• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PRINSIP DAN KRITERIA RSPO Diana Chalil dan Riantri Barus Program Studi Magister Agribisnis, Universitas Sumatera Utara ana.chlycos.com Abstrak - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Prinsip dan Kriteria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PRINSIP DAN KRITERIA RSPO Diana Chalil dan Riantri Barus Program Studi Magister Agribisnis, Universitas Sumatera Utara ana.chlycos.com Abstrak - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Prinsip dan Kriteria"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI PRINSIP DAN KRITERIA RSPO

Diana Chalil dan Riantri Barus

Program Studi Magister Agribisnis, Universitas Sumatera Utara [email protected]

Abstrak

Perkembangan perkebunan sawit yang sangat pesat telah menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut Forum Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) menyusun pedoman pengelolaan perkebunan sawit dalam prinsip dan kriteria RSPO. Produsen yang telah menerapkan seluruh prinsip dan kriteria tersebut akan mendapatkan sertifikat. Kenyataannya sangat sedikit perkebunan sawit rakyat yang mendapatkan sertifikat tersebut. Dengan menggunakan data dari 320 petani sampel, penelitian ini mendapati bahwa rata-rata tingkat implementasi petani terhadap prinsip dan kriteria RSPO masih rendah. Melalui hasil estimasi model regresi Logit Binomial, diketahui bahwa pengalaman, pendapatan dan partisipasi merupakan 3 hal yang secara signifikan mempengaruhi tingkat implementasi tersebut. Ketiga hal tersebut seharusnya diperhatikan agar implementasi tersebut di masa mendatang dapat ditingkatkan.

Kata kunci: prinsip dan kriteria RSPO, implementasi, perkebunan sawit rakyat, logit binomial

I. PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

(2)

Dalam 10 tahun terakhir, secara keseluruhan luas perkebunan sawit meningkat 8 kali lipat, namun di Indonesia pertumbuhan tersebut bahkan tercatat 23 kali lipat dalam periode yang sama (Chandran, 2010 dalam Teoh, 2010). Akibatnya mulai timbul kekhawatiran bahwa perkembangan tersebut akan berdampak pada kondisi lingkungan, sehingga perlu disusun suatu pedoman pengelolaan perkebunan sawit yang lebih ramah lingkungan. Pedoman tersebut dijabarkan dalam dokumen prinsip dan kriteria RSPO yang mencakup aspek transparansi, hukum, ekonomi, budidaya, lingkungan, tanggunjawab pada pekerja dan masyarakat, pengembangan kebun dan perbaikan yang berkesinambungan RSPO, 2007). Produsen yang telah menerapkan seluruh prinsip dan kriteria tersebut akan mendapatkan sertifikat. Konsumen manufaktur dan retailer yang terdaftar sebagai anggota RSPO akan memberikan harga premium bagi produk yang telah tersertifikasi. Jumlahnya tergantung pada kesepakatan antara produsen dan konsumen. Perbedaannya dapat mencapai US$ 10 sampai US$50 per ton CPO dari harga produk yang tidak tersertifikasi (Utomo, 2010).

(3)

1.2. Review Penelitian Terdahulu

Inovasi pertanian dipahami sebagai hal-hal baru berupa ide, metode, praktek atau teknik yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan atau pendapatan usahatani (Adams, 1987). Inovasi tersebut dapat dibedakan atas inovasi yang komersial dan non komersial. Keduanya masih mempunyai tujuan akhir yang sama, namun inovasi non komersial lebih mementingkan pada kelestarian lingkungan. Peningkatan produktivitas akan diperoleh dalam jangka panjang secara berkesinambungan jika kelestarian lingkungan telah tercapai.

Dalam teori adopsi dan difusi dijelaskan bahwa implementasi sebuah inovasi tersebut dipengaruhi oleh inovasi itu sendiri, proses penyampaian inovasi tersebut dan kondisi penerimanya. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kondisi penerima antara lain mencakup intelektual dan pengetahuan, faktor ekonomi dan status lahan (Rogers 1995 dalam Adams, 1987; Vanclay dan Lawrence, 1994; Baide, 2005; Kassie dan Zikhalil, 2009).

1.3. Tujuan Penelitian

Secara khusus tujuan penelitian adalah untuk: a. Menganalisis kondisi eksisting petani sawit.

b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap implementasi kriteria RSPO.

