• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman Bangun bangun antiseptik banyak (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanaman Bangun bangun antiseptik banyak (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Produksi Minyak Atsiri Tanaman Bangunbangun

(Plectranthus amboinicus) secara In Vitro

Elisa Frederica Siburian elssiburian@gmail.com

Program Studi Rekayasa Hayati Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung,

Bandung, Jawa Barat 40132 Indonesia

E-mail : sith@sith.itb.ac.id

ABSTRACT

Plectranthus amboinicus or Bangunbangun plant is traditionally used as medicines plant and to increase breast milk of mothers among Indonesian locals. Several research studies have proven the abundance of active compounds from its leaves essential oil. However, the use of this plant is still limited in boiling and chopping the leaves conventionally. Essential oil is plant extract natural product that has been commercialized nowadays. The essential oil of P. amboinicus contains abundant of secondary metabolites which are important for human being such as phenolic compounds (carvacrol and thymol as anticancer compound), alkaloids, flavonoids, terpenes, tannins and quinon. Biotechnology application, in vitro micropropagation, is fitted for propagating biomass and secondary metabolites of plant. Specifically, cell suspension culture is the best culture to produce plant secondary metabolites in industial scale. Scalling-up in bioreactor and downstream processing aspects also takes role in enhancing production of essential oil for commercial purpose. Various results of research studies and present technology indicates that Bangunbangun plant (Plectranthus amboinicus) is potential to be the source of essential oil as raw material in industrial level especially pharmaceutical, food and cosmetic industry.

Key words : essential oil, plectranthus amboinicus, micropropagation, scale-up, downstream processing, industrial application

ABSTRAK

Plectranthus amboinicus atau tanaman Bangunbangun merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan penambah air susu ibu pasca melahirkan oleh masyarakat Indonesia. Beberapa penelitian telah membuktikan kekayaan senyawa dalam minyak atsiri daun Bangunbangun. Akan tetapi, pemanfaatan tanaman ini masih terbatas pada pengolahan daun dengan cara konvensional seperti direbus atau dicincang. Minyak atsiri merupakan produk alami ekstrak tanaman yang banyak dikomersialisasikan saat ini. Minyak atsiri P, amboinicus mengandung banyak metabolit sekunder yang penting bagi manusia di antaranya senyawa fenolik (carvacrol dan thymol sebagai senyawa antikanker), alkaloid, flavanoid, terpen, tanin, dan kuinon. Penerapan bioteknologi yakni metode mikropropagasi in vitro merupakan cara yang tepat dalam memperbanyak biomassa dan metabolit sekunder tanaman. Secara khusus, kultur suspensi sel merupakan jenis kultur terbaik untuk produksi metabolit sekunder skala industri. Scalling-up dalam bioreaktor dan aspek downstream processing juga berperan dalam peningkatan produksi minyak atsiri untuk tujuan komersil. Berbagai hasil penelitian dan teknologi yang ada mengindikasikan bahwa tanaman Bangunbangun (Plectranthus amboinicus) berpotensi untuk menjadi sumber minyak atsiri sebagai bahan mentah (raw material) dalam industri khususnya industri farmasi, makanan dan kosmetik.

(2)

Plectranthus ambonicus (tanaman Bangunbangun) merupakan tanaman yang telah dikenal dan dimanfaatkan sebagai obat tradisional di Indonesia. Studi etnobotani menunjukkan manfaat yang sangat beragam dari tanaman Bangunbangun khususnya pada bagian daun. Hal ini mengundang banyak peneliti untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa dalam tanaman Bangunbangun. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai penelitian telah dilakukan untuk menganalisis dan menguji aktivitas senyawa-senyawa dalam ekstrak daun tanaman Bangunbangun. Berbagai hasil pula didapatkan yang mendukung potensi tanaman Bangunbangun mulai dari identifikasi beragam metabolit sekunder yang terkandung dalam minyak atsirinya hingga respon positif berbagai uji aktivitas biologis beragam senyawa tersebut yang mengindikasikan potensi tanaman Bangunbangun sebagai bahan untuk produk skala industri. Akan tetapi, dibalik manfaat dan potensinya yang besar, penggunaan tanaman Bangunbangun secara modern melalui penerapan bioteknologi dan perekayasaan hayati masih minim dilakukan hingga saat ini.

