• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Kabupaten Wonosobo T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Kabupaten Wonosobo T2 BAB II"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Evaluasi dan Evaluasi Program 2.1.1 Konsep Evaluasi

Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones dalam Aprilia (2009) adalah “evaluation is an activity which can contribute greatly to the understanding and improvement of policy development and implementation” (evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dapat mengandung pengertian yang besar nilainya serta dapat membantu dalam penyempurnaan pelaksanaan kebijakan beserta perkembangannya). Pengertian tersebut telah menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi dapat mengetahui apakah pelaksanaan sebuah program telah sesuai dengan tujuan utama, yang kemmudian kegiatan evaluasi tersebut akan dapat menjadi patokan atau tolak ukur mengenai apakah suatu kebijakan atau kegiatan dapat dikatakan layak diteruskan atau perlu diperbaiki atau dihentikan kegiatannya.

(2)

8

menurut Arifin (2010) menyatakan evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas, sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Dari beberapa pengertian serta penjelasan mengenai evaluasi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli diatas maka dapat ditarik sebuah benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang guna bertujuan untuk melihat sejauh mana keberhasilan suatu program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak ataupun hasil yang telah dicapai oleh program tersebut.

2.1.2 Konsep Program

Menurut Tayibnapis (2008) Program adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dengan harapan akan mendatangkan pengaruh atau hasil. Jones 1996 menambahkan dengan definisi program yaitu ’’A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy objectives’’, yaitu bahwa suatu program merupakan sekumpulan dari proyek-proyek yang saling berhubungan yang telah disusun guna melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integrated bertujuan untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

(3)

9 dilakukan oleh beberapa atau sekelompok orang yang saling terkait dalam melaksanakan kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut secara keseluruhan.

2.1.3 Konsep Evaluasi Program

Evaluasi program adalah sebuah proses penetapan yang secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ralp Tyler dalam Karding (2008) mendefinisikan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Sedangkan Wahab (1997) mengemukakan bahwa evaluasi program merupakan proses penetapan secara sistematis tentang tujuan, nilai dan efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati - hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan. Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya suatu program pemerintah, yang mana selanjutnya informasi tersebut akan digunakan untuk menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil atau menentukan sebuah keputusan yang akan diambil.

2.2. Tujuan Evaluasi Program

(4)

10

a. Memberikan masukan bagi perencanaan suatu program;

b.Menyediakan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, penerusan, perluasan atau penghentian suatu program;

c. Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan tentang perbaikan atau pengembangan sebuah program ;

d.Memberikan masukan yang berkenaan mengenai faktor penunjang ataupun faktor pendukung serta faktor penghambat program tersebut;

e. Memberikan masukan untuk kegiatan pembinaan (supervisi, pengawasan dan monitoring) dan motivasi bagi penyelenggara, pelaksana ataupun pelaksana program; f. Menyajikan data mengenai konsep dasar

keilmuan bagi evaluasi program pendidikan di luar sekolah.

(5)

11 2.3. Manfaat Evaluasi Program

Menurut Arikunto (2014) manfaat dari evaluasi program yaitu a) menghentikan program karena dipandang bahwa program tersebut tidak berguna atau kurang bermanfaat; b) merevisi program pada bagian-bagian yang tidak sesuai dengan harapan; c) melanjutkan program karena pelaksanaan program sudah memberikan hasil atau menunjukkan bahwa segala sesuatunya sudah sesuai dengan harapan; d) menyebarluaskan program karena program telah berhasil dilaksanakan dan sesuai dengan harapan maka akan sangat baik jika program tersebut dapat diimplementasikan di tempat lain.

