• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 MELALUI CARD AND BOARD DI MADRASAH TSANAWIYAH KABUPATEN KEDIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 MELALUI CARD AND BOARD DI MADRASAH TSANAWIYAH KABUPATEN KEDIRI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

22 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

PENINGKATAN MOTIVASI GURU

DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN

KURIKULUM 2013 MELALUI CARD AND BOARD

DI MADRASAH TSANAWIYAH KABUPATEN KEDIRI

Moch. Bachrudin1

Abstrak

Pemerintah mulai menerapkan Kurikulum 2013 di lembaga-lembaga pendidikan termasuk madrasah. Semua guru harus memahami dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang baru. Namun, dalam kenyataannya belum semua guru termotivasi untuk melaksanakan tugas tersebut. terutama guru Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Kediri yang menjadi obyek penelitian. Melalui pendekatan card and board dapat meningkatkan motivasi guru untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 baik dalam pengembangan model pembelajaran maupun pengembangan penilaian otentik. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (96,4%) % guru mengembangkan model pembelajaran, dan (97,1%) telah mengembangkan penilaian.

Kata Kunci: Motivasi, Kurikulum 2013, Card and Board

.

Latar Belakang

Genderang kurikulum 2013 sudah digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia. Dengan landasan hukum Peraturan Pemerintah

nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan pada tanggal 7

Mei 2013. Pilot projek juga sudah dilaksanakan dibeberapa lembaga sejak tahun

pelajaran 2013.

Sosialisasi dan bimbingan teknik tentang implementasi kurikulum 2013

telah dilaksanakan terhadap guru-guru di semua jenjang mulai dari tingkat Sekolah

Dasar sampai tingkat menengah. Begitu juga lembaga-lembaga yang berada di

bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Sesuai dengan Keputusan

Menteri Agama RI nomor 207 tahun 2014 bahwa semua madrasah akan

(2)

23 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

melaksanakan kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 dimulai kelas VII

(tujuh) untuk Madrasah Tsanawiyah.

Bimbingan teknik telah dilakukan melalui orang-orang yang digembleng

sebagai Instruktur Nasional Kurikulum 2013. Mereka berkewajiban untuk

memberikan pembinaan secara teknik kepada para pengawas madrasah, pengawas

pendidikan agama islam, kepala madrasah dan guru di daerah-daerah. Hal ini

dilakukan agar mereka memahami dengan benar akan perubahan yang ada pada

kurikulum 2013.

Namun dalam kenyaataan, dari hasil pantauan peneliti belum semua

guru-guru Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Kediri memiliki kesadaran yang tinggi

untuk mengimplementasikan kurikulum tersebut. Terutama guru-guru di 14

Madrasah Tsanawiyah yang menjadi binaan peneiti. Padahal peneliti yang berperan

sebagai Pengawas Madrasah dan lulus sebagai instruktur nasional kurikulum 2013

telah melakukan bimbingan teknik kepada guru-guru madrasah di wilayah

kabupaten Kediri. Bimbingan teknik meliputi konsep kurikulum 2013 yang terdiri

atas perubahan pola pikir, standar kelulusan, standar isi, standar proses, standar

penilaian, analisis buku guru dan siswa, serta praktik menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran.

Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, komponen perangkat pembelajaran

sudah disiapkan oleh pemerintah pusat, seperti silabus, buku guru, dan buku siswa.

Guru berkewajiban untuk mengembangkan dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Kenyataan di lapangan dari hasil pantauan peneliti, masih

banyak guru yang enggan menyusun RPP sendiri. Mereka lebih memilih jalan

pintas dengan cara copy paste dari penerbit atau mengambil dari internet. Sehingga

tampak sekali dari perangkat tersebut yang hanya diganti nama lembaga dan nama

guru mata pelajaran.

Setelah dicermati lebih dalam, tampak dari perangkat tersebut: (1) guru

tidak menyusun sendiri dan hanya diganti identitasnya saja; (2) guru tidak

mengembangkan model pembelajaran, sehingga nampak mulai awal hingga akhir

(3)

24 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

ada inovasi; (3) guru lebih cenderung memilih penilaian dengan menggunakan test

tulis yang hanya mengukur faktor kogniitif saja.

Untuk mewujudkan keberhasilan yang baik dalam penerapan kurikulum

2013 perlu adanya strategi yang sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah binaan.

