59 Peran Muhammadiyah Dalam Menyikapi Fenomena LGBT
dan Aliran Keagamaan Menyimpang*
Oleh Nilwani Hamid
Dosen Fakultas Agama Islam
A. Pendahuluan
Fenomena munculnya bermacam ragam paham dan aliran menyimpang (sesat) di tanah air kerapkali disikapi dengan berbagai cara oleh ummat Islam, sebagian umat Islam menyikapinya dengan ekstrem, sikap ekstrem dimaksud secara umum terbagi menjadi dua, yakni main hakim sendiri dengan menghalalkan tindakan anarkis terhadap para penganut aliran menyimpang (sesat), atau memasang badan membela para penganut paham dan aliran
menyimpang (sesat) tersebut dengan
berdalih bahwa "hanya Tuhan-lah yang berhak memvonis sesat tidaknya suatu golongan". Bila kita mencermati secara jeli, maka sikap kelompok pertama yang menghalalkan tindakan anarkis terhadap para penganut aliran sesat sesungguhnya dilatarbelakangi oleh satu model beragama yang lebih mengedepankan sikap-sikap emosional. Sementara kelompok kedua yang begitu toleran terhadap para pengikut
dan penjaja kesesatan, boleh jadi
dilatarbelakangi oleh faktor kejahilan
(kebodohan) terhadap ajaran Islam,
mengikuti hawa nafsu sehingga terjebak taklid buta pada apa yang diajarkan
guru-gurunya, atau adanya
kepentingan-kepentingan duniawi yang menyebabkan seseorang yang sejatinya alim memilih untuk diam seribu bahasa atau bahkan cenderung melakukan pembelaan terhadap
eksistensi aliran/paham menyimpang
(sesat) tersebut.
diantara aliran/paham menyimpang(sesat) yang saat ini sedang menghebohkan jagat Indonesia raya adalah lgbt dan gafatar.
B. Pengertian LGBT
Lgbt itu sendiri adalah sebuah singkatan yang memiliki arti Lesbian, Gay, Bisexual dan juga Transgender dan arti dari semua istilah tersebut dapat anda lihat di bawah ini
1. Lesbian : lesbian itu berarti seorang
perempuan yang mencintai atau
menyukai perempuan, baik dari segi fisik ataupun dari segi seksual dan juga spiritualnya, jadi memang hal ini sangatlah menyimpang
2. Gay : sedangkan gay sendiri adalah
seorang laki-laki yang menyukai dan juga mencintai laki-laki, dan kata-kata
gay ini sering disebutkan untuk
memperjelas atau tetap merujuk pada perilaku Homoseksual
3. Bisexual : Bisexual ini sedikit berbeda
dengan kedua pengertian diatas karena orang bisexual itu adalah orang yang bisa memiliki hubungan emosional dan juga seksual dari dua jenis kelamin tersebut jadi orang ini bisa menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ataupun perempuan
4. Transgender : sedangkan untuk
transgender itu adalah ketidaksamaan dari identitas gender yang diberikan kepada orang tersebut dengan jenis kelaminnya, dan seorang transgender bisa termasuk dalam orang yang
homoseksual, biseksual, atau juga
heteroseksual
60
kesenangan baik dari segi prikis ataupun psikologis dan mereka bisa melakukan hubungan dengan sesama jenis, bukan melakukannya dengan lawan jenis seperti orang normal
C. Hukum LGBT
Perbuatan hubungan seksual yang menyimpang ini sudah ada sejak kaum Luth ‘Alaihis salam, dan kata Liwath memang dibuat sebagai sebutan untuk kamu dari Nabi Luth ‘Alaihis Salam karena kaum Nabi Luth ‘Alaihis salam yang pertama kali melakukan perbuatan yang menyimpang ini, dan Allah SWT
memberi nama perbuatan yang
menyimpang ini dengan perbuatan keji {fahisy} dan juga melampaui batas
{musrifun}, dan Allah juga sudah
menjelaskannya pada Al Qur’an : surat al-a’raf 80-81
hukum haram bagi pelaku homo dan hal ini juga didasari dari Dalil hadits Abu Said Al-Khudriy yang sudah pernah diriwayakan oleh Al-Imam Muslim {no,388} Abu
Dawud {no,4018} dan juga
At-Tirmidzi{no, 2793} bahwa Raasulullah
Shallallahu’alaihi wa Sallam berkata :
Dari Abu Said Al-Khudri dari bapaknya
bahwasanya Rasulullah و ﮫ ﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠ ﺻ
ﻢﻠ ﺳ bersabda: “Janganlah pria melihat