Ruswati (2008) menambahkan dan menjelaskan bahwa manfaat dari evaluasi program adalah; a) Memberitahukan prosedur mana yang perlu diperbaiki; b) Memberikan masukan tentang suatu program bahwa apakah program/proyek tersebut hendak akan diteruskan atau dihentikan; c) Memeberikan masukanapakah program yang sama dapat diimplementasikan atau diterapkan ditempat lain; d) Memberitahukan teknik atau strategi mana yang pelu diganti atau dihapus; e) memberikan masukan apakah pendekatan/teori tentang suatu program dapat diteima atau ditolak; f) Mmeberikan masukan kearah mana dana harus dialokasikan.

(6)

12

keputusan dengan masukan hasil dari evaluasi program yang sedang dilaksanakan atau telah dilaksanakan.

2.4. Model Evaluasi

2.4.1Pengertian Gap Analysis

Secara harafiah kata “gap” mengindikasikan adanya suatu perbedaan (discrepancy) antara satu hal dengan hal lainnya. Model Evaluasi Discrepancy/ Kesenjangan (Provus, 1971 dalam Suciptoardi, 2011) merupakan suatu model evaluasi program yang menekankan pentingnya pemahaman sistem sebelum evaluasi. Model ini merupakan suatu prosedur problem-solving untuk mengidentifikasi kelemahan (termasuk dalam pemilihan standar) dan untuk mengambil tindakan korektif. Dengan model ini, proses evaluasi pada langkah-langkah dan isi kategori sebagai cara memfasilitasi perbandingan capaian program standar, sementara di waktu yang sama mengidentifikasi standar untuk digunakan untuk perbandingan di masa depan. Dapat diambil kesimpulan mengenai GAP analysis, bahwa secara umum gap analysis dapat didefinisikan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, gap analysis merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan system standar.

(7)

13 (Kesenjangan) adalah suatu metode/alat yang membantu suatu lembaga membandingkan performansi actual dengan performansi potensi. Operasionalnya dapat diungkapkan dengan dua pertanyaan berikut: “Di mana kita sekarang?” dan “Apa yang kita inginkan?” Model yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) salah satu dari lima GAP (kesenjangan), yaitu: kesenjangan antara standar pelayanan lembaga dan pelayanan yang diberikan, kaitan dalam penelitian ini adalah, bagaimana pelaksanaan Sertifikasi guru pada Sekolah dasar. Dengan menggunakan GAP analysis dapat diketahui semakin kecil kesenjangan tersebut, semakin baik kualitas pelayanan. Gap akan bernilai (+) positif bila nilai aktual lebih besar dari nilai target, sebaliknya bernilai (-) negative apabila nilai target lebih besar dari nilai aktual. Apabila nilai target semakin besar dan nilai aktual semakin kecil maka akan diperoleh gap yang semakin melebar.

Zaibaski (2010) berpendapat bahwa tujuan analysis gap adalah untuk mengidentifikasi gap antara alokasi optimis dan integrasi input, serta ketercapaian sekarang. Analisis gap membantu organisasi/ lembaga dalam mengungkapkan yang mana harus diperbaiki. Proses analysis gap mencakup penetapan, dokumentasi, dan sisi positif keragaman keinginan dan kapabilitas (sekarang). Tujuan dilakukan gap analisis adalah untuk melihat sejauh mana kesesuaian system yang sedang dijalankan dengan standar terkait yg harus dipenuhi.

(8)

14

a.Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu standar kinerja yang diharapkan.

b.Mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan tersebut,dan

c. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan.

Untuk terlaksananya suatu program, maka instansi menetapkan kegiatan-kegiatan yang merupakan penuangan dari program. Untuk menilai berhasil tidaknya suatu kegiatan maka penilaian dilakukan terhadap indikator kinerja kegiatan. Langkah analisis kesenjangan pada level indikator kinerja kegiatan sama dengan langkah yang dilakukan pada analisis indaktor kinerja program. Analisis kesenjangan (GAP analysis) bertumpu pada evaluasi diri dan observasi subyek untuk mendapatkan gambaran bagaimana kondisi dan kenyataan dilapangan.

Dalam melakukan gap analysis, menurut Zaibaski (2010) terdapat beberapa langkah utama yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut ini.