Maka dari itu perlu diadakan penelitian tindakan kepengawasan dengan tema “Peningkatan Motivasi Guru Dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Melalui Card And Board di Madrasah Tsanawiyah

Kabupaten Kediri”.

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas,

penelitian tindakan kepengawasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1)

Apakah pendekatan card and board dapat meningkatkan motivasi guru dalam

menyiapkan perangkat pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013?; (2)

Apakah pendekatan card and board dapat meningkatkan motivasi guru dalam

mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan scientific sesuai dengan

tuntutan kurikulum 2013?; (3) Apakah pendekatan card and board dapat

meningkatkan motivasi guru dalam mengembangkan penilaian yang bersifat

autentik assesment sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013?

Tujuan penelitian tindakan kepengawasan dengan pendekatan card and

board ini adalah untuk mengetahui seberapa besar motivasi guru dalam menyiapkan

perangkat pembelajaran, mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan

scientific, dan mengembangkan penilaian yang bersifat autentik assesment sesuai

dengan tuntutan kurikulum 2013

Manfaat

Hasil penelitian kepengawasan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

terhadap:

(4)

25 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

a. Bagi penulis dan para pembaca umumnya dapat menambah pengetahuan

tentang strategi membangkitkan motivasi guru dalam mengemban tugas

terutama kesadaran menyiapkan perangkat pembelajaran.

b. Kajian dalam penelitian tindakan kepengawasan ini merupakan kajian

dalam bidang supervisi akademik. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat

mengembangkan strategi pengawas dalam melaksanakan supervi

akademik, terutama dalam hal menumbuhkan motivasi guru dalam

menyusun perangkat pembelajaran.

c. Bagi peniliti lain khusunya pengawas, dapat digunakan sebagai rujukan

dalam melaksanakan tugas kepengawasan dalam melakukan supervisi

akademik di wilayah tugas masing-masing.

2. Manfaat bagi praktisi

a. Kepala madrasah, dapat memberikan bantuan dalam melengkapi

administrasi kelembagaan untuk mewujudkan kesempurnaan 8 standar

pendidikan terutama standar isi, proses, dan penilaian.

b. Guru, dapat memberikan bantuan dalam membuat perencanaan

pembelajaran serta mengembangkan model pembelajaran yang dituangkan

dalam pendekatan scientific pada langkah-langkah pembelajaran.

c. Pengawas yang bertanggung jawab membina guru-guru di wilayah tugas

pada saat melaksanakan supervisi akademik dan pembinaan guru secara

umum.

TINJAUAN PUSTAKA

Tugas dan Fungsi Guru

1.Tugas guru

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

(5)

26 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

terjun dalam dunia pendidikan harus melaksanakan tugas tersebut dengan baik.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan faktor utama ditentukan oleh guru. Karena

guru merupakan ujung tombak suatu lembaga pendidikan.

Hal yang sama juga disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74

Tahun 2008 tentang Guru Pasal 1, bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan dimunculkannya

tugas guru dalam dua peraturan berbeda yang isinya sama, ini menunjukkan bahwa

betapa pentingnya akan tugas guru tersebut demi keberhasilan pendidikan di Negara

Kesatuan Republik Indonesia tercinta.

Ada sebuah kaidah dalam dunia pendidikan islam disebutkan, ath-thariqatu

ahammu minal maddah, wal mudarrisu ahammu minath-thariqah, wasyakhsiyatul

mudarris ahammu minal jami’. Artinya, metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan kepribadian seorang guru lebih penting dari

semuanya. Dari kaidah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

(1) Ada banyak materi tapi tidak disampaikan dengan metode yang sesuai hasilnya

kurang baik.

(2) Ada materi dan banyak metode pembelajaran yang telah dikembangkan oleh

para pakar pendidikan, tapi kalau tidak ada guru yang mengajar tidak akan

tercapai hasil yang sempurna.

(3) Ada banyak materi, berbagai macam metode, dan guru, tapi tidak diimbangi

dengan munculnya kepribadian seorang guru yang baik hasilnya tidak akan

maksimal.

Dengan kata lain, suatu lembaga pendidikan yang menghendaki hasil yang

sempurna dari proses pembelajaran yang telah dilakukan, maka guru sebagai ujung

tombaknya suatu lembaga pendidikan harus memiliki ghirah atau semangat dan

kesadaran yang tinggi.

Kesadaran tinggi itu diwujudkan dengan pelaksanaan tugas mengajar yang baik.

