INTERAKSI REDAKTUR DENGAN WARTAWAN
RUBRIK KOMUNIKASI BISNIS DALAM
NEWSROOM
HARIAN MALANG POST
JURNAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperolah Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat Utama Komunikasi Massa
Oleh:
Christian Jimmy Julianto
NIM. 0911223067JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
ABSTRAKSI
Christian Jimmy Julianto (2014). Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang. Interaksi Redaktur dengan Wartawan Rubrik Komunikasi Bisnis dalam Newsroom Harian Malang Post. Dibimbing oleh Widya Pujarama dan Mondry.
Pers adalah lembaga atau organisasi yang mempunyai tujuan utama memberikan berita netral. Dalam memberikan berita tersebut ada proses komunikasi antar manusia yang mempengaruhinya. Proses interaksi menimbulkan dinamika komunikasi yang cair. Malang Post merupakan salah satu lembaga pers di kota Malang. Malang Post mempunyai berbagai macam rubrik salah satunya Komunikasi Bisnis. Rubrik ini di bawahi oleh seorang redaktur dan beberapa wartawan yang mempunyai dasar ilmu komunikasi bukan ekonomi.
Fokus dari penelitian ini adalah proses informasi antara redaktur dengan wartawan berdasarkan konteks berita. Tujuan penelitian ini untuk memahami interaksi yang terjadi antara redaktur dengan wartawan dalam rubrik Komunikasi Bisnis Malang Post serta konsekuensi yang menyertai proses penentuan berita yang akan dimuat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis data etnografi komunikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua jenis interaksi antara redaktur dan wartawan Komunikasi Bisnis Malang Post mengenai proses pembuatan berita yaitu pada saat di luar kantor dan di newsroom. Interaksi mengenai proses pembuatan berita yang terjadi didominasi oleh komunikasi informal. Interaksi yang terjadi antara redaktur dan wartawan Komunikasi Bisnis Malang Post pun tidak terkait terhadap proses penentuan berita oleh redaktur.
ABSTRACT
Christian Jimmy Julianto (2014). Communication Science, Social and Political Science Faculty, Brawijaya University of Malang. Interaction between Editor and Journalist in the Komunikasi Bisnis Rubric at Newsroom in Malang Post as Local Newspaper. Supervised by Widya Pujarama and Mondry.
Press is an institution or organization that has a primary purpose of providing a neutral news. In providing the news there is a process of communication between people who influence it. The interaction process creates a liquid communication dynamic. Malang Post is one of the news institution in Malang city. Malang Post has a lot of rubrics, one of them is Komunikasi Bisnis. This rubric is supervised by an editor and several journalists who have a basic knowledge of communication, not economic.
The focus of this research was information’s process between editors and journalists based on news context. The purpose of this research was to understand the interaction between editor and journalists in the column “Komunikasi Bisnis” Malang Post along with the consequences that accompanies the process of determining the news to be loaded. The type of research used was qualitative research with ethnography communication as the data analyzing method.
The results of this study showed that there are two types of interaction between editor and journalists in the rubric “Komunikasi Bisnis” Malang Post on the news-making process out of the office and in the newsroom. Interaction of the news-making process that occured was dominated by informal communication. The interaction that occured between the editor and journalists of “Komunikasi Bisnis” Malang Post on the news-making process was not related to the process of determining the news by editor.
Pendahuluan
Secara sederhana jurnalistik adalah
proses kegiatan meliput, membuat, dan
menyebarluaskan berita dan pandangan
kepada khalayak melalui saluran media
massa (Romli, 2009, h.100). Kegiatan
jurnalistik yang merupakan bagian dalam
komunikasi massa memerlukan sebuah
badan ataupun institusi untuk menaungi
dan melindungi para jurnalis. Untuk itu
diperlukan sebuah badan media massa
yang tentunya dapat lebih mengorganisir
para jurnalis dengan lebih baik. Selain itu
diperlukan pula tujuan yang sama agar
dapat dicapai secara bersama dalam
sebuah struktur organisasi. Dengan kata
lain media massa bisa dilihat sebagai
sebuah sistem organisasi.
Di kota Malang terdapat banyak
surat kabar, diantaranya Malang Post,
Radar Malang, Memo Arema, Surya.
Malang Post dan Radar Malang memiliki
induk media yang sama yaitu Jawa Pos.
Informasi yang diberikan Malang Post
melalui kegiatan jurnalistiknya tidak lepas
dari peran seorang redaktur dan wartawan.
Pada koran ini redaktur juga bertugas
sebagai wartawan dikarenakan kurangnya
sumber daya manusia yang tersedia
sehingga mereka dapat dikatakan
mempunyai kedudukan yang sama dalam
pemberitaan.
Berita yang baik ditentukan dari
informasi yang mereka dapatkan serta
suntingan yang tepat dari redaktur yang
sekaligus bertugas sebagai editor. Seperti
yang dikatakan Gans (Shoemaker, Vos,
Reese, 2009) dalam penelitiannya bahwa
membuat berita yang baik bukan berasal
dari wartawan ataupun redakturnya,
melainkan proses dan rutinitas, dimana
semua bagian (redaktur dan wartawan)
terlibat untuk membuat berita.
