22 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
PENINGKATAN MOTIVASI GURU
DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN
KURIKULUM 2013 MELALUI CARD AND BOARD
DI MADRASAH TSANAWIYAH KABUPATEN KEDIRI
Moch. Bachrudin1
Abstrak
Pemerintah mulai menerapkan Kurikulum 2013 di lembaga-lembaga pendidikan termasuk madrasah. Semua guru harus memahami dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang baru. Namun, dalam kenyataannya belum semua guru termotivasi untuk melaksanakan tugas tersebut. terutama guru Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Kediri yang menjadi obyek penelitian. Melalui pendekatan card and board dapat meningkatkan motivasi guru untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 baik dalam pengembangan model pembelajaran maupun pengembangan penilaian otentik. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (96,4%) % guru mengembangkan model pembelajaran, dan (97,1%) telah mengembangkan penilaian.
Kata Kunci: Motivasi, Kurikulum 2013, Card and Board
.
Latar Belakang
Genderang kurikulum 2013 sudah digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Dengan landasan hukum Peraturan Pemerintah
nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan pada tanggal 7
Mei 2013. Pilot projek juga sudah dilaksanakan dibeberapa lembaga sejak tahun
pelajaran 2013.
Sosialisasi dan bimbingan teknik tentang implementasi kurikulum 2013
telah dilaksanakan terhadap guru-guru di semua jenjang mulai dari tingkat Sekolah
Dasar sampai tingkat menengah. Begitu juga lembaga-lembaga yang berada di
bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Sesuai dengan Keputusan
Menteri Agama RI nomor 207 tahun 2014 bahwa semua madrasah akan
23 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
melaksanakan kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 dimulai kelas VII
(tujuh) untuk Madrasah Tsanawiyah.
Bimbingan teknik telah dilakukan melalui orang-orang yang digembleng
sebagai Instruktur Nasional Kurikulum 2013. Mereka berkewajiban untuk
memberikan pembinaan secara teknik kepada para pengawas madrasah, pengawas
pendidikan agama islam, kepala madrasah dan guru di daerah-daerah. Hal ini
dilakukan agar mereka memahami dengan benar akan perubahan yang ada pada
kurikulum 2013.
Namun dalam kenyaataan, dari hasil pantauan peneliti belum semua
guru-guru Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Kediri memiliki kesadaran yang tinggi
untuk mengimplementasikan kurikulum tersebut. Terutama guru-guru di 14
Madrasah Tsanawiyah yang menjadi binaan peneiti. Padahal peneliti yang berperan
sebagai Pengawas Madrasah dan lulus sebagai instruktur nasional kurikulum 2013
telah melakukan bimbingan teknik kepada guru-guru madrasah di wilayah
kabupaten Kediri. Bimbingan teknik meliputi konsep kurikulum 2013 yang terdiri
atas perubahan pola pikir, standar kelulusan, standar isi, standar proses, standar
penilaian, analisis buku guru dan siswa, serta praktik menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, komponen perangkat pembelajaran
sudah disiapkan oleh pemerintah pusat, seperti silabus, buku guru, dan buku siswa.
Guru berkewajiban untuk mengembangkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Kenyataan di lapangan dari hasil pantauan peneliti, masih
banyak guru yang enggan menyusun RPP sendiri. Mereka lebih memilih jalan
pintas dengan cara copy paste dari penerbit atau mengambil dari internet. Sehingga
tampak sekali dari perangkat tersebut yang hanya diganti nama lembaga dan nama
guru mata pelajaran.
Setelah dicermati lebih dalam, tampak dari perangkat tersebut: (1) guru
tidak menyusun sendiri dan hanya diganti identitasnya saja; (2) guru tidak
mengembangkan model pembelajaran, sehingga nampak mulai awal hingga akhir
24 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
ada inovasi; (3) guru lebih cenderung memilih penilaian dengan menggunakan test
tulis yang hanya mengukur faktor kogniitif saja.
Untuk mewujudkan keberhasilan yang baik dalam penerapan kurikulum
2013 perlu adanya strategi yang sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah binaan.