(6)

27 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

dengan model pembelajaran yang variatif. Disamping mendidik dan mengajar guru

juga memberikan ketauladan yang baik bagi peserta didiknya.

2.Fungsi guru

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 4 disebutkan bahwa

kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sedangkan

dalam pasal 20 disebutkan bahwa, Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

guru berkewajiban: (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

(b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi

secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni.

Dalam ayat tersebut dengan jelas diterangkan bahwa seorang guru

professional harus membuat perencanaan pembelajaran yang baik dan benar.

Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang disusun dan dikembangkan sesuai

dengan materi dan situasi kondisi yang ada. Guru tidak hanya terpancang pada

sarana dan prasarana. Walau belum didukung dengan sarana yang memadai,

seorang guru harus berinovasi mencari dan membuat media sendiri dengan prinsip

tidak ada rotan akarpun jadi. Guru juga dapat memanfaatkan alam sekitar sebagai

media pembelajaran.

Seorang guru harus memiliki kompetensi. Sesuai dengan tuntutan

pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

Pasal 3 Ayat 2, bahwa Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Sedangkan Pasal 3 Ayat 4 disebutkan bahwa Kompetensi pedagogik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: (a)

pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta

(7)

28 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

(e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) pemanfaatan

teknologi pembelajaran; (g) evaluasi hasil belajar; dan (h) pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Lebih lanjut dalam Pasal 3 Ayat 7 disebutkan bahwa Kompetensi

profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru

dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: (a)

materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan

pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu;

dan (b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,

yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,

mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Konsep Kurikulum 2013

Pendidikan Indonesia belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya tawuran para pelajar dan mahasiswa, terjadinya pelecehan

seksual yang dialami remaja putri, semaraknya peredaran narkoba dikalangan

pelajar, dan munculnya tindak pidana yang dilakuakan oleh para koruptor. Itu

semua terjadi antara lain disebabkan oleh penerapan kurikulum 2006 yang dikenal

dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK lebih menekankan faktor

kognitif atau pengetahuan. Para siswa banyak yang pandai-pandai bahkan mampu

menjuarai olimpiade tingkat internasional. Tapi mereka miskin dengan moral atau

sikap baik sikap spiritual maupun sosial.

Kurikulum 2013 yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan, mengamanatkan bahwa Standar Kompetensi

Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Pasal 1 Ayat 5). Artinya semua lembaga

pendidikan yang melaksanakan proses pembelajaran di Negara Kesatuan Republik

(8)

29 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

dan sosial yang baik. Disamping itu peserta didik juga memiliki pengetahuan dan

ketrampilan yang memadai.

Penanaman sikap dalam KBK hanya dibebankan kepada guru pendidikan

agama dan PPKn. Seakan-akan guru mata pelajaran yang lain lepas tangan.

Sehingga, bila ada kejadian di sekolah ada anak yang perilakunya kurang baik yang

disalahkan guru agama dan PPKn. Dalam Kurikulum 2013 semua mata pelajaran

dilikupi oleh Kompetensi Inti (KI) yang terdiri atas: (a) KI 1 yang berisi tentang

sikap spiritual; (b) KI 2 yang berisi tentang sikap sosial; (c) KI 3 yang berisi tentang

pengetahuan; dan (d) KI 4 yang berisi tentang ketrampilan.

Semua guru mata pelajaran ketika melaksanakan proses pembelajaran juga

dituntut untuk menanamkan kepada peserta didik baik sikap spiritual maupun

sosial, disamping mentransfer pengetahuan dan melatih ketrampilan. Penanaman

sikap pada peserta didik menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran.

Standar Nasional Pendidikan yang terdiri atas 8 (delapan) standar, tidak

semua dirubah. Tetapi hanya 4 (empat) standar yang dirubah yaitu; (1) Standat Isi,

(2) Standar Kelulusan, (3) Standar Proses, dan (4) Standar Penilaian. Sedangkan 4

(empat) standar yang lain baik standar tenaga pendidk dan kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan tidak mengalami

perubahan.

A. Pendekatan Scientifik

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun

2013 Tentang Standar Proses disebutkan bahwa:

Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melaluiaktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta

perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar

proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu

(9)

30 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry

learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan

karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis

pemecahan masalah (project based learning).

