• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Spasial Keruangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau

Dalam dokumen Buku Laporan Pendahuluan RPIIJM KSN Bata (Halaman 55-82)

BAB IV METODOLOGI & PENDEKATAN PEKERJAAN

4.2 Pendekatan

4.2.4 Pendekatan Spasial Keruangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun dan Kawasan Danau

Toba

4.2.4.1 Arahan Rencana Tata Ruang Nasional (PP No. 26 Tahun 2008) Terkait Kawasan Danau Toba Dan Kawasan Batam-Bintan-Karimun

Kawasan Strategis Nasional adalah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi:

a. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan

Hal 46 dari 154

keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;

b . Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;

c. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;

d . D.pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

e. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa;

f . Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan

g . Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 lampiran X, Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional.

Kawasan Danau Toba (Provinsi Sumatera Utara) ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dengan sudut kepentingan lingkungan hidup dengan fokus untuk rehabilitasi/revitalisasi kawasan. Adapun strategi untuk sudut kepentingan lingkungan hidup yaitu:

a) Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;

b) Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

c) Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

d) Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;

e) mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan

f) merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.

Hal 47 dari 154

Strategis Nasional dengan sudut kepentingan ekonomi dengan fokus untuk pengembangan/peningkatan kualitas kawasan. Adapun strategi kawasan strategis nasional dengna sudut kepentingan ekonomi nasional meliputi:

a) Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

b) Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

c) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;

d) Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

e) Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

f) Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

4.2.4.2 Arahan Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera (Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2012) Terkait Kawasan Danau Toba Dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun

B.1 Peran dan Fungsi RTR Pulau Sumatera

Peran RTR Pulau Sumatera meliputi:

(1) Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera berperan sebagai perangkat operasional dari RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau Sumatera

(2) Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera tidak dapat digunakan sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang

Adapun fungsi Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera sebagai pedoman untuk:

a) penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera;

b) perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, dan kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor di Pulau Sumatera;

c) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera; d) penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan e) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera.

Hal 48 dari 154

B.1.1 Tujuan Penataan Ruang Pulau Sumatera

Penataan ruang Pulau Sumatera bertujuan untuk mewujudkan:

a. Pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan serta pertambangan yang berkelanjutan;

b. Swasembada pangan dan lumbung pangan nasional;

c. kemandirian energi dan lumbung energi untuk ketenagalistrikan; d. Pusat industri yang berdaya saing;

e. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya, dan ilmu pengetahuan serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exibition /MICE);

f. kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dari Luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

g. kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah; h. Kawasan perkotaan yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; i. Pusat pertumbuhan baru di pesisir Barat dan wilayah pesisisr Timur Pulau Sumatera j. Jaringan Transportasi antar moda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah,

efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan

k. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.

B.1.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera

Kebijakan dan strategi penataan ruang Pulau Sumatera seperti diuraikan dibawah ini:

(1) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan secara seimbang di Bagian Barat dan Bagian Timur Pulau Sumatera dilakukan melalui:

a. pengembangan pusat pertumbuhan berbasis agrobisnis perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau;

Hal 49 dari 154

b. pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan sentra produksi perikanan darat; dan

c. pengembangan pusat pertumbuhan berbasis pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi.

(1).1 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan berbasis agrobisnis perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau meliputi:

a. mengembangkan kawasan agrobisnis perkebunan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan

b. mengembangkan industri pengolahan yang ramah lingkungan.

(1).2 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan kelautan dan perikanan darat meliputi:

a. mengembangkan keterkaitan antara kota-kota pusat pertumbuhan minapolitan dengan kota-kota PKN, PKW, dan PKSN;

b. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan laut dengan memperhatikan potensi lestarinya; dan

c. mengembangkan pusat industri pengolahan dan/atau pemasaran hasil kelautan dan perikanan darat yang ramah lingkungan.

(1).3 Strategi pengembangan pusat pertumbuhan berbasis pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi meliputi:

a. mengembangkan kawasan pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi dengan memelihara kelestarian sumber daya alam dan meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan; dan

b. mengembangkan pusat industri pengolahan hasil kegiatan pertambangan yang ramah lingkungan.

(2) Kebijakan untuk menciptakan kemandirian energi dan lumbung energi dilakukan melalui: a. pengembangan energi berbasis sumber daya alam dan energi baru terbarukan; dan b. pengembangan sistem transmisi interkoneksi.

(2).1. Strategi pengembangan energi berbasis sumber daya alam dan energi baru terbarukan dilakukan dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, matahari, dan angin dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung; dan

(2).2. Strategi pengembangan sistem transmisi interkoneksi meliputi: a. mengembangkan interkoneksi seluruh Pulau Sumatera; dan

Hal 50 dari 154

(3) Kebijakan untuk menciptakan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional dilakukan melalui:

a. pelestarian kawasan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi; dan

b. penetapan dan pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.

