BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respon
Respon adalah proses pengorganisasian rangsang. Rangsang-rangsang
proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi
fenomenal dari rangsang-rangsang okimal itu. Proses inilah yang disebut respon
(Scherer, dalam Sarwono, 1993:93). Rangsang atau stimulus adalah suatu hal
yang rumit. Unsur yang pertama adalah proksimal (misalnya serangkaian
gelombang cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda yang menyentuh retina
mata), tetapi yang kita inderakan bukan rangsang proksial melainkan yang
tertangkap oleh alat-alat indera.
Jadi, menurut Scherer ada 3 macam rangsang, sesuai dengan adanya
elemen dari proses penginderaan, yaitu :
1. Rangsang yang merupakan obyek-obyek dalam bentuk fisiknya (rangsang
distal).
2. Rangsang sebagai keseluruhan hal yang tersebar dalam lapang proksimal
(belum menyangkut proses sistem syaraf).
3. Rangsang sebagai presentasi fenomenal (gejala yang dikesankan) dari
obyek-obyek yang ada diluar.
Respon adalah suatu reaksi baik positif atau negatif yang diberikan
masyarakat. Respon akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang yang
terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan, kemudian
dasarnya adalah pemahaman terhadap apa yang terjadi dilingkungan dengan
manusia dengan tingkah lakunya, merupakan hubungan timbal balik saling terkait
dan mempengaruhi. Orang dewasa telah mempunyai sejumlah besar unit untuk
memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani
representasi fenomena dari keadaan diluar yang ada dalam diri seorang individu.
Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa
-peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang
dinamakan dengan respon.
Terdapat 2 jenis yang mempengaruhi respon, yaitu :
a) Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan
fisik.
b) Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
sipengamat misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu
(Sarwono, 1991: 47).
Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mengetahui
repon seseorang, yaitu :
a) Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan
interpertasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap,
motif, kepentingan dan harapannya.
b) Sasaran respon tersebut, berupa orang benda atau peristiwa. Sifat-sifat
sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya.
Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindakan dan ciri-ciri lain dari
c) Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam
situasi mana respon itu timbul pula mendapat perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang
(Sarwono, 1991: 35).
Respon merupakan reaksi stimulus dengan membangun kesan pribadi
yang berorientasi pada pengamanan masa lampau, masa sekarang dan masa
yang akan datang. Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses
pengambilan keputusan dari empat tahapan yaitu :
a) Kategori priitif, yaitu objek atau peristiwa yang diamati dan di isolasi
berdasarkan ciri-ciri khusus.
b) Mencari tanda, sipengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk
mencari informasi-informasi tambahan yang mungkin hanya kategorisasi
yang tepat.
c) Konfirmasi, yakni terjadi setelah objek mendapatkan penggolongan
sementara.
d) Konfirmasi tuntas dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon
mulai muncul.
Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi sejauh mana
pemahaman terhadap objek tersebut. Suatu objek respon yang belum jelas atau
belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna. Seseorang
dilihat respon positifnya melalui tahap kognisi, afeksi dan psiko motorik.
yang didengar atau perubahan terhadap suatu objek tidak mempengaruhi
tindakannya, atau malah menghindari atau membenci objek tersebut.
Respon-respon tertentu terkait dengan kata-kata, dan oleh karena itu ucapan
dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hierarki mana yang bekerja.
Artinya sosialisasi yang menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan yang
merupakan media strategis dalam pembentukan respon masyarakat, apakah respon
tersebut berbentuk respon positif atau negatif sangat bergantung pada sosialisasi
dari objek yang akan direspon. Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga
aspek, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi.
Partisipasi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
dalam memahami informasi tentang lingkungan yang baik lewat penglihatan,
pendengaran, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah
terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu adalah terletak pada pengenalan
bahwa persepsi itu adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan
suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang
benar terhadap situasi. Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh
dari lingkungan yang di serap dari indera, serta sebagian lainnya diperoleh dari
pengolahan ingatan berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Persepsi individu
akan mempengaruhi sikap individu terhadap suatu program pembangunan. Dalam
suatu program pembangunan terkadang ide-ide baru atau cara-cara baru yang
disosialisasikan dalam suatu masyarakat, dengan harapan dapat mengubah cara
berpikir dan cara bertindak masyarakat yang terkena program. Perubahan tersebut
Partisipasi merupakan suatu proses sikap mental dimana orang-orang atau
anggota masyarakat aktif menyumbang kreatifitas dan inisiatifnya dalam usaha
meningkatkan kualitas hidupnya.
a) Partisipasi dalam aktifitas-aktifitas bersama dengan proyek pembangunan
yang khusus.
b) Partisipasi sebagai individu diluar aktifitas-aktifitas bersama dalam
pembangunan.
