• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN ULUAN - Modul PTK Revisi_Sunyono

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "I. PENDAHULUAN ULUAN - Modul PTK Revisi_Sunyono"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2009

DRS. SUNYONO, M.Si.

(2)

1.1 Tinjauan Mata Diklat Penelitian Tindakan Kelas

Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir zaman nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh teknologi secanggih apapun. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan tugas-tugas guru yang cukup komplek dan unik, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara kontinyu guru dapat meningkatkan kompetensinya. Untuk menguji kompetensi tersebut, pemerintah menerapkan sertifikasi bagi guru melalui portofolio dan diklat.

Dengan adanya sertifikasi tersebut diharapkan guru mampu merubah kinerjanya ke arah yang lebih profesional. Apakah Anda sebagai guru tidak profesional atau belum profesional?. Menurut Dedi Supriyadi (1999) bahwa profesionalisme guru di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging proffession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada apa yang telah dicapai oleh profesi-profesi lain (misalnya dokter), sehingga guru sering dikatakan sebagai profesi yang setengah-setengah atau semi-profesional. Usman (2002) menyatakan bahwa guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga Ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.

Berdasarkan pernyataan di atas, coba Anda lakukan refleksi diri masing-masing. Apakah Anda sudah melaksanakan tugas secara maksimal? Apakah Anda memiliki kompetensi yang cukup untuk disebut profesional?. Sebagai guru, Anda perlu memahami bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah mendidik, mengajar, dan melatih siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, guru seyogyanya tidak hanya mampu mengajarkan pengetahuan dan mendidik siswa agar menjadi manusia yang berbudi luhur, tetapi juga guru harus mampu mengajarkan keterampilan hidup dan melatih siswa agar dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupannya di masyarakat. Hal ini berarti bahwa guru dituntut mampu menguasai bidang studi yang diampunya dan membelajarkannya pada

(3)

siswa secara profesional. Oleh sebab itu, guru seyogyanya selalu melakukan penilaian terhadap kinerjanya sendiri, terutama dalam pembelajaran di kelas, sehingga guru akan dapat mengetahui bahwa pembelajarannya perlu diperbaiki kualitasnya. Dengan demikian, guru akan dapat secara terus-menerus berusaha melakukan perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru dan mutakhir untuk kepentingan kualitas pembelajaran di kelas (Sunyono, 2007). Kemampuan tersebut dapat dilihat dari upaya guru dalam melakukan perbaikan kualitas proses pembelajaran melalui penelitian yang dilaksanakan dalam lingkup kelasnya sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Mengapa PTK harus dilakukan oleh guru...? Menurut Hopkins (1993) berkaitan dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik di kelas, kontrol sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan. Dari segi profesionalisme, penelitian kelas yang dilakukan oleh guru dipandang sebagai suatu unjuk kerja seorang guru yang profesional karena studi sistematik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap sebagai tanda (hallmark) dari pekerjaan guru yang profesional. Dalam hal ini ada dua argumen yang dikemukakan oleh Hopkins, yaitu: Pertama: Guru yang baik perlu mempunyai otonomi dalam melakukan penilaian profesional, sehingga ia tidak perlu diberitahu apa yang harus dia kerjakan. Namun, tidak berarti ia tidak dapat menerima masukan atau saran dari luar. Saran atau masukan tersebut tetap penting, tetapi gurulah yang menentukan atau yang paling tahu apakah masukan atau saran tersebut sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapinya. Kedua: Ketidaktepatan paradigma penelitian biasa (formal) dalam membantu guru memperbaiki kinerjanya dalam mengajar. Salah satu aspek yang tidak menguntungkan dari penelitian biasa (formal) adalah temuan-temuan yang sangat sulit diterapkan dalam praktik pembelajaran di kelas. Athur Bolster (dalam Hopkins) menyatakan bahwa pengaruh penelitian tentang mengajar terhadap praktik pembelajaran sangat kecil karena asumsi atau titik tolak tentang mengajar yang digunakan para peneliti berbeda dengan asumsi atau titik tolak yang digunakan oleh para guru. Akibatnya, kesimpulan resmi yang dihasilkan dari berbagai penelitian tersebut kurang relevan dengan kebutuhan para guru yang mengajar di kelas.

(4)

pengetahuan, wawasan, sikap, dan keterampilan dalam melaksanakan PTK. Anda akan diajak membahas pengertian PTK, karakteristik PTK, dan manfaat PTK. Anda juga akan dibekali pengetahuan dan berlatih bagaimana merancang PTK, melaksanakan PTK, dan menyusun laporan PTK. Materi bahasan tersebut bersifat deskriptif yang menguraikan secara konseptual dan aplikatif dengan harapan Anda dapat memahami hakekat PTK dan mampu melaksanakannya. Materi diklat PTK ini dibagi ke dalam 2 (dua) penyajian, yaitu teori dan praktik / tugas. Penyajian secara teori disampaikan dalam 2 (dua) pertemuan, yaitu Kegiatan Belajar 1 dan Kegiatan Belajar 2, sedangkan praktik perancangan PTK disajikan untuk 3 (tiga) pertemuan yang disampaikan di setiap akhir Kegiatan Belajar. Dengan demikian, materi diklat PTK dalam modul ini meliputi:

A. Kegiatan Belajar 1. Hakekat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 1. Pengantar

2. Kompetensi Khusus 3. Uraian Materi:

a. Pengertain, Karakteristik, dan Manfaat PTK. b. Perbedaan PTK dengan Penelitian Non-PTK c. Langkah-Langkah PTK.

d. Menyusun Proposal PTK 4. Rangkuman

5. Tugas / Praktik (satu kali pertemuan = 2 Jam Praktik).

B. Kegiatan Belajar 2. Melaksanakan dan Melaporkan Hasil PTK 1. Pengantar

2. Kompetensi Khusus 3. Uraian Materi:

a. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melaksanakan PTK b. Kegiatan Pelaksanaan PTK

c. Menyusun Laporan PTK 4. Rangkuman

5. Tugas / Praktik (dua kali pertemuan = 4 Jam Praktik)

1.2 Kompetensi umum

(5)

a. Memahami hakekat PTK secara komprehensif. b. Mendiskripsikan langkah-langkah PTK

c. Memahami teknik pelaksanaan PTK

d. Menerapkan PTK dalam upaya memeperbaiki kualitas proses pembelajaran e. Menyusun laporan hasil PTK.

1.3 Petunjuk Belajar

Untuk membantu Anda dalam memahami isi modul ini, perhatikan petunjuk belajar berikut:

a. Modul ini disusun dalam bentuk deskriptif dengan 2 (dua) Kegiatan Belajar yang diakhiri dengan tugas/parkatik.

b. Setiap kegiatan belajar dideskripsikan dengan format: judul, pengantar, kompetensi khusus, uraian materi, rangkuman, dan tugas/praktik.

c. Rencanakanlah waktu belajar Anda untuk mempelajari modul ini secara bertahap, karena setiap tahap memerlukan waktu yang berbeda bergantung pada kecepatan belajar Anda.

d. Setelah Anda selesai mempelajari satu kegiatan belajar, buatlah peta pikiran (kerangka pikir) secara verbal dan visual, sehingga Anda dapat menyajikannya kembali.

e. Agar kompetensi umum dan khusus dapat Anda capai secara optimal, bacalah referensi lain yang relevan. Disarakan juga agar Anda membaca modul model-model pembelajaran, modul pendalaman materi, buku-buku yang membahas evaluasi pendidikan, pembelajaran remedial, dan buku-buku lain yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran di kelas.