Maka dari itu perlu diadakan penelitian tindakan kepengawasan dengan tema “Peningkatan Motivasi Guru Dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Melalui Card And Board di Madrasah Tsanawiyah
Kabupaten Kediri”.
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
penelitian tindakan kepengawasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1)
Apakah pendekatan card and board dapat meningkatkan motivasi guru dalam
menyiapkan perangkat pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013?; (2)
Apakah pendekatan card and board dapat meningkatkan motivasi guru dalam
mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan scientific sesuai dengan
tuntutan kurikulum 2013?; (3) Apakah pendekatan card and board dapat
meningkatkan motivasi guru dalam mengembangkan penilaian yang bersifat
autentik assesment sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013?
Tujuan penelitian tindakan kepengawasan dengan pendekatan card and
board ini adalah untuk mengetahui seberapa besar motivasi guru dalam menyiapkan
perangkat pembelajaran, mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan
scientific, dan mengembangkan penilaian yang bersifat autentik assesment sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013
Manfaat
Hasil penelitian kepengawasan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
terhadap:
25 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
a. Bagi penulis dan para pembaca umumnya dapat menambah pengetahuan
tentang strategi membangkitkan motivasi guru dalam mengemban tugas
terutama kesadaran menyiapkan perangkat pembelajaran.
b. Kajian dalam penelitian tindakan kepengawasan ini merupakan kajian
dalam bidang supervisi akademik. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat
mengembangkan strategi pengawas dalam melaksanakan supervi
akademik, terutama dalam hal menumbuhkan motivasi guru dalam
menyusun perangkat pembelajaran.
c. Bagi peniliti lain khusunya pengawas, dapat digunakan sebagai rujukan
dalam melaksanakan tugas kepengawasan dalam melakukan supervisi
akademik di wilayah tugas masing-masing.
2. Manfaat bagi praktisi
a. Kepala madrasah, dapat memberikan bantuan dalam melengkapi
administrasi kelembagaan untuk mewujudkan kesempurnaan 8 standar
pendidikan terutama standar isi, proses, dan penilaian.
b. Guru, dapat memberikan bantuan dalam membuat perencanaan
pembelajaran serta mengembangkan model pembelajaran yang dituangkan
dalam pendekatan scientific pada langkah-langkah pembelajaran.
c. Pengawas yang bertanggung jawab membina guru-guru di wilayah tugas
pada saat melaksanakan supervisi akademik dan pembinaan guru secara
umum.
TINJAUAN PUSTAKA
Tugas dan Fungsi Guru
1.Tugas guru
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
26 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
terjun dalam dunia pendidikan harus melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan faktor utama ditentukan oleh guru. Karena
guru merupakan ujung tombak suatu lembaga pendidikan.
Hal yang sama juga disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang Guru Pasal 1, bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan dimunculkannya
tugas guru dalam dua peraturan berbeda yang isinya sama, ini menunjukkan bahwa
betapa pentingnya akan tugas guru tersebut demi keberhasilan pendidikan di Negara
Kesatuan Republik Indonesia tercinta.
Ada sebuah kaidah dalam dunia pendidikan islam disebutkan, ath-thariqatu
ahammu minal maddah, wal mudarrisu ahammu minath-thariqah, wasyakhsiyatul
mudarris ahammu minal jami’. Artinya, metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan kepribadian seorang guru lebih penting dari
semuanya. Dari kaidah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
(1) Ada banyak materi tapi tidak disampaikan dengan metode yang sesuai hasilnya
kurang baik.
(2) Ada materi dan banyak metode pembelajaran yang telah dikembangkan oleh
para pakar pendidikan, tapi kalau tidak ada guru yang mengajar tidak akan
tercapai hasil yang sempurna.
(3) Ada banyak materi, berbagai macam metode, dan guru, tapi tidak diimbangi
dengan munculnya kepribadian seorang guru yang baik hasilnya tidak akan
maksimal.
Dengan kata lain, suatu lembaga pendidikan yang menghendaki hasil yang
sempurna dari proses pembelajaran yang telah dilakukan, maka guru sebagai ujung
tombaknya suatu lembaga pendidikan harus memiliki ghirah atau semangat dan
kesadaran yang tinggi.
