BIMBINGAN RUMAH SINGGAH YMS BANDUNG
Oleh
Sheizi Prista Sari S.Kep., Ners
Mengetahui,
Kepala Bagian Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran
Mamat Lukman, SKM, S.KP., M.Si. NIP. 140 176 719
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
1
MASYARAKAT SEHAT BANDUNG
Sheizi Prista Sari
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membuat semakin banyak keluarga miskin yang terpinggirkan. Konsekuensi logis dari fenomena tersebut adalah meningkatnya jumlah anak usia sekolah bahkan prasekolah yang “dipekerjakan” oleh orang tua untuk menopang kehidupan keluarga, atau merupakan kompensasi terputusnya kegiatan belajar/ sekolah. Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar kemungkinan bagi anak untuk terjerumus kejalanan. Anak jalanan sering diidentikan sebagai komunitas yang kurang memperhatikan perilaku hidup sehat, termasuk yang berhubungan dengan personal higiene. Menurut L. Green perilaku seseorang yang berhubungan dengan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Untuk Upaya intervensi, perlu dilakukan terlebih dahulu analisa terhadap faktor-faktor tersebut.
Penelitian yang berjudul “Hubungan faktor Predisposisi dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yayasan Masyarakat Sehat (YMS) Bandung” ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, usia, kepercayaan, serta nilai dan tradisi dengan perilaku personal higiene anak jalanan bimbingan rumah singgah YMS Bandung. Subjek penelitian diperoleh secara total sampel dengan jumlah 62 orang responden. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan analisa data statistik uji chi kuadrat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan kuesioner.
perilaku. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kepercayaan dengan perilaku personal higiene responden. Dari penelitian juga diketahui bahwa masih banyak responden yang memiliki perilaku personal higiene yang tidak baik, sehingga dengan memperhatikan keterkaitan faktor predisposisi diatas, upaya perbaikan perilaku perlu dilaksanakan.
PENDAHULUAN
Perilaku anak termasuk dalam hal kesehatan, sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial serta nilai-nilai yang ada pada lingkungan mereka. Apabila anak berada pada lingkungan yang positif, maka perilaku yang terbentuk adalah perilaku yang positif pula, begitu pun sebaliknya (Whaley dan Wongs, 1995: 13).
Anak jalanan adalah anak yang berusia 6-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja dan menggantungkan hidup dijalanan. Jumlah anak jalanan terus bertambah, sampai tahun 2003 saja terdapat sekitar 20.665 orang anak jalanan di Jawa Barat, dan 4.626 diantaranya berada di Kotamadya Bandung (Lembaga Perlindungan Anak, 2003). Kontak sosial anak jalanan cenderung terbatas pada lingkungan jalanan dan memiliki sedikit sekali waktu untuk kontak dengan lingkungan keluarga dan sekolah. Hal ini tentunya berdampak negatif bagi mereka, tidak terkecuali dalam hal kesehatan (WHO, 2003). Pada tahun 2003, dilaporkan penyakit anak jalanan rumah singgah Yayasan Masyarakat Sehat (YMS) Bandung sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Kesehatan Anak Jalanan YMS tahun 2003
No Jenis Penyakit Jumlah Persentase
1 Diare 25 orang 34,72%
2 Gatal-gatal dan infeksi kulit 19 orang 26,39%
3 Sakit gigi 11 orang 15,28%
Sumber : Lembaga Perlindungan Anak Jabar, 2004
diare erat kaitannya dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat, seperti pemeliharaan personal higiene. Begitu juga halnya dengan penyakit kulit dan gigi.
Personal higiene adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan (Mosby, 1994). Di dalam dunia keperawatan, personal higiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa terpenuhi. Personal higiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal higiene menjadi penting karena personal higiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal higiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit , seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit (Sudarto, 1996). Apalagi bagi anak jalanan yang memiliki akses terbatas kepelayanan kesehatan, tentunya tindakan pencegahan perlu dikedepankan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melyana pada tahun 2003 tentang perilaku higiene perorangan di kalangan anak jalanan didapatkan hasil bahwa 47% dari mereka memiliki perilaku yang tidak baik, 43% memiliki perilaku yang cukup baik, dan hanya 10% saja yang memiliki perilaku higiene yang baik. Lewrence Green dalam Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa konsep dan perilaku seseorang yang berkaitan dengan kesehatan pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor. Ketiga faktor itu adalah faktor predisposisi (Predisposing Factors), faktor-faktor yang mendukung (Enabling Factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (Reinforcing Factors). Oleh sebab itu, sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok tersebut. Sementara faktor predisposisi merupakan faktor internal individu yang sangat berpengaruh terhadap perilaku.
