• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSPEKTIF PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU D"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF PEMBELAJARAN KIMIA

DITINJAU DARI GENDER

Review Jurnal

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Penelitian Terbaru Pendidikan Kimia

Wiwid Pungki Ningrum 15728251016

PROGRAM STUDI Pendidikan Kimia A Program Pascasarjana

(2)

A. Jurnal 1: Evaluation Of Authentic Science Projects on Climate Change in Secondary Schools: A Focus on Gender Differences

Penelitian yang dilakukan oleh Dijkstra & Goedhart (2011) memfokuskan pada bagaimana persepsi peserta penelitian terhadap isu lingkungan yang berkaitan dengan kimia ditinjau dari segi gender. Peserta penelitian merupakan siswa sekolah menengah atas dari tujuh negara yang mengikuti authentic science project. Kerjasama antara perguruan tinggi, lembaga riset memungkinkan peserta dapat bekerja sama dengan ilmuwan dalam proyek pada materi siklus karbon global.

1. Pengenalan Masalah

Popularitas mata pelajaran sains di sekolah dinilai rendah, dan jarang diminati oleh para siswa dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Minat siswa, terutama siswa perempuan terhadap pembelajaran sains dan teknologi (S&T) dinilai rendah. Tidak hanya itu, jumlah ilmuwan dalam bidang sains di Eropa masih memperoleh skor 5,7 yang dinilai masih kurang, padahal ilmuwan pada bidang ini sangat dibutuhkan dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu proyek yang dapat mengevaluasi pendapat siswa sekolah menengah pertama dalam keterlibatannya secara langsung bersama ilmuwan bidang sains dan teknologi dalam sebuah proyek yang disebut Authentic Science Projects (ASP).

Pembelajaran sains konvensional di dalam kelas cenderung kurang menantang, membosankan, tidak relevan dan tidak update, padahal pembelajaran dapat dilaksanakan secara lebih menyenangkan, menantang dan bersemangat dengan pembelajaran di luar kelas/sekolah. Pembelajaran dengan proyek autentik akan memberi pengalaman belajar ilmiah yang terintegrasi. Pembelajaran ini akan memberi dampak langsung terhadap pengembangan pedagogi siswa, serta dapat dilakukan dengan inkuiri terbuka dan tugas langsung.

(3)

dalam matematika dan sains. Jadi, perlakuan yang sama dalam pembelajaran akan member kesan berbeda bagi siswa perempuan dan laki-laki.

Dalam rangka meningkatkan sikap siswa terhadap sains dan perubahan iklim, serta member pengalaman belajar sains autentik, maka dilaksanakan

Carboschool di Eropa sejak tahun 2009-2010. Proyek ini bertujuan (1) menerapkan isu lingkungan di dalam dan di luar kelas, yang isu tersebut memiliki kaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa perempuan dan laki-laki; (2) mengaktifasi ketertarikan siswa terhadap sains dan belajar ilmiah; (3) meningkatkan kesadaran pada perubahan iklim global dan lokal.

ASP yang dilaksanakan oleh satu orang atau lebih peneliti pada setiap daerah regional. Mereka berperan mengembangkan materi belajar, memberi presentasi kepada siswa, dan melakukan supervisi. Proyek yang disampaikan semua berkaitan dengan siklus karbon di alam dan kaitannya dengan perubahan iklim. Sekolah juga memasang alat pengukur kadar CO2 dan cuaca, yang aksesnya terbuka, sehingga data memudahkan siswa untuk melakukan riset/ proyek. Topic proyek juga dihubungkan dengan penelitian siklus karbon oleh institusi penelitian. Proyek dilaksanakan dengan menerapkan metode inkuiri.

Pertanyaan dalam penelitian ini ialah,

a. Bagaimana pendapat siswa SMA yang mengikuti ASP seperti Carboschool? b. Bagaimana perbedaan pendapat antara siswa laki-laki dan iswa perempuan

terhadap partisipasi mereka pada ASP?

c. Karakteristik yang mana dalam ASP yang paling diapresiasi oleh siswa laki-laki dan perempuan?

2. Metode Penelitian, Prosedur, Sampel dan Instrumentasi

(4)

mengukur pendapat siswa terhadap proyek sains autentik. Aspek yang diukur ialah pengorganisasian kesadaran, enjoyment, kesulitan, dan dampak proyek.

Validitas internal dari instrumen ditentukan melalui expert judgement. Validitas eksternal diujikan pada proyek pilot beranggotakan 6 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Hasil validitas ini menunjukkan validitas prediktif yang baik, dan perhitungan spearman pada p<0,01 menunjukkan nilai yang signifikan. Beberapa item soal saling berkorelasi misalnya enjoyment dalam proyek berkorespondensi dengan ketertarikan siswa dalam memiliki karir yang bersifat ilmiah.

Sampel yang diambil sebanyak 1370 siswa (716 siswa perempuan, 654 siswa laki-laki) pada 60 sekolah dari 6 negara (Finlandia, German, Belanda, Italia, Norwegia, Spanyol ) yang terbagi menjadi 54 regional berlokasi pada 8 institusi penelitian. Siswa rata-rata berusia 16, 2 tahun dengan rentang 12 sampai 21 tahun. Sebanyak 70% siswa mengikuti kegiatan proyek 20 jam, 66% mengunjungi institusi penelitian minimal 1 kali. Ilmuwan mengunjungi sekolah rata-rata 4,3 kali.

Pengambilan data dengan SET dilakukan tidak lebih dari satu minggu setelah proyek selesai. Pengambilan data diawasi oleh guru sains atau koordinator wilayah, dengan petunjuk yang telah dituliskan jelas oleh peneliti. Data dikumpulkan oleh koordinator wilayah dan data yang sudah diolah dibawa kembali oleh coordinator sebagai umpan balik.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

(5)

Perbedaan pendapat siswa laki-laki dan perempuan dalam keikutsertaan mereka pada proyek ini ialah:

a. Siswa perempuan merasa belajar hal baru lebih banyak dari pada siswa laki-laki; b. Siswa laki-laki merasakan tingkat kesulitan yang lebih rendah daripada siswa

perempuan;

c. Siswa perempuan merasa dampak pembelajaran lebih banyak dibadingkan laki-laki. Mereka merasa memperoleh informasi yang berguna tentang perubahan iklim lebih banyak dari siswa laki-laki.

Kesuksesan dari program ASP didukung oleh keaktifan siswa dalam belajar, kerja kelompok, pengalaman belajar di luar sekolah, dan pembelajaran sains berbasis inkuiri. Siswa sangat mengapresiasi peran aktif mereka dalam proyek Carboschool.

Kegiatan seperti presentasi, praktik eksperimen lebih menarik daripada kegiatan pasif seperti mendengarkan ceramah atau kunjungan ke institusi riset. Kegiatan menyelesaikan proyek sebab memberi kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas mereka dalam eksperimen. Kegiatan belajar di luar sekolah memberikan pengalaman belajar yang kontekstual, sehingga meningkatkan minat belajar siswa. Dalam

Carboschool, siswa belajar sains dengan basis inkuiri. Dengan inkuiri, Mereka belajar menerapkan ilmu pengetahuan tidak sekedar kerja laboratorium biasa[ CITATION Dij11 \l 1033 ].

4. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari penelitian ini adalah program ASP yang sangat implementatif. Proyek yang diambil adalah Carboschool, yang relevan dengan isu global, memberi pengalaman belajar yang amat bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar yang mampu mereka peroleh berupa pengembangan kompetensi pedagogik dalam kegiatan ilmiah dengan belajar aktif.

(6)

yang berbeda pada setiap wilayah bisa jadi berpengaruh besar terhadap pendapat siswa dalam proyek ini. Selain itu, instrumen penelitian yang digunakan hanya diujikan pada siswa yang jumlahnya tergolong sedikit, padahal instrumen ini akan digunakan pada skala besar (8 negara di satu benua).

B. Jurnal 2 : Gendered Responses to Online Homework Use in General Chemistry Penelitian ini menginvestigasi respon siswa laki-laki dan perempuan terhadap pemberian tugas secara online [ CITATION Ric11 \l 1033 ]. Peneliti mengganti kegiatan kuis di kelas dengan tugas rumah online, kemudian respon siswa berdasar gender diukur. Respon yang diukur berupa prestasi belajar dan pendapat terhadap tugas online.

1. Pengenalan Masalah

Isu gender dalam pembelajaran menarik diperbincangkan, sebab beberapa fakta menyebutkan terdapat perbedaan dalam hal akademik antara gender. NAS, NAE dan IOM serta Hill et al. [ CITATION Ric11 \l 1033 ] menyebutkan bahwa jumlah sarjana perempuan dalam bidang physical science lebih sedikit daripada sarjana laki-laki. Sedikit saja yang mengambil studi lanjut pada tingkat doktoral atau post-doktoral. Selain itu, meskipun siswa perempuan memiliki grade yang lebih baik dalam sains, sedikit dari mereka yang persisten memilih sains sebagai karir. Pembelajaran sains yang lemah menyebabkan siswa perempuan meninggalkan sains. Siswa perempuan seringkali memandang sebelah mata kemampuan matematisnya meski mereka mampu, sehingga terlihat tidak percaya diri. Kenyataan ini sesungguhnya bisa diatasi dengan metode instruksional yang baik. Sax [ CITATION Ric11 \l 1033 ] menyatakan bahwa penelitian seringkali membandingkan perempuan dan laki-laki dalam karakteristik dan kemampuan seperti kemampuan matematis dan kepercayaan diri, namun memberi sedikit perhatian pada bagaimana variasi pengalaman dapat berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan antar gender.

(7)

memanfaatkan sistem managemen belajar/Learning Management System. Pemberian tugas rumah online dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 3,8% sampai 12,1% dengan taraf signifikansi 0,0005. Peneliti juga menemukan fakta bahwa siswa menyambut baik tugas rumah online, namun apakah perlakuan tersebut mampu meningkatkan pembelajaran dan bagaimana dampaknya terhadap siswa laki-kali dan perempuan belum pernah dikaji. Penelitian in merumuskan beberapa pertanyaan,

a. Adakah perbedaan antara siswa perempuan dan laki-laki dalam dampak pemberian tugas rumah online terhadap kesuksesan siswa pada mata kuliah Kimia Dasar?

b. Apakah tugas rumah online ekuivalen dengan metode lain (misal kuis mingguan) atau ujian formatif?

c. Apakah terdapat perbedaan antara siswa perempuan dan siswa laki-laki dalam hal sikap terhadap penggunaan tugas rumah online?

2. Metode Penelitian, Prosedur dan Instrumentasi

Metode penelitian ialah penelitian eksperimen dengan memberi perlakuan berupa mengganti kuis mingguan dengan tugas rumah online berbasis web, dengan penilaian praktik online. Tugas ini menempati 10% dari penilaian. Kegiatan pembelajaran tetap dilaksanakan seperti biasa dengan melibatkan guru dalam kegiatan mengajar. Program dalam pembelajaran disebut CHEM 116, yang disusun oleh Richard-Babb. Guru dapat mengambil pertanyaan umum yang berkaitan dengan konten pembelajaran, atau menulis sendiri pertanyaan yang akan diajukan dalam tugas rumah online. Soal-soal pada tugas rumah dapat berbentuk pilihan ganda, uraian, algoritma, benar salah atau menjodohkan. Selain itu, dalam web sistem tugas online, terdapat sumber pembelajaran yang dapat diakses kapanpun oleh siswa, seperti e-book, video, simulasi, contoh soal, atau tutorial.

(8)

Untuk menguji validitas ekuivalen dua instrument yang dibandingkan (tugas rumah online dan kuis mingguan), informasi data hasil belajar mahasiswa yang mengerjakan kuis dalam CHEM 116 dengan pengajar Richard-Babb dikumpulkan dari tahun 2001 hingga 2009. Data yang dikumpulkan dan dibandingkan ialah data kesuksesan mahasiswa dalam CHEM 116 yang diberi tugas rumah online (tahun 2006 ke atas) dengan yang diberi kuis mingguan (tahun 2001-2006). Selain itu, data college-entrance readiness indicators(CERI) yang terdiri dari skor GPA,

American College Testing (ACT) dan Scholastic Aptitude Test (SAT) juga digunakan sebagai bahan analisis.

Pertanyaan ketiga diukur dengan instrument survey yang terdiri dari 4 pertanyaan demografik, 36 pertanyaan sikap dengan skala likert 5, dan 4 pertanyaan terbuka. Topik dalam pertanyaan berkaitan dengan penyelesaian tugas online, pemahaman, sikap, kebiasaan belajar, kesadaran dalam grade, dan hal lain yang menarik peneliti.

3. Hasil

Mahasiswa laki-laki mengalami peningkatan kesuksesan dalam belajar sebesar 10,1 %, lebih besar daripada peningkatan mahasiswa perempuan sebesar 5,0%. Jarak nilai antara mahasiswa perempuan dan mahasiswa laki-laki mengalami penurunan, dari 6,9 % menjadi 5,2%. Data ini menunjukkan gap

prestasi belajar antara mahasiwa perempuan dan laki-laki menurun. Data dari CERI menunjukkan kemampuan matematika mahasiswa laki-laki meningkat, begitu juga dengan mahasiswa perempuan, namun kurang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa mengganti tugas kuis mingguan dengan tugas rumah online dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa laki-laki mengalami peningkatan prestasi belajar dua kali lipat dibandingkan mahasiswa perempuan, dan mengecilkan perbedaan prestasi belajar antara keduanya, sambil meningkatkan performa belajar mahasiswa perempuan.

(9)

belajar, performa dan retensi pada kedua gender, namun ternyata meningkatkan

gap prestasi keduanya.

Sikap kedua gender dalam mengikuti tugas rumah online berbeda. Mahasiswa perempuan cenderung menyukai tugas online, menyetujui penyelesaian tugas rumah secara online dan merekomendasikan metode ini untuk mata kuliah General Chemistry. Mahasiswa laki-laki menyatakan bahwa mereka kebanyakan tidak menyukai online homework, menganggap online homework menghabiskan banyak waktu dan merasa tidak memajukan pengetahuan dalam kimia. Selain itu, mereka beranggapan kebiasaan belajar dengan online homework

kurang efektif.

4. Kelebihan dan Kelemahan

Penelitian ini memiliki kelebihan yaitu jangka waktu yang lama dalam penelitian dan banyaknya sampel yang diambil, mejadikan hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Kelemahan dari penelitian ini ialah kurang menjelaskan media pembelajaran berbasis web yang mengandung tugas online, sistemnya, cara penilaian dan lain sebagainya. Dibutuhkan tugas bersifat follow up untuk meningkatkan retensi dan pemahaman mahasiswa.

C. Jurnal 3 : A Cross-Age Study of Science Student Teachers’ Chemistry Attitudes

Penelitian ini bertujuan menemukan pengaruh gender dan lamanya belajar pada guru sains terhadap sikap kimianya. Instrumen yang digunakan adalah adaptasi dari Chemistry Attittude and Experiences Questionnaire (CAEQ). Perbedaan sikap kimia antara kedua gender terhadap sikap kimia ditemukan signifikan.

1. Pengenalan Masalah

(10)

Penelitian Dalgety (2003) dan Ultay & Calik (2011) menunjukkan bahwa peningkatan sikap guru terhadap kimia berhubungan dengan pembelajaran yang menggunakan teknologi inovatif. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan dalam penggunaan model pembelajaran dalam materi asam dan basa terhadap sikap guru kimia. Sehingga perlu kajian lebih mendalam terhadap variabel ini.

Pengaturan lingkungan kelas dapat menjadi faktor kunci dalam meningkatkan sikap kimia. Penggunaan strategi belajar yang variatif dan pengalaman belajar yang tidak biasa menunjukkan peningkatan positif dalam sikap kimia. Sayangnya, terjadi penurunan dalam performa guru kimia pada pendidikan tinggi (Çalık, et al., 2015). Padahal, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia, diperlukan guru yang memiliki antusiasme tinggi terhadap kimia. Jika guru kimia memiliki sikap positif terhadap kimia, mereka mungkin bisa membangun sikap siswa yang positif pula. Belum ada kajian mengenai lama studi terhadap sikap kimia, serta adanya diskriminasi pemerintah Turki terhadap mahasiswa wanita, maka penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan:

a. Adakah perbedaan signifikan rata-rata skor sikap kimia antara mahasiswa calon guru laki-laki dan perempuan?

b. Adalah perbedaan signifikan dalam skor rata-rata sikap kimia pada mahasiswa calon guru yang belajar pada tahun pertama dan tahun keempat?

2. Metode Penelitian, Prosedur dan Instrumentasi

Metode penelitian merupakan kuantitatif deskriptif. Data diambil tanpa pemberian perlakuan atau perubahan lingkungan belajar. Data tentang perubahan dan perkembangan dalam konsep kimia, sikap, umur dan kajian longitudinal digunakan. Namun, pengambilan data secara cross age dinilai efektif dan efisien, sehingga dilakukan dalam penelitian ini.

Sampel yang digunakan sebanyak 983 orang (274 laki-laki, 709 perempuan, rentang umur 17-34 tahun, rata-rata berumur 20,9 tahun). Mereka adalah mahasiswa dari 4 universitas, Artvin Coruh University (193 orang), Giresun

(11)

dan akademik yang sama. Budaya akademik, silabus, kurikulum, partnership

pendidikan ekuivalen pada setiap institusi pendidikan.

Instrumen CAEQ disusun dari 21 item, yang terdiri dari 8 soal kimiawan, 4 soal penelitian kimia, 1 soal documenter sains, satu soal website kimia, 5 soal pekerjaan kimia, 1 soal tentang pembicaraan kimia dengan treman,dan satu soal film sains fiksi. Validasi intrumen dilakukan dengan judgement ahli dan diujikan ke 290 orang partisipan. Instrument memiliki nilai alfa-Cronbach yang baik untuk setiap subseksi.

3. Hasil

Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap kimia antar gender, namun tidak terdapat hubungan signifikan antara gender dengan lamanya belajar. Mahasiswa perempuan cenderung mengembangkan sikap kimia yang lebih positif dibandingkan mahasiswa laki-laki. Skor tertinggi ditunjukkan pada subseksi penelitian kimia. Skor lain seperti kesadaran akan pekerjaan kimia, menunjukkan nilai yang signifikan pula. Secara keseluruhan, mahasiswa tahun pertama memiliki skor yang tinggi pada tiga subseksi CAEQ [ CITATION Dem14 \l 1033 ]. Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap kimia diantaranya sosial, keluarga, guru, dan teman. Skor menunjukkan, tingkat sikap kimia pada setiap tahun belajar tidak meningkat. Peneliti menyimpulkan hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya usaha dari pendidikan tinggi dalam meningkatkan sikap kimia mahasiswanya.

4. Kelebihan dan Kelemahan

(12)

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kimia, namun jarang menghubungkan dengan kedua faktor tersebut.