Kesadaran tinggi itu diwujudkan dengan pelaksanaan tugas mengajar yang baik.
27 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
dengan model pembelajaran yang variatif. Disamping mendidik dan mengajar guru
juga memberikan ketauladan yang baik bagi peserta didiknya.
2.Fungsi guru
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 4 disebutkan bahwa
kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sedangkan
dalam pasal 20 disebutkan bahwa, Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
guru berkewajiban: (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
(b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
Dalam ayat tersebut dengan jelas diterangkan bahwa seorang guru
professional harus membuat perencanaan pembelajaran yang baik dan benar.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang disusun dan dikembangkan sesuai
dengan materi dan situasi kondisi yang ada. Guru tidak hanya terpancang pada
sarana dan prasarana. Walau belum didukung dengan sarana yang memadai,
seorang guru harus berinovasi mencari dan membuat media sendiri dengan prinsip
tidak ada rotan akarpun jadi. Guru juga dapat memanfaatkan alam sekitar sebagai
media pembelajaran.
Seorang guru harus memiliki kompetensi. Sesuai dengan tuntutan
pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
Pasal 3 Ayat 2, bahwa Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Sedangkan Pasal 3 Ayat 4 disebutkan bahwa Kompetensi pedagogik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: (a)
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta
28 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
(e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) pemanfaatan
teknologi pembelajaran; (g) evaluasi hasil belajar; dan (h) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Lebih lanjut dalam Pasal 3 Ayat 7 disebutkan bahwa Kompetensi
profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru
dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (a)
materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu;
dan (b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Konsep Kurikulum 2013
Pendidikan Indonesia belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya tawuran para pelajar dan mahasiswa, terjadinya pelecehan
seksual yang dialami remaja putri, semaraknya peredaran narkoba dikalangan
pelajar, dan munculnya tindak pidana yang dilakuakan oleh para koruptor. Itu
semua terjadi antara lain disebabkan oleh penerapan kurikulum 2006 yang dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK lebih menekankan faktor
kognitif atau pengetahuan. Para siswa banyak yang pandai-pandai bahkan mampu
menjuarai olimpiade tingkat internasional. Tapi mereka miskin dengan moral atau
sikap baik sikap spiritual maupun sosial.
Kurikulum 2013 yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan, mengamanatkan bahwa Standar Kompetensi
Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Pasal 1 Ayat 5). Artinya semua lembaga
pendidikan yang melaksanakan proses pembelajaran di Negara Kesatuan Republik
29 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
dan sosial yang baik. Disamping itu peserta didik juga memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai.
Penanaman sikap dalam KBK hanya dibebankan kepada guru pendidikan
agama dan PPKn. Seakan-akan guru mata pelajaran yang lain lepas tangan.
Sehingga, bila ada kejadian di sekolah ada anak yang perilakunya kurang baik yang
disalahkan guru agama dan PPKn. Dalam Kurikulum 2013 semua mata pelajaran
dilikupi oleh Kompetensi Inti (KI) yang terdiri atas: (a) KI 1 yang berisi tentang
sikap spiritual; (b) KI 2 yang berisi tentang sikap sosial; (c) KI 3 yang berisi tentang
pengetahuan; dan (d) KI 4 yang berisi tentang ketrampilan.
Semua guru mata pelajaran ketika melaksanakan proses pembelajaran juga
dituntut untuk menanamkan kepada peserta didik baik sikap spiritual maupun
sosial, disamping mentransfer pengetahuan dan melatih ketrampilan. Penanaman
sikap pada peserta didik menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran.
Standar Nasional Pendidikan yang terdiri atas 8 (delapan) standar, tidak
semua dirubah. Tetapi hanya 4 (empat) standar yang dirubah yaitu; (1) Standat Isi,
(2) Standar Kelulusan, (3) Standar Proses, dan (4) Standar Penilaian. Sedangkan 4
(empat) standar yang lain baik standar tenaga pendidk dan kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan tidak mengalami
perubahan.