Seorang guru dalam menerapkan kurikulum 2013 tidak diperkenankan hanya

menggunakan metode ceramah. Namun mereka dituntut untuk mengembangkan

model pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific).

Dalam hal ini guru lebih berperan sebagai fasilitator. Guru membuat perencanaan

pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan siswa. Langkah-langkah

pembelajaran yang dibuat guru, pada kegiatan inti muncul aktifitas siswa mulai dari

mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dalam

bimbingan dan arahan guru.

Guru menyiapkan lembar kegiatan siswa yang harus dilaksanakan oleh para

peserta didik dalam bentuk kelompok-kelompok. Setelah mereka mencari,

menemukan, serta membuat kesimpulan sementara dalam kelompok, kemudian

mempresentasikan hasil diskusi kelompok kepada kelompok besar. Langkah

terakhir para siswa membuat kesimpulan dalam bimbingan guru.

B.Penilaian Otentik

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Kurikulum 2013

mengamanatkan bahwa seorang guru dalam melakukan penilaian terhadap peserta

didik tidak hanya dengan ulangan saja. Guru dapat menilai hasil belajar peserta

didik dengan cara: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,

dan ulangan.

Permendikbud nomor 66 tahun 2013 bagian A telah dijelaskan bahwa:

(1) penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif

untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)

(10)

31 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

(2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta

didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan

kriteria yang telah ditetapkan.

(3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk

menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk

penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas

khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.

(4) Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,

untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

Pedoman penilaian tersebut telah disempurnakan dalam permendikbud Nomor

104 Tahun 2014 sebagai berikut:

(1) Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta

didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi

yang sesungguhnya.

(2) Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif.

(3) Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas

yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.

(4) Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu

investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, sampai

pelaporan.

(5) Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan

peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

(6) Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan

satu muatan pembelajaran.

(7) Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua

muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama semester.

(8) Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua

(11)

32 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

Motivasi

Motivasi merupakan akibat dari interaksi individu dan situasi (Robbins, 2001:

165). Lebih lanjut Robbins (2001: 165) menguraikan bahwa motivasi merupakan

kesediaan untuk mengeluarkan tingkat uapaya yang tinggi untuk tujuan organisasi

yang dikendalikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa

kebutuhan individual. Unsur upaya merupakan ukuran intensitas. Bila seseorang

termotivasi, ia akan mencoba sekuat tenaga. Sehingga akan muncul kesadaran pada

diri orang tersebut.

Kata kesadaran berasal dari kata dasar sadar. Dalam Kamus Bahasa Indonesia

dijelaskan bahwa sadar berarti merasa, tahu dan ingat kepada keadaan yang

sebenarnya; insaf, tahu dan mengerti. Dalam penelitian ini, seorang guru setelah

melihat dan memperhatikan daftar ceklist yang dipajang pada papan pengumuman

akan merasakan kekurangan pada dirinya. Sehingga dia menjadi insaf dan segera

memenuhi segala kekuarangan yang menjadi tanggungjawabnya. Tangggung jawab

tersebut lebih ditekankan pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran;

mengembangkan model pembelajaran; dan menentukan penilaian yang tepat sesuai

dengan apa yang akan diukur atau dinilai.

Card And Board

Dalam kamus Bahasa Inggris karangan John M. Echols dan Hassan Shadily

menjelaskan bahwa card berarti kartu, board berarti papan. Sedangkan dalam

kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kartu berarti kertas besar yang tak

seberapa besar, biasanya persegi panjang untuk berbagai keperluan. Sedangkan

papan berarti kayu, besi, dan sebagainya yang tipis. Dilingkungan pendidikan lebih

banyak berupa papan kayu yang dijadikan sebagai tempat menulis atau

menempelkan pengumuman-pengumuman.

Menurut Bobbi Deporter dkk. dalam Quantum Teaching (terjemahan, 2007:

68) dijelaskan bahwa poster-poster ikon yang dipajang akan membantu penciptaan,

penyimpanan, dan pencarian informasi secara visual. Artinya dengan adanya

(12)

33 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

juga seorang guru yang memperhatikan pajangan daftar ceklist yang tertempel di

papan, diasumsikan akan mengingatkan sekaligus membangkitkan semangat agar

segera memenuhi akan kekurangan yang ada pada dirinya.