D. Jurnal 4 : Investigating Students’ Interest in Chemistry Through Self-Generated Questions

1. Pengenalan Masalah

Kurikulum kimia seringkali tidak menyentuh sisi ingin tahu dan minat siswa. Beberapa tahun terakhir riset kimia mengidentifikasi minat dan keingintahuan siswa sebagai pertimbangan dalam mendesain pembelajaran. Sayangnya, data yang dikumpulkan tentang kebermaknaan pembelajaran kimia masih dipaksakan tergantung pada pendapat orang dewasa. Dengan pemberian kebebasan bertanya (self-generated question), siswa dapat merumuskan sendiri informasi apa yang ingin diperoleh dalam pembelajaran, dan bagaimana mereka berpikir untuk mengisi keingintahuan tersebut.

Pertanyaan siswa dapat menjadi indikator dari minat siswa dalam pembelajaran kimia. Pertanyaan menunjukkan keinginan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat dan keingintahuan dari suatu topik belajar yang diberikan. Analisis dari pertanyaan siswa menunjukkan keingintahuan pada kekurangan informasi dalam sebuah topik. Bertanya merupakan langkah kritis dalam kegiatan inkuiri, sayangnya program pembelajaran seringkali mengesampingkan proses bertanya sebagai hal yang penting dalam pembelajaran. Banyak peneliti membagi informasi bahwa minat siswa dalam studi sains menurun, padahal minat dapat ditingkatkan melalui self-generated question, dengan setting informal. Selain itu, terdapat korelasi positif antata minat dengan prestasi belajar, oleh sebab itu, upaya meningkatkan minat belajar adalah prioritas. Penelitian juga menunjukkan perbedaan minat antara gender, sebab dalam lingkungan formal, siswa perempuan cenderung tidak menyampaikan pertanyaan, namun pada lingkungan informal mereka lebih bebas menyampaikan pertanyaan.

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah apa ciri-ciri dari pertanyaan kimia yang diajukan siswa dan bagaimana mereka bervariasi terhadap gender serta stimuli pencetus dalam bertanya?

(13)

Pertanyaan yang diinvestigasi adalah pertanyaan yang diajukan oleh siswa SMA kepada majalah Science and Technology. Pertanyaan dimuat di rubrik “You’re Curious About”. Pertanyaan yang dianalisis merupakan pertanyaan sejak tahun 1968 hingga saat ini, dengan jumlah total 1027 pertanyaan. Data tentang penanya dan gendernya diperoleh dari nama siswa mengirimkan pertanyaan. Pertanyaan dianalisis berdasarkan tiga bidang, dengan tipologi yang diajukan oleh Baram-Tsabari et al. (2006), yaitu:

a. Bidang Ketertarikan

Bidang ketertarikan menunjukkan sumber dan tipe informasi yang dibutuhkan dalam menjawab pertanyaan. Bidang ini terbagi menjadi 5 kategori, yaitu kimia dasar, struktur atom dan molekul, reaksi kimia dan kesetimbangan, kimia nuklir dan kimia unsur.

b. Level Kognitif Pertanyaan

Level kognitif menunjukkan tingkat informasi dan tipe informasi. Tingkat informasi menunjuk ke tiga sub-kategori, yaitu 1) properti; 2) perbandingan; dan 3) hubungan kausal. Tipe informasi terdiri dari 6 kategori yaitu 1) informasi umum; 2) informasi faktual; 3) informasi eksplanatori; 4) informasi metodologi; 5) prediksi; dan 6) informasi open-ended.

c. Stimuli Pencetus Pertanyaan

Pada indicator ini, peneliti penganalisis stimuli yang mencetuskan pertanyaan , menginvestigasi alasan dari penanya terhadap pertanyaan yang diajukannya. Peneliti memodifikasi tipologi yang diajukan Baram-Tsabari, et al. (2006), yaitu dengan mempertemukan stimulus aplikatif dan non aplikatif terhadap enam aspek pertanyaan yaitu,

1) Spektakuler, mengkategorikan pertanyaan tentang hal-hal yang terbesar, tercepat, terlama, tertua, terkuat, dan lain-lain.