(3).1. Strategi pelestarian kawasan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi meliputi:

a. mempertahankan luasan kawasan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi;

b. memelihara prasarana sumber daya air; dan

c. mengendalikan alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi non sawah.

(3).2. Strategi penetapan dan pengembangan kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi: a. menetapkan dan mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan kriteria, persyaratan, dan tata cara penetapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. mengembangkan kawasan pertanian pangan sesuai kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan; dan

c. mengelola sungai, waduk, dan jaringan irigasi dalam rangka konservasi air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

(4) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan pariwisata berdaya saing internasional di wilayah Bagian Barat dan Bagian Timur Sumatera dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya, alam, dan meeting- incentive-convention-exhibition.

(4).1. Strategi pengembangan pusat-pusat tujuan wisata dan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya, alam, dan meeting-incentive-convention-exhibition meliputi:

a. mengembangkan kawasan pariwisata berbasis keunikan budaya;

b. mengembangkan kawasan pariwisata berbasis potensi alam wisata unggulan; dan c. mengembangkan pusat pariwisata berbasis meeting-incentive-convention-exhibition.

Hal 51 dari 154

(5) Kebijakan untuk mewujudkan pusat industri pengolahan berbasis daya saing global dilakukan melalui:

a. pengembangan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi; dan b. pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama.

(5).1 Strategi pengembangan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi meliputi:

a. mengembangkan kawasan industri pengolahan berteknologi tinggi yang ramah lingkungan; dan

b. mengembangkan klaster-klaster industri kreatif berbasis keunikan budaya dan alam.

(5).2 Strategi pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama dilakukan dengan mengembangkan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat pertumbuhan utama di Pulau Sumatera mulai dari Sabang sampai Bakauheni menuju Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun sebagai koridor ekonomi Sumatera Bagian Timur.

(6) Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dilakukan melalui penataan, pelaksanaan restorasi, serta pengendalian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung.

(6).1 Strategi penataan, pelaksanaan restorasi, serta pengendalian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung meliputi:

a. mempertahankan fungsi kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung, serta merestorasi kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung yang telah terdegradasi;

b. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan dan budi daya non hutan yang dekat dengan kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung;

c. menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat yang berada di kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung; dan

d. mendorong peran masyarakat untuk mendapatkan manfaat jasa lingkungan sebagai upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung.

Hal 52 dari 154

(7) Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah dilakukan melalui:

a. pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah; dan b. pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.

(7).1 Strategi pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah a meliputi:

a. melestarikan kawasan konservasi keanekaragaman hayati hutan tropis basah; dan b. mengembangkan pusat penelitian keanekaragaman hayati hutan tropis basah. (7).2 Strategi pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi meliputi:

a. menetapkan koridor ekosistem antar kawasan suaka alam dan pelestarian alam; b. mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya yang dilintasi koridor

ekosistem;

c. melarang keberadaan dan pengembangan kawasan permukiman yang dilintasi koridor ekosistem; dan

d. mengembangkan infrastruktur hijau yang dilintasi koridor ekosistem.

(8) Kebijakan untuk melaksanakan pengendalian perkembangan kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, dan kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h dilakukan melalui:

a. pengendalian perkembangan kawasan terbangun di kawasan metropolitan dan perkotaan besar; dan

b. pengendalian kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

(8).1 Strategi pengendalian perkembangan kawasan terbangun kawasan metropolitan dan perkotaan besar meliputi:

a. mengendalikan perkembangan kawasan terbangun kawasan metropolitan dan perkotaan besar yang kompak, vertikal, hemat energi dan sumberdaya, serta memanfaatkan teknologi lingkungan; dan

b. mengendalikan perkembangan kawasan metropolitan dan perkotaan besar yang berdekatan dengan kawasan lindung.

(8).2 Strategi pengendalian kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana meliputi: a. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pesisir Barat dan

pesisir Selatan Pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya yang rawan bencana tsunami dan gempa bumi;

Hal 53 dari 154

b. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah tengah Pulau Sumatera yang rawan tanah longsor, gempa bumi, dan rawan letusan gunung berapi;

c. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan terutama di wilayah Timur Pulau Sumatera yang rawan banjir;

d. mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan di wilayah pesisir Pulau Sumatera yang rawan gelombang pasang;

e. mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan dengan fasilitas jalur evakuasi bencana; dan

f. menetapkan standar bangunan dan jalur evakuasi yang disesuaikan dengan jenis dan potensi ancaman bencana.