(6)

HAKEKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

2.1 Pengantar

Pada Kegiatan Belajar 1 ini, anda akan diajak untuk mengkaji pengertian, karakteristik, dan manfaat penelitian tindakan kelas (PTK). Anda juga akan diajak membahas mengapa PTK penting untuk dilakukan oleh guru sebagai salah satu kegiatan pengembangan profesi guru terkait dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Oleh sebab itu, agar Anda dapat memahami hakekat PTK dan mampu melaksanakan PTK di kelas, Anda harus sungguh-sungguh dalam mempelajari materi diklat pada Kegiatan Belajar 1 ini, bacalah uraian materi berikut secara cermat, dan kerjakan tugas / praktik setelah anda membaca rambu-rambu pengerjaan tugas.

2.2

Kompetensi Khusus

Setelah Anda mempelajari materi pada Kegiatan Belajar 1 ini, diharapkan Anda memiliki kemmpuan:

a. Menjelaskan pengertian PTK. b. Mendiskripsikan karakteristik PTK.

c. Menjelaskan manfaat PTK dalam proses pembelajaran. d. Melakukan identifikasi masalah di kelas

e. Memilih dan merumuskan masalah di kelas yang dapat dipecahkan dengan PTK dan merumuskan tujuan.

f. Merinci langkah-langkah dalam melakukan perencanaan PTK. g. Membuat rancangan tindakan yang akan dilaksanakan.

h. Menyusun proposal PTK.

2.3

Uraian Materi

A.

Pengertian, Karakteristik, dan Manfaat PTK

A1. Pengertian PTK

(7)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk dilakukan oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi (2002) bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata ”penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode / siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas.

Menurut John Elliot (1982) bahwa PTK adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup; telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan perkembangan profesional. Pendapat lain, Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. Sedangkan Carr dan Kemmis menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari: (a) praktik-parktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, (c) situasi-situasi (lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Hardjodiputro, 1997).

(8)

mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Agar Anda dapat lebih memahami makna PTK secara utuh dan benar, sebaiknya kita kaji juga makna kelas dalam PTK.

Makna kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik (siswa) yang sedang belajar yang tidak hanya terbatas di dalam ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktik di laboratorium, bengkel, di rumah, atau di tempat lain, atau ketika siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji melalui PTK adalah a. Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik

mengikuti proses pembelajaran di kelas / lapangan / laboratorium atau bengkel, maupun ketika siswa sedang asyik mengerjakan tugas rumah di malam hari, atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.

b. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

c. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.

d. Peralatan atau sarana pembelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dicermati dapat guru, siswa, atau keduanya.

e. Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan dan terkait dengan proses pembelajaran, sarana pembelajaran, guru, atau siswa itu sendiri. f. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur /

direkayasa dalam bentuk tindakan. Misalnya yang dapat digolongkan kegiatan pengelolaan adalah cara mengelompokkan siswa, pengaturan tempat duduk, cara guru memberikan tugas, penataan peralatan pembelajaran, dan sebagainya.

(9)

A2. Karakteristik PTK

Berdasarkan pengertian di atas, kita dapat memperoleh ciri atau karakteristik dari PTK dibandingkan dengan penelitian lain, yaitu:

1. Masalah pada PTK muncul dari kesadaran pada diri guru, yang harus diperbaiki dengan prakarsa perbaikan dari gru itu sendiri, bukan oleh orang dari luar. Dengan demikian, masalah dalam PTK berasal dari permasalahan nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis.

2. PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self reflective inquiry). Untuk melakukan refleksi, guru sebaiknya bertanya pada diri sendiri, misalnya:

– Apakah penjelasan saya terlalu cepat?

– Apakah saya sudah memberi contoh konkrit dan memadai?

– Apakah hasil latihan di kelas / pekerjaan siswa sudah saya komentari?

– Apakah bahasa yang saya gunakan dapat mudah dipahami siswa?

3. PTK dilakukan di dalam kelas. Fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran di kelas yang berupa prilaku guru dan siswa dalam beriteraksi.

4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan. Oleh sebab itu, dalam PTK dikenal adanya siklus tindakan yang meliputi: perencanaan – pelaksanaan – observasi – refleksi – revisi (perencanaan ulang).

5. PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesinalisme guru, karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan.

(10)

Dengan memperhatikan karakteristik PTK, diharapkan Anda dapat membedakan antara penelitian biasa dengan PTK dan sekaligus dapat menentukan untuk apa dan dimana PTK dilakukan. Meskipun ada beberapa ciri (karakteristik) PTK, Anda perlu memperhatikan ciri khusus dari PTK, yaitu adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami dan ditujukan untuk memcahkan permasalahan praktis dan dilakukan dalam rangkaian siklus tindakan.

A3. Manfaat PTK

Menyimak pengertian dan karakteristik PTK di atas, Anda tentu telah mengenal bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa / pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.

a. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran

Tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.

Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya.

(11)

Bapak Yamin, guru Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah ketika mengajarkan mata pelajaran IPA merasakan bahwa materi yang diajarkan sukar ditangkap oleh siswa. Setiap kali tes, nilai rata-rata siswa selalu rendah (< 5,5). Jika ia memberikan latihan dan tugas yang terkait dengan rumus-rumus fisika, siswa yang mampu mengerjakan dengan benar selalu saja tidak pernah lebih dari tiga anak. Pak Yamin kemudian mencoba menganalisis hasil latihan anak-anak dan hasilnya bahwa sumber kesalahan siswa terletak pada kekeliruan menggunakan rumus dan kesulitan dalam memahami makna dari masing-masing rumus yang diberikan. Selanjutnya Pak Yamin, merefleksi diri dengan merenung dan bertanya pada diri sendiri; apa yang telah dilakukannya ketika mengajar?, apakah pembelajaran yang dilakukannya selama ini kurang menarik, sulit diterima siswa, atau kurang memberikan contoh-contoh yang mudah dipahami siswa?. Akhirnya, Pak Yamin menemukan bahwa selama proses pemeblajaran, Pak Yamin sangat kurang memberikan contoh yang mudah dipahami, dan tidak pernah menghubungkan materi yang sedang dibahas dengan kehidupan siswa sehari-hari. Berdasarkan hasil analisis tersebut, Pak Yamin merancang perbaikan pembelajaran di kelasnya dengan menyusun berbagai contoh dimulai dari yang sederhana ke yang lebih sulit dan contoh ini akan disajikan setelah menjelaskan satu rumus. Dalam pembelajaran, Pak Yamin akan langsung melibatkan siswa pada setiap menyelesaikan contoh soal. Usaha yang dilakukan Pak Yamin ternyata berhasil. Kegairahan siswa dalam belajar nampak dengan jelas, siswa yang tadinya suka mengganggu teman dan bermain-main, berubah menjadi aktif belajar, sehingga pada saat dilakukan tes hasil belajar siswa meningkat cukup tajam (menjadi rata-rata 6,4). Pak Yamin, menjadi yakin bahwa siswa kelas IV yang diajarnya bukanlah siswa yang rendah daya tangkapnya.

Dari contoh di atas, Anda dapat menyimpulkan sendiri manfaat dari PTK yang dilakukan oleh Pak Yamin, khususnya pada mata pelajaran IPA di SD kelas IV.

b. Manfaat bagi guru.

Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:

1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses

(12)

2. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

3. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan

aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran.

4. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru

yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

c. Manfaat bagi sekolah

Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

B. Perbedaan PTK dengan Penelitian Non-PTK dan Formal

(13)

contoh penelitian kelas yg terkenal adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara Flenders, yang mengamati ”proporsi berbicara antara guru dan siswa”. Dalam penelitian kelas ini; kelas dijadikan sebagai objek penelitian, dan penelitian dilakukan oleh orang luar (bukan guru) yang mengumpulkan data dengan cara mengamati guru mengajar. Contoh lain misalnya penelitian tentang keefektifan salah satu metoda mengajar, dimana guru diminta menggunakan metode mengajar tertentu dengan cara mengikuti desain atau rancangan yang telah ditetapkan oleh peneliti (bukan guru sendiri yang menetapkan). Dengan kata lain, dalam penelitian kelas, guru hanya mengajar berdasarkan apa yang diminta oleh peneliti, dan peneliti hanya merekam pengamatan selama proses pembelejaran berlangsung, lalu dianalisis dan disimpulkan. Hasil penelitiannya dapat disampaikan ke sekolah, namun tindak lanjutnya mungkin masih perlu dipertanyakan (apakah guru masih mau mempertahankan atau merubah pembelajaran sebagaimana hasil penelitian orang luar tersebut?).

Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan penelitian kelas, perhatikan dan pelajari tabel berikut:

Tabel 1. Perbedaan PTK dengan Penelitian Kelas Non-PTK

No. Aspek PTK Penelitian Kelas Non-PTK

1 Peneliti Guru Orang luar

2 Rencana Penelitian Oleh guru (bisa dibantu orang

luar) Oleh peneliti (orang luar) 3

Munculnya masalah Dirasakan oleh guru (bisa muncul karena ada dorongan

orang luar) Dirasakan oleh orang luar 4 Ciri Utama Ada tindakan untuk perbaikan

yang berulang Belum tentu ada tindakan perbaikan

5 Peran guru Sebagai guru sekaligus peneliti Guru sebagai subjek penelitian

6 Tempat penelitian Kelas tempat guru mengajar Kelas

7 Proses

pengumpulan data Oleh guru sendiri dengan dibantu orang luar (observer) Oleh peneliti (orang luar)

8 Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan oleh

guru, dan dirasakan oleh kelas Menjadi milik peneliti, belum tentu dimanfaatkan oleh guru

(14)

dosen LPTK, sebagaimana diungkapkan oleh Raka Joni, Kardiawarman, dan Hadisubrata (1998). Perhatikan tabel 2 berikut:

Tabel 2. Perbedaan Karakteristik PTK dengan Penelitian Formal

No. Dimensi PTK Penelitian Formal

1 Motivasi Tindakan Kebenaran 2 Sumber masalah Diagnosis status (kelas) Induktif – deduktif

3 Tujuan Memperbaiki praktik sekarang dan di sini Verifikasi & menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasikan

4 Peneliti yang terlibat Pelaku dari dalam kelas (guru) Orang luar yang berminat 5 Sampel Kasus khusus Sampel yang representatif

6 Metodologi Longgar, tetapi berusaha objektif, jujur, tidak memihak (impartiality)

Buku dengan objektivitas dan ketidakmemihakan yang terintegrasi (build in Objectivity & impartiality)

7 Penafsiran hasil penelitian Untuk memahami praktik melalui refleksi oleh praktisi yang membangun

Mendiskripsikan,

mengabstraksi, penyimpulan, dan pembentukan teori oleh ilmuwan

8 Hasil akhir Siswa belajar lebih baik (prosesdan produk) Pengetahuan, prosedur, atau materi yang teruji.

Dengan mempelajari dan membandingkan perbedaan PTK dengan penelitian non-PTK atau penelitian formal sebagaimana Tabel 1. dan Tabel 2. di atas, anda akan mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang PTK dan karakteristiknya.

C. Langkah-Langkah PTK

Anda telah mempelajari bahwa PTK dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan istilah siklus (daur). Siklus / daur dalam PTK meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1. Tahap-Tahap dalam PTK

(15)

dilakukan akan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun perencanaan berikutnya, jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki proses pembelajaran atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Namun, tahapan tersebut selalu didahului oleh suatu tahapan pra PTK yaitu identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan hipotesis tindakan.

a. Identifikasi masalah

Salah satu ciri PTK adalah munculnya masalah memang dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih sulit dipecahkan, namun guru menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki guna memecahkan masalah tersebut. Agar Anda dapat merasakan adanya masalah dan mampu mengungkap masalah tersebut, maka Anda sebagai seorang guru dituntut untuk jujur pada diri sendiri dan menyadari bahwa pembelajaran yang dikelola merupakan bagian penting dari dunia Anda. Dengan adanya kejujuran dan kesadaran guru tersebut, maka untuk dapat melakukan identifikasi masalah, guru perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri, misalnya:

1. Apa yang sedang terjadi di kelas tempat saya mengajar? 2. Apakah kejadian itu menjadi masalah yang perlu dipecahkan?

3. Apa pengaruh masalah tersebut terhadap kelas saya dan kinerja saya? 4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan saja?

5. Apa yang dapat saya lakukan terhadap masalah tersebut dan bagaimana saya melakukannya?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dapat Anda jawab, jika Anda merenung atau melakukan refleksi diri terhadap apa yang terjadi di dalam kelas Anda. Refleksi akan efektif dalam menemukan masalah, jika Anda (guru) memiliki kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika pertanyaan di atas telah dapat dijawab, maka guru sudah melakukan proses identifikasi masalah. Oleh sebab itu, identifikasi masalah dilakukan dengan mencari masalah-masalah yang muncul di kelas. Jika telah ditemukan, maka sebaiknya dituliskan semua.

Contohnya:

 Rata-rata hasil tes siswa pada tahun sebelumnya selalu rendah < 5,0

 Kemampuan berfikir rasional siswa sangat lemah.

 Tingkat kehadiran siswa rendah (setiap kali pertemuan lebih dari 3 orang bolos

(16)

 Siswa kurang aktif dan cenderung pasif, setiap diberi pertanyaan tidak satupun

siswa berani menjawabnya. Demikian juga, setiap diberi kesempatan bertanya, tidak satupun siswa yang berani untuk bertanya.

 Siswa tidak dapat melihat hubungan antara topik yang satu dengan lainnya.

 Perhatian siswa cenderung tidak fokus.

 Kegiatan praktikum tidak pernah dilakukan, karena keterbatasan alat dan

bahan.

 Sebagian besar (40 %) siswa berasal dari keluarga tidak mampu (ekonomi

lemah).

 Siswa kurang dapat mengaitkan isi pelajaran dengan keadaan alam sekitarnya.

 Kurangnya dukungan orang tua terhadap belajar anak.

 Siswa kurang terampil, jika diberi tugas mengerjakan sebuah keterampilan.

b. Analisis masalah dan perumusan masalah

Setelah masalah di kelas berhasil Anda identifikasi, selanjutnya lakukanlah analisis dengan instrospeksi diri melalui pertanyaan-pertanyaan:

1. Mengapa hasil belajar dan peran serta siswa dalam pembelajaran selalu rendah ?

2. Apakah cara mengajar saya yang kurang menarik ?

3. Apakah contoh-contoh yang selalu saya berikan kurang konkrit dan sulit diterima siswa?

4. Apakah saya dalam mengajar menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami siswa?

5. Apakah nada suara saya tidak bisa didengar oleh siswa ? Dan sebagainya.

Dari pertanyaan tersebut, lalu pikirkanlah apa yang harus anda lakukan untuk mengatasi masalah-masalah di atas, lalu seleksi masalah mana yang paling mungkin dilakukan dan dipecahkan melalui PTK?. Perhatikan rambu-rambu dalam merancang PTK dengan melihat bidang yang layak dijadikan fokus PTK. Bidang tersebut adalah yang:

1. melibatkan proses belajar dan mengajar. 2. ditangani oleh guru

3. sangat menarik minat guru

(17)

Selain mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri, analisis masalah dapat pula dilakukan dengan mengkaji ulang berbagai dokumen, seperti pekerjaan rumah siswa, hasil latihan siswa, daftar hadir siswa, atau daftar nilai, dan mungkin juga dapat dianalisis bahan pelajaran yang telah disiapkan guru. Apa yang dikaji dalam analisis masalah bergantung pada masalah yang diidentifikasi. Misalnya saja, jika masalah yang diidentifikasi adalah rendahnya aktivitas dan motivasi belajar siswa, maka yang perlu dianalisis setidak-tidaknya adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian guru tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang paling penting adalah melakukan refleksi, sehingga dapat diperoleh informasi yang jelas tentang prilaku mengajar guru (strategi dan metode mengajar guru).