BAHAN DAN CARA
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional, yaitu jenis penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang diteliti dan mencari hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Hipotesa penelitian dirancang berdasarkan tujuan yang akan dicapai
dimana H0 = Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen, dan H1 = jika ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Variabel
Variabel Independen pada penelitian ini adalah faktor predisposisi personal higiene anak jalanan dengan sub variabel pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan tradisi, serta usia. Sementara variabel dependennya adalah perilaku pesonal higiene
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan dibawah bimbingan Rumah Singgah YMS di Bandung. Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara total sampel, yaitu seluruh anak jalanan bimbingan Rumah singgah YMS Cicadas Bandung yang berusia 6-18 tahun.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dengan cara Observasi dan wawancara menggunakan kuesioner. Kuesioner disusun untuk mendapatkan data tentang karakteristik responden dan mengidentifikasi faktor-faktor predisposisi sebagai variabel independen melalui pertanyaan tertutup (closed ended item). Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang status personal higiene responden dengan menggunakan format cecklist observasi. Untuk perilaku mandi, keramas, dan menyikat gigi observasi dilakukan dengan melihat tanda-tanda bahwa perilaku tersebut sudah dilakukan. Hal ini atas pertimbangan bahwa tidak memungkinkan perilaku tersebut diobservasi secara langsung. Sementara untuk perilaku yang lain dilakukan observasi langsung.
Analisa Data
Analisa univariat diukur dengan melihat distribusi frekuensi. Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara subvariabel faktor predisposisi dengan perilaku personal higiene. Analisa statistik yang digunakan untuk menguji hipotesa ini
dengan membandingkan X2hitung dengan X2 tabel pada taraf signifikasi 5% dan
derajat kebebasan bervariasi untuk setiap subvariabel. Bila hasil X2 hitung lebih besar dari X2tabel, berarti dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima. Lalu kekuatan hubungan dilihat berdasarkan besarnya nilai C.
HASIL PENELITIAN
Faktor – Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Perilaku Personal Higiene
Faktor – faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku personal higiene yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat perkembangan, nilai dan tradisi, dijelaskan sebagai berikut:
Diagram 1. Pengetahuan Anak Jalanan Tentang Pelaksanaan Personal Higiene
25,81% 29,03%
16,13%
29,03%
0,00% 50,00%
tidak baik
kurang cukup baik
pengetahuan
Diagram 2. Sikap Anak Jalanan Tentang Pelaksanaan Personal Higiene
58,06%
41,94%
0,00% 100,00%
favorable unfavorable
sikap
38.71%
Diagram 4. Kepercayaan Anak Jalanan Terhadap Pelaksanaan Personal Higiene
64.52%
Diagram 5. Nilai dan Tradisi Anak Jalanan Terhadap Pelaksanaan Personal
Hubungan Antara Faktor Predisposisi dengan Perilaku Personal Higiene
Tabel 1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku Personal Higiene
Perilaku variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer (c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas dengan taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 31,692 > chi kuadrat tabel = 16,919 maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku personal higiene (hubungan antara pengetahuan dengan perilaku personal higiene berarti). Besar hubungan antara pengetahuan dengan perilaku personal higiene yaitu sebesar 0,672 nilai tersebut menunjukan keeratanhubungan yang sedang.
Tabel 2. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Personal Higiene
taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 17,223 > chi kuadrat tabel = 7,815 maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku personal higiene (hubungan antara sikap dengan perilaku personal higiene berarti). Besar hubungan antara sikap dengan perilaku personal higiene yaitu sebesar 0,538 nilai tersebut menunjukan keeratanhubungan yang sedang.
Tabel 3. Hubungan Antara Usia dengan Perilaku Personal Higiene
Perilaku variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer (c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas dengan taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 9,589 > chi kuadrat tabel = 7,815 maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku personal higiene (hubungan antara usia dengan perilaku personal higiene berarti). Besar hubungan antara tingkat perkembangan dengan perilaku personal higiene yaitu sebesar 0,423 nilai tersebut menunjukan keeratanhubungan yang sedang.
Pembahasan
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan
Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan perilaku personal higiene responden. Tingkatan kebermaknaan
hubungan adalah tingkat sedang dan hubungan bersifat positif. Hal ini berarti bahwa
jika pengetahuan anak jalanan semakin baik, maka perilaku personal higiene mereka
juga akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan teori Lewrence Green yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku seseorang (Notoatmodjo,
2003).