A. Pendekatan Scientifik
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 Tentang Standar Proses disebutkan bahwa:
Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melaluiaktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta
perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar
proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu
30 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan
karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
Seorang guru dalam menerapkan kurikulum 2013 tidak diperkenankan hanya
menggunakan metode ceramah. Namun mereka dituntut untuk mengembangkan
model pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific).
Dalam hal ini guru lebih berperan sebagai fasilitator. Guru membuat perencanaan
pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan siswa. Langkah-langkah
pembelajaran yang dibuat guru, pada kegiatan inti muncul aktifitas siswa mulai dari
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dalam
bimbingan dan arahan guru.
Guru menyiapkan lembar kegiatan siswa yang harus dilaksanakan oleh para
peserta didik dalam bentuk kelompok-kelompok. Setelah mereka mencari,
menemukan, serta membuat kesimpulan sementara dalam kelompok, kemudian
mempresentasikan hasil diskusi kelompok kepada kelompok besar. Langkah
terakhir para siswa membuat kesimpulan dalam bimbingan guru.
B.Penilaian Otentik
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Kurikulum 2013
mengamanatkan bahwa seorang guru dalam melakukan penilaian terhadap peserta
didik tidak hanya dengan ulangan saja. Guru dapat menilai hasil belajar peserta
didik dengan cara: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,
dan ulangan.
Permendikbud nomor 66 tahun 2013 bagian A telah dijelaskan bahwa:
(1) penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
31 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
(2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta
didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
(3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk
penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas
khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
(4) Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
Pedoman penilaian tersebut telah disempurnakan dalam permendikbud Nomor
104 Tahun 2014 sebagai berikut:
(1) Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta
didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi
yang sesungguhnya.
(2) Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif.
(3) Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas
yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.
(4) Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, sampai
pelaporan.
(5) Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan
peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
(6) Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan
satu muatan pembelajaran.
(7) Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua
muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama semester.
(8) Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua
32 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
Motivasi
Motivasi merupakan akibat dari interaksi individu dan situasi (Robbins, 2001:
165). Lebih lanjut Robbins (2001: 165) menguraikan bahwa motivasi merupakan
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat uapaya yang tinggi untuk tujuan organisasi
yang dikendalikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa
kebutuhan individual. Unsur upaya merupakan ukuran intensitas. Bila seseorang
termotivasi, ia akan mencoba sekuat tenaga. Sehingga akan muncul kesadaran pada
diri orang tersebut.
Kata kesadaran berasal dari kata dasar sadar. Dalam Kamus Bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa sadar berarti merasa, tahu dan ingat kepada keadaan yang
sebenarnya; insaf, tahu dan mengerti. Dalam penelitian ini, seorang guru setelah
melihat dan memperhatikan daftar ceklist yang dipajang pada papan pengumuman
akan merasakan kekurangan pada dirinya. Sehingga dia menjadi insaf dan segera
memenuhi segala kekuarangan yang menjadi tanggungjawabnya. Tangggung jawab
tersebut lebih ditekankan pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran;
mengembangkan model pembelajaran; dan menentukan penilaian yang tepat sesuai
dengan apa yang akan diukur atau dinilai.
Card And Board
Dalam kamus Bahasa Inggris karangan John M. Echols dan Hassan Shadily
menjelaskan bahwa card berarti kartu, board berarti papan. Sedangkan dalam
kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kartu berarti kertas besar yang tak
seberapa besar, biasanya persegi panjang untuk berbagai keperluan. Sedangkan
papan berarti kayu, besi, dan sebagainya yang tipis. Dilingkungan pendidikan lebih
banyak berupa papan kayu yang dijadikan sebagai tempat menulis atau
menempelkan pengumuman-pengumuman.
Menurut Bobbi Deporter dkk. dalam Quantum Teaching (terjemahan, 2007:
68) dijelaskan bahwa poster-poster ikon yang dipajang akan membantu penciptaan,
penyimpanan, dan pencarian informasi secara visual. Artinya dengan adanya
33 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
juga seorang guru yang memperhatikan pajangan daftar ceklist yang tertempel di
papan, diasumsikan akan mengingatkan sekaligus membangkitkan semangat agar
segera memenuhi akan kekurangan yang ada pada dirinya.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Tindakan
Rancangan penelitian tindakan kepengawasan yang digunakan adalah
rancangan model Kemmis yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yakni perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi (Wiriaatmadja, 2005: 62). Dalam penelitian ini
yang akan dilakukan adalah strategi untuk membangkitkan motivaasi guru-guru
agar bersedia menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, guru
juga termotivasi untuk mengembangkan model pembelajaran yang tertuang jelas
dalam langkah-langkah pembelajaran. Terutama pada kegiatan inti yang meliputi
kegiatan: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan menkomunikasikan.
Selanjutnya, guru juga bersedia menentukan penilaian yang tepat.
1. Jenis kegiatan
Dalam penelitian ini, kegiatan yang dilakukan adalah tugas mandiri guru
untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait
implementasi Kurikulum 2013 khususnya kelas VII (tujuh). Setelah guru-guru
menerima bimbingan teknik tentang kurikulum 2013 yang dilakukan oleh
peneliti. Karena peneliti sekaligus sebagai pengawas telah lulus sebagai
instruktur nasional kurikulum 2013. Guru menyusun RPP satu semester sesuai
dengan mata pelajaran yang diampu.
2. Bentuk kegiatan
Guru-guru yang menjadi binaan peneliti juga telah diberikan
contoh-contoh model pembelajaran inovatif dan autentik assessment. Selanjutnya guru
bertugas mengembangkan menerapkan model pembelajaran yang dituangkan
dalam langkahlangkah pembelajaran. Disamping itu, guru juga menentukan
34 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
kegiatan sebagai berikut: a. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran;
b. Peneliti bekerja sama dengan waka kurikulum agar memasang daftar
ceklist di papan pengumuman yang ada di ruang guru;
c. Daftar ceklist meliputi: (1) nama-nama guru sudah menyusun RPP atau
belum; (2) metode apa saja yang dipilih dalam mengembangkan
pembelajaran; (3) penilaian apa saja yang ditentukan;
d. Peneliti memberikan arahan terhadap guru yang mengalami kesulitan
setiap kali melakukan supervisi akademik di lembaga yang menjadi
binaan;
e. Merekap daftar ceklist tersebut setiap siklus sambil mengecek kebenaran
data yang ditulis sendiri oleh guru.
B. Subjek dan Obyek Penelitian
Yang menjadi subyek penelitian ini adalah guru-guru kelas VII (tujuh)
Madrasah Tsanawiyah Negeri dan swasta yang menjadi binaan peneliti yang terdiri
atas 14 lembaga.
Namun dalam penelitian ini hanya dibatasi 10 (sepuluh) lembaga sebagai sampel.
