ORGANISASI PERUSAHAAN
DAN KEPAILITAN
LITERATUR
Kitab Undang
–
Undang Hukum Perusahaan ( Prof. Drs.
C.S.T. Kansil dan Christie S.T. Kansil, S.H., M.H.)
Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (I.G. Rai Widjaya,
S.H., MA)
Hukum Kepailitan (Hj. Rahayu Hartini, S.H., M.Si.)
Hukum Perusahaan Indonesia (Prof. Abdulkadir
Muhammad, S.H.)
Doktrin
–
doktrin Modern Dalam Corporate Law (Henry
R. Cheeseman)
Understanding Bankruptcy (Frank H. Dixon)
PERTEMUAN
75 menit tutorial
50 menit pertanyaan
Evaluasi Penilaian
Middle Test (UTS)
35%
Final Test (UAS)
40%
Tugas
20%
Pengertian BUMN
Adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya di miliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.
Poin Utama dari pengertian BUMN
adalah:
1.
Berbentuk suatu Badan Usaha.
2.
Sebagian besar atau keseluruhan modal adalah milik
negara.
3.
Pemilikan modal melalui penyertaan secara langsung.
1. Berbentuk Badan Usaha
Bertujuan (tujuan BUMN) :
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
2. Mengejar keuntungan.
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
4. Menjadi perintis kegiatan – kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta & koperasi.
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Batasan Dalam Pencapaian Tujuan
BUMN dalam mencapai maksud dan tujuannya tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang
–
undangan,
ketertiban umum, dan/atau kesusilaan
2. Sebagian besar atau keseluruhan
modal adalah milik negara.
Modal secara keseluruhan adalah modal yang
dimiliki oleh perusahaan secara keseluruhan
adalah milik negara.
Modal yang sebagian besar milik negara adalah
modal perusahaan yang paling sedikit 51 %
3. Pemilikan modal melalui penyertaan
secara langsung.
Penyertaan modal dalam rangka pendirian atau penyertaan
ke dalam BUMN dan/atau perseroan terbatas yang
sebagian sahamnya dimiliki oleh negara, diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
4. Berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan.
Modal Perusahaan yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan tersebut bersumber dari:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Kapitalisasi Cadangan.
Sumber lainnya.
Macam
–
macam BUMN
Perusahaan Persero
(disebut Persero)
.
Perusahaan Perseroan Terbuka
(disebut Persero Terbuka).
Perusahaan Umum
(disebut Perum).
Perusahaan Persero
adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Pendirian Persero
Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh Menteri
dengan memperhatikan kaidah
–
kaidah yang
terdapat di dalam peraturan perundang
–
undangan,
yang dalam hal ini berlaku ketentuan UU No. 1 Thn
1995 sebagaimana yang telah dirubah dengan UU
No. 40 Thn 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Dalam hal pendirian Perseroan Terbatas terdapat di
dalam Pasal 7 s/d Pasal 14 UU No. 40 Thn 2007.
Perusahaan Persero Terbuka
adalah persero yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang
melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan
perundang
–
undangan di bidang Pasar Modal.
(Pasal 1
angka 3 UU BUMN)
Ketentuan terhadap Perseroan Terbuka secara prinsip
adalah sesuai dengan Perseroan Terbatas yang Go
Publik.
(Pasal 34 UU BUMN)Perusahaan Umum
(PERUM)
adalah Badan Usaha Milik Negara yang seluruh
modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas
saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Pendirian PERUM
Diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai
dengan dasar pertimbangan setelah dikaji
bersama Menteri Teknis dan Menteri Keuangan.
Contoh PP Persero & Perum :
PP Nomor 58 Tahun 2003 tentang Perusahaan Gas Negara
(persero)
Kesimpulan :
Pendirian / pembentukan Badan Usaha Milik Negara adalah tunduk / berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Namun pelaksanaan pengelolaan Perusahaan berdasar sesuai dengan prinsip
Pengertian Badan Usaha Milik Daerah
adalah berdirinya semua perusahaan yang modalnya
untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan
kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika
ditentukan lain oleh UU.
Poin utama dalam pengertian BUMD
a.
Berbentuk Badan Usaha.
b.