Salah satu metode penerapan bioteknologi untuk mendapatkan perbanyakan tanaman dan peningkatan kandungan metabolit sekunder ialah dengan teknik mikropropagasi in vitro. Teknik mikropropagasi in vitro tanaman memungkinkan sel, organ dan embrio tanaman diperbanyak dengan kualitas baik dan seragam. Sementara itu perbanyakan biomassa menggunakan bioreaktor sebagai aspek perekayasaan hayati memungkinkan

pengontrolan dan pengoptimasian produksi biomassa melalui berbagai parameter seperti temperatur, aerasi, nutrisi dan pengadukan. Kedua aspek tersebut merupakan aspek yang sangat penting dan telah banyak diterapkan untuk meningkatkan produksi biomassa dan metabolit sekunder tanaman. Akan tetapi, penelitian yang memanfaatkan teknik mikropropagasi in vitro dan penggunaan bioreaktor untuk tanaman P. amboinicus tergolong masih sangat sedikit dibandingkan dengan tanaman-tanaman herba lainnya. Selain itu khasiat tanaman ini masih digunakan secara tradisional oleh masyarakat. Dengan kata lain, potensi aplikasi minyak atsiri tanaman ini dalam industri masih belum tergali lebih jauh. Makalah ini menyajikan potensi teknik mikropropagasi in vitro tanaman sebagai upaya untuk perbanyakan dan peningkatan kandungan metabolit sekunder dalam minyak atsiri yang dihasilkan tanaman Bangunbangun (P. amboinicus) serta aplikasinya sebagai bahan mentah dalam industri khususnya industri farmasi, makanan dan kosmetik.

Tanaman Bangunbangun

(3)

digunakan dalam publikasi, seperti Plectranthus amboinicus, Plectranthus

aromaticus, Coleus amboinicus dan Coleus aromaticus (Lukhoba et al., 2005). Selain memiliki banyak sinonim nama ilmiah, tanaman ini juga memiliki nama lokal yang berbeda di tiap daerah di berbagai negara. Misalnya di Indonesia nama Bangunbangun sendiri digunakan oleh masyarakat suku Batak di daerah Sumatera Utara, sedangkan di daerah lain tanaman ini disebut ajeran atau ajiran (Sunda), daun kucing (Jawa), sukan (Melayu), iwak (Bali), daun kambing (Madura), dan daun

kunu etu (Timor) (Gembong, 2004). Di negara

lain, tanaman ini disebut Indian borage atau Country borage (Hullati dan Bhattacharjee,

2011).

Tanaman Bangunbangun (Plectranthus amboinicus) merupakan tanaman dari famili Lamiaceae dan tergolong sebagai tanaman dikotil. Tanaman Bangunbangun memiliki ciri-ciri fisik batang dengan tinggi 30-90 cm, daun aromatik dengan panjang 2,5-5 cm, bunga dengan panjang 3 mm berwarna keunguan, dan buah orbikular atau ovoid nutlet. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada lokasi dengan iklim subtropis dan tropis (Andarwulan et al., 2014).

Manfaat Tanaman Bangungbangun

Penggunaan tanaman Bangunbangun secara tradisional telah tersebar di Indonesia dan negara tropis lainnya seperti Malaysia, India, Brazil, Kuba, dan Karibia sejak ratusan tahun yang lalu. P.amboinicus biasa digunakan untuk mengobati beragam penyakit dan gangguan kesehatan. Dalam pengobatan

tradisional, P. amboinicus dan P. barbartus dapat mengobati sekitar 68% kategori penyakit dan gangguan kesehatan yang dapat diobati oleh genus Plectranthus sendiri. Beberapa kategori tersebut di antaranya berkaitan dengan pencernaan, gangguan atau penyakit kulit, pernapasan, infeksi, demam, genito-urinary, otot-tulang, dan lain-lain. Tanaman

ini juga dilaporkan digunakan sebagai bahan aditif makanan dan material untuk membersihkan rambut dan badan. (Lukhoba, et al., 2005).

