• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Berbasis Sektor Kelautan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembangunan Berbasis Sektor Kelautan dan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN BERBASIS

SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN TERPADU

MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA DAN TANGGUH

Oleh: LA SARA

(Lektor Kepala pada Jurusan Perikanan Faperta Unhalu)

Orasi Ilmiah

(2)

PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN TERPADU MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA DAN TANGGUH

Yth. Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara

Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara

Ketua dan wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Rektor Universitas Haluoleo

Anggota Dewan Penyantun Universitas Haluoleo

Para Pembantu Rektor dan Dekan lingkup Universitas Haluoleo Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara

Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara DANREM 143 Haluoleo Sulawesi Tenggara Wali Kota Kendari

Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kota Kendari Kepala Polisi Resort Kota Kendari

DANDIM 1417 Kendari

Kepala Kejaksaan Negeri Kendari

Rektor/Ketua/Direktur Perguruan Tinggi Swasta di Sulawesi Tenggara Kepala Badan/Dinas Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten/Kota Anggota Senat Universitas Haluoleo

Orang tua wisudawan/wati dan Para wisudawan/wati yang berbahagia

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.-

Dengan hati yang tulus, mari kita selalu memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya jualah sehingga pada hari ini kita masih diberi kekuatan dan kesehatan wal’afiat serta diberi kesempatan untuk

(3)

merupakan umur akil baliq/dewasa yang penuh dinamika, berpikir kreatif dan progresif menatap masa depan yang lebih baik untuk kemashlahatan diri kita sendiri dan masyarakat bangsa Indonesia. Pada saat yang sama kita semua bergembira bersama orang tua wisudawan/wati menyaksikan putra-putri kita yang telah menyelesaikan studinya di Universitas Haluoleo yang kita cintai ini, dan baru saja diwisuda oleh Rektor Universitas Haluoleo.

Mereka telah ditempa menimba ilmu selama beberapa tahun dan kita semua berharap kepada mereka untuk mengambil prakarsa, peranserta, dan kreatif dalam membangun daerah dan bangsa ini berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Rektor Universitas Haluoleo dan hadirin yang saya hormati,

Sungguh suatu penghargaan tak terhingga dari Bapak dan Ibu kepada saya sehingga pada hari ini saya diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangan dan gagasan saya tentang pembangunan daerah dan bangsa melalui pendekatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang secara nyata dapat menjadi leading sector pembangunan. Topik yang menjadi fokus pembahasan saya adalah Pembangunan Berbasis Sektor Kelautan dan Perikanan Terpadu Mewujudkan Masyarakat Sejahtera dan Tangguh. Pandangan dan gagasan saya tentang Sektor kelautan dan perikanan sejak awal tahun 1990-an telah saya sampaikan dapat menjadi lokomotif pembangunan daerah dan nasional. Saya ulangi lagi pernyataan ini dalam forum pertemuan pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan se Indonesia di Ujung Pandang pada tanggal 7 – 8 Juni 1996 (La Sara, 1996). Beberapa alasan yang mendasari gagasan ini, yaitu:

(1)perairan laut kita mempunyai biodiversity tertinggi di dunia sehingga dapat dipastikan bahwa produktivitas perairan laut sangat tinggi.

(4)

(3)sebagian besar masyarakat pesisir di daerah ini khususnya dan Indonesia umumnya memanfaatkan laut sebagai sumber penghidupan keluarga mereka dalam bentuk penangkapan, budidaya dan jasa transportasi .

(4)sumberdaya sektor kelautan dan perikanan jika dikelola dengan arif merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang.

(5)sektor kelautan dan perikanan mempunyai daya saing tinggi (competetive advantage) seperti ditunjukkan oleh bahan baku yang tersedia dan produksi yang dihasilkannya.

(6)Industri sektor kelautan dan perikanan dapat melahirkan industri-industri lain yang saling mendukung antara satu dengan lainnya.

(7)Sektor perikanan mempunyai keunggulan karena memanfaatkan sumberdaya lokal dan menghasilkan komoditi yang dibutuhkan masyarakat internasional, dan

(8)Investasi pada sektor kelautan dan perikanan memiliki efisiensi relatif tinggi seperti dicerminkan dalam incremental capital output ratio (ICOR) yang rendah sebesar 3,4 dan memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi seperti dicerminkan incremental labour output ratio (ILOR) sebesar 7 – 9 (La Sara, 2000a; 2000b; Dahuri, 2002a).

Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara yang saya hormati Hadirin yang berbahagia

(5)

Pernyataan di atas semakin meyakinkan kita semua karena menurut data yang tersedia menunjukkan bahwa prospek pasar produk kelautan dan perikanan di masa akan datang menunjukkan angka permintaan yang terus meningkat. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk dunia terus bertambah yang berimplikasi pada peningkatan permintaan produk-produk dari sektor kelautan dan perikanan dalam kuantitas dan kualitas yang tinggi. Masyarakat saat ini semakin menyadari bahwa betapa pentingnya produk-produk yang dihasilkan oleh sektor ini. Hal ini disadari karena kandungan protein tinggi dan kolesterol rendah produk perikanan dan kelautan sangat penting untuk kesehatan tubuh manusia. Disamping untuk pemenuhan gizi tinggi, masyarakat juga membutuhkan berbagai macam keperluan, seperti obat-obatan, kosmetika dan food suplement yang bahan bakunya bersumber dari sumberdaya kelautan dan perikanan. Ada dua hal yang ditakuti orang yang sudah kaya saat ini, yaitu sakit dan mati. Mereka berpandangan bahwa untuk mengantisipasi sakit adalah dengan mengkonsumsi ikan. Masyarakat kaya di Hingkong dan Cina berupaya untuk mengkonsumsi ikan kerapu walaupun harganya mencapai US$ 150 – US$ 250/kg. Di Jakarta, pengusaha menjamu rekanan bisnisnya dengan mencicipi menu ikan kerapu dengan harga mahal dan menunggu antrian panjang.

Ada juga negara yang menghubungkan makan ikan dengan status sosial. Mereka yang mampu membeli ikan kerapu akan dikenal masyarakat. Semakin besar ukuran ikan kerapu yang dibeli maka semakin dikenal dan tinggi status sosial mereka.

Hadirin yang berbahagia

(6)

Pada kurun waktu yang sama, Indonesia yang memiliki garis pantai 81.000 km hanya mampu memproduksi udang sebesar 80 ribu ton (23,5% dari Thailand) dan memiliki nilai ekspor perikanan US$ 1,76 milyar (41,9% dari Thailand). Di Philippines yang potensi sumberdaya alamnya porak poranda akibat dieksploitasi oleh negara-negara yang menjajahnya dan alamnya diamuk terus oleh badai dan topan yang terjadi setiap tahun, serta mempunyai 7.200 pulau (52,7% dari jumlah pulau di Indonesia) memiliki nilai ekspor rumput laut sebesar US$ 700 juta, sementara Indonesia yang mempunyai 13.667 pulau hanya mencapai US$ 45 juta (hanya 6,4% dari Philippines). Lebih aneh lagi adalah sebagian bahan mentah rumput laut di Philippines umumnya diimpor dari Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang hilang dalam merajut international bussines network.

Pada tahun 1989 saya menyampaikan hasil penelitian dalam seminar tentang rumput laut sehubungan dengan kegagalan penetapan harga jual rumput laut kering yang dihasilkan pembudidaya rumput laut. Saya meminta tanggapan dan jawaban dari berbagai instansi yang hadir, mengapa harga jual rumput laut kering drop dari Rp.1.000/kg menjadi Rp.75 – Rp.100/kg. Pada saat itu saya tidak mendapatkan tanggapan dan jawaban yang memuaskan dari peserta seminar. Saya hanya berpikir dan bertanya-tanya mengapa instansi-instansi terkait seperti Kanwil/Dinas Perindustrian, Kanwil/Dinas Perdagangan, Kanwil/Dinas Pertanian/Perikanan, Kanwil/Dinas Koperasi dan Kantor PMD tidak mengambil langkah-langkah strategis mengamankan harga komiditi ini, pada hal usaha ini melibatkan tenaga kerja massal dan mereka mengusahakan sendiri modalnya. Pembudidaya rumput dan nelayan hanya menuntut sedikit saja perhatian dan simpati dari pemerintah.

(7)

waktu panen relatif singkat (30 – 45 hari) dan permintaan pasar cukup tinggi mengakibatkan harga jualnya tinggi. Pembinaan pada waktu itu cukup berhasil karena rakit-rakit rumput laut membentang seperti rangkaian jembatan terapung. Gubernur yang saya hormati

Kegembiraan ini tidak lama berlangsung karena baru 1 – 2 kali panen tiba-tiba harga rumput laut drop sampai pada nilai yang sangat tidak rasional. Kami menjadi takut mengunjungi daerah-daerah binaan kami, karena beberapa pembudidaya rumput laut sangat emosional mengayunkan parangnya mencincang rakit rumput lautnya dan dihanyutkan bersama arus.

Kami tidak pernah membayangkan kejadian itu karena hasil analisis kami berdasarkan trend permintaan pasar internasional terus bergerak maju. Pada saat yang sama negara Vietnam yang terus diamuk perang saudara, Philippines yang digempur dengan badai dan topan, Malaysia yang mempunyai garis pantai pendek terus memproduksi dan mengekspor rumput laut dan produknya ke beberapa negara Eropa dan USA.

Perbandingan lain betapa pentingnya pembangunan sektor kelautan dan perikanan ini bagi beberapa negara lain dapat dilihat pada Cina. Negara ini mempunyai nilai produksi perikanan mencapai US$ 34 milyar (bandingkan dengan Indonesia yang hanya mencapai US$ 1,76 milyar). Yang paling spektakuler kesuksesannya adalah negara Islandia yang hampir sepanjang tahun diguyur salju, tapi sektor kelautan dan perikanannya pada tahun 2002 mampu memberi kontribusi terhadap GDP sebesar 65% dan sekitar 70% ekspor barang dan jasa berasal dari sektor perikanan. Tahun 2002 negara ini mempunyai GNP/kapita mencapai US$ 26 ribu/tahun. Norwegia yang memiliki GNP/kapita sebesar US$ 30 ribu/tahun, sektor perikanan mempunyai kontribusi terhadap GDP sebesar 25%, dimana ekspor ikan salmon saja mencapai US$ 2 milyar/tahun (Dahuri, 2002a; 2002b).