2) Filosofis dan Estetika, mengkategorikan pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh sains dan teknologi)

3) Keingintahuan umum

4) Penjelasan terhadap suatu observasi

(14)

6) Kebutuhan informasi, pertanyaan didalam kategori ini menunjukkan kebutuhan sumber informasi.

Reliabilitas pertanyaan dilakukan dengan review oleh dua orang pengkode pertanyaan, yang memetakan jenis-jenis pertanyaan pada tiga jenis klasifikasi di atas. Analisis statistik membandingkan respon gender terhadap karakteristik pertanyaan, dan aspek yang menstimuli pertanyaan pada setiap bidang.

3. Hasil

Pertanyaan yang diajukan siswa terdistribusi secara hampir merata pada setiap bidang konsep kimia, yang dikodekan dengan tiga aspek diatas. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara pertanyaan yang diminati siswa perempuan dan laki-laki, namun mereka memiliki perbedaan minat pada sub bidang kimia yang ditanyakan. Siswa perempuan kebanyakan menanyakan tentang reaksi kimia, cairan dan padatan. Siswa laki-laki banyak bertanya tentang keadaan gas, keadaan materi, termokimia dan kimia material. Namun, minat siswa kedua gender sama pada termokimia. Berdasarkan tingkat pertanyaan, kebanyak siswa menanyakan sifat-sifat dari variabel, kemudian diikuti hubungan kausal dan perbandingan. Berdasarkan gender, tidak ada perbedaan signifikan dalam hal tingkat pertanyaan. Tipe informasi yang ditanyakan kebanyakan merupakan informasi faktual dan eksplanatori. Perbedaan gender pada tipe pertanyaan ialah, siswa perempuan cenderung bertanya tentang informasi faktual dan eksplanatori, sedangkan siswa laki-laki bertanya informasi metodologi, prediksi, dan pertanyaan umum. Semua pertanyaan open ended diajukan oleh siswa laki-laki. Alasan pengajuan pertanyaan yaitu aplikatif dan nonaplikatif, menunjukkan kesamaan tingkat pada kedua gender.

4. Kelebihan dan Kelemahan

(15)

E. Jurnal 5 : Assessing Motivation To Learn Chemistry: Adaptation and Validation of Science Motivation Questionnaire II with Greek Secondary School Students 1. Pengenalan Masalah

Penelitian ini menguji validitas instrument Chemistry Motivation Questionnaire II (CMQ II) yang diaplikasikan ke budaya berbeda (Yunani) dan diterapkan pada siswa SMA. Instrument terbagi menjadi 5 komponen motivasi yaitu

grade motivasi , motivasi karir, motivasi intrinsik, efikasi diri, dan determinasi diri. Perbedaan gender juga menjadi salah satu objek investigasi dalam penelitian ini [ CITATION Sal15 \l 1033 ].

Kajian motivasi dalam penelitian pendidikan mendapatkan minat yang cukup besar pada saat ini. Motivasi dapat menjadi prediktor terhadap performa belajar kimia. Lingkungan belajar seperti strategi pembelajaran, media, guru, dan penilaian menjadi perantara yang mempengaruhi pembentukan motivasi diri dan pembelajaran kimia. Sehingga, dibutuhkan suatu instrument penelitian yang valid untuk menilai motivasi diri siswa. Pertanyaan dalam penelitian ini ialah:

a. Bagaimana validitas CMQ II dalam mengukur motivasi siswa SMA Yunani pada pembelajaran kimia?

b. Jenis motivasi yang mana yang khas dari siswa SMA Yunani dalam pembelajaran kimia?

c. Bagaimana perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa yunani tingkat bawah(14-15 tahun) dan tingkat atas(16-17 tahun)?

d. Apa perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa perempuan dan siswa laki-laki SMA di Yunani?

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan instrumen. Peserta penelitian berjumlah 330 siswa (163 laki-laki dan 167 perempuan) dari 4 sekolah yang berbeda di Yunani. Siswa yang diteliti terdiri dari siswa grade 8 dan grade 10. Instrument yang dikembangkan merupakan terjemahan dari Science Motivational Questionnaire yang kemudian diadaptasi menjadi CMQ II dengan 4 skala likert. CMQ II divalidasi oleh ahli materi dan divalidasi empiris dengan menerapkan pada siswa.

