• Tidak ada hasil yang ditemukan

PBSI KELAS TINGGI PEMBELAJARAN SASTRA DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PBSI KELAS TINGGI PEMBELAJARAN SASTRA DI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PBSI KELAS TINGGI

PEMBELAJARAN SASTRA

DI SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh

NAMA NIM

IRWAN PUTRA 1701029151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FALKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

(2)

i

PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH DASAR

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

ABSTRAK

Sastra anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak’.

Ada 3 ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa, diantaranya: Unsur pantangan, penyajian dengan gaya secara langsung, fungsi terapan. Sastra anak memiliki fungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak.

(3)

KATA PENGANTAR

Jika melihat perkembangan pembelajaran sastra dari sudut pandang yang

berbeda, akan tampak jelas bahwa tujuan pembelajaran sastra di SD adalah untuk

memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman dari berbagai

bacaan. Bukan hanya itu saja, siswa diharapkan paham dan mampu terlibat di

dalam suatu buku ajarnya.

Pembelajaran sastra harus membuat siswa merasa senang membaca dan

gemar mencari sumber bacaan. Sehingga diperlukan perubahan nyata dalam

menunjang proses pembelajaran sastra di kalangan siswa.

Salah satu cara terbaik untuk membuat siswa tertarik kepada sastra ialah

memberikan siswa lingkungan yang kaya dengan buku-buku sastra. Buku-buku

yang dimaksud adalah buku yang berisikan karya sastra yang dipandang memiliki

kandungan nilai-nilai positif, dan ilmu tentang sastra yang berguna, bermanfaat,

serta dapat diaplikasikan dengan mudah oleh siswa itu sendiri.

Maka dari itu, sebagai pendidik, guru haruslah memperkenalkan berbagai

ragam buku atau karya sastra kepada siswanya, semisal novel, puisi, drama, atau

prosa serta cerita-cerita fiksi maupun non-fiksi sastra.

Makalah ini akan membahas tentang pembelajaran Sastra di Sekolah

Dasar, yang meliputi pentingnya pembelajaran sastra, tujuan dan manfaat

pembelajaran sastra, serta assessment pembelajaran sastra di sekolah dasar.

Jakarta, Juni 2018

Penyusun

(4)

iii DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I. PENDAHULUAN A Latar Belakang ... 1

B Rumusan Masalah ... 1

C Tujuan Penulisan ... 2

D Manfaat ... 2

BAB II. PEMBAHASAN ... 3

A Pentingnya Pembelajaran Sastra di SD ... 3

B Tujuan pembelajaran sastra di SD ... 4

C Manfaat pembelajaran sastra di SD ... 5

D Jenis jenis pengajaran sastra di SD ... 6

E Metode pengajaran sastra di SD ... 6

F Asessment pengajaran sastra di SD ... 9

BAB III. PENUTUP ... 11

A Kesimpulan ... 11

B Saran ... 11

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini pembelajaran sastra di kalangan siswa masih menjadi hal yang

menakutkan. Betapa tidak, porsi pembelajaran yang diberikan ke siswa sangatlah

kurang. Bukan hanya itu saja, masih banyaknya siswa yang tidak tertarik terhadap

sastra. Padahal kebutuhan akan sastra sangat penting, mengingat banyaknya

manfaat yang terkandung di dalamnya.

Siswa bisa mengetahui dari segi pengertiannya, sejarah sastra, jenis-jenis

sastra, nilai-nilai apa saja yang bisa dipetik dari sastra itu sendiri, dan

meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Hal demikian

merupakan sebuah ironi dan sebuah bentuk keprihatinan, dan wajar saja jika siswa

seringkali mengeluh tentang sulitnya mempelajari sastra.

