KENAPA ROLE MODEL PENTING
DALAM MEMBANGUN BUDAYA PERUSAHAAN YANG KOKOH
Akhir tahun lalu ( 2015 ) Fortune kembali merilis
100 Best Company To Work For
yang
bekerjasama dengan Lembaga Great Place To Work Institute ( sebuah lembaga yang gemar
melakukan riset selama puluhan tahun mengenai tempat kerja yang dianggap paling baik
menurut persepsi karyawan ).
Metode yang digunakan oleh lembaga riset tempat kerja tersebut, untuk mendapatkan 100
perusahaan terbaik, adalah dengan cara mensurvey seluruh karyawan yang tersebar di
belahan bumi Amerika Serikat. Dua pertiga dari nilai perusahaan didasarkan pada hasil
trust
index
karyawan yang di kirim ke sample acak karyawan dari masing-masing perusahaan.
Survey ini menanyakan yang berkaitan dengan sikap karyawan tentang pengalaman kerja
mereka. Sepertiga lainnya didasarkan pada tanggapan terhadap
compliances audit
,
benefit
system
, pola komunikasi,
training
,
recognition program
, dan
managing diversity
.
Dan hasilnya salah satu yang menarik adalah sudah lebih dari 6 tahun belakangan masuknya
Zappos sebagai pendatang baru di perusahaan yang paling di minati di belahan bumi
Amerika, mengalahkan raksasa bisnis yang sudah sekian puluh tahun bertengger seperti
Adobe dan Deloitte.
Namun tidak dengan Tony Hsieh, menurutnya ide Nick itu luar biasa dan hal itu pulalah yang menjadikan Tony tertarik bergabung dan ber invest di Zappos.
Berangkat dari nol, di tangan Tony Hsieh sang CEO, Zappos saat ini mencatatkan profit 97 juta dollar, 77, 9% jump dari tahun 2014. Tidak hanya menjual sepatu saja, tapi saat ini zappos juga sudah menjual, pakaian, tas, kacamata, jam dan berbagai barang dan pernaik-pernik.
Yang menarik untuk kita telisik adalah, apa yang dilakukan Tony sehingga mampu membawa Zappos
from nothing to something dan menjadikan perusahaan retail online ini terkemuka dan menjadi idaman di Amerika dan mengantarkan pada profitable growth yang optimal?. Dan pelajaran apa yang kita dapatkan dari praktek manajemen ala Tony Hsieh?. Tulisan kali ini kita akan membedah mengenai hal tersebut di atas.
Berdasarkan dari hasil riset terhadap 737 karyawan Zappos, dengan tingkat confidence level
( akurasi ) 95% dan margin of error +/- 2,59, rata-rata 82% karyawan Zappos mengatakan bahwa tempat kerja mereka adalah luar biasa, 92% mereka merasa tertantang, 94% mereka menyukai iklim kerja, 89% mereka puas dengan sistem rewards, 94% mereka bangga dengan perusahaan, 85% mereka menyukai pola komunikasi yang terbangun dan 84% mereka senang dengan Atasan mereka.
Dari hasil riset diatas, tentu hal ini menjadi luar biasa apabila kita bandingkan dengan hasil riset Gallup ( sebuah lembaga riset yang fokus pada employee engagement-keterikatan karyawan dengan perusahaan ) bahwa rata-rata keterikatan dan kepuasan karyawan di Amerika cukup rendah antara 21%-29% dan rata-rata di dunia hanya 13%.
Terlebih lagi untuk kepuasan terhadap reward system selalu berada di kisaran bawah dari seluruh item yang disurvey, dan angkanya tidak lebih dari 20%. Alasan klasiknya adalah bahwa tidak ada yang bisa membuat karyawan puas atas penghasilan, sekalipun a flagship company. Dan tentu hal ini menjadi gambaran atas keberhasilan mengenai praktik manajemen yang dilakukan oleh Tony.
Kalau kita lihat pada Zappos profile, memang kunci keberhasilan Zappos yang paling fenomenal adalah terletak pada strong corporate culture. Dari corporate culture yang kuat menghasilkan
Hal itu terlihat pada Zappos 10 corporate culture yang terus di hidupkan dalam setiap pekerjaan dan tergambarkan dalam perilaku keseharian setiap zapponian-panggilan untuk karyawan Zappos- yang mereka sebut sebagai Zappos Family Mission, serta di integrasikan dalam setiap kebijakan, dan aturan yang dibuat sampai pada benefit system, pola komunikasi dan service yang mereka lakukan.
Berkaca dari Zappos di atas ada kata kunci yang layak kita garis bawahi tebal-tebal bahwa keberhasilan dalam membangun budaya perusahaan yang kemudian berefek pada kompetensi dan ujungnya adalah kinerja tidak lepas dari adanya adanya peran seorang Leader yang menjadi model, panduan dan rujukan yang memastikan bahwa nilai-nilai yang di anut, keyakinan yang ada, nilai-nilai komunal dan yang hidup terus terformulasikan dengan baik sehingga menjadi karakter kuat dan khas dari organisasi.
Hal ini pulalah yang ditegaskan oleh Edgar Schein dalam bukunya Organizational Culture and Leadership bahwa budaya dan kepemimpinan bagai dua mata koin yang tidak dapat dipisahkan dan akan saling mempengaruhi.
Prosesnya adalah seorang pemimpin dengan karakter kuat, keyakinan, nilai dan pemahaman akan menularkan visi dan pandangannya, kemudian dalam proses bisnis akan terjadi interaksi yang saling menguatkan, dari saling menguatkan kemudian akan saling mempengaruhi dan pada akhirnya akan tertanam dan terjadi integrasi dalam sistem atau Edgar Schein menyebutnya sebagai istilah culture creation.
Itulah kiranya yang menjadi kunci sukses dalam membangun budaya perusahaan. Rumusnya adalah Strong Leadership make Strong Culture, Strong Culture Make Competency and Competency Make Good Performance.
Selamat pagi kawan. Semoga dalam diri kita tertanam jiwa kepemimpinan yang kuat sehingga dapat membangun budaya yang kuat di manapun kita berada dan membawa kemanfaatan, khususnya di tempat Anda bekerja. Salam sukses untuk Anda semua!!
Written by Adi Sumarno