1)Identifikasi komponen program yang akan dianalisis.

(9)

15 2)Penentuan standar evaluasi program pelayanan.

Standar evaluasi program dapat dijabarkan ke dalam beberapa indikator terkait dengan tujuan dan manfaat dari program yang akan di evaluasi.

3)Penyebaran kuesioner atau wawancara terfokus

Isi kuesioner dan wawancara disesuaikan dengan desain gap analysis yang hendak dilakukan. Pertanyaan wawancara dan kuesioner mencakup aspek dan dimensi yang akan diukur. Dimensi pelayanan misalnya adalah dimensi: fisik, dimensi keterlibatan, dimensi ketepatan, dimensi keterjaminan dan dimensi empati. Untuk memudahkan pengukuran secara kuantitatif, maka setiap dimensi yang dinilai diberi skala atau skor. Hasil kuesioner yang menarik perlu dibahas melalui wawancara atau diskusi kelompok terfokus guna memperoleh data yang lebih lengkap sekaligus memvalidasinya.

4)Analisis Data

Dengan menggunakan statistic deskriptif dapat diketahui: rata-rata skor untuk setiap pasangan faktor yang sedang dikalkulasi kesenjangan. Selain itu juga untuk perhitungan kesenjangan untuk masing-masing dimensi.

Perhitungan kesenjangan dimensi masing-masing menggunakan formula:

(10)

16

Kriteria analisis kesenjangannya:

Jika Ḡ>Gi = kualitas yang diharapkan masyarakat lebih tinggi daripada kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat, maka instansi terkait perlu meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik.

Jika Ḡ<Gi = kualitas yang diharapkan masyarakat lebih rendah daripada kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat, maka instansi terkait telah dianggap memberikan kinerja dan kualitas pelayanan publik yang baik.

Jika Ḡ=Gi = kualitas yang diharapkan masyarakat sama dengan kualitas pelayanan yang dirasakan masyarakat, maka instansi terkait telah memberikan pelayanan yang baik namun perlu peningkatan.

5)Follow Up

Dengan berdasarkan hasil analisis tersebut, kita dapat mengetahui kinerja pelayanan yang diberikannya. Selanjutnya lembaga yang bersangkutan dapat menyusun kebijakan yang diperlukan untuk menutupi kesenjangan tersebut.

(11)

17 yang mempengaruhi pelaksanaan program sertifikas guru. Berikut bagan gap analysis dalam penelitian ini.

2.5. Pengertian Sertifikasi

Menurut National Commission on Educational Services (NCES), “Certification is a procedure whwreby the state evaluates and reviews to teacher condidate’s credentials and provides him or her a license to teach. Pengertian ini lebih bersifat umum di mana sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. Menurut UU RI No.14 Tahun 2005 sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Pengertian sertifikasi ini lebih spesifik yang ditekankan pada suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (Mulyasa, 2008).

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai

STANDAR/ JUKNIS PROGRAM

SERTIFIKASI GURU

IMPLEMENTASI PROGRAM SERTIFIKASI

(12)

18

bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calaon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi kompetensi adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakuakn pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan demikian dapat dipahami sertifikasi adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan guru dan dosen sebagai tenaga profesional.

2.6. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2004) sertifikasi bertujuan sebagai berikut:

a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan

b. Melindumgi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan

c. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten

d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

(13)

19 Sedangkan menurut Mulyasa (2007) sertifikasi pendidik mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Pengawasan mutu

1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik

2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan

3) Peningkatan profesionalisme guru melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya

4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme.

b. Penjaminan mutu

1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya.

2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan ketrampilan tertentu.

(14)

20

sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.

2.7. Permasalahan yang Muncul dalam Sistem Sertifikasi Guru

Berikut ini adalah permasalahan yang muncul dalam proses sertifikasi guru menurut Mulyasa (2004) permasalahan tersebut terbagi dalam 2 kategori yaitu permasalahan secara khusus dan secara umum. Pada permasalahan secara khusus meliputi masih panjangnya birokrasi proses sertifikasi guru dan masih kurang terbukanya proses sertifikasi guru. Sedangkan permasalah umum meliputi hal berikut.