aurat pria yang lain dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita yang lain, dan janganlah pria berkumpul dengan pria lain dalam satu selimut, dan janganlah wanita berkumpul dengan wanita lain dalam satu selimut”. (HR. Muslim dan at-Tirmidzi). Memanglah perbuatan menyimpang ini sangatlah dibenci oleh Allah SWT dan juga Rasulullah SAW bahkan telah melaknat perbuatan yang menyimpang tersebut, dan hal ini juga telah disampaikan pada kitab Al-Kabair di halaman 40 yang ditulis oleh Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy Rahimahullah kalau pelaku homo ini adalah salah satu dosa besar dan
didalam kitabnya beliau telah berkata kalau allah telah menyebutkan kita dari kisah kaum Luth dan juga di dalam Al-Qur’an Al-Aziz, Allah SWT telah membinasakan kaum mereka karena perbuatan keji yang dilakukannya, dan kaum muslimin dan juga kalangan agama yang ada sudah bersepakat kalu perilaku homo ini adalah salah satu dosa besar
D. Kreteria paham/aliran /gerakan
keagamaan menyimpang/sesat menurut MUI
MUI Pusat maka menetapkan dan
mengumumkan Pedoman Identifikasi
Aliran Sesat pada tanggal 6 Nopember 2007.berdasarkan hasil rapat kerja nasional Majlis Ulama di Jakarta.sebagai berikut :
1. Mengingkari salah satu rukun iman
yang 6 (enam) yakni beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-Rasul-Nya, kepada hari Akhirat, kepada Qadla dan Qadar, dan rukun Islam yang 5 (lima) yakni mengucapkan dua kalimat
syahadat, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan ibadah haji.
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah
yang tidak sesuai dengan dalil syar’i (Al-Qur`an dan as-Sunnah),
3. Meyakini turunnya wahyu setelah
Al-Quran,
4. Mengingkari otentisitas dan atau
kebenaran isi Al-Quran,
5. Melakukan penafsiran Al-Quran yang
tidak berdasarkan kaedah-kaedah tafsir,
6. Mengingkari kedudukan Hadis Nabi
sebagai sumber ajaran Islam,
7. Menghina, melecehkan dan atau
merendahkan para nabi dan rasul,
8. Mengingkari Nabi Muhammad
61
9. Mengubah, menambah dan atau
mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat, seperti haji tidak ke Baitullah, shalat fardu tidak lima waktu,
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa
dalil syar’i, seperti mengakafirkan
muslim hanya karena bukan
kelompoknya
E. Ciri Ajaran atau Aliran yang Sesat
Ada beberapa ciri aliran sesat yang telah disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia yang kami jabarkan dengan contoh dan sedikit penjelasan di bawah ini.
Pertama, mengingkari rukun iman dan rukun Islam.
Contoh seperti aliran Rafidhah (baca: Syi’ah) yang merubah rukun Islam ke-6 menjadi imamah dan menambah atau mengubah syahadat, atau kelompok sesat yang menambah syahadat dengan syahadat pribadi.
Kedua, meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar’i
(Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam).
Contoh kasusnya ada kelompok yang meyakini dan meramalkan kiamat akan terjadi pada tahun 2012, padahal kapan terjadinya kiamat adalah rahasia Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan ia Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34).
Ketiga, meyakini turunnya wahyu setelah Al-Qur’an.
Contohnya Mirza Ghulam Ahmad
pimpinan Ahmadiyah dengan kitab
Tadzkirahnya.
Keempat, mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al-Quran.
Contohnya Sumanto Al-Qurtubi dengan bukunya yang berjudul lubang hitam agama yang menganggap Al-Qur’an hasil konspirasi jahat antara Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dengan para penulis dan Al-Quran dianggap sebagai barang rongsokan yang sudah usang. Padahal Allah sendiri menyatakan,
“Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9). Kalau Allah yang memelihara, lantas kita mau katakan ada konspirasi di dalamnya? Padahal Allah adalah sebaik-baik penjaga.