Masalah yang berhasil dianalisis mungkin lebih dari satu dan masih cukup luas untuk dikaji. Oleh sebab itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat dipecahkan dengan PTK. Selanjutnya, masalah tersebut perlu dirumuskan yang pada umumnya dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya dari contoh masalah yang berhasil diidentifikasi di atas, masalah ekonomi orang tua, dukungan orang tua, keterbatasan alat dan bahan, dan tidak layaknya prasarana adalah masalah yang tidak mudah dipecahkan dengan PTK. Diantara masalah-masalah tersebut yang mudah dipecahkan dan dapat dilakukan oleh guru adalah masalah hasil belajar dan aktivitas / motivasi belajar siswa atau partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, masalah hasil beljar dan motivasi belajar siswa adalah masalah prioritas untuk segera dipecahkan melalui PTK.

Contoh rumusan masalah:

 Apakah pembelajaran metakognisi dapat mempengaruhi sikap siswa Kelas X

SMKN 1 Natar?

 Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat

meningkatkan aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam belajar kimia?

 Tugas dan bahan ajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris?

 Bagaimana pengembangan pembelajaran berbasis PBL (Problem Based Learning) pada mata pelajaran IPS untuk kelas V SDN 04 Bandar Lampung?

 Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi

(18)

c. Perumusan hipotesis tindakan

Setelah masalah dirumuskan, guru perlu menyusun rencana tindakan dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang dianggap terbaik dalam mengatasi masalah. Hipotesis ini disusun berdasarkan kajian berbagai teori, hasil penelitian yang pernah dilakukan dan relevan, diskusi dengan teman sejawat, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru.

Contoh:

1. Pembelajaran metakognisi dapat mempengarhi sikap siswa kelas X SMKN 1 Natar dari sikap yang kurang baik menjadi baik.

2. Penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan pada pembelajaran kimia kelas X SMA Swadhipa Natar dapat meningkatkan aktivitas siswa baik dalam pembelajaran maupun dalam eksperimen kimia.

3. Tugas akan lebih menantang dan berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP ”SS” Gunungmadu dalam belajar Bahasa Inggris, jika materi tugasnya diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa atau dari lingkungan kehidupan siswa sehari-hari.

4. Pembelajaran berbasis PBL pada mata pelajaran IPS akan lebih menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN 04 Bandar Lampung, jika disajikan melalui diskusi dan masalah yang di bahas adalah masalah yang masih hangat dan terkait dengan kehidupan sehari-hari atau dari lingkungan siswa.

5. Tugas akan lebih menarik dan berhasil dalam meningkatkan motivasi siswa kelas IV SDN 02 Sundul Langit dalam belajar matematika, jika diberikan setiap minggu atau dua minggu sekali.

Berangkat dari hasil pelaksanaan pra-PTK, maka perancangan PTK dapat kita buat, melalui tahapan-tahapan dalam PTK

C1. Perencanaan tindakan

(19)

pengamatan (observasi) dan evaluasi. Semua komponen yang diperlukan untuk melaksanakan PTK tersebut dipersiapkan secara matang dalam tahap perencanaan ini. Dalam tahapan ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin saja muncul pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Dengan melakukan antisipasi ini diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tujuan dan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan.

Contoh ilustrasi

Bapak Yamin, seorang guru Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah telah berhasil mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran IPA di kelasnya dan berhasil merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah pembelajaran dengan metode eksperimen pola SEQIP pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa kelas IV SD 01 Endangrejo?”. Kemudian Pak Yamin, merumuskan alternatif tindakan untuk memecahkan masalah tersebut dan merumuskan hipotesis tindakan (jawaban sementara terhadap masalah tersebut) yaitu ”Pembelajaran IPA Kelas IV SD dengan menggunakan metode eksperimen pola SEQIP dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi IPA siswa”. Selanjutnya, Pak Yamin melakukan persiapan dan perencanaan untuk melaksanakan PTK di kelasnya. Perncanaan yang disusun Pak Yamin adalah:

 menetapkan materi pokok pada mata pelajaran IPA yang menjadi sumber

masalah rendahnya hasil belajar siswa.

 menetapkan rencana siklus tindakan, yaitu PTK akan dilakukan dalam tiga

siklus tindakan.

 menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

 menyusun bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi

eksperimen pola SEQIP.

 menyusun alat (instrumen) observasi baik untuk siswa maupun untuk guru

peneliti.

 menyusun rencana evaluasi (tes hasil belajar) untuk melihat tingkat

penguasaan materi siswa pada tiap siklusnya.

Dengan ilustrasi contoh di atas, Anda dapat menyimak bagaimana teknik menyusun perencanaan tindakan.

(20)

Pada tahap ini merupakan tahap implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. Strategi dan skenario pembelajaran yang telah ditetapkan pada perencanaan harus benar-benar diterapkan dan mengacu pada kurikulum yang berlaku. Tentu saja rencana tindakan di atas harus sudah ”dilatihkan” kepada pelaksana tindakan (guru peneliti) untuk dapat dilaksanakan di kelas agar sesuai dengan skenario pembelajaran yang dibuat. Pada PTK yang dilakukan oleh guru, pelaksanaan tindakan ini umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan, dengan jumlah siklus tertentu. Waktu dan jumlah siklus yang dilakukan tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa materi pokok dari mata pelajaran tertentu. Contoh berikut menyajikan ringkasan skenario pembelajaran yang akan dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan.

Contoh: Ibu Rini, guru SMP Sriwijaya Natar telah merancang sebuah skenario pembelajaran dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajrannya. Secara ringkas, Ibu Rini telah merancang penerapan metode diskusi dan pemberian tugas dalam pembelajaran mata pelajaran IPS untuk semester 2 kelas VII selama 3 siklus. Format tugas dari ibu Rini dalam pembelajarannya: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah materi pokok, pilih ketua, sekretaris, dll, oleh dan dari anggota kelompok, membagi topik bahasan kepada kelompok dengan cara random (acak) dan menyenangkan.

Kegiatan kelompok: mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja / belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi pada OHT (disediakan guru, setiap kelompok 3 lembar plastik OHT) untuk persiapan presentasi.

Presentasi dan diskusi pleno: masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya / diskusinya dalam pleno kelas, Ibu Rini (guru) bertindak sebagai moderator, siswa melakukan diskusi, mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.

Jenis data yang dikumpulkan Ibu Rini: makalah kelompok, lembar OHT hasil kerja kelompok, siswa yang aktif berdiskusi, peran guru dalam pembelajaran yang dinilai oleh observer (teman sejawat yang juga guru IPS), dan catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan ilustrasi contoh ringkasan skenario pembelajaran tersebut, Anda diharapkan dapat mengambil kesimpulan sendiri bagaimana rencana tindakan dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan.