Salah satu bentuk nyata dalam dunia pendidikan adalah kurangnya

apresiasi terhadap karya sastra. Pengertian apresiasi sastra itu sendiri merupakan

suatu kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh

pengertian yang baik terhadap sastra. Bentuk apresiasi sastra dapat dilakukan

dengan melaksanakan kegiatan seperti pementasan drama, pembacaan puisi,

menulis cerita pendek, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan

sastra.

B. Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang pemikiran pengajaran sastra Di SD

2. Apa tujuan pengajaran sastra Di SD

3. Apa manfaat pengajaran sastra di SD

4. Apa saja jenis jenis sastra anak yang di ajarkan di SD

5. Bagaimana metode pengajaran sastra di SD

(6)

Irwan Putra, UHAMKA JAKARTA 2

C. Tujuan

Tujuan mempelajari bagian ini adalah agar mahasiswa mampu memahami pentingnya

pembelajaran sastra di Sekolah Dasar. Tujuan penulisan makalah ini meliputi :

1. Menguraikan latar belakang pemikiran pengajaran sastra Di SD

2. Menguraikan tujuan pengajaran sastra Di SD

3. Menguraikan manfaat pengajaran sastra di SD

4. Menguraikan jenis jenis sastra anak yang di ajarkan di SD

5. Menguraikan Metode pengajaran sastra di SD

6. Menguraikan Asesment pengajaran sastra di SD

D. Manfaat

· Sebagai calon guru dapat mengetahui bagaimana strategi yang tepat dan efektif dalam

meningkatkan keterampilan pembelajaran sastra di Sekolah Dasar, sehingga sebagai guru

kelas dapat menyusun. bahan pembelajaran sastra, termasuk metode dan teknik

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Pembelajaran Sastra Di SD

Pada usia ini yaitu usia SD anak masih polos dan untuk itu anak mudah

menerima segala sesuatu yang belum ia ketahui termasuk karya satra, baik itu

dalam bentuk cerita lakon ataupun tulisan. Pembelajaran sastra di Sekolah Dasar

dilakukan dengan mempertimbangan kepentingan berikut ini:

1. Dengan sastra anak-anak mudah untuk menerima nilai-nilai kemanusiaan

adat istiadat, agama, kebudayaan yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

2. Sastra dapat merangsang anak-anak berbuat sesuai dengan nilai-nilai

kemanusiaan, adat istiadat agama dan budaya.

3. Anak-anak akan lebih peka terhadap lingkungan karena dalam dirinya

tertanam nilai-nilai kemanusiaan.

4. Melalui karya sastra anak-anak sejak dini bisa mengembangkan

perasaan,batin, dan budi pekertinya, sehingga tanpa disadari anak-anak

memiliki perilaku dan kebiasaan untuk membedakan sesuatu yang dianggap

baik ataupun buruk melalui proses apresiasi dan berkreasi dengan karya

sastra.

5. Sastra penting diajarkan sejak anak-anak. Karena, jika pembelajaran sastra

dimulai dari anak-anak maka akan membentuk kebiasaan, perilaku-perilaku

positif, dan kreatif pada anak, sehingga suatu saat ketika mereka dewasa

mereka akan menjadi manusia-manusia yang mempunyai tingkah laku, moral

yang baik serta peka terhadap lingkungan.

6. Dengan pembelajaran sastra akan mempunyai jiwa kreatif yang tinggi dalam

menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya.

Menurut sumber yang saya kutip.

Pemilihan sastra (cerita) yang bermutu dalam pembelajaran sangat

bermanfaat bagi anak dalam melihatkan dirinya terhadap pajanan dunia (world

(8)

Irwan Putra, UHAMKA JAKARTA 4 orang lain yang sebenarnya dan seolah - olah mengalami sendiri di dalam kelas.

sastra pada hakikatnya adalah alat mengajarkan kehidupan. Buku sastra

(cerita) berfungsi sebagai cermin dan jendela pada masyarakat global.