Interaksi yang terjadi antara redaktur
dengan wartawan seringkali diawali oleh
redaktur. Interaksi ini akhirnya membuat
komunikasi ke bawah lebih banyak terjadi.
Wartawan lebih banyak menerima
masukan dan melaksanakan tugasnya
dalam rubrik komunikasi bisnis Malang
Post. Hal tersebut menggambarkan
bagaimana interaksi antara mereka
didominasi oleh redaktur. Meskipun
demikian, redaktur dan wartawan
berinteraksi mengenai pemberitaan.
Peterson (Hout & Jacobs, 2008)
mengatakan bahwa berita tersebut
dikomunikasikan antara redaktur dan
wartawan sehingga produksi berita
menjadi proses diskursif dan wartawan
menjadi agen interpretatif.
Penulis memilih media massa
khususnya media massa konvensional
yaitu harian pagi Malang Post sebagai
tempat untuk melaksanakan penelitian.
menganggap bahwa Malang Post
merupakan sebuah media cetak yang besar
yang berdiri sendiri sebagai PT. di
Malang. Berdasarkan penjabaran di atas,
penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
hubungan atau interaksi yang terjadi antara
redaktur dengan wartawan pada rubrik
komunikasi bisnis di harian Malang Post.
Selain itu, penelitian ini akan
mendeskripsikan secara jelas mengenai
interaksi yang terjadi antara redaktur dan
wartawan rubrik komunikasi bisnis di
harian Malang Post dalam menentukan
berita.
Tinjauan Pustaka
Komunikasi Kelompok
Dalam komunikasi kelompok,
terdapat komunikasi antarpribadi yang bisa
saja tidak terelakkan. Komunikasi
antarpribadi merupakan kegiatan yang
dinamis (Hardjana, 2003, h.86). Kegiatan
yang dinamis tersebut antara lain, pertama,
perilaku spontan yang terjadi begitu saja
pada saat proses komunikasi. Kedua,
adanya umpan balik dan interaksi yang
terjadi terus menerus. Ketiga, komunikasi
antarpribadi dapat mengubah pemikiran,
perasaan dan tindakan yang dikarenakan
telah terjadi diskusi atau pertukaran
pikiran dalam proses komunikasi. Oleh
karena komunikasi antarpribadi
mempunyai peran yang besar, proses ini
tidak bisa ditinggalkan dalam interaksi
yang terjadi antara redaktur dengan
wartawan.
Interaksi yang terjadi antara redaktur
dengan wartawan banyak terjadi ketika
berada di ruangan kerja (pemberitaan).
Interaksi ini meliputi berbagai macam hal
pembahasan mulai dari berita hingga
non-berita. Interaksi antara redaktur dan
wartawan banyak melibatkan komunikasi
informal. Interaksi ini juga pada akhirnya
akan mempengaruhi komunikasi yang
terjadi pada saat pembahasan mengenai
pemberitaan. Terlebih lagi pada akhirnya
interaksi tersebut akan mempengaruhi
proses penentuan berita oleh redaktur.
Interaksi yang terjadi antara redaktur dan
wartawan dalam hal pemberitaan juga
menimbulkan budaya produksi berita
berdasarkan rutinitas dalam ruang
pemberitaan.
Setelah proses komunikasi
antarpribadi, terdapat komunikasi
kelompok. Kelompok adalah sekumpulan
orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama (adanya saling
ketergantungan), mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut meskipun
setiap anggota boleh jadi punya peran
berbeda (Mulyana, 2007, h.82). Terdapat
beberapa faktor situasional menurut
mempengaruhi efektifitas komunikasi
kelompok, yaitu: ukuran kelompok, kohesi
kelompok, kepemimpinan.
Negosiasi
Interaksi juga terkadang
menimbulkan konflik. Konflik dapat
ditanggapi dengan melaksanakan negosiasi
atau berunding dengan orang lain untuk
menyelesaikan masalah. Seperti dijelaskan
oleh Littlejohn dan Domenici (2007,
h.288):
“Negotiation is a conversation where two or more parties attempt to reach an agreement.” (Negosiasi adalah percakapan
dimana dua pihak atau lebih
berusaha untuk mencapai
kesepakatan).
Pihak yang mengalami perbedaan
pendapat atau konflik, akan berusaha
menemukan solusi yang tepat dengan tetap
saling menghargai perbedaan. Hal penting
dalam negosiasi adalah komunikasi yang
baik di tengah-tengah perbedaan pendapat.
Dalam negosiasi informal kita tidak perlu
seorang perantara, namun mengandalkan
pengalaman selama proses (Littlejohn dan
Domenici, 2007, h.289). Pada awalnya
kedua belah pihak mungkin tampak
bertentangan, tetapi melalui negosiasi akan
memuaskan kedua belah pihak. Negosiasi
juga terjadi antara rekan kerja bukan hanya
terjadi pada atasan kepada bawahan.
Pada dasarnya ada tiga bentuk
negosiasi (Littlejohn dan Domenici, 2007,
h.289). Pertama, yang paling umum adalah
tawar menawar, maksudnya adalah setiap
pihak saling mengorbankan sesuatu
sampai mereka menemukan jalan tengah
(Littlejohn dan Domenici, 2007, h.289).
Kedua adalah negosiasi quid pro quo
(sesuatu untuk sesuatu yang lain), dengan
kata lain saling memberikan keuntungan
(Littlejohn dan Domenici, 2007, h.289).
Sederhananya jika saya memberikan
sesuatu kepada pihak lain maka saya akan
mendapatkan sesuatu dari pihak lain
tersebut. Ketiga adalah negosiasi berbasis
kepentingan yang diperkenalkan oleh
Roger Fisher dan William Ury (dalam
h.31) komunikasi organisasi adalah
pertunjukan dan penafsiran pesan di antara
unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian dari suatu organisasi. Komunikasi
organisasi biasanya menekankan kegiatan
penanganan pesan yang terkandung dalam
suatu batas organisasional. Komunikasi
organisasi merupakan perilaku dalam
proses bertukar informasi dan memberi
makna atas apa yang terjadi. Komunikasi
organisasi terjadi dalam suatu organisasi
yang bersifat formal maupun informal, dan
berlangsung dalam jaringan yang lebih
besar daripada komunikasi kelompok.
Secara umum, fungsi komunikasi
dalam organisasi adalah sebagai berikut
(Soyomukti, 2010, h.181). Fungsi
informatif, organisasi merupakan suatu
sistem pemrosesan informasi. Disini juga
merupakan tempat seluruh anggota
memperoleh informasi lebih banyak, lebih
baik serta tepat waktu. Fungsi regulatif,
fungsi ini berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Fungsi Persuasif, dalam
mengatur suatu organisasi kekuasaan dan
wewenang tidak akan selalu membawa
hasil yang sesuai dengan harapan. Fungsi
integratif, organisasi harus berusaha untuk
menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan
pekerjaannya dengan baik.
Komunikasi ke bawah dalam
Soyomukti (2010, h.185) adalah informasi
mengalir dari jabatan berotoritas lebih
tinggi kepada mereka yang berotoritas
lebih rendah. Komunikasi ke atas dalam
organisasi merupakan jenis informasi yang
mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi
horisontal merupakan komunikasi yang
terjadi antara dua orang atau lebih yang
posisinya setara. Komunikasi diagonal
merupakan penyampaian informasi rekan
sejawat yang melewati batas-batas
fungsional dengan individu yang tidak
menduduki posisi atasan maupun bawahan
mereka. Informasi informal muncul bukan
dari sumber-sumber formal. Informasi
informal muncul ketika dalam sebuah
organisasi jarang terjadi atau dilakukan
komunikasi formal. Informasi informal
atau personal muncul dari interaksi di
antara individu ke individu. Informasi ini
mengalir dengan arah yang tak terduga dan
jaringannya digolongkan sebagai
selentingan (Pace dan Faules, 2010,
h.199).
Agenda Media dalam Agenda Setting
Proses pemilihan berita tidak lepas
dari teori agenda setting. Menurut Manhein (dalam Nurudin, 2011, h.198),
untuk lebih memperjelas proses agenda setting terdapat tiga agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak, dan agenda
kebijakan. Namun dalam bagian ini akan
dijelaskan agenda media saja karena yang
akan digunakan adalah agenda media.
Agenda media mencakup
dimensi-dimensi: Visibility yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. Audience Salience
yaitu tingkat menonjol bagi khalayak serta
relevansi isi berita dengan kebutuhan
atau tidak menyenangkan cara
pemberitaan bagi suatu peristiwa.
Nilai Berita
Proses pembuatan berita biasanya
memperhitungkan unsur-unsur yang
terkandung didalamnya. Berita
mempunyai unsur-unsur sehingga dapat
menarik perhatian dari pembacanya.
Berikut ini merupakan unsur-unsur berita
seperti yang diungkapkan oleh Assegaff
(Mondry, 2008, h.134). Aktual, Ternama
(orang yang diberitakan), Jarak
(lingkungan yang terkena berita),
Keluarbiasaan (hal-hal tidak biasa),
Akibat, Ketegangan, Konflik, Seks,
Kemajuan, Emosi, Humor, Human Interest.
Malang Post sebagai lembaga media
massa juga mempunyai nilai-nilai berita
yang dianut dan diterapkan pada proses
pembuatan beritanya. Malang Post
memberi istilah tersendiri untuk
merangkum nilai-nilai tersebut yaitu “Rukun Iman Malang Post”. Nilai-nilai tersebut adalah aktual, kedekatan, penting,
luar biasa, tokoh, eksklusif, ketegangan,
konflik, human interest, seks, progresif,
trend, humor. Terdapat 3 nilai yang
berbeda dari unsur berita dari Assegaff
yaitu penting, eksklusif, dan trend.
Nilai-nilai dalam “Rukun Iman Malang Post”
juga menjadi dasar aturan dari wartawan
Malang Post dalam mencari dan membuat
berita.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan pendekatan
etnografi. Pendekatan Etnografi dipilih
karena dapat menggambarkan secara
menyeluruh mengenai kegiatan dalam
suatu kelompok di organisasi yang peneliti
tentukan. Etnografi lebih cocok diterapkan
daripada kualitatif deskriptif karena jangka
waktu penelitian yang lebih panjang dan
lebih fokus pada interaksi yang terjadi
sehingga dapat menggambarkan interaksi
yang terjadi secara lebih jelas dengan
memperhatikan pula budaya organisasi
yang diterapkan di Malang Post khususnya
rubrik Komunikasi Bisnis.