(8)

bidang perikanan dan kelautan ini belum mampu mengangkat isu-isu besar yang mampu mempengaruhi struktur berpikir penentu kebijakan yang nantinya diwujudkan dalam political will. Saya pernah menulis dalam media massa pada tahun 1987 bahwa daerah Sulawesi Tenggara dapat memfokuskan perhatiannya pada sektor perikanan dan akan mampu mengungguli sumbangan sektor-sektor lainnya jika alokasi biaya pembangunan sama (La Sara, 1987). Seiring dengan dinamika pembangunan dan pengaruh ekonomi global yang mengantar bangsa ini mengalami krisis ekonomi berkepanjangan, memposisikan rakyat Indonesia harus berpikir keras dan progresif dalam upaya mencari komoditas andalan dan kompetetif untuk dijadikan sebagai salah satu bagian penopang ekonomi bangsa. Hal ini dapat diperoleh dari sumberdaya kelautan dan perikanan (La Sara, 2002a; 2002b).

(9)

(2) dimensi budaya dan psikologi: motivasi untuk bangkit dari himpitan kemiskinan belum tumbuh, (3) dimensi ekonomi: modal sangat rendah dan bahkan tidak ada sama sekali, (4) dimensi kelembagaan: keberpihakan lembaga dan peranan pemerintah tidak signifikan untuk memberdayakan mereka, termasuk memudahkan aksesibilitas, dan (5) dimensi hukum: peraturan perundang-undangan belum berjalan sebagaimana mestinya karena merupakan dokumen yang dihasilkan sepihak saja, seperti pengaturan zona penangkapan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara yang didukung oleh Provincial Task Force (PTF) pada tahun 2002 lalu mengambil langkah berani yang secara tegas merumuskan visi pengelolaan pesisir dan sumberdayanya menjadi tumpuan kiprah pembangunan di masa datang (Djalante dan La Sara, 2003a; 2003b).

Hadirin yang berbahagia

Jika kenyataannya bahwa nanti 5 tahun terakhir ini sektor kelautan dan perikanan mendapat perhatian karena pada saat krisis sektor ini merupakan salah satu sektor yang bertahan dan menjadi penopang ekonomi bangsa (La Sara, 2000a). Fenomena ini mengindikasikan bahwa selama proses pembangunan 3 dekade lalu, evaluasi kontribusi sumber-sumber peningkatan ekonomi daerah/bangsa ini tidak terlalu baik dilakukan, atau skala prioritas pembangunan tidak terlalu jujur dirumuskan karena didominasi oleh kepentingan-kepentingan penentu kebijakan yang sentralistik.

Gubernur dan hadirin yang berbahagia

(10)

dana pemerintah selama ini akan berakhir dengan sendirinya karena berakhirnya tahun anggaran. Tahun anggaran berikutnya diusulkan lagi beberapa proyek dan akan berakhir dengan nasib yang sama. Kenyataan seperti ini hampir dijumpai dimana-mana sehingga dimana-mana banyak ditemukan proyek yang tidak jelas manfaatnya.

Salah satu contoh proyek yang dilaksanakan dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi kita semua bahwa untuk meningkatkan pendapatan nelayan di suatu kawasan potensil perikanannya harus dibuatkan rumpon. Tidak jelas alasannya mengapa proyek rumpon ini menjadi prioritas. Memang benar bahwa hasil tangkapan nelayan yang menangkap ikan disekitar rumpon tersebut meningkat lebih 100% dan waktu yang dialokasikan nelayan menjadi lebih singkat. Tetapi hal ini tidak berarti jumlah penerimaan mereka linear positif dengan jumlah hasil tangkapan, karena jumlah hasil tangkapan nelayan selama 12 – 13 jam menjadi busuk sekitar 50%. Hal ini terjadi karena nelayan tidak menggunakan bahan pengawet (seperti es balok), karena memang di daerah tersebut tidak mungkin didapatkan bahan pengawet. Bagaimana mungkin es balok bisa tersedia kalau di kawasan tersebut tidak tersedia energi listrik dan sarana transportasi untuk menghubungkan sentra produksi dengan pasar sangat tidak memadai.

(11)

tersebut. Oleh karena itu pada era otonomi ini, instansi-instansi yang dibentuk berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Tepatnya bahwa instansi itu dibentuk sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah.

Hadirin yang berbahagia

Saya sependapat dengan rumusan dan telaahan Pemerintah Daerah saat ini bahwa kelemahan dalam menjalankan pembangunan di daerah dan bahkan nasional sekurang-kurangnya disebabkan dua hal, yaitu: (1) rendahnya prakarsa masyarakat dan dunia usaha untuk berperan serta dalam pembangunan, dan (2) penyelenggaraan pemerintahan belum mengarah pada terwujudnya pemerintahan yang efektif dan esensial, atau belum ke arah truly government (pemerintah yang benar-benar pemerintah) (Ali Mazi, 2003).