B. Tujuan Pembelajaran Sastra di SD

Jika melihat perkembangan pembelajaran sastra dari sudut pandang yang

berbeda, akan tampak jelas bahwa tujuan pembelajaran sastra di SD adalah untuk

memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman dari berbagai

bacaan. Bukan hanya itu saja, siswa diharapkan paham dan mampu terlibat di

dalam suatu buku ajarnya. Pembelajaran sastra harus membuat siswa merasa

senang membaca dan gemar mencari sumber bacaan. Sehingga diperlukan

perubahan nyata dalam menunjang proses pembelajaran sastra di kalangan siswa:

Tujuan umum pembelajaran sastra merupakan bagian dari

tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional yaitu mewujudkan suasana dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Tujuan pembelajaran sastra di sekolah terkait pada tiga tujuan khusus di

bawah ini.

1. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial

2. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa

3. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia.

Pengajaran sastra membawa siswa pada ranah produktif dan apresiatif.

Sastra adalah sistem tanda karya seni yang bermediakan bahasa. Pencipataan

(9)

Karya sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati, dimanfaatkan untuk

mengembangkan wawasan kehidupan.

Pembelajaran sastra menurut panduan penerapan KTSP perlu

menekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat diproduksi

dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat produktif-apresiatif.

Konsekuensinya, pengembangan materi pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah

pembelajaran harus menekankan pada kegiatan apresiati.

Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha untuk

membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu menunjukkan hasil

belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik

baru, mewujudkan produk baru, membangun susunan baru, memecahkan masalah

dengan cara-cara baru, dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk

karya-karya yang unik.

Potensi individu seperti itu menurut para ahli pendidikan akan

berkembang jika mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai

percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan

ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya.

Semua potensi dikembangkan melalui pengulangan yang variatif sehingga

terbentuk mutu keterampilan yang terasah

C. Manfaat Pengajaran Sastra di SD

Jika melihat perkembangan pembelajaran sastra dari sudut pandang yang

berbeda, akan tampak jelas bahwa tujuan pembelajaran sastra di SD adalah untuk

memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman dari berbagai

bacaan. Bukan hanya itu saja, siswa diharapkan paham dan mampu terlibat di

dalam suatu buku ajarnya. Pembelajaran sastra harus membuat siswa merasa

senang membaca dan gemar mencari sumber bacaan. Sehingga diperlukan

(10)

Irwan Putra, UHAMKA JAKARTA 6 Sastra juga memiliki banyak peran bagi tumbuh kembang seorang anak.

Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai

media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun

kecerdasan emosi anak.

Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia

atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan

atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga

menuntun kecerdasan emosinya

D. Jenis Jenis Pengajaran Sastra di SD

Jenis Jenis pengajaran Sastra di sekolah dasar pada prinsipnya bagaimana

peserta didik memiliki keberanian dan rasa percaya diri, dan pembelajaran dapat

dilakukan melalui pembelajaran Puisi, Prosa, dan Drama

Apresiasi puisi dapat dilakukan dengan memadukannya dengan empat

aspek keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan, berbicara, membaca, dan

menulis. Apresiasi puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan

dengan cara membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan

tema, keindahan bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut.

Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima,

dan Merupakan pengemukaan gagasan dan perasan melalui bentuk dialog antara berbagai

tokoh. Drama adalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni

sastra dan seni pertunjukan atau teater.

.

E. Metode Pengajaran Sastra di SD

Salah satu cara terbaik untuk membuat siswa tertarik kepada sastra ialah

memberikan siswa lingkungan yang kaya dengan buku-buku sastra. Buku-buku

yang dimaksud adalah buku yang berisikan karya sastra yang dipandang memiliki

kandungan nilai-nilai positif, dan ilmu tentang sastra yang berguna, bermanfaat,

serta dapat diaplikasikan dengan mudah oleh siswa itu sendiri.