1) Anggaran dana

Anggaran dana yang belum memadai menyebabkan setiap tahun jumlah guru yang ikut sertifikasi dibatasi.

2) Pengisian portofolio

(15)

21 mengajar dan mencari tambahan pendapatan mengakibatkan mereka tidak sempat melakukan pengembangan diri, dengan membuat penelitian atau berbagai desain pembelajaran.

3) Ketidaktertiban dalam administrasi, serta rendahnya budaya menulis dan meneliti (budaya akademis).

Kebiasaan tidak tertib administrasi, mengakibatkan banyak dokumen yang hilang, sehingga pada saat akan dipakai tidak ada. Rendahnya budaya menulis dan meneliti di kalangan guru, mengakibatkan karya-karya ilmiah mereka sangat minim. Akibatnya pada komponen karya ilmiah ini sering kali tidak banyak dimiliki oleh para guru. Padahal besarnya harapan untuk memperoleh tunjangan profesi di satu sisi, dan banyaknya kendala dalam menyusun (mengumpulkan) portofolio, mengakibatkan sebagian guru mengambil jalan pintas dengan melakukan tindak kecurangan, yang bukan hanya melanggar etika akademis, tetapi juga moralitas sebagai pendidik.

4) Belum semua guru yang ada di Indonesia memenuhi standar jenjang pendidikan berdasarkan standarisasi guru yang layak (memenuhi kompetensi) hanya sekitar 47%. Dari segi kualifikasi akademik, baru sekitar sepertiga guru di Indonesia yang berpendidikan sarjana (Kompas, 10 Maret 2008).

(16)

22

Sertifikasi dengan cara pelatihan (PLPG) menjadikan guru lebih terlatih dan memiliki peningkatan kemampuan pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial daripada sertifikasi dengan cara portofolio. Hal ini disebabkan karena dengan cara pelatihan, seorang guru mendapatkan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru yang profesional. Sedangkan sertifikasi dengan cara portofolio, guru hanya berkewajiban memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan tanpa adanya pembekalan.

2.8. Perkembangan Pelaksanaan program sertifikasi guru dari tahun 2007 sampai tahun 2014

Pelaksanaan program sertifikasi guru telah berjalan beberapa tahun, berikut adalah penjelasan secara umum dari perjalanan pelaksanaan program sertifikasi guru.

a.Tahun 2007. Kemendikbud memulai pelaksanaan sertifikasi bagi 200.450 orang guru melalui sistem portofolio dan PLPG. Landasan hukum yaitu fatwa hukum dari menteri hukum dan HAM. Pada pelaksanaan ini, ditetapkan 31 rayon LPTK penyelenggara sertifikasi guru untuk jangka waktu 2 tahun. (Juknis Program Sertifikasi Guru Tahun 2007)

(17)

23 c. Tahun 2009. Sertifikasi mulai berpedoman pada PP nomor 74 tahun 2008 dengan pola portofolio, PLPG dan pemberian sertifikat pendidik secara langsung (PSPL). Pada tahun ini pengawas mulai disertifikasi. Ditetapkan 46 rayon LPTK penyelanggara sertifikasi guru untuk jangka waktu 2 tahun. (Juknis Program Sertifikasi Guru Tahun 2009)

d.Tahun 2010. Kemendikbud menyelenggarakan sertifikasi dengan pola yang sama dengan tahun 2009.