Oleh karena hal ini terjadi maka upaya untuk mewujudkan daerah ini mempunyai masyarakat sejahtera, adil dan merata, aman dan demokratis, maju dan berkembang yang ditunjang dengan potensi sumberdaya alam berkelanjutan tidak bisa dicapai hanya dalam 1 - 5 tahun saja. Kita sangat keliru menilai suatu set goal pembangunan jika kita mempunyai indikator penilaiaan yang tidak jelas atau diluar variabel-variabel pembangunan itu sendiri.

Dalam upaya pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang saat ini telah dipersiapkan maka telah diidentifikasi beberapa kawasan potensial dan strategi pengembangannya. Terdapat 33 kawasan industri perikanan (KIP) yang siap dikembangkan. KIP tersebut dikelompokan dalam 5 hub, yaitu: Pasarwajo (Kabupaten Buton), Bau-Bau, Tampo/Napabalano (Kabupaten Muna), Lasolo (Kabupaten Kendari), Torobulu (Kabupaten Konawe Selatan), dan Mangolo (Kabupaten Kolaka).

(12)

Waworete/Munse, Soropia, Sawa; dan hub Mangolo meliputi kawasan pesisir Kolaka bagian selatan dan barat.

Perwujudan KIP di Sulawesi Tenggara diharapkan mampu mendiversifikasi pengolahan hasil-hasil perikanan: canning, fillet, frozen, industri pengolahan rumput laut, industri pengolahan kerang mutiara, dan lain-lain. Outlet produksi untuk tujuan produksi dipusatkan pada masing-masing lokasi hub, karena masing-masing hub tersebut tersedia dermaga, coldstorage, ice making plant, SPBU, instalasi air bersih, prasarana dan sarana pendukung KIP. Semua hub tersebut diprioritaskan untuk usaha penangkapan. Walaupun demikian, pada lokasi KIP terpadu juga akan dibangun berbagai industri untuk pengolahan hasil budidaya.

Dengan semakin ditingkatkan kemampuan prasarana dan sarana transportasi saat ini, seperti Woltermonginsidi International Airport, Betoambari Airport, Pelabuhan Murhum Bau-Bau maka aliran barang hasil-hasil perikanan untuk tujuan ekspor dapat ditempuh dengan beberapa jalur alternatif dari masing-masing hub.

(13)

Jenis komoditas lainnya juga akan dikembangkan, terutama rumput laut, kerang-kerangan (abalone, mutiara-mabe, kerang hijau) dan kepiting bakau dalam model silvofishery. Semua komoditas tersebut mempunyai potensi pasar yang besar dengan harga cukup tinggi. Hasil analisis kelayakan ekonomi, teknik, lingkungan dan sosialnya menunjukkan bahwa usaha budidaya laut semua komoditas tersebut layak dikembangkan. Jika keadaannya demikian maka sektor ini akan menyerap tenaga kerja sangat banyak dengan pendapatan yang tinggi, daya beli masyarakat meningkat karena tingkat kesejahteraan terus membaik. Implikasi dari semua ini adalah PAD akan meningkat dengan sendirinya. Janganlah kita mentargetkan PAD tinggi sementara upaya yang dilakukan untuk mensiasati bagaimana proses peningkatan PAD hanya sedikit disentuh.

Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara dan Hadirin sekalian yang berbahagia

Percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan tersebut harus diwujudkan untuk mendinamisasi pembangunan daerah ini. Bersamaan dengan itu, kita pada akhirnya diperhadapkan dengan berbagai masalah kesiapan sumberdaya manusia yang akan terlibat dalam mata rantai usaha ekonomi produktif tersebut. Permasalahan dimaksud berupa kualitas sumberdaya manusia. Pengalaman yang saya alami selama ini menunjukkan bahwa kita tidak terlalu siap memasuki dunia usaha yang membutuhkan tantangan, seperti terik matahari, hujan, gelombang dan ombak serta lumpur yang melumuri kaki dan badan. Umumnya kita menyenangi pekerjaan yang sudah jadi dan bertempat di darat pada ruang yang tertata rapih dan ber-AC, walaupun pendapatan yang diterima sangat rendah jika dibandingkan dengan melibatkan diri pada usaha ekonomi yang diuraikan di atas. Fenomena ini dapat mengindikasikan bahwa sumberdaya manusia kita kemungkinan mempunyai keterbatasan segi penguasan ilmu dan teknologinya. Jika hal ini terus terjadi maka akan sangat sulit ditemukan sumberdaya manusia pioneer.

(14)

tersebut harus berjalan dengan dapat mendatangkan sumberdaya manusia dari luar. Apabila proporsi sumberdaya manusia dari luar lebih besar dan menempati posisi lebih baik dalam setiap industri tersebut maka kecemburuan, iri hati, fitnah dan dengki terhadap sumberdaya manusia lainnya sulit dielakan. Konflik sosial yang terjadi pada beberapa daerah di Indonesia saat ini umumnya diawali dengan sifat-sifat alamiah manusia tersebut di atas.

