• Tidak ada hasil yang ditemukan

Staf Pengajar pada Jurusan Syari’h STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Staf Pengajar pada Jurusan Syari’h STAIN Malikussaleh Lhokseumawe"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

109 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016

FIQH MALIK BIN ANAS

Oleh : Mahdi Abdullah Syihab

Staf Pengajar pada Jurusan Syari’h STAIN Malikussaleh

Lhokseumawe

Abstrak

Artikel ini mendiskusikan tentang fiqh Malik bin Anas. Malik bin Anas merupakan salah satu imam mujtahid dalam bidang hukum Islam pada masa kekuasaan bani Abbasiyah. Pemikiran hukumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya kota Madinah (kota Nabi) yang sangat kuat dalam memelihara tradisi ‘sunnah’. Selama hidupnya, Imam Malik bin Anas hanya sekali keluar dari Madinah dan itupun disebabkan untuk melaksanakan ibadah haji. Pemikiran hukum Islam yang dibangun oleh Imam Malik sangat dipengaruhi oleh nuansa rasional (ra’yu). Kondisi itu dapat dicermati dari struktur hukum yang dibangunnya meliputi al Qur’an dan al Sunnah, juga menggunakan kemampuan ijtihadnya yaitu Ijma’; Qiyas, ‘Amal Ahli Madinah, Istihsan, Mashalih Mursalah, Istishab, al Zara’i dan ‘Uruf.

Kata Kunci : Fiqh, Malik bin Anas

A. Pendahuluan

Tradisi keilmuan yang sangat berkembang dikalangan umat Islam sebagai titik awal dari peradaban umat Islam di seluruh dunia, secara historis dimulai pada masa kekhalifahan Abbasiyah. Periode ini dikategori sebagai periode masa pembinaan, perkembangan dan pembukuan (Muhammad Daud Ali, 2001 : 166), ada juga yang menyebutnya, masa kemajuan kekhalifahan Abbasiyah ini dikelompokkan ke dalam periode klasik (Harun Nasution, 1978 : 56-75). Namun demikian, apapun kategori pengelompokan tersebut, dapat ditegaskan bahwa kemajuan berbagai ilmu pengetahuan telah berlangsung secara pesat terjadi pada masa Abbasiyah.

(2)

110 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 sejarah dalam buku tertentu; 3)

penyusunan dan pengaturan kembali buku yang telah ada ke dalam pasal-pasal dan bab-bab tertentu (M. Abdul Kasim, 2011 : 178).

Peran kekhalifahan Abbasiyah juga sangat mempengaruhi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan saat itu, secara konkrit peran yang diberikan khalifah adalah dalam bentuk dukungan materil atas berbagai aktivitas para ilmuan muslim terhadap penerjemahan yang merupakan kegiatan yang paling besar dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Terjemahan dilakukan dari bahasa asing seperti bahasa Sanskerta, Suryani, dan Yunanu ke bahasa Arab yang telah dimulai sejak zaman kekhalifahan Umaiyah (MAbdul Kasim, 2011 : 175).

Diantara kebanggaan pada masa kekhalifahan Abbasiyah adalah selain munculnya berbagai teori hukum yang masih dianut dan dipergunakan oleh umat Islam sekarang, juga lahirnya para ahli hukum Islam yang menemukan dan merumuskan garis-garis hukum fiqh yang kemudian dinisbatkan kepada 4 (empat) imam yang sangat populer hingga saat ini yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam asy-Syafi’iy, dan Imam Ahmad bin Hanbal (M. Abdul Kasim, 2011 : 173). Para imam ini merupakan ulama fiqh yang paling agung dan tiada tandingannya di dunia Islam. Namun demikian, Tulisan ringkas ini tidak menfokuskan ulasan pada seluruh tokoh imam tersebut, tetapi hanya dibatasi pada satu tokoh yaitu Imam Malik bin Anas.

Dengan melakukan riset kecil terhadap kajian perpustakaan yang

relevan mengenai Imam Malik bin Anas, tulisan ini merumuskan 3 (tiga) pertanyaan yaitu : pertama, siapa dan bagaimana kehidupan Imam Malik; kedua, Bagaimana struktur penggunaan Sumber hukum Imam Malik; ketiga, bagaimana pengaruh Imam Malik bin Anas terhadap murid-muridnya dan Pemerintah. Keseluruhan pertanyaan tersebut nantinya dijelaskan pada bagian pembahasan.