(9) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan di pesisir Timur dan pesisir Barat Pulau Sumatera sebagai pusat pertumbuhan baru dilakukan melalui pengembangan kawasan perkotaan berbasis sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

(9).1 Strategi pengembangan kawasan perkotaan berbasis sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup meliputi:

a. mengembangkan kota-kota pusat pertumbuhan agropolitan, minapolitan, dan pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah;

b. mengembangkan keterkaitan antara PKL dengan kota-kota PKN dan PKW; dan c. mengintegrasikan PKN dan PKW dengan pusat pertumbuhan global.

(10) Kebijakan untuk mewujudkan akses pelayanan infrastruktur antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi dengan memperhatikan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana dilakukan melalui:

a. pengembangan dan pemantapan akses infrastruktur transportasi antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi; dan

b. pengembangan dan peningkatan infrastruktur energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan di wilayah yang terisolasi.

Hal 54 dari 154

(10).1 Strategi pengembangan dan pemantapan akses infrastruktur transportasi antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi meliputi:

a. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan;

b. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta angkutan sungai dan penyeberangan yang menghubungkan pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut; dan

c. mengembangkan dan memantapkan akses infrastruktur transportasi darat, laut, dan/atau udara dari dan ke wilayah yang terisolasi.

(10).2 Strategi pengembangan dan peningkatan infrastruktur energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan di wilayah yang terisolasi meliputi:

a. mengembangkan infrastruktur energi, telekomunikasi, dan sumber daya air sesuai karakteristik dan potensi wilayah; dan

b. meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana perkotaan.

(11) Kebijakan untuk mempercepat pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan (security) negara, kesejahteraan masyarakat (prosperity), dan kelestarian lingkungan hidup (sustainability) meliputi:

a. percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai kawasan pertahanan dan keamanan negara dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup; dan

b. penegasan dan pertahanan eksistensi pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.

(11).1 Strategi percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai kawasan pertahanan dan keamanan negara dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup meliputi:

a. mengembangkan dan meningkatkan fungsi pertahanan dan keamanan negara di kawasan perbatasan negara;

Hal 55 dari 154

b. mengembangkan dan mempertahankan kawasan konservasi pada kawasan perbatasan negara;

c. meningkatkan pelayanan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan negara;

d. mengembangkan kawasan pengembangan ekonomi yang berdaya saing;

e. mengembangkan kawasan budi daya berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan; dan

f. mengembangkan PKSN sebagai pusat pengembangan kawasan perbatasan dan pintu gerbang negara.

(11).2 Strategi penegasan dan pemertahanan eksistensi pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik- Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia meliputi:

a. mengembangkan area titik referensi dasar laut sebagai garis batas delimitasi perbatasan negara;

b. membangun dan memelihara mercu suar sebagai penanda dan navigasi pelayaran; c. mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan yang dapat

meningkatkan akses ke pulau-pulau kecil terluar;

d. menyediakan kebutuhan air baku untuk pulau-pulau kecil terluar;

e. mendorong pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mencukupi kebutuhan di pulau yang bersangkutan; dan

Hal 56 dari 154

Hal 57 dari 154

Hal 84 dari 154

4.2.4.3 Identifikasi Arahan Spasial

Identifikasi awal penyusunan arahan spasial pengembangan wilayah dalam penyusunan RPI2-JM Wilayah Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun yang akan dikemukakan dibawah ini yaitu Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun-Bali, Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang dan Indikasi Program Utama Jangka Menengah I dan II yang bersumber dari Peraturan Presiden No 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam-Bintan-Karimun dan Rancangan Peraturan Presiden Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba. Dari Identifikasi Awal tersebut akan dapat dikenali mengenai peran dan fungsi wilayah, kawasan/wilayah yang perlu didorong pengembangannya, serta kawasan/wilayah yang perlu dikendalikan perkembangannya. Materi yang dibahas diarahkan pada Rencana dan Program di Kawasan Danau Toba dan Kawasan Batam, Bintan, Karimun, sesuai dengan lingkup pekerjaan ini.

