• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISI MUTU MIKRO BIOLOGI MAKANAN KALENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISI MUTU MIKRO BIOLOGI MAKANAN KALENG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : 21 November 2016 Analisis Mutu Mikrobiologi Pangan Dosen : Made Gayatri STP MSi

Asisten : Lulu Luminten, Amd

ANALISI MUTU MIKROBIOLOGI MAKANAN KALENG

Kelompok 3/ BP2

Ananda Zahira Syanindita J3E115087

Didi Yudha Prawira J3E115015

Elis Sulastri J3E115059

IfanaKhoerun Nisa J3E115010

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN PROGRAM DIPLOMA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemasan makanan tidak hanya sekadar bungkus yang berfungsi sebagai pelindung makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Kita temui ada banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yakni kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi dari sekian banyak itu tidak semua bahan kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Contoh pengemas yang sering digunakan adalah kaleng.

Kaleng dipilih orang untuk kemasan makanan karena sifatnya kedap udara, athogen ringan (lebih ringan daripada gelas yang mempunyai kekedapan yang sama), mudah dibentuk, dan tidak mudah pecah. Dengan keunggulan sifat ini, sejak abad XVIII kaleng telah digunakan sebagai pengemas pada produk aseptik. Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang mulai diperkenalkan pada perang dunia kedua. Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Kerusahan utama yang terjadi pada bahan makanan adalah kerusakan yang disebabkan oleh mikroba. Jasad renik itulah yang menyebabkan makanan jadi bau, busuk, dan bahkan menjadi beracun.

Dalam pengolahan makanan kaleng terdapat dua prinsip utama pengawetan, yaitu pengawetan dengan suhu tinggi dan penyimpanan anaerobik di dalam wadah tertutup. Makanan kaleng dapat mengalami kerusakan atau kebusukan selama transport atau penyimpanan. Kerusakan makanan terdiri dari 3 macam, yaitu kesrusakan fisik, kerusakan kimia, dan kerusakan mikrobiologis.

1.2 Tujuan

(3)

BAB II METODOLOGI 2.1 Bahan dan Alat

A. Bahan

1. Satu makanan kaleng yang terlihat normal 2. Satu makanan kaleng yang rusak

B. Media

1. DTBPA

2. Thioglycolate Broth 3. NA cair atau paraffin cair 4. Sulfit Agar cair

5. NB

6. Litmus Milk

7. Larutan pengencer steril 10 ml 8. Air steril

9. Pereaksi perwarnaan gram C. Alat

1. Gelas piala 50 ml 2. Spatula/ sendok 3. Bunsen

(4)

2.2 Diagram Alir 1. Pemerikasaan luar kaleng

2. Persiapan uji mikrobiologi makanan kaleng

Catat keterangan-keterangan penting pada botol kemasan sempel

Label dilepas & diberi tanda spidol

Diamati kerusakan pada luar kaleng (penyok, bocor, sambungan tepi lepas, dll)

Dibersihkan bagian luar kaleng dari kontaminan

Dilalukan kaleng (bagian bawah) diatas api dengan cara memutari

(5)

90 ml larfis

dibuka kaleng dan tutup dengan tutup petri

Untuk kaleng kembung (tidak boleh dipanaskan) dibersihkan dengan kain

(6)

BAB III

NB NB+NA DTBPA NB NB+NA DTBPA

10-1 10-2 10-1 10-2

Isi Kaleng/Komposisi Taurine 100 mg Inositol 50 mg

Tanggal Pembuatan 21 Maret 2003

Tanggal Kadaluarsa 5 Agustus 2015

Ukuran Kaleng T= 13,3 cm d= 5,1 cm

Penampakan Penyok dan sedikit berkarat

Berat Produk 238 ml

UJI Kaleng Rusak

(7)

Nama Produk Chicken Curry

Merk Pronas

Tanggal Pembuatan

-Tanggal Kadaluarsa 9 Juli 2015

Ukuran Kaleng T= 7 d= 6,7cm

Isi Kaleng/Komposisi Air Berkarbonasi, gula, pengatur keasaman, kafein, pewarna karamel

Penampakan Kembung, kadaluarsa, berkarat

Berat Produk 250 ml

Tanggal Kadaluarsa 5 Agustus 2015

Kelompok 2

UJI Kaleng Normal

Nama Produk Minuman cincau

Merk Cap Panda

Nama Pabrik PT. Kino Indonesia, Pasuruan

Tanggal Pembuatan

-Tanggal Kadaluarsa Oktober 2018

Ukuran Kaleng d kepala = 5,4 cm

d badan = 11,4 cm

Nama Pabrik PT. Blambangan Food

Tanggal Pembuatan

-Tanggal Kadaluarsa 15 juli 2018

Berat Produk 155 g

(8)

Kemasan makanan tidak hanya sekadar bungkus yang berfungsi sebagai pelindung makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Kita temui ada banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yakni kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi dari sekian banyak itu tidak semua bahan kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Contoh pengemas yang sering digunakan adalah kaleng.

Kaleng dipilih orang untuk kemasan makanan karena sifatnya kedap udara, athogen ringan (lebih ringan daripada gelas yang mempunyai kekedapan yang sama), mudah dibentuk, dan tidak mudah pecah. Dengan keunggulan sifat ini, sejak abad XVIII kaleng telah digunakan sebagai pengemas pada produk aseptic.

Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang mulai diperkenalkan pada perang dunia kedua. Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Kerusahan utama yang terjadi pada bahan makanan adalah kerusakan yang disebabkan oleh mikroba. Jasad renik itulah yang menyebabkan makanan jadi bau, busuk, dan bahkan menjadi beracun.

Pada pratikum dilakukan pengujian secara fisik maupun mikrobiologi terhadap produk pangan dengan kemasan kaleng yang rusak maupun yang baik. Produk pangan kaleng yang penampakannya masih bagus, tidak berkarat, berlubang, penyok, kembung, dan tidak kadaluarsa. Sementara pada produk pangan kaleng yang rusak sudak berkarat, penyok, dan bahkan sudah kadaluarsa.

Pada pemerikasaan luar kaleng produk yang kelompok kami amati adalah minuman kaleng isotonic yang rusak. Dengan merk Ena’O, mempunyai komposisi taurine 100 mg, inositol 50 mg, vitamin B1 2,5 mg, vitamin B6 5 mg, niacinamida 18 mg, icafum 50 mg dan madu 200 mg. Dibawah bagian bawah kaleng tercantum tanggal pembutan 21 Maret 2003 dengan tanggal kadaluarsa 5 Agustus 2015. Tercantum juga alamat pabrik di Bekasi 17510-Indonesia. Minuman isotonic ini mempunyai ukuran kaleng dengan tinggi 13,3 cm, diameter 5,1 cm dan berat produk 238 ml. Minuman kaleng ini mempunyai penampakan bagian luar yang sudah penyok dan sudah berkarat.

(9)

terbentuk berwarna hitam pada area yang berwarna kuning karena bakteri penghasil asam mengubah pH lingkungannya menjadi lebih rendah sehingga media DTBPA yang berwarna ungu berubah menjadi warna kuning saat pHnya rendah. Media NB berfungsi untuk menghitung jumlah semua koloni bakteri, koloni yang tumbuh pada media NB dihitung semuanya. Sementara, pada media NB yang kemudian diatasnya diberikan NA bertujuan untuk mengetahui adanya bakteri anaerob atau tidak, jika bakteri anaerob tumbuh maka media NB yang dilapisi NA akan menjadi keruh dan menghasilkan gelembung gas karena adanya aktivitas mikroba.

Pada praktikum kali ini, masing masing media diinkubasi pada suhu yang berbeda yaitu 30oC dan 55oC. Hal ini bertujuan untuk mengetahui suhu optimal

perkembangbiakan bakteri. Pada media DTBPA yaitu bakteri penghasil asam baik pada kaleng yang rusak maupun yang baik, bakteri lebih optimum tumbuh pada suhu 30oC. Bakteri pembentuk asam meerupakan bakteri mesofilik yang pertumbuhannya

optimum pada suhu ruang. Suhu tinggi menghambat metabolisme bakteri ini sehingga pertumbuhannya juga terhambat.

Lain halnya dengan bakteri anaerob, bakteri anaerob di produk pangan kaleng yang sudah rusak lebih optimum tumbuh pada suhu yang lebih tinggi yaitu 55oC

daripada suhu ruang, sementara bakteri anaerob di produk pangan kaleng yang baik lebih optimum tumbuh pada suhu ruang atau suhu 30oC. Bakteri anaerob yang

memungkinkan tumbuh pada produk pangan kaleng adalah C.botulinum.

Pada praktikum ini untuk menguji adanya bakteri aerob dalam makanan kaleng digunakan media NB. NB adalah medium yang berbrntuk cair dengan bahan dasar ekstrak beef dan peptone. Adanya bakteri aerob ditandai dengan timbulnya kekeruhan pada medium. Bakteri aerob di produk pangan kaleng yang sudah rusak lebih optimum tumbuh di suhu yang lebih tinggi yaitu 55oC daripada suhu ruang,

sementara bakteri pada media NB di produk pangan kaleng yang baik lebih optimum tumbuh pada suhu ruang atau suhu 30oC. Bakteri yang memungkinkan tumbuh

(10)

BAB 1V

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Dari praktikum uji mikrobiologi makanan kaleng dapat disimpulkan bahwa kerusakan makanan kaleng terdiri dari 3 yaitu kerusakan fisik, kimia, dan mikrobiologi. Kerusakan mikrobiologi dapat dilihat melalui ada tidaknya gas yang terbentuk setelah pengujian. Kerusakan makanan kaleng yang disebabkan oleh mikroba yang tidak terbentuk gas misalnya kerusakan flat sour yang artinya penyebab busuk asam. Koloni yang terbentuk adalah koloni berwarna kuning. Kerusakan makanan kaleng karena ada pembentukan gas H2S yang ditandai dengan adanya koloni hitam. Selain itu adanya bakteri aerob yang ditandai dengan adanya gelembung gas dan adanya kekeruhan yang terdapat di dalam tabung.

4.2 Saran

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Elida, Mutia. 2013. Buku Kerja Praktek Mahasiswa (BKPM) Mikrobiologi Pangan II (Revisi). Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh Dwidjoeseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Unipress: Jakarta

Referensi

Dokumen terkait