II. METODE PENELITIAN 2.1. Penentuan Lokasi dan Sampel

(4)

luas 1,15 juta ha atau 16,33% dari total perkebunan rakyat di Indonesia (Indonesian Palm Oil Statistics, 2008). Namun demikian, masih sangat sedikit dari perkebunan rakyat tersebut yang telah tersertifikasi. Kabupaten yang dipilih Asahan, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu dan Laabuhan batu Selatan yang mempunyai luas areal dan jumlah kepala keluarga terbanyak untuk perkebunan rakyat (Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2011). Pada keempat kabupaten tersebut sampel dipilih secara Stratified Accidental Sampling berdasarkan luas lahan yang lebih besar dan sama dengan 2 ha dan yang lebih kecil dari 2 ha. Total sampel yang diambil adalah sebanyak 320 orang.

2.2. Data dan Metode Analisis

Data yang digunakan adalah data primer dari hasil wawancara dengan sampel mengenai implementasi dari 36 kriteria bagi petani swadaya dan 39 kriteri bagi petani mitra dalam prinsip dan kriteria RSPO. Masing-masing indikator diberi skor 1 jika sesuai dan 0 jika tidak. Data tersebut diestimasi dengan menggunakan regresi Logit Binomial dengan rumus:

( )

(1 − )= ln = + ; = 1, … , 7

dimana P = peluang implementasi (Y = 1) dan (1-p) = peluang tidak implementasi (Y = 0). Variabel dependen Y = 1 jika implementasi ≥ 40% dari total kriteria RSPO dan 0 jika < 40. Variabel independen X terdiri dari x1 = umur (tahun), x2=

pendididikan (tahun), x3 = pengalaman (tahun), x4 = jumlah tanggungan (orang),

x5 = luas lahan (ha), x6 = pendapatan (Rp juta/bulan) dan x7 = partisipasi (skor

(5)

Sebelum dilakukan estimasi data di-smoothingdengan membuang seluruh outlier. Sebelum dilakukan interpretasi, estimasi diuji dengan uji Hosmer dan Lemeshow untuk melihat kesesuaian model, uji rasio Likelihood untuk melihat keakuratan nilai prediksi regresi dibandingkan data observasi, uji Omnibus sebagai uji variabel secara simultan dan uji Wald sebagai uji variabel secara parsial. Perhitungan nilai peluang P dilakukan dari nilai eksponensial B, dimana diketahui bahwa = exp( ).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 320 petani yang diwawancara, ternyata hanya 237 data yang tidak mempunyai outlier, yang selanjutnya digunakan sebagai data untuk diestimasi. Dari 237 petani tersebut ternyata hanya 54 (23%) orang yang melaksanakan minimal 40% dari seluruh indikator dalam prinsip dan kriteria RSPO, sementara selebihnya masih belum (Gambar 1).

Gambar 1. Proporsi Tingkat Implementasi Petani

Kelemahan utama dalam implementasi antara lain adalah pada aspek manajemen, penyediaan dokumen pelarangan tindakan kekerasan terhadap

54

183

(6)

perempuan, pengetahuan tentang dampak sosial kegiatan perkebunan, rencana kesehatan dan keselamatan kerja, dukungan rekomendasi pembangunan perkebunan dari instansi yang berwenang. Secara umum komponen-komponen tersebut hampir tidak pernah dilakukan di perkebunan rakyat. Dari Tabel 1 terlihat bahwa tidak sampai 5% dari total petani responden memenuhi aspek-aspek tersebut.

Dampak sosial, rencana kesehatan dan keselamatan kerja maupun aspek manajemen merupakan hal-hal yang masih terlalu kompleks dan masih dianggap kurang penting di kalangan petani. Namun demikian, untuk kriteria yang demikian jika tidak dipenuhi bukan berarti bahwa terjadi masalah. Misalnya tidak ada bukti tidak terdapat penolakan terjadi karena memang tidak terjadi masalah dengan masyarakat dan bukan karena peristiwa penolakan tidak tercatat. Pada umumnya petani menanam di tanah yang mereka miliki sendiri baik melalui proses pembelian, warisan, ataupun pemberian pemerintah. Demikian juga dengan kriteria mengenai pelarangan tindakan kekerasan terhadap perempuan. Petani tidak mempekerjakan tenaga kerja perempuan kecuali istri petani itu sendiri, yang sifatnya hanya membantu meringankan pekerjaan suami dan bukan sebagai tenaga kerja utama.