4.2.4.3.1 RTR Kawasan Danau Toba

Danau Toba juga merupakan salah satu KSN yang terdapat di dalam RTRWN dengan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air, yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara karena rawan bencana vulkanik. Selain itu, Kawasan Danau Toba juga memiliki kepentingan sosial dan budaya, karena merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional dan merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan. Secara administratif Kawasan Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dan secara geografis terletak di antara koordinat

2°10’3°00’ Lintang Utara dan 98°24’ Bujur Timur. Kawasan Danau Toba merupakan kawasan yang

berada di sekitar Danau Toba dengan deliniasi batas kawasan didasarkan atas Delineasi Daerah Tangkapan Air (Catchment Area) yang memiliki luas sekitar 369.854 Ha. Kawasan ini meliputi tujuh kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Arahan yang terdapat di dalam Raperpres ini antara lain menjadikan Kawasan Danau Toba menjadi tujuan wisata internasional dan nasional, terjaganya ekosistem danau Toba secara berkelanjutan, menjadikan Danau Toba sebagai sumber air kehidupan ‘Aek Natio’ yang berkelanjutan bagi masyarakat, pelestarian Suku Batak dan Kampung Adat Masyarakat Suku

Hal 85 dari 154

Batak, keterkaitan antar wilayah yang semakin intentif dengan terjalinnya kerjasama antar wilayah yang saling menguntungkan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan swasembada pangan yang berkelanjutan.

4.2.4.3.2 Tujuan RTR Kawasan Danau Toba

Adapun tujuan penyelenggaraan penataan ruang di kawasan Danau Toba ini meliputi:

1. Terwujudnya Kawasan Danau Toba sebagai daerah tujuan wisata internasional dan nasional;

2. Terwujudnya Danau Toba sebagai sumber air kehidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat;

3. Terwujudnya ekosistem danau yang berkelanjutan;

4. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan swasembada pangan yang berkeanjutan;

5. Terwujudnya kelestarian kampung masyarakat adat dan budaya suku bangsa Batak; serta 6. Terwujudnya kerjasama antar wilayah yang saling menguntungkan.

4.2.4.3.3 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang RTR Kawasan Danau Toba

1. Kebijakan untuk perwujudan Danau Toba dapat berfungsi sebagai sumber air kehidupan (Aek Natio) yang berkelanjutan bagi masyarakat dilakukan melalui:

a. Pemertahanan kestabilan kuantitas air Danau Toba; dan

b. Pemulihan kualitas air Danau Toba sebagai sumber air kehidupan.

1.1. Strategi untuk Pemertahanan kestabilan kuantitas air Danau Toba dilakukan melalui: a. mempertahankan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang bervegetasi

hutan pada Daerah Tangkapan Air dan cekungan air tanah;

b. merehabilitasi kawasan lindung dan kawasan budidaya hutan yang terdegradasi; c. mengendalikan perkembangan kawasan budidaya non hutan pada kawasan

dengan kelerengan terjal dan rawan erosi; dan

d. Mengendalikan pengembangan kawasan sekitar danau untuk mengurangi laju sedimentasi melalui pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di kawasan sekitar danau yang dapat mengurangi laju sedimentasi.

1.2. Strategi untuk Pemulihan kualitas air Danau Toba sebagai sumber air kehidupan dilakukan melalui:

Hal 86 dari 154

a. mengendalikan kegiatan budidaya pertanian lahan basah dan lahan kering yang dapat merusak kualitas air danau dengan menerapkan pertanian yang ramah lingkungan;

b. mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya perikanan/keramba jaring apung dengan menerapkan budidaya perikanan yang ramah lingkungan;

c. Mengendalikan pengembangan kegiatan budidaya perikanan pada lingkungan perairan yang telah tercemar berat dan berdekatan dengan kawasan wisata tirta; d. mengendalikan kegiatan budidaya peternakan sesuai daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup;

e. mengembangkan instalasi pengolahan air limbah domestik pada kawasan permukiman dan kawasan pariwisata;

f. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan tanah diatom yang berfungsi

sebagai “filter” kejernihan air Danau Toba; dan

g. mengembangkan kawasan untuk pemrosesan akhir sampah secara terpadu dengan system sanitary landfill.

2. Kebijakan untuk mewujudkan Kawasan pariwisata dengan daya tarik keindahan panorama Danau dilakukan melalui:

a. Pengembangan potensi dan daya tarik wisata dan fasilitas wisata;

b. Pengembangan prasarana dan sarana umum pendukung kegiatan pariwisata; dan

c. Pengembangan aksesibilitas untuk sistem jaringan transportasi guna mendukung pergerakan wisatawan.

2.1 Strategi untuk Pengembangan potensi dan daya tarik wisata dan fasilitas wisata meliputi:

a. mengembangkan kawasan wisata dengan daya tarik seni dan budaya berupa tarian, upacara adat, kerajian tangan, ukiran serta tenun tradisional ulos batak yang ramah lingkungan

b. melestarikan kawasan yang memiliki keanekaragaman cagar budaya antara lain

Dalam dokumen Buku Laporan Pendahuluan RPIIJM KSN Bata (Halaman 55-82)