Perlu saya sampaikan bahwa dimana-mana jika seseorang atau kelompok masyarakat menempati daerah baru maka pasti dia atau mereka akan berusaha keras dan bekerja sungguh-sungguh karena ingin berprestasi agar mereka tetap survive dan taraf hidup mereka menjadi lebih baik. Disadari atau tidak, sikap hidup seperti ini sesungguhnya merupakan konsep hijrah, yang pernah dijalani oleh Muhammad Rasulullah SAW yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Pengertian sederhana hijrah adalah berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan aman dari sebelumnya di tempat awalnya. Jika saya atau bapak/ibu sekalian serta para alumni kita hari ini merantau ke daerah lain seperti di Jakarta, Malaysia atau daerah lain, maka tekad kita adalah berupaya untuk bekerja keras dan berprestasi sehingga kita dapat survive dan hidup lebih baik. Konsep ini dapat juga dianalogkan dengan istilah yang populer saat ini, yaitu reformasi kebiasaan dalam kehidupan. Kita jangan sampai salah mentafsirkan arti reformasi. Pengertian reformasi sesungguhnya adalah perubahan sesuatu keadaan apa saja dari bentuknya yang kurang baik menjadi bentuk yang lebih baik (reformasi konstruktif), bukan malah sebaliknya (reformasi destruktif).

Hadirin sekalian yang berbahagia

(15)

2020), lembaga pendidikan seharusnya mampu merumuskan apa yang harus dipersiapkan, dikerjakan dan dicapai. Kita tidak menginginkan masyarakat menyebut lembaga pendidikan yang ada sebagai lembaga pencipta konflik sosial sebagai akibat dari tidak terwujudnya antara harapan yang diinginkan masyarakat (termasuk alumni lembaga penyelenggara pendidikan) dengan kenyataan sehari-hari. Lembaga pendidikan harus selalu mengevaluasi dirinya (self-evaluation) untuk menjawab segala kebutuhan lingkungannya, sebagaimana dirumuskan dalam paradigma baru untuk mencapai tujuannya dimasa datang. Pada perguruan tinggi, paradigama barunya sangat jelas, yaitu diantaranya meningkatkan RAISE (relevansi - Relevance, lingkungan yang bersuasana akademik - Academic atmosphere, manajemen internal dan organisasi termasuk komitmen kelembagaan - Internal management, keberlanjutan - Sustainability, berhasil guna dan tingkat produktivitas – Efficiency and Productivity). RAISE merupakan satu kesatuan dalam sebuah sistem yang membentuk “tetragonal”,

dimana setiap komponen saling berhubungan satu dengan lainnya. Pada masyarakat yang sudah memahami hak dan kewajibannya, mereka dapat meminta pertanggung jawaban (accountability) sistem penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan yang memenuhi kebutuhan masyarakat, swasta dan pemerintah maka dengan mudah didukung pengembangannya. Perguruan Tinggi di luar negeri, seperti Canada, Jepang, USA dan Eropa serta beberapa negara lainnya di Asia, mengembangkan kerjasama “triangular model” yang mutualistik.

(16)

Perguruan tinggi dengan dua jenis sumberdayanya (sumberdaya manusia dan fasilitas akademik yang dimiliki) seharusnya mengembangkan hal ini, terutama bagi Perguruan Tinggi yang berstatus BHMN (Badan Hukum Milik Negara), sedang Perguruan Tinggi yang belum berstatus BHMN menempuh hal ini sebagai langkah antisipatif. Lembaga apa saja saat ini harus mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimilikinya (sumberdaya manusia dan sumberdaua alam) secara efisien dan efektif untuk mendukung aktivitasnya. Konsep ini disebut sebagai revenue generating activities. Bagi kalangan umum, model pembangunan yang melibatkan lapisan sumberdaya manusia dapat dianalogikan dengan partisipatory development (pembangunan partisipasi). Model pembangunan seperti inilah yang seyogyanya dikembangkan agar semua pihak turut bertanggung jawab berdasarkan hak dan kewajiban masing-masing. Dalam model seperti ini, pembangunan diartikan sebagai keseluruhan upaya untuk membangkitkan, menguatkan dan membela tumbuhnya prakarsa, peranserta, dan swadaya masyarakat agar mampu membangun diri sendiri, menolong diri sendiri, dan berdiri di atas kaki sendiri dalam pemenuhan minat, kebutuhan dan kepentingan bersama (Ali Mazi, 2003).