B. PEMBAHASAN

1. Kehidupan Imam Malik bin Anas

(3)

111 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016

a. Riwayat Hidup Imam Malik bin Anas

Malik bin Anas berasal dari keluarga Arab yang terhormat dan status sosial yang tinggi, baik ketika sebelum kedatangan Islam maupun sesudahnya. Tanah asal leluhurnya berasal dari Yaman, tetapi setelah nenek moyangnya menganut agama Islam, mereka pindah ke Madinah. Kakek Malik bin Anas bernama Abu Amir, ia adalah anggota keluarga pertama yang memeluk agama Islam pada tahun 2 H.(Jamil Ahmad, 2009 : 104-107)

Imam Malik lahir di Madinah, para ahli sejarah Islam berbeda pendapat mengenai kepastian tahun kelahiran Imam Malik bin Anas. Ibnu Khaldun menyebutnya, Malik bin Anas lahir pada tahun 95 H, tetapi termasyhur, Imam Abu Hanifah.

Sejak kecil, Imam Malik telah menunjukkan kemampuan kecerdasannya dalam menghafal berbagai ilmu keislaman, termasuk al-Qur’an dan al-Hadist. Jika ia mendengar sesuatu langsung dapat dihafal dan tidak pernah lupa. Pernah suatu ketika, imam Malik mendengar 40 (empat puluh) hadist sekaligus dan besok harinya imam Malik mengemukakan kembali kepada gurunya hafalan-hafalan ke 40 hadist itu dan tidak satupun yang lepas dari ingatannya. Kekuatan hafalan imam Malik sangat luar biasa sehingga melebihi teman-temannya ketika itu.(Hasbi Ash Shiddiqy, 1978 : 223)

Selain kemampuan hafalan yang kuat, ternyata imam Malik juga menulis semua hafalannya dalam buku catatan, sehingga dengan cara seperti ini kemudian menjadikan imam Malik tidak hanya kuat hafalannya, tetapi juga aktif dalam menulis. Kecemerlangan dan kecerdasan imam Malik dalam usia yang relatif masih muda, yaitu lebih kurang usia 17 (tujuh belas) tahun telah mendapat kepercayaan dan izin dari gurunya untuk mengajar di Masjid Madinah.(Mun’im A Sirry, 1995 : 91)

Ketika imam Malik dalam menuntut ilmu, diantara penderitaan yang pernah dihadapinya adalah harus hidup selama 3 (tiga) hari untuk memenuhi kebutuhan makan dengan mengkonsumsi daun-daunan dan akar. Imam Malik juga terpaksa harus menjual tiang rumahnya untuk membayar biaya pendidikan. Dari pengalaman hidup ini, Imam Malik selalu memberi sugesti kepada setiap pencari ilmu dengan menyatakan bahwa “seseorang tidak akan mencapai puncak kemenangan intelektual kecuali sesudah menghadapi kemiskinan, kemiskinan adalah ujian hakiki manusia, kemiskinan membangkitkan kekuatan tersembunyi dalam diri manusia, kekuatan yang dapat mengatasi semua kesulitan.”(Jamil Ahmad, 2009 : 106)

b. Lingkungan Hidup Imam Malik bin Anas

(4)

112 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 berkembang di Madinah yang ketika

itu dikenal sebagai kota yang masyarakatnya begitu bersahaja dan jauh dari pengaruh kebudayaan luar. Madinah adalah kota sunnah. Nenek serta paman Malik termasuk golongan perawi hadist. Tidak mengherankan kalau kemudian Malik sendiri menjadi perawi hadist pula dan dalam pemikiran hukumnya banyak dipengaruhi oleh sunnah.( Harun Nasution, 1978 : 15)

Malik tidak turut campur dalam soal-soal politik yang terjadi dizamannya, tetapi ketika diminta fatwanya tentang bay’ah yang diberikan secara paksa, Malik menjawab bahwa bay’ah yang demikian tidak sah. Bay’ah yang dimaksud penanya ialah bay’ah khalifah Bani Abbas al-Mansur yang menurut pandangan syi’ah dipaksakan pada umat. Dengan keluarnya fatwa ini, golongan syi’ah mendapat dukungan kuat dalam menentang kekuasaan Bani Abbas di Madinah. Akhirnya Malik ditangkap dan disiksa tetapi kemudian dibebaskan.(Harun Nasution, 1978 : 15)

Sikap tidak turut campur imam Malik dalam bidang politik pada zamannya, dapat diketahui dari peristiwa yang pernah dialaminya sesama koleganya seperti Ibnu Sam’an, dan Ibnu Abi Dzuaib ketika dipanggil dan dikumpulkan dihadapan khalifah al Mansur, raja Abbasiyah yang baru dilantik. Dengan di kawal oleh para prajurit dengan pedang terhunus, Setelah berbincang panjang lebar, lalu khalifah menanyakan kepada imam Malik, “bagaimana pendapat anda tentang diriku ?, apakah aku pemimpin adil atau zalim?”. Malik

menjawab, “ya amirul mukminin, saya tawassul padamu dengan Allah Swt, dan saya meminta tolong padamu dengan Muhammad Saw dan dengan keluargamu padanya maafkanlah saya untuk tidak berbicara”. Permohonan imam Malik dikabulkan oleh khalifah al Mansur.(Jalaluddin Rakhmat, 1994 : 266-267)

2. Struktur Penggunaan sumber Hukum Imam Malik bin Anas

(5)

113 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016

Imam Malik juga pernah belajar fiqh kepada Rabi’ah Ibn Abdirrahman yang dikenal sebagai seorang ahli ra’yu. Namun ketika usia Malik mencapai 17 (tujuh belas) tahun, imam Malik lebih menyukai dan menekuni mempelajari al Hadist di samping ilmu Fiqh. Semua guru-guru imam Malik di atas memiliki geneologis keilmuwan dari Umar bin Khattab, khalifah ke 2 (dua) setelah Abu Bakar Shiddiq (lihat lampiran skema. 1).

Dengan pengalaman belajar yang tinggi serta bimbingan dari para ulama yang ahli dalam berbagai imu pengetahuan yang diterima oleh imam Malik, menjadikannya sebagai seorang ulama yang mampu mengajar dan memberikan pendapat mengenai hukum. Sikap dan pendapatnya terhadap berbagai hal, baik yang berkaitan dengan fiqh dan manhajj (dasar-dasar penerapan) nya maupun yang berkaitan dengan hadist sendiri, telah mempopulerkan namanya ke berbagai pelosok daerah Hijaz. Kepopuleran imam Malik sesungguhnya sesungguhnya tidak terlepas dari rekomendasi 7 (tujuh) tokoh ulama di Madinah berupa izin untuk mengajar di Mesjid Madinah. Setelah tampil dengan maksimal dengan pemahaman sendiri tentang ajaran Islam, maka banyak orang dari berbagai daerah datang ke Madinah untuk belajar kepada Imam Malik, bahkan rumah imam Malik sendiri penuh sesak oleh orang-orang yang ingin belajar kepadanya.(Sya’ban Muhammad Ismail, 1985 : 321)

Istinbath hukum yang dilakukan oleh imam Malik dalam menyelesaikan berbagai masalah-masalah hukum yang muncul dikalangan masyarakat pada saat itu

selalu mengacu kepada sumber-sumber hukum yang baku yaitu al-Qur’an dan al-Hadist. Dari 2 (dua) sumber hukum utama tersebut,

kemudian imam Malik

mengembangkan lebih luas lagi terkait dengan struktur sumber hukum yang dinilainya patut dijadikan sebagai dasar pijakan ushul fiqhnya. Secara tekhnis, setidaknya terdapat 10 (sepuuh) struktur sumber hukum yang dijadikan oleh imam Malik dalam menjelaskan setiap persoalan hukum, yaitu

1) Kitab al-Qur’an; 2) Al-Sunnah; 3) Al-Ijma’; 4) Al-Qiyas;

5) Amal Ahli al-Madinah 6) Al-Mashalih al-Mursalah; 7) Al-Ihtihsan; bahwa struktur sumber pokok Mazhab imam Malik terdiri 11 (sebelas) sumber pokok, yaitu : 1) al-Qur’an; zhahirnya; dalilnya; mafhumnya; ‘illatnya; 2) al-Sunnah; al mutawatirah dan al masyhurah. Bila zhahirnya sunnah bertentangan dengan al-Qur’an, imam Malik mendahulukan al Sunnah; 3) ijma’ pendudukan Madinah, ijma’ secara naql, ijma’ sebelum terbunuhnya Utsman, ijma’ mutaakhir, masing-masing dengan kekuatan hukum yang berbeda; 4) fatwa shahabat; 5) khabar ahad dan qiyas; 6) istihsan; 7) mashalih mursalah; 8) sadz

(6)

114 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 Keseluruhan struktur sumber

hukum yang dirumuskan imam Malik kemudian menjadi teori, kaidah atau metodologi penggunaan sumber yang pada awalnya hanya bertujuan untuk memberikan jalan dan merupakan langkah-langkah atau upaya dalam memecahkan berbagai persoalan hukum yang dihadapi, baik dalam memahami nash al-Qur’an dan al-Hadist maupun kasus-kasus hukum yang tidak ditemukan jawabannya dalam nash. Dan pada dasarnya struktur rumusan sumber hukum di atas tidak dimaksudkan untuk membentuk mazhab atau aliran tertentu, bahkan dapat dikatakan struktur sumber hukumnya tidak tersistematis seperti di atas, hanya saja dalam perjalanan sejarahnya lebih lanjut, metodologi, teori dan kaidah-kaidah yang telah disistematiskan dan dirumuskan oleh orang-orang yang datang kemudian serta menjelma menjadi doktrin (panutan) untuk menggali hukum dari sumbernya. (Ramli. SA, 1999 : 2)

b. Istinbath Fiqh Imam Malik bin Anas

Makna istinbath dari segi bahasa berarti mengeluarkan atau mengambil air dari sumbernya. Makna istinbath dari segi istilah berarti mengeluarkan atau mengambil makna atau pengertian dari nash dengan mengerahkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki. (Muhammad al Jarjani, tt : 22) Kaitannya dengan istinbath fiqh imam Malik, dalam hal ini, imam Malik banyak perpegang pada sunnah Nabi dan sunnah sahabat. Dalam hal adanya perbedaan antara sunnah, Malik berpegang pada tradisi yang berlaku di masyarakat

Madinah, alasan Malik karena sunnah merupakan tradisi yang berasal dari sahabat, dan tradisi sahabat lebih kuat untuk dipakai sebagai sumber hukum. Kalau Malik tidak mampu menemukan dasar hukum dalam al-Qur’an dan sunnah, maka Malik memakai qiyas dan al-Masalih al-Mursalah yaitu maslahat umum. (Harun Nasution, 1978 : 16)

Dari sikap imam Malik dalam menghadapi berbagai masalah hukum di atas, sepertinya, dalam menyelesaikan persoalan hukum-hukum yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat, sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran gurunya yang terbiasa menggunakan pola ijtihad individu dan sangat bersifat rasional (ra’yu) selama upaya penelusuran dasar hukum dalam Qur’an dan al-Hadist tidak dijumpai. Ini menunjukkan, walaupun imam Malik begitu dikenal sebagai seorang ilmuwan yang berhasil menyusun kitab populernya al-Muwattha’, namun dalam praktek keseharian ketika menghadapi suatu persoalan hukum, tidak dapat melepaskan diri untuk menggunakan metode istinbath logika, baik berupa qiyas ataupun maslahat.

(7)

115 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016

semata untuk tabarruk (barakah). Argumen imam Malik bahwa tidak dijumpai dalam hadist Nabi yang menunjukkan adanya ketentuan syara’ mengharuskan membaca Basmallah, tidak pada awal bacaan atau diakhir bacaan. yang ada adalah langsung al-Hamdulillah

Rabbil ‘alamin. Dengan demikian, Basmallah tidak boleh dibaca dalam shalat wajib, apakah jahar (nyaring) atau sir (perlahan), tidak pula pada surat Fatihah atau surah lannya. Bismillah boleh dibaca, menurut imam Malik pada shalat sunat. (M. Ali Hasan, 2000 : 86)

Masih argumen imam Malik, sekiranya Basmallah termasuk ayat al Fatihah, berarti terdapat

pengulangan kata ar

Rahmanurrahim dalam fatihah, jadi, penulisan kalimat Basmallah pada awal surat Fatihah hanya untuk tabarruk saja, bukan berarti apa yang ditulis berulang kali pada awal tiap-tiap surat sudah termasuk al-Qur’an. Argumen imam Malik ini, masih dipraktekkan oleh penduduk Madinah di Masjid Nabi SAW, tidak membaca basmallah hingga akhir imam Malik wafat pada 795 M.

3. Pengaruh Imam Malik Terhadap Murid dan Pemerintah

a. Pengaruh Imam Malik Terhadap Murid-Murid. Kecerdasan imam Malik dalam menguasai al Hadist serta kemampuannya dalam menjelaskan persoalan-persoalan hukum yang berlangsung dalam halaqah pengajiannya, telah membentuk dan mempengaruhi sejumlah murid-murid imam Malik untuk mengumpulkan seluruh jawaban-jawaban yang tekah

dikemukakannya secara terbuka dan jelas dihadapan murid-muridnya. Dengan tampilannya sebagai guru yang dihormati oleh para murid-muridnya, sehingga sebagian dari muridnya itu mengembangkan pemikiran-pemikiran imam Malik yang dibukukan secara sistematis.

Adapun murid imam Malik yang terkenal mengembangkan pemikiran imam Malik adalah Asad Ibn al Furat. Asad Ibn al Furat telah menyusun kitab al-Mudawwamah al Kubra, sebuah kitab yang memuat tidak kurang dari 1.036 masalah yang telah difatwakan jawabannya oleh imam Malik. Diantara murid-murid Malik yang lain diantaranya terdapat : al-Syaibani, al-Syafi’iy, Yahya al-Laits Andalusia, Abd Rahman Ibn al-Qasim di Masir, Ibn Rusyd. Mazhab Malik dianut di Hejaz, Marokko, Tunisia, Tripoli, Mesir Selatan, Sudan, Bahrain, Kuwait. Sebaran mazhab imam Malik lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran skema. 2.

b. Pengaruh Pemikiran Imam Malik bagi Penguasa

(8)

116 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016 sebagai khalifah ar Rasyidin.

Pandangan imam Malik ini, satu sisi tentu sangat menguntungkan dan menyenangkan bagi rezim Bani Umayah, tetapi disisi lain pandangan imam Malik memunculkan kebencian bagi kalangan Ahlu Bait dan Syi’ah. Dengan kondisi ini, perjalanan pemikiran imam Malik berkembang pesat, baik secara politis maupun pribadi imam Malik sendiri. (Mustafa Muhammad al Syak’ah, 1994 : 231)

Pada ketika yang lain, imam Malik juga mengalami kondisi tidak menyenangkan ketika masa rezim Bani Abbasiyah, terutama pada masa khalifah Ja’far bin Sulaiman. Imam Malik dihukum cambuk karena mengeluarkan fatwa yang tidak dikehendaki rezim Abbasiyah. Kondisi sebaliknya baru terjadi terhadap imam Malik ketika kondisi rezim Abbasiyah diperintah oleh khalifah al-Mansur. Khalifah memberikan wewenang besar pada imam Malik untuk mengangkat dan memberhentikan para pejabat yang dipandangnyatidak mampu. Lebih jauh lagi, imam malik juga diberikan otoritas penuh untuk menghukum mati atau memenjarakan yang dipandangnya bersalah. (Jalaluddin Rakhmat, 1994 : 275)

Dengan wewenang besar yang diberikan khalifah al Mansur, posisi imam Malik menjadi sangat berwibawa. Banyka orang ketakutan ketika berada dalam majlis pengajiannya. Pernah suatu ketika seorang muridnya membantah imam Malik perihal menguburkan rambut dan kuku. Imam Malik bukannya melayani diskusi tersebut, melainkan memukul murid itu dan memenjarakannya. Pada ketika yang lain, ada orang bertanya mengenai

tentang orang yang berpendapat bahwa al-Qur’an itu makhluk. Imam Malik lalu memanggil pengawalnya untuk membunuh penanya tersebut dengan tuduhan sebagai zindiq. Penanya itu membantah bahwa ia bukan zindiq, ia bertanya kepada imam Malik karena ada orang lain yang menanyakan demikian, tapi imam Malik tetap pada sikapnya bahwa ia mendengar pertanyaan tersebut didengar dari penanya. (Jalaluddin Rakhmat, 1994 : 276)

Pengaruh pemikiran imam Malik semakin kuat ketika pada pemerintah Idrisiyyah, Idris bin Abdullah bin Hasan (pencetus negara Idrisiyah). Ungkapan dukungan terhadap pemikiran imam Malik sangat kental secara verbal diungkapkan bahwa merekalah kelompok yang berhak untuk mengemban dan mengikuti pemikiran imam Malik. Hingga kini pemikiran imam Malik sangat kuat dianut dan diamalkan di Marokko, pusat pemerintahan Idrisiyah. (Muhammad al Syak’ah, 1994 : 341)

C. KESIMPULAN

(9)

117 SARWAH,VOLUME XV (I), JANUARI – JUNI 2016

Daftar Kepustaan

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, Universitas Press, cetakan ke-2, 1978

Hasan Abu Thalib, Tathbiq

al-Syari’ah al-Islamiyyah fi al-Bilad al-‘Arabiyyah, Kairo, Dar al-Nahdah al-‘Arabiyyah, cet. ke-3, 1990

Hasbi Ash Shiddiqi, Pokok-Pokok Pegangan Imam-Imam Mazhab Dalam Membina Hukum Islam, Jakarta, Bulan Bintang, Cet. ke- 1, 1978 Jalaluddin Rakhmat, Tinjauan Kritis

Atas Sejarah Fiqh; Dari Fiqh al-Khulafa al Rasyidin Hingga Mazhab Liberalisme, Dalam kumpulan tulisan : Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, oleh Nurcholis Madjid, dkk, Jakarta

Selatan, Yayasan

Paramadina, cet, ke-1, 1994

Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka,(Jakarta, Penerbit Pustaka Firdaus, Cetakan ke-9, 2009

M. Abdul Kasim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta, Bagaskara Yogyakarta, Cetakan ke-3, 2011

M. Ali As Sayyis, Tarikh al Fiqh al Islam (Terjemahan : Dedi Juneidi), Jakarta, Akademika Presindo, 1996

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab

Fiqh, Jakarta, PT. Rajawalipress, cet. ke-2, 2000

Muhammad Abu Zahrah, Muhadharat fi Tarikh al Mazhab al Fiqh, 1961-1962

Muhammad al Jarjani, Kitab al

Ta’rifat, Singapore Jeddah, Al Haramain Littiba’ah wa al Nasyar, wa al Tanzi’, tt)

Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar iImu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, cetakan ke-9, 2001

Mun’im A Sirriy, Sejarah Fiqh Islam, Surabaya, Risalah Gusti, Cet. Ke- 1, 1995

Mustafa Muhammad al-Syak’ah, Islam bila Madzhabiha, (terj. A.M. Basalamah), Jakarta, Gema Insani Press, 1994

Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul, Jakarta, Gaya Mdia Pratama, cet. ke-1, 1999

Sya’ban Muhammad Ismail, al Tasyri’

al Isami Masadiruh wa Atwaruh, Kairo, Maktabah an Nahdah al Misriyah, cet. ke-2, 1985[]

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh

Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui Pengaruh Latihan Bola Basket Mini Satu Ring Terhadap Keterampilan Bermain Bola Basket Siswa Mi Annizhomiyyah Jaha Labuan Yang

The first problem that usually faced by students in writing text is about how to organize their ideas into sentences. Students usually get difficulties how

Bahwa pada saat sebelum operasi Cito Secsio Saria terhadap korban dilakukan para terdakwa tidak pernah menyampaikan kepada pihak keluarga korban tentang

Akibat hukum dari suatu akta yang se- harusnya dibuat dihadapan PPAT tetapi ka- rena penerima hak tidak memenuhi syarat mendapatkan suatu hak atas tanah maka ak- tanya harus

Bahwa benar pada tanggal 1 September 2009 sekira pukul 03.00 Wit dini hari Terdakwa kembali ke Rindam XVII / Cenderawasih menggunakan sepeda motor Jenis Garuda

Naive Bayes Clasifier dapat digunakan untuk model sistem klasifikasi sentimen pendapat masyarakat di twitter terhadap bakal calon gubernur Jawa Barat 2018 dengan rata-rata akurasi

Kebangkitan Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dunia baru ini disebabkan beberapa hal seperti penguasaan negara dalam perusahaan-perusahaan di sektor strategis, kebijakan