(21)

Tahap pengamatan / observasi ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Dengan demikian, tahap pelaksanaan dan observasi berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar / instrumen observasi / evaluasi yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario pembelajaran dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, nilai tugas, dll), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktivan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, kualitas diskusi, dan lain-lain. Lembar pengamatan yang disusun bergantung dari data apa yang akan dikumpulkan, misalnya guru peneliti akan mengkaji aktivitas siswa dalam pembelajaran, guru dapat mengamati aktivitas Off Task (yaitu aktivitas yang tidak dikehendaki) atau aktivitas On Task (yaitu aktivitas siswa yang diinginkan). Contoh instrumen aktivitas Off Task:

No Komponen Off Task Jumlah Siswa tiap waktu

15’ 30’ 45’ 60’ 75’ Total %

1 Ngobrol

2 Mengganggu Teman

3 Keluar Masuk Kelas 4 Melamun / Mengantuk 5 Mainan HP, dsb.

Contoh instrumen aktivitas On Task

:

No Aspek Aktivitas Skor

1 2 3 4 5

1 Bertanya pada guru

2. Menjawab pertanyaan guru 3 Menjawab pertanyaan dari teman 4 Memberikan pendapat dalam diskusi 5 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru 6 Ketepatan mengumpulkan tugas, dsb

Petunjuk: Berilah tanda () di bawah skor 5 apabila anda anggap bahwa cara melakukan aspek aktivitas sangat tepat, skor 4 bila tepat, skor 3 bila agak tepat, skor 2 bila tidak tepat, dan skor 1 bila sangat tidak tepat atau tidak dilakukan untuk setiap pernyataan di bawah ini!

Pengamatan hendaknya dilakukan bukan saja terhadap siswa tetapi juga terhadap guru. Contoh instrumen pengamatan terhadap guru yang mengajar disajikan berikut:

No Aspek yang Diamati TA K A A. Pendahuluan

(22)

2. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu

3. Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari untuk memotivasi siswa

B. Kegiatan Inti

1. Menguasai materi pelajaran dengan baik

2. Ksesuaian materi yang di bahas dengan indikator 3. Berperan sebagai fasilitator

4. Mengajukan pertanyaan pada siswa

5. Memberi waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan 6. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya

7. Menguasai penggunaan alat dan bahan praktik 8. Memberikan bimbingan pada kegiatan praktikum 9. Kejelasan menyajikan konsep

10. Memberi contoh konkrit penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan terkait dengan teknologi

11. Memberi motivasi dan penguatan

C. Penutup

1. Membimbing siswa diskusi dan membuat kesimpulan 2. Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang 3. Memberi tugas pada siswa

4. Mengadakan evaluasi

Keterangan: TA = tidak ada (tidak dilakukan), A = Ada (dilakukan), K = (kurang dilakukan).

Anda masih dapat mengembangkan lagi instrumen-instrumen observasi lain, bergantung pada data yang ingin Anda dapatkan untuk menguji hipotesis dan menjawab permasalahan. Contoh instrumen observasi di atas bukan satu-satunya dan aspek aktivitas dalam instrumen tersebut dapat Anda kembangkan lagi. Selain instrumen-instrumen observasi yang bersifat terstruktur tersebut, observasi juga dapat dilakukan dengan instrumen terbuka, misalnya dengan menggunakan catatan lapangan atau dengan cara wawancara. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru peneliti tidak harus selalu bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini, guru bisa dibantu oleh pengamat (observer) dari luar yaitu teman sejawat atau pakar, disarankan agar teman sejawat yang menjadi observer adalah yang bidang studinya sama atau serumpun. Dengan kehadiran observer dari luar ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Observer ini hanya bertindak membantu melakukan pengamatan dan tidak boleh terlibat terlalu jauh dalam pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh guru peneliti.

(23)

Contoh indikatoryang ditetapkan oleh peneliti:

Pada PTK di kelas X SMA Swadhipa Natar dengan penerapan metode eksperimen kimia berbasis lingkungan telah ditetapkan indikator keberhasilan oleh peneliti bersama-sama guru mitra sebagai berikut: ”Penelitian tindakan kelas ini berhasil, apabila terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya dan lebih dari 80 % siswa memperoleh nilai ≥ 70, baik nilai kognitif maupun psikomotor”.

C4. Tahap refleksi

Melakukan refleksi ibarat bercermin didepan kaca untuk melihat diri sendiri. Dengan dibantu oleh hasil analisis data, guru merenungkan diri: mengapa satu kejadian berlangsung? dan mengapa seperti itu kejadiannya?. Guru juga merenung: mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa usaha yang lain gagal?. Dengan melakukan refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dari PTK yang dilakukannya, apa yang belum dapat dicapai, dan apa yang masih perlu diperbaiki lagi pada pembelajaran berikutnya. Dengan demikian, tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup kegiatan analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Informasi dalam bentuk data yang terkumpul diuraikan, dicari kaitan antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu dan/atau hasil penelitian terdahulu yang relevan. Hasil refleksi berupa kesimpulan yang mantap dan tajam. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Bila masalah PTK belum tuntas atau indikator belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada siklus berikutnya melalui tahap-tahap yang sama dengan siklus sebelumnya

D. Menyusun Proposal (Usulan) PTK

(24)

(TK, SD, SMP, SMA/SMK). Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari kegiatan PTK, sedangkan langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi. Proposal PTK tentu mempunyai ciri khsus yang membedakannya dengan penelitian biasa. Namun, substansi proposal PTK tidak jauh berbeda dengan substansi penelitian non-PTK, hanya pengemasannya saja yang berbeda.

Sistematika Usulan PTK A. Judul Penelitian

B. Bidang Kajian C. Pendahuluan

D. Perumusan dan Pemecahan Masalah E. Tujuan dan Manfaat Penelitian F. Kajian Pustaka / Tinjauan Pustaka G. Metode Penelitian (Prosedur Penelitian) H. Jadwal Penelitian

I. Personalia Penelitian J. Biaya Penelitian K. Daftar Pustaka L. Lampiran-Lampiran:

1. Judul.

Judul PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, namun mampu menggambarkan masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, hasil yang diharapkan, dan tempat penelitian. Judul penelitian hendaknya disusun tidak lebih dari 18 kata, bahkan ada pihak sponsor yang mensyaratkan jumlah kata pada judul PTK tidak boleh lebih dari 15 kata.

Contoh judul PTK:

a. Peningkatan Keterampilan Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP “SS” Gunungmadu melalui Pemberian Tugas Terstruktur.

b. Penerapan Metode Eksperimen Kimia Berbasis Lingkungan untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar.

(25)

d. Pelaksanaan Metode Diskusi dan Pemberian Tugas dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP Sriwijaya Natar.

e. Penerapan Metode Eksperimen Pola SEQIP untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 01 Endangrejo Lampung Tengah.

2. Pendahuluan

Bagian ini merupakan bagian yang menjelaskan tentang masalah pembelajaran di kelas, proses identifikasi masalah, penyebab timbulnya masalah, dan alasan mengapa masalah itu penting untuk diteliti, atau dengan kata lain bagian ini menguraikan / menjelaskan Latar Belakang Masalah.

3. Perumusan dan Pemecahan Masalah

a. Perumusan masalah. Pada bagian ini umumnya terdiri dari jabaran tentang perumusan masalah. Sebaiknya rumusan masalah dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Perhatikan kembali bagian B (b) di atas. Dalam rumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalahnya.

b. Pemecahan masalah. Pada bagian ini berisi uraian tentang alternatif tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas (PTK). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.

4. Tujuan dan manfaat penelitian

a. Tujuan: Kemukakan secara singkat tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan. Tujuan penelitian ini berkaitan dengan usaha mencari jawaban apakah tindakan perbaikan yang kita lakukan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat contoh berikut:

Contoh Ilustrasi 1.