Tingkat keeratan hubungan antara pengetahuan yang sedang menunjukan bahwa
upaya memperbaiki perilaku dengan meningkatkan pengetahuan perlu dilakukan.
Walaupun hubungan yang terjadi berada pada tingkat sedang tetapi keberartian
hubungan yang diperoleh menunjukan bahwa perubahan perilaku dengan meningkatkan
pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rogers (dalam Notoatmodjo, 1993) yang menyatakan bahwa pengetahuan/ kognitif
merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku., dan perilaku yang
didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk memberikan
stimulus lebih kepada responden berupa pemberian informasi-informasi yang akan
meningkatkan pengetahuan mereka.
Pembina rumah singgah YMS Bandung menyatakan bahwa pernah dilakukan
penyuluhan kesehatan kepada binaannya. Pernyataan ini dapat didukung dengan hasil
pengetahuan baik dan cukup baik. Namun dengan melihat hasil penelitian keseluruhan,
tentunya apa yang sudah dilakukan perlu dievaluasi lagi.
Hubungan Sikap dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan
Rumah Singgah YMS Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap dengan perilaku personal higiene responden dengan tingkat keeratan hubungan
sedang. Hal ini menunjukan bahwa sikap positif anak jalanan yang ditunjukan oleh
sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap personal
higiene akan memberi dampak yang positif juga bagi perilaku personal higiene mereka.
Teori L. Green yang menyatakan bahwa sikap adalah salah satu predisposisi untuk
munculnya perilaku dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan Notoatmodjo (1993) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang akan
dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan emosional, dan kecenderungan
untuk berperilaku yang semua itu merupakan komponen sikap.
Sikap merupakan bentuk dari perilaku seseorang yang masih tertutup dan ini
menggambarkan kesiapan ia untuk melakukan suatu tindakan (Notoatmodjo, 2003).
Perbaikan perilaku anak jalanan dengan memperbaiki sikap mereka akan membawa
hasil yang cukup berarti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 58,06%
responden sudah memiliki sikap yang mendukung terhadap perilaku personal higiene
yang baik, namun masih ada juga 41,94% responden yang masih memiliki sikap yang
tidak mendukung. Jika dilihat hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
masih terdapat hampir setengahnya responden belum siap untuk berperilaku personal
higiene yang baik. Dalam artian bahwa mereka mungkin belum siap untuk bertanggung
hal-hal yang menyangkut kebersihan diri, atau bahkan mungkin mereka belum siap
untuk sekedar mendengar dan memperhatikan hal-hal yang menyangkut kebersihan diri.
Pembentukan sikap yang positif tidaklah bisa diwujudkan dalam waktu singkat.
Respon seseorang dimulai dari perhatiannya terhadap suatu stimulus sampai dapat
bertanggung jawab atas dirinya sendiri terhadap stimulus yang diberikan, memerlukan
proses yang bertahap. Pembentukan sikap harus dimulai dari adanya kepercayaan
terhadap pemberi stimulus. Melalui pembinaan, sikap akan lebih dapat terbentuk dari
pada hanya sekedar pengajaran sesaat. Dan ini tentunya juga harus diselaraskan dengan
proses peningkatan pengetahuan.
Hubungan Usia dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan
Rumah Singgah YMS Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
usia responden dengan perilaku personal higiene mereka dengan tingkat keeratan
hubungan sedang. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan perilaku yang cukup
berarti antara anak jalanan usia sekolah dengan anak jalanan usia remaja. Hal ini sesuai
dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa faktor usia akan mempengaruhi perilaku
seseorang.
Analisa korelasi memang tidak menunjukan kelompok usia mana yang memiliki
perilaku lebih baik. Tapi kalau kita lihat hasil data penelitian, diketahui bahwa anak usia
sekolah sebagian besar berperilaku yang tidak baik walaupun tidak sedikit pula anak
usia remaja yang berperilaku tidak baik.
Biasanya anak usia sekolah memiliki ketergantungan tinggi terhadap
lingkungan. Mereka masih membutuhkan banyak perhatian untuk dapat berbuat sesuai
terbawa arus lingkungan, dan berbuat sesuai pengaruh terbesar yang mereka rasakan.
Usia remaja adalah usia pencarian identitas diri. Biasanya diusia ini mereka tidak
mudah untuk diarahkan karena merasa sudah punya prinsip sendiri, padahal dilain sisi
mereka juga tidak mau kehilangan perhatian.