Selanjutnya, berikanlah waktu yang cukup bagi siswa untuk membaca, dan

mempelajari buku sastra tersebut. Guru juga harus memantau dan membahas buku

(11)

Bila kita menganggap pendidikan merupakan upaya lain untuk

memanusiakan manusia, perhatian terhadap semua materi ajar di sekolah

haruslah seimbang. Seorang guru dapat melakukan hal-hal seperti dibawah ini

untuk mewujudkan pembelajaran sastra di sekolah sehingga mata pelajaran ini

menjadi menarik dan mendapat tempat di hati siswa.

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah meyakinkan siswa bahwa

pengajaran sastra tidak hanya menawarkan hiburan sesaat, tetapi juga akan

memberi berbagai manfaat lain bagi siswa. Penikmatan yang apresiatif

terhadap puisi, prosa fiksi, drama dalam berbagai genre akan membuktikan

kemanfaatan tersebut pada siswa.

Selanjutnya, guru pun harus berusaha mengubah teknik pembelajaran

sastra di sekolah. Selama ini pengajaran sastra dan juga bahasa Indonesia lebih

diarahkan pada aspek sejarah dan pengetahuan sehingga siswa dipacu untuk

menghafal, bukan untuk mengahayati karya yang diajarkan.

Kegiatan apresiasi sastra tidak hanya diajarkan dalam bentuk pembacaan

karya sastra oleh siswa. Kegiatan ini dapat juga diwujudkan dalam berbagai

bentuk kegiatan dengan berbagai teknik pembelajaran. Kegiatan deklamasi,

lomba penulisan puisi, musikalisasi puisi, dramatisasi puisi, mendongeng,

pembuatan sinopsis, bermain peran, penulisan kritik dan esei, dan berbagai

kegiatan lain dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan apresiasi sastra pada

siswa. Berbagai kegiatan tersebut akan menumbuhkan penghayatan,

pencintaan, dan penghargaan yang relatif baik pada para siswa terhadap mata

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Hal lain yang juga perlu dipikirkan saat ini adalah pemanfaatan dan

pengadaan buku/ bacaan kesastraan di sekolah. Pemerintah, di satu sisi, telah

berusaha melengkapi buku bacaan untuk para siswa melalui Proyek Pengadaan

Buku Bacaan. Meskipun bahan yang dikirimkan ke sekolah belum memadai,

guru seharusnya dapat memanfaatkan sarana yang ada itu untuk memancing

(12)

Irwan Putra, UHAMKA JAKARTA 8 sekolah harus juga berusaha membeli bacaan lain, seperti surat kabar,

kumpulan puisi, dan berbagai media lain yang harganya relatif murah.

Beberapa metode untuk pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah

dasar yang sekiranya cocok dapat digunakan, antara lain:

a) Metode berkisah;

b) Metode pembacaan

c) Metode peragaan

d) Metode Tanya jawab

e) Metode penugasan

Metode berkisah dapat diberikan oleh bapak atau ibu guru di depan kelas

dengan membawakan sebuah kisah. Secara lisan metode berkisah dapat

disampaikan selama 15-25 menit untuk menarik perhatian siswa. Metode berkisah

tidak sama dengan metode berceramah. Kisah tidak semata-mata disampaikan

monoton dengan narasi, tetapi perlu selingan dialog dan humor dengan suara yang

berubah-ubah.

Metode pembacaan perlu diberikan kepada siswa untuk melatih vocal.

Pembacaan puisi dengan suara nyaring kan lebih menarik. Dalam melaksanakan

metode pembacaan ini perlu diperhatikan irama, intonasi, lagu kalimat, jeda, dan

nada dngan tinggi rendahnya suara atau panjajng pendeknya suara.

Pada awalnya metode peragaan lebih cenderung diberikan oleh guru untuk

memperagakan gerakan-gerakan yang tersirat dalam teks sastra anak. Metode

peragaan ini hampir sama dengan metode demonstrasi yang mengombinasikan

teknik lisan dengan suatu perbuatan. Gerak raut wajah dan ucapan seorang ketika

sedang marah tentu berbeda dengan raut wajah dan ucapan seseorang yang sedang

dirundung kesedihan. Tutur kata, raut muka, dan gerakan badan seorang tokoh

dapat diperagakan oleh guru di depan muridnya.

