• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHUTBAH JUM’AT (47) Islam sangat Memuliakan Perempuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KHUTBAH JUM’AT (47) Islam sangat Memuliakan Perempuan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Khotbah

Islam sangat Memuliakan Perempuan

هدممحأ راهانلا اهتحت نم ىرجت تاانج تاانمؤملاو نيانمؤملل دعأ ىللا دمحلا ل دمحلَا

هممل كيرممشل هدممحو ل لا همملال نأ دهممشأو لرازممغلا همممعان ىلع هركشأو ىلاعت ل ناحنا

لممص مهللا لراممتخملا هلوممارو هدممنع ادمممحم اممانينانو اانديا نأ دهشأو لرافغلا زيزعلا كلملا

رارممنبا همملا ىلعو رارممالا رمماو راوممانلا روممان دمممحم كلوممارو كدنع ىلع كرانو ملاو

نيملمماملا رممشاعمايف.دممعن اممما .رارممقلا موممي ىلا نامماحان مهعنت نمو رامميخلا هناحممصاو

مكلعل هممتعاط ىلع مكثحاو نوممقتملا زاممف دممقو ل ىوممقتن ىممافانو مكيممصوأ ل مكمحر

منوحلفت

Ma'asyiaral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. diantara bukti ketaqwaan itu adalah meniti ridha orang tua. Terutama ibu sebagai wanita yang teleh bersusah payah melahirkan dan membesarkan kita. bukankah ridha Allah swt tergantung pada ridhanya? Dengan kata lain menghormati orang tua merupakan salah satu artikulasi ketaqwaan seorang hamba kepada-Nya.

Ma'asyiaral Muslimin Rahimakumullah

Surga di bawah telapak kaki ibu, al-jannatu tahta aqdamil ummahati. Begitulah Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya akan kemuliaan kaum ibu. Wanita dalam Islam mendapat tempat yang mulia, tidak seperti dituduhkan oleh sementara masyarakat, bahwa Islam tidak menempatkan wanita sebagai 'kelas bawah' dalam tatanan kehidupan masyarakat.

Kedudukan mulia kaum wanita itu ditegaskan dalam banyak hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagaimana dikisahkan:

َكُمأأ َمأث َلاممَق ْنَم َمأث َلَاممق َكُمأأ َلاممَق ٍةَناَحَص ِنْاأحِن ِساَانلا ُقَحَأ ْنَم َلاَقَف ِيِنَانلا ىَلِإ ٌلأجَر َءاَج

)ٌمِلْاأم َو ُي ِراَخأنْلا أها َوَر( َك ْوأنَأ َمأث َلاَق ْنَم َمأث َلاَق َكُمأأ َمأث َلاَق ْنَم َمأث َلاَق

(2)

Nabi? "bapakmu", jawab Nabi kemudian." (HR. Bukhari Muslim)Islam memberikan hak wanita yang sama dengan laki-laki untuk memberikan pengabdian yang sama kepada agama, nusa, bangsa dan negara. Ini ditegaskan dalam al-Mukmin ayat 40

ريممغن اممهيف نوممقزري ةممانجلا نولخدممي كممئلؤف ٌنِم ْؤممأم َوأه َو ىَثانأأ ْوَأ ٍرَكَل نِم ًاحِلاَص َلِمَع ْنَم

بااح

"Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab." (QS. al-Mukmin: 40)

Betapa Islam telah meruntuhkan batasan antara laki-laki dan perempuan apalagi dalam hal amal peribadatan. Tidak ada pilih kasih, dalam Islam antara laki-laki dan perempuan. Allah swt akan selalu merespon doa'-do'a dan permohonan kaum muslim baik lelaki maupun perempuan. semua doa itu akan didengarkan oleh-Nya. Begitulah janji-Nya dalam Ali Imran ayat 195.

ٍض ْعَن ْنِم ْمأكأض ْعَن ىَثْانأأ ْوَأ ٍرَكَل ْنِم ْمأكْانِم ٍلِماَع َلَمَع أعي ِضأأ ل يِانَأ ْمأهُنَر ْمأهَل َباَجَتْااَف

"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakkan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain." (QS. Ali Imran: 195)

Demikianlah Islam memposisikan perempuan, bahkan Rasulullah saw mengajarkan bahwa manusia baik lelaki maupun perempuan semuanya setara laksana gigi sisir yang rata.