Modal secara keseluruhan atau sebagian
a. Berbentuk Badan Usaha.
adalah suatu kesatuan produksi yang bertujuan
untuk turut serta melaksanakan pembangunan
daerah untuk memenuhi kebutuhan rakyat
dengan mengutamakan industrialisasi menuju
masyarakat yang adil dan makmur.
b. Modal secara keseluruhan atau sebagian
adalah kekayaan daerah yang dipisahkan.
adalah modal yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah secara keseluruhan maupun sebagian adalah merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Klasifikasi bentuk kekayaan daerah yang
dipisahkan
Apabila secara keseluruhan modal Perusahaan Daerah dari kekayaan satu daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham.
Apabila modal Perusahaan Daerah secara keseluruhan terdiri atas kekayaan beberapa daerah yang dipisahkan, maka modal perusahaan tersebut terdiri atas saham – saham.
Apabila Perusahaan Daerah untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan maka modal perusahaan tersebut terdiri dari saham – saham.
Tujuan terbentuknya Perusahaan
Daerah
Turut serta menyelenggarakan pembangunan Daerah dalam
bidang ekonomi nasional.
Untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
Menuju masyarakat yang adil dan makmur
Batasan pembentukan Perusahaan
Daerah
Untuk cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak di Daerah yang bersangkutan diusahakan oleh Perusahaan Daerah yang modalnya secara keseluruhan adalah kekayaan Daerah yang dipisahkan.
(Pasal 5 UU BUMD dan Penjelasan Pasal 5 UU BUMD)
Pola pelaksanaan kegiatan usaha Perusahaan Daerah didirikan adalah berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di dalam negara Indonesia
BUMD sebagai Badan Usaha berbadan
hukum
Perusahaan Daerah (BUMD) didirikan berdasarkan
Peraturan Daerah dengan kuasa dari UU Perusahaan
Daerah (BUMD).
Peraturan Daerah dapat secara sah berlakunya setelah
mendapat pengesahan oleh Instansi tingkat atasnya
(Presiden untuk DKI Jakarta, Menteri Dalam Negeri untuk
Pemerintahan tingkat Propinsi (Daerah tingkat I), dan
Pembubaran BUMD
Pengertian
Penggabungan (merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan yang lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Peleburan (konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua atau lebih Perseroan untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing – masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.
Pengambilalihan (akuisisi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik
seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendaluian terhadap perseroan tersebut.
Ketentuan yang berlaku
bagi penggabungan
Perseroan Terbatas
secara mutatis mutandis
juga berlaku bagi
peleburan Perseroan
Terbatas
Akibat hukum terjadinya
Penggabungan & Peleburan:
Aktiva dan pasiva Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima Penggabungan atau Perseroan hasil Peleburan.
Pemegang saham Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri karena hukum menjadi pemegang saham Perseroan yang menerima Penggabungan atau Perseroan hasil peleburan.
Kesimpulan:
Pada dasarnya penggabungan & peleburan satu atau lebih
Perseroan Terbatas ke dalam suatu Peseroan akan mengakibatkan
peralihan secara hukum dari segala hak
–
hak dan kewajiban
Rancangan penggabungan atau peleburan
sekurang kurangnya harus memuat :
1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan yang akan melakukan penggabungan;
2. Alasan serta penjelasan masing – masing Direksi Perseroan yang akan melakukan penggabungan dan persyaratan penggabungan;
3. Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil penggabungan;
4. Neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari semua perseroan yang akan melakukan penggabungan;
Rancangan Penggabungan:
6.Neraca proforma Perseroan yang menerima;
7.Penggabungan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;
8.Cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga;
9.Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap penggabungan Perseroan;
10.Nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta gaji, honorarium dan tunjangan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima penggabungan;
11.Perkiraan jangka waktu penggabungan;
Rancangan Penggabungan:
13.
Kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan
penggabungan dan perubahan yang terjadi selama
tahun buku yang sedang berjalan; dan
14.
Rincian masalah yang timbul selama tahun buku
Ringkasan Rancangan Penggabungan
wajib diumumkan secara bersama oleh
Direksi Perseroan, baik yang menerima
penggabungan maupun yang
menggabungkan diri, dalam 1 (satu) atau
lebih surat kabar harian dan
mengumumkan secara tertulis kepada
seluruh karyawan yang akan melakukan
penggabungan
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari sebelum pemanggilan RUPS.
Pengambilalihan
Adalah pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Peseroan atau langsung dari pemegang saham dengan tidak mengindahkan dari ketentuan dan syarat berdirinya suatu Perseroan Terbatas.
Setiap pengambilalihan
Perseroan wajib memperoleh
persetujuan dari seluruh
pemegang saham perseroan.
Setiap persetujuan pemegang
saham harus diambil sesuai
dengan kuorum kehadiran.
RUPS disetujui oleh paling
sedikit ¾ (tiga per empat) dari
Poin dalam Pengambilalihan
Pengambilalihan dilakukan oleh suatu badan – badan hukum maupun perseorangan.
Pengambilalihan dilakukan melalui pengambilalihan dari seluruh maupun sebagian besar saham.
Dalam hal pengambilalihan melalui Direksi, pihak yang akan mengambilalih menyampaikan maksudnya untuk melakukan pengambilalihan kepada Direksi Perseroan yang akan mengambilalih.
Dalam hal pengambilalihan dilakukan melalui Direksi, maka Direksi Perseroan yang akan diambilalih dengan persetujuan Komisaris wajib membuat rancangan pengambilalihan.
Dalam hal pengambilalihan dilakukan langsung dari pemegang saham maka penyampaian maksud pengambilalihan dan pembuatan rancangan
Rancangan pengambilalihan sekurang
–
kurangnya memuat:
1. Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan yang akan diambil alih.
2. Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih.
3. Neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari semua perseroan yang akan melakukan pengambialihan.
4. Tata cara pengambialihan dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambilalih terhadap saham penukarnya apabila pembayaran
Rancangan pengambilalihan sekurang
–
kurangnya memuat:
5. Jumlah saham yang akan diambilalih
6. Kesiapan pendanaan.
7. Neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambialih setelah pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.
8. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap pengambilalihan.
Rancangan pengambilalihan sekurang
–
kurangnya memuat:
10.
Perkiraan jangka panjang pelaksanaan
pengambillihan , termasuk jangka waktu pemberian
kuasa pengalihan saham dari pemegang saham
kepada Direksi Perseroan.
11.
Rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan
Hal yang perlu diperhatikan dalam
Penggabungan, Peleburan, & Pengambialihan
adalah:
Perseroan,pemegang saham minoritas, dan karyawan.
Kreditor dan mitra usaha lainnya.
PARA PIHAK DALAM
HUKUM KEPAILITAN
Debitor Kreditor
Hakim Pengawas
Debitor
Orang yang mempunyai utang karena
perjanjian atau Undang Undang yang
pelunasannya dapat di tagih di muka
Pengadilan
Kreditor
Orang yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau Undang Undang yang
dapat ditagih di muka Pengadilan
Hakim Pengawas
Hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam
putusan pailit atau putusan penundaan kewajiban
pembayaran utang
Pasal 1 angka 8 UUK
Tugas utama dari Hakim Pengawas adalah untuk
mengawasi pengurusan dan pemberesan harta
kepailitan.
Kurator
adalah Balai Harta Peninggalan (BHP) atau
orang perseorangan yang diangkat oleh
Pengadilan untuk mengurus dan membereskan
harta Debitor Pailit di bawah perusahaan
pengawasan Hakim Pengawas sesuai dengan
Undang Undang ini.
Kurator
Tugas utama Kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit.
Kurator
Dahulu UU No. 4 Thn ’98
Kurator
Balai Harta Peninggalan.
Berdasarkan Pasal 70 UUK
Ayat (1)a
Kurator
Balai Harta Peninggalan (BHP)
Ayat (1)b
Kurator
Yang dimaksud Kurator lainnya pasal 70 ayat (2) UUK
a.
Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang
memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam
rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit
b.
Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan
Syarat
–
syarat Pernyataan Pailit
&
Syarat
–
syarat Pernyataan Pailit
Seorang Debitor yang memiliki dua atau lebih Kreditor.
Seorang Debitor tersebut setidaknya berhenti membayar
satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih di
muka Pengadilan.
Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit
a.
Bagi Debitor Pailit dan harta kekayaannya.
b.
Bagi tuntutan tertentu.
c.
Pengaruh terhadap pelaksanaan hukum
(eksekusi).
d.
Pengaruh terhadap perjanjian timbal
–
balik.
e.
Terhadap harta perkawinan.
Sejak di bacakan putusan Pailit maka si Debitor kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya.
Pasal 24 ayat (1) UUK
Bagi Tuntutan Tertentu
Sejak Debitor diputus pailit maka segala putusan hakim yang menyangkut harta kekayaan debitor pailit harus dihentikan. Putusan tersebut dibatalkan demi
hukum.
Pengaruh terhadap Pelaksanaan
Hukum (eksekusi)
Apabila terdapat seorang Debitor yang telah ditahan (eksekusi tahanan) harus dilepaskan demi hukum, tanpa mengurangi berlakunya ketentuan seperti yang
dimaksud pasal 93 UUK.
Pengaruh Terhadap Perjanjian Timbal
Balik
Putusan pernyataan pailit tidak mengikat perjanjian timbal balik yang diadakan debitor pailit sebelum kepailitan/putusan pailit diambil.
Terhadap Harta Perkawinan
Putusan pailit akan berpengaruh terhadap harta Debitor juga yang meliputi persatuan harta perkawinan.
Terhadap Hipotik, Gadai, dan Hak
Retensi
Putusan Pailit atas Debitor tidak berpengaruh
pada harta Hipoik, gadai, jaminan fidusia, hak
tanggungan, hak agunan.
Kreditor pemegang jaminan dapat langsung
mengeksekusi boedel pailit secara langsung
seolah
–
olah tidak terjadi kepailitan
Renvooi
Adalah istilah yang berasal dari kata
“
renvoa
” yang
berarti
“
penunjukan
Renvooi
Dalam pengertian di hukum Kepailitan adalah
penyelesaian bantahan atas piutang
–
piutang
oleh kantor Kurator atau Balai Harta
Peninggalan (BHP) maupun debitor pailit
dalam rapat verifikasi boedel pailit.
Renvooi
Diajukan ke Pengadilan selama
Hakim Pengawas harta pailit tidak
mampu mendamaikan kedua
BERAKHIRNYA
KEPAILITAN
Perdamaian
(Accord) Ps.144
–
Ps. 177 UUK
Insolvensi dan pemberesan harta kepailitan
(
Perdamaian
(Accord)
Adalah perjanjian antara debitor pailit dan kreditor dimana Debitor pailit menawarkan pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditor konkuren.
Upaya Hukum Putusan Pailit
Kasasi (Ps. 11
–
Ps. 13 UUK)
KASASI
Diajukan oleh Kreditor, Debitor, ataupun Kreditor yang
bukan merupakan merupakan pihak pada persidangan
tingkat pertama, diajukan paling lambat 8 hari setelah
tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan.
KASASI
Waktu permohonan kasasi dihitung sejak, pemohon kasasi
mengajukan kepada Panitera yang telah memutus
permohonan pernyataan pailit dan memberikan tanda
terima tertulis dan ditanda tangani oleh Paniteradisertai
tanggal yang sesuai dengan tanggal penerimaan
pendaftaran.
KASASI
Pendaftaran permohonan kasasi atas putusan pernyataan pailit dilampiri dengan memori kasasi oleh pemohon kasasi.
KASASI
Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi kepada termohon kasasi paling lambat 2 hari setelah permohonan kasasi
didaftarkan.
KASASI
Termohon kasasi dapat mengajukan kontra
memori kasasi paling lambat 7 hari, setelah
termohon mendapatkan memori kasasi dari
Penitera.
Panitera wajib menyampaikan kontra memori
kasasi kepada pemohon kasasi paling lambat 2
hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh
Pengadilan.
Panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi,
memori kasasi, dan kontra memori kasasi beserta
berkas perkara paling lambat 14 hari setelah tanggal
permohonan kasasi didaftarkan.
Ps. 12 ayat (4)
KASASI
Mahkamah Agung wajib mempelajari
permohonan kasasi dan menetapkan hari sidang
paling lambat 2 hari setelah permohonan kasasi
diterima oleh Mahkamah Agung dan paling
lambat 20 hari sejak Mahkamah Agung
KASASI
Putusan permohonan kasasi harus diucapkan
paling lambat 60 hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
KASASI
Panitera lingkup Mahkamah Agung wajib
menyampaikan salinan putusan kasasi kepada
Panitera pada Pengadilan Niaga paling lambat 3
hari setelah tanggal putusan dan jurusita
Pengadilan yang terkait wajib menyampaikan
salinan kasasi kepada pemohon kasasi, termohon
kasasi, Kurator, dan Hakim Pengawas paling
lambat 2 hari setelah putusan kasasi diterima dari
Mahkamah Agung.
Permohonan Penijauan
Kembali
Ketentuan atas seluruh proses Kasasi berlaku
secara mutatis mutandis bagi Peninjauan Kembali.
Permohonan Penijauan Kembali
Setelah perkara diputus namun ditemukan bukti baru dan
bersifat menentukan yang pada waktu diperiksa di
Pengadilan sudah ada, namun belum ditemukan.
Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat
kekelirian yang nyata.
Permohonan Penijauan Kembali
Terhadap peninjauan kembali atas bukti baru yang ditemukan dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 180 hari setelah tanggal putusan yang yang diajukan dalam peninjauan kembali mempunyai kekuatan hukum yang tetap
Permohonan Penijauan Kembali
Peninjauan kembali atas putusan Hakim yang terdapat kekeliruan yang nyata dapat diajukan paling lambat 30 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Permohonan Penijauan Kembali
Pemohon menyerahkan salinan bukti pendukung kepada Panitera Pengadilan yang memutus permohonan pernyataan pailit tingkat pertama.
Permohonan Penijauan Kembali
Salinan bukti pendukung dan salinan permohonan peninjauan kembali diserahkan kepada termohon paling lambat 2 hari setelah tanggal
didaftarkan.
Permohonan Penijauan Kembali
Pihak termohon peninjauan kembali dapat mengajukan jawaban dengan jangka waktu paling lambat 10 hari setelah tanggal permohonan
peninjauan kembali didaftarkan
Permohonan Penijauan Kembali
Panitera Pengadilan wajib menyampaikan jawaban dan
permohonan peninjauan kembali kepada Panitera
Mahkamah Agung dengan jangka waktu paling lambat
12 hari setelah permohonan didaftarkan.
Permohonan Penijauan Kembali
Mahkamah Agung segera memeriksa dan memberikan putusan atas
permohonan peninjauan kembali dalam jangka waktu paling lambat 30 hari.
Permohonan Penijauan Kembali
Salinan putusan peninjauan kembali harus disampaikan kepada para pihak dalam jangka waktu paling lambat 32 hari setelah salinan tersebut diterima oleh Panitera Mahkamah Agung
PENUNDAAN
KEWAJIBAN
PEMBAYARAN
UTANG
PKPU
Maksud:
Suatu masa yang diberikan oleh Undang Undang melalui
putusan hakim niaga.
Tujuan:
Agar Debitor dan Kreditir dapat melakukan musyawarah
untuk membicarakan utang dapat ditagih pada jatuh tempo
agar dapat dibayar secara keseluruhan atau sebagian serta
berikut dengan cara
–
cara pembayarannya.
Bilamana PKPU dapat diajukan
Permohonan PKPU tetap berikut perpanjangannya
ditetapkan oleh Pengadilan berdasarkan:
- Persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor konkuren yang
haknya diakui atau sementara diakui yang hadir dan
mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh tagihan
yang diakui atau yang sementara diakui dari Kreditor
Konkuren atau yang dikuasakan.
PKPU
Perbedaan
Dalam hal Kedudukan Pernyataan Pailit: orang yang dinyatakan pailit akan kehilangan kecakapan untuk berbuat terhadap harta bendanya sendiri.
PKPU: Kecakapan untuk berbuat atas bendanya dapat dilakukan dan pembayaran atas piutang yang telah dilakukan mendapatkan penundaan pembayaran.
Dalam Hal Lembaga Pemeliharaan
Pernyataan Pailit: Tidak dapat menentukan nasib harta benda yang dimiliki.
PKPU:Dapat menentukan nasib harta yang dimiliki, meskipun harus seijin
“pemelihara” (sebagai pengganti BHP)
Kurator atau BHP
Syarat PKPU
Diajukan oleh Debitor maupun Kreditor dan telah ditanda tangani
oleh Debitor maupun Kreditor itu sendiri serta tanda tangan
penasihat hukum.
Dalam hal pemohon adalah Debitor, maka permohonan harus
disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, serta utang
Debitor dengan disertai surat bukti secukupnya.
Dalam hal pemohon adalah Kreditor, Pengadilan wajib memanggil
Debitor melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7
hari sebelum sidang.
Pada sidang yang dimaksud Debitor wajib menyertakan daftar
besertasurat bukti yang cukup dan apabila ada diajukan juga rencana
perdamaian.
PKPU
Diajukan oleh Kreditor, Debitor, ataupun Kreditor – kreditor tertentu yang diamanatkan pada pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Subyek
–
subyek PKPU
Kreditor
Debitor
Kreditor
–
kreditor tertentu yang diamanatkan pada
pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Pengurus penyelesaian PKPU.
Hakim Pengawas
Pemelihara atau Pengurus penyelesaian PKPU.
Pengurus
Adalah seorang yang Independen (tidak memiliki benturan kepentingan
Hakim Pengawas
Panitia Kreditor
Terbagi dalam 2 hal, yaitu:
Atas permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang meliputi uang dalam jumlah
besar atau yang bersfat rumit.