(7)

untuk kepentingan jangka pendek. Dari Tabel 1. terlihat bahwa aspek-aspek tersebut hanya dipraktekkan kurang dari 20% dari total petani responden. Adams (1987) menyatakan bahwa salah satu alasan petani untuk tidak menerapkan inovasi adalah karena mereka tidak melihat adanya pengaruh atau manfaat yang signifikan terhadap usaha mereka. Secara lengkap persentase implementasi dari setiap kriteria RSPO tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Implementasi Prinsip dan Kriteria RSPO (persentase jumlah petani) No.

6.9 Dokumen pelarangan berbagai tindak

kekerasan terhadap perempuan 2,31 97,69

7.1

Analisis dampak sosial dan lingkungan hidup secara komprehensif dan

Rencana kesehatan dan keselamatan kerja didokumentasikan, disebarluaskan dan diimplementasikan secara efektif

3,3 96,7

7.2 Rekomendasi pembangunan perkebunan

di lahan dari instansi yang berwenang 4,95 95,05 4.1

Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten

10,56 89,44

4.3 Praktek-praktek meminimalisasi dan

mengendalikan erosi dan degradasi tanah 10,56 89,44 4.8 Seluruh staf, karyawan, petani dan

kontraktor harus terlatih secara memadai 11,55 88,45 2.1 Kepatuhan terhadap semua hukum dan

peraturan yang berlaku 12,54 87,46

2.3 Penggunaan lahan tidak mengurangi hak

berdasarkan hukum dan hak tradisional 14,19 85,81 6.1 Mengetahui tentang dampak sosial

(8)

Tabel 1. Lanjutan

kesuburan tanah, atau bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah

16,17 83,83

4.4

Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan air tanah

18,48 81,52

6.4 Bukti pembayaran kompensasi atas

pengalihan hak legal dan hak tradisional 21,12 78,88 6.3 Kelembagaan petani menyediakan

prosedur penanganan keluhan 21,45 78,55

1.1

Informasi yang memadai kepada stakeholder lainnya mengenai isu lingkungan, sosial dan hukum yang relevan dengan kriteria RSPO

23,43 76,57

7.7 Teknik penyiapan lahan tanpa dibakar 23,43 76,57

4.5

Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang memadai

23,76 76,24

7.6

Masyarakat setempat diberikan

kompensasi atas setiap pengambilalihan lahan dan dengan persetujuan sukarela

29,37 70,63

6.10

Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit berurusan secara adil dan

transparan dengan petani dan bisnis lokal lainnya

Agrokimia digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan dan lingkungan

39,6 60,4

5.3

Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai kembali, dan dibuang dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan bagi karyawan dan karyawan memenuhi standar minimum

(9)

Tabel 1. Lanjutan kelompok kerja serta tenaga kerja pendatang secara sama

47,85 52,15

8.1

Memonitor dan mengkaji ulang aktifitas mereka dan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi

49,17 50,83

5.5 Penggunaan api untuk pemusnahan

limbah dan untuk penyiapan lahan 51,49 48,51 7.3 Lahan perkebunan tidak berasal dari

konversi hutan primer 58,42 41,58

5.2

Identifikasi dan konservasi spesies-spesies langka, terancam, atau hampir punah dan habitat dengan nilai konservasi tinggi

59,41 40,59

6.11 Kontribusi terhadap pembangunan lokal 74,26 25,74 7.5

Bukti tidak terdapat penolakan dari masyarakat untuk penanaman di tanah masyarakat lokal

74,26 25,74

2.2 Bukti untuk menguasai dan

menggunakan tanah 80,86 19,14

1.2 Dokumen tersedia secara umum 84,16 15,84

7.4 Perluasan kebun tidak terdapat di atas

lahan yang curam 91,42 8,58

6.7 Melibatkan anak-anak sebagai tenaga

kerja pada perkebunan anda 97,69 2,31

5.1

6.9 Dokumen pelarangan berbagai tindak

kekerasan terhadap perempuan 2,31 97,69

7.1

Analisis dampak sosial dan lingkungan hidup secara komprehensif dan

Rencana kesehatan dan keselamatan kerja didokumentasikan, disebarluaskan dan diimplementasikan secara efektif

3,3 96,7

7.2 Rekomendasi pembangunan perkebunan

(10)

Tabel 1. Lanjutan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten

10,56 89,44

4.3 Praktek-praktek meminimalisasi dan

mengendalikan erosi dan degradasi tanah 10,56 89,44 4.8 Seluruh staf, karyawan, petani dan

kontraktor harus terlatih secara memadai 11,55 88,45 2.1 Kepatuhan terhadap semua hukum dan

peraturan yang berlaku 12,54 87,46

2.3 Penggunaan lahan tidak mengurangi hak

berdasarkan hukum dan hak tradisional 14,19 85,81 6.1 Mengetahui tentang dampak sosial

kegiatan perkebunan 15,18 84,82

4.2

Praktek-praktek mempertahankan

kesuburan tanah, atau bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah

16,17 83,83

4.4

Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan air tanah

18,48 81,52

6.4 Bukti pembayaran kompensasi atas

pengalihan hak legal dan hak tradisional 21,12 78,88 6.3 Kelembagaan petani menyediakan

prosedur penanganan keluhan 21,45 78,55

1.1

Informasi yang memadai kepada stakeholder lainnya mengenai isu lingkungan, sosial dan hukum yang relevan dengan kriteria RSPO

23,43 76,57

7.7 Teknik penyiapan lahan tanpa dibakar 23,43 76,57

4.5

Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang memadai

23,76 76,24

7.6

Masyarakat setempat diberikan

kompensasi atas setiap pengambilalihan lahan dan dengan persetujuan sukarela

29,37 70,63

6.10

Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit berurusan secara adil dan

transparan dengan petani dan bisnis lokal lainnya

(11)

Tabel 1. Lanjutan

Agrokimia digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan dan lingkungan

39,6 60,4

5.3

Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai kembali, dan dibuang dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan bagi karyawan dan karyawan memenuhi standar minimum

46,2 53,8

6.8

Memperlakukan para pekerja dan kelompok kerja serta tenaga kerja pendatang secara sama

47,85 52,15

8.1

Memonitor dan mengkaji ulang aktifitas mereka dan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi

49,17 50,83

5.5 Penggunaan api untuk pemusnahan

limbah dan untuk penyiapan lahan 51,49 48,51 7.3 Lahan perkebunan tidak berasal dari

konversi hutan primer 58,42 41,58

5.2

Identifikasi dan konservasi spesies-spesies langka, terancam, atau hampir punah dan habitat dengan nilai konservasi tinggi

59,41 40,59

6.11 Kontribusi terhadap pembangunan lokal 74,26 25,74 7.5

Bukti tidak terdapat penolakan dari masyarakat untuk penanaman di tanah masyarakat lokal

74,26 25,74

2.2 Bukti untuk menguasai dan

menggunakan tanah 80,86 19,14

1.2 Dokumen tersedia secara umum 84,16 15,84

7.4 Perluasan kebun tidak terdapat di atas

lahan yang curam 91,42 8,58

6.7 Melibatkan anak-anak sebagai tenaga

(12)

Diduga kelemahan-kelemahan tersebut terkait dengan karakteristik petani seperti umur, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan, luas lahan, pendapatan dan partisipasi petani di kelembagaan. Secara umum, karakteristik petani sampel adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Karakteristik Petani

Karakter satuan Rata-Rata Rentang

umur Tahun 47,03 24-77

pendidikan Tahun 8,95 6-17

pengalaman Tahun 14,58 2-36

tanggungan Orang 3,12 0-7

lahan Ha 2,32 0,1-6,5

pendapatan Rp juta/bulan 2,67 0,22-12

partisipasi Ya/tidak 0,29 0 dan 1

(13)

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik tersebut terhadap tingkat implementasi, seluruh komponen karakteristik tersebut kemudian diregresikan dengan menggunakan regresi Logit Binomial.

Nilai Chi-Square pada Uji Hosmer dan Lemeshow adalah sebesar 5,932 dengan tingkat signifikansi 0,655. Artinya hipotesis nol yang menyatakan bahwa distribuis model Logit Binomial sesuai dengan distribusi data tidak dapat ditolak. Selanjutnya hasil Uji Rasio Likelihood juga menyatakan bahwa 88,5% dari nilai Y = 1 dan 42.6% dari nilai Y = 0 telah diprediksi dengan benar, sehingga secara keseluruhan model dapat memprediksi 78,1% dari data observasi yang melakukan dan tidak melakukan implementasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Logit Binomial dapat digunakan dalam kasus ini.

Nilai Chi-Square pada hasil Uji Omnibus adalah sebesar 61,594 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak satupun variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dapat ditolak. Nilai korelasi bivariat antara variabel independen semuanya < 0,5 sehingga dapat dikatakan tidak ada masalah multikolinear dalam kasus ini. Hasil estimasi regresi tersebut secara parsial adalah sebagai berikut. Tabel 3. Hasil Estimasi Logit Binomial

Variabel

independen B Wald Sig. Exp(B) p

Umur -,006 ,067 ,795 ,994

pendidikan ,043 ,327 ,567 1,044

Pengalaman* ,050 2,818 ,093 1,052 0,52

tanggungan ,077 ,378 ,539 1,081

lahan ,195 1,663 ,197 1,216

Pendapatan* ,193 2,882 ,090 1,213 0,59

partisipasi(1)* -2,078 27,498 ,000 ,125 0,19

(14)

Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa dari 7 variabel independen yang dimasukkan dalam estimasi, 3 diantaranya berpengaruh mempunyai nilai Wald dengan signifikansi < 0,1. Ketiga variabel tersebut adalah pengalaman, pendapatan dan partisipasi. Dari Tabel 1 diketahui bahwa secara rata-rata pengalaman petani bertanam sawit sudah cukup lama yaitu 14,58 tahun. Kebanyakan petani melakukan berbagai kegiatan berusahataninya berdasarkan pengalaman. Dengan pengalaman tersebut petani telah mempelajari banyak hal. Misalnya sekitar 70% petani menerapkan cara dan dosis pemupukan dan penyemprotan pestisida berdasarkan pengalaman. Artinya, walaupun umumnya petani belum pernah mendengar tentang RSPO ada beberapa hal yang telah diterapkan sesuai dengan prinsip dan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil perhitungan dari eksponensial B menunjukkan memberikan nilai peluang sebesar 0,52, yang artinya adalah dengan meningkatnya pengalaman petani selama 1 tahun maka peluangnya untuk mengimplementasikan prinsip dan kriteria RSPO naik sebesar 52%.

(15)

Demikian juga dengan pembuatan drainase pada lahan gambut yang membutuhkan biaya cukup besar. Hanya petani yang mempunyai lahan cukup luas dan pendapatan yang relatif tinggi yang melaksanakannya. Hal lain adalah pada penggunaan bibit bersertifikat atau jumlah dan waktu penggunaan pupuk sesuai dengan rekomendasi. Masih banyak petani yang tidak menerapkannya karena modal yang terbatas. Sebaliknya, pendapatan petani sawit relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan anggota masyarakat, umumnya petani sawit selalu memberikan bantuan untuk kepentingan umum seperti pembangunan jalan atau rumah ibadah. Kegiatan tersebut merupakan salah satu indikator penilaian dalam prinsip dan kriteria RSPO. Dari nilai eksponensial B didapat nilai peluang untuk pendapatan sebesar 0,59. Artinya, jika pendapatan naik Rp 1 juta/ bulan maka peluang petani untuk menerapkan prinsip dan kriteria RSPO akan meningkat sebesar 59%.

(16)

pelatihan tentang manajemen keuangan, pelatihan tentang pembuatan kompos, pelatihan tentang pemupukan dan perawatan kelapa sawit. Pelatihan-pelatihan ini tentu saja membantu petani dalam memperoleh informasi-informasi baru.

Di samping itu petani yang ikut dalam KUD ternyata juga telah mempunyai pencatatan upah atau pertemuan komunikasi dan konsultasi dalam rapat rutin yang telah dilaksanakan. Walaupun belum semua, petani yang merupakan anggota KUD juga telah mempunyai rencana keuangan yang lebih baik. Dari seluruh dokumen lembaga (6 jenis pencatatan), 30% pencatatan sudah dilakukan oleh lembaga. Dari nilai eksponensial B didapat nilai peluang untuk pendapatan sebesar 0,19. Artinya, peluang petani yang berpartisipasi dalam KUD atau kelompok tani mempunyai peluang lebih tinggi 19% dibandingkan dengan yang tidak.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar

Gambar 1. Proporsi Tingkat Implementasi Petani
Tabel 1. Implementasi Prinsip dan Kriteria RSPO (persentase jumlah petani)
Tabel 1. Lanjutan
Tabel 1. Lanjutan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Bahasa Jepang. © Ayuningtyas

Aplikasi yang dihasilkan pada penelitian ini sudah menerapkan perancangan yang telah dilakukan seperti: (1) aplikasi ini dapat mengidentifikasi kondisi anak dan remaja

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap