• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Layanan BPJSTK Mobile Dengan Menggunakan Domain Deliver, Service and Support Berdasarkan Framework COBIT 5 (Studi Kasus : BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Evaluasi Layanan BPJSTK Mobile Dengan Menggunakan Domain Deliver, Service and Support Berdasarkan Framework COBIT 5 (Studi Kasus : BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

2382

Evaluasi Layanan BPJSTK

Mobile

Dengan Menggunakan

Domain Deliver,

Service and Support

Berdasarkan Framework COBIT 5

(Studi Kasus : BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram)

Ulfatisa Cahyani1, Ismiarta Aknuranda2, Andi Reza Perdanakusuma3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1ulfatisa62@gmail.com, 2i.aknuranda@ub.ac.id, 3andireza@ub.ac.id

Abstrak

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan adalah program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja. Dalam pelaksanaan tugasnya BPJS Ketenagakerjaan menerapkan teknologi informasi sebagai salah satu penunjang untuk pencapaian tujuan bisnis salah satunya adalah dengan mengembangkan layanan BPJSTK Mobile. BPJSTK Mobile adalah aplikasi pelayanan untuk peserta sebagai bentuk perluasan media layanan informasi yang dihadirkan untuk pekerja yang ingin memastikan pemenuhan hak-haknya oleh perusahaan. Pentingnya layanan BPJSTK Mobile untuk melakukan kegiatan operasional menjadikannya harus dalam kondisi yang optimal, namun kurangnya tata kelola dalam penerapan teknologi informasi mengakibatkan kurang optimalnya perusahaan dalam menjalankan tugas dan pencapaian tujuan, sehingga BPJSTK Mobile perlu dievaluasi agar perusahaan dapat mengukur apakah teknologi informasi yang diimplementasikan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Pada penelitian ini, standar tata kelola teknologi informasi yang digunakan adalah COBIT 5 dengan domain Deliver, Support, Services (DSS). Hasil dari penelitian menunjukkan Capability Level dari proses DSS01 dan DSS02 berada pada level 2 yaitu managed process, proses DSS03, DSS04, DSS05 dan proses DSS06 berada pada level 1 yaitu performed process. Rekomendasi yang diberikan adalah memperbaiki kegiatan proses bisnis dengan memanfaatkan aplikasi secara optimal dan membuat Standard Operasional Procedure (SOP) yang lengkap terkait dengan teknologi informasi perusahaan.

Kata kunci: Evaluasi, Tata Kelola Teknologi Informasi, COBIT 5, DSS, Capability Level

Abstract

BPJS (Social Assurance Administering Institution) Employment is a public program that provides labor protection. In the implementation of its duties BPJS Employment applying information technology as one of support for achieving business goals one of them is by developing BPJSTK Mobile service. BPJSTK Mobile is a service application for participants as a form of expansion of the information service media presented to workers who want to ensure the fulfillment of their rights by the company. The importance of BPJSTK Mobile service to perform operational activities should be optimal, but the lack of governance in the application of information technology resulted in less optimal company in carrying out the task and achievement of goals, so that BPJSTK Mobile needs to be evaluated so that companies can measure whether the information technology implemented is appropriate with the expected. In this research, the information technology governance standard used is COBIT 5 with the Deliver, Support, Services (DSS) domain. The result of this research shows that the Capability Level of DSS01 and DSS02 process are at level 2, that are managed process. DSS03, DSS04, DSS05 and DSS06 process are at the 1st level performed process. Recommendations are to improve business process activities by optimally utilizing the application and create a complete Standard Operational Procedure (SOP) related to enterprise information technology.

(2)

1. PENDAHULUAN

Saat ini TI menjadi salah satu bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mendukung pencapaian rencana strategis dan tujuan perusahaan, begitu juga BPJS Ketenagakerjaan memanfaatkan teknologi dalam memberikan informasi dan layanan menggunakan aplikasi berbasis mobile yang diimplementasikan ke dalam proses operasionalnya. BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraan nya menggunakan mekanisme asuransi sosial. (BPJS,2014)

BPJSTK Mobile adalah suatu bentuk pemanfaatan TI yang berupa layanan perangkat lunak yang dibuat untuk memberi keefektifan bagi anggota BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan program pelayanan yang dapat di akses dimanapun dan kapanpun. Pentingnya layanan BPJSTK Mobile untuk melakukan kegiatan operasional menjadikannya harus dalam kondisi yang optimal, sehingga BPJSTK Mobile perlu dievaluasi agar perusahaan dapat mengukur apakah TI yang diimplementasikan sudah sesuai dengan yang diharapkan. (BPJS, 2014)

Berdasarkan data keluhan yang didapat dari pihak BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram, terdapat komplain yang di tujukan kepada perusahaan terkait dengan fungsi BPJSTK Mobile yang dirasa kurang sesuai dengan tujuan pembuatannya. Data keluhan dapat dibuktikan dengan melihat banyak komentar pada google play store serta pengaduan komplain secara langsung oleh pengguna kepada perusahaan. Pihak BPJS Ketenagakerjaan dinilai masih lamban dalam merespon keluhan dan permintaan peserta BPJS, hal ini terjadi karena kurangnya personil TI dalam kantor Cabang, hanya ada satu orang penata Madya TI. Sedangkan aplikasi BPJSTK Mobile dibuat untuk memudahkan peserta agar dapat melakukan transaksi secara online, yang diharapkan pelaksanaan transaksi bisa lebih efektif dan efisien karena peserta tidak harus mendatangkan Kantor BPJS Ketenagakerjaan.

Evaluasi TI memiliki beberapa standar yang digunakan untuk penelitian, diantaranya menggunakan framework COBIT 5 yang merupakan standar komprehensif yang

membantu perusahaan dalam mencapai tujuan dan menghasilkan nilai melalui tata kelola dan manajemen TI yang efektif. COBIT 5 sesuai digunakan untuk mengevaluasi TI di BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram karena COBIT 5 membantu perusahaan untuk menciptakan nilai TI yang optimal dengan menjaga keseimbangan antara mewujudkan manfaat dan mengoptimalisasi tingkat risiko dan sumber yang digunakan. Terdapat 5 domain dan 37 proses yang ada pada COBIT 5. Alasan domain DSS dipilih karena dianggap sesuai dengan kondisi BPJSTK Mobile saat ini. Dengan kondisi teknologi informasi di BPJS Ketenagakerjaan yang sedang berlangsung dan kebutuhan untuk mengirimkan layanan, melayani, dan mendukung layanan teknologi informasi, maka Domain DSS yang dianggap sesuai dengan hal tersebut. Domain lain seperti APO (Align, Plan, and Organize) dirasa akan sesuai diterapkan pada tata kelola teknologi informasi yang belum dijalankan atau akan dijalankan, domain BAI (Build, Acquire, and Implement) dirasa akan sesuai jika diterapkan pada unit khusus yang berperan sebagai pembangun (developer) atau memperbaiki tata kelola teknologi informasi yang sudah ada, domain MEA (Monitor, Evaluate, and Asses) dirasa akan sesuai diterapkan untuk kondisi yang telah dibangun dan berlangsung, dan pelaksanaan monitoring dilakukan oleh pihak internal.

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana tingkat kemampuan (capability level) teknologi informasi pada penerapan BPJSTK Mobile dengan judul “Evaluasi Layanan BPJSTK Mobile dengan menggunakan domain Deliver, Service and Support berdasarkan framework COBIT 5 (Studi Kasus: BPJS

Ketenagakerjaan Cabang Mataram)”.

Diharapkan dengan penerapan evaluasi teknologi informasi tersebut dapat mengukur tingkat kemampuan (capability level) dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan teknologi informasi serta analisis kesenjangan (gap analysis) dari hasil evaluasi tersebut

2. LANDASAN KEPUSTAKAAN

2.1 Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan penelitian yang sistematismencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, pengenalan masalah, dan pemberian solusi untuk menentukan apakah suatu sistem atau nilai bekerja dengan seharusnya dan memiliki manfaat dan nilai yang diharapkan, sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan dan kebijakan bagi decision maker.

2.2 Tata Kelola TI

Menurut (Institute,2007), “Tata kelola teknologi informasi adalah pertangungjawaban dewan direksi dan manajemen eksekutif. Hal ini, merupakan bagian yang terintegrasi dengan tata kelola perusahaan dan berisi kepemimpinan dan struktur serta proses organisasi yang menjamin bahwa organisasi teknologi informasi mengandung dan mendukung strategi serta tujuan bisnis.

Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Tata Kelola TI merupakan bagian dari tata kelola perusahaan dan yang terdiri dari kepemimpinan dan struktur organisasi serta proses-prosesnya, yang digunakan untuk untuk memastikan bahwa TI perusahaan memelihara dan memperluas strategi dan sasaran perusahaan.

2.3 COBIT 5

COBIT 5 merupakan sebuah kerangka menyeluruh yang dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya untuk tata kelola dan manajemen TI perusahaan. COBIT 5 memungkinkan TI untuk dikelola dan diatur

dalam cara yang lebih menyeluruh untuk seluruh lingkup perusahaan, meliputi seluruh lingkup bisnis dan lingkup area fungsional TI, dengan mempertimbangkan kepentingan para stakeholder internal dan eksternal yang berhubungan dengan TI. COBIT 5 didasarkan pada lima prinsip kunci untuk tata kelola dan manajemen TI perusahaan. Kelima prinsip ini memungkinkan perusahaan untuk membangun sebuah kerangka tata kelola dan manajemen yang efektif dan efisien, yang dapat mengoptimalkan investasi dan penggunaan TI untuk mendapatkan keuntungan bagi para stakeholder (ISACA, 2012).

2.3.1 Prinsip COBIT 5

Terdapat 5 (lima) prinsip kunci dalam COBIT 5 seperti Gambar berikut ini :

Gambar 1. Prinsip COBIT 5

1. Memenuhi Kebutuhan Stakeholder 2. Melingkupi Seluruh Perusahaan

3. Menerapkan Suatu Kerangka Tunggal yang Terintegrasi

4. Menggunakan sebuah pendekatan yang menyeluruh

5. Pemisahan Tata Kelola Dari Manajemen

(4)

Gambar 2. Area Kunci Tata Kelola dan Manajemen COBIT 5

Gambar diatas menjelaskan bahwa dalam COBIT 5 terdapat pemisahan antara proses tata kelola dan proses manajemen (ISACA,2012). Kunci perbedaan antara tata kelola dan manajemen menurut COBIT 5 adalah :

a. Governance, menjamin kebutuhan stakeholder, kondisi-kondisi dan pilihan-pilihan selalu dievaluasi untuk menentukan tujuan perusahaan yang seimbang dan disepakati untuk dicapai, menentukan arah melalui penentuan prioritas dan pengambilan keputusan dan memantau pemenuhan unjuk kerja terhadap tujuan dan arah yang disepakati.

b. Management, bertugas untuk merencanakan, membangun, menjalankan dan memantau aktivitas dalam rangka penyelarasan dengan arah perusahaan yang telah ditentukan oleh badan pengelola (tata kelola), untuk mencapai tujuan perusahaan. Bagaimanapun juga, berdasarkan peranan tata kelola untuk mengevaluasi, mengarahkan dan memantau diperlukan suatu interaksi antara tata kelola dan manajemen untuk menghasilkan sistem tata kelola yang efektif dan efisien.

2.4 Domain DSS (Deliver, Service, Support)

Deliver, Service, and Support (DSS) Menerima solusi dan membuatnya dapat digunakan bagi pengguna akhir. Domain ini berkaitan dengan pengiriman/ penyampaian yang aktual dan dukungan layanan yang dibutuhkan, yang meliputi pelayanan, pengelolaan keamanan dan kontinuitas, dukungan layanan bagi pengguna serta manajemen data dan fasilitas operasional.

Domain DSS terdiri dari 6 control objective, yakni sebagai berikut :

1. DSS01 – Mengelola Operasi

Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan dan prosedur operasional yang

dibutuhkan untuk memberikan layanan IT kepada internal maupun outsourced, termasuk pelaksanaan eksekusi dari standar operasi prosedur yang telah ditetapkan dan kegiatan pemantauan yang diperlukan.

2. DSS02 – Manage Service Request and Incidents

Memberikan respon yang tepat waktu dan efektif untuk permintaan pengguna dan penyelesaian terhadap semua jenis insiden.

3. DSS03 –Manage Problems

Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan masalah dan akar penyebab masalah dan memberikan resolusi yang tepat waktu untuk mencegah insiden berulang serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan.

4. DSS04 –Manage Continuity

Membangun dan memelihara rencana untuk memungkinkan bisnis dan TI dalam menanggapi insiden dan gangguan dalam rangka melanjutkan pelaksanaan proses bisnis yang penting dan layanan TI yang diperlukan dan menjaga ketersediaan informasi pada tingkat yang dapat diterima oleh perusahaan.

5. DSS05 –Manage Security Services Melindungi informasi perusahaan untuk mempertahankan tingkat resiko keamanan informasi yang dapat diterima oleh perusahaan sesuai dengan kebijakan keamanan.

6. DSS06 Manage Business Process Controls

Mendefinisikan dan memelihara proses bisnis yang tepat kontrol untuk memastikan bahwa informasi yang terkait dan diproses oleh proses bisnis outsourcing memenuhi semua persyaratan pengendalian informasi yang relevan.

2.5 Diagram RACI

(5)

a. Responsible (pelaksana)

b. Accountable atau Approver

(penanggungjawab)

c. Consulted (penasihat atau pengarah) d. Informed (penginformasi)

3. METODOLOGI PENELITIAN

Alur kerja penelitian digambarkan pada Gambar berikut:

Gambar 3. Alur Kerja Penelitian

4. SURVEY DAN PENGUMPULAN

DATA

4.1 Perhitungan RACI Chart

Responden kuesioner berjumlah 3 orang yang terdiri dari bagian-bagian yang bersangkutan dengan penelitian yang sesuai dengan domain DSS. Responden terdiri dari bagian Penata Madya TI, Kepala Bagian Keungan & TI, dan Kepala Cabang. Pembuatan kuesioner didasarkan pada ebook COBIT 5 Enabling Processes.

Tabel 1. Daftar Responden

4.2 Hasil Capability Level

Hasil Capability Level ditentukan berdasarkan hasil dari kuisioner yang telah diisi oleh responden. Hasil tersebut merupakan nilai dari keadaan perusahaan saat ini. Nantinya hasil capability level tersebut akan dibandingkan dengan target level yang perusahaan ingin untuk capai kedepannya. Perbandingan dari keduanya akan menjadi Gap Analysis yang berguna untuk

pemberian rekomendasi untuk perusahaan.

4.3 Penilaian Proses Capability Level

Tabel detail penilaian Capability Level sebuah proses berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh masing-masing 3 orang responden dari hasil analisis RACI Chart pada proses DSS01 - DSS06. Responden 1 yaitu Kepala Bagian Keuangan & TI yang berkompeten dalam mengisi kuesioner pada proses DSS01, DSS02, DSS03, DSS04, dan DSS05. Responden 2 yaitu Penata Madya TI yang berkompeten dalam mengisi kuesioner pada proses DSS02 dan DSS03. Responden 3 yaitu Kepala Cabang yang berkompeten dalam mengisi kuesioner pada proses DSS06. Hasil kuisioner dapat dilihat pada Tabel 2 - 7 berikut.

Tabel 2. Penilaian Proses DSS01

• Kondisi Existing DSS01

Hasil capability level berada pada level 2 yaitu managed processyang artinya proses yang dijalankan sekarang telah diimplementasikan dan dimonitoring kemudian hasil dikelola dengan baik (ditentukan requirement-nya dan didokumentasikan). Kondisi saat ini dari DSS01 pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram adalah sebagai berikut: 1. Telah menjalankan absensi dan rekap

dengan baik. Absensi dilakukan melalui fingerprint.

2. Pemeliharaan dan pelaksanaan prosedur operasional dan aktivitas BPJSTK Mobile belum memiliki laporan pengukuran setiap kurun waktu tertentu. SOP (Standard Operating Procedure) pada sebuah aktivitas tertentu tidak tersedia/tidak sempurna.

3. Telah dilakukan sosialisasi dan Training of Trainer (TOT) untuk outsourced pada Kantor Cabang. 4. Tersedia sistem pelaporan dan

dashboard untuk Business

Perfomance serta laporan dan analisis Start

Identifikasi Masalah

Studi Literatur Pengumpulan

Data Analisis Data

Membuat Rekomendasi

Kesimpulan dan Saran

(6)

sehingga memudahkan dalam peninjauan ulang data.

5. Dalam memanage environment BPJS Ketenagakerjaan menjalankan kehendak sesuai dengan yang ditetapkan SDM.

6. Pengelolaan dan penjagaan fasilitas, ada dalam pengawasan CCTV dan Satpam yang bertugas.

Tabel 3. Penilaian Proses DSS02

• Kondisi Existing DSS02

Hasil capability level berada pada level 2 yaitu managed process yang artinya proses yang dijalankan sekarang telah diimplementasikan dan dimonitoring kemudian hasil dikelola dengan baik (ditentukan requirement-nya dan didokumentasikan). Kondisi saat ini dari DSS02 pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram adalah sebagai berikut: 1. Dalam menjalankan layanan insiden

dan permintaan layanan belum dibuat skema layanan/SOP (Standard Operasional Procedure) mengenai request insiden.

2. Terdapat klasifikasi dan prioritas terhadap permintaan layanan insiden sesuai dengan tingkat prioritasnya. Tetapi dokumentasinya masih belum ada.

3. Pendokumentasian insiden hanya melalui fitur layanan pengaduan dan belum ada dokumentasi secara printout.

4. Belum ada yang pihak khusus yang memonitoring bagaimana tindakan terhadap insiden yang ada, karena kurangnya SDM di Kantor Cabang. 5. Rekapitulasi dan Analisa terhadap

insiden dilakukan secara informal dan belum terjadwal.

Tabel 4. Penilaian Proses DSS03

• Kondisi Existing DSS03

Hasil capability level berada pada level 1 yaitu performed process yang artinya proses yang diimplementasi telah mencapai tujuannya, tetapi belum ada manajemen yang mendukung. Kondisi saat ini dari DSS03 pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram adalah sebagai berikut: 1. Penyelesaian insiden hanya

melibatkan orang-orang yang bersangkutan.

2. Tidak ada pertemuan rutin yang membahas mengenai penganalisisan solusi-solusi, pembahasan dilakukan saat dilakukan rapat dan hanya terdokumentasi dalam notulensi. 3. Penyelesaian dan penutupan insiden

dilakukan dengan baik, direkam dalam server. Dilakukan pengawasan dan evaluasi, tetapi belum bersifat periodik, sehingga belum dikomunikasikan dengan baik untuk mencegah adanya insiden yang terjadi di masa depan atau untuk mengidentifikasi adanya tren baru yang mungkin menyebabkan insiden.

Tabel 5. Penilaian Proses DSS04

• Kondisi Existing DSS04

(7)

1. Dilakukan pemantauan terhadap proses bisnis yang berlangsung dalam BPJS Ketenagakerjaan.

2. Belum didefinisikan strategi antisipasi terhadap gangguan teknis yang mungkin terjadi, karena kurangnya sumber daya manusia yang memliki keahlian dalam hal tesebut di kantor Cabang, sehingga bila ada gangguan terkait teknis BPJSTK Mobile yang menangani adalah kantor Pusat. Sedangkan gangguan non teknis diselesaikan dengan kebijakan.

3. Tidak adanya dokumen BPC (Bussines

Plan Continuity) yang

mendokumentasikan prosedur dan informasi yang digunakan untuk kemungkinan perusahaan melanjutkan kegiatan apabila terjadi insiden. 4. Sudah ada sesi pelatihan regular untuk

semua pihak mengenai prosedur peran dan tanggung jawab. Pelatihan terhadap perencanaan TI yang berkelanjutan masih bersifat umum, seperti komunikasi secara informal. 5. Informasi-informasi bisnis yang

penting dikelola dan dijaga dengan baik dilakukan backup data.

Tabel 6. Penilaian Proses DSS05

• Kondisi Existing DSS05

Hasil capability level berada pada level 1 yaitu performed process yang artinya proses yang diimplementasi telah mencapai tujuannya, dilakukan tetapi belum ada manajemen yang mendukung. Kondisi saat ini dari DSS05 pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram adalah sebagai berikut: 1. Dalam melindungi teknologi informasi

dan teknologi dari malware, Penata Madya TI melakukan tindakan seperti menggunakan sistem operasi berbasis open source, mewajibkan penggunaan antivirus pada komputer dengan sistem operasi Windows serta penggunaan aplikasi firewall dan antispam.

2. Dilakukan pengecekan secara rutin terhadap keamanan perangkat lunak yang digunakan namun tidak ada prosedur manajemen terkait atapun pendokumentasiannya.

3. Tidak ada aturan tertulis mengenai keamanan konektifitas dan perangkat endpoint (misal laptop, server, perangkat Mobile atau software). 4. Dalam mengelola identifikasi

pengguna, pihak BPJS

Ketenagakerjaan telah membagi hak akses pengguna sesuai dengan kebutuhan unit bisnisnya. Pendokumentasian belum dilakukan, sementara ini mengacu kepada aplikasinya saja.

5. Dalam mengelola hak akses ke infrastruktur, pihak BPJS Ketenagakerjaan telah menggunakan beberapa perangkat pengamanan seperti fingerprint dan CCTV untuk memantau kegiatan di dalam infrastruktur IT dalam rangka keamanan informasi, serta perusahaan telah menerapkan meletakkan data online ke Infrastruktur Data Center (DC) dan Disaster Recovery Center (DRC). Tetapi belum ada pendokumentasiannya.

Tabel 7. Penilaian Proses DSS06

• Kondisi Existing DSS06

Hasil capability level berada pada level 1 yaitu performed process yang artinya proses yang diimplementasi telah mencapai tujuannya, dilakukan tetapi belum ada manajemen yang mendukung. Kondisi saat ini dari DSS06 pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram adalah sebagai berikut: 1. Belum adanya penyelarasan aktivitas

control yang ada di proses bisnis dengan tujuan BPJSTK Mobile. 2. Peran, tanggungjawab, tingkat

(8)

diperlukan untuk mendukung tujuan proses bisnis telah didefinisikan di dalam dokumen jobdesk perdir 24. 3. Telah dilakukan koreksi oleh pihak

yang bertanggung jawab untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang kemudian dianalisis, dilaporkan dan didiskusikan dengan staff lainnya. 4. Terdapat dokumen history yang

nantinya dapat digunakan untuk penelusuran dan pencegahan agar kesahalan tak terjadi lagi.

5. PEMBAHASAN

Pada sub bab ini dilakukan analisis rekomendasi yang dilakukan berdasarkan hasil data kuesioner dari bab sebelumnya. Hal ini dilakukan agar dapat membantu BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram dalam memperbaiki teknologi informasi khususnya layanan BPJSTK Mobile yang menjadi salah satu layanan terpenting dalam BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram.

5.1 Analisis Gap

Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang diharapkan. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan di BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram dengan menggunakan framework COBIT 5 pada domain DSS, diperoleh hasil capability level untuk keseluruhan proses beserta dengan level target pada tabel berikut :

Tabel 8. Analasis Gap Keseluruhan

Nama Proses Level

Existing

gambaran umum rekomendasi keseluruhan proses yang disusun agar bisa mencapai level target adalah sebagai berikut :

1. Membuat penerapan pengukuran layanan yang harus dipenuhi dalam tiap proses bisnis untuk terjaminnya BPJSTK Mobile berjalan dengan baik.

2. Membuat sistem monitoring dan evaluasi yang tepat terhadap proses bisnis untuk mengoptimalkan keberlangsungan BPJSTK Mobile.

3. Membuat dokumentasi atau laporan mengenai keseluruhan hasil proses yang berlangsung, dan juga pelanggaran yang terjadi sebagai bahan evaluasi dan pengembangan keberlanjutannya.

4. Membuat dan menjaga dengan baik pendokumentasian informasi yang dapat meningkatkan/menjaga keberlangsungan jalannya layanan BPJSTK Mobile.

5.2 Rekomendasi

Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil kuisioner, wawancara dan analisis best practices pada setiap subdomain. (ITGI, 2007)

5.2.1 Rekomendasi DSS01

Untuk mencapai level target yang diinginkan yaitu level 3, maka yang perlu dilakukan adalah :

1. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) yang lengkap agar dapat digunakan

sebagai panduan prosedur

pengoperasionalan.

2. Melakukan analisis perangkat IT untuk mencegah ancaman yang timbul dari tindakan manusia seperti pencurian, bahaya konsleting dll.

3. Melakukan penilaian terhadap infrastruktur yang dimilki dan dibuat dokumentasinya untuk bahan evaluasi kedepan.

4. Menindak lanjuti hasil audit independen terhadap kualitas layanan, lingkungan dan dengan pihak luar yang menjalin kerjasama, apabila dari audit independent tidak ada maka ditambahkan sendiri.

5.2.2 Rekomendasi DSS02

Untuk mencapai level target yang diinginkan yaitu level 3, maka yang perlu dilakukan adalah :

(9)

2. Membuat dokumentasi klasifikasi layanan insiden sesuai dengan jenis-jenisnya agar dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan efektif.

3. Membuat prosedur untuk verifikasi dalam proses penyelesaian insiden secara detail. 4. Melakukan pertemuan rutin guna

membahas layanan permintaan dan layanan insiden yang terjadi.

5. Membuat dokumentasi terhadap resolusi atau solusi alternative terhadap pemecahan insiden dan mengevaluasinya.

5.2.3 Rekomendasi DSS03

Untuk mencapai level target yang diinginkan yaitu level 2, maka yang perlu dilakukan adalah :

1. Melakukan pemantauan terhadap kinerja penyelesaian masalah yang ditentukan. 2. Mendokumentasikan dan mengalisa

kembali laporan masalah yang ada baik yang sudah terselesaikan maupun yang belum terselesaikan.

3. Menganalisa akar – akar permasalahan yang muncul dan pemecahan masalah, kemudian mendokumentasikannya supaya tidak terjadi masalah yang sama.

4. Membuat sistem/skema yang dapat mengetahui jalannya penyelesaian pemecahan masalah yang ada agar dapat dipantau oleh pihak atasan.

5. Membuat dokumentasi terkait solusi – solusi dalam pemecahan masalah.

6. Memebuat analisa pengalokasian sumberdaya yang akan digunakan untuk mengoptimalkan resource yang dimiliki.

5.2.4 Rekomendasi DSS04

Untuk mencapai level target yang diinginkan yaitu level 2, maka yang perlu dilakukan adalah :

1. Melakukan pengukuran keberlangsungan proses bisnis untuk mengetahui tingkat kematangannya dan kesenjangan proses bisnis, didokumentasikan dan dievaluasi. 2. Mengukur kesesuaian kebijakan yang

dibuat dalam keberlangsungan proses bisnis.

3. Membuat skema atau sistem yang berisi respon terhadap insiden dan kominukasinya, mendokumentasikan dan dievaluasi.

4. Membuat business continuity plan (BCP) untuk pengembangan proses bisnis dan dokumentasikan.

5. Melakukan review manajemen secara rutin. 6. Melakukan pengukuran dan evaluasi

terhadap tujuan pelatihan.

7. Membuat ketetapan ukuran – ukuran untuk pengambangan latihan sumberdaya manusia yang dimiliki, dan dipantau keberlangsungannya.

5.2.5 Rekomendasi DSS05

Untuk mencapai level target yang diinginkan yaitu level 2, maka yang perlu dilakukan adalah :

1. Membuat aturan tertulis yang menyatakan semua pegawai untuk melindungi sistem informasi dan teknologi dari malware.

2. Membuat prosedur dan

mendokumentasikan pengecekan secara rutin terhadap keamanan perangkat lunak yang digunakan.

3. Membuat aturan tertulis mengenai keamanan konektifitas dan perangkat endpoint (misal laptop, server, perangkat Mobile atau software).

4. Memberikan peringatan kepada semua pegawai akan kedasarannya terhadap keamanan sistem dan perangkat yang dimiliki.

5. Melakukan evaluasi yang dilakukan rutin, minimal tiap 3 bulan sekali terhadap sistem informasi yang dikhawatirkan dapat timbul potensi ancaman baru.

5.2.6 Rekomendasi DSS06

Untuk mencapai level target yang diinginkan yaitu level 2, maka yang perlu dilakukan adalah :

1. Menetapkan ukuran-ukuran goal dari proses bisnis, mendokumentasikan dan dievaluasi.

2. Membuat laporan dari kontrol pemrosesan agar mudah diketahui gejala - gejala yang timbul.

3. Mendokumentasikan dengan baik rekaman transaksi dan rekaman keluhan dalam dokumen yang lebih tersistematik yang nantinya dapat digunakan sebagai bukti untuk mengukur keberlangsungan bisnis. 4. Mereview penyimpangan - penyimpangan

(10)

6. Menyimpang dengan baik atau mengarsipkan data seperti sumber informasi, rekaman transaksi untuk dijadikan bukti dalam pengukuran penilaian keberlangsungan proses bisnis dan dapat sebagai rekomendasi.

6. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan pada layanan BPJSTK Mobile di BPJS Ketenagakerjaan Cabang Mataram, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Evaluasi dilakukan menggunakan kerangka

kerja framework COBIT 5 dan menggunakan domain DSS (Delivery, Service and Support) yang dipilih karena sistem telah direncanakan (plan), telah dibangun (build) dan sekarang sedang dijalankan (run). Domain DSS terdiri dari 6 proses yaitu DSS01, DSS02, DSS03, DSS04, DSS05, dan DSS06.

2. Dari hasil evaluasi tingkat kemampuan (Capability Level) diketahui ada 2 proses yang mempunyai level kapabilitas 2 yaitu DSS01 dan DSS02. Ada 4 proses yang memiliki level kapabilitas 1 yaitu DSS03, DSS04, DSS05, DSS06.

3. Menurut level kapabilitas masing-masing proses, ditentukan level target masing-masing proses yaitu berupa 1 level di atas level kapabilitas, yang ditentukan berdasarkan analisis dan juga persetujuan dengan instansi terkait, sehingga didapat level target untuk DSS03, DSS04, DSS05 dan DSS06 adalah level 2, untubk DSS01 dan DSS02 adalah level 3.

4. Level capability keseluruhan yang diperoleh berdasarkan keseluruhan rata-rata adalah 1 (performed process), yang berarti sudah diterapkan dan mencapai tujuannya, tetapi belum ada standar penerapan dalam melakukan proses tersebut, belum terdokumentasi dan dikomunikasikan dengan baik.

Untuk penelitian selanjutnya, saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya menggunakan domain lain yang ada pada kerangka kerja framework COBIT 5 untuk mengevaluasi teknologi informasi yang ada pada suatu instansi sesuai dengan tujuan dan studi kasus yang diambil. Empat domain selain DSS yaitu domain EDM (Evaluate, Direct, Monitor), domain APO (Align, Plan and Organise), domain BAI

(Build, Acquire and Implement), dan MEA (Monitor, Evaluate and Assess).

2. Peneliti sebaiknya memberikan pengenalan kepada calon responden terkait framework / domain yang akan digunakan, sehingga isian data kuesioner yang nanti diberikan akan lebih objektif.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Rasyid, A., 2016. Analisis Audit Sistem Informasi Berbasis COBIT 5 Pada Domain Deliver, Service, and Support (DSS) (Studi Kasus: SIM-BL di Unit CDC PT Telkom Pusat. Tbk).

Institute, 2007. IT Governance Guide using COBIT ed.s.l.:www.itgi.org.

ISACA, 2012. A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT. COBIT ed. s.l.:www.isaca.org.

Ketenagakerjaan, B., 2014. BPJS

Ketenagakerjaan. [Online]

Available at:

Gambar

Gambar 1. Prinsip COBIT 5
Gambar 2. Area Kunci Tata Kelola dan Manajemen COBIT 5
Gambar berikut:
Tabel 8. Analasis Gap Keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

Tahap selanjutnya, initial value atau tebakan awal tersebut digunakan dalam tahapan estimasi dengan metode Gauss-Newton yang akan di-input ke dalam persamaan

Bastari, M.A., mengapresiasi perubahan yang dilakukan oleh sekolah saat kegiatan Unjuk Karya Praktik yang Baik Bidang Pendidikan di Provinsi Aceh (18/6), “Saya tadi keliling

Hasil pencarian rute terpendek metode fuzzy node combination pada tabel tersebut menghasilkan jarak yang sama dengan algoritma fuzzy Dijkstra maupun hasil dari jarak

Masalah yang ingin di angkat oleh penulis adalah masalah yang banyak di alami, banyak korban, dan minim pemecahan masalah, penulis melakukan berapa riset pada

Hasil analisis tanah pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian arang tempurung kelapa dan bokashi pupuk kandang meningkatkan unsur hara tanaman yaitu C Organik, N, P,

Remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA yang berperilaku disiplin disebabkan oleh keinginan yang kuat dari dalam diri untuk berperilaku disiplin, peraturan yang ketat dan

Berdasarkan judul penelitian tersebut, maka ada rumusan masalah yang muncul adalah “Apakah penggunaan media elektronik dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MULTIMEDIA ANIMASI KATUP PNEUMATIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA JURUSAN TEKNIK MEKATRONIKA DI SMK KARYA BHAKTI PUSDIKPAL CIMAHI..