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Tindakan

Rancangan penelitian tindakan kepengawasan yang digunakan adalah

rancangan model Kemmis yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yakni perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi (Wiriaatmadja, 2005: 62). Dalam penelitian ini

yang akan dilakukan adalah strategi untuk membangkitkan motivaasi guru-guru

agar bersedia menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, guru

juga termotivasi untuk mengembangkan model pembelajaran yang tertuang jelas

dalam langkah-langkah pembelajaran. Terutama pada kegiatan inti yang meliputi

kegiatan: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan menkomunikasikan.

Selanjutnya, guru juga bersedia menentukan penilaian yang tepat.

1. Jenis kegiatan

Dalam penelitian ini, kegiatan yang dilakukan adalah tugas mandiri guru

untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait

implementasi Kurikulum 2013 khususnya kelas VII (tujuh). Setelah guru-guru

menerima bimbingan teknik tentang kurikulum 2013 yang dilakukan oleh

peneliti. Karena peneliti sekaligus sebagai pengawas telah lulus sebagai

instruktur nasional kurikulum 2013. Guru menyusun RPP satu semester sesuai

dengan mata pelajaran yang diampu.

2. Bentuk kegiatan

Guru-guru yang menjadi binaan peneliti juga telah diberikan

contoh-contoh model pembelajaran inovatif dan autentik assessment. Selanjutnya guru

bertugas mengembangkan menerapkan model pembelajaran yang dituangkan

dalam langkahlangkah pembelajaran. Disamping itu, guru juga menentukan

(13)

34 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

kegiatan sebagai berikut: a. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran;

b. Peneliti bekerja sama dengan waka kurikulum agar memasang daftar

ceklist di papan pengumuman yang ada di ruang guru;

c. Daftar ceklist meliputi: (1) nama-nama guru sudah menyusun RPP atau

belum; (2) metode apa saja yang dipilih dalam mengembangkan

pembelajaran; (3) penilaian apa saja yang ditentukan;

d. Peneliti memberikan arahan terhadap guru yang mengalami kesulitan

setiap kali melakukan supervisi akademik di lembaga yang menjadi

binaan;

e. Merekap daftar ceklist tersebut setiap siklus sambil mengecek kebenaran

data yang ditulis sendiri oleh guru.

B. Subjek dan Obyek Penelitian

Yang menjadi subyek penelitian ini adalah guru-guru kelas VII (tujuh)

Madrasah Tsanawiyah Negeri dan swasta yang menjadi binaan peneliti yang terdiri

atas 14 lembaga.

Namun dalam penelitian ini hanya dibatasi 10 (sepuluh) lembaga sebagai sampel.

Dengan pertimbangan keterbatasan waktu, maka di pilih perwakilan lembaga yang

siswanya banyak, sedang dan kecil. Guru kelas VII dituntut untuk menyusun RPP

sesuai dengan pedoman kurikulum 2013 sebagai acuan dalam melaksanakan

pembelajaran. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah motivasi guru

dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada guru-guru kelas VII (tujuh) Madrasah

Tsanawiyah Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Kediri yang berjumlah 10

(sepuluh) lembaga. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena madrasah

(14)

35 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

4 (empat bulan), mulai bulan Juli sampai bulan Oktober tahun 2015. Kegiatan

dimulai dari persiapan sampai dengan pembuatan laporan.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas:

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Secara rinci prosedur penelitian

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. Pelaksanaan Siklus I

1)Perencanaan Tindakan

Kegiatan penelitian tindakan dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan

Oktober tahun 2015. Guru-guru telah mengikuti bimbingan teknik tentang

penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

tuntutan kurikulum 2013 mulai bulan Januari 2014. Perencanaan penelitian

ini meliputi:

a. Koordinasi pengawas (peneliti) dengan kepala-kepala madrasah yang

menjadi binaan;

b. Meminta data pada waka kurikulum tentang guru-guru yang mengajar

di kelas VII

(Tujuh);

c. Menjelaskan kepada guru-guru yang mengajar kelas VII (Tujuh) dan

membuat kesepakatan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan;

d. Menyiapkan daftar ceklist yang akan ditempel di ruang guru, dimohon

kepada semua guru kelas VII agar mencatat sendiri akan kesiapan yang

telah direncanakan;

e. Menentukan format observasi serta instrument penilaian

f. Kegiatan penelitian tindakan pada siklus I dilakukan pada saat peneliti

berkunjung ke madrasah memberikan supervisi;

(15)

36 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

a. Menjelaskan tentang tanggung jawab yang harus dipenuhi sebagai

seorang guru, terutama dalam menyiapkan perangkat pembelajaran

terkait pelaksanaan kurikulum 2013;

b. Memberikan bimbingan kepada guru yang masih mengalami kesulitan

dengan memberikan contoh-contoh konkrit;

c. Menempelkan daftar ceklist kesiapan guru tentang Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) pada papan yang ada di ruang guru;

d. Menjelaskan kepada guru agar mencontreng sendiri daftar ceklist yang

ada sesuai dengan kesiapan yang telah ada pada masing-masing guru.

3) Observasi

Observasi dilaksanakan oleh peneliti bersamaan dengan setiap melakukan

kunjungan supervisi, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini

dilakukan untuk merekam hasil akitifitas guru kelas VII (Tujuh) dalam

menyiapkan perangkat pembelajaran. Pemantauan yang dilakukan berupa:

a. Berapa banyak guru kelas VII (tujuh) yang telah menyusun Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran;

b. Mengumpulkan dan mengecek RPP dari guru yang telah

mengumpulkan;

c. Model-model pembelajaran apa saja yang dipilih oleh guru, apakah guru

sudah mengembangkan model pembelajaran atau masih monoton;

d. Mengamati macam-macam penilaian yang dipilih oleh guru, apakah

guru sudah memilih penilaian otentik;

4) Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti setelah guru-guru mengumpulkan

perangkat pembelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menganalisis

(16)

37 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

pendekatan scientific yang dituangkan dalam langkah-langkah

pembelajaran. Disamping itu juga menganalisis penilaian yang telah dpilih

oleh guru. Selanjutnya hasil analisis akan dijadikan bahan masukan kepada

guru-guru sekaligus sebagai pertimbangan dalam menentukan tindakan

pada siklus II.

b. Pelaksanaan Siklus II

Pada siklus ini perencanaan dan pelaksanaan tindakan ditentukan berdasarkan hasil

refleksi siklus I. Kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada siklus I akan

disempurnakan pada siklus II.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Siklus I

Berdasarkan hasil pantauan dan pengamatan dari 14 mata pelajaran yang

terdiri dari 10 lembaga ditemukan: dari 140 orang guru diketahui: (a) 49

orang (35%) menyusun RPP lengkap; (b); 32 orang (22,9%) tidak lengkap;

(c) 59 orang (42,1%) belum menyusun RPP; (d) 42 orang (30%)

mengembangkan model pembelajaran; (e) 29 orang (20,7%) kurang

mengembangkan; (f) 69 orang (49,3%)) tidak mengembangkan; (g) 41

orang (29,3%) mengembangkan penilaian; (h) 27 orang (19,3%) kurang

mengembangkan; dan (i) 72 orang (51,4%) tidak mengembangkan.

Guru-guru mata pelajaran agama rata-rata belum membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal ini disebabkan karena buku

pegangan guru dan siswa yang disediakan dari pusat belum keluar.

Siklus II

Hasil pemantauan pada pelaksanaan siklus II dapat diketahui: (a) 114 orang

(81,4%) menyusun RPP lengkap; (b); 26 orang (18,6%) tidak lengkap; (c) tidak

(17)

38 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

model pembelajaran; (e) 33 orang (23,7%) kurang mengembangkan; (f) 5

orang (3,6%) tidak mengembangkan; (g) 107 orang (76,4%) mengembangkan

penilaian; (h) 29 orang (20,8%) kurang mengembangkan; dan (i) 4 orang

(2,8%) tidak mengembangkan.

B.Pembahasan

Munculnya Motivasi Guru dalam Menyusun RPP

Pembinaan dan arahan yang jelas dari pengawas selaku supervisor dapat

membantu meringankan beban guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran

yang di tuangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Karena dengan

bantuan-bantuan pemikiran dan penjelasan, masalah-masalah yang dihadapi guru

dapat segera teratasi dengan cepat. Pendekatan card and board dapat meningkatkan

motivasi guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran tersebut. Karena dengan

cara dipampang namanya di papan, semua orang yang ada di madrasah dapat

menyaksikan daftar ceklist tersebut. Bagi guru yang daftar ceklist-nya masih kosong

akan merasa malu sendiri. Itu semua akan menjadi beban mental bagi guru yang

masih malas. Sehingga mereka lebih terketuk hatinya untuk segera menuntaskan

beban tanggung jawab yang ada pada dirinya, yaitu menyusun perangkat

pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori penetapan tujuan oleh Edwin Locke, dia

mengemukakan bahwa maksudmaksud untuk berkerja kearah tujuan merupakan

sumber utama dari motivasi kerja (Robbins, 2001: 177).