Metode Tanya-jawab dapat diberikn setelah terlebih dahulu siswa ikut

terlibat dalam apresiasi sastra anak secara langsung. Artinya dapat dapat diajukan

oleh seorang guru kepada siswanya setelah siswa itu membaca, mendengar atau

(13)

F. Asesmen Pengajaran Sastra di SD

Evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya mengandung tiga komponen

dasar evaluasi, yaitu :

a. Kognisi

Aspek kognisi artinya lebih mengutamakan pengetahuan bernalar atau

pengembangan daya pikir sebagai kecerdasan otak.

b. Afeksi

Aspek afeksi artinya lebih mengutamakan unsur perasaan atau emosional.

c. keterampilan

Aspek keterampilan lebih mengutamakan kemampuan siswa untuk

menyelesaikan tugas.

Dalam pembelajaran apresiasi sastra anak pada umumnya mengenal dua

bentuk penilaian, yaitu:

1) Penilaian prosedur, yang meliputi penilaian proses belajar dan

penilaian hasil belajar, dan

2) instrumen atau alat penilaian, yang meliputi tanya jawab, penugasan,

esai tes dan pilihan ganda. Oleh karena itu, evaluasi harus dijelaskan

komponen dasar yang akan dievaluasi, artinya harus jelas aspek-aspek

yang akan dievaluasi. Cara yang digunakan untuk mengevaluasi,

misalnya dengan:

a) Tanya jawab

b) Penugasan

c) Esai Tes

d) Pilihan Ganda

Evaluasi dengan tanya jawab dapat diajukan secara lisan ketika

sedang berlangsung proses belajar mengajar di kelas. Bentuk pertanyaan dapat

dibuat dari yang paling sederhana hingga yang paling sukar. Tentu setiap

pertanyaan mengandung bobot, dari yang berbobot paling rendah hingga yang

paling tinggi. Pertanyaan dapat diajukan kepada semua siswa dengan jawaban

tertulis atau langsung tanya jawab secara lisan yang diajukan hanya kepada

(14)

Irwan Putra, UHAMKA JAKARTA 10 langsung tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang

dipelajarinya.

Penugasan merupakan cara evaluasi untuk pengembangan

kepribadian, perluasan daya berpikir siswa dan kreativitas emosional, serta

memupuk keterampilan siswa. Bentuk penugasan dapat dipilih dari yang

paling sederhana, misalnya membaca secara bergantian, menghafalkan teks

sajak yang pendek atau berdeklamasi di depan kelasm hinga meningkat yang

paling kompleks, seperti mencatat dan mencari kata-kata sukar dalam kamus,

memberi ulasan sajak atau merumuskan amanat sajak.Penugasan dapat

dilakukan di kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar,

misalnya membaca cerita secara bergantian, membaca sajak, berdeklamasi,

dan bermain peran atau juga sebagai tugas rumah untuk menghafalkan sajak,

meringkas cerita, dan menyusun kamus kecil dari kata-kata yang terdapat

dalam teks sajak atau cerita yang dibacanya.

Esai tes diberikan kepada siswa untuk melatih menyusun kalimat

secara baik dan benar, berpikir secara teratur dan runtut, dan menuangkan

gagasannya dalam bentuk tulisan. Untuk esai pembelajaran apresiasi sastra

anak tingkat sekolah dasar perlu dipilih bentuk-bentuk yang paling sederhana,

misalnya ceritakan kembali dengan bahasamu dongeng berikut.