(17)

Gubernur, Rektor dan Hadirin yang bahagia

Pada saat ini kita diperhadapkan dengan pertanyaan klasik: bagaimana mewujudkan masyarakat sejahtera dan tangguh? Walaupun upaya keras Pemerintah Daerah saat ini sangat gigih membangun daerah ini dengan tujuan, wawasan, pendekatan dan strategi (1.1.4.11) sangat jelas yang dikemas dalam kerangka Sultra Raya 2020, belum bisa menjamin terwujudnya masyarakat yang sejahtera, jika pemerintah dibiarkan berjalan sendiri. Masyarakat sejahtera tidak bisa hanya dipikirkan dan diupayakan oleh Pemerintah daerah saja, tetapi harus dipikirkan dan diupayakan oleh seluruh lapisan dan komponen masyarakat, termasuk mereka yang menjadi obyek yang disejahterakan. Untuk mewujudkan hal ini maka polemik, pertentangan dan berdebatan yang tak berujung pangkal kiranya dihentikan saja. Kejujuran hati nurani dan keikhlasan merupakan jawaban untuk mengakui atau tidak mengakui suatu konsep. Hal ini perlu saya kemukakan karena sesungguhnya saat ini bukan lagi perdebatan berkepanjangan yang dibutuhkan masyarakat, tetapi ketersediaan lapangan kerja agar bisa bekerja dan dapat menghidupi keluarganya, agar anak-anak mereka bisa bersekolah supaya jadi pintar, dan agar mereka bisa membangun rumah yang layak huni. Semua ini merupakan kebutuhan dasar manusia.

Jika dalam pendekatan pembangunan terdapat kekurangan – yang bukan karena disengaja, saya kira hal tersebut masih wajar dan alamiah. Jika kita dapat mengidentifikasi dan menunjukkan kekurangannya, mengapa kita tidak tawarkan solusinya agar pembangunan tersebut menjadi sempurna. Sekali lagi hanya jujur dengan diri sendiri hal tersebut bisa diatasi. Pola pemikiran seperti ini membutuhkan reformasi yang arif dan membutuhkan waktu lama, karena sudah merupakan nilai.

(18)

malu jika berbuat sesuatu yang bertentangan dengan budayanya, misalnya menipu, berkata bohong, korupsi, terlambat, tidak disiplin, tidak jujur, dan lain-lain. Dalam panel ahli kajian komprehensif menuju Sultra Raya 2020 tanggal 9 Agustus 2003 yang dilaksanakan oleh Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara terungkap bahwa untuk mewujudkan tujuan pembangunan Sultra Raya 2020 maka sistem budaya dan peradaban perlu mendapat tempat strategis. Salah seorang pembicara menyampaikan bahwa walaupun negara Jepang memiliki budaya dan peradaban tinggi, tetapi kenyataannya beberapa anggota masyarakat mempunyai “jiwa kosong”, seperti sering terjadi bunuh diri. Saya

menanggapinya bahwa “bunuh diri” diantara masyarakat Jepang bukan berarti mereka mempunyai “jiwa kosong”, tetapi hal tersebut bisa berkaitan dengan “rasa malu” kepada masyarakat akibat perbuatannya yang melanggar nilai

budaya atau faham agama yang dianutnya. Budaya bunuh diri seperti itu kita kenal dengan “harakiri” yang bisa dilakukan oleh siapa saja: anak-anak sampai orang tua; buruh sampai Perdana Menteri; mahasiswa sampai University President; laki-laki dan perempuan. Mereka akan terhormat melakukan hal ini, jika mereka melakukan perbuatan menyimpang. Nilai budaya mereka mengkristal dalam darah dan hati sanubarinya.

Saya mengamati kehidupan mereka sangat teratur, disiplin, sopan santun dan profesional. Suatu sistem berjalan sangat teratur karena perencanaannya telah dipersiapkan secara matang. Hasilnya sudah dapat dibayangkan, yaitu optimal. Mereka sangat disiplin dalam berbagai hal, termasuk disiplin untuk waktu istirahat, waktu makan, waktu datang ke kantor dan waktu pulang dari kantor. Pada tahun 2001 lalu saya diundang oleh seorang sensei di Tokyo University of Fisheries. Pada tiga hari pertama saya selalu datang lebih awal di laboratorium, mendahului semua mahasiswa S3, S2 dan S1 serta para asisstant professor. Salah seorang assistant professor mengatakan kepada saya bahwa “you do not come early, you have to come after all graduate students get in the laboratory. And you may go home after our professor”. Saya bertanya kepada beliau,

(19)

sehari-hari. Mereka saling menghormati dan menempatkan diri mereka sebagaimana budaya yang mereka fahami. Mereka tidak akan mengerjakan sesuatu yang bukan bidangnya. Mereka sangat menghargai profesi orang lain. Mereka tidak akan pernah mengatakan sesuatu itu milik atau karyanya kalau memang sesuatu itu bukan hasil pekerjaannya sendiri. Mereka akan merasa bersalah pada diri sendiri jika sesuatu itu digunakan untuk keperluan pribadinya. Hadirin yang berbahagia

Seharusnya kita juga bisa maju seperti mereka karena nilai-nilai yang diterapkan dalam kehidupan mereka sesungguhnya sangat banyak dijumpai dalam Al-Qur’an dan leluhur kita selalu mengajarkan kita untuk bekerja keras, jujur dan sopan santun. Shalat lima waktu sehari semalam dan membayar zakat fitrah mengajarkan untuk disiplin dan teratur. Agama manapun akan mengajarkan sopan santun. Agama juga memperingatkan kepada kita semua bahwa jika suatu pekerjaan dikerjakan bukan ahlinya, maka tunggu saja kehancurannya. Pertanyaannya adalah mengapa nilai-nilai tersebut dihayati dengan baik dan sungguh-sungguh dilaksanakan oleh mereka, sedangkan kita yang sekitar 85% beragama Islam dan sejak kita lahir sudah memeluk agama Islam kurang menghayatinya?

Hadirin yang saya hormati

(20)

Gubernur, Wakil Gubernur, Rektor dan Hadirin yang saya hormati

Kita bisa sependapat bahwa merubah suatu nilai bukan pekerjaan sederhana. Pendidikan yang diperoleh di sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan keluargalah yang bisa mengingatkan kita semua. Oleh karena itu, kesadaran bersama membangun daerah ini untuk mewujudkan masyarakat sejahtera dan tangguh yang religius harus dimulai dengan tekad sama mengaktualisasikan industrial society melalui disiplin tinggi, kerja keras, jujur, bertanggung jawab, saling menghormati, menghayati norma budaya dan menjalankan agama yang dianut dengan sebaik-baiknya.

Demikian beberapa pandangan dan gagasan saya dalam upaya mewujudkan masyarakat sejahtera dan tangguh sebagai partispasi saya dalam membangun daerah dan bangsa yang kita cintai ini.

Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kendari, 19 Agustus 2003

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mazi (Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara). 2003. Pokok-pokok pikiran Gubernur Sulawesi Tenggara tentang wawasan, pendekatan dan strategi pembangunan dalam rangka percepatan dan pemerataan pembangunan menuju Sultra Raya 2020. Makalah seminar dan lokakarya regional Percepatan dan Pemerataan Pembangunan Menuju Sultra Raya 2020 yang diselenggarakan Unhalu bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rangka memperingati ulang tahun Provinsi Sulawesi Tenggara XXXIX di Kendari, 25 – 29 April 2003.

Dahuri, R. 2002a. Sektor kelautan dan perikanan sebagai prime mover ekonomi nasional. Makalah seminar sehari Pembangunan Ekonomi Maritim di Indonesia diselenggarakan DMI bekerjasama dengan DKP dan Center for Marine Economy and Regional Studies (CEMERS), Raddin Hotel Ancol Jakarta, 10 September 2002.

Dahuri, R. 2002b. Kebijakan dan strategi pembangunan kelautan dan perikanan. Makalah seminar nasional Potensi Biologi Kelautan Sebagai Sumber Keragaman Genetik dan Strategi Pemanfaatannya Secara Berkelanjutan yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis Unhalu XXI di Kendari, 26 – 27 Juli 2002.

Djalante, D. P. dan La Sara. 2003a. Peluang dan tantangan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut Provinsi Sultra tahun 2002 - 2006. Harian Umum Kendari Ekspres, 3 Juni 2003.

Djalante, D. P. dan La Sara. 2003b. Visi dan tujuan renstra pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut Sultra. Harian Umum Kendari Ekspres, 4 Juni 2003.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta

La Sara. 1996. Arti strategis pembangunan sektor perikanan dalam PJP II. Agriplus 16 Th. Vi: 7 – 12.

La Sara. 1997. Pelu terobosan baru mengelola perikanan untuk mempertinggi ekspor nasional. Harian Umum Pelita, 8 Agustus 1987.

La Sara. 2000a. Sumberdaya kelautan dan perikanan: masalah yang dihadapi dan prospeknya. Harian Umum Kendari Pos, 23 Februari 2000

La Sara. 2000b. Visi dan peranan Perguruan Tinggi dalam pengembangan sumberdaya laut dan perikanan. Harian Umum Kendari Pos, 9 Mei 2000.

La Sara. 2000c. Anatomi sumberdaya laut dan perikanan Sulawesi Tenggara. Makalah dalam forum konsultasi anggota DPR Pusat dengan DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara tentang potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Sulawesi Tenggara di Kendari, 14 April 2000.

La Sara. 2002. Konsep perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Makalah lokakarya partsipasi publik dalam perencanaan pengelolaan pesisir dan laut diselenggarakan BAPPEDA Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari, 4 November 2002.

(22)

BIODATA

Nama : Ir. La Sara, MSi., Ph.D Tempat/Tanggal Lahir : Bau-Bau, 22 April 1961

Keahlian : Manajemen Sumberdaya Pesisir (Coastal Resources Management) Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Rumah : Perumahan Dosen Unhalu Kampus Bumi Tridharma Blok K/27 Kendari, 93232 Telp. (0401) 392517; 08164312297

e-mail: lasara_unhalu@yahoo.com

Alamat Kantor : Perumahan Dosen Unhalu Blok K/27 Kampus Bumi Tridharma Kendari, 93232 Telp. (0401) 392517

LA SARA menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah di Bau-Bau:

SD No.59 tahun 1973 (ranking II), SMP Neg. I tahun 1976 (ranking I) dan SMA Neg. I

tahun 1980 (ranking I). Selanjutnya mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor

(IPB) pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan. Selama

menjadi mahasiswa aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan dan kerohanian

Islam. Tahun 1983 terpilih sebagai anggota Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM)

Fakultas Perikanan IPB, kemudian mengundurkan diri karena pada waktu yang sama

dipilih oleh mahasiswa sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Perikanan IPB.