e. Tahun 2011. Kemendikbud mulai menyelenggarakan sertifikasi guru di LPTK berbasis program studi dengan pola 1% portofolio, dan 99% langsung PLPG. Ditetapkan 46 rayon LPTK penyelenggara sertifikasi guru untuk jangka 2 tahun. (Juknis Program Sertifikasi Guru Tahun 2010)

f. Tahun 2012. Kemendikbud menyelenggarakan sertifikasi guru yang diawali dengan pelaksanaan uji kompetensi awal (UKA). Setiap guru yang akan mengikuti sertifikasi terlebih dahulu wajib mengikuti UKA. Adapun pelaksanaan sertifikasinya sama dengan pola sertifikasi tahun 2011. (Juknis Program Sertifikasi Guru Tahun 2011)

(18)

24

h.Tahun 2014. Kemendikbud merencanakan pelaksanaan sertifikasi guru melalui PPG dalam jabatan bagi guru dengan syarat wajib sudah mengajar sejak Januari 2006. (Juknis Program Sertifikasi Guru Tahun 2013)

Perkembangan sertifikasi guru dari awal dicanangkan yakni tahun 2007 hingga saat ini terus mengalami perubahan. Pada tahun 2007 program sertifikasi menerapkan seleksi terhadap guru calon tersertifikasi dengan portofolio dan PLPG. Hal tersebut terus berjalan dengan penambahan standard an aturan hingga tahun 2010. Pada tahun 2011, kebijakan system portofolio mulai dikurangi, hal ini ditujunkkan dengan penuruna prosentase, seleksi dengan system portofolio sebanyak 1% dan 99% menggunakan PLPG. Kebijakan tersebut berubah pada tahun 2012 yakni penyelenggaraan program sertifikasi guru di awali dengan Uji Kompetensi Awal (UKA) yang wajib diikuti. Selanjutnya pada tahun 2014, seleksi program sertifikasi berkembang menjadi seleksi dengan sistem PPG. Berkembangnya sistem seleksi program sertifikasi guru dari tahun ke tahun menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap kesejahteraan guru dan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Mengikuti aturan dari pemerintah, sistem seleksi program sertifikasi guru pada Kabupaten Wonosobo saat ini menggunakan sistem PPG dengan syarat wajib sudah mengajar sejak Januari 2006.

2.9. Standar Sertifikasi Guru

(19)

25 profesional dibuktikan dengan sertifikasi pendidik. Selanjutnya pasal 11 menjelaskan bahwa sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.

Menurut Mulyasa (2008) sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Sedangkan menurut Trianto dan Tutik (2007) Sertifikat pendidik merupakan surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sertifikasi pendidik adalah suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi.

(20)

26

a.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

b.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

c.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

d.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

e.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

g.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan

h.Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 76/P/2011 tentang Pembentukan Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).

(21)

27 Memperhatikan dasar hukum tersebut, maka untuk mengevaluasi proses dan hasil dari implementasi program sertifikasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi program sertifikasi guru dan dengan memperhatikan teori standar evaluasi program (Sanders, 2004) maka dapat ditetapkan beberapa standar implementasi program sertifikasi sebagai berikut:

a. Kegunaan (utility) program sertifikasi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan;

b. Kelayakan (feasibility) program sertifikasi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan;

c. Kesahihan (propriety) program sertifikasi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan;

d. Ketepatan (accuracy) program sertifikasi guru dalam meningkatkan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

(22)

28

untuk melakukan evaluasi terhadapa program sertifikasi guru, maka aspek-aspek tersebut dijabarkan lagi dengan menambah aspek dampak, keberlanjutan dan prospek. Ke tujuh aspek tersebut disusun ke dalam kisi-kisi yang selanjutnya dijabarkan dalam kuesioner yang akan digunakan sebagai instrumen pengumpulan data dalam peneletian ini. Penggunaan kuesioner tersebut ditujukan untuk mengevaluasi proses impelmentasi program sertifikasi, hasil implementasi program sertifikasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program sertifikasi.