Bentuk pilihan gandadalam evaluasi sudah tidak asing lagi bagi

anak-anak sekolah dasar. Dengan cara evaluasi pilihan ganda ini anak-anak dilatih untuk

memilih salah satu dari beberapa jawaban yang tersedia. Anak tidak diberi

kemungkinan untuk mengembangkan diri di luar jawaban yang tersedia.

Meskipun demikian, dengan cara evaluasi pilihan ganda ini sebenarnya juga

menuntun dan membimbing siswa kea rah tujuan yang pasti, Oleh karena itu,

evaluasi pemblajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar pun dapat dibuat

(15)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sastra anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan

unsure estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun

tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang

dunia yang akrab dengan anak-anak’.

Ada 3 ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa, diantaranya: Unsur pantangan, penyajian dengan gaya secara langsung,

fungsi terapan. Sastra anak memiliki fungsi sebagai media pendidikan dan

hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak.

Pengertian dari kata apresiasi, yaitu kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni

dan budaya (sastra anak) serta penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu

(sastra anak). Jadi karya sastra anak merupakan penghargaan terhadap karya sastra

yang dibuat oleh anak berdasarkan pengalaman, imajinasi, dan penglihatan anak

sehingga menambah motivasi anak untuk meningkatkan karya sastranya.

B. SARAN

Dalam pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah, fisik seorang guru

harus sehat jasmaninya, tidak sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat jiwanya,

tidak sakit ingatan. Selain itu juga sebelum melakukan pambelajaran apresiasi

sastra guru harus terlebih dahulu memilih bahan ajar dan menentukan metode

(16)

Irwan Putra, UHAMKA JAKARTA 12 DAFTAR PUSTAKA

Leroy, Diana. 2003. Soal-Soal dan Pembahasan UAN (Ujian Akhir Nasional) Bahasa

Indonesia SMP (Edisi Kedua). Jakarta:Erlangga.

Wijaya, Putu. 2011. Pengajaran Sastra.

http://sastra-indonesia.com/2011/03/pengajaran-sastra/. Diakses pada tanggal 20/12/2011 10:03

Wibisono, B Kunto. 2010. Pembelajaran Sastra Dorong Sikap Kritis.

http://www.antaranews.com/berita/206353/pembelajaran-sastra-dorong-sikap-kritis. Diakses pada tanggal 31/12/2011 7:47

Arif, Mohammad. 2008. Pembelajaran Sasta Secara Integratif.

http://re-searchengines.com/mohamad0708.html. Diakses pada tanggal 20/12/2011 9:53

Hamid, Mukhlis A. Pengajaran Sastra Indonesia Di Sekolah.

http://gemasastrin.wordpress.com/2007/04/20/pengajaran-sastra-indonesia-di-sekolah/. Diakses pada tanggal 31/12/2011 7:42

Referensi

Dokumen terkait

kualitas pada huruf dan teks pada judul film di poster cin(T)a dapat dimengerti dengan jelas, karena memang hanya terdapat satu kalimat yaitu cinta, sehingga

3.4.2 Melalui kegiatan pembelajaran daring dengan model e-learning, peserta didik mampu mengidentifikasi bauran pemasaran dengan benar. 3.4.3 Melalui kegiatan pembelajaran

Berdasarkan pengamatan para anggota forkombi sebenarnya minat lulusan SMA sederajat di Kabupaten Batang terhadap pendidikan tinggi cukup besar, hanya saja

− Ruang terbuka hijau pada pusat pelayanan skala lokal terdapat di hampir semua wilayah kecamatan. 3) Pengembangan ruang terbuka hijau pada struktur jaringan berupa

1) Penelitian: kegiatan mencerminkan suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan

Optimal design untuk regresi polynomial terboboti ini hanya bisa digunakan apabila peneliti telah mengetahui / menetapkan bentuk hubungan fungsional antara variabel respon

Kita dipanggil untuk tidak berpusat pada diri sendiri dengan berusaha sedemikian rupa mencapai berbagai kategori-kategori politis atas tubuh dan kemudian merendahkan mereka