Ibu Rini telah melakukan PTK di kelas VII semester 2 SMP Sriwijaya Natar melalui penerapan metode diskusi dan pemberian tugas untuk mata pelajaran IPS.

(26)

Tujuan penelitiannya: 1) Mendiskripsikan cara menerapkan metode diskusi pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Mendiskripsikan bagaimana teknik pemberian tugas yang

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Contoh ilustrasi 2.

Penelitian tindakan kelas melalui kolaborasi antara dosen FKIP Unila dengan guru SMA Swadhipa Natar (Ibu Siti Maryatun) dilakukan terhadap kelas X semester 2 SMA Swadhipa Natar dengan menerapkan metode eksperimen kimia berbasis lingkungan. Masalah yang dirumuskan: Apakah penerapan metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X SMA Swadhipa Natar dalam belajar kimia?

Tujuan penelitiannya: 1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran kimia di semester 2 kelas X dari siklus ke siklus.

2) Meningkatkan aktivitas psikomotorik (keterampilan) siswa pada saat eksperimen di laboratorium dari siklus ke siklus. Dengan menyimak 2 (dua) contoh ilustrasi di atas, diharapkan dapat lebih memahami keterkaitan antara masalah dengan tujuan penelitian.

b. Manfaat Penelitian: Uraikan manfaat PTK ini terhadap kualitas pembelajaran dan/atau pendidikan, sehingga nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah, dan mungkin juga komponen sekolah lainnya. Kemukakan juga inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini.

5. Kajian pustaka

Pada bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan, dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pembelajaran di kelas. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan.

Sebagai contoh, seorang guru melakukan PTK dengan menerapkan model pembelajaran berkelompok (learning together), maka pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:

(27)

b) bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pembeljarannya, dan sebagainya.

c) bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model pembelajaran tersebut dengan perubahan yang diharapkan atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, hal ini hendaknya dapat dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.

d) bagaimana prakiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model tersebut pada pembelajaran terhadap masalah yang akan dipecahkan.

6. Metode penelitian / Prosedur penelitian

Pada bagian ini menguraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan subjek penelitian, tempat, waktu, dan lama tindakan. Prosedur penelitian hendaknya dirinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, hingga analisis dan refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus tindakan. Tunjukkan juga siklus-siklus tindakan yang hendak dilakukan dengan menguraikan indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam setiap siklusnya. Jumlah siklus yang dilakukan bergantung pada kepuasan peneliti, tetapi hendaknya lebih dari satu siklus dan minimal 2 (dua) siklus tindakan.

Jika PTK dilakukan kelompok, maka dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.

(28)

7. Jadwal kegiatan penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan persiapan siklus berikutnya, penyusunan laporan, dan penyerahan laporan. Jadwal penelitian sebaiknya dibuat dalam bentuk bar chart dan disusun sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

8. Personalia penelitian

Seluruh tim peneliti yang terlibat harus tercantum dengan jelas, nama, nip, pangkat / golongan, jabatan, bidang keahlian, alamat sekolah, alamat rumah, telpon, dan tugas pada pelaksanaan PTK.

9. Biaya penelitian

Rencana

Tindakan

Pelaksanaan

Tindakan

Observasi

Siklus 1

Analisis &

Refleksi

Perbaikan Rencana

Tindakan

Pelaksanaan

Tindakan

Observasi

Analisis &

Refleksi

Siklus 2

(29)

Berisi rincian pengeluaran biaya penelitian, mulai dari honor/upah peneliti, persiapan, pelaksanaan (pra observasi, pelaksanaan observasi, analisis data, dll), sampai pada penyusunan laporan.

10. Daftar Pustaka

Semua pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus dituliskan pada bagian ini. Daftar pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan abjad dan mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association (APA).

• Untuk buku teks : Nama penulis, Tahun., Judul buku., Penerbit, Kota penerbit.

• Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama penulis diganti dengan sebutan ”Anonim”.

• Untuk Jurnal/Majalah : Nama Penulis, Tahun., Judul Tulisan., Nama jurnal/majalah (huruf miring), No., Volume.

• Untuk Hasil Penelitian/Laporan Penelitian : Nama Peneliti, Tahun., Judul penelitian, Jenis penelitian., Sponsor/Sumber dana, Kota.

• Untuk tulisan ilmiah/jurnal/makalah/hasil penelitian yang dirujuk dari internet : Nama penulis. Tahun tulisan., Judul. Alamat website (lengkap). Tanggal Akses.

Contoh:

Anonim., 2005. Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas Tahun Anggaran 2006. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.

Duffy, D.G., Show, S.A., Bare, W.D., and Goldsby, K.A., 1995. More Chemistry in a Soda Bottle, A Conversation of Mass Activity., Journal of Chemical Education, 72 (8), 734 – 736.

Heri Purwanto., 2001. Pembinaan Tutor Sebaya sebagai Upaya Peningkatan

Kemampuan Kognitif Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Fisika Dasar I di Jurusan Fisika FMIPA UNS., Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sunyono, 2005., Optimalisasi Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI Semester 1 SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Menggunakan Bahan yang Ada di Lingkungan., Laporan Hasil Penelitian (PTK), Dit.PPTK & KPT Ditjen Dikti, 2005.

(30)

Mohammad, T., 2004. Mengapa Mengantuk Saat Belajar?.

http//www.myschoolnet.ppk.kpm.my/laman_map/belajar/belajar02/htm., Diakses tanggal 23 Juli 2007.

Perhatikan dengan cermat cara penulisan nama dan judul buku / judul tulisan ilmiah. Cara penulisan tersebut harus diikuti secara konsisten, artinya semua sumber yang digunakan dicantumkan dengan gaya yang sama.

11. Lampiran

Pada bagian beisi lampiran-lampiran yang diperlukan untuk mendukung usulan PTK, umunya meliputi:

1. Instrumen Observasi dan Evaluasi

2. Rancangan Pembelajaran (Silabus dan RPP)

3. Curriculum Vitae Semua Tim Peneliti (jika kelompok) 4. Lain-lain yang dianggap perlu.

2.4 Rangkuman

Seorang guru yang profesional adalah guru yang selalu mencari hal-hal bariu yang penuh dengan tantangan dalam pembelajaran dan selalu menyadari bahwa guru dituntut untuk terus melakukan inovasi-inovasi pendidikan dan pembelajaran. Inovasi tersebut dapat dicapai melalui penelitian yang tidak mengganggu tugasnya seharoi-hari, yaitu penelitian yang dilakukan dalam kontek kelas atau dikenal dengan istilah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK berbeda dengan penelitian biasa, masalah dalam PTK adalah masalah riel yang terjadi di kelas dan muncul karena kesadaran guru untuk memperbaiki proses pembelajarannya. Ada lima ciri PTK yaitu (1) masalah nyata di kelas dan muncul dari kesadaran guru, (2) adanya refleksi diri, (3) dilakukan di kelas, (4) dilakukan melalui daur ulang (siklus) tindakan), (5) menciptakan sifat kritis dan sistematis dari guru.

(31)

Dalam merancang PTK sebaiknya buat dulu usulan PTK. Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari kegiatan PTK, sedangkan langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi. Proposal PTK tentu mempunyai ciri khsus yang membedakannya dengan penelitian biasa. Namun, substansi proposal PTK tidak jauh berbeda dengan substansi penelitian non-PTK, hanya pengemasannya saja yang berbeda.Usulan / proposal PTK merupakan langkah awal dari kegiatan PTK, sedangkan langkah akhirnya adalah pelaporan PTK dan desiminasi. Proposal PTK tentu mempunyai ciri khsus yang membedakannya dengan penelitian biasa. Namun, substansi proposal PTK tidak jauh berbeda dengan substansi penelitian non-PTK, hanya pengemasannya saja yang berbeda.