Kedua sasaran yang berbeda karakter dan ciri khas ini tentunya memerlukan
pendekatan yang berbeda pula. Diharapkan melalui hasil penelitian ini dan memahami
psikologi perkembangan usia remaja dan sekolah, penanganan anak jalanan khususnya
yang berkaitan dengan perilaku personal higiene akan lebih dapat berjalan seefisien dan
seefektif mungkin.
Hubungan Kepercayaan dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan
Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kepercayaan dengan perilaku personal higiene responden. Hasil ini bertolak
belakang dengan teori L.Green yang menyatakan bahwa kepercayaan akan
mempengaruhi perilaku. Keadaan ini dapat dimungkinkan oleh berbagai faktor,
misalnya kesalahan dalam instrumen penelitian atau faktor kepercayaan ini memiliki
pengaruh yang sangat kecil sekali tehadap perilaku sehingga dianggap tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan perilaku tersebut.
Hal ini dapat berarti juga bahwa secara langsung kepercayaan tidak memberi
pengaruh terhadap perubahan perilaku pada anak jalanan, dalam artian bahwa terdapat
anak jalanan yang sudah memiliki kepercayaan kesehatan yang bagus tapi itu tidak
mempengaruhi perilaku mereka karena ada faktor lain yang lebih kuat mempengaruhi
perilaku tersebut. Namun seperti halnya yang disampaikan Notoatmodjo (1993) bahwa
peranan kepercayaan diperlukan walaupun hubungan yang terjadi antara kepercayaan
adalah hubungan yang sangat lemah. Semakin baik kepercayaan seseorang maka akan
semakin baik pula sikap yang terbentuk, sehingga pada akhirnya membuat semakin baik
pula perilaku yang dimunculkan oleh orang tersebut.
Hubungan Nilai dan Tradisi Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah YMS
Bandung dengan Perilaku Personal Higiene
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
nilai dan tradisi responden dengan perilaku personal higiene mereka. Sekali lagi teori L.
Green dapat diberlakukan dan terbukti dalam penelitian ini. Tingkat keeretan hubungan
adalah tingkatan sedang yang berarti bahwa perbaikan/ pengembalian nilai dan tradisi
yang menyimpang kenilai dan tradisi seharusnya, akan membawa perubahan cukup
berarti bagi perubahan perilaku personal higiene responden.
Keberadaan anak dijalanan memang membawa banyak dampak, baik fisik
mental, maupun sosial. Lingkungan yang keras membuat mereka hidup dalam aturan
main yang mereka buat sendiri dan tidak mustahil bertentangan dengan nilai dan norma
masyarakat. Terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa lebih banyak
responden yang memiliki nilai dan tradisi tidak mendukung (54,84%) dari pada yang
memiliki nilai dan tradisi yang mendukung terhadap perilaku personal higiene.
Selanjutnya faktor nilai dan tradisi yang tidak mendukung ini mempengaruhi mereka
untuk berperilaku yang tidak baik pula. Ini menunjukan bahwa masalah kebersihan diri
seolah-olah sudah menyatu dengan anak jalanan. Image dimasyarakat yang sering
mengidentikkan anak jalanan dengan komunitas yang kurang menghargai kebersihan
memang tidak dapat disalahkan. Namun kita juga harus mengakui bahwa banyak juga
juga harus memahami lebih jauh nilai dan tradisi mana sebenarnya dari mereka yang
sudah menyimpang dari semestinya. Apakah benar diantara mereka berlaku nilai dan
tradisi yang mengatakan bahwa mereka berpenampilan kurang bersih sebagai cara untuk
menarik simpati orang, ataukah nilai dan tradisi yang lain?
Dari analisa kuisioner yang diberikan kepada responden didapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar mereka (bahkan hampir 100%) menyatakan tidak setuju kalau jika mereka bekerja dengan keadaan kotor akan mendapat penghasilan lebih banyak, malah sebaliknya. Jadi kuranglah tepat kalau kita mengatakan anak-anak jalanan sengaja berpenampilan kurang bersih untuk menarik perhatian dan belas kasih masyarakat. Keterangan lain juga menunjukan bahwa tradisi/ kebiasaan mereka yang tidak mendukung adalah kebiasaan setelah bekerja. Pada umumnya mereka sehabis bekerja langsung istirahat tanpa mandi dan bebersih dulu, apalagi kalau mereka tidak pulang kerumah singgah. Sangat tidak mungkin mereka yang tidur di rumah kardus pinggir jalan akan mengingat harus mandi, sikat gigi, dan ganti pakaian terlebih dahulu. Namun tentunya masih ada harapan untuk merubah semua ini. Masalah nilai dan tradisi memang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dukungan dan pengkondisian lingkungan benar-benar harus diperhatikan.
Solusi yang terbaik adalah dengan mengembalikan anak jalanan kelingkungan dimana seharusnya mereka berada, yaitu lingkungan keluarga dan sekolah, karena disinilah keberlangsungan transfer informasi dapat dijamin. Dilingkungan ini juga pelurusan kembali nilai-nilai dan tradisi yang melenceng dari norma masyarakat dapat dicapai secara bertahap.
Simpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku personal higiene responden dengan keeratan hubungan pada tingkatan sedang.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku personal higiene responden dengan tingkatan hubungan berada pada tingkatan sedang.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku personal higiene dengan usia responden dengan keeratan hubungan sedang.
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan responden dengan perilaku personal higiene mereka.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai dan tradisi responden dengan perilaku personal higiene mereka dengan keeratan hubungan sedang.
Saran
Berkaitan dengan masalah perilaku personal higiene anak jalanan bimbingan rumah singgah YMS Bandung khususnya, dan anak jalanan lain pada umumnya diperlukan upaya penanganan yang komprehensif. Sehubungan dengan keterkaitan faktor predisposisi dengan perilaku mereka maka :
1. Mengupayakan pembinaan dan pendidikan bagi anak jalanan. Ini bertujuan untuk membangun pengetahuan dan sikap mereka yang baik, serta mengembalikan kembali nilai-nilai dan tradisi yang kurang sesuai dengan yang semestinya. Kegiatan insidental berupa kegiatan penyuluhan kesehatan dapat terus dilakukan asalkan kegiatan ini memiliki tujuan dan sasaran yang jelas. Tindaklanjut dari program penyuluhan ini juga perlu dipikirkan, seperti melakukan bimbingan berkelanjutan terhadap apa yang sudah disampaikan, atau dapat pula dengan tetap menggalang kerja sama dengan pihak yayasan sehingga tujuan benar-benar dapat tercapai.
2. Lebih mengoptimalkan lagi fungsi petugas kesehatan, khususnya petugas yang berhubungan langsung dengan rumah singgah YMS Bandung, dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pembinaan kesehatan.
4. Pembinaan perilaku anak jalanan sebaiknya dilakukan dengan pendekatan secara personal. Pembinaan dapat menggunakan metode kakak asuh dengan memberdayakan sumber daya dari berbagai kalangan seperti pelajar dan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Alrasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung : Program Pasca Sarjana Unpad
Aden, C. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya Karies Gigi pada Siswa Kelas V dan VI SDN Kebonhui di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsari. Unpublished Skripsi. Bandung : Program Studi Ilmu Keperawatan Unpad
Clark, M. 1999. Nursing in the Community. USA : Appleton and lange
Depkes RI. 2000. Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
. 1995. Materi Tentang Kesehatan untuk Guru UKS. Jakarta : Ditjend. Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga
Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial. 1999. Pedoman Penyelenggaraan Anak Jalanan mlalui Rumah Singgah. Jakarta : Departemen Sosial
Djuharie, S. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung : Yrama Widya
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Kozier, B., Erb., Oliveri. 1991. Fundamental of Nursing : Concepts, Process, adn Practice Volume I. California : Addison – Weslsy Publishing Company, Inc.
Kaplan, R. 1992. Psycological Testing Principles, Aplication, and Issue. California : Cole Publishing Company
Lembaga Perlindungan Anak. 1997. Gerakan Nasional Perlindungan Anak dan Logo Perlindungan Anak. Bandung : LPA
Melasofia, Esti. Anak Indonesia dan ancaman Kehilangan Generasi. Dalam
http://www.unila.ac.id/index i html tanggal 20 April 2004
Melyana. 2003. Gambaran Perilaku Hygiene Perorangan dan Perilaku Berisiko Di Kalangan Anak Jalanan Usia Remaja Di Beberapa Persimpangan Jalan Di Kota Bandung. Unpublished Skripsi. Fakultas Kedokteran Unpad
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset
. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Rakhmat,J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Siegel, S. 1996. Statistik Non Parametrik untuk Penelitian Sosial. Canada : Jhon Wiley and Sons
Soedarto. 1996. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya Medika
Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Tarigan, R. 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: EGC
Taylor. 1989. Fundamental of Nursing ; The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia, New York : Lippincott
Vredenbregt, J. 1991. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia
Whaley dan Wongs. 1995. Children’s Nursing. Barcelona : Mosby
World Health Organization. 2004. Modul 3 Understanding Substance Use Among Street Children. Dalam http://www.who.int/