Kemudian Syi’ah yang berpendapat Al-Qur’an di tangan kita telah dipalsukan dan mereka yakini adanya mushaf Fatimah.
Kelima, melakukan penafsiran Al-Qur’an yang tidak berdasarkan kaidah tafsir. Kasus percontohannya seperti Ahmad Hariadi yang mengaku mantan Ahmadiyah dengan tafsirnya bernama Yassarna Al-Qur’an. Kemudian ada kelompok Ir. Arief
Mulyadi Tatang Nana dalam buku
kumpulan pemahaman Al-Quran ayat bil ayat yang menyebutkan kita semua adalah turunan pembunuh (qabil yang membunuh habil). Lalu ada Gafatar pimpinan “Nabi Palsu” Ahmad Mosadeq yang mengartikan zakat dengan “yang menjaga kebersihan mental dan spiritual “.
Keenam, mengingkari kedudukan hadits nabi sebagai sumber ajaran Islam.
62 Ketujuh, melecehkan dan atau
merendahkan para nabi dan rasul.
Kasus percontohan Abah Maisah Kurung
Faridlal Athras Al-Kindy yang
menyebutkan bahwa isteri Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam
sebanyak 41 orang.
Kedelapan, mengingkari Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai nabi dan rasul terakhir.
Kasus percontohan seperti Ahmadiyah yang menganggap ada lagi nabi setelah
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam yaitu Mirza Ghulam Ahmad namun tidak boleh ada lagi nabi sesudah Mirza Ghulam Ahmad. Lalu pengajian faham qurani Tatang Nana yang menganggap bahwa pada setiap perkumpulan ada nabi dan rasulnya.
Padahal dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan,
َلﻮُﺳَر ْﻦِﻜَﻟَو ْﻢُﻜِﻟﺎَﺟِر ْﻦِﻣ ٍﺪَﺣَ أ ﺎَﺑَ أ ٌﺪﱠﻤَﺤُﻣ َنﺎَﻛ ﺎَﻣ
َﻦﯿﱢﯿِ ﺒﱠ ﻨﻟا َﻢَﺗﺎَﺧَو ِ ﱠﷲ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
ْﻢُﮭﱡ ﻠُﻛ َنﻮُﺑاﱠﺬَﻛ َنﻮُ ﺛَﻼَﺛ ﻰِﺘﱠﻣُ أ ﻰِﻓ ُنﻮُﻜَﯿَﺳ ُﮫﱠ ﻧِ إَو
ىِﺪْﻌَﺑ ﱠﻰِ ﺒَﻧ َﻻ َﻦﯿﱢﯿِ ﺒﱠ ﻨﻟا ُﻢَﺗﺎَﺧ ﺎَﻧَ أَو ﱞﻰِ ﺒَﻧ ُﮫﱠ ﻧَ أ ُﻢُﻋ ْﺰَﯾ
”Akan ada pada umatku tiga puluh orang pendusta yang kesemuanya mengaku sebagai Nabi, padahal aku adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi lagi sesudahku.” (HR. Tirmidzi, no. 2219 dan Ahmad, 5: 278. Al-Hafizh Abu Thahirmengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan, mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh syariat. Kasus percontohan seperti Syi’ah yang merubah tata cara adzan, iqamah, wudhu, bacaan dan praktik shalat. Kemudian Islam Al-Haq di Garut yang shalat ke seluruh penjuru angin. Lalu Yusman Roy di
Malang yang mengajarkan shalat billingual 2 (dua) bahasa.
Padahal ajaran Islam sudah sempurna, tak boleh ditambah dan dikurangi. Allah Ta’ala berfirman,
ﻲِﺘَﻤْﻌِﻧ ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ ُﺖْﻤَﻤْﺗَ أَو ْﻢُﻜَﻨﯾِد ْﻢُﻜَﻟ ُﺖْﻠَﻤْﻛَ أ َمْﻮَﯿْﻟا
ﺎًﻨﯾِد َم َﻼْﺳ ِ ْﻹا ُﻢُﻜَﻟ ُﺖﯿِﺿَرَو
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Ma’idah: 3).
Kesepuluh, kriteria aliran sesat yang kesepuluh ialah mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i.
Kasus percontohannya seperti Ahmadiyah
yang mengkafirkan yang bukan
Ahmadiyah. Lalu Syi’ah yang mengutuk dan mengkafirkan Aisyah, Abu Bakar, Umar, Utsman dan para shahabat lainnya. yang menyebutkan di luar jama’ah mereka di dalam neraka.
F. Muhammadiyah dan Upaya
Penanganan Kasus Aliran Menyimpang (Sesat)
1. Sekilas tentang Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah
organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah
mengembalikan seluruh ajaran islam yang sesuai dengan alqur’an dan assunah maqbullah
Gerakan Muhammadiyah berciri
semangat membangun tata sosial dan
pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali
63 hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat
tersebut, menurut para tokoh
Muhammadiyah, mengandung isyarat
untuk bergeraknya umat dalam
menjalankan dakwah Islam secara
teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6
Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan
amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya. Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.
2.
.
Upaya Penanganan Kasus Paham/Aliran Menyimpang(sesat)Kemunculan aliran-aliran sesat lebih
banyak disebabkan faktor cultural religius, bukan masalah ekonomi. Karena itu, aliran-aliran sesat bisa muncul di pedesaan dan juga di wilayah perkotaan, orang-orang terpelajar maupun yang kurang terdidik. Karena akar kemunculan aliran sesat itu bersifat kultural-religius, ormas Islam memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka menanggulangi lahirnya
aliran-aliran sesat tersebut. Ada dua
langkah yang bisa dilakukan ormas Islam
termasuk Muhammadiyah untuk
menanggulangi munculnya aliran sesat.
Pertama, mengefektifkan peran dan fungsinya sebagai gerakan pendidikan dan dakwah. Hampir semua ormas Islam memiliki kedua kegiatan tersebut. Saluran pendidikan melalui sekolah, madrasah, dan pesantren.
Para santri dan siswa ditanamkan sejak dini bagaimana model keberagamaan Islam
yang benar sejalan dengan ortodoksi Islam, sembari dijelaskan tentang perbedaan-perbedaan furu’iyah yang bisa ditolerir sehingga bisa bersikap moderat terhadap perbedaan pemahaman. Senapas dengan model pendidikan formal yang dijalankan di lapangan, dakwah seperti pengajian juga
mengembangkan model pemahaman
keagamaan moderat sehingga
kelompok-kelompok jamaah pengajian tidak
gampang menyesatkan kelompok lain yang
tidak sehaluan dengan pemahaman
kelompoknya. Kedua, memperluas basis
gerakan pendidikan dan dakwahnya
kepada kelompok-kelompok masyarakat yang sejauh ini tidak terjangkau oleh kepemimpinan umat atau ormas Islam.
Kehadiran ormas Islam pada umumnya berada di daerah yang tingkat pemahaman keislaman masyarakatnya sudah memadai. Tokoh-tokoh Islam muncul dari komunitas seperti ini. Di sisi lain, komunitas muslim yang tidak terjangkau kepemimpinan semakin jauh dari paham Islam ortodoks sehingga mereka sangat rentan untuk berpaling kepada aliran-aliran sesat. Untuk mengatasi masalah ini, ormas Islam bisa mengambil prakarsa mengadakan migrasi dakwah, mendorong perpindahan beberapa
ahli agama(ustad,da’i,kyai) dari satu
daerah ke daerah lain yang kering komunitas keislamannya.
Cara lain juga dapat melakukan
kegiatan dialog, diskusi, atau debat publik. Melalui kegiatan semacam ini nantinya pemimpin dan pengikut aliran sesat akan
dihadapkan pada pengujian terhadap
argumentasi pemahaman keagamaan
mereka. Jika ajaran dan pemahaman yang selama ini mereka pahami dan yakini ternyata keliru, maka mau tak mau akan ada proses penyadaran secara sendirinya.
64
muncul lagi aksi-aksi kekerasan yang tidak bertanggung jawab. Setiap kali ada isu bahwa aliran A atau B itu sesat, sudah sebaiknya isu ini tidak dilempar ke publik terlebih dahulu. Namun, pihak-pihak yang secara langsung berkepentingan dengan masalah ini, seperti Depag dan MUI, perlu melakukan dialog, diskusi, atau debat dengan aliran yang dianggap sesat itu. Hingga pada akhirnya biarlah konsensus publik yang akan menilai apakah aliran ini-itu sesat atau tidak.
Tentunya, cara di atas akan terasa efektif karena masyarakat juga akan mendapat pencerahan bahwa kita perlu
bersikap santun dan bijak dalam
menghadapi aliran-aliran yang cenderung dianggap sesat oleh kelompok atau organisasi lain. Proses dialog adalah bagian dari spirit demokratisasi yang perlu
dikembangkan lebih lanjut dalam
kehidupan keberagamaan kita di tanah air.
Cara ini bisa ditempuh dengan
menyebarkan dai-dai muda untuk
memasuki kehidupan kelompok-kelompok masyarakat yang belum terjamah oleh kepemimpinan umat tersebut.
Pesantren mampu mentransformasikan masyarakat dari abangan dan “dunia
hitam” menjadi komunitas santri.
Penyebaran gerakan dakwah
Muhammadiyah juga dipercepat oleh mobilitas pedagang Minang yang memiliki jiwa merantau. Para pedagang Minang, di samping menguasai keterampilan dagang,
memiliki pemahaman agama yang
memadai sehingga pengembangan usaha
dagang dilakukan bersamaan dengan
perluasan dakwah Islamiah. Dengan
demikian, baik NU maupun
Muhammadiyah memiliki pengalaman
untuk melakukan migrasi dakwah dan melakukan proses santrinisasi. Sudah tentu,untuk konteks sekarang perlu ada desain dakwah,bukan sekadar peristiwa insidental seperti peristiwa masa lalu.
Dua langkah tersebut yaitu
mengefektifkan peran ormas Islam sebagai gerakan pendidikan dan dakwah serta perluasan basis dakwah ke daerah yang keislamannya “tandus”. Hal tersebut perlu menjadi bahan renungan sebagai usaha memperbaiki strategi dakwah ormas Islam. Dalam konteks ini, munculnya aliran sesat
pada dasarnya menunjukkan bahwa
strategi dakwah ormas Islam belum tepat
sasaran, belum mampu menembus
penduduk muslim yang justru sangat memerlukan sentuhan dakwah. Melahirkan
fatwa sesat terhadap suatu aliran
keagamaan harus dipandang sebagai usaha kuratif. Yang lebih penting dari itu adalah
memikirkan usaha-usaha preventif
sehingga aliran itu tidak muncul.
G. Penutup
Peran masyarakat diumpakan oleh
Rasulullah SAW seperti sekelompok orang yang naik kapal,jika ada yang berpikir picik melubangi bagian bawah kapal supaya mudah mengambil air, maka semua penumpang kapal harus mencegah orang tersebut. Kalau tidak kapal itu akan tenggelam. Begitu juga jika ada sebagian
anggota masyarakat yang bertindak
membahayakan, maka masyarakat harus bertindak mencegahnya jika tidak maka seluruh masyarakat akan binasa.
Sumber :
1. www.muhammadiyah.or.id
2. www.mui.or.id
3. http://bimasislam.kemenag.go.id
4. Ahmad Jais, Hartono. 2002. Aliran dan
Paham Sesat di Indonesia. Jakarta: Pustaka Al- kautsar.
5. Rozak, Abdul dan Anwar, Rosihon. 2009.
Ilmu Kalam Untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung: Pustaka Setia.
6. Hafiluddin, Bambang Irawan. 1999.
65
7. Stroumsa, Sarah. 2006. Para Pemikir
Bebas Islam, Mengenal Pemikiran Teologi Ibn Ar- Rawandi dan Abu Bakar Ar- Rozi. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
8. Djamaluddin, M. Amin. 2003. Capita
Selekta Aliran – aliran Sempalan Di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam.
9. Departemen Agama RI. 2007. Respon
Pemerintah, ORMAS, dan Masyarakat
Terhadap Aliran Keagamaan Di
Indonesia. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
10.Drs Marpuji Ali, MSi : Ketua Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah. http://www.unisosdem.org/article_detail.ph p?aid=8975&coid=1&caid=34&gid=2 http://theprincessholiic.blogspot.com/2010/
05/menyikapi-kasus-aliran-sesat-agama.html
(*) Makalah disampaikan dalam seminar keagamaan dan kebangsaan dalam rangka Musyda Muhammadiyah Bengkayang 3 April 2016