(16)

CMQ II telah divalidasi dan terdiri dari 5 faktor motivasi yang diukur berupa

motivational grade, motivasi intrinsik, efikasi diri, motivasi karir, dan determinasi diri. Setiap faktor mungkin saling berkaitan. Berdasaran analisis statistic, nilai chi square menunjukkan bahwa instrumen valid. Struktur dari CMQ II tidak dipengaruhi oleh usia dan gender dalam hal asosiasi butir soal antar faktor dan banyaknya faktor.

Terdapat perbedaan signifikan dalam determinasi diri antara siswa laki-laki dan perempuan. Lebih rinci, siswa perempuan pada tingkat bawah (14-15 tahun)

memiliki skor relatif lebih tinggi terhadap siswa laki-laki pada faktor motivasi intrinsik dan motivasi karir. Untuk faktor afikasi diri dan grade motivasi, tidak erdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan perbedaan umur tidak mempengaruhi perbedaan motivasi kedua jenis gender. Penemuan yang menarik adalah skor faktor motivasi karir menempati rata-rata terendah diikuti oleh determinasi diri.

4. Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan dari penelitian ini adalah pengembangan instrumen yang detail dan struktur instrumen disusun dengan faktor-faktor yang spesifik. Pembahasan secara statistic sangat teperinci, jelas, dan menjelaskan interpretasi data untuk setiap indikator/aspek motivasi. Sayangnya, tidak disebutkan teknik pemilihan sampel dan bagaimana faktor usia dan gender berpengaruh pada setiap faktor motivasi tidak disajikan dalam grafik melainkan dalam tabel, sehingga sedikit sulit dibaca.

DAFTAR PUSTAKA

Çalık, M., U¨ltay, N., Kolomuçc, A., & Aytard, A.-e. (2015). A Cross-Age Study of Science Student Teachers’ Chemistry Attitudes. Chemistry Research and Practice , 16, 228-236.

Demirdogen, B., & Cakmakci, G. (2014). Investigating Students’ Interest in Chemistry Through Self-Generated Questions. Chemistry Research and Practice, 15, 192-206.

Dijkstra, E., & Goedhart, M. (2011). Evaluation of Authentic Science Projects on Climate Change in Secondary Schools: A Focus on Gender Differencies. Research in Science & Technological Education, 29 (2), 131-146.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Tidak seperti yang terjadi saat ini, dimana kamu hanya menerima informasi dari website yang telah kamu tinggali alamat email sebelumnya, dengan EMMARES kamu akan menerima

Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dependensi antara luas panen padi dan indikator ENSO 3.4 sebagian besar mengikuti Copula Clayton yang memiliki tail dependensi di bawah,

Tingginya tingkat risiko (RQ) logam berat Pb pada masyarakat yang mengonsumsi ikan belanak di Sungai Tapak disebabkan karena laju asupan ikan belanak yang banyak

Kajian ini membahas tentang efektivitas metode peer tutoring dalam meningkatkan kemampuan tahsin al-Quran pada mahasiswa Pendidikan Agama Islam melalui program Bengkel mengaji

Ketika telah selesai dalam pembuatan sebuah game, ada satu proses yang nantinya akan menentukan apakah game yang telah dibuat sudah dapat atau layak untuk digunakan dan

Dalam lingkungan kerja, potensi penyebab timbulnya stres pada diri karyawan sangat banyak, seperti ketegangan dalam berkomunikasi dengan atasan atau rekan kerja, pekerjaan

yaitu tegangan maksimum yang diperoleh diantara 9,31 sampai 10,6 V, frekuensi 2,2 kHz sampai 6,8 kHz, dan daya yang dihasilkan antara 5,512 Watt sampai 31,24 Watt,