ِرْيَن ُزلا وأنَأ َو أدَم ْحَأ أها َو َر( ِطْشأمْلا ِِناَانْاَأَك ٌةَي ِاا َوَا أساَانلا

"Manusia itu sama dan setara laksana gigi sisir." (HR. Ahmad dan Abu al-Zubair) Jama'ah Juam'ah yang Berbahagia,

(3)

Pengaruh kultur yang masih bersifat patrilineal dan kenyataan pada tingkat perbandingan proporsional antara laki-laki dan wanita ditemukan bahwa laki-laki (karena kondisi, sosial dan budaya) memiliki kelebihan atas wanita. Yang pada gilirannya telah menafikan atau mengurangi prinsip-prinsip mulia tentang wanita.

Oleh karena itulah maka di tengah-tengah arus perubahan yang menggejala di berbagai belahan dunia yang pada prinsipnya menuntut kembali hak-hak sebenarnya dari wanita, maka umat Islam perlu meninjau dan mengkaji ulang anggapan-anggapan yang merendahkan wanita karena distorsi budaya, berdasarkan prinsip-prinsip kemuliaan Islam atas wanita. Harus diakui bahwa memang ada perbedaan fungsi laki-laki yang disebabkan oleh perbedaan kodrati/fitri. Sementara di luar itu ada peran-peran non kodrati dalam kehidupan bermasyarakat yang masing-masing (laki-laki dan perempuan) harus memikul tanggungjawab bersama dan harus dilaksanakan dengan saling mendukung satu sama lain. Sebagaimana firman Allah Swt.:

ِرَكانأمْلا ِنَع َن ْوَهْانَي َو ِفوأر ْعَمْلاِن َنوأرأمْأَي ٍض ْعَن ءاَيِل ْوَأ ْمأهأض ْعَن أتاَانِم ْؤأمْلا َو َنوأانِم ْؤأمْلا

"Dan orang-orang laki-laki dan perempuan sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar..." (QS. al-Taubah : 71)Peran domestik wanita yang hal itu merupakan kesejatian kodrat wanita seperti; sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka, hamil, melahirkan, menyusui, dan fungsi-lain dalam keluarga yang memang tidak mungkin digantikan oleh laki-laki, Firman Allah Swt.

َروأكُللا ءاَشَي نَمِل أبَهَي َو اًثاَانِإ ءاَشَي ْنَمِل أبَهَي

"Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki." (QS. As-Syura :49)

Mengatasi itu semua, Islam pun telah mengatur hak dan kewajiban wanita dalam hidup berkeluarga yang harus diterima dan dipatuhi oleh masing-masing (suami istri).Akan tetapi ada peran publik wanita, di mana wanita sebagai anggota masyarakat, wanita sebagai warga negara yang mempunyai hak bernegara dan berpolitik, telah menuntut wanita harus melakukan peran sosialnya yang lebih tegas, transparan dan terlindungi.

Dalam konteks peran-peran publik menurut prinsip-prinsip Islam, wanita diperbolehkan melakukan peran-peran tersebut dengan konsekuensi bahwa ia dapat dipandang mampu dan memiliki kapasitas untuk menduduki peran sosial dan politik tersebut.

(4)

Maka dengan demikian, kedudukan wanita dalam proses sistem negara-bangsa telah terbuka lebar, terutama perannya dalam masyarakat majemuk ini, dengan tetap mengingat bahwa kualitas, kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas bagaimanapun, harus menjadi ukuran, sekaligus tanpa melupakan fungsi kodrati wanita sebagai sebuah keniscayaan.

Partisipasi wanita dalam sektor non kodrati merupakan wujud tanggungjawab kita bersama dalam ikut memprakarsai transformasi kultur, kesetaraan yang pada gilirannya mampu menjadi dinamisator pembangunan nasional dalam era globalisasi dengan memberdayakan wanita Indonesia pada proporsi yang sebenarnya. Jangan malah sebaliknya, menjadikan perempuan salah satu kambing hitam kemajuan dalam kehidupan kita. sesungguhnya hanya orang yang hinalah yang menghinakan perempuan dan mereka yang memuliakan perempuan pastilah orang yang mulia. ma ahannahunna illa ahinun, wa ma akramahunna illa karimun

ىَلَاعَت أهّانإ .ِمْيِكَحلا ِرْكِللاو ِتايياِن ْمأكاّيِإ َو ْيِانَعَفَان َو لِمْي ِظَعلا ِنآ ْرأقلا يِف ْمكل َو ْيِل أل َكَرَان

.ٌمْيِحَر ٌف ْو أؤَر ٌرَن ٌكِلَم ٌمْي ِرَك ٌدا ّوَج

Khutbah II

(5)

Referensi

Dokumen terkait