Penelitian ini dilaksanakan di
kantor Malang Post. Lebih khususnya lagi
pada rubrik komunikasi bisnis. Penelitian
ini dilaksanakan selama tiga bulan pada
bulan Maret-Mei 2014. Kegiatan ini
dilaksanakan pada hari Senin – Kamis dari
jam 4 sore hingga jam 10 malam. Waktu
penelitian tersebut diambil karena pada
jam tersebut merupakan jam kerja
Redaktur dan Wartawan di kantor.
Peneliti menggunakan informan
untuk mengkaji permasalahan yang diteliti.
teknik purposive (sengaja). Informan dipilih berdasarkan kriteria berikut:
1. Informan merupakan wartawan
dan/atau redaktur yang juga
bertugas sebagai wartawan di
rubrik komunikasi bisnis Malang
Post.
2. Informan merupakan wartawan
dan/atau redaktur rubrik
komunikasi bisnis yang
mempunyai latar belakang
pendidikan minimal sarjana.
3. Informan merupakan wartawan
dan/atau redaktur yang
menangani rubrik komunikasi
bisnis minimal 1 tahun
berdasarkan pada pengalaman
menjadi wartawan dan redaktur
rubrik komunikasi bisnis di
Malang Post.
4. Informan bersedia mengikuti
wawancara dalam jangka waktu
tertentu yaitu pada setiap malam,
ketika wartawan selesai mengetik
berita dan mengumpulkannya
pada Redaktur dan ketika
Redaktur selesai mengedit berita
yang dikumpulkan oleh
Wartawannya.
Dalam memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut: Observasi partisipan,
Wawancara mendalam, Dokumentasi.
Tahap analisis data dalam etnografi yang
digunakan dalam penelitian ini diambil
dari etnografi komunikasi oleh Creshwell
(Kuswarno, 2011, h. 68), yaitu deskripsi,
analisis, dan interpretasi.
Penilaian keabsahan data dalam
penelitian kualitatif biasanya terjadi
sewaktu proses pengumpulan data dan
analisis-interpretasi data (Kriyantono,
2012, h.71). Penelitian ini menggunakan
teknik Trustworthhiness yang mencakup dua hal yaitu Authenticity dan Triangulasi data.
Hasil dan Pembahasan
Sajian Data
Peneliti sebagai observator atau pengamat berada di sekitar redaktur dan
wartawan rubrik Komunikasi Bisnis setiap
harinya (Senin-Kamis). Peneliti juga
sebagai observator partisipan yang berarti ikut aktif dalam pencarian dan
pengumpulan berita seperti wartawan pada
umumnya. Hal ini dilakukan karena pihak
Malang Post menginginkan adanya suatu
hubungan timbal balik yang diberikan,
Malang Post membantu peneliti dalam
penelitiannya sedangkan peneliti
membantu Malang Post dalam
memberikan berita. Hubungan timbal balik
tersebut memang dihasilkan dari rapat
redaksi yang kemudian disampaikan
Post berusaha mengelola orang baru, tetapi
karena tugas utama peneliti adalah
pengamatan kegiatan antara redaktur
dengan wartawan di redaksi Komunikasi
Bisnis maka redaktur Komunikasi Bisnis
seperti menganggap hal tersebut suatu
formalitas. Maksudnya adalah orang luar
atau orang yang tidak benar-benar bekerja
di Malang Post, akan mendapat penjagaan
lebih ketat dalam hal pemilihan berita. Hal
seperti ini mungkin merupakan suatu
budaya organisasi atau ideologi yang
diterapkan dalam redaksi Komunikasi
Bisnis, dimana redaktur hanya akan fokus
pada beritanya sendiri dan pada berita
yang dikumpulkan oleh wartawannya saja.
Setelah mereka menyelesaikan
tugasnya, peneliti akan melakukan
wawancara terhadap redaktur dan
wartawan Komunikasi Bisnis untuk
menanyakan kegiatan mereka dalam
mencari berita, koordinasi dengan redaktur
dan sebaliknya dengan wartawan, serta
bagaimana redaktur menentukan berita
yang akan dimuat untuk besok. Peneliti
juga melakukan cara lain dalam memantau
kerja redaktur dan wartawan yaitu dengan
ikut mereka dalam mencari berita satu hari
penuh sehingga peneliti tahu bagaimana
proses mereka mencari berita dan
koordinasi dengan redaktur di luar kantor.
Aktivitas Jurnalistik dalam Ruang Pemberitaan Redaksi Komunikasi Bisnis Malang Post
Wartawan Malang Post mempunyai
jam kerja yang relatif sama setiap harinya
sehingga dapat digambarkan dalam sebuah
siklus yang teratur. Secara umum
pencarian berita oleh wartawan dilakukan
mulai dari jam 7 pagi hingga jam 3 sore.
Batas waktu pengumpulan list berita yang
didapatkan oleh wartawan mulai jam 2
hingga jam 4 sore. Sedangkan proses
produksi berita (pengetikan, editing dan proses layout) dimulai dari jam 4 sore hingga jam 10 malam. Pada malam hari
tepatnya jam 12 hingga jam 7 pagi
merupakan proses pendistribusian koran
(pengambilan dan pengantaran).
Komunikasi yang terjadi antara
redaktur dan wartawan dilihat dari segi
kontaknya terbagi menjadi dua, yaitu
komunikasi di luar kantor (tidak langsung)
dan di dalam kantor (langsung).
Komunikasi yang terjalin di luar kantor
banyak menggunakan BBM (Blackberry
Messenger) dan SMS, bahkan ketika
sangat diperlukan telepon langsung akan
digunakan.
Tidak hanya itu saja, koordinasi
yang terbentuk di Malang Post antara
seluruh redaktur dan wartawan juga
didukung oleh grup yang dibentuk pada
BBM tersebut. Grup ini memudahkan
berada di dalamnya. Hal seperti ini
tentunya sudah sesuai dengan fungsi
komunikasi organisasi yaitu informatif
(Soyomukti, 2010, h.181) dimana seluruh
wartawan dan redaktur akhirnya
mengetahui isu-isu terbaru dan apa yang
perlu dikerjakan secara tepat waktu.
Terlepas dari itu, komunikasi yang
terbentuk pada redaktur dan wartawan
Komunikasi Bisnis (KomBis) tidak
menentu. Maksudnya adalah interaksi
yang terjalin tidak selalu serius, namun
juga terkadang bercanda masuk dalam
interaksi mereka baik di luar kantor
maupun di dalam kantor. Seperti pada
faktor yang mempengaruhi kelompok pada
teori komunikasi kolompok, hal diatas
merupakan bagian dari kohesi kelompok
(Riswandi, 2009, h.126) dimana adanya
interaksi menimbulkan hubungan
interpersonal yang akrab, kesetiakawanan,
dan kebersamaan.
Redaktur dan wartawan KomBis
memang berjumlah sedikit, sehingga
masuk pada ukuran kelompok yang kecil.
Wartawan KomBis yang berjumlah tiga
orang tidak selalu semua bekerja pada
redaksi ini. Hanya ada satu wartawan
KomBis yang utama, sedangkan yang
lainnya merupakan cadangan dan
mempunyai redaksi utama masing-masing.
Hal ini berpengaruh pada jenis tugas
kelompok yang akhirnya merujuk pada
jenis tugas koaktif dan tujuan kelompok
yang divergen (Riswandi, 2009, h.124).
Pembicaraan yang terjadi juga tidak
selalu pembahasan mengenai berita
ataupun tugas kantor (liputan), bisa saja
pembahasan mereka mengenai gosip atau
kabar selentingan berkaitan dengan sekitar
mereka ataupun yang masuk pemberitaan
televisi seperti artis. Interaksi tersebut
merupakan bagian dari komunikasi
organisasi yang berkaitan dengan
informasi informal dimana terjadi
percakapan yang dimulai antar individu
dengan arah yang tidak terduga (Pace dan
Faules, 2010, h.199).
Berdasarkan penjelasan di atas maka
komunikasi antar pribadi lebih banyak
terjadi dibandingkan komunikasi
kelompok. Komunikasi yang terjadi antara
redaktur (Shuvia) dengan wartawan
(Stenly) terjadi spontan, terdapat umpan
balik dan interaksi yang terjadi terus
menerus seperti pada tanya jawab saat
koreksi berita, serta dapat mengubah
pemikiran dikarenakan adanya koreksi
berita tersebut (Hardjana, 2003, h.86).
Komunikasi informal juga lebih
mendominasi interaksi mereka dalam
konteks berita maupun yang lainnya.
Diskusi dan koreksi berita juga dilakukan
dengan cara informal. Mereka tidak
merencanakan akan melaksanakan diskusi
terlebih dahulu sebelumnya, namun
ditempat dan pada saat itu juga.
Pembahasan mengenai selentingan
ataupun gosip juga tidak pernah
menyinggung mengenai adanya masalah
wartawan dengan redakturnya. Redaktur
yang menugaskan wartawannya juga lebih
merujuk kepada memberi saran daripada
memerintah.
Malang Post memiliki aturan kepada
wartawan untuk hadir di kantor maksimal
jam tiga sore. Hal tersebut dibuat karena
wartawan harus menyerahkan list berita kepada sekretaris redaksi untuk kemudian
dilihat dan diperhitungkan pada saat rapat
redaksi. List tersebut berguna untuk pimpinan redaksi dan para redaktur
menentukan berita tersebut akan masuk
pada rubrik apa, karena terkadang pada
salah satu berita khusus (iklan, isu terkini)
dari wartawan bisa masuk halaman utama
(halaman 1 paling depan). Namun ternyata
pengumpulan list tersebut tidak selalu dipatuhi oleh wartawan. Maksudnya
adalah wartawan tidak selalu datang
sebelum jam 3 sore. Wartawan bisa saja
datang lebih dari jam tersebut. Mereka
mengatasi penyerahan list berita dengan mengumpulkan melalui BBM kepada
sekretaris redaksi, kemudian sekretaris
redaksi yang akan menuliskan di buku list
wartawan.
Jika berita yang mereka kumpulkan
pada saat penyerahan list masih kurang
dari 4, mereka bisa mencari berita lagi,
asalkan tetap berpatokan pada jam
pengumpulan berita setiap harinya yaitu
batas akhir jam 8 malam. Berita yang
didapatkan oleh wartawan melebihi 4
biasanya akan mereka jadikan stok. Berita
stok adalah berita yang didapatkan hari ini
namun akan dikumpulkan ketika mereka
mendapatkan halangan meliput pada suatu
hari dan libur.
Koordinasi redaktur dengan
wartawan mengenai penugasan berita
jarang ditemui pada saat berada di kantor.
Lebih sering penugasan dari redaktur
kepada wartawan melalui BBM, SMS,
bahkan telepon pada saat yang mendadak
hari itu juga dan bahkan saat itu juga.
Komunikasi yang terjadi antara redaktur
dan wartawan rubrik Komunikasi Bisnis
pada saat di kantor lebih sering mengenai
pembahasan narasumber dan koreksi
berita. Walaupun terjadi koreksi berita dari
redaktur, wartawan selalu menerimanya,
sehingga jarang terjadi perdebatan bahkan
konflik yang terjadi antara mereka, karena
biasanya koreksi tersebut hanya mengenai
kesalahan penulisan.
Ketika ada penugasan tiba-tiba oleh
redaktur ataupun redaktur pelaksana
maupun koordinator liputan bahkan
pimpinan redaksi yang menuntut wartawan
meninggalkan kantor saat itu juga, maka
wartawan bisa meninggalkan kantor
hanya saja harus meminta ijin terlebih
wartawan yang meninggalkan kantor
dikarenakan ada penugasan masih
tergantung pada waktu. Maksudnya
adalah, ketika wartawan diharuskan
meliput sebelum jam 7 malam, maka
wartawan bisa langsung meninggalkan
kantor walaupun belum menyelesaikan
ketikan beritanya dan dia akan mendapat
sedikit kelonggaran waktu untuk mengetik
lagi dan mengumpulkan pada redaktur.
Sebaliknya, jika penugasan lebih dari jam
7 dan wartawan belum selesai mengetik
berita, wartawan dituntut lebih cepat
menyelesaikan beritanya dan setelah itu
dia bisa meninggalkan kantor untuk
melakukan liputan atau bahkan digantikan
oleh wartawan lain.
Interaksi Sesama Wartawan di New Room Malang Post
Ruangan redaksi terbagi menjadi
dua, yaitu Blue Room dan New Room.
Redaksi Komunikasi Bisnis berada di
ruangan New Room karena di dalam
ruangan Blue Room sudah penuh. Di
ruangan New Room, tidak hanya ada
redaksi Komunikasi Bisnis saja, namun
ada Technocell, Pendidikan, dan Olahraga.
Oleh karena itu di dalam ruangan tersebut
tidak hanya ada redaktur dan wartawan
Komunikasi Bisnis, namun juga ada
wartawan Technocell, wartawan
Pendidikan, wartawan Olahraga serta salah
seorang layouter.
Sesama wartawan redaksi
Komunikasi Bisnis seperti Stenly dan Ira
melakukan interaksi bertukar informasi
mengenai berita hingga iklan yang
didapatkan. Interaksi mereka juga beragam
dari berita yang terbit hari itu di Malang
Post sendiri hingga interaksi informal yang
membicarakan artis serta barang dagangan.
Interaksi ini merupakan bagian dari
komunikasi diagonal, dimana komunikasi
yang terjadi merupakan lintas redaksi
namun tetap setara tidak kepada atasan
atau bawahan mereka.
Kebijakan Redaksional Rubrik Komunikasi Bisnis Malang Post
Proses komunikasi yang terjadi
antara redaktur dengan wartawan
Komunikasi Bisnis (KomBis) bisa
dikatakan mendukung kualitas komunikasi
tersebut. Dikatakan demikian karena
pembicaraan yang terjadi memang
kebanyakan merupakan hal yang
diperlukan saja. Jika dirasa tidak perlu
dibahas, maka tidak ada pembicaraan
antara mereka. Hal seperti ini membuat
mereka dijauhkan dari konflik-konflik atau
perdebatan. Di sisi lain, terbatasnya
komunikasi mereka membuat redaktur
lebih berkuasa atas penentuan berita yang
akan dimuat.
Pemilihan berita tersebut dilihat dari
segi nilai jurnalistik berita, pengiklan di
tidak didukung dengan informasi yang
dalam, tidak akan dipilih untuk di muat.
Oleh karena itu redaktur dapat
berkomunikasi dengan wartawannya dan
berdiskusi. Jika wartawan tidak bisa
menjelaskan berita tersebut, redaktur lebih
memilih tidak akan memuat beritanya.
Berita dari narasumber yang sering
memasang iklan di Malang Post akan
sering mendapat tempat untuk diterbitkan,
begitu pula berita yang dirasa menjadi
atensi. Berita atensi adalah berita yang
diterbitkan dengan perhitungan dari
redaktur bahwa setelah dimuat,
narasumber akan memasang iklan di
Malang Post.
Redaktur juga bisa menulis sendiri
beritanya dan langsung memuatnya untuk
terbit besok. Ini didasari oleh 2 faktor.
Pertama, redaktur memang ingin meliput
berita sendiri. Kedua, permintaan iklan
yang mengharuskan redaktur turun
langsung ke lapangan. Jika pemilihan
berita yang di muat untuk besok masih
sedikit karena banyak berita tidak layak
terbit atau bahkan masih ada ruang untuk
beberapa berita di halaman tersebut, maka
redaktur akan mengambil berita dari
internet. Berita yang di ambil dari internet
tidak sembarangan. Berita tersebut di
ambil dari website Jawa Pos Grup yang
biasa disebut JPNN (Jawa Pos National
Network). Pemilihan berita yang diambil
oleh redaktur diperkirakan sendiri olehnya.
Bisa karena isu terkini hingga berita yang
mempunyai dampak pada kota Malang
sebagai pembacanya walaupun berita yang
diambil dari luar kota (kebanyakan Jakarta
dan Surabaya).
Peneliti menyimpulkan beberapa
poin utama di atas yang diambil oleh
redaktur KomBis yaitu Aktual, Penting,
Tokoh, Human Interest, dan Trend. Dari
beberapa poin di atas, ada satu poin yang
diutamakan oleh redaktur Komunikasi
Bisnis dalam menentukan beritanya tetapi
tidak masuk dalam Rukun Iman tersebut
yaitu Pengiklan. Pengiklan menjadi hal
pertama yang diutamakan oleh redaktur
Komunikasi Bisnis. Pengiklan membuat
berita-berita yang lain bisa tersingkir
walaupun itu aktual. Namun ketika berita
tersebut benar-benar penting dan harus
dimuat, maka berita tersebut akan
bergabung dengan rubrik lain.
Dari uraian di atas dapat dikatakan
bahwa interaksi yang terjadi dalam
kegiatan komunikasi antara redaktur
dengan wartawan di redaksi Komunikasi
Bisnis tidak terlalu berpengaruh dalam
proses penentuan berita. Redaktur
cenderung memilih berita dengan
kebijakannya sendiri. Seperti telah
dijelaskan di atas, redaktur memilih berita
dengan mempertimbangkan visibility, yaitu apakah berita tersebut aktual atau
Malang atau tidak. Valence, yaitu apakah berita ini berpengaruh terhadap Malang
Post atau tidak.
Menjadi Wartawan Komunikasi Bisnis Malang Post yang Kredibel
Wartawan Komunikasi Bisnis di
Malang Post, biasanya mencari berita
ekonomi di OJK (Otoritas Jasa Keuangan),
Bank (Mandiri, BRI, Bukopin, dll.),
Lembaga Asuransi, Bulog, Pabrik yang
berada di Malang dan sekitarnya (Sosro,
dll.), Otomotif (Honda, Yamaha, Toyota,
Daihatsu, Isuzu, dll.), Pusat perbelanjaan
(Pasar Besar, Matos, MOG, dll.).
Wartawan Komunikasi Bisnis tentunya
mencari orang yang tepat untuk
diwawancarai seperti pimpinan perusahaan
ataupun juru bicara dari perusahaan
tersebut karena untuk berbicara sebagai
narasumber mengenai ekonomi memang
harus orang yang ahli dibidangnya.
Wartawan Komunikasi Bisnis
mempunyai latar belakang pendidikan
sarjana Komunikasi di berbagai
Universitas di kota Malang. Mereka bukan
berasal dari latar belakang pendidikan
ekonomi. Oleh karena itu mereka harus
belajar sendiri mengenai berbagai macam
hal yang berkaitan dengan bidang
pekerjaannya. Komunikasi merupakan
bidang dasar yang dapat masuk pada setiap
bidang apapun dalam pekerjaan, sehingga
tidak berpengaruh pada pekerjaannya yang
menuntut mengerti bidang ekonomi.
Keprofesionalitas redaktur dan wartawan
juga sudah berjalan sesuai dengan tugas
dan tanggung jawab masing-masing.
Redaktur menerima berita dari wartawan
kemudian memilih yang layak muat segera
dan yang dapat ditunda. Wartawan
mempunyai tugas utama mencari dan
menulis berita serta mengumpulkannya
kepada redaktur, wartawan juga dilengkapi
dengan kartu tanda pengenal dalam
peliputannya.
Wartawan di Malang Post juga
mempunyai motivasi sendiri untuk belajar
pada bidang pekerjaannya masing-masing
dikarenakan ada sebuah reward/ penghargaan pada setiap tulisan dan
fotonya yang dimuat. Penghargaan ini
berupa poin-poin yang akan
diakumulasikan setiap bulan yang
kemudian bisa menentukan prestasi
mereka. Prestasi yang ditentukan dengan
poin tersebut akan diberikan bonus berupa
materi dari Malang Post. Materi ini
biasanya disebut dengan tunjangan
prestasi.
Kesimpulan
Terdapat dua jenis interaksi antara
redaktur dan wartawan Komunikasi Bisnis
Malang Post yaitu pada saat di luar kantor
dan di kantor. Interaksi di luar kantor lebih
dari redaktur kepada wartawan. Jika
diperlukan maka komunikasi yang terjadi
akan semakin intens. Interaksi di kantor
terjadi didasari oleh banyak hal yaitu
koreksi penulisan berita wartawan,
pembahasan narasumber, penugasan,
hingga pembicaraan informal. Jika tidak
diperlukan maka tidak ada interaksi antara
mereka pada saat bekerja. Hal ini tentu
mendukung kualitas komunikasi mereka
pada saat berinteraksi.
Interaksi yang terjadi antara redaktur
dan wartawan Komunikasi Bisnis Malang
Post pada saat berkomunikasi dalam
newsroom tidak terkait terhadap proses penentuan berita oleh redaktur. Redaktur
dan wartawan kurang berkoordinasi
mengenai pemilihan berita yang akan
dimuat. Hal ini dikarenakan redaktur bebas
memilih berita untuk dimuat. Redaktur
bisa saja memasukkan berita yang
ditulisnya sendiri. Redaktur juga memilih
berita yang dimuat hingga berdasarkan
perhitungan pemasang iklan. Berita dibuat
berdasarkan pada sistem di Malang Post.
Penentuan dimuat atau tidaknya berita dari
wartawan bergantung pada kebijakan
redakturnya yang didasarkan ketentuan
umum perusahaan.
Saran
Interaksi yang terjadi antara redaktur
dengan wartawan Komunikasi Bisnis
terlihat sudah baik. Namun perlu
diperbaiki, terutama komunikasi yang
didominasi redaktur. Wartawan juga perlu
banyak terlibat dalam koordinasi yang
terjadi sehingga tidak menimbulkan
keadaan koordinasi yang timpang sebelah.
Penentuan berita yang dilakukan
redaktur ada baiknya dikomunikasikan
kepada wartawan. Solusinya adalah pada
pagi hari redaksi komunikasi bisnis bisa
mengadakan koordinasi mengenai berita
apa yang akan diliput pada hari tersebut,
sehingga berita yang didapatkan bukan
berita yang asal cari dan dapat. Walaupun
wartawan sudah memperkirakan berita apa
yang akan dicari, namun ada baiknya hal
tersebut dikomunikasikan juga kepada
redaktur. Disinilah perlu adanya rapat
internal redaksi. Pemilihan berita yang
akan dimuat ada baiknya di koordinasikan
juga dengan wartawan. Wartawan
mengetahui secara rinci berita yang telah
dikumpulkannya. Hal ini juga membantu
wartawan dalam menganalisis kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2011. Ilmu Komunikasi. Bandung: Satu Nusa.
Dewan Pers. 2002. Media Pilar IV Demokrasi. Diakses pada 29 Oktober 2013, 18.00 WIB, dari http://www.dewanpers.or.id/page/publikasi/buku/?id=1588
Djuroto, T. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Effendy, O. U. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
___________ . 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hardjana, A. M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Hout, T.V. & Jacobs, G. 2008. News Production Theory and Practice: Fieldwork Notes on Power, Interaction and Agency. International Pragmatics Association, 18 (1) 59-85. Diakses dari http://elanguage.net/journals/pragmatics/article/download/571/496
Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga
Kevinzky, M.H. 2011. Proses dan Dinamika Komunikasi Dalam Menghadapi Culture Shock pada Adaptasi Mahasiswa Perantauan. Universitas Indonesia, 2011. Diakses dari
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20280962-Muhammad%20Hyqal%20Kevinzky.pdf
Kusumaningrat, H. dan Kusumaningrat, P. 2007. Jurnalistik: Teori & Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kuswarno, E. 2011. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Littlejohn, S. W. & Domenici, K. 2007. Communication, Conflict, and the Management of Difference. Waveland: Waveland
McQuail, D. 2005. McQuail’s Mass Communication Theory. London: Sage.
Mondry. 2008. Pemahaman Teori Dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mulyana, D. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mutiah. 2013. Dinamika Komunikasi Wanita Arab Bercadar. Jurnal Penelitian Komunikasi, 16 (5), 55-70. Diakses dari http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jpk/article/view/107
Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo.
Prakosa, A. 2007. Pengertian Komunikasi Kelompok. Diakses pada 28 Oktober 2013, 12.25 WIB, dari
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/pengertian-komunikasi-kelompok.html
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Romli, A. S. M. 2009. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Santoso, E. dan Setiansah, M. 2010. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Shoemaker, P.J., Vos T.P., Reese S.D. 2009. Journalists as Gatekeepers. The Handbook Of Journalism Study, 1 (6), 73-87. Diakses dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&ua ct=8&ved=0CC0QFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.rasaneh.org%2FImages%2FNe
ws%2FAtachFile%2F30-9-1390%2FFILE634600594129473750.pdf&ei=ZGMEVKTjNcvJuASsroCgCA&usg=A FQjCNELb2VwGBatnCNgl9Bg95Chy3UlTg&bvm=bv.74115972,d.c2E
Soyomukti, N. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Suhandang, K. 2010. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung: Nuansa.
Tubbs, S. L. dan Moss, S. 1996. Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.