Bentuk partisipasi pertama masyarakat diajak, diperintah, atau dipaksa dalam
suatu proyek khusus, sedangkan dalam bentuk partisipasi yang kedua, adanya
kemauan sendiri berdasarkan kesadaran bahwa jika dia ikut akan mempunyai
manfaat. Bila dilihat dari jenis partisipasi, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Partisipasi dengan pikiran.
b) Partisipasi dengan tenaga.
c) Partisipasi dengan keahlian.
d) Partisipasi dengan uang.
e) Partisipasi dengan jasa-jasa.
Secara umum dapat dilihat rumusan faktor yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat, yaitu : keadaan program masyarakat, kegiatan program
pembangunan, dan keadaan alam sekitar. Ditinjau dari segi motivasinya
partisipasi terjadi karena beberapa alasan :
a) Takut terpaksa : dari segi motivasi yang pertama, partisipasi dilakukan
sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana
yang ditentukan.
b) Ikut-ikutan : motivasi partisipasi ikut-ikutan hanya didorong oleh rasa
solidaritas yang tinggi diantara sesama masyarakat sebagai perwujudan
kebersamaan.
c) Kesadaran : hal ini timbul kehendak sendiri anggota masyarakat, dilandasi
keinginan hati nurani. Partisipasi bentuk inilah yang diharapkan dapat
dikembangkan dalam masyarakat. Dengan adanya partispasi yang
didasarkan atas kesadaran usaha, masyarakat diajak unutk memelihara dan
merasa memilki objek pembangunan. Banyak kegagalan dalam
program-program pembangunan hanya karena merasa tidak memiliki kewajiban
untuk bersama-sama mebangun dan memeliharanya.
Dalam partisipasi, hal yang banyak mempengaruhi adalah luasnya
pengetahuan masyarakat tentang suatu hal. Tingkat pengetahuan seseorang yang
dimilikinya tentang suatu hal dapat menentukan suatu niat untuk melakukan
kegiatan. Pengetahuan ini kemudian mempengaruhi sikap, niat dan prilaku.
Adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang
mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam
suatu kegiatan sangat tergantung apakah seseorang mempunyai sikap positif
terhadap kegiatan tersebut. Adanya niat unutk melakukan suatu kegiatan akhirnya
sangat menentukan apakah kegiatan itu benar-benar dilakukan. Kegiatan yang
dilakukan inilah yang disebut sikap atau prilaku.
Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang berbentuk fisik seperti
halnya hasil-hasil dan usaha-usaha pembangunan. Perubahan sikap dapat
menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu,
seperti perubahan lingkungan atau situasi lainnya. Sikap yang muncul dapat
positif yang cenderung menyenangi, mengharapkan objek atau muncul sikap
negatif yakni menghindari atau membenci suatu objek.
2.2. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan bagian dari masalah sosial, apabila studi masalah
sosial dianggap suatu proses maka penanganan kemiskinan sebagai salah satu
bentuk masalah sosial yang terkait dengan pemahaman terhadap latar belakang
atau faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber masalah. Strategi dan
pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan
yang digunakan dalam memahami latar belakang masalahnya. Treatment dalam
menangani kemiskinan sangat ditentukan oleh diagnosis yang dilakukan
(Soetomo: 326).
Kemiskinan suatu kondisi yang tiak menguntungkan dari ketidakmampuan
seseorang dalam mengakses dan memanfaatkan sumberdaya yang berada
disekitarnya. Kemiskinan dapat didefenisikan dengan pengertian yang berbeda
dengan pespektif yang beragam tergantung dari sudut pandang mana kemiskinan
dimaknakan. Pandangan konvensional yang berkaitan dengan kesejahteraan
memiliki cukup pendapatan atau konsumsi untuk menciptakan mereka diatas
beberapa batas minimum yang memadai.
Dari segi sosial, kemiskinan penduduk dapat juga disebutkan sebagai suatu
kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang
tidak mencukupi dan penerangan yang minim. Kondisi sosial yang lain dari
penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dan anggota
rumah tangga rendsh, dan pada umumnys rumah tersebut berada di pedesaan.
Dari segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata
pencaharian pada sektor informasi di pedesaan maupun di perkotaan, sering
berpindah-pindah mata pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga
menyebabkan pendapatan yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga
miskin adalah kecenderungan untuk menyediakan sebagian besar dari anggarn
rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung
hanya untuk memenuh kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya
kemiskinan rumah tangga.
Defenisi yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa
kemiskinan merupakan suatu kondisi seseorang atau suatu keluarga dipengaruhi
oleh hidup dan mengalami depresi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta
tidak memilki aksebilitas terhadap sistem sumber yang ada di sekitar lingkungan
sosialnya dikarenakan adanya tindakan diskriminasi dan keterasingan sosial. Hal
tersebut dicirikan dengan rendahnya partisipasi keluarga miskin dalam proses
Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, dalam menerangkan
kemiskinan memilki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang,
dan papan)
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih, dan transfortasi)
3. Ketiadaan jaminan dimasa depan
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia
6. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat
7. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata pencaharian
berkesinambungan
8. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental
9. Ketidakmampuan ketidakberuntungan sosial (Soeharto, 2009: 32).
2.3. Kesehatan
2.3.1. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
tercantum dalam UUD 1945. Dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 pasal 1
mendefenisikan kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Pemerintah mengembangkan infrastruktur di wilayah
Indonesia untuk melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan
2.3.2. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memlihara
dan meningkatkan kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, dan pemulihan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatn masyarakt dan
kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang,
profesional, dan bermutu. Upaya-upaya kesehatan antara lain kuratif, preventif,
rehabilitatif.
2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.4.1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga
penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial resiko
keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak
produktif, mengalami kecelakaan bahkan kematian, akan diambil alih oleh
lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. Undang-undang nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, secara tegas
menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum
publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
2.4.2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) a. Melakukan dan menerima pendaftaran peserta
c. Menerima bantuan dari pemerintah
d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial
f. Membayarkan manfaat dan membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan jaminan sosial.
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat
2.4.3. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang dalam :
a. Menagih pembayaran iuran
b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai
c. Melakakukan pengawasan dan pekeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial
d. Membuat kesepakatan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran
fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
pemerintah
e. Membuat dan menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memnuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
2.5. BPJS Kesehatan
2.5.1. Pengertian BPJS Kesehatan
Badan penyelenggara jaminan kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah
perusahaan asuransi yang sebelumnya kita kenal sebagai PT. Askes. sedangkan
BPJS merupakan badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh
DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional). Sistem pelayanan BPJS akan lebih baik
karena didukung oleh SDM yang terlatih dan bertanggung jawab kepada presiden
dan menyelenggarakan program jaminan bagi seluruh penduduk Indonesia
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.
2.5.2. Peserta Jaminan Kesehatan
Setiap orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi :
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
a) Pegawai Negeri Sipil;
c) Anggota Polri:
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f) Pegawai swasta; dan
g) Pekerja yang tidak termasuk a sampai dengan f yang menerima
upah.
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan.
c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya
a. Investor;
b. Pemberi kerja;
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :
Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun;
Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
Janda, duda atau anak yatim dari penerima pensiun yang
mendapat hak pensiun;
Janda, duda atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
yang mendapat hak pensiun.
e. Perintis Kemerdekaan;
f. Janda, duda atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g. Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan e yang
membayar iuran.
2.5.3. Pendaftaran Menjadi Peserta
Proses pendaftaran menjadi peserta BPJS Kesehatan dapat dilakukan
secara kolektif maupun perorangan, dengan ketentuan sebagai berikut :
I. Pekerja Penerima Upah
A. Pendaftaran secara kolektif :
a. Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar Isian Peserta serta
melampirkan Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm
masing-masing 1 (satu) lembar.
b. Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam bentuk
format data yang disepakati.
B. Pendaftaran secara perorangan :
Pemberi Kerja Penyelenggara Negara, terdiri dari :
1. Pejabat Negara : Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dilampiri
dengan pas foto berwarna terbaru masing-masing 1 lembar ukuran 3 cm x
4 cm (kecuali bagi anak usia balita), serta menunjukkan/memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy petikan SK Penetapan sebagai pejabat negara yang
dilegalisasi;
c. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
d. Asli/foto KP4 yang dilegalisasi;
e. Foto copy surat nikah;
f. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK pengadilan
negeri untuk anak angkat;
g. Surat Keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun.
2. Pegawai Negeri Sipil; Mengisi Formulir Daftar Isian Peerta (FDIP) yang
tanda tangani oleh pimpinan unit kerja dan stempel unit kerja. Daftar
Isian Peserta dilampiri dengan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu)
lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita); serta
menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy SK PNS terakhir;
b. Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan kerja;
c. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
d. Asli/foto copy KP4 yang dilegalisasi;
e. Foto copy surat nikah;
f. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk satu anak angkat yang ditanggung;
g. Surat keteragan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak usia dari 21
tahun sampai dengan usia 25 tahun).
3. Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan pada BUMN/BUMD; Mengisi
Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) yang ditanda tangani oleh pimpinan
pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm
(kecuali bagi anak usia balita); serta menunjukkan/memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy SK PNS yang dipekerjakan pada BUMN/BUMD;
b. Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
d. Foto copy surat nikah;
e. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;
f. Surat keteragan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak usia dari 21
tahun sampai dengan usia 25 tahun).
4. Anggota TNI dan Polri; Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (FDIP)
dengan melampirkan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar
ukuran 3 cm x 4cm (kecuali bagi anak usia balita)
menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy SK kepangkatan terakhir;
b. Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c. Asli/foto copy KU yang dilegalisasi;
d. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
e. Foto copy surat nikah;
f. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lair/SK Pengadilan
Negeri untuk anak satu angkat yang ditanggung;
g. Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia
5. Pejabat Negara Non Pegawai Negeri (Presiden, Menteri, Gubernur,
Bupati/Wkl Bupati, Walikota/Wakil Walikota, DPR, DPD, DPRD);
Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dengan melampirkan pas
foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-masing 1 lembar
(kecuali bagi anak usia balita) serta menunjukkan/memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy SK pengangkatan sebagai pejabat Negara;
b. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
c. Foto copy surat nikah;
d. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;
e. Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun).
6. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri; Mengisi Formulir Daftar Isian
(FDIP) dengan melampirkan pas foto berwarna tervaru ukuran 3 cm x 4
cm masing-masing 1 (satu) lembar (kecuali bagi anak usia balita) serta
menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy SK Pengangkatan dari Kementerian/ lembaga;
b. Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c. Foto copy KTP (diutamakan KTP elektronik);
d. Foto copy surat nikah; foto copy akte kelahiran/surat keterangan
lahir/SK Pengadilan Negeri untuk anak angkat;
e. Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia
7. Pegawai swasta/Badan Usaha/Badan lainnya; Mengisi Formulir Daftar
Isian (FDIP) dengan melampirkan pas foto berwarna terbaru ukuran 3 cm
x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar (kecuali bagi anak usia balita)
serta menunjukkan/memperlihatka dokumen sebagai berikut :
a. Bukti diri sebagai Tenaga Kerja/ karyawan aktif pada perusahaan;
b. Perjanjian Kerja/SK pengangkatan sebagai pegawai;
c. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
d. Bukti potongan iuran Jaminan Kesehatan;
e. Foto copy surat nikah;
f. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;
g. Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap
(KITAS/KITAP).
II. PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH
A. Pendaftaran secara kolektif :
1. Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar Isian Peserta serta
melampirkan Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm
masing-masing 1 (satu) lembar.
2. Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam betuk
B. Pendaftaran secara perorangan :
1. Pekerja diluar Hubungan Kerja atau Pekerja Mandiri; Mengisi Formulir
Daftar Isian Peserta (FDIP) serta melampirkan pas foto terbaru
masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia
balita) serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakn KTP elektronik);
b. Foto copy surat nikah;
c. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir menjadi
tangungan;
d. Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap
(KITAS/KITAP).
2. Kelompok Paguyuban/koperasi/Asosiasi; Mengisi Fomulir Daftar Isisan
Peserta (FDIP) dengan melampirkan pas foto terbaru masing-masing 1
(satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita), serta
menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy Kartu Kleuarg dan KTP (diutamakan KTP elektronik);
b. Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap
(KITAS/KITAP).
III. BUKAN PEKERJA
A. Pendaftaran secara kolektif
Jumlah anggota kelompok minimal 2 (dua) anggota;
Mengisi dan menyerahkan Formuir Daftar Isian Peserta serta
melampirkan Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm
Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam bentuk
format data yang disepakati.
B. Pendaftaran secara perorangan :
1) Investor; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampirkan Pas Foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu)
lembar, dengan menunjukkan/memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP
b) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap
(KITAS/KITAP).
2) Pemberi Kerja; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu)
lembar, dengan menunjukkan/memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP
b) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap
(KITAS/KITAP).
3) Penerima Pensiun :
Penerima Pensiun PNS; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta
(FDIP) serta melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm
sejumlah 1 (satu) lembar, dengan menunjukkan/memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) Foto/copy surat tanda bukti penerima pensiun atau Kartu tanda
peserta ASABRI;
d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak angkat;
e) Surat keterangan sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
Perintis Kemerdekaan; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta
(FDIP) dan melampiri pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm
sejumlah 1 (satu) lembar dengan menunjukkan/memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) SKEP Perintis Kemerdekaan;
c) Fotocopy surat nikah
d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir,surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak angkat;
e) Surat keterangan sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
Veteran; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1
(satu) lembar dengan menunjukkan/memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Kleuarga/KTP;
b) Asli/foto copy piagam petikan SK Pengesahan Gelar
Kehormatan Veteran RI;
c) Fotocopy surat nikah;
d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan
e) Surat keterangan sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
Penerima Program Pensiun Badan Usaha/Badan Lainnya; Mengisi
Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas foto
terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan
menunjukkan/memperlihatkan asli/foto copy Kartu Keluarga dan
KTP.
Janda/Duda/Anak Yatim/Anak Piatu dan Anak Yatim Piatu dari
Penerima Pensiun PNS/TNI/Polri/Pejabat Negara/Veteran/Perintis
Kemerdekaan; dengan ketentuan mengisi Formulir Daftar Isian
Peserta (FDIP) dan melampiri pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm
sejumlah 1 (satu) lembar denagn menunjukkan/memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP;
b) Surat Keputusan Janda/Duda/Anak Yatim/Anak Piatu dan Anak
Yatim Piatu;
c) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak angkat;
d) Surat keterangan sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).
4) Pekerja informal; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu)
lembar dnegan menunjukkan/memperlihatkan asli/foto copy Kartu
Anggota Keluarga Lain
Anggota Keluarga lain dapat diikutsertakan dengan ketentuan :
membayar iuran, mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 x 4 cm sejumlah 1 (satu)
lembar dengan menunjukkan/memperlihatkan asli/foto copy Kartu
Keluarga dan KTP dan bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal
Sementara/Tetap (KITAS/KITAP.
2.5.4.Mekanisme Pendaftaran BPJS Kesehatan
Keterangan:
CALON PESERTA
KANTOR BPJS
KESEHATAN KCU
MEDAN
BANK
1. Calon Peserta Mengisi Daftar isian Peserta, membawa Kartu Keluarga/KTP, Pasport pas foto berwarna 3x4 sebanyak 1 Keluarga/Surat Nikah/Akte kelahiran.
2. Data diproses oleh Petugas BPJS Kesehatan untuk diterbitkan nomor Virtual Account (VA) perorangan dan diserahkan kepada calon peserta.
3. Calon peserta membayar iuran lewat ATM/Setor tunain sesuai dengan momor Virtual Account (VA) perorangan ike Bank yag telah bekerja sama.
4. Membawa bukti pembayaran untuk di cetakkan kartu peserta
2.5.5.IURAN
1. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
iuran dibayarkan oleh Pemerintah.
2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada
Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota
TNI, anggota Polri, Pejabat negara, dan pegawai pemerintah non
pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah
perbulan denganketentuan : 3% dibayar oleh pemberi kerja dan 2%
dibayar oleh peserta.
2.5.6. Manfaat BPJS Kesehatan
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi :
a) Pelayanan Kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup :
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan prefentif
3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupu non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Tranfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
8. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkatan lanjutan, yaitu pelayanan
kesehatan :
a. Administrasi pelayanan
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan sub spesialis
c. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e. Pelayanan alat kesehatan implant
f. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi
medis
g. Rehabilitasi medis
h. Pelayanan darah
i. Pelayanan kedokteran forensik
j. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
2. Rawat inap yang meliputi :
a. Perawatan inap non intensif
b. Perawatan inap diruang intensif.
2.6. Administrasi
2.6.1 Pengertian Administrasi
Administrasi jika ditinjau dari arti kata sebenarnya sangat sederhana sekali
yaitu berasal dari kata kata Administration yaitu Bahasa Inggris yang dalam arti
kata terdiri dari dua suku kata yaitu : Administ dan Ration yang artinya adalah
mengurus. Dari pengertian ini berarti pengertian administrasi sangat sempit sekali
yaitu mengurus. Mengurus disini tidak jelas maknanya, apakah mengurus orang
Selain dalam bahasa Inggris, administrasi juga memiliki arti lain dalam
bahasa Belanda yaitu Administratiei yang artinya adalah catat mencatat atau
sejenisnya. Pengertian administrasi dalam arti kata inipun sangat sederhana sekali
yaitu administrasi seolah-olah hanya masalah surat-menyurat saja. Namun
walaupun dengan demikian pengertian ini sudah lebih luas dibandingkan dengan
pengertian bahasa Inggris tadi.
Administrasi adalah salah satu sarana untuk melayani kebutuhan manusia.
Dalam ruang lingkup perkantoran kekayaan dan persediaan yang dimiliki
organisasi sehingga dapat dikatakan administrasi merupakan alat pembantu
pimpinan untuk mengelola perusahaan. Administrasi yang baik adalah
administrasi yang didasarkan asas-asas yang berlaku secara umum, sehingga dapat
diterima semua pihak baik dari dalam organisasi itu sendiri maupun dari luar
organisasi tersebut.
Secara terminologi apa yang disebut “Administrasi” adalah mengurus,
mengatur, mengelola. Jika dibubuhi awalah pe dengan akhiran an pada setiap arti,
maka semuanya mengandung maksud adanya keteraturan dan pengaturan sebab
yang menjadi sasaran dari penguasaan, pengelolaan dan apalagi pengaturan
dinamikanya.
Mengurus dan pengurusan diarahkan pada penciptaan keteraturan sebab
pengurusan yang teratur menghasilkan pencapaian tujuan yang tepat atau pada
tujuan yang diinginkan. Mengatur dan pengaturan tetntunya diarahkan pada
penciptaan keteraturan. Jika mengatur diarahkan pada kegiatan yang diinginkan,
maka pengaturan diarahkan pada penciptaan keterlibatan. Demikian pula dengan
2.6.2. Ruang lingkup Adminstrasi
Ruang lingkup administrasi sebenarnya sangat luas sekali yaitu
menyangkut hal-hal apa saja yang termasuk dalam bahasa atau bagian dari pada
administrasi tersebut. Dalam uraian ini ruang lingkup administrasi dibatasi
unsur-unsur seperti tersebut di bawah ini :
a. Organisasi, yaitu wadah di mana usaha kerja sama itu diselenggarakan.
James D. Mooney menyebutnya sebagai bentuk daripada perserikatan
manusia untuk mencapai dari suatu tujuan bersama.
b. Manajemen, yaitu dianggap sebagai suatu proses yang menggerakkan
kegiatan dalam administrasi itu sehingga tujuan yang telah dibentuk
benar-benar tercapai.
c. Kepegawaian, yaitu segi yang berkenaan dengan sumber tenaga manusia
yang harus ada pada setiap usaha kerja sama.
d. Keuangan, yaitu dari segi pembiayaan dalam setiap administrasi.
e. Perlengkapan, yaitu merupakan dari segi melayani kebutuhan kebendaan
dan kerumahtanggaan yang juga tentu ada dalam setiap usaha bersama.
Dalam bidang ini berkembanglah pengetahuan administrasi perlengkapan.
f. Pekerjaan Kantor, yaitu dalam setiap usaha bersama tentu terdapat proses
yang termasuk dalam pengertian office work, paper work atau clerical
work ini segenap aktivitas yang mengumpulkan, mencatat, mengirim,
mengelolah atau menyimpan bahan-bahan keterangan (information), tata
usaha ini disebut administrasi dalam arti sempit.
g. Perwakilan, yaitu dari segi yang menggambarkan pada pihak luar segala
sebalinya menyalurkan suatu hasrat, cita pendapat dari luar ke dala suatu
usaha bersama, dengan demikian tercapai pengertian yang sebaik-baiknya
antara suatu administrasi dengan keadaan sekelilingnya.
2.7. Konsep Usaha Kesejahteraan Sosial 2.7.1. Usaha Kesejahteraan Sosial
Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program pelayanan dan berbagai
kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun
masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu
sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas.
Berdasarkan hal tersebut dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah
bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang
nyata yang menyangkut kesejahteraan masyarakat.
Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial
seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik ia bersifat langsung
(direct services) ataupun tidak langsung (indirect services), sehingga apa yang
dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditunjukkan untuk
menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan
bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititikberatkan
pada upaya menghidupi organisasinya sendiri atau hanya sekedar
mengekspresikan diri sendiri dalam suatu lembaga.
Usaha kesejahteraan sosial yang baik dan bermanfaat mengandung ciri-ciri
a. Relavan
Pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan warga
masyarakat yang menjadi sasaran/penyandang masalah.
b. Konsisten
Dilaksanakn secara terus menerus sampai terpecahkan masalah yang
dialami oleh sasaran
c. Aksesibel
Pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau dan digunakan
oleh sasaran.
d. Partisipasif
Keterlibatan semua pihak termasuk sasaran dalam pelaksanaan pelayanan
dan bantuan.
2.7.2. Jaminan Sosial
Pengertian jaminan sosial begitu beragam akan tetapi esesiennya memiliki
kesamaan. Dilihat dari pendekatan asuransi sosial, maka berarti jaminan sosial
berbagai teknik atau metode penanganan risiko yang terkait dengan hubungan
kerja yang berbasis pada hukum bilangan besar (law of large numbers). Dari sisi
bantuan sosial, maka jaminan sosial berarti sebagai dukungan pendapatan bagi
komunitas kurang beruntung untuk keperluan konsumsi. Karena itu maka jaminan
sosial berarti sebagai berikut :
1) Salah satu faktor ekonomi seperti konsumsi, tabungan dan
2) Instrumen negara untuk redistribusi risiko sosial ekonomi memalui tes
kebutuhan (means test application), yaitu tes apa yang telah dimiliki
peserta baik berupa rekening tabungan maupun kekayaan rill
3) Program pengentasan kemiskinan yang ditindaklanjuti dengan
pemberdayaan komunitas.
4) Sistem perlindungan dasar untuk penanggulangan hilangnya sebagaian
pendapatan pekerja sebagai konsekuensi risiko hubungan kerja.
Berikut adalah pengertian jaminan sosial secara spesifik sebagai sistem
perlindungan dalam bentuk dukungan pendapatan (income support) bagi setiap
orang yang memerlukannya melalui seperangkat uji kebutuhan (means test) oleh
lemabaga yang berwenang (Bambang, 2011 : 39). Lemabaga-lembaga yang
berwenang melakukan menas test di beberapa negara seperti institusi pajak di
Inggris dan institusi Central Point di Australia. Aplikasi uji kebutuhan diperlukan
untuk keadilan agar penerima manfaat jaminan sosial adalah memang benar-benar
orang yang berhak dan membutuhkan dukungan pendapatan.
2.7.3. Fungsi Jaminan Sosial
Berbicara tentang fungsi jaminan sosial tidak terlepas dari azas dan prinsip
jaminan sosial yang secara detail dalam UU SJSN dicantumkan. Semoga kita
harus membacanya satu tarikan nafas mulai dari azas, prinsip, fungsi dan program
jaminan sosial. Kalau dilihat fungsi sosial dari aspek ekonomi dapat dicermati dari
dua sudut pandang insecurity dan security economic.
Sebagaimana diketahui, bahwa jaminan sosial merupakan sistem proteksi
musibah atau kemalangan baik yang disebabkan karena peristiwa hubungan
industrial atau diluar hubungan industrial seperti kemiskinan.
2.8. Kerangka Pemikiran
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan
diperhatikan oleh Pemerintah. Banyak upaya pemerintah dalam mengatasi
masalah kesehatan di Indonesia. Program-program yang telah dibuat pemerintah
dari Jamkesmas, Jamkesda, Medan Sehat, Askes sampai yang terakhir adalah
BPJS Kesehatan. Dari berbagai proogram banyak masalah yang timbul di
masyarakat mulai dari tidak tepat sasaran program tersebut diberikan, tata cara
yang berbelit-belit sehingga masyarakat merasa di persulit untuk mendapatkan
jaminan kesehatan tersebut.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kantor Cabang
Utama Medan merupakan salah satu tempat dimana calon peserta atau peserta
BPJS Kesehatan untuk melaporkan segala bentuk keluhan yang dialami peserta.
Kantor BPJS Kesehatan KCU Medan yang beralamat di JL. Karya No. 135 Kel.
Sei Agul Kec. Medan Barat.
Dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan banyak masalah yang
muncul mulai dari data kepesertaan, pelayanan kesehatan dan juga tata cara
pengurursan kartu BPJS Kesehatan tersebut. Persyaratan dalam pengurusan kartu
yang dianggap calon peserta berubah dan berbelit membuat banyak masyarakat
Bagan Alir Pikir
Respon Positif Respon Negatif
2.9. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.9.1. Defenisi Konsep
Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Dimana peneliti memberikan
batasan mengenai konsep-konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman
arti dan konsep penelitian yang digunakan. Defenisi konsep mengarahkan peneliti
agar fokus pada satu istilah saja. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam
penelitian ini, dibatasi sebagai berikut :
1) Respon merupakan suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat
yang merupakan wujud dari persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat
terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman,
penilaian, suka atau tidak suka serta partisipasi terhadap objek
permasalahan
2) BPJS Kesehatan merupakan badan hukum publik yang beranggung jawab
dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh
penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia. Peserta BPJS Kesehatan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah Peserta Mandiri BPJS Kesehatan.
3) Tata cara pengurusan kartu BPJS kesehatan atau administrasi yang
merupakan prosedur yang telah ditetapkan pemerintah kepada BPJS
Kesehatan sebagai badan penyelenggara, setiap masyarakat atau calon
peserta wajib mematuhi dan memenuhi segala bentuk persyaratan yang
4) BPJS Kesehatan KCU (Kantor Cabang Utama) Medan yang beralamat di
Jalan Karya Sei Agul No.135 merupakan tempat masyarakat medan
mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Kesehatan, disamping masyarakat
dapat mendaftar lewat online tetapi kebanyakan masyarakat datang
langsung ke kantor BPJS Kesehatan.
2.9.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian
dapat diukur sehingga transformasi dan unsur konseptual ke dunia nyata. Defenisi
operasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Perumusan defenisi
konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang
konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka
perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia
nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011: 141).
Respon calon peserta terhadap atat cara pengutrusan kartu di BPJS
Kesehatan KCU Medan dapat diukur dari :
1. Persepsi peserta mengenai tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan
melalui:
a. Pengetahuan calon peserta tentang tata cara menjadi peserta BPJS
Kesehatan di BPJS Kesehatan KCU Medan.
b. Pengetahuan calon peserta tentang bagaimana tata cara menjadi
peserta BPJS Kesehatan di BPJS Kesehatan KCU Medan.
2. Sikap masyarakat terhadap tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan
a. Penilaian calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu di BPJS
Kesehatan.
b. Penolakan atau penerimaan calon peserta terhadap tata cara
pengurusan kartu di BPJS Kesehatan KCU Medan.
c. Suka atau tidak suka calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu
di BPJS Kesehatan KCU Medan.
d. Peserta mengharapkan atau menghindari tata cara pengurusan kartu di
BPJS Kesehatan KCU Medan.
3. Partisipasi calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu yang
diberikan oleh BPJS Kesehatan KCU Medan.
a. Intensitas keterlibatan dalam perencanaan dan pelaksanaan tata cara
pengurusan kartu yang diberikan BPJS Kesehatan KCU Medan.
b. Kualitas keterlibatan dalam perencanaan dan pelaksanaan tata cara