Di Indonesia sendiri, terutama di daerah Sumatera Utara, tanaman Bangunbangun telah dikenal luas oleh masyarakat suku Batak sebagai stimulan air susu ibu (ASI) atau disebut juga sebagai lactagogue khususnya untuk ibu yang baru

melahirkan (Damanik et al., 2001). Pendekatan etnobotani banyak memicu penelitian-penelitian tentang aktivitas dari ekstrak minyak atsiri P.amboinicus. Beberapa peneliti melaporkan adanya aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara (MCF-7) dan kolorektal (HT-29) (Ramaraj et al, 2009), antigenoktisitas (Ramaraj et al, 2009), antiinlamasi (Ramaraj et al, 2015; Chiu et al., 2012; Dayana dan Parameswari, 2014a),

(4)

antidiabetik (Kuo et al., 2012; Patel et al., 2010b), anti-kegelisahan (Tiwari et al., 2012), dan aktivitas hepatoprotektif (Patel, 2011). Selain itu, P. amboinicus bersama insektisida mikrobial dan Copepoda juga telah dibuktikan dapat menekan pertumbuhan populasi nyamuk demam berdarah (Murugan et al., 2012). Manfaat lain dari P. amboinicus di antaranya sebagai imunostimulan (Silitonga et al., 2015), penyembuh luka bakar (Shenoy et al., 2012), agen fitoremediasi Timbal (Pb) dengan rhizofiltration (Ignatius et al., 2014), dan sebagai insektisida yang lebih efektif dari insektisida sintetik (Singh et al., 2002).

Senyawa dalam Tanaman Bangunbangun Berdasarkan penggunaannya yang sangat luas, tanaman Bangunbangun dilaporkan memiliki kandungan senyawa atau metabolit sekunder yang sangat beragam. Penggunaan berbeda di tiap daerah mengindikasikan bahwa tiap kultivar tanaman

ini memiliki kandungan menonjol yang berbeda (Lukhoba et al., 2005). Senyawa-senyawa yang telah diidentifikasi dalam P. amboinicus di antaranya karbohidrat, protein, alkaloid, fenol, glikosida, saponin, sterol, terpenoid, triterpenoid, tanin, flobatanin dan kuinon (Tabel 1). Lebih spesifik, telah teridentifikasi pula senyawa kimia seperti butylaniside, -caryophyllene, carvacrol,

1-8-cineole, p-cymene, ethylsalicylate, eugenol,

limonene, myrcene, and pinenes, selenene,

-terpinene, terpinen-4-ol, thymol, verbenone,

apigenin, chrysoeriol,

5,4-dihydroxy-6,7-dimethoxy-flavone (cirsimaritin), eriodictyol,

6-methoxygenkawanin, luteolin, quercetin,

salvigenin, taxifolin, oxaloacetic acid,

crategolic, euscaphic, 2 -3

-dihydro-olean-12-en-28-oic, pomolic, oleanolic, tormentic, 2 ,3

,19 ,23- tetrahydroxyurs-12-en-28-oic, ursolic

acids, -sitosterol- -D-glucosidecarvacrol

(Chatterjee dan Pakrashi dalam Patel et al., 2010c).

Tabel 1. Analisis Fitokimia dari Daun Kering pada Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air P. amboinicus

Fitokimia Estrak Etanol Ekstrak Air

Karbohidrat Patel et al. (2010c), Dayana dan Prameswari (2014b)

Saponin Dayana dan Prameswari (2014b) -

Sterol - Dayana (2014)

Flotobatanin Dayana dan Prameswari (2014b) Dayana dan Prameswari (2014b)

(5)

Gambar 1. Mikropropagasi in vitro : inisiasi kultur kalus dari biji atau tanaman utuh (Sumber : Street, 1977)

Konsep Utama Peningkatan Produksi Minyak Atsiri Tanaman Bangunbangun Mikropropagasi In Vitro

Tanaman dapat diperbanyak dengan cara propagasi generatif dan vegetatif. Namun yang sering dilakukan adalah propagasi vegetatif karena lebih stabil dan hasilnya homogen. Mikropropagasi in vitro merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman dan produksi metabolit sekunder secara steril. Beberapa manfaat dari mikropropagasi in vitro di antaranya pertumbuhan tanaman menjadi lebih tinggi dibanding in vivo, mendapatkan perbanyakan yang bebas penyakit, menghemat biaya energi dan ruang, memudahkan produksi atau panen pada waktu yang tepat apabila kondisi tepat (media nutrisi dan kondisi fisik). Namun, terdapat juga kesulitan dalam teknik ini di antaranya sulitnya merealisasikan isolasi steril dan kapasitasi regeneratis yang dapat

hilang dengan pengulangan kultur kalus dan suspensi sel (Pierik et al., 2010)

Mikropropagasi in vitro yang biasa dilakukan untuk perbanyakan metabolit sekunder tanaman ialah kultur suspensi kalus yakni sel-sel atau agregat sel yang terdispersi dalam medium cair (Gambar 1). Beberapa teknik kultur suspensi kalus di antaranya dengan kultur Batch pada platform shakers, kultur batch skala besar, sistem kultur kontinyu tertutup, dan sistem kultur kontinyu terbuka (Street, 1977).