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 guru dituntut untuk

mengembangkan model pembelajaran melalui pendekatan scientific dan penilaian

otentik. Pendampingan seorang pengawas dengan memberikan bimbingan intensif

yang penuh keakraban, sangat membantu mereka dalam mengembangkan

pembelajaran dan penilaian tersebut. Melalui pendekatan card and board, motivasi

guru mengalami peningkatan terutama dalam mengembangkan pembelajaran yang

lebih variatif dan penilaian yang disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari.

Guru tidak hanya mengggunakan penilaian tes tulis saja, melainkan lebih

(18)

39 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Dari hasil observasi pendahuluan di lapangan ditemukan bahwa masih

banyak guruguru yang belum memiliki motivasi yang tinggi untuk

mengimplementasikan kurikulum 2013 yang dituangkan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selama ini mereka lebih banyak

mengcopy dari RPP yang sudah ada dan tidak menyusun sendiri. Sehingga

nampak guru tidak mengembangkan pembelajaran dan penilaiannya.

Padahal kurikulum 2013 adalah termasuk hal yang baru yang memiliki

karakter yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Guru dituntut untuk

menyusun dan mengembangkan sendiri.

2. Setelah diadakan bimbingan, arahan serta strategi pendekatan card and

board guruguru lebih termotivasi untuk menyusun dan mengembangkan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran (RPP), terbukti semua guru telah

menyusun RPP dengan baik.

3. Guru berusaha mengembangkan model pembelajaran yang dituangkan

dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Terbukti dari hasil analisis

ada 135 guru (96,4%) % mengembangkan model pembelajaran dan hanya

ada 5 orang (3,6%) yang tidak mengembangkan.

4. Guru mengembangkan penilaian otentik, dari 140 guru ada 136 orang

(97,1%) telah mengembangkan penilaian dan hanya ada 4 orang (2,9%)

yang tidak mengembangkan penilaian.

B. SARAN

1. Setiap guru hendakanya berusaha menyusun dan mengembangkan sendiri

perangkat pembelajaran yang akan dijadikan pijakan dalam proses

pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran akan lebih mantap karena

(19)

40 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

2. Para pengawas hendaknya berupaya melakukan pendekatan yang baik

kepada guru, memberikan pembinaan terkait dengan kurikulum 2013.

Karena dengan adanya pembinaan dan bimbingan guru akan merasa

terbantu untuk menuntaskan segala problem yang dihadapi.

3. Madrasah hendaknya berupaya memberikan fasilitas yang memadai untuk

mengimplementasikan kurikulum 2013 sehingga akan memudahkan guru

(20)

41 Inovatif: Volume 1, No. 2 Tahun 2015

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi, dkk. (terjemahan: Ary Nilandari). 2007. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa Echols, John M. dan Hasan Shadaly. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoensia Nomor 66 tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Kemendikbud

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoensia Nomor 104 tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Kemendikbud

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Kemendikbud

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Kemendikbud

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas

Robbins, Stephen P. (terjemahan: Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan). 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dari adanya perubahan penggunaan bahan baku serta perubahan harga bahan baku menyebabkan terjadinya selisih

Hitunglah besar gaya tarik maksimum yang diijinkan pada baut ukuran M 20 dan M 36, jika diasumsikan baut tidak mempunyai gaya awal dan tegangan tarik ijin bahan baut

Emulsi yang mengandung dua fase cair yang tidak saling larut seperti air dan minyak, sesuai jika dirancang untuk sediaan topikal, mengingat konsistensi kulit yang juga terdiri

Pola asuh otoriter menurut Hurlock (2006) bahwa orangtua yang mendidik anak dengan menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orangtua

Banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam perkembangan Bank Syari‟ah, berkaitan dengan penerapan suatu sistem perbankan yang baru yang mempunyai sejumlah

Numerical Analysis of an Aperture Coupled Microstrip patch Antenna Using Mixed Potential Integral Equations and Complex Images.. Transmission Line Analysis of Nonlinear Slot

024.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan 2037 Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan

Dan upaya-upaya dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil dilakukan mulai dari upaya preventif yang dilakukan dengan cara