Dengan pertimbangan keterbatasan waktu, maka di pilih perwakilan lembaga yang
siswanya banyak, sedang dan kecil. Guru kelas VII dituntut untuk menyusun RPP
sesuai dengan pedoman kurikulum 2013 sebagai acuan dalam melaksanakan
pembelajaran. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah motivasi guru
dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada guru-guru kelas VII (tujuh) Madrasah
Tsanawiyah Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Kediri yang berjumlah 10
(sepuluh) lembaga. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena madrasah
35 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
4 (empat bulan), mulai bulan Juli sampai bulan Oktober tahun 2015. Kegiatan
dimulai dari persiapan sampai dengan pembuatan laporan.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas:
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Secara rinci prosedur penelitian
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. Pelaksanaan Siklus I
1)Perencanaan Tindakan
Kegiatan penelitian tindakan dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan
Oktober tahun 2015. Guru-guru telah mengikuti bimbingan teknik tentang
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
tuntutan kurikulum 2013 mulai bulan Januari 2014. Perencanaan penelitian
ini meliputi:
a. Koordinasi pengawas (peneliti) dengan kepala-kepala madrasah yang
menjadi binaan;
b. Meminta data pada waka kurikulum tentang guru-guru yang mengajar
di kelas VII
(Tujuh);
c. Menjelaskan kepada guru-guru yang mengajar kelas VII (Tujuh) dan
membuat kesepakatan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan;
d. Menyiapkan daftar ceklist yang akan ditempel di ruang guru, dimohon
kepada semua guru kelas VII agar mencatat sendiri akan kesiapan yang
telah direncanakan;
e. Menentukan format observasi serta instrument penilaian
f. Kegiatan penelitian tindakan pada siklus I dilakukan pada saat peneliti
berkunjung ke madrasah memberikan supervisi;
36 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
a. Menjelaskan tentang tanggung jawab yang harus dipenuhi sebagai
seorang guru, terutama dalam menyiapkan perangkat pembelajaran
terkait pelaksanaan kurikulum 2013;
b. Memberikan bimbingan kepada guru yang masih mengalami kesulitan
dengan memberikan contoh-contoh konkrit;
c. Menempelkan daftar ceklist kesiapan guru tentang Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada papan yang ada di ruang guru;
d. Menjelaskan kepada guru agar mencontreng sendiri daftar ceklist yang
ada sesuai dengan kesiapan yang telah ada pada masing-masing guru.
3) Observasi
Observasi dilaksanakan oleh peneliti bersamaan dengan setiap melakukan
kunjungan supervisi, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini
dilakukan untuk merekam hasil akitifitas guru kelas VII (Tujuh) dalam
menyiapkan perangkat pembelajaran. Pemantauan yang dilakukan berupa:
a. Berapa banyak guru kelas VII (tujuh) yang telah menyusun Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran;
b. Mengumpulkan dan mengecek RPP dari guru yang telah
mengumpulkan;
c. Model-model pembelajaran apa saja yang dipilih oleh guru, apakah guru
sudah mengembangkan model pembelajaran atau masih monoton;
d. Mengamati macam-macam penilaian yang dipilih oleh guru, apakah
guru sudah memilih penilaian otentik;
4) Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti setelah guru-guru mengumpulkan
perangkat pembelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menganalisis
37 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
pendekatan scientific yang dituangkan dalam langkah-langkah
pembelajaran. Disamping itu juga menganalisis penilaian yang telah dpilih
oleh guru. Selanjutnya hasil analisis akan dijadikan bahan masukan kepada
guru-guru sekaligus sebagai pertimbangan dalam menentukan tindakan
pada siklus II.
b. Pelaksanaan Siklus II
Pada siklus ini perencanaan dan pelaksanaan tindakan ditentukan berdasarkan hasil
refleksi siklus I. Kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada siklus I akan
disempurnakan pada siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Siklus I
Berdasarkan hasil pantauan dan pengamatan dari 14 mata pelajaran yang
terdiri dari 10 lembaga ditemukan: dari 140 orang guru diketahui: (a) 49
orang (35%) menyusun RPP lengkap; (b); 32 orang (22,9%) tidak lengkap;
(c) 59 orang (42,1%) belum menyusun RPP; (d) 42 orang (30%)
mengembangkan model pembelajaran; (e) 29 orang (20,7%) kurang
mengembangkan; (f) 69 orang (49,3%)) tidak mengembangkan; (g) 41
orang (29,3%) mengembangkan penilaian; (h) 27 orang (19,3%) kurang
mengembangkan; dan (i) 72 orang (51,4%) tidak mengembangkan.
Guru-guru mata pelajaran agama rata-rata belum membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini disebabkan karena buku
pegangan guru dan siswa yang disediakan dari pusat belum keluar.
Siklus II
Hasil pemantauan pada pelaksanaan siklus II dapat diketahui: (a) 114 orang
(81,4%) menyusun RPP lengkap; (b); 26 orang (18,6%) tidak lengkap; (c) tidak
38 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
model pembelajaran; (e) 33 orang (23,7%) kurang mengembangkan; (f) 5
orang (3,6%) tidak mengembangkan; (g) 107 orang (76,4%) mengembangkan
penilaian; (h) 29 orang (20,8%) kurang mengembangkan; dan (i) 4 orang
(2,8%) tidak mengembangkan.