Pada tahun 1983 – 1984 terpilih sebagai Presidium Senat Mahasiswa IPB. Gelar

Sarjana Perikanan diperoleh pada tahun 1986. Pada tahun 1986 mengikuti test dosen di

Universitas Haluoleo dan dinyatakan lulus. Karir sebagai PNS terhitung sejak 1 April

1987 dan sebagai dosen (asisten ahli) terhitung mulai 1 Mei 1988.

Pada tahun 1989 diangkat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Pertanian Wuna (pertama) di

Raha sampai tahun 1992. Tahun 1990 terpilih sebagai dosen teladan III Fakultas

Pertanian Unhalu. Pada bulan Agustus 1992 melanjutkan pendidikan S2 di IPB pada

Program Studi Ilmu Perairan Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dengan sumber

beasiswa TMPD. Pendidikan S2 diselesaikan pada tahun 1994. Tahun 1995 – 1997

diangkat sebagai Ketua Jurusan Perikanan (pertama) Fakultas Pertanian Unhalu.

Tahun 1996 mengikuti kursus Bahasa Inggeris di Universitas Indonesia selama 4

bulan dan mendapat penghargaan sebagai the best reader of the most books. Pada

tahun 1997 mendapat beasiswa dari ADB untuk melanjutkan pendidikan program

Doktor (S3) di College of Fisheries and Ocean Sciences, University of the Philippines

yang diselesaikan pada tahun 2001. Selama menjadi mahasiswa S3 mendapatkan

penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi College Schollar dan University

Schollar. Panggilan untuk mengikuti pendidikan S3 di Australia tiba setelah mengikuti

pendidikan 1 semester (awal tahun 1998) di University of the Philippines, tetapi lebih

(23)

DGHE-SEARCA untuk melanjutkan pendidikan Post Doctor di Goetingen University,

German atau British Columbia University, Canada. Pendidikan Post Doctor tersebut akan

diikuti dalam waktu dekat ini.

Pada tahun 1996 mengikuti Academic Networking di 11 Universities di Canada selama 3

bulan. Tahun 2001 diundang selama 1 bulan di Tokyo University of Fisheries, Jepang

untuk melakukan Cooperative Research dan mempresentasekan makalah ilmiah pada

seminar internasional. Undangan tersebut diperoleh setelah memperoleh penghargaan

sebagai pemakalah terbaik bidang Marine Biology pada International Symposium di

Bogor tahun 2000.

Selama 1 tahun (tahun 2000) menjadi Co-leader of Management and Monitoring

Consultant (MMC) Sulawesi Tenggara untuk Proyek Pengembangan Budidaya Tambak di

Sulawesi Tenggara yang dibiayai oleh Japanese Bank for International Cooperation

(JBIC).

Sejak menjadi dosen, berbagai karya ilmiah telah dipubilikasikan pada berbagai jurnal

ilmiah (nasional dan internasional). Kegiatan ilmiah (seminar, simposium, workshop,

training) juga telah diikuti, baik tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.

Kegiatan ilmiah yang diikuti umumnya diundang sebagai pemakalah.

Setelah menyelesaikan pendidikan Phylosophy of Doctor (Ph.D) lebih banyak memberi

kuliah dan membimbing mahasiswa. Tugas tambahan yang dikerjakan adalah

membantu LPIU Due-like Unhalu pada bidang akademik. Hingga tahun 2003, kegiatan

penelitian, pengkajian dan pengembangan pada pengelolaan wilayah pesisir dan

perikanan dilakukan terutama membantu Pemerintah Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara. Saat ini bersama dengan teman-teman lainnya

sedang menulis “Kajian Filosofi Mendukung Sultra Raya 2020” dan Penyusunan

Master Plan Kawasan Industri Perikanan (KIP) Terpadu.

Pangkat/golongan yang dicapai sekarang adalah Pembina Tingkat I/golongan IV/b

dengan jabatan Lektor Lepala.

LA SARA adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara dari pasangan H. Imaluddin dan Hj. Sitti

Aminah. Menikah dengan Dra. Zaerina Rahman pada tanggal 9 – 9 – 1989 dan saat ini

dikarunia 3 orang putri: Sabrina Yulia La Sara (8 tahun), Wardina Fitria La Sara (6.5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis Skalogram dalam menjawab rumusan masalah kedua menunjukkan bahwa Kabupaten Bulukumba menempati hierarki 1 dapat menjadi pusat pengembangan sektor

Berbicara wewenang dan tanggung jawab melakukan bimbingan dan binaan, sebagaimana pada setiap lembaga pendidikan umumnya, tak terkecuali pesantren, dalam hal ini madrasah,