Mikropropagasi In Vitro untuk Meningkatkan Metabolit Sekunder

(6)

barbatus atau Coleus forskohlii. Eksplan awal

bervariasi mulai dari pucuk, noda, internodal, dan daun serta menghasilkan kultur pucuk juga akar. Akan tetapi, mikropropagasi in vitro yang diketahui untuk produksi kalus baru hanya dilakukan pada tanaman P. barbartus atau Coleus forskohlii. Induksi kalus pada tanaman ini berhasil dilakukan dari eksplan daun pada medium MS dengan penambahan disubkultur untuk pembentukan pucuk dan akar untuk selanjutnya di aklimatisasi dan diperiksa kadar forskolinnya.

Tanaman lain yang dekat dengan genus Plectranthus dan telah diketahui protokol produksi kalusnya ialah Coleus blumei. Kombinasi 2,4-D 1,0 mg/L dan 0,1 mg/L kinetin berhasil memproduksi asam rosmarinat 11% dari berat kering sel pada kultur suspensi sel C. Blumei (Razzaque dan Ellis, 1977). Padahal tanaman untuh C. blumei normalnya hanya menghasilkan asam rosmarinat 1,1 % berat kering. Kombinasi lain dari zat pengatur tumbuh 2,0 mg/L 2,4-D; 0,5 mg/L dan 0,2 mg/L kinetin juga diketahui berhasil menghasilkan kultur suspensi kalus untuk produksi forskolin dari tanaman yang sama (Reuff, et al, 1988).

Tanaman P. amboinicus sendiri dilaporkan dapat diinduksi untuk mikropropagasi in vitro dengan medium MS mengandung 3,0 mg/L BAP untuk inisiasi pucuk dari pucuk lateral. Proliferasi pucuk

terbaik didapatkan dengan kombinasi BAP 1,0 mg/L dan NAA 5,0 mg/L yakni sebesar 85%. Sementara untuk inisiasi akar, BAP 0,5 - 1,0 mg/L memberikan hasil terbaik dengan jumlah akar yang dihasilkan sekitar 10-12,5 akar per eksplan (Rahman, et al., 2015). Beberapa hasil penelitian tersebut mendukung bahwa tanaman dari genus Plectranthus termasuk P. amboinicus berpotensi untuk menghasilkan senyawa tertentu atau metabolit sekunder dari kultur kalus atau kultur suspensi sel dengan kombinasi zat pengatur tumbuh yang perlu disesuaikan terlebih dahulu melalui percobaan.

Pemeliharaan Kultur dalam Bioreaktor dan Downstream Processing Produksi Minyak

Atsiri tanaman Bangunbangun Skala Industri

Untuk memproduksi metabolit sekunder dalam minyak atsiri skala industri, diperlukan proses yang efisien dan menghasilkan yield atau perolehan yang tinggi. Perbanyakan biomassa dan metabolit sekunder tanaman Bangunbangun dapat dilakukan dengan kultur suspensi sel dengan kombinasi zat pengatur tumbuh 2,4-D, kinetin dan BAP. Kombinasi yang tepat melalui percobaan akan menghasilkan perolehan metabolit sekunder yang lebih tinggi daripada tanaman utuh. Salah satu penelitian membuktikan adanya peningkatan metabolit sekunder 10 kali lipat dengan kultur suspensi sel pada tanaman C. blumei untuk produksi asam rosmarinat.

(7)

dengan bioreaktor yang ada saat ini untuk industri dapat mencapai volume bioreaktor 10.000 liter. Proses ini telah diterapkan untuk memproduksi ginsenosida dari kultur akar adventif ginseng (Panax ginseng) (Hahn, et al., 2003). Selanjutnya, metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman Bangunbangun diperoleh dari proses Downstream Processing (Gambar 2). Salah

satu faktor penting dalam downstream processing ialah metode ekstraksi. Metode ektsraksi yang cukup baik untuk produksi minyak atsiri tanaman Bangunbangun adalah dengan hidrodistilasi karena menghasilkan kelimpahan senyawa yang terbukti memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara (MCF-7) dan kolorektal (HT-29) (Ramaraj et al, 2015).

Gambar 2. Diagram alir tahapan proses dari bioreaktor sampai ekstrak kasar atau senyawa murni didapatkan

(8)

Aplikasi Produk Minyak Atsiri tanaman Bangunbangun dalam Industri

Minyak atsiri yang diproduksi dari kultur suspensi sel tanaman Bangunbangun sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam industri farmasi, makanan dan dan kosmetik sebagai bahan mentah (raw material). Di pasar, minyak oregano dengan kandungan yang mirip dengan minyak tanaman Bangunbangun yakni mengandung senyawa fenol (carvacrol, thymol, cineole dan borneol), tanin dan terpen (Astawan, 2011) dijual seharga Rp 494.500,-/100 mL (Anonim, 2015). Hal ini mendorong potensi minyak atsiri tanaman Bangunbangun untuk dikomersialisasikan.

Dalam industri farmasi, tanaman Bangunbangun berpotensi baik sebagai senyawa nutraceutical maupun senyawa terapeutik karena kandungan minyak atsirinya yang memiliki aktivitas antiinflamasi, antikanker, dan lain-lain. Terlebih kini di masyarakat sedang populer penggunaan obat alternatif dan komplementer termasuk suplemen makanan, herbal dan diet khusus untuk mencegah dan merawat penyakit, tak terkecuali untuk kanker. Suplemen antikanker telah banyak diproduksi biasanya dalam bentuk tablet dan kapsul. Salah satu benchmark atau produk pembanding yang cukup terkenal adalah Biotics Research A.D.P. Produk berbentuk tablet ini memiliki formulasi minyak atsiri yang berasal dari minyak oregano (Origanum vulgare). Senyawa yang terkandung di dalam tablet ini di antaranya

senyawa fenolik termasuk carvacrol, thymol, eugenol, 1,8 cineol, asam rosmarinat dan antioksidan lain. Namun yang diketahui memiliki aktivitas biologis terbaik sebagai antikanker adalah senyawa carvacrol dan thymol (Chris, 2012). Minyak atsiri daun Bangunbangun memiliki kandungan yang sama dengan kandungan suplemen antikanker yang telah ada bahkan lebih kaya dengan berbagai senyawa aktif lainnya yang telah disebutkan dalam makalah ini. Hal ini mengindikasikan bahwa minyak atsiri tanaman Bangunbangun memiliki potensi yang tinggi sebagai bahan utama (subtitut) atau bahan pelengkap (komplemen) suplemen antikanker.

Dalam industri makanan, daun tanaman Bangunbangun biasanya dicampur dengan tepung dan digoreng dalam minyak atau mentega. Daun tanaman Bangunbangun juga dapat digunakan untuk memberi rasa dan mengasinkan daging dan ayam, menghilangkan bau menyengat dari kambing, ikan dan kerang-kerangan serta membumbui makanan yang mengandung saus tomat (Lukhoba et al., 2005). Di Indonesia sendiri, masyarakat suku Batak biasanya menggunakan daun tanaman ini dengan direbus untuk diminum sebagai penambah ASI atau dicincang untuk dicampurkan dengan daging yang akan dimasak (pers.com). Minyak atsiri tanaman Bangunbangun sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam industri makanan untuk fungsi-fungsi di atas karena lebih praktis dalam penggunaannya.

(9)

untuk diaplikasikan. Industri kosmetik saat ini banyak sekali yang menggunakan ekstrak tanaman tertentu sebagai campuran dalam produknya. Beberapa di antaranya adalah ekstrak atau minyak zaitun, ginseng, lidah buaya, dan sebagainya. Daun tanaman Bangunbangun memiliki aroma yang kuat sehingga secara tradisional sering digosokkan ke rambut dan badan setelah mandi. Hal ini tak lepas dari manfaat senyawa dalam tanaman Bangunbangun untuk merawat kulit (Morton, 1992 dalam Lukhoba et al., 2005). Dalam mengembangkan pendekatan bioteknologi dalam produksi minyak atsiri tanaman Bangunbangun secara in vitro khususnya dengan kultur suspensi sel dari skala eksperimen ke produk yang dapat diaplikasikan secara komersial tentu membutuhkan waktu. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan, produktivitas dan kualitas dari minyak atsiri tanamana Bangungbangun yang akan dikomersialisasikan.

Kesimpulan

Tanaman Bangunbangun (P. amboinicus) berpotensi sebagai sumber bahan

mentah (raw material) dalam industri farmasi, makanan, dan kosmetik. Potensi ini didukung kandungan senyawa dalam minyak atsiri tanaman Bangunbangun yang terdiri dari senyawa fenolik (carvacrol dan thymol), terpen, tanin, glikosida, flavonoid, kuinon dan senyawa lain yang memiliki aktivitas antiinlamasi, antikanker, imunostimulan, antiketombe, dan lain sebagainya. Pendekatan

penerapan bioteknologi dalam meningkatkan produksi minyak atsiri tanamanan Bangunbangun dapat dilakukan dengan mikropropagasi in vitro kultur suspensi sel, scalling-up dengan bioreaktor serta aspek downstream processing. Penelitian lebih lanjut

mengenai kultur suspensi sel P. amboinicus, desain bioreaktor yang sesuai serta metode ekstraksi dalam downstream processing dapat membuka prospektif untuk realisasi komersial dari teknologi produksi minyak atsiri P. amboinicus.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Taufikurahman yang telah banyak memberi saran dalam perbaikan tulisan ini.

Daftar Pustaka

Andarwulan, L.J.P., L. Rose, P.J. Rosakutty, S. Ghanthikumar. 2014. “In Vitro Propagation of Coleus amboinicus Lour. – An Aromatic Medicinal Plant.” Journal of Basic and Applied Biology

5(1&2) : 278-282.

Anonim. 2015. Minyak Oregano (Oregano Oil) (http://www.eterisnusantara.indo network.co.id/3674965/minyadfhk-oregano-oregano-oil.htm)

Astawan, Made. 2011. Oregano, Rasanya

Khas Banyak Khasiatnya

(10)

Celiktas, O.Y dan Sukan F.V. 2013. Biotechnology for Medicinal Plants :

Downstream Processes for Plant Cell

and Tissue Culture. New York : Springer.

Chiu, Y.J., T.H. Huang, C.S. Chiu, T.S. Lu, Y.W. Chen, W.H. Peng, C.Y. Chen. 2012. “Analgesic and Antiinflammatory Activities of the Aqueous Extract from Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng. Both In Vitro and In Vivo.” Evidence-Based Complementary and

Alternative Medicine 2012 (508137).

Chris, 2012. My Anticancer Supplement Protocol Recomended by Nutriotionist

John Smothers

( http://www.chrisbeatcancer.com/my- anti-cancer-supplement-protocol- recommended-by-nutritionist-john-smothers/). Diakses pada 21 Oktober 2015 pukul 11.30 WIB.

Damanik R., N. Damanik, Z. Daulay, S. Saragih, R. Premier, N. Wattanapenpaiboon, dan ML. Wahlqvist. 2001. “Consumption of Bangun-bangun Leaves (Coleus amboinicus) to Increase Breast Milk

Production Among Batakneese Women in North Sumatra Island, Indonesia. “ Proceedings of the Nutrition Society of

Australia 2001(25) : S67.

Dayana, J dan Parameswari, C.S. 2014a. “Evaluation of Anti Inflammatory Effect of Plectranthus amboinicus Leaf Extract - An Invitro Study.” Journal of Advanced Pharmacy Education &

Research 4(2): 229-232.

Dayana, J dan Parameswari, C.S. 2014b. “Isolation of Active Flavanoid Fraction from Plectranthus amboinicus and Its Immunomodulatory Effect on Carrasius auratus with Respect to Cyclosporinea.”

Departmet of Biochemistry, Bharathi

Women’s College, Chennai, Tamil

Nadu.

DeFelice, S. L. 1992. Nutraceuticals Opportunities in an Emerging Market.

Scrip Magazine 9.

Ekawati, Rina. 2013. “Produksi Pucuk dan Kadar Metabolit Bangunbangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng) dengan Pemupukan Organik dan Pemangkasan.” Tesis Magister Sains Program Studi Agronomi dan

Holtikultura, Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Gembong T. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gupta, S.K., P. Bhatt, G.S. Joseph, P.S. Negi, M.C. Varadaraj. 2013. “Phenolic Constituents and Biological Activities of Leaf Extracts of Traditional Medicinal Plant Plectranthus amboinicus Benth (Lamiaceae).” Tang

Humanitas Traditional Medicine 3(4) :

e32.

Hahn, E.J., Y.S. Kim, K.W. Yu, C.S. Jeong, K.Y. Paek. 2003. “Adventitious Root Cultures of Panax ginseng C.V. Meyer and Ginsenoside Production through Large-Scale Bioreactor System.” Journal of Plant Biotechnology 5(1) :

(11)

Hullati, K.K., P. Bhattacharjee. 2011. “Pharmacognostical Evaluation of Defferent Parts of Coleus amboinicus Lour, Laminaceae.” Pharmacognosy Journal 3(24) 29-44.

Ignatius, A., V. Arunbabu, J. Neethu, E.V. Ramasamy. 2014. “Rhizofiltration of Lead Using an Aromatic Medicinal Plant Plectranthus amboinicus Cultured in a Hydroponic Nutrient Film Technique (NFT) System.” Environmental Science and Pollution

Research (Majalah Online).

Kumari, B.P., D. Sujatha, Ch.G. Chand, K. Divya, L. Malleswari, D. Ranganayakulu. 2011. “Evaluation of Antiepileptic Activity and Probable Mechanism of Action of Coleus amboinicus in MES And PTZ Models.” Journal of Pharmacy Research 5(3) : 1587-1591.

Kuo, Y.S., H.S. Chien, W. Lu. 2012. “Plectranthus amboinicus and Centella asiatica Cream for the Treatment of Diabetic Foot Ulcers.” Evidence-Based Complementary and Alternative

Medicine 2012 (418679).

Lukhoba, C.W., M.S.J. Simmonds, A.J. Paton. 2005. “Plectranthus : A Preview of Ethnobotanical Use.” Journal of Ethnopharmacology 103 (2006) : 1-24.

Murugan, K., K. Kalimutu, P.S. Kumar, J.S. Hwang, M. Nicoletti. 2012. “Larval and Pupal Toxicity Effects of Plectranthus amboinicus, Bacillus sphaericus and

Predatory Copepods for the Control of the Dengue Vector, Aedes aegypt.”

Journal of Phytoparasitica doi : 10.1007/s12600-013-0291-3.

Nagalakhsmi, H.S., A. Das, S. Bhattacharya. 2012. “Assessment of Antimicrobial Properties and Phytochemical Contents of Leaf Extracts of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.”

International Journal of Green and

Herbal Chemistry 1(2) : 101-107.

Patel, R., M. Naveen, S. Sudarshan, G Ravindra, K. Basant, P. Vidyanand. 2010a. “Antinociceptive and Antipyretic Effects of Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng Leaves.” Deccan Journal of Natural Products 1(2) : 9-15.

Patel, R., M.K. Naveen, G Ravindra, K. Basant, K. S. Sudarshan. 2010b. “Diuretic Activity of Leaves of Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng in Male Albino Rats.” Pharmacognosy Research 2(2) : 86-88.

Patel, R., M. Naveen, P.S. Manjul, A. Gulzar, S. Anita, S. Sudharsan. 2010c. “Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng : An Overview.” The Pharma Research 2010(4): 1-5.

Patel, R. 2011. “Hepatoprotective Effects of Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng

against Carbon Tetrachloride-induced Hepatotoxicity.” Journal of Natural Pharmaceuticals 2(1): 28-35.

Pierik, R.L.M. 1997. In Vitro Culture of Higher Plants. New York : Springer-Science+Business Media, B.V.

(12)

from Coleus amboinicus.” Phillippine Journal of Science 128(4) : 347-351.

Rahman, A.Z., E.S.M. Noor, M.S.M. Ali, R. Mirad, A.N. Othman. 2015. “In Vitro Microropagation of a Valuable Medicinal Plant, Plectranthus amboinicus.” American Journal of Plant

Sciences 2015(6) : 1091-1097.

Ramaraj, T., G. Ramya, M. Gogulmnath, R. Jayakumar, M.S. Kanthimathi. 2015. “Evaluation of Cytotoxic, DNA Protecting and LPS Induced MMP-9 Down Regulation Activities of Plectranthus amboinicus (Lour) Spreng. Essential.” Pharmacognosy Journal 7(1) : 32-36.

Razzaque, A. dan B. E Ellis. 1977. “Rosmarinic Acid Production in Coleus Cell Cultures. “ Planta 137(3): 287-291. Reddy, P.S., R. Rodrigues, R. Rajaksekharan. 2001. “Shoot Organogenesis and Mass Propagation of Coleus forskohlii from Leaf Derived Callus.” Plant Cell, Tissue, and Organ Culture 66 : 183-188.

Reuff, I., Seitz, U., Ulbrich, B. and Reinhard, E. 1988. “Cryopreservation of Coleus blumei Suspension and Callus Cultures.” Journal of Plant Physiology 133(4): 414-418.

Selvakumar, P., E. Naveena, D. Prakash. 2012. “Studies on the Antidandruff Activity of the Essential Oil of Coleus amboinicus and Eucalyptus globulus.”

Asian Pacific Journal of Tropical

Biomedicine (2012) : 5715-5719.

Senthilkumar, A. dan Venkatesalu, V. 2010. “Chemical Composition and Larvicidal Activity of the Essential Oil of Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng

against Anopheles stephensi: A Malarial Vector Mosquito.” Parasitology Research (2010) 107 : 1275-1278.

Shenoy, S., M.S. Vinod, Shruthi, M. Amberkar, A. Amuthan. 2012. “Effect of Ethanolic Extract of Plectranthus amboinicus Leaf on Healing of Burn Wound in Wistar Rats.” International Journal of Applied Biology and

Pharmaceutical Technology 3(3) :

32-35.

Silitonga, M., S. Ilyas, S. Hutahaean, H. Sipahutar. 2015. “Levels of Apigenin and Immunostimulatory Activity of Leaf Extracts of Bangunbangun (Plectranthus Amboinicus Lour).” International Journal of Biology 7(1) : 46-53.

Singh, G., O.P. Singh, Y.R. Prasad, M.D. de Lampasona, C. Catalan. 2002. “Studies on Essential Oils, Part 33: Chemical and Insecticidal Investigations on Leaf Oil of Coleus amboinicus Lour.” Flavour and Fragrance Journal (2002) 17 :

(13)

amboinicus (Lour.) on Rats.” Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical

Research 5(4) : 110-113.

Gambar

Tabel 1. Analisis Fitokimia dari Daun Kering pada Ekstrak Etanol dan Ekstrak Air P. amboinicus
Gambar 1. Mikropropagasi in vitro : inisiasi kultur kalus dari biji atau tanaman utuh
Gambar 2. Diagram alir tahapan proses dari bioreaktor sampai ekstrak kasar atau

Referensi

Dokumen terkait

Lalu si wali menyukai harta dan kecantikannya, maka timbullah niat untuk mengawininya tanpa berlaku adil dalam maskawinnya; selanjutnya ia memberinya maskawin dengan jumlah yang

Salah satu hasil dari pengembangan produk atau indikator 4 C’s yang telah diselaraskan dengan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Matematika SMP/MTs kelas VII semester 1 dapat

Yang menjadi latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya nilai hasil belajar IPA/ Kimia siswa Kelas VIII yang tidak mencapai 75 pada Kompetensi Dasar

PENGARUH WORD OF MOUTH TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG D I WISATA ALAM GUNUNG PARANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MPM cabang Bandung yang menggunakan strategi pemasaran secara bertingkat (levelisasi) masih terdapat beberapa hal yang kurang sesuai dengan nilai-nilai hukum Islam,

Fitur – fitur yang terdapat pada aplikasi tugas akhir online ini diantaranya: kelola data mahasiswa dan dosen, pencatatan berita acara seminar tugas akhir, kelola

Jika yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya belajar pada diri siswa adalah timbulnya hubungan antara stimulus dengan respons, di mana hal ini berkaitan

Di dalam pasal ini dijabarkan mengenai hak dan kewajiban para pihak yang wajib dilaksanakan oleh para pihak tersebut dan apabila tidak dilaksanakan dapat