2.5 TUGAS / PRAKTIK

(2 Jam Pertemuan)

Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 1, diharapkan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai. Jika ada bagian-bagian yang belum anda pahami, diskusikanlah dengan teman Anda atau tanyakanlah kepada tutor Anda.

Untuk membantu memperdalam pemahaman Anda mengenai materi yang diuraikan di atas, kerjakanlah tugas-tugas berikut ini secara mandiri.

A. Pilih satu mata pelajaran tertentu yang Anda ampu, kemudian lakukanlah: 1. Sebagai seorang guru, Anda tentu pernah mempunyai

masalah dalam pembelajaran. Cobalah identifikasi masalah yang pernah Anda hadapi, kemudian pilih salah satu masalah untuk dianalisis. Setelah melakukan analisis, jabarkan atau uraikan masalah tersebut...!

2. Diskusikanlah dengan teman sejawat Anda, atau

Instruktur, bagaimana cara memecahkan masalah yang sudah Anda jabarkan sebagaimana No. 1.

3. Setelah Anda melakukan diskusi dan mendapatkan

alternatif pemecahan masalah dari masalah yang Anda hadapi, coba uraikan / jabarkan alternatif pemecahan masalah tersebut. Selanjutnya, susunlah judul penelitian tindakan kelas (PTK), rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis tindakan.

4. Sebelum Anda melakukan PTK, cobalah rinci hal-hal apa

(32)

B. Perhatikan kasus berikut, baca dan simak dengan baik.

Pak Aryo, guru kelas X SMA Gedong Ombo merasa gundah ketika Pengawas Sekolah dan kepala sekolah melihat nilai kimia siswa yang diajar Pak Aryo dalam tiga kali ulangan, rata-rata nilai kelasnya hanya mencapai 5,42 (dalam skala 10). Dalam hal ini, kepala sekolah dan pengawas meminta Pak Aryo memperbaiki cara mengajarnya. Lalu, Pak Aryo mencoba mengingat kembali berapa kali pertemuan dalam

pembelajaran kimia kelas X dalam satu semester. Dalam setiap pembelajaran, Ia (Pak Aryo) selalu menjelaskan materi Kimia kelas X sesuai dengan perencanaan dan buku pegangan guru/siswa.

Dalam menjelaskan materi terkesan terburu-buru (terlalu

cepat), tidak jelas dan sulit diterima oleh siswa karena tidak disertai

contoh-contoh konkrit atau dengan contoh-contoh benda tiruan (media) bahkan kegiatan

praktikum tidak pernah dilakukan. Pak Aryo juga tidak pernah memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan selalu menggunakan istilah

asing yang tidak diberi penjelasan.

Pada setiap akhir penjelasan, Ia memberi kesempatan bertanya kepada siswa, namun tak seorang siswapun yang mau bertanya. Meskipun siswa kelihatan bingung, Pak Aryo biasanya langsung memberikan

pekerjaan rumah yang diambil dari soal-soal dalam buku pegangan siswa atau buku soal-soal kimia. Pekerjaan rumah dikumpulkan, lalu oleh Pak Aryo dikoreksi, dinilai, dan dikembalikan pada siswa. Sebenarnya anak-anak sangat bosan dan jenuh dengan pembelajaran kimia yang dilakukan oleh Pak Aryo, karena setiap pembelajaran mereka selalu bingung dan sulit memahami materi pelajaran kimia. S

elain itu, ternyata siswa

juga tidak bahan ajar yang berisi materi yang dijelaskan pak Aryo, padahal

siswa banyak yang tidak memiliki buku sumber.

Mereka hanya terpaksa saja dalam belajar dan hanya menghafal materi dalam catatan kecil dari yang dijelaskan Pak Aryo ketika akan ada ulangan.

Oleh sebab itu, pada saat menghadapi ujian,

siswa selalu tidak siap karena tidak dapat belajar dengan baik, sehingga

nilainya rendah.

Pertanyaan:

a.

Analisislah masalah tersebut, temukan sekurang-kurangnya 5 masalah

pembelajaran yang terdapat di dalamnya.

b.

Berikan alasan atas hasil analisis anda tersebut.

c.

Kemukakan alternatif pemecahan masalah dengan cara: menyusun rumusan

masalah, dan menetapkan judul PTK untuk perbaikan pembelajaran pak Aryo.

(33)

MELAKSANAKAN DAN MELAPORKAN PTK

3.1 Pengantar

Pada Kegiatan Belajar 3 ini, anda akan diajak untuk mengkaji hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PTK, teknik melaksanakan PTK, dan teknik menyusun laporan PTK. Anda juga akan di ajak berlatih menyusun instrumen observasi dan analsis data, serta menyusun laporan PTK. Oleh sebab itu, agar Anda mampu melaksanakan PTK di kelas dan mampu menyusun laporan PTK, Anda harus sungguh-sungguh dalam mempelajari materi diklat pada Kegiatan Belajar 2 ini, bacalah uraian materi berikut secara cermat, dan kerjakan tugas / praktik setelah anda membaca rambu-rambu pengerjaan tugas.

3.2 Kompetensi Khusus

Setelah Anda mempelajari materi pada Kegiatan Belajar 1 ini, diharapkan Anda memiliki kemmpuan:

1. menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PTK. 2. melaksanakan PTK dalam rangka perbaikan pembelajaran di kelas. 3. menyusun instrumen pengumpul data dan analsis data hasil PTK. 4. melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. 5. menyusun laporan PTK.

3.3 Uraian Materi

A. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melaksanakan PTK

Berdasarkan uraian materi pada Kegiatan Belajar 1, setidaknya ada tiga hal penting yang perlu diingat, yaitu:

1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

(34)

2. Kegiatan refleksi (perenungan/pemikiran) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep ilmiah dan ada dasar teorinya) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang muncul.

3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan di kelas).

Oleh sebab itu, dalam melaksanakan PTK hendaknya selalu memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. PTK tidak boleh mengganggu proses pembelajaran dan tugas-tugas guru di sekolah.

b. PTK tidak boleh selalu menghabiskan banyak waktu, karena itu PTK harus dirancang dan dipersiapkan secara rinci dan matang.

c. Pelaksanaan PTK harus konsisten dengan rancangan yang telah dibuat.

d. Pelaksanaan PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku (ada ijin dari kepala sekolah, ada usulan, menyusun laporan, mempublikasikan, dsb).

e. Dalam melaksanakan PTK, harus disadari bahwa guru harus mampu dan mau melakukan perbaikan pembelajaran, sehingga rancangan yang dibuat benar-benar dapat dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.

f. PTK harus dilaksanakan secara berdaur (bersiklus), setiap siklus harus dilakukan evaluasi melalui refleksi guna perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

B. Melaksanakan PTK

(35)

(bagian B3), dan untuk melakukan observasi pada kegiatan pembelajaran Anda perlu mengenal prinsip dasar observasi, dan jenis-jenis observasi.

B1. Prinsip observasi

Ada lima prinsip dasar observasi yang akan dijelaskan secara singkat di bawah ini, yaitu:

1. Perencanaan bersama; Observasi yang baik diawali dengan melakukan perencanaan bersama antara peneliti, pengamat, dan yang diamati. Caranya:

 Lakukan pertemuan dengan semua anggota tim (jika kolaborasi) untuk

menyamakan persepsi.

 Lakukan penjelasan kepada murid tentang kegiatan dan pengamatan yang

akan dilakukan.

 Jika PTK dilakukan secara mendiri, penyamaan persepsi dilakukan bersama

murid untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan pembelajaran, mata pelajaran, waktu, buku sumber, dan kelengkapan lainnya.

2. Fokus; Ada dua jenis fokus dalam pelaksanaan observasi, yaitu fokus umum dan fokus khusus.

 Fokus umum adalah seluruh kegiatan yang berkaitan dengan PTK, terutama

keseluruhan proses pembelajaran.

 Fokus khusus adalah tindakan-tindakan yang telah dirumuskan dalam hipotesis

tindakan (biasanya ditunjukkan pada skenario pembelajaran).

Dalam melakukan observasi fokus, perlu diperhatikan manfaat dan faktor subjektif yang mungkin saja dapat terjadi. Fokus yang luas (umum) akan menyebabkan pengamat banyak mengambil pertimbangan sehingga sifat subjektifitasnya tinggi. Fokus khusus lebih spesifik, sehingga pengamat lebih mudah dalam melakukan pengamatan dan tidak banyak memberikan pertimbangan, berarti sifat subjektifitasnya rendah. Fokus observasi yang spesifik seperti ini akan menghasilkan data yang bermanfaat bagi guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru menuju profesional.

3. Membangun Kriteria; Observasi akan mudah dilakukan dan membantu guru dalam pelaksanaan PTK, jika kriteria keberhasilan PTK telah disepakati dan ditetapkan sebelumnya.

 Contoh dalam skenario: “Guru meminta murid aktif dalam belajar”, Indikatornya

dapat berupa:

(36)

b. Guru menyuruh mencatat

c. Guru meminta murid untuk membaca catatan.

d. Guru mengajukan pertanyaan tentang konsep yang dicatat siswa. Apabila guru melakukan tindakan tersebut di atas, dapat diindikasikan bahwa guru melakukan tindakan meminta murid mempelajari materi melalui catatan, dan murid harus aktif memenuhinya.

4. Keterampilan Observasi; Dalam melakukan observasi yang harus dikuasai oleh pengamat adalah

Penggunaan segala jenis instrumen, sebelumnya perlu dilakukan uji coba instrumen.

Setiap indikator yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk direkam dalam pembelajaran.

Menahan diri untuk tidak cepat mengambil keputusan dalam menginterpretasikan suatu peristiwa, artinya mencatat data apa adanya, jangan membuat penafsiran atau pendapat pada saat mengumpulkan data. Menciptakan suasana kondusif dan menghindari terjadinya sesuatu yang dapat menakuti guru atau siswa.

5. Balikan / Feedback; Hasil observasi harus dievaluasi guna memperoleh balikan, untuk memperoleh balikan ini, hal yang perlu diperhatikan adalah

a. Balikan harus segra dilakukan setelah pengamatan dalam bentuk diskusi.

b. Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam secara cermat dan sistematis.

c. Data hasil pengamatan diinterpretasikan dengan melihat kriteria keberhasilan yang telah disepakati sebelumnya.

d. Guru peneliti yang diobservasi harus diberi kesempatan pertama untuk memberikan penafsiran data.

e. Diskusi yang dilakukan harus mengarah kepada perkembangan strategi pembelajaran untuk membangun konsep pembelajaran yang disepakati bersama.

B2. Jenis-Jenis Observasi

(37)

1. Observasi Terbuka; Dalam observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, tetapi hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam kejadian dalam pembelajaran yang diamati. Pengamat dapat menggunakan teknik-teknik tertentu dalam merekam jalannya pembelajaran. Teknik tersebut dapat berupa penggunaan catatan lapangan, alat perekam audio/video, dan lain-lain.

2. Observasi terfokus; Observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dalam proses pembelajaran, misalnya: partisipasi siswa dalam pembelajaran, dampak penguatan pada siswa, jenis pertanyaan yang diajukan guru, keterampilan siswa dalam merangkai alat, dan sebagainya. Contoh catatan lapangan dan pedoman wawancara diajikan di bawah.

3. Observasi terstruktur; Dalam observasi terstruktur ini, pengamat menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda check list (V) pada tempat yang disediakan. Contoh-Contoh instrumen observasi pada Kegiatan Belajar 1 (bagian B3) adalah contoh instrumen observasi terstruktur.

4. Observasi sistematik; Dilihat dari aspek yang akan diamati, observasi sistematis ini lebih rinci dibanding observasi terstruktur. Dalam pelaksanaannya, pengamat mengandalkan penggunaan koding atau skala interaksi yang melihat interaksi guru dan murid. Sama dengan observasi terstruktur, pengamat hanya membubuhkan tanda (V). Misalnya, aspek yang diamati adalah pemberian penguatan guru, maka data yang diamati dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal.

Contoh 1, Catatan lapangan

Catatan lapangan ini dapat berupa catatan harian guru, yaitu catatan guru atau

pengamat yang berisi rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas

pembelajaran. Misalnya; Pak Yamin (Guru SDN 01 Endangrejo) melaksanakan

PTK untuk siklus 1. Pada pertemuan pertama catatan yang ditulis oleh pengamat

adalah

Nama Guru yg Diamati: Yamin Kelas tempat Mengajar: IV

Tanggal Pengamatan : 12 September 2006 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Nama Pengamat : Suharyanto

(38)

sama?

Respon siswa : - Tidak ada yang menjawab pada kesempatan pertama

- Setelah diberi arahan dan dituntun, ada 2 anak yang menjawab

Lain-Lain : - Anak-anak kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran

-

Guru kurang memotivasi siswa, perhatian belum mengarah pada semua siswa, dan contoh yang diberikan tidak menyentuh kebutuhan siswa.

Contoh 2. Pedoman wawancara (bersifat terbuka) untuk siswa

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA

Responden yang diwawancarai : ……….

Waktu wawancara

a. Hari/tanggal : ……….

b. Pukul : …….. s.d. ………

Pewawancara : ……….

1. Bagaimana menurut pendapatmu tentang pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru saat ini dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya?

……… 2. Dengan adanya perubahan cara/teknik pembelajaran guru, apakah kamu

menjadi lebih tertarik dan lebih berminat dalam belajar kimia? (berikan alasannya).

……….. 3. Apakah dengan pembelajaran yang sekarang menjadikan anda lebih

termotivasi dibandingkan pembelajaran sebelumnya? (berikan alasannya) ………..

4. Apakah kamu yakin anda bahwa pembelajaran dengan eksperimen menggunakan bahan sehari-hari dapat menggantikan bahan kimia sintetik dan dapat

meningkatkan kompetensi anda?

……… 5. Apakah saudara mengulangi eksperimen atas inisiatif anda sendiri ? ………. 6. Apakah saudara setuju jika pembelajaran seperti sekarang ini diterapkan juga

pada mata pelajaran lain, terutama dalam pembelajaran dengan pembimbingan 2 sampai 3 orang guru secara kolaborasi? Berikan penilaian saudara tentang pembelajaran yang telah berlangs

Gambar

Tabel 1. Perbedaan PTK dengan Penelitian Kelas Non-PTK
Gambar 1.  Tahap-Tahap dalam PTK
Tabel 1. Hasil Pengamatan/Observasi Aktivitas siswa dalam Pembelajaran (Diskusi)
Tabel 2. Prosentase Siswa yang Mencapai Ketuntasan Belajar dan Kriteria
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aset adalah harta benda berujud (tangible) dan tidak berujud(intangible), yang dibeli atau diperoleh dengan cara lainnya olehKontraktor KKS, yang dipergunakan atau

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah keaktifan siswa dan minat siswa terhadap pembelajaran. Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat

17 Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi, dalam hal ini aspek hukum berupa peraturan yang berkaitan

Sejalan dengan hal tersebut, dalam mengawasi atau mengkoordinir kinerja aparatur desa di Tapanuli Utara, pemerintah daerah membuat aspek pembantu lainnya yaitu Dibentuknya