B.Pembahasan
Munculnya Motivasi Guru dalam Menyusun RPP
Pembinaan dan arahan yang jelas dari pengawas selaku supervisor dapat
membantu meringankan beban guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran
yang di tuangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Karena dengan
bantuan-bantuan pemikiran dan penjelasan, masalah-masalah yang dihadapi guru
dapat segera teratasi dengan cepat. Pendekatan card and board dapat meningkatkan
motivasi guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran tersebut. Karena dengan
cara dipampang namanya di papan, semua orang yang ada di madrasah dapat
menyaksikan daftar ceklist tersebut. Bagi guru yang daftar ceklist-nya masih kosong
akan merasa malu sendiri. Itu semua akan menjadi beban mental bagi guru yang
masih malas. Sehingga mereka lebih terketuk hatinya untuk segera menuntaskan
beban tanggung jawab yang ada pada dirinya, yaitu menyusun perangkat
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori penetapan tujuan oleh Edwin Locke, dia
mengemukakan bahwa maksudmaksud untuk berkerja kearah tujuan merupakan
sumber utama dari motivasi kerja (Robbins, 2001: 177).
Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 guru dituntut untuk
mengembangkan model pembelajaran melalui pendekatan scientific dan penilaian
otentik. Pendampingan seorang pengawas dengan memberikan bimbingan intensif
yang penuh keakraban, sangat membantu mereka dalam mengembangkan
pembelajaran dan penilaian tersebut. Melalui pendekatan card and board, motivasi
guru mengalami peningkatan terutama dalam mengembangkan pembelajaran yang
lebih variatif dan penilaian yang disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari.
Guru tidak hanya mengggunakan penilaian tes tulis saja, melainkan lebih
39 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Dari hasil observasi pendahuluan di lapangan ditemukan bahwa masih
banyak guruguru yang belum memiliki motivasi yang tinggi untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013 yang dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama ini mereka lebih banyak
mengcopy dari RPP yang sudah ada dan tidak menyusun sendiri. Sehingga
nampak guru tidak mengembangkan pembelajaran dan penilaiannya.
Padahal kurikulum 2013 adalah termasuk hal yang baru yang memiliki
karakter yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Guru dituntut untuk
menyusun dan mengembangkan sendiri.
2. Setelah diadakan bimbingan, arahan serta strategi pendekatan card and
board guruguru lebih termotivasi untuk menyusun dan mengembangkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran (RPP), terbukti semua guru telah
menyusun RPP dengan baik.
3. Guru berusaha mengembangkan model pembelajaran yang dituangkan
dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Terbukti dari hasil analisis
ada 135 guru (96,4%) % mengembangkan model pembelajaran dan hanya
ada 5 orang (3,6%) yang tidak mengembangkan.
4. Guru mengembangkan penilaian otentik, dari 140 guru ada 136 orang
(97,1%) telah mengembangkan penilaian dan hanya ada 4 orang (2,9%)
yang tidak mengembangkan penilaian.
B. SARAN
1. Setiap guru hendakanya berusaha menyusun dan mengembangkan sendiri
perangkat pembelajaran yang akan dijadikan pijakan dalam proses
pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran akan lebih mantap karena
40 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
2. Para pengawas hendaknya berupaya melakukan pendekatan yang baik
kepada guru, memberikan pembinaan terkait dengan kurikulum 2013.
Karena dengan adanya pembinaan dan bimbingan guru akan merasa
terbantu untuk menuntaskan segala problem yang dihadapi.
3. Madrasah hendaknya berupaya memberikan fasilitas yang memadai untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013 sehingga akan memudahkan guru
41 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi, dkk. (terjemahan: Ary Nilandari). 2007. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa Echols, John M. dan Hasan Shadaly. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoensia Nomor 66 tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Kemendikbud
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoensia Nomor 104 tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Kemendikbud
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Kemendikbud
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Kemendikbud
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas
Robbins, Stephen P. (terjemahan: Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan). 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya