunan sumber pembiayaan penganggaran ini memiliki beberapa batasan, yaitu: (i) kelayakan pembiayaan sangat dinamis dalam fungsi waktu; dan (ii) tidak semua pembangunan infrastruktur diminati pihak swasta.

5) Prasyarat: Penyusunan sumber pembiayaan penganggaran ini memiliki prasyarat, yaitu: (i) tersedia sumber pembiayaan publik yang pasti, (ii) tersedianya sumber pembiayaan asing yang bisa diakses, dan (iii) tersedianya sumber pembiayaan swasta yang siap membiayai pembangunan infrastruktur.

Tahap penyusunan sumber pembiayaan penganggaran pembangunan infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

(51)

Hal 41 dari 154

4.2.2.6 Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan (Kotak 6)

Inisiasi pelaksanaan pembangunan merupakan upaya inisiasi pelaksanaan RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK ke dalam penganggaran publik tahunan, yaitu Kementerian/Lembaga, SKPD, atau pembiayaan kerjasama (dengan swasta).

1) Output: Prioritas pembangunan infrastruktur yang masuk dalam sistem penganggaran Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Pemerintah/Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah/Dokumen Anggaran Satuan Kerja pada Tahun Anggaran ke-n+1), serta rencana kerja bersama (dengan swasta) dalam dokumen formal dan mengikat.

2) Input:

a. Program investasi pembangunan infrastruktur tahunan (dalam rentang waktu 5 tahun) yang sinkron, baik dari aspek fungsi, lokasi, dan waktu pelaksanaannya. Program tahunan tersebut dirinci ke dalam kegiatan, perkiraan volume, perkiraan biaya pelaksanaan, dan pelaksana/pelaksana kerjasama (Output dari tahap V).

b. Alternatif sumber dan pola pembiayaan untuk masing-masing program prioritas pembangunan infrastruktur, yang bersumber dari: i) APBN, ii) APBD, iii) badan usaha, iv) masyarakat, serta v) sharing/kerjasama pendanaan ((Output dari tahap V).

3) Proses: Berdasarkan dokumen Input, dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. a. Pendampingan dalam sistem penganggaran pemerintah dan pembiayaan dengan

swasta.

b. Monitoring dan evaluasi terhadap konsistensi pelaksanaan program prioritas pembangunan infrastruktur berupa alokasi terhadap program/kegiatan (K/L) dengan komitmen terhadap RPI2-JM Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK.

c. Pemberian tanda non-RPI2-JM terhadap program/kegiatan yang tidak sesuai antara dokumen RPI2-JM yang disusun dengan yang di dalam dokumen usulan anggaran, yang menunjukkan bahwa program tersebut belum direkomendasikan bersama (forum MUSRENBANG).

4) Batasan: Pelaksanaan pembangunan ini memiliki beberapa batasan yang perlu diperhatikan, yaitu: (i) keserasian waktu proses penganggaran dengan waktu pembahasan program bersama; dan (ii) asumsi konsistensi pelaksanaan RPI2-JM masuk dalam RKP/DIPA atau DASK TA n+1, dan/atau masuk dokumen Rencana Kerja.

(52)

Hal 42 dari 154

bersama dengan swasta.

Tahap penyusunan Inisiasi Pelaksanaan Pembangunan dapat dilihat pada Gambar berikut.

(53)

Hal 43 dari 154

4.2.3 Mekanisme Penyusunan RPIIJM

RPI2-JM untuk pembangunan infrastruktur merupakan program perencanaan yang disusun dan dilaksanakan pada tataran atau strata provinsi, kabupaten/kota, dan kawasan strategis. Dalam mendukung daerah untuk melaksanakan penyusunan RPI2-JM, Bappeda sebagai

Leader atau Focal Point penyusunan RPI2-JM. Sedangkan Satgas RPI2-JM dalam ruang kabupaten/kota dibentuk oleh Bupati/Walikota yang terdiri atas dinas/instansi/lembaga terkait dengan pembangunan infrastruktur di daerah, dengan Bappenas/Bappeda sebagai Leader atau

Focal Point penyusunan RPI2-JM untuk nasional dan daerah, dengan didukung seluruh kementerian dan lembaga atau dinas/satuan kerja pemerintah daerah terkait dengan pembangunan infrastruktur di pusat maupun di daerah.

Selain unsur daerah, unsur instansi pusat (kementerian dan lembaga), juga perlu diikutsertakan dalam penyusunannya, baik itu dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program, penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, maupun dalam inisiasi pelaksanaan pembangunan. Tim pusat (kementerian/lembaga) beranggotakan instansi yang terkait dengan pengalokasian dana pembangunan infrastruktur, seperti Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian Dalam Negeri.

Pada penyusunan JM yang merupakan dokumen daerah, setiap rencana dalam RPI2-JM tidak semua bisa langsung dilaksanakan sendiri, terutama dalam mengoptimalisasikan sumberdaya dalam pelaksanaan pembangunan, untuk itu diperlukan kesepakatan bersama antara pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat.

Untuk penyusunan RPI2-JM Provinsi, Tim Provinsi harus melakukan koordinasi dengan Tim Pusat, terutama dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program, penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, serta dalam inisiasi pelaksanaan pembangunan. Sedangkan untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota, Tim Kabupaten/Kota harus berkoordinasi dengan Tim Provinsi dan Tim Pusat, terutama dalam tahap penyusunan rencana terpadu, sinkronisasi program, penyepakatan program, identifikasi sumber pembiayaan pembangunan, maupun dalam pelaksanaan pembangunan.

(54)

Hal 44 dari 154

JM yang telah disusun pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, sebagai dokumen daerah, harus disahkan oleh Gubernur sebagai Kepala Daerah Provinsi, sekaligus koordinator pembangunan infrastruktur di daerah. Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM Untuk Pembangunan Infrastruktur dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 10 Mekanisme dan Tata Cara Penyusunan RPI2-JM

(55)

Hal 45 dari 154

Mekanisme RPI2-JM Kawasan Strategis Nasional;

1) Melakukan inventarisasi kebijakan spasial dan kebijakan pembangunan infrastruktur mulai tingkat Nasional, kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta dilanjutkan analisis/kajian/ sintesa untuk mendapatkan arahan spasial dan prioritas program, dikordinasi oleh Kem. PPN/Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum cq. Ditjen Penataan Ruang.

2) Merumuskan rencana terpadu, dilaksanakan dan disepakati bersama oleh tim pusat kementerian dan lembaga terkait bidang infrastruktur serta dikordinasikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum cq. Ditjen Penataan Ruang

3) Melakukan sinkronisasi program investasi infrastruktur, dilakukan dan disepakati bersama oleh tim pusat kementerian dan lembaga terkait bidnag infrastruktur serta dikoordinasikan oleh Kem. PPN/Bappenas.

4) Melakukan identifikasi alternative sumber pembiayaan terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur, dikordinasikan oleh Kem PPN/Bappenas dengan Kem Keuangan, bersama kementerian dan lembaga yang terkait bidang infrastruktur

5) Pengesahan RPI2-JM dengan penandatanganan dokumen oleh Menteri PPN/Ketua Bappenas, dan para Menteri yang bertanggung-jawab di bidang infrastruktur terkait. 6) Inisiasi pelaksanaan pembangunan infrastruktur berupa monitoring dan evaluasi

terhadap perwujudan dalam program anggaran kementerian dan lembaga terkait bidang infrastruktur, dilakukan oleh Kem. PPN/Bappenas .

4.2.4 Pendekatan Spasial Keruangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau

Toba

4.2.4.1 Arahan Rencana Tata Ruang Nasional (PP No. 26 Tahun 2008) Terkait Kawasan Danau Toba Dan Kawasan Batam-Bintan-Karimun

Kawasan Strategis Nasional adalah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi:

Gambar

Gambar  3 Proses Penyusunan RPI2-JM
Gambar  4  Penyusunan Arahan Spasial Kawasan Danau Toba dan Kawasan BBK
Gambar  5 Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Infrastruktur
Gambar  6 Penyusunan Rencana Terpadu Pembangunan Infrastruktur
+7

Referensi

Dokumen terkait