2.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Sertifikasi Guru

Sebuah program dapat dikatakan berhasil maupun gagal dalam mencapai tujuan dari program itu sendiri tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor penentu dalam keberhasilan program dapat berasal dari kondisi lingkungan di mana program itu dijalankan dan dari kondisi program itu sendiri. Dalam hal ini, faktor penentu keberhasilan program sertifikasi menurut Jalal (2007) dapat meliputi berikut ini:

a.Konsistensi pemerintah dalam menjalankan program sertifikasi;

(23)

29 Swasta akan menuntut untuk diberi hak menyelenggarakan dan melaksanakan uji sertifikasi. Demikian juga akan muncul tuntutan dari berbagai LPTK negeri khususnya di daerah luar pulau jawa yang akan menuntut dengan alasan demi keseimbangan geografis. Tuntutan ini akan mempengaruhi penentuan yang mendasarkan pada objektivitas kemampuan suatu perguruan tinggi. Konsistensi pemerintah juga diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan sekaligus tantangan bagi pelaksana Undang-Undang yang muncul dari kalangan guru sendiri. Mereka yang sudah senior atau mereka para guru yang masih jauh dari persyaratan akan menentang dan menuntut berbagai kemudahan agar bias memperoleh sertifikat profesi tersebut.

b.Peraturan hukum yang tegas;

(24)

30

c. Pelaksanaan aturan / UU yang konsekuen;

Tuntutan dan tantangan juga akan muncul dari berbagai daerah yang secara geografis memiliki tingkat pendidikan yang relatif tertinggal. Pemerintah harus konsekuen bahwa sertifikasi merupakan standard nasional yang harus dipatuhi.

d.Sarana dan prasarana yang memadai baik berupa anggaran maupun lembaga penyelenggara.

Dalam hal ini, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyediakan anggaran yang memadai, baik untuk pelaksanaan sertifikasi maupun untuk pemberian tunjangan dalam hal sarana dan prasarana.

2.11. Hasil Penelitian yang relevan

(25)

31 Yaitu berupa tunjangan profesi. Tunjangan profesi merupakan konsekuensi yang menyertai kompetensi guru.

(26)

32

Dari dua penelitian di atas yang telah di lakukan terdapat beberapa kesamaan yaitu kedua penelitian tersebut fokus meneliti pada sertifikasi guru dan membahas beberapa hambatan dan kendala dalam sertifikasi guru. Perbedaan dua penelitian di atas adalah fokus pada obyeknya, penelitian yang dilakukan Siti Rukhayati fokus kepada obyek guru yang bersertifikasi secara umum sedangkan penelitian yang telah dilakukan widiyaka, Netty Herawati dan Martoyo fokus kepada obyek guru sertifikasi pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selanjutnya kesamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah sama-sama membahas pada aspek sertifikasi guru dan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan diatas adalah penggunaan evaluasi dengan evaluasi analisis GAP serta fokus pada obyek program sertifikasi guru pada jenjang guru sekolah dasar negeri (SDN) di tingkat kabupaten kemudian lokasi dari penelitian juga ikut membedakan yaitu penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Wonosobo.

2.12. Kerangka Berpikir

(27)

33 dipilih guru-guru yang profesional dan kompeten karena pemberian sertifikat pendidik melalui sistem seleksi PPG.

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 3,7 gram Ca(OH)2 dilarutkan dalam air hingga volumenya 5 liter. Pasangan senyawa/ion yang berfungsi sebagai larutan penyangga dalam intra sel darah kita adalah ... Sebanyak

[r]

Sesuai dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan

Dalam hal ini biasanya setelah selesai melakukan kegiatan latihan praktik mengajar praktikan langsung meminta penilaian dan bimbingan dari guru pamong, karena praktikan ingin

[r]

Permasalahan yang akan dikaji pada Tugas Akhir kali ini adalah :. • Berapa volume air kondensat yang

Wujud keseluruhan adat dari Sedekah Bumi ini memunculkan pesan yang dalam akan pentingnya penanman pendidikan karakter anak, mengajak anak supaya mampu berkhidupan sosial

After The Course I’m